crs1 - benda asing hidung fix.docx
DESCRIPTION
Filename: CRS1 - benda asing hidung FIX.docxTRANSCRIPT
Case Report Session
BENDA ASING DI HIDUNG
Advanny Arienda Osan 1110313070
Randa Hayudha 1110312116
PRESEPTOR
dr. Al Hafiz, Sp. THT-KL
BAGIAN ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing
dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan
benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen terdiri dari benda
padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti
kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal
dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan
lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta.1,2
Benda asing merupakan kasus yang biasa ditemui di bagian instalasi gawat
darurat. Meskipun sering terjadi pada anak-anak, hal ini juga dapat ditemui pada
orang dewasa terutama mereka dengan keterbelakangan mental atau gangguan
jiwa. Sekecil apapun benda yang masuk, benda tersebut dapat menjadi potensi
terjadinya kerusakan mukosa bahkan kematian jika benda tersebut jatuh ke
saluran nafas.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Hidung
2.1.1. Anatomi Hidung
Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke bawah :4
1. Pangkal hidung (bridge).
2. Batang hidung (dorsum nasi).
3. Puncak hidung (hip).
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
6. Lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :4
1. Tulang hidung (os nasal)
2. Prosesus frontalis (os maksila)
3. Prosesus nasalis (os frontal)
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang
rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu :4
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior.
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago ala mayor.
3. Tepi anterior kartilago septum.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.4
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior disebut vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise).4
Gambar 2.1. Anatomi hidung tampak lateral dan medial
Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior.Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi
oleh mukosa hidung.4
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka
suprema ini biasanya rudimenter.4
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung.Terdapat meatus yaitu
meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara
(ostium) duktus nasolakrimalis.Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal,
sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara
sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.4
Batas Rongga Hidung
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os
maksila dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os
etmoid, tulang ini berlubang-lubang (kribrosa=saringan) tempat masuknya
serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian posterior, atap rongga hidung
dibentuk oleh os sfenoid.4
Vaskularisasi
Bagian atas rongga hidung divaskularisasi oleh arteri etmoidalis anterior
dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika dari arteri karotis
interna.4
Bagian bawah rongga hidung divaskularisasi oleh cabang arteri maksilaris
interna, diantaranya arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina. Arteri
sfenopalatina keluar dari foramen sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
belakang ujung posterior konka media.4
Bagian depan hidung divaskularisasi oleh cabang-cabang a. fasialis. Pada
bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a.
etmoid anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus
kiesselbach (little's area).4
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arteri. Vena divestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena
di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk
mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.4
Gambar 2.2 Vaskularisasi hidung
Jaringan limfatik
Jaringan limfatik berasal dari mukosa superfisial.Jaringan limfatik anterior
bermuara di sepanjang pembuluh fasialis yang menuju leher.Jaringan limfatik
posterior terbagi menjadi tiga kelompok.Kelompok superior bermuara pada
kelenjar limfe retrofaringea.Kelompok media menuju ke kelenjar limfe jugularis.
Kelompok inferior menuju ke kelenjar limfe di sepanjang pembuluh jugularis
interna.4
Innervasi
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n.
oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik
dari nervus maksilla melalui ganglion sfenopalatina.Ganglion ini menerima
serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut parasimpatis dari n. petrosus
superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus.
Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka
media.4
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius.Saraf ini turun melalui
lamina kribrosa dari pemukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.4
Gambar 2.3. Innervasi hidung4
2.1.2 Fisiologi Hidung
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi
fisiologis hidung dan sinus paranasalis adalah: 4
1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),
penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan
dan mekanisme imunologik lokal,
2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara
untuk menampung stimulus penghidu,
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma dan pelindung panas, dan
5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang
berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang
dapat menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau
tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.5
2.2. Benda Asing di Hidung
2.2.1. Definisi Benda Asing di Hidung
Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga
hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. Kebanyakan kasus
benda asing asimtomatik. Kejadian benda asing sekitar 11% dari seluruh
kedaruratan dibidang telinga hidung dan tenggorok.1
Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang
berasal baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing
eksogen) tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada hidung.2
2.2.2. Klasifikasi Benda Asing
Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan:2
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair
atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari
kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur
barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda
cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu
cairan dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkejuan, dan membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.2
Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan
benda asing hidup.
1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan
cacing.
a. Larva lalat
Benda asing larva dapat ditemukan di daerah tropis pada pasien dengan
hygiene kurang. Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di
hidung manusia dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari
spesies Chryssomya bezziana. Chrysomya bezziana adalah serangga yang
termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo diptera, subordo Cyclorrapha,
kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang berwarna biru atau biru
kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada toraks dan pada
abdomen bergaris melintang. Larva mempunyai kait-kait di bagian
mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa
meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang
hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang pada
tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.6,7
b. Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.
Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai
rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di
air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan pengisap darah.
Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan
untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini
mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti
pembekuan darah sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah
kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam
air. Bentuk tubuh lintah ini pipih, bersegmen, mempunyai warna
kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.
Lintah hidup di hidung
c. Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi
masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi
Port d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk
mendapatkan oksigen yang lebih banyak.
2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing
baju. Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen
yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus
diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera,
karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.6
Manik-manik di bawah konka inferior
Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan
menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan
benda asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.2
2.2.3. Epidemiologi
Benda asing di hidung adalah suatu kedaruratan yang cukup sering terjadi
di bidang telinga, hidung, dan tenggorok. Kejadian benda asing ini dapat terjadi
secara spontan atau tidak disengaja baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
Benda asing di hidung lebih banyak kejadiannya dibandingkan dengan benda
asing di telinga. Lokasi benda asing di hidung biasanya di dasar kavum nasi, di
bawah konka inferior, atau di meatus media. Benda asing unilateral tersering di
sisi kanan sekitar dua kali di banding kiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kecenderungan individu yang dominan menggunakan tangan kanan dalam hal
beraktivitas.2,8
2.2.4. Patogenesis
Beberapa benda asing mungkin dapat tetap di hidung selama bertahun-
tahun tanpa perubahan mukosa. Benda asing mati (inanimate foreign bodies) pada
hidung dapat menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung sehingga dapat
terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan grnaulasi, dan dapat berlanjut menjadi
sinusitis. Sedangkan benda asing hidup (animate foreign bodies) dapat
menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat yang bervariasi, dari infeksi lokal
sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk
daerah supurasi yang dalam dan bau. Cacing askariasis dapat menimbulkan iritasi
pada hidung karena gerakannya.1,2
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat
higroskopik, mudah melunak dan mengembang, serta menyebabkan iritasi pada
mukosa. Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan,
dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologk, karena umumnya
benda asing anorganik bersifat radioopak.2
2.2.5. Gejala Klinis
Benda asing di telinga hidung tenggorokan merupakan suatu kegawatan
yang umum terjadi. Benda asing di hidung umumnya terdapat pada kelompok usia
anak-anak dengan atau tanpa retardasi mental, status sosial ekonomi yang buruk,
orang tua yang pendidikan rendah, dan biasanya memiliki kejadian serupa di masa
lalu. Selain itu, orang dewasa dengan penyakit jiwa dan keterbelakangan mental
juga dapat ditemukan dengan adanya benda asing di hidungnya. 6,9
Benda asing yang masuk ke dalam hidung dapat tersangkut di hidung,
nasofaring, laring, trakea, dan bronkus, biasanya benda asing tersebut cenderung
terletak di lantai rongga hidung, tepat di bawah konka inferior, atau di fosa
anterior hidung bagian atas sampai konka media. Benda asing di hidung pada
anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala dan dapat
bertahan untuk waktu yang lama. Gejala yang timbul bervariasi, mulai dari tanpa
gejala sampai kematian akibat sumbatan total. Biasanya pasien sering datang
dengan adanya benda asing pada salah satu rongga hidung, rhinitis berulang
unilateral, hidung berbau busuk, adanya sekret unilateral, dan epistaksis unilateral.
Benda asing umumnya adalah manik-manik, kacang-kacangan, biji-bijian,
penghapus kecil, kancing, bagian mainan, kerikil, lilin, makanan, kertas, kain,
batu, dan tombol baterai.2,6,9,10,11
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis klinis benda asing di hidung dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Setiap benda asing di saluran napas merupakan
hal serius karena dapat menyebabkan sumbatan jalan napas akut, baik total atau
sebagian. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena kasus benda asing di
hidung sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Data terpenting
bagi seorang klinisi dalam mengevaluasi anak dengan kecurigaan benda asing di
hidung adalah cerita dari saksi mata karena biasanya anak dengan benda asing
hidung tidak menunjukkan gejala.2,11
Macam benda asing atau bahan yang masuk dan telah berapa lama benda
asing tersebut masuk sangat penting untuk diketahui. Benda asing organik di
dalam saluran napas dapat cepat mengembang karena bersifat higroskopis
sehingga dalam waktu 6 sampai 12 jam dapat menyebabkan sumbatan jalan napas
secara total. Sebaliknya pada benda asing anorganik, reaksi jaringan lebih sedikit
bahkan kadang tidak menimbulkan gejala.2,11
Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien
datang pada usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral
atau rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau sehingga hidung berbau
busuk, nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala yang menyertai
seperti bersin-bersin, mendengkur, demam, epistaksis, dan bernapas melalui
mulut.10
Pemeriksaan fisik dilakukan pada pasien dalam keadaan imobilisasi agar
memudahkan pemeriksaan. Oleh karena itu terkadang dibutuhkan obat-obat
sedatif pada pasien pediatrik atau bantuan orang tua untuk memfiksasi pasien.
Kadang-kadang terjadi trauma lokal mungkin dengan eritema, edema, atau
perdarahan. Pada pemeriksaan dengan rinoskopi anterior dapat langsung tampak
benda asing, tampak adanya reaksi inflamasi edema mukosa hidung unilateral dan
dapat terjadi ulserasi yang akhirnya lama-kelamaan dapat menimbulkan epistaksis
akibat peradangan lokal dan tekanan pada pembuluh darah. Benda asing biasanya
tertutup oleh mukopus sehingga disangka sinusitis. Dalam hal demikian, bila akan
menghisap mukopus haruslah berhati-hati supaya benda asing itu tidak terdorong
ke arah nasofaring yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea, dan bronkus.2,9
Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta
dibutuhkan kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien. Pasien
harus dalam keadaan imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan, oleh karena itu
terkadang dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien pediatrik. Kadang-kadang,
bukti trauma lokal mungkin ada, dengan eritema, edema, perdarahan, atau
keduanya. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam rongga hidung,
biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti adanya discharge hidung dan bau
busuk. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung
unilateral dan dapat terjadi ulserasi.3,5
Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan
pemeriksaan penunjang, pengecualian pada kasus benda asing berjenis metal yang
memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.2
2.2.7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan
benda tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma yang
minimal. Pengeluaran benda asing di hidung tampaknya sederhana tetapi terdapat
morbiditas potensial karena dapat terjadi kerusakan mukosa dan kematian akibat
terjatuhnya benda asing ke dalam saluran napas distal.2,6,9
Pasien mungkin dapat mengeluarkan benda asing hanya dengan meniup
hidung sementara lubang hidung yang berlawanan ditutup. Jika ini gagal atau jika
benda asing hidung terdapat pada anak kecil yang tidak kooperatif, ventilasi
tekanan positif dapat disampaikan melalui mulut pasien. Orang tua meliputi mulut
anak sekaligus menutup lubang hidung yang tidak ada benda asing dengan jari
lalu tiupkan udara dengan cepat, lembut, dan tidak boleh menggunakan volume
besar atau napas tekanan tinggi. Barotrauma telinga dapat terjadi akibat ventilasi
tekanan positif ini. Tekanan positif juga dapat disampaikan melalui mulut
menggunakan kantong masker (Ambu Bag) atau melalui hidung menggunakan
oksigen tubing.6
Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung adalah dengan
memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung di bagian atas
menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait
diturunkan sedikit dan ditarik ke depan sehingga benda asing ikut terbawa ke luar.
Cunam nortman atau “wire loop” dapat juga digunakan apabila tersedia. Anestesi
lokal dengan premedikasi yang tepat, vasokonstriksi lokal, dan visualisasi yang
baik dapat mengurangi edema mukosa pada saat pengambilang benda asing
hidung. Pengambilan benda asing dapat menggunakan forceps, kait melengkung,
loop serumen, suction catheter atau balloon-tip catheter (5 atau 6 French Foley)
yang dilewatkan dari benda asing lalu digembungkkan balonnya, dan tarik balon
tersebut ke depan sehingga menggerakkan benda asing ke nares anterior.
Antibiotik sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing
hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.2,6,9
2.2.8. Komplikasi
Kebanyakan benda intranasal dapat mengakibatkan sumbatan,
pembengkakan mukosa hidung, erosi mukosa sampai ulserasi, epistaksis, dan bau
busuk. Tetapi banyak juga yang asimptomatik. Benda asing hidung dapat
menyebabkan infeksi. Abses orbital sebagai akibat dari rinosinusitis akut dan
sekunder akibat adanya sumbatan pada hidung. Vestibulitis unilateral pada anak-
anak harus dicurigai kemungkinan adanya benda asing hidung. Pasien dapat
datang dengan sinusitis, septum perforasi, meningitis, tetanus dan difteri nasal.9,12
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien:
Nama : An. F
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No MR : 948182
Alamat : Padang
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berusia 3 tahun datang ke IGD RSUP Dr.M.Djamil
Padang pada tanggal 12 Juni 2016 dengan:
Keluhan Utama :
Masuk roda mainan pada hidung kanan sejak 1 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Awalnya pasien sedang bermain sendiri dengan mobil – mobilan, tiba
– tiba pasien mengatakan pada orang tuanya telah memasukan ban
mobil – mobilan ke dalam hidung kanannya.
- Orang tua pasien langsung membawa anaknya ke IGD RSUP
Dr.M.Djamil.
- Usaha untuk mengeluarkan benda asing tidak ada.
- Keluar darah dari hidung tidak ada.
- Riwayat tersedak, batuk, sesak napas dan wajah membiru tidak ada.
- Riwayat memasukkan benda asing sebelumnya ke telinga, hidung dan
tenggorokan tidak ada.
- Demam, batuk dan pilek tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan :
-
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis tidak kooperatif
Tekanan darah : tidak diperiksa
Frekuensi nadi : 90 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,5°C
BB : 15kg
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : normochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorax :
Paru
- Inspeksi : simetris statis dan dinamis
- Palpasi : fremitus kiri = kanan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : suara napas bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Extremitas : akral hangat dan refilling kapiler <2”
Status Lokalis THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Daun telinga
Kel.kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Kel.Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan
tragus
Tidak ada Tidak ada
Dinding liang
telinga
Cukup lapang
(N)
Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Sekret/serumen
Ada / Tidak Ada Ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Warna Kekuningan Kekuningan
Jumlah Sedikit Sedikit
Jenis Kering Kering
Membran timpani
Utuh
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Reflek cahaya Ada , arah jam
5
Ada , arah jam 7
Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Perforasi perforasi
Jenis - -
Kwadran - -
Pinggir - -
Mastoid Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Tesgarpu tala
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan
Kesimpulan
Audiometri Tidak dilakukan
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Hidung Luar
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Sinus paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Vestibulum Vibrise Ada Ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Cavumnasi
Cukup lapang (N) Tampak benda
asing berwarna
hitam diantara
konka inferior
dan septum
Lapang
Sempit
Lapang
Sekret
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Jenis - -
Jumlah - -
Bau - -
Konka
inferior
Ukuran Sulit dinilai Eutrofi
Warna Sulit dinilai Merah muda
Permukaan Sulit dinilai Licin
Edema Sulit dinilai Tidak ada
Konka media Ukuran Sulit dinilai Eutrofi
Warna Sulit dinilai Merah muda
Permukaan Sulit dinilai Licini
Edema Sulit dinilai -
Septum
Cukup lurus/deviasi Lurus
Permukaan Licin
Warna Merah muda
Spina Tidak ada
Krista Tidak ada
Abses Tidak ada
Perforasi Tidak ada
Massa
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh
vasokonstriktor
- -
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Koana Cukup lapang (N) Terbuka Terbuka
Sempit - -
Lapang - -
Mukosa Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada
Konka superior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Edema - -
Adenoid Ada/ tidak Tidak Tidak
Muara tuba
eustachius
Tertutup secret Terbuka Terbuka
Massa Lokasi - -
Ukuran - -
Bentuk - -
Permukaan - -
Post nasal drip Ada/ tidak Tidak ada Tidak ada
Jenis
Orofaring dan mulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum mole +
Arkus Faring
Simetris /tidak Simetris
Warna Merah muda
Edem Tidak ada
Bercak /eksudat Tidak ada
Dinding faring Warna Merah muda
Permukaan -
Tonsil
Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Muara kripti Tidak Melebar Tidak Melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan
dengan pilarTidak ada Tidak ada
Peritonsil
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Tumor
Lokasi Tidak ada
Bentuk -
Ukuran -
Permukaan -
Konsistensi -
Gigi Karies/Radiks Tidak ada Tidak ada
Kesan -
Lidah
Warna Merah muda
Bentuk Normal
Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada
Laringiskopi Indirek : Tidak Dilakukan (pasien tidak kooperatif)
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Epiglotis Bentuk - -
Warna - -
Edema - -
Pinggir rata/ tidak - -
Massa - -
Aritenoid Warna - -
Edema - -
Massa - -
Gerakan - -
Ventrikular band Warna - -
Edema - -
Massa - -
Plika vokalis Warna - -
Gerakan -
Pinggir medial - -
Massa - -
Subglotis/ trakea Massa - -
Sekretada / tidak - -
Sinus piriformis Massa - -
Sekret - -
Valekulae Massa - -
Sekret (jenisnya) - -
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Inspeksi tidak terlihat pembesaran
KGB leher, tanda radang (-).
tidak terlihat pembesaran
KGB leher, tanda radang (-).
Palpasi tidak teraba pembesaran
KGB leher, nyeri tekan (-)
tidak teraba pembesaran KGB
leher, nyeri tekan (-)
Pemeriksaan penunjang :
-
Tatalaksana :
- Ekstraksi benda asing : berhasil
- Evaluasi kavum nasi dekstra : kavum nasi lapang, konka inferior eutrofi,
konka media eutrofi.
Prognosis :
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
Edukasi
1. Ingatkan orang tua bahwa kejadian seperti ini dapat berulang dan anak-
anak jarang mengeluh langsung setelah kejadian.
2. Ingatkan orang tua untuk selalu memperhatikan anak pada saat bermain.
BAB IV
DISKUSI
Telah dilaporkan pasien anak berumur 3 tahun datang ke IGD RSUP M.
DJAMIL dengan keluhan utama masuk roda mainan pada hidung kanan sejak 1
jam yang lalu.
Berdasarkan anamnesa didapatkan awalnya pasien sedang bermain sendiri
dengan mobil – mobilan, tiba – tiba pasien mengatakan pada orang tuanya telah
memasukan ban mobil – mobilan ke dalam hidung kanannya. Orang tua pasien
langsung membawa anaknya ke IGD RSUP Dr.M.Djamil dan usaha untuk
mengeluarkan benda asing sebelumnya tidak ada. Keluar darah dari hidung tidak
ada. Riwayat tersedak, batuk, sesak napas dan wajah membiru tidak ada. Riwayat
memasukkan benda asing sebelumnya ke telinga, hidung dan tenggorokan tidak
ada. Riwayat demam, batuk dan pilek sebelumnya tidak ada.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan hidung kanan : kavum nasi
kanan tampak sempit dan nampak benda asing berwarna hitam diantara konka
inferior dan septum. Darah tidak ada. Pada pemeriksaan THT lainnya tidak
ditemukan kelainan.
Berdasarkan literatur, benda asing biasanya lebih banyak ditemukan pada
anak berumur kisaran 2-5 tahun dikarenakan pada fase umur tersebut, anak sedang
aktif-aktifnya dan dengan diikuti rasa ingin tahu yang tinggi. Benda asing lebih
banyak di temukan di kavum nasi dekstra, dikarenakan oleh dominannya
pemakaian tangan kanan. Pada pasien ini didapatkan hal yang sesuai dengan
literatur yaitu benda asing ditemukan pada kavum nasi dekstra ketika pasien
sedang bermain mobil – mobilan sendiri.
Benda asing yang sudah terlalu lama dapat menimbulkan komplikasi,
diantaranya: obstruksi hidung, infeksi mukosa hidung dan yang paling sering
adalah perdarahan. Pada kasus-kasus tertentu juga dapat ditemukan septum
perforasi. Pada pasien ini tidak didapatkan adanya tanda komplikasi dikarenakan
oleh cepatnya waktu orang tua membawa pasien ke pelayanan kesehatan.
Pada pasien ini dilakukan ekstraksi benda asing, dan dikeluarkan sebuah
ban mobil mainan plastik dengan diameter 0,8 cm. Menurut literatur cara
mengelurkan benda asing di dalam hidung ialah dengan memakai pengait (haak)
yang dimasukkan ke dalam kavum nasi sampai menyentuh hidung bagian atas,
menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait
diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut
terbawa ke luar. Pada pasien ini digunakan ekstarksi dengan menggunakan
pengait.
Setelah dilakukan ekstrasi tampak kavum nasi kanan lapang, konka
inferior eutrofi, konka media eutrofi. Pada pasien dilakukan edukasi kepada orang
tua untuk mengawasi anak memasukkan kembali benda asing seperti makanan
atau mainan karena anak-anak ada kecenderungan untuk memasukkan kembali
benda tersebut ke hidung mulut atau telinga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Medical dictionary. Corpus Alienum. http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum. Diakses pada 20
Desember 12:15.
2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam : Soepardi EA,
Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2012. Hal. 237-43.
3. Fischer JI. 2015. Nasal Foreign Body,
http://emedicine.medscape.com/article/763767-overview#showall.
Diakses 12 Juni 2016.
4. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. 2012.Hidung. Dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi ke 7. Jakarta:
FKUI
5. Novialdi, Rahman S. 2006. Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus. Bagian
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas
Padang.http://repository.unand.ac.id/diunduh pada tanggal 12 Juni 2016.
6. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am
Fam Physician. 2007:76(8): 1185-89.
7. Parajauli R. Foreign Bodies in The Ear, Nose, and Throat : An Experience
in a Tertiary Care Hospital in Central Nepal. Thieme. Nepal. 2015.
8. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Khatmandu University Medical
Journal. Nepal: 2012:11.
9. Kalyanasundaram R, Thirunavukkarasu R, Balasubramaniam G,
Palaniappan H. An Unusual Foreign Body in the Nasal Cavity.
International Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery.
Department of ENT Thanjavur Medical College. India. 2014:3:267-70.
10. Jain A, Shah M, Jain S. Case Reports : Nasal Foreign Body Presenting as
Unilateral Headache. Indian Paediatrics. Department of
Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery, CU Shah Medical
College and Hospital, Surendra Nagar. India. 2011:48:643-4.
11. Christanto A, Samodra E, Darmawan AB, Primadewi N. Gigi Palsu di
Trakea - Laporan Kasus . Cermin Dunia Kedokteran-Kalbemed. Jakarta.
2013: 40(9): 683-6.
12. Dalili Z, Motevasseli S, Nejadshamsi P. Case Report : Foreign Body in
Nasal Cavity: Panoramic and Cone-Beam Computed Tomography
(CBCT) Findings. Journal of Dentomaxillofacial Radiology Pathology
and Surgery. 2013:1(2): 39-42.