crs salamun
DESCRIPTION
hgfhfTRANSCRIPT
CASE REPORT SESSION (CRS)SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun oleh:DEVI NAVIANDARI 12100112019IKE ERNAWATI 12100112010
Partisipan :NIKKITA 12100112052REGI FAUZAN 12100112029
Preceptor:dr. Yuliana Ratnawati, Sp.KJ
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTERBAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSAU DR. M. SALAMUN BANDUNG2013
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 39 tahun
Status marital : Menikah, 2 anak
Alamat : Ujungberung, Bandung
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk Rumah Sakit : 2 Januari 2013
ANAMNESIS (heteroanamnesis suami pasien)
KELUHAN UTAMA
Tidak bisa tidur
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak 1 bulan yang lalu pasien tidak bisa tidur. Ketika disuruh tidur pasien menurut
namun berpura-pura tidur.
Pasien sering bicara sendiri seolah-olah ada yang berbicara padanya, pasien juga
sering tertawa-tawa sendiri, suami pasien menyebutkan pasien seperti bicara dengan ayahnya
dengan isi pembicaraannya seputar suaminya yang dicurigai berselingkuh dan kekhawatiran
terhadap masa depan anaknya. Pasien murung, hilang percaya diri sehingga tidak mau
beraktivitas, melakukan kegiatan sosial dan tidak mau keluar rumah, kegiatan pasien hanya
melamun saja. Pasien sempat menyebutkan depresi terhadap kondisinya sehingga sempat
berfikir untuk bunuh diri. Menurut suami pasien mungkin pasien kecewa karena suami jarang
ada di rumah. Pasien sering melakukan kegiatan berulang-ulang seperti membuka pintu
lemari es, tanpa tujuan apapun. Pasien sering mandi atau mencuci pada malam atau dini hari
karena dianggap pasien sudah pagi atau siang hari.
Pasien tidak mau makan dan beraktivitas, tidak mau mandi dan terdapat gangguan
BAB dan BAK, namun pasien tidak mengeluh sakit kepala, panas badan, kejang dan tidak
pernah jatuh dengan kepala membentur sesuatu.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sejak 15 tahun yang lalu, pasien menunjukkan gejala depresi dengan keluhan murung
dan tidak mau beraktivitas tanpa gejala halusinasi (bicara dan tertawa sendiri) sebanyak
beberapa kali dengan masing-masing episode kurang lebih 1 bulan dan sempat dirawat di
rumah sakit sebanyak 9 kali, kemudian sembuh sekitar beberapa tahun, namun muncul gejala
kembali dan semakin parah (disertai halusinasi).
Pasien tidak memiliki penyakit kronis sehingga harus mengguanakan obat dalam
jangka waktu lama, pasien tidak pernah mengalami kecelakaan terutama di daerah kepala,
dan tidak pernah mengalami operasi.
Kemudian pasien dibawa ke poli klinik jiwa RS TNI AU Dr.Salamun dan diberikan
obat untuk keluhannya tetapi tidak mau minum obat.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Suami pasien menyebutkan tidak ada keluhan yang sama atau gangguan kejiwaan di
keluarga pasien.
Riwayat Hidup Penderita
Pasien menikah saat berusia 22 tahun, sebelumnya hanya mengenal suaminya beberapa
bulan dan langsung menikah. Sebelumnya pasien memiliki kekasih namun tidak diketahui
ayah pasien. Pasien memiliki 2 anak yang masih sekolah.
1. Masa dikandung dan sekitar persalinan : Tidak diketahui
2. Masa Bayi : Tidak diketahui
3. Masa Prasekolah : Tidak diketahui
4. Masa sekolah dan pubertas : Tidak diketahui
5. Masa Pubertas : Tidak diketahui
Suami pasien menyebutkan pasien tampak takut pada ayahnya, hubungan suami
dengan orang tua pasien kurang baik, suami menganggap orang tua pasien terlalu ikut campur
dalam urusan rumah tangga pasien. Menurut suaminya, pasien takut kehilangan suami karena
sering dipengaruhi orang tuanya yang menganggap suami beselingkuh. Hubungan pasien
dengan anaknya baik, namun anaknya menjadi kurang perhatian dan menjauh ketika sakit
pasien kambuh. Suami pasien menyebutkan keluhan depresi istrinya mncul setelah
melahirkan anak pertama, satu tahun setelah pernikahannya.
Kepribadian sebelum sakit
Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, pemalu dan tertutup.
STATUS PSIKIATRIKUS
Tanggal pemeriksaan : 11 Januari 2013
Kesan umum : Tenang
Kesadaran : Komposmentis
Roman muka : Biasa
Kontak/rapport : + / adekuat
Orientasi
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Orang : Baik
Ingatan
Remote : Baik
Recent Past : Baik
Recent : Baik
Immediate retention &Recall : Baik
Perhatian : Baik
Persepsi
Ilusi : (-)
Halusinasi :(-)
Pikiran
Bentuk : Mulai realistik
Jalan : Koheren
Isi : waham (-)
Wawasan penyakit : partial-insight
Emosi
Mood : euthymic
Afek : appropriate
Tingkah laku : Hipoaktif
Bicara : Pelan, Lambat/ relevan
Dekorum
Kebersihan : Membaik
Sopan santun : Membaik
Kooperatif : Membaik
PSIKODINAMIKA
Pasien seorang wanita berusia 39 tahun, menikah dan memiliki 2 anak, bekerja
sebagai ibu rumah tangga, beragama Islam dan suku sunda.
Sejak 15 tahun yang lalu, pasien menunjukkan gejala depresi dengan keluhan murung
dan tidak mau beraktivitas tanpa gejala halusinasi, kemudian pasien berobat dan sembuh
sekitar beberapa tahun, namun muncul gejala kembali dan semakin parah (disertai
halusinasi). Pasien menikah saat berusia 22 tahun, sebelumnya hanya mengenal suaminya
beberapa bulan dan langsung menikah. Sebelumnya pasien memiliki kekasih namun tidak
diketahui ayah pasien. Suami pasien menyebutkan pasien tampak takut pada ayahnya,
hubungan suami dengan orang tua pasien kurang baik, suami menganggap orang tua pasien
terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga pasien. Menurut suaminya, pasien takut
kehilangan suami karena sering dipengaruhi orang tuanya yang menganggap suami
beselingkuh. Hubungan pasien dengan anaknya baik, namun anaknya menjadi kurang
perhatian dan menjauh ketika sakit pasien kambuh. Suami pasien menyebutkan keluhan
depresi istrinya mncul setelah melahirkan anak pertama, satu tahun setelah pernikahannya.
Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, pemalu dan tertutup.
Sejak 1 bulan yang lalu pasien tidak bisa tidur. Ketika disuruh tidur pasien menurut
namun berpura-pura tidur. Pasien sering bicara sendiri seolah-olah ada yang berbicara
padanya, sering tertawa-tawa sendiri, murung, hilang percaya diri sehingga tidak mau
beraktivitas, melakukan kegiatan sosial dan tidak mau keluar rumah, kegiatan pasien hanya
melamun saja. Pasien sempat menyebutkan depresi terhadap kondisinya sehingga sempat
berfikir untuk bunuh diri. Menurut suami pasien mungkin pasien kecewa karena suami jarang
ada di rumah. Pasien menunjukkan gejala obsesif-kompulsif serta mengalami disorientasi
waktu.
Pasien tidak mau makan dan beraktivitas, tidak mau mandi dan terdapat gangguan
BAB dan BAK.
DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I : DD/ Skizofrenia Paranoid
Epilesi dan Psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan
Keadaan Paranoid Involusional
Paranoia
Axis II : Tidak ada
Axis III : Tidak ada kelainan
Axis IV : Primary support group (keluarga)
Psikososial
Axis V : GAF scale saat pemeriksaan : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
hendaya ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
RENCANA TERAPI
Psikofarmaka :
- Risperidone 2mg 2x1
- THF 2mg 2x1
- Clozapine 25mg 2x1
Psikoterapi
Psikoterapi suportif
Psikoterapi Kelompok
Psikoterapi keluarga
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Karena pasien ini memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia maka pasien ini
didiagnosa sebagai pasien skizofrenia.
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundemental dan kharakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inapproproate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Pedoman Diagnostik
Pedoman diagnostik untuk skizofrenia yaitu :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
(a) ”thought echo”, ”thought insertion” dan ”thought broadcasting”
(b) delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity dan delusion
perception.
(c) halusinasi auditorik
(d) waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
(f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan, yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tedak relevan, atau neologisme.
(g) perilaku katatonik
(h) gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara jarang dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.
Gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.
Untuk tambahan, pasien ini kami diagnosa sebagai penderita Skizofrenia Paranoid
kerana pasien ini telah memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia dan sebagai tambahan
mengalami halusinasi dan/atau waham harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang
memepengaruhi pasien atau memberi perintah (halusinasi auditorik)
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid adalah sebagai berikut :
1. Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi
2. Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan / waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditori tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit
(whistling), mendengung (humming), tawa (laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
c) Waham dapat berupa hamper setiap jenis tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar beraneka ragam, adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relative tidak nyata atau tidak menonjol.
TERAPI
Psikofarmaka
Karena penderita ini mengalami suatu eksaserbasi akut, dengan geja negatif yang
menonjol, maka pilihan obat yang tepat adalah risperidone yang mempunyai potensi
antipsikotik tinggi dengan dosis yang rendah. Risperidone adalah anti-psikosis atipikal dari
golongan benzisoxazole yang bekerja menghambat reseptor dopamin dan serotonin.
Pemberian risperidone seringkali menyebabkan efek samping parkinsonism, untuk mencegah
terjadinya efek samping ekstrapiramidal diberikan antikolinergik, yaitu triheksifenidil (THF).
Selain itu penderita ini juga diberikan chlozapine, antipsikotik dengan potensi sedatif yang
tinggi .
Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita Skizofrenia baru dapat diberikan
apabila penderita dengan terapi psikofarmaka di atas sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemehamam diri sudah baik.
Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa penderita masih tetap dapat terapi psikofarmaka.
Psikoterapi suportif : Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan
dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan
semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini kendur dan menurun
Psikoterapi Kelompok : memusatkan pada rencana, masalah dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terbukti efektif untuk menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa kesatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.
Gunakan kelompok supportif bukan interpretatif.
Psikoterapi keluarga : Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan
hubungan penderita dengan keluarganya .Dengan psikoterapi ini diharapkan
keluarga dapat memahami gangguan jiwa Skizofrenia dan dapat membantu
mempercepatkan proses penyebuhan penderita.
Secara umum tujuan dari psikoterapi tersebut di atas adalah untuk memperkuat
struktur kepribadian, mamatangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan citra diri,
memulihkan kepercayaan diri, yang kesemuanya itu untuk mencapai kehidupan yang berarti
dan bermanfaat.
PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini tergantung dari
1. Usia.
Usia pasien pada saat terjadinya onset ± 23 tahun. Semakin muda umur seseorang maka
prognosis semakin buruk.
2. Faktor pencetusnya dan predisposisi
Pada pasien ini faktor pencetusnya adalah melahirkan anak. Faktor predisposisi yaitu takut
pada sosok ayah dan takut kehilangan suami. Secara objektif dapat dikatakan bahwa hal ini
merupakan suatu stressor berat, sehingga prognosisnya buruk.
3. Kecerdasan.
Kecerdasan seseorang menentukan prognosis dari penyakitnya. Pada pasien ini
kecerdasannya cukup baik sehingga prognosisnya baik.
4. Kepribadian.
Pasien ini mempunyai kepribadian yang tertutup sehingga prognosisnya cenderung ke arah
buruk.
5. Progresivitas penyakit.
Perjalanan penyakit penting untuk menentukan prognosis.
6. Terapi.
Dengan terapi yang adekuat : tepat obat, dosis, dan cara pemberiannya maka prognosis
penyakit baik.
7. Support System.
Hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam membantu dalam proses penyembuhan
pasien. Adanya dukungan dan support dari keluarga dan lingkungan akan memberikan
pengaruh positif kepada pasien dalam menghadapi penyakit serta dalam menjalankan fungsi
sosialnya.
Menurut Kaplan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis :
Baik BurukTuaFaktor presipitasi yang jelasOnset akutPremorbid baikGejala gangguan moodMenikahRiwayat keluarga gangguan moodSupport sistem yang baikGejala positif
MudaTidak ada faktor presipitasiOnsetnya insidiousRiwayat pekerjaan, seksual, sosial, buruk premorbidnyaTingkah laku autistik, menarik diriSingel, bercerai atau jandaRiwayat keluarga skizoferniaSupport sistem yang burukGejala negatifTanda dan gejala neurologisRiwayat trauma perinatalTidak ada remisi dalam 3 tahunRelapse banyakRiwayat menyerang
Hanya 10-20% pasien yang memiliki hasil baik, lebih dari 50 % persen pasien
digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan yang berulang, eksaserbasi
gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri.
Rentang angka pemulihan pasien di literature adalah 10-60%, perkiraan yang
beralasan adalah bahwa 20-30% pasien skizofernia dapat menjalani kehidupan agak normal.
Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang, dan 40-60% dari pasien
terus terganggu secara bermakna oleh gangguannya selama hidupnya.