cytochrome
DESCRIPTION
research about cytochromeTRANSCRIPT
IDENTITAS PENELITIAN
KETUA PENELITI
I.
a. Nama lengkap dan gelar : Kristiana Natalianb. Jenis kelamin : Perempuan
c. Jurusan/Fakultas : Fakultas Kedokteran
d. Universitas : Universitas Trisakti
e. NIM : 030.11.159
f. Alamat rumah : Pondok Hijau, Jl. Duta darma VIII D9 no 22, ciputat, tangerang selatan
g. Nomor telepon rumah : 021-7403336
h. Nomor telepon selular : 081218604517i. Alamat email : [email protected]
ANGGOTA TIM PENELITI I
a. Nama Lengkap : Kiki Stefanus Jioe
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. N I M : 030. 11. 157
d. Jurusan/Fakultas/Universitas : Fakultas Kedokteran Trisakti
e. No. telp rumah/HP & email : 087885616090/ [email protected]
ANGGOTA TIM PENELITI II
a. Nama Lengkap : Fifi Anggraeny
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. N I M : 030.11.102
d. Jurusan/Fakultas/Universitas : Fakultas Kedokteran Trisakti
e. No. telp rumah/HP & email 087775031520
1
LOKASI PENELITIAN : Jakarta
WAKTU PENELITIAN : Mei 2014 – September 2014
BIAYA PENELITIAN : Rp 34.356.000
SUMBER DANA : Fakultas Kedokteran Trisakti
Jakarta, 30 November 2013 Ketua Pengusul,
Kristiana Natalian
2
PENGARUH EKSTRAK Typhonium flagelliforme TERHADAP EKSPRESI
SITOKROM C MITOKONDRIA PADA MENCIT YANG TERPAJAN ASAP
ROKOK
Kristiana Natalian, Kiki Stefanus, Fifi Anggraeny
ABSTRAK
Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di
dunia. Rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya, salah satunya adalah
radikal bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel dan berbagai
penyakit. Salah satu organel sel yaitu mitokondria, sangat rentan terhadap kerusakan
yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Oleh karena itu, untuk mencegah kerusakan sel,
dibutuhkan senyawa antioksidan. Penelitian menunjukkan bahwa Typhonium
flagelliforme merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan antioksidan.
Untuk membuktikannya, maka dalam penelitian ini akan dilakukan percobaan dengan
dua kelompok mencit yang diberi paparan asap rokok, tetapi pada salah satu
kelompok akan diberikan ekstrak Typhonium flagelliforme. Untuk menilai pengaruh
Typhonium flagelliforme sebagai antioksidan, maka kami akan membandingkan
ekspresi sitokrom c mitokondria pada kedua kelompok dengan metode
Imunohistokimia. Sitokrom c, yang berada di dalam mitokondria merupakan salah
satu indikator dari kerusakan sel. Maka dari itu, pengaruh Typhonium flagelliforme
dapat memberikan efek proteksi pada sel, sehingga tidak terjadi penurunan ekspresi
sitokrom c pada mitokondria.
KATA KUNCI (KEYWORDS): Radikal Bebas, Mitokondria, Sitokrom C,
Typhonium flagelliforme, Antioksidan
I. PENDAHULUAN
3
I.1 Latar belakang
Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak
di dunia yaitu 61,4 juta perokok setelah Cina dan India. Data Biro Pusat
Statistik (SUSENAS) menunjukkan jumlah perokok pemula usia 5-9 tahun
meningkat tajam dari 0,4% (2001) menjadi 2,8% ( 2004). Trend perokok
pemula pada usia 10-14 tahun pun meningkat tajam, dari 9.5% (Susenas,
2001) menjadi 17.5% (Riskesdas, 2010).1 Rokok mengandung TAR dan gas
NO yang mempunyai potensi sebagai radikal bebas. Radikal bebas dapat
menyebabkan kerusakan sel serta penuaan dini serta radikal bebas
berkontribusi terhadap berbagai penyakit, seperti serangan jantung, stroke dan
kanker.
Oleh karena itu, dibutuhkan senyawa antioksidan untuk menangkal efek
radikal bebas pada tubuh. Antioksidan alami banyak terkandung di dalam
tumbuh-tumbuhan. Salah satunya yang dipercaya mengandung antioksidan
alami adalah tumbuhan Typhonium flagelliforme.3
Meskipun pada penelitian menunjukkan adanya aktifitas antioksidan
pada Typhonium flagelliforme, namun belum ada bukti secara klinis tentang
mekanismenya dalam mencegah dampak negatif dari radikal bebas. Sehingga,
penelitian intensif tentang keladi tikus perlu untuk dilakukan. Dalam
penelitian ini, efek proteksi Typhonium flagelliforme sebagai antioksidan akan
kami ukur dengan indikator kerusakan sel yaitu sitokrom C melalui metode
imunohistokimia. Jika ekspresi sitokrom C pada membran mitokondria mencit
yang diberi Typhonium lebih tinggi dari yang tidak diberikan, maka
antioksidan yang kami teliti ini, kemungkinan besar dapat memberikan efek
proteksi sel terhadap radikal bebas.
I.2 Perumusan masalah dan Pertanyaan Penelitian
Jumlah perokok di Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia. Sangat
4
disayangkan, karena rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya, salah
satunya adalah radikal bebas. Radikal bebas dianggap bertanggung jawab
terhadap kerusakan sel, yang mengakibatkan penuaan dini dan berbagai
penyakit. Salah satu indikator kerusakan sel adalah penurunan jumlah
sitokrom C mitokondria. Maka dari itu, dibutuhkanlah senyawa untuk
menangkal dampak negatif dari radikal bebas, yaitu antioksidan. Typhonium
flagelliforme yang sebelumnya dikenal memiliki antikanker, juga dipercaya
memiliki kandungan antioksidan didalamnya. Typhonium mungkin
selanjutnya dapat dikembangkan untuk menjadi alternatif pilihan antioksidan
yang berasal dari bahan-bahan alami. Untuk itulah muncul pertanyaan
penelitian yaitu :
Bagaimana efek proteksi pemberian Typhonium flagelliforme terhadap
kerusakan sel akibat pajanan asap rokok?
I.3 Hipotesis
Dengan pemberian Typhonium flagelliforme diharapkan tidak terjadi
kerusakan sel yang ditandai dengan penurunan jumlah sitokrom C pada
mitokondria.
I.4 Tujuan penelitian
Tujuan Umum :
Menilai pengaruh pemberian Typhonium flagelliforme terhadap kerusakan
sel akibat pajanan asap rokok.
Tujuan Khusus :
5
Mengetahui efek proteksi Typhonium flagelliforme pada jumlah
Sitokrom C mitokondria
I.5 Manfaat penelitian
Bagi Ilmu Pengetahuan
mendorong peneliti masa depan untuk meneliti lebih banyak lagi tentang
potensi zat-zat antioksidan alami.
Bagi Profesi
manambah pengetahuan tentang pilihan alternatif antioksidan alami yang
bisa diterapkan dalam ilmu medis.
Bagi Masyarakat
dapat menggunakan kearifan alam dalam upaya pencegahan penyakit
II. TINJAUAN PUSTAKA
Didalam rokok terdapat banyak sekali bahan kimia dan racun berbahaya.
6
Bahkan rokok mengandung 4.000 bahan kimia dan 200 racun didalamnya.
Bahan kimia yang berperan sebagai radikal bebas pada rokok adalah tar dan gas
NO.6 Radikal bebas adalah sekelompok molekul atau ion yang sangat reaktif
karena pada struktur kimianya terdapat kekurangan pasangan elektron. Adanya
elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan senyawa tersebut sangat
reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat molekul
elektron di sekitarnya. Radikal bebas sangat reaktif terhadap senyawa seperti
protein, asam nukleat, asam lemak, sehingga dapat menginisiasi timbulnya
penyakit degeneratif.4,5 Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh maupun
dari luar tubuh, seperti aktifitas dan lingkungan.
Hernani dan Rahardjo (2005) menyatakan bahwa kerusakan sel, jaringan
dan gen disebabkan oleh karena adanya radikal bebas yang bersifat sangat reaktif
dan tidak stabil di dalam tubuh. Jika radikal bebas berhasil mengikat molekul
elektron dari dalam sel, maka DNA akan rusak. 4 Seperti yang telah diketahui,
DNA berada di dalam inti sel, sehingga saat DNA suatu sel rusak, pada umumnya
membran sel dan organel lain pun ikut rusak. Salah satu organel sel yang sangat
rentan terhadap radikal bebas adalah mitokondria.7 Mitokondria merupakan
organel sel yang berperan penting dalam pembentukan energi, 80% energi
dibentuk di mitokondria melalui proses fosforilasi oksidatif. Pada proses
fosforilasi oksidatif, terdapat berbagai protein yang berperan, salah satu protein
yang paling berperan dalam pengangkutan elektron adalah sitokrom C.
Sitokrom C merupakan suatu protein yang melekat di membran dalam
mitokondria. Pada membran dalam mitokondria, sitokrom c membentuk
kompleks cyt c-CL atau sitokrom c-kardiolipin. Pada saat akan terjadi kerusakan
sel, kardiolipin akan dioksidasi oleh enzim sitokrom c peroksidase sehingga
sitokrom c di dalam mitokondria terlepas dari kompleks cyt c-CL lalu lepas ke
ruang intrasel yang mengakibatkan penurunan jumlah sitokrom c.8 Sehingga
7
jumlah sitokrom c di dalam mitokondria dapat dijadikan indikator dari kerusakan
sel. Seperti yang disebutkan di atas kerusakan sel dapat menyebabkan berbagai
penyakit kronik seperti penyakit degeneratif dan keganasan yang sulit untuk
diobati, sehingga pencegahan akan hal ini menjadi mutlak.
Gambar 1. Mitokondria dan Sitokrom C
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu komponen penting yang mampu
menyelamatkan sel-sel tubuh manusia dari radikal bebas, yaitu antioksidan.
Beberapa jenis antioksidan yang ada saat ini meliputi: Vitamin C, Vitamin E,
Beta-carotene, dan Mineral seperti selenium.9 Antioksidan adalah substansi yang
berperan sebagai penyumbang elektron terutama untuk zat radikal bebas untuk
mencegah terjadinya penarikan elektron dari substansi lain di dalam sel. Dengan
menyumbangkan elektron, antioksidan membuat senyawa radikal bebas menjadi
8
stabil dan tidak reaktif. Sehingga dengan mencegah radikal bebas, maka
kerusakan sel dapat dihindari dan penyakit kronik seperti kanker, diabetes pun
dapat dicegah.4
Typhonium flagelliforme merupakan tanaman herbal, yang berasal dari
family Araceae, dan umum dikenal dengan nama ‘rodent tuber’ di Malaysia,
Singapura, dan Cina. Tanaman ini sudah lama dimanfaatkan sebagai obat
tradisional di India, Cina dan Asia tenggara dalam mengobati kanker.3 Di
indonesia sendiri, tanaman ini terkenal dengan nama Keladi tikus. Typhonium
flagelliforme merupakan tanaman yang cukup potensial dalam mengobati
berbagai jenis kanker yang telah terbukti di sejumlah penelitian.
Typhonium memiliki khasiat lainnya yakni digunakan sebagai anti-radang,
antibakteri, antioksidan. Berdasarkan penelitian Affandi (2006), pada uji
fitokimia senyawa Alkaloid, flavonoid, dan tanin pada keladi tikus menunjukkan
hasil positif. Senyawa-senyawa ini merupakan senyawa penangkal radikal bebas
yang mampu menghambat reaksi oksidasi.2
Gambar Typhonium flagelliforme
9
KERANGKA TEORI
10
Radikal bebas Autoimunitas
Kerusakan seldan membran mitokondria
Kadar sitokrom C menurun
Infeksi
Antioksidan
KERANGKA KONSEP
11
Pajanan asap rokok
Ekstrak Typhonium
flagelliforme
Ekspresi sitokrom c mitokondria
Ekspresi sitokrom c mitokondria
Tanpa ekstrak Typhonium
flagelliforme
III. METODE PENELITIAN
III.1 Desain Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan secara eksperimental laboratorik dengan 2
kelompok.
III.2 Tempat dan waktu
Tempat:
Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Waktu : 2014
III.3 Populasi dan sample
Populasi penelitian ini adalah semua mencit dengan strain Webster jantan dan
betina. Dimana sample akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
Kelompok 1 : mencit hanya akan diberikan pajanan asap
rokok
Kelompok 2 : mencit akan diberikan pajanan asap rokok dan
ekstrak Typhonium flagelliforme
III.4 Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi:
Mencit strain Webster
Mencit yang tidak mengidap penyakit pada saluran pernafasan
Kriteria eksklusi:
Mencit yang pernah terpajan asap rokok
12
III.5 Besar sample
Penentuan besar sample dilakukan menurut rumus Federer, yaitu :
(t-1)(n-1) >15
t = kelompok perlakuan
n = jumlah sample kelompok perlakuan
Dimana sample yang digunakan adalah 32 ekor mencit strain webster.
Masing- masing kelompok perlakuan terdiri dari 16 ekor mencit. Hasil ini
didapat dari perhitungan rumus federer:
(t-1)(n-1) >15
(2-1)(n-1) > 15
(1).(n-1) >15
n > 15 +1
n > 16
III.6 Cara kerja
Cara Kerja
Persiapan mencit sebagai kelompok kontrol dan perlakuan
Mencit strain Webster yang digunakan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi akan dibagi
dalam dua kelompok. Pada kelompok 1 mencit akan diberi pajanan asap rokok
selama 8 minggu. Lalu pada kelompok 2 selain diberi pajanan asap rokok, mencit
akan diberi ekstrak Thyponium flagelliforme kedua kelompok diberikan makanan
bagi mencit. Berikan juga asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
Pemberian ekstrak Thyponium flagelliforme pada kelompok 2
13
Mencit pada kelompok 2 diberikan ekstrak Thyponium flagelliforme sebesar 0,8mg
diencerkan dalam 1 cc air peroral dimulai pada minggu ke-3 penelitian. Perlakuan ini
selama 14 hari sebelum diberi pajanan ditambah pemberian ekstrak Typhonium
flagelliforme selama 8 minggu dengan pajanan
Pemberian Pajanan Asap Rokok pada mencit
Pada hari ke-15, pada kedua kelompok akan diberikan pajanan asap rokok selama 8
minggu. Dimana rokok yang digunakan sebanyak 2 batang/hari selama 30 menit.
Pengukuran tanda vital dan observasi perilaku
Pemeriksaan fisik pada mencit dilakukan dengan mengukur tanda vital berupa suhu
dan denyut jantung. Suhu normal mencit 37,4 ˚C dan denyut jantung 325-780
x/menit. Observasi perilaku mencit juga harus dilakukan untuk melihat adanya
perubahan tingkah laku, berupa aktivitas dan nafsu makan, yang terjadi sebelum dan
sesudah dipajan asap rokok.
Prosedur Penilaian Ekspresi Sitokrom C
Persiapan Preparat
Setelah 8 minggu pajanan asap rokok, setiap dua hari pada kedua kelompok masing-
masing diambil 2 ekor. Dilakukan pembiusan dengan ether. Setelah mencit terbius
kemudian paru-parunya akan diambil untuk diproses menjadi membuat preparat
histologik.
Penilaian ekspresi Sitokrom C dengan pemeriksaan Imunohistokimia
Untuk mendeteksi adanya Sitokrom C digunakan metode imunohistokimia
menggunakan antibodi monoklonal dengan sediaan preparat jaringan paru. Antibodi
monoklonal yang dipergunakan dapat mendeteksi Sitokrom C di dalam mitokondria.
Metode ini sangat sederhana dan hanya memerlukan mikroskop cahaya sehingga
dapat diaplikasikan di laboratorium yang sederhana.
14
Pada dasarnya, reaksi kimia berupa reaksi antara antigen dengan antibodi
monoklonal. Preparat lalu difiksasi dengan methanol dingin (-20) selama 2-3 menit,
kemudian direndam dalam larutan peroxidase blocking solution untuk menghilangkan
aktivitas peroksidase endogen. Sebelum penambahan antibodi primer sediaan
diinkubasikan dulu dengan larutan (serum blocking solution) untuk menghindarkan
ikatan non spesifik yang mengganggu hasil reaksi. Setelah antibodi primer
diinkubasikan dengan antigen target dan dicuci dengan dapar fosfat, prosedur
dilanjutkan dengan penambahan antibodi sekunder yang dilabel biotin. Penambahan
antibody sekunder yang dilabel biotin berfungsi sebagai penghubung antara antibody
primer dengan konjugat peroksidase-streptavidin. Konjugat peroksidase-streptavidin
kemudian ditambahkan untuk mengikat residu biotin. Adanya enzim dapat
diperlihatkan dengan penambahan suatu campuran dari larutan substrat-kromogen.
Enzim peroksidase akan mengkatalisa substrat, hidrogen peroksida dan
mengubah kromogen substrat diaminobenzidine tetrachloride (DAB) menjadi deposit
warna coklat yang menunjukkan adanya lokasi antigen di situ. Jadi hasil positif
ditunjukkan dengan adanya warna coklat pada irisan jaringan yang intensitas
warnanya tergantung dari jumlah kromogen yang bereaksi dengan enzim peroksidase.
Untuk konfirmasi kepositifan sitokrom C. Pemeriksaan ini menggunakan alat dan
bahan yang sudah tersedia di laboratorium Bagian Biologi FK Universitas Trisakti.
III.7 Definisi operasional
Mitokondria
Adalah organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi sel makhluk hidup,
selain fungsi selular lain, seperti metabolisme asam lemak, biosintesis
pirimidin, homeostasi kalsium, transduksi sinyal seluler, dan penghasil energi.
Sitokrom C
Sitokrom C merupakan suatu protein yang melekat di membran dalam
15
mitokondria. Sitokrom C merupakan salah satu indikator kerusakan sel.
Pewarnaan Imunohistokimia
Merupakan suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau
kadar antibodi atau antigen dalam sediaan jaringan.
III.8 Rencana manajemen dan analisis data
Selama 3 bulan, data dicatat setiap hari mengenai jumlah dosis Typhonium
serta jumlah pajanan asap rokok yang diberikan.
Setiap 11 hari, paru-paru diambil jaringannya untuk dilakukan metode
imunohistokimia, dan diukur jumlah sitokrom c nya.
Akhir bulan ke-3, semua data dikumpulkan dan dianalisis.
Analisis data
Menggunakan analisa deskriptif yang bersifat univariat. Data yang diperoleh
akan diolah menggunakan SPSS ver. 17.
16
IV. JADWAL PELAKSANAAN
Mei
2014
Juni
2014
Juli
2014
Agustus
2014
September
2014
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
penelitian:
a. Pembelian ekstrak
Typhonium
b. Pembelian reagen
imunohistokimia
2 Pengumpulan
sampel
3 Kegiatan di
laboratorium
4 Analisis data
5 Pembuatan
laporan
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2010 [Cited October
25th 2013]. Available at : http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/
2. Irawan D. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mahkota Dewa, Temu Putih,
Sambiloto, dan Keladi Tikus secara In Vitro. [Cited on 23 th October 2013].
Available at: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/45998
3. Mankaran S, Dinesh K, Deepak S, Gurmeet S. Typhonium flagelliforme: A
Multipurpose Plant. Int Res J Pharm. 2013; 4(3): 45-48.
4. Rohmatussolihat. Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia.
Biotrends. 2009; 4: 5-9.
5. Lu JM, Lin PH, Yao Q, Chen C. Chemical and Molecular Mechanism of
Antioxidant: Experimental Approaches and Model Systems. J Cell Mol Med.
2010 April; 14: 840-860.
6. Church DF, Pryor WA. Free-Radical Chemistry of Cigarette Smoke and Its
Toxicological Implications. [cited October 29th 2013]. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1568603/pdf/envhper00447-
0113.pdf
7. Cui H, Kong Y, Zhang H. Oxidative Stress, Mitochondrial Dysfunction, and
Aging. 2012 [Cited on 25th October 2013]. Available at:
http://www.hindawi.com/journals/jst/2012/646354/.
8. Kagan VE, Bayir HA, Belikova NA, Kapralov O, et al. Cytochrome c/cardiolipin
relations in mitochondria: a kiss of death. Free Radic Biomed. 2009; 46(11):
1439-1453.
9. Harvard School of Public Health. Antioxidant: Beyond the Hype. [cited October
2nd 2013].Available at: http://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/antioxidants/
18
RENCANA BIAYA
1. Sumber Biaya
No
.
Nama Institusi Alamat Institusi Jumlah Biaya yang
disetujui (RP)
1. Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 1, Jakarta
Rincian Biaya
a. Komponen Honorarium
1. Honorarium Tenaga Ahli
No
.
Nama Jenjang
Peneliti
Jml Beban SKS Satuan
SKS
Jumlah (Rp.)
1. Kristiana Natalia S1 4 SKS x 5 bulan 100.000 2.000.000
2. Kiki Stefanus S1 4 SKS x 5 bulan 100.000 2.000.000
3. Fifi Anggraeny S1 4 SKS x 5 bulan 100.000 2.000.000
Subtotal-1 6.000.000
2. Honorarium Narasumber/Pembimbing
No
.
Nama Jumlah Jam Satuan Jumlah (Rp.)
1. Dr. Monic 25 jam 100.000 2.500.000
Subtotal-2 2.500.000
3. Honorarium tenaga Penunjang
No
.
Nama Jumlah Hari Satuan Jumlah (Rp.)
1. Rasimin 7 hari/3 bulan 100.000 700.000
19
2. Tenaga perawat
Tikus
30 hari/3 bulan 500.000/bulan 1.500.000
Subtotal-3 2.200.000
b. Biaya Bahan Habis dan Peralatan
1. Biaya Bahan Habis
No
.
Nama/Spesifikasi Jumlah Harga Satuan Jumlah
Harga
1. Rokok Djarum Coklat 120 Bungkus 10.000 960.000
2. Mencit strain webster 32 ekor 20.000 420.000
3. Serbuk Keladi Tikus 100 gram 30.000/50 gr 60.000
4. Objek glass 2 pak 100.000 200.000
5. Powder free latex exam
gloves
1 boks 700.000 700.000
6.
7.
Anti- Cytochrome C
primary antibody
(RabMabs®)
Anti- Cytochrome C
secondary antibody
(RabMabs®)
100 µL
100µL
400$ x 11.000
400$ x 11.000
4.400.000
4.400.000
8. Xylol 1 liter 195.000 195.000
9.
10.
Alcohol 80 %
Alcohol 96 %
1 liter
1 liter
25.000
33.000
25.000
33.000
11. Alcohol Absolut 1 liter 30.000 30.000
12. H2O2 (30 %) 200 ml 240.000 240.000
13. Hematoksilin 500 ml 730.000 730.000
14. Methanol 1 liter 8000 8.000
15. Larutan buffer sitrat 250 ml 1.265.000/125 2.530.000
20
ml
16.
17.
18.
19.
20.
DAB substrate kit
Lithium Carbonat jenuh
Blocking Background
Sniper
Chamber slide tray
Slide rack
125 ml
500ml
25 ml
1 buah
1 buah
1.925.000
460.000
690.000
530.000
220.000
1.925.000
460.000
690.000
530.000
220.000
Subtotal-4 18.996.000
2. Sewa Peralatan
No
.
Nama/Spesifikasi Jumlah Harga Satuan Jumlah
(Rp.)
1. Sewa Lab Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia
- - 2.500.000
Subtotal-5 2.500.000
c. Biaya Perjalanan dan Transport Lokal
1. Perjalanan Luar Kota
No
.
Nama Dari Tujuan Jumlah
(Rp.)
- - - - -
Subtotal-6 ------------
--
2. Transport Lokal
No Nama Jumlah Hari Orang/Hari Jumlah
21
. (Rp.)
1. Kristiana Natalian 30 50.000 1.500.000
2. Kiki Stefanus 30 50.000 1.500.000
3. Fifi Anggraeny 30 50.000 1.500.000
Subtotal-7 4.500.000
d.Laporan, Seminar dan Publikasi
1. Laporan Penelitian
Jenis Pengeluaran Harga Satuan Jumlah (Rp.)
ATK 3 paket 50.000 150.000
Fotokopi Laporan penelitian (1
paket)
50.000 50.000
Subtotal-8 200.000
2. Seminar
No
.
Jenis Pengeluaran Biaya Sat. (Rp.) Tujuan Jumlah (Rp.)
- - - - -
Subtotal-9 ------------------
-
3. Publikasi
No
.
Jenis Pengeluaran Biaya Sat.
(Rp.)
Tujuan Jumlah (Rp.)
- - - - -
Subtotal-10 ----------------
---
22
d. Rekapitulasi Biaya
No
.
Uraian Jumlah (Rp.)
1. Komponen Honorarium 10.700.000
2. Biaya Bahan Habis dan Peralatan 18.996.000
3. Biaya Perjalanan dan Transport Lokal 4.500.000
4. Laporan, Seminar dan Publikasi 200.000
TOTAL 34.396.000
23
PENGESAHAN
Judul Penelitian
Jakarta, 30 November 2013
Wakil Dekan III FK Trisakti KPH Dewan Riset Fakultas
(dr. Tb. Ferdi Fadillah Sp.A, M.Kes) (Dr. dr. Rina K. Kusumaratna,
MKes)
Dekan Fakultas
(dr. Hj. Suriptiastuti, DAP & E, MS)
24
PENGARUH EKSTRAK Typhonium flagelliforme TERHADAP
JUMLAH SITOKROM C MITOKONDRIA PADA MENCIT YANG
TERPAJAN ASAP ROKOK
BIODATA PENELITI
Ketua penelitian
a. Nama Lengkap : Kristiana Natalian
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIM : 030.11.159
d. Fakultas / Jurusan : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
e. Telpon / Faks : -
f. HP : 081218604517
g. Alamat Rumah : Pondok Hijau, Jl. Duta darma VIII D9 no 22,
ciputat, tangerang selatan
h. Publikasi : -
25
Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap : Kiki Stefanus Jioe
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIM : 030.11.157
d. Fakultas / Jurusan : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
e. Telpon / Faks : -
f. HP :087885616090
g. Alamat Rumah : Jl. Hadiah 9A no 1052
h. Publikasi : -
Anggota Peneliti 2
26
a. Nama Lengkap : Fifi Anggraeny
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIM : 030.11.102
d. Fakultas / Jurusan : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
e. Telpon / Faks : -
f. HP : 087775031520
g. Alamat Rumah : Jalan warakas 1 no. 48 jakarta utara
h. Publikasi : -
27