css-adhd b2 kelompok xl-b

30
PENDAHULUAN Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu gangguan perilaku yang memiliki gejala utama berupa ketidakmampuan individu untuk memusatkan perhatian (inatensi), impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tahapan perkembangan anak. 1 Di samping gejala di atas, anak-anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas juga menunjukkan beberapa gejala lain seperti adanya ambang toleransi frustasi yang rendah, disorganisasi, dan perilaku agresif. 1 Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam menjalankan fungsinya sehari-hari, seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting adalah mengganggu kesiapan anak untuk belajar. 1 Semua kondisi ini tentunya mengganggu prestasi belajar anak. Secara keseluruhan 1

Upload: westiartika

Post on 13-Jul-2016

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

case report

TRANSCRIPT

Page 1: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

PENDAHULUAN

Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

adalah suatu gangguan perilaku yang memiliki gejala utama berupa ketidakmampuan

individu untuk memusatkan perhatian (inatensi), impulsivitas, dan hiperaktivitas yang

tidak sesuai dengan ciri-ciri tahapan perkembangan anak.1 Di samping gejala di atas,

anak-anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas juga

menunjukkan beberapa gejala lain seperti adanya ambang toleransi frustasi yang

rendah, disorganisasi, dan perilaku agresif.1 Kondisi ini tentunya menimbulkan

penderitaan dan hambatan bagi anak dalam menjalankan fungsinya sehari-hari,

seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting adalah

mengganggu kesiapan anak untuk belajar.1 Semua kondisi ini tentunya mengganggu

prestasi belajar anak. Secara keseluruhan membuat penurunan kualitas hidup anak

dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di kemudian hari.1

Gejala-gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ini pada

umumnya telah timbul sebelum anak berusia tujuh tahun. Walaupun demikian,

biasanya orangtua dari anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas

baru membawa anaknya ke ruang konsultasi saat anak mulai bersekolah formal.1,2

Pada saat itu anak dituntut untuk mampu mengontrol perilaku mereka dan mengikuti

peraturan yang berlaku di sekolah. Keluhan yang sering disampaikan adalah anak

nakal, tidak kenal takut, berjalan-jalan di dalam kelas, seringkali berbicara dengan

temannya pada saat pelajaran berlangsung, dan sebagainya. Pada anak yang berusia

1

Page 2: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

kurang dari 4 tahun kondisi ini seringkali sulit dibedakan apakah anak menderita

gangguan ini atau merupakan suatu hal yang wajar sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Namun pada anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas, gejala yang muncul tampak lebih sering dan intensitasnya lebih berat

jika dibandingkan dengan anak lain dengan taraf perkembangan yang sama.2

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di seluruh dunia

pada anak sekolah diperkirakan berkisar antara 3%-10%. Di Amerika Serikat, para

ahli mempunyai kesepakatan bahwa prevalensinya antara 3%-5% pada populasi anak.

Sedangkan penelitian di Inggris menunjukkan angka 0,5-1% dan di Taiwan angka

prevalensi dari kasus ini adalah 5-10%. Berdasarkan peneleitian yang dilakukan oleh

Tanjung dkk, pada sejumlah SD di wilayah Jakarta Pusat pada tahun 2000-2001

didapatkan 4,25 dari sekitar 600 anak sekolah dasar kelas 1-3 mengalami gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Saputro D (2000) dalam penelitiannya pada

anak-anak usia sekolah dasar di Kabupaten Sleman- DIY menemukan angka

prevalensi sekitar 9,5%. Pada tahun 2003 sebanyak 51 anak dari sekitar 215 anak

sekolah dasar di diagnosis gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di Poli

Klinik Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).1,2

Prevalensi gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas dipengaruhi oleh

jenis kelamin dan anak. Angka kejadian pada anak remaja dan dewasa dikatakan

lebih rendah jika dibandingkan dengan anak perempuan dengan rasio 3-4:1.1,2

2

Page 3: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

TINJAUAN PUSTAKA

1. ETIOLOGI

Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari GPPH. Dan berbagai

penelitian yang telah dilakukan dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik,

struktur anatomi dan neurokimiawi otak terhadap terjadinya GPPH.2

GPPH merupakan suatu gangguan yang mempunyai komponen genetik

karena gangguan ini seringkali ditemukan bersamaan pada beberapa anggota

keluarga. Dari beberapa penelitian genetik ditemukan bahwa saudara kandung dari

anak dengan GPPH mempunyai risiko 5−7 kali lebih besar untuk mengalami

gangguan serupa jika dibandingkan dengan anak lain yang tidak mempunyai saudara

kandung dengan GPPH. Sedangkan orang tua yang menderita GPPH mempunyai

kemungkinan sekitar 50% untuk menurunkan gangguan ini pada anak mereka.

Jacquelyn J. Gillis dalam penelitiannya pada anak dengan GPPH menyatakan bahwa

55–92 % anak kembar identik akan menderita gangguan yang sama jika salah satu

anak tersebut menderita GPPH.23

Rappaport, dkk dari The National Institute of Mental Health melakukan

penelitian pada anak dengan GPPH menggunakan MRI (Magnetic Resonance

Imagiag), menyatakan adanya pengecilan lobus prefrontal kanan, nukleus kaudatus

kanan, globus palidus kanan, serta vermis (bagian dari serebelum) jika dibandingkan

dengan anak tanpa GPPH. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi bagian-

bagian otak di atas adalah meregulasi fungsi perhatian seseorang. Lobus prefrontal

3

Page 4: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

dikenal sebagai bagian otak yang terlibat dalam proses editing perilaku, mengurangi

distraktibilitas, membantu kesadaran diri dan waktu seseorang. Sedangkan nukleus

kaudatus dan globus palidus berperan dalam menghambat respons otomatik yang

datang pada bagian otak, sehingga koordinasi rangsangan tersebut tetap optimal.

Fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan. Meskipun demikian, apa yang

menyebabkan pengecilan lobus atau bagian otak tersebut masih pertanyaan yang

memerlukan penelitian lebih lanjut.2,4

Cook EH dan rekan (1995) dan Barkley dan rekan (2000), menyatakan adanya

peningkatan ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron di daerah limbik dan

lobus prefrontal akibat dari perubahan aktivitas hipersensitivitas transporter

dopamine. Hal ini dikaitkan dengan gangguan pada fungsi neurotransmisi

dopaminergik di area frontostriatokortikal. Kondisi ini membuat anak dengan GPPH

mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi eksekutifnya, berupa kontrol diri

yang buruk dan gangguan dalam menginhibisi perilaku. Secara teoretis, dengan

bertambahnya usia, seorang anak seharusnya mampu melakukan kontrol diri dengan

baik dan mengendalikan perilakunya dengan lebih terarah sehingga mampu

melakukan tuntutan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Tetapi kondisi ini

tidaklah berjalan minus pada anak dengan GPPH. Hal ini karena adanya

hipersensitivitas transporter dopamin sehingga anak, menunjukkan:4

a. Gangguan Non-Verbal Working Memory, dengan gambaran berupa:3,4

• Kehilangan rasa `kesadaran' akan waktu

• Ketidakmampuan untuk menyimpan informasi di dalam otaknya.

4

Page 5: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

• Persepsi yang tidak sesuai terhadap suatu objek/kejadian

• Perencanaan dan pertimbangan yang buruk

b. Gangguan internalisiation of self-directed speech, berupa;

• Kesulitan mengikuti peraturan yang berlaku

• Tidak disiplin

• Self Guidance dan Self Questioning yang buruk

c. Gangguan regulasi, motivasi dan tingkat ambang kesadaran diri yang buruk.

Kondisi ini memberikan gejala seperti:

• Kesulitan dalam menyensor semua bentuk reaksi emosi, ambang toleransi

terhadap frustrasi yang rendah

• Hilangnya regulasi diri dalam bidang motivasi dan dorongan kehendak

d. Gangguan kemampuan merekonstruksi berbagai perilaku yang sudah

diobservasi dalam usaha untuk membangun suatu bentuk perilaku baru untuk

mencapai tujuan dari suatu kegiatan yang sudah ditargetkan, berupa:

• Keterbatasan untuk menganalisis perilaku-perilaku dan melakukan sintesis ke

dalam bentuk yang baru

• Ketidakmampuan untuk menyelesaikan persoalan sesuai dengan taraf usianya

Komplikasi perinatal juga dikaitkan dengan timbulnya GPPH pada seorang

anak. Studi retrospektif pada anak dengan GPPH menunjukkan adanya komplikasi

perinatal yang lebih sering jika dibandingkan dengan anak tanpa GPPH. Beberapa

komplikasi perinatal yang sering ditemukan adalah perdarahan antepartum, persalinan

lama, nilai APGAR yang rendah dalam menit pertama kelahiran, dan lain-lain.

5

Page 6: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

Milberger dan rekan (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu perokok

dalam masa kehamilan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak

dengan GPPH. Whitaker dkk (1997) menemukan bahwa bayi dengan berat badan

lahir rendah yang disertai dengan kerusakan substansia alba mempunyai resiko lebih

tinggi untuk menderita GPPH di kemudian harinya.2,4

Walaupun masih kontroversi, beberapa kondisi seperti alergi, diet dan

pengaruh logam berat juga dikaitkan dengan terjadinya GPPH. GPPH mungkin akan

bertambah berat pada anak dengan beberapa penyakit fisik tertentu seperti

abnormalitas fungsi tyrold, infeksi telinga berulang dan tuli sensorineural.1,4

2. DIAGNOSIS

Berdasarkan DSM IV maka kriteria Gangguan pemusatan perhatian

hiperaktivitas adalah sebagai berikut :2,3

A. salah satu dari (1) atau (2):

(1) Terdapat minimal 6 atau lebih gejala-gejala inatensi berikut yang menetap dan

telah berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan sampai ke tingkat yang

maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak:

Sering melakukan kesalahan yang tidak seharusnya atau ceroboh terhadap

pekerjaan sekolah atau aktivitas-aktivitas lain.

Sering mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatian dalam

melakukan tugas tanggung jawabnya atau dalam kegiatan bermain.

Sering tampak tidak mendengarkan (acuh) pada waktu diajak bicara.

6

Page 7: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

Sering tidak mampu mengikuti aturan dan gagal dalam menyelesaikan

tugas-tugas sekolah, kegiatan sehari-hari.

Sering mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan tugas tanggung

jawab atau aktivitasnya.

Sering menghindar, tidak suka atau menolak kegiatan yang memerlukan

konsentrasi lama seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk kegiatan atau

aktivitasnya seperti mainan, pensil, buku-buku atau peralatan-peralatan

lainnya.

Mudah teralih perhatiannya oleh stimulus yang dari luar.

Mudah lupa akan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.

(2) Terdapat minimal 6 atau lebih gejala-gejala hiperaktivitas-impulsifitas berikut

yang menetap dan berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan sampai ke tingkat

yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak:

Hiperaktifitas

a. Sering tidak bisa duduk diam atau kaki tangannya tidak bisa diam

b. Sering tidak mampun duduk diam dikursi didalam kelas atau pada situasi

diaman anak diharapkan duduk diam

c. Sering berlari atau memanjat secara berlebihan pada situasi yang tidak

sesuai atau pada situasi-situasi yang tidak seharusnya

d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam kegiatan

menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan

7

Page 8: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

e. Sering bergerak atau sepertinya digerakkan oleh mesin

f. Sering berbicara berlebihan

Impulsifitas

a. Sering member jawaban sebelum pertanyaan selesai diajukan

b. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran

c. Sering menginterupsi orang lain

B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatensi yang menyebabkan

gangguan ini sudah timbul sebelum anak berusia 7 tahun

C. Gejala tersebut terjadi minimal pada dua situasi atau tempat yang berbeda

misalnya disekolah, dan dirumah

D. Ada bukti yang jelas bahwa gejala ini menimbulkan gangguan fungsi anak

yang bermakna dibidang sosial, akademik dan fungsi pekerjaan lainnya.

E. Gejala tidak timbul secara eksklusif selama perjalanan penyakit gangguan

perkembangan pervasif, skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya dan tidak

dapat dijelaskan oleh gangguan mental lainnya seperti gangguan mood,

gangguan cemas, ganggua disosiatif atau gangguan kepribadian.

3. DIAGNOSIS BANDING DAN KOMORBIDITAS

Beberapa gangguan dapat menyerupai atau menyertai GPPH. Gangguan

medis/neurologis yang sering GPPH adalah; epilepsi, sindroma Tourette, (movement

disorders), gejala sisa dari trauma kepala, gangguan/ kerusakan penglihatan atau

pendengaran, kekurangan zat Fe kekurangan/gangguan tidur. Gangguan psikiatri

8

Page 9: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

yang sering menyerupai GPPH adalah gangguan penyesuaian, gangguan cemas,

gangguan depresi/distimik, gangguan afektif bipolar, serta retardasi mental.3

Gangguan medis yang seringkali menyertai atau berkormorbiditas dengan

GPPH adalah gangguan depresi yang timbul sekunder akibat kegagalan reaksi

penyesuaian anak dengan GPPH dengan tuntutan dari lingkungan sekitarnya. Mereka

seringkali merasa gagal dalam proses belajar, serta timbulnya perasaan rendah diri

akibat berkurangnya kemampuan yang seharusnya sudah mereka miliki jika

dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Gangguan lain yang juga seringkali

menyertai GPPH adalah gangguan belajar, gangguan tingkah laku, gangguan perilaku

menentang, serta gangguan obsesif kompulsif. Berbagai penelitian menunjukkan 35%

kasus GPPH juga disertai dengan gangguan perilaku menentang dan sekitar 25% -

75% kasus GPPH disertai dengan gangguan suasana perasaan.3

9

ADHD

alone

Mood Disorders 4%

Page 10: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

Dampak Dari GPPH Terhadap Tumbuh Kembang Seorang Anak

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan umum tidak terlalu membantu.

• EEG : kasus yang dicurigai status epileptikus.

• Pemeriksaan neuroimaging (CT scan dan MRI): bukan indikasi.

5. PENATALAKSANAAN

Gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas adalah gangguan yang bersifat

heterogen dengan manifestasi klinis yang beragam. Disamping itu, sampai saat ini

belum ada satu jenis terapi yang dapat di akui untuk menyembuhkan anak dengan

10

Usia prasekolah

Usia sekolah

Remaja

Usia saat di Perguruan Tinggi Dewasa

Gangguan perilaku Kegagalan akademikTerganggunya hubungan dengan teman sayaTerdapat problem citra diri

Gangguan akademikKesulitan dalam pekerjaanTerdapatnya problem citra diriPenggunaan zat/obat-obatanResiko mendapat cidera/kecelakaan

Gangguan perilaku

Kesulitan akademikSosialisasi burukTerdapat problem citra diriBerurusan dengan hukum MerokokResiko untuk mendapat trauma atau cedera

Kegagalan dalam pekerjaanProblem dalam membina hubungan interpersonalResiko mendapat cedera atau kecelakaan

Page 11: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas secara total. Berdasarkan evidence

based terapi gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas yang terbaik adalah dengan

pendekatan komprehensif beralaskan prinsip Multi Treatment Approach (MTA).

Dengan pendekatan ini maka anak selain mendapatkan terapi dengan obat, maka juga

diberikan terapi psikososial seperti terapi perilaku (modifikasi perilaku), terapi

kognitif-perilaku dan juga latihan keterampilan sosial. Disamping itu juga

memberikan psikoedukasi kepada orangtua, pengasuh maupun guru yang sehari-

harinya berhadapan dengan anak gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.1,3

Tujuan utama dari terapi anak dengan gangguan pemusatan perhatian

hiperaktivitas adalah memperbaiki pola perilaku dan sikap anak dalam menjalankan

fungsinya sehari-hari dengan memperbaiki fungsi kontrol diri, sehingga anak mampu

untuk memenuhi tugas tanggung jawabnya secara optimal sebagaimana anak

seusianya. Tujuan lainnya adalah memperbaiki pola adaptasi dan penyesuain sosial

anak sehingga terbentuk suatu kemampuan adaptasi yang lebih baik dan matur seusia

dengan tingkat perkembangan anak.2,3

1. Pendekatan psikofarmakologi pada penanganan anak dengan gangguan

pemusatan perhatian hiperaktivitas pemberian obat pada anak sudah dimulai

sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu. Obat yang merupakan pilihan pertama

adalah obat golongab psikostimulan. Dikenal ada 3 macam obat golongan

psikostimulan, yaitu

Golongan metilfenidat (satu-satunya yang dapat ditemukan di Indonesia)

Golongan deksamfetamin

11

Page 12: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

Golongan pamolin

Barkley, dkk mengatakan bahwa efektivitas pemakaian obat golongan

metilfenidat adalah sebesar 60-70% dalam mengurangi gejala hiperaktivitas

impulsivitas dan inatensi. Dengan demikian, pemberian obat jenis psikostimulan ini

dikatakan cukup efektif dalam mengurangi gejala-gejala gangguan pemusatan

perhatian hiperaktivitas. Efek samping yang sering ditemukan dalam pemakaian obat

golongan ini adalah penarikan diri dari lingkungan social, over focus, letargi, agitasi,

iritabel, mudah menangis, cemas, sulit tidur, penurunan nafsu makan, sakit kepala,

pusing. Biasanya efek samping ini timbul pada waktu pemakaian pertama kali atau

jika terjadi peningkatan dosis obat yang diberikan. Dengan demikian adanya gejala-

gejala di atas dapat menandakan bahwa dosis yang diberikan terlampau tinggi.

Biasanya gejala efek samping akan hilang dalam beberapa jam setelah obat

dihentikan atau diturunkan dosisnya. Penghentian pemakaian obat golongan

psikostimulan biasanya dilakukan secara bertahap untuk terjadinya rebound

phenomena.4

Jenis Obat Dosis Efek Samping Lama Kerja Perhatian

Metilfenidat 0,3-0,7 mg/kgBB/ -Insomnia Untuk jenis Tidak dianjurkan

12

Page 13: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

(sediaan tablet 10 mg, dan 20 mg)

hari.

Biasanya dimulai dengan 5 mg/ hari. Dosis maksimal 60 mg/hari.

-Penurunan nafsu makan-Penurunan berat badan-Sakit kepala-Iritabel

intermediate release (IR) lama kerja obat adalah 3-4 jam. Mula kerja obat ini cepat 30-60 menit. Efektif untuk 70% kasus. Keamanan cukup terjamin

pada pasien dengan kecemasan tinggi, tics motorik, dan riwayat keluarga dengan sindroma Tourette

Metilfenidat (slow release 20 mg)

Dosis dimulai dengan 20 mg pada pagi hari dan dapat ditingkatkan dengan dosis 0,3-0,7 mg/KgBB/ hr. kadang-kadang perlu ditambahkan 5-10 mg metilfenidat pada pagi hari agar untuk mendapatkan efek awal yang lebih cepat. Dosis maksimal 60 mg/hr

-Insomnia-Penurunan nafsu makan-Penurunan berat badan-Sakit kepala-Iritabel

Untuk jenis slow release (SR) sekitar 7 jam terutama berguna untuk remaja dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas sehingga dapat menghindari pemberian obat di siang hari

Awitan kerja lambat (1-2 jam setelah pemberian oral) tidak dianjurkan pada pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi, tics motorik, atau pada keluarga dengan riwayat sindroma Tourette’s

Metilfenidat-OROS 18mg, 36 mg, 54 mg

Dosis dimulai dengan 18 mg, satu hari sekali di pagi hari. Dosis ditingkatkan dengan dosis 0,3-0,7 mg/KgBB/hr

-Insomnia-Penurunan nafsu makan-Penurunan berat badan-Sakit kepala-Iritabel.

Jenis osmotic release oral system (OROS), sekitar 12 jam dengan kadar plasma obat yang relatif stabil.

Tidak dianjurkan pada pasien kecemasan tinggi, tics motorik, dan riwayat keluarga dengan sindroma Tourette.

Obat golongan antridepresan juga dikatakan bermanfaat dalam membantu

anak dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas. Obat ini bekerja sebagai

inhibitor metabolism dopamine dan norepinefrin. Obat antidepresan seperti

13

Page 14: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

imipramin dapt memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk mengurangi gejala,

tetapi mempunyai efikasi yang lebih rendah daripada obat golongan psikostimulan.

Efek samping kardiovaskuler, neurologic, dan anti kolinergik yang ditimbulkan

membuat pemakaian obat ini pada anak menjadi terbatas. Obat antidepresan lain yang

juga sering digunakan saat ini adalah obat antidepresan penghambat ambilan

serotonin yang bekerja secara spesifik (SSRI= Serotonin Spesific Reuptake Inhibitor),

misalnya Flouxetine. Pemberian Flouxetine 0,6 mg/ KgBB dikatakan memberikan

respons sebesar 58% pada anak dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas

yang berusia 7-15 tahun.1,2

Obat lain yang juga digunakan dalam tatalaksana anak dengan gangguan

pemusatan perhatian hiperaktivitas adalah obat antidepresan golongan penghambat

monoamine oksidase, seperti moclobemide dengan dosis 3-5 mg/ KgBB/ hari yang

dibagi dalam 2 dosis pemberian. Obat golongan antipsikotik atipikal seperti

risperidone juga dapat digunakan untuk menurunkan perilaku hiperaktivitas dan

agresivitas, walaupun demikian belum banyak penelitian yang mengungkapkan

hasilnya. Obat lainnya yang dapat digunakan adalah obat antikonvulsan seperti

golongan carbamazepin dan obat antihipertensi seperti klonidin juga dikatakn

bermanfaat dalam mengurangi gejala gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas

pada anak.2,4

2. Pendekatan psikososial pada penangan anak dengan gangguan pemusatan

perhatian.

14

Page 15: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

Adanya pelatihan keterampilan sosial bagi anak dengan gangguan

pemusatan perhatian hiperaktivitas. Sebagaimana diketahui bahwa dengan

gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas seringkali juga disertai

dengan perilaku agresivitas dan impulsivitas. Kondisi ini membuat mereka

tidak mampu untuk menjalin relasi yang optimal dengan teman-teman

sebayanya. Dampak yang cukup sering terjadi adalah mereka disingkirkan

oleh kelompok teman sebayanya dan kesulitan untuk mencari teman yang

baru. Hal lain adalah seringnya mereka menjadi kambing hitam karena

tanpa, sadar teman, guru atau lingkungan cenderung memberi label

negative terhadap perilaku mereka sehari-hari. Tidak jarang mereka juga

seringkali diperdaya oleh teman-teman mereka. Semua hal ini membuat

beban anak dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas akan

bertambah berat. Oleh karena itu diperlukan suatu pelatihan keterampilan

sosial dengan harapan mereka akan lebih mengerti norma-norma sosial

yang berlaku dan berperilaku serta bereaksi sesuai dengan norma yang

ada.

Edukasi bagi orangtua dan guru. Banyak orangtua dan gurubmerasa belum

mengerti akan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas sepenuhnya.

Kondisi ini membuat mereka ragu akan diagnosis maupun terapi yang di

anjurkan. Maka untuk itu sangat dianjurkan bagi anak beserta orangtua

dan guru kelasnya mendapatkan suatu bentuk terapi perilaku yang disebut

sebagai modifikasi perilaku.

15

Page 16: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

Modifikasi perilaku merupakan suatu tekhnik terapi perilaku dengan

menggunakan prinsip ABC (Antecedents Behaviour, and consequences).

Antecedents adalah semua bentuk sikap perilaku dan juga kondisi yang

terjadi sebelum anak menampilkan perilaku tertentu, misalnya cara

orangtua/ guru memberikan instruksi pada anak. Behavior adalah perilaku

yang ditampilkan oleh anak (yang sebenarnya ingin diubah) dan

consequences adalah reaksi orangtua/ guru yang yang terjadi setelah anak

menunjukkan perilaku tertentu. Dalam modifikasi perilaku maka orangtua

dan guru diharapkan untuk merubah antecedents dan juga

consequencesnya sehingga diharapkan anak juga dapat merubah perilaku

yang tadinya kurang adaptif menjadi yang adaptif dengan lingkungan

sekitarnya. Tehnik ini pada umumnya membutuhkan waktu yang cukup

lama dan sebaiknya dijalankan secara konsisten sehingga hasilnya tampak

lebih jelas.

Selain itu edukasi dan pelatihan pada guru merupakan hal sangat penting

karena salah satu permasalahan utama pada anak adalah permasalahan

akademis. Selain itu, pelatihan dan edukasi ini juga akan menghindari

terjadinya stigmatisasi pada anak, sehingga menghindari adanya anggapan

buruk terhadap anak-anak ini, misalnya cap sebagai anak nakal, bandel

atau malas dll. Pendekatan sekolah merupakan hal yang sangat penting

mengingat bahwa sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah.

Tingkat pemahaman guru yang baik akan ini diharapkan akan

16

Page 17: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

meningkatkan kemampuan guru dalam mengempati sikap, perilaku dan

reaksi emosi anak didik mereka yang mengalami gangguan pemusatan

perhatian hiperaktivitas. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka perlu

dipertimbangkan untuk mengembangkan upaya kesehatan mental di

sekolah yang melibatkan guru kelas, orangtua, konselor, psikolog dan juga

psikiater anak serta profesi lain yang terkait.

Kebutuhan akan kelompok dukungan keluarga atau kelompok anatr

orangtua. Puotiniemi dan Kyngas (2002) dalam penelitiannya bahwa

adanya kelompok dukungan orangtua yang memiliki permasalahan yang

sama akan meningkatkan daya penyesuaian serta reaksi yang lebih positif

terhadap anak mereka. Di dalam kelompok ini, orangtua akan merasa

lebih nyaman dan secara terbuka dapat mengemukakan masalah yang

dihadapi anak mereka, serta lebih mudah mengekspresikan apa yang

mereka rasakan. Dengan adanya kondisi ini maka orangtua akan mendapat

dukungan emosional dari sesame orangtua lainnya, serta mengurangi

penderitaan yang dialami dan belajar dari pengalaman praktis dari para

orangtua lainnya dalam menangani berbagai masalah yang mungkin

dihadapi baik oleh anak maupun mereka sebagai orangtua.

6. PROGNOSIS

Gejala hiperaktif akan berkurang pada masa adolescence, sedangkan gejala

impulsive dan emosi yang labil akan menetap. Anak dengan GPPH pada waktu

17

Page 18: Css-Adhd b2 Kelompok Xl-b

dewasa sering masih mempunyai gejala agresif dan menjadi pencandu minuman

keras/alcoholism). Prognosis lebih baik bila didapatkan fungsi intelektual yang tinggi,

dukungan yang kuat dari keluarga, temen teman yang baik, diterima di kelompoknya

dan diasuh oleh gurunya serta tidak mempunyai satu atau lebih komorbid gangguan

psikiatri.3,4

18