daftar isi isi halaman - sinta.unud.ac.id · pemerintah ukraina menduga pesawat ini ditembak oleh...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Isi Halaman
HALAMAN………………………………………………………………… i
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………….. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.............................................. v
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi
ABSTRAK………………………………………………………………… xv
ABSTRACT……………………………………………………………….. xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup Masalah........................................................................... 5
1.4 Orisinalitas Penelitian............................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian...................................................................................... 7
a. Tujuan Umum..................................................................................... 7
b. Tujuan Khusus.................................................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian.................................................................................... 8
a. Manfaat Teoritis.................................................................................. 8
b. Manfaat Praktis................................................................................... 8
xii
1.7 Landasan Teori.......................................................................................... 9
a. Konsep Kepribadian Hukum............................................................... 9
b. Teori prohibited area........................................................................... 9
c. Teori Tanggung Jawab Negara….……………………………… 10
d. Prinsip yurisdiksi universal………………………………………… 10
1.8 Metode Penelitian.................................................................................... 11
a. Jenis Penelitian.................................................................................. 11
b. Jenis Pendekatan................................................................................ 13
c. Sumber Bahan Hukum....................................................................... 15
d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum.................................................. 17
e. Teknik Analisa Bahan Hukum........................................................... 18
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL
DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS SERANGAN TERHADAP
PENERBANGAN UDARA SIPIL
2.1 Subjek Hukum Internasional..................................................................... 19
2.1.1 Negara......................................................................................... 21
2.1.2 Organisasi Internasional dan Organisasi Regional..................... 23
2.1.3 Perusahaan Publik Internasional................................................. 24
2.1.4 Perusahaan Transnasional............................................................ 25
2.1.5 Tahta Suci dan Kota Vatikan...................................................... 25
2.1.6 Individu....................................................................................... 26
2.1.7 Pemberontak dan National Liberation Movements..................... 27
2.2 Pengaturan perlindungan terhadap penerbangan sipil................................ 29
2.3 Tanggung jawab Hukum Internasional...................................................... 32
xiii
2.3.1 Tanggung jawab........................................................................ 34
2.3.2 Tanggung jawab Gerakan Separatis.......................................... 39
2.3.3 Munculnya Tanggung Jawab Negara....................................... 40
2.3.2.1 Prinsip Tanggung Jawab Subjektif................................. 40
2.3.2.2 Prinsip Tanggung Jawab Objektif ......................... 41
2.3.4 Jenis-jenis Tanggung Jawab Negara dalam Hukum Internasional
………………………………………………………………… 43
BAB III
PENGATURAN GERAKAN SEPARATIS SEBAGAI SUBJEK HUKUM
INTERNASIONAL MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
3.1 Gerakan Separatis Sebagai Subjek Hukum Internasional.......................... 46
3.1.1 Gerakan Pembebasan Nasional (NLM)........................................ 47
3.1.2 Ciri-ciri Gerakan Separatis.......................................................... 49
3.1.3 Hak dan Kewajiban Gerakan Separatis....................................... 50
3.2 Pengakuan Kaum Separatis...................................................................... 50
3.3 Tinjauan Yuridis Gerakan Separatis Pro-Russia sebagai National Liberation
Movement........................................................................................................ 55
BAB IV
TANGGUNG JAWAB GERAKAN SEPARATIS TERHADAP
PENEMBAKAN PESAWAT UDARA SIPIL YANG TERJADI
DIKAWASAN TERLARANG
4.1 Penembakan Pesawat Udara Sipil oleh Gerakan Separatis Pro-Rusia........ 64
4.2. Penembakan Pesawat Udara Sipil Menurut Konvensi Chicago 1944 dan
Konvensi Montreal 1971........................................................................... 66
4.3 Pengaturan terhadap Kawasan Terlarang Menurut Konvensi Chicago
1944........................................................................................................... 70
4.4 Tinjauan Yuridis Terhadap Kesalahan Gerakan Separatis Mengenai
Penembakan Pesawat Udara Sipil Malaysia di Kawasan Terlarang.......... 74
xiv
4.5 Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggungjawaban Gerakan Separatis Mengenai
Penembakan Pesawat Udara Sipil Malaysia di Kawasan Terlarang.......... 79
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan................................................................................................ 83
1.2 Saran........................................................................................................... 84
Daftar Pustaka
xv
ABSTRAK
Pada tahun 2014, pesawat udara sipil milik Malaysia Airlines telah
tertembak oleh Gerakan Separatis Pro-Rusia dan menewaskan 298 orang
penumpang di Shaktarsky. Dari kejadian tersebut telah terjadi peristiwa hukum
yakni pelanggaran melawan hukum Pasal 1 ayat (1) Konvensi Montreal 1971.
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan mengenai klasifikasi
sebuah gerakan separatis sebagai subjek hukum internasional dan kesalahan serta
pertanggungjawaban Gerakan Separatis Pro-Rusia atas peristiwa penembakan
pesawat udara sipil. Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif dengan
menggunakan pendekatan pendekatan kasus (the case approach), pendekatan
perundang-undangan (the statute approach) dan pendekatan fakta (the fact
approach).
Tulisan ini menyimpulkan bahwa pengaturan mengenai Gerakan Separatis
sebagai subjek hukum internasional tidak ada namun para ahli hanya memberikan
definisi dan ciri-ciri. Selain itu penembakan pesawat udara sipil yang dilakukan
oleh Gerakan Separatis Pro-Rusia dapat dibebankan pertanggungjawaban
individu berdasarkan Statuta Roma 1998.
Kata Kunci : Pertanggung jawaban, Gerakan Separatis, Penyelesaian
Sengketa
xvi
ABSTRACT
In 2014, Civil Aviation of Malaysia Airlines have been shooted by
Separatise Movement Pro-Russian and had been killed 298 passenger at
Shaktarsk. From the accident has occurred legal insident, thus violations against
the law, Article 1 Paragraph (1) Montreal Convention 1971.
This article is aimed to find out regulation concerning clasification of
separatise movements as subject of international law and guilt and also Separatis
Movements Pro-Russian responsibility above the shooting down of civil aviation.
This is a normative legal research that uses the case approach, the statute
approach, and the fact approach which relevant with this case.
This paper concludes that regulation concerning Separatis Movements as
subject of international law is empty, however doctrin gaves the definition and
characteristic features. In addition, the downing of civil aviation caused by
Separatise Movement Pro-Russia can be burdened individual responsibility
according Rome Statute 1998.
Keyword : Responsibility, Separatise Movement, Dispute
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2014 pesawat udara sipil milik Malaysia Airlines berjenis
Boeing 777 jatuh di Ukraina bagian timur, dekat perbatasan rusia.1 Pesawat yang
terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur itu menjadi sasaran tembak
gerakan separatis Ukraina yang pro-Russia.2 Menurut laporan otoritas Ukraina,
korban yang ditemukan berjumlah 298 orang (penumpang dan kru)3 di
Shaktarsky.
Lokasi jatuhnya pesawat diketahui berada di Desa Grabovo, Donetsk,
Ukraina. Salah satu situs berita terkemuka dunia, Reuters, menyatakan bahwa
pemerintah Ukraina menduga pesawat ini ditembak oleh rudal jenis buk4 pada
ketinggian 10.000 meter atau sekitar 33.000 kaki.5
Dari hasil investigasi tim penyidik Belanda bahwa pesawat MH 17 milik
Malaysia Airlines tersebut mengalami kerusakan pada bagian depan pesawat.
1 Bambang Widarto, 2014, Pertanggungjawaban Hukum dalam Peristiwa Penembakan
Pesawat Udara Sipil Ditinjau dari Aspek Hukum Internasional, (selanjutmya disebut Bambang
Widarto I), h.146 Ibid, h.142. 2 Bambang Widarto , 2015, Tinjaua n Hukum Udara Sebagai Pengantar ( Dalam Perspektif
Hukum Internasional dan Nasional, Pusat Studi Hukum Militer, Jakarta, (selanjutnya disebut
Bambang Widarto II) , h. 34. 3 Ibid, h. 34.
4Buk atau sistem rudal adalah keluarga sistem rudal self-propolled jarak menengah yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966. Dikembangkan oleh Uni Soviet dan Federasi
Rusia.Buk dirancang untuk melibatkan rudal jelajah, bom pintar, pesawat tetap dan rotarysayap
serta kendaraan udara tak berawak. 5 Kesten Knipp, 2015, Inilah Fakta Inseden Penembakan MH 17, URL :
http://m.dw.com/id/inilah-fakta-insiden-penembakan-mh-17/a-18591278, diakses pada tanggal 6
Pebruari 2016.
xviii
Kerusakan tersebut diakibatkan oleh peluru kendali darat tipe Buk. Kerusakan
yang terjadi pada pesawat MH 17 bukan merupakan kerusakan teknis atau
kesalahan pilot.6 Sehingga pesawat tersebut hancur di udara.
Analisa mayoritas pakar keamanan penerbangan internasional menyebutkan,
di hari kecelakaan diduga keras pesawat ditembak peluru kendali darat ke udara
Buk buatan bekas Uni Sovyet. Indikasinya: lubang-lubang pada kokpit dan
moncong pesawat. Juga citra satelit mata-mata Amerika Serikat menunjukan
adanya peluncuran rudal di kawasan kecelakaan. Bukti foto dan video yang
ditemukan kemudian, juga menunjukkan indikasi, MH17 ditembak sebuah rudal
darat ke udara buatan Rusia.7
Dari kejadian tersebut telah terjadi peristiwa hukum.8 Berdasarkan Pasal 1
ayat (1) Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against Safety of Civil
Aviation atau disingkat Konvensi Montreal 1971 ini, menegaskan bahwa setiap
orang melakukan pelanggaran jika ia melawan hukum dan berniat :9
(a) “Performs an act of violence against a person on board an aircraft in flight if that act
is likely to endanger the safety of that aircraft ; or
(b) Destroy an aircraft in service or causes damage to such an aircraft which renders it
incapable of flight or which is likely to endanger its safety in flight ; or
(c) Places or causes to be placedon an aircraft in service, by any means whatsoever, a
device or substance which is likely to destroy that aircraft, or to cause damages to it
which renders it incapable of flight, or to cause damage to it which is likely to
endanger its safety in flight ; or
6Kesten Knipp, 2015, Inilah Fakta Inseden Penembakan MH 17, URL :
http://m.dw.com/id/inilah-fakta-insiden-penembakan-mh-17/a-18591278, diakses pada tanggal 6
Pebruari 2016. 7 Ibid.
8 Bambang Widarto II, op.cit, h.146.
9 Pasal 1 Konvensi Montreal 1971.
xix
(d) Destroy or damages air navigation facilities or interferes with their operation, if any
such act is likely to endanger the safety of aircraft in flight ; or
(e) Communicates information which he knows to be fales, thereby endangering the safety
of an aircraft in flight.”
Tindakan merusak pesawat udara sipil dan membahayakan penumpang
merupakan sebuah pelanggaran dalam konvensi ini.
Dalam kasus tersebut, bukti kuat menunjukkan bahwa penembakan tersebut
dilakukan oleh Gerakan separatis pro-Russia. Berdasarkan pernyataan dari Igor
Strelkov, pimpinan militer separatis Rusia di sosial media VKontakte,
menyatakan bahwa pemberontak telah menembak jatuh pesawat Antonov An-26
(pesawat dengan dua baling-baling di bagian sayap), yang biasa digunakan
angkatan udara Ukraina, di wilayah dekat Torez.10
Selain itu indikasi penggunaan misil dengan sistem BUK. Hulu ledak yang
menghantam pesawat MH17, memiliki jenis misil yang dibuat oleh Russia dengan
sistem BUK (Pelontar misil dari darat menuju udara). Senjata tersebut masih
dibawa oleh sejumlah anggota bekas militer Russia untuk membantu kaum
separatis.11
Secara umum bahwa lokasi tersebut sudah diketahui sedang terjadi
sengketa.12
Dan pihak pemerintah Ukraina telah menyatakan bahwa wilayahnya
sedang mengalami konflik.
10
Meidella Syahni , 2014, Ingin tahu kronologi insiden MH 17?, URL :
http://nationalgeogIraphic.co.id/berita/2014/07/ingin-tahu-kronologi-insiden-mh17, diakses pada
tanggal 12 Juli 2016 11
Entiis, 2015, Lima Fakta Menarik Soal Mh 17, URL : http://jakartagreater.com/lima-
fakta-menarik-soal-mh17/, diakses pada tanggal 23 Maret 2016. 12
Ibid.
xx
Perbuatan penembakan pesawat udara sipil oleh gerakan separatis
khususnya Gerakan pro-russia, sangat dilema karena penembakan tersebut terjadi
diwalayah yang sedang mengalami sengketa yang seharusnya pesawat sipil tidak
diizinkan untuk melintasi wilayah Ukraina.13
Dalam hal ini perbuatan tersebut
apakah mutlak dapat disalahkan oleh hukum udara internasional.
Selain itu terdapat keganjalan bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh
gerakan separatis atau National Liberation Movements (NLM) merupakan subyek
hukum internasional terbatas. Dapatkah mereka dibebankan pertanggungjawaban
atau harus diwakili oleh negara yang mengakui keberadaan mereka. Terhadap hal
itu bagaimanakah sebenarnya hukum internasional mengatur pertanggungjawaban
penembakan pesawat udara sipil oleh gerakan separatis tersebut. Berdasarkan
uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut dalam bentuk
skripsi dengan judul “PERTANGGUNGJAWABAN KASUS
PENEMBAKAN PESAWAT UDARA SIPIL MALAYSIA
DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengangkat 2 (dua) permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Adapun
permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan gerakan separatis sebagai subyek hukum, menurut
hukum internasional ?
13
Pasal 9, Konvensi Chicago 1944.
xxi
2. Bagaimanakah tanggung jawab Separatis Pro-Russia terhadap penembakan
Pesawat Udara Sipil yang terjadi di Kawasan Terlarang?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah perlu ditegaskan mengenai materi
yang diatur di dalamnya. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari agar isi
atau materi yang terkandung di dalamnya tidak menyimpang dari pokok
permasalahan yang telah dirumuskan sehingga dengan demikian dapat diuraikan
secara sistematis. Untuk memberi batasan agar penulisan karya tulis ilmiah
berbentuk skripsi ini tidak menyimpang terlalu jauh dari pokok masalah yang
telah dirumuskan. Maka cakupan atau ruang lingkup dari pembahasan dalam
karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi ini, yakni pada pembahasan pertama
mengenai pengaturan hukum internasional terhadap gerakan separatis sebagai
subjek dalam hukum internsaional serta hak dan kewajiban gerakan separatis atau
National Liberation Movements sebagai subjek hukum internasional yang
terbatas.
Dalam pembahasan kedua, akan dibahas mengenai dapat atau tidaknya
perbuatan gerakan separatis tersebut dipersalahkan dan dibebankan
pertanggungjawaban karena telah melakukan penembakan pesawat udara sipil di
kawasan prohibited area.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas suatu penelitian sangatlah diperlukan untuk menghindari
terjadinya suatu plagiarism. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis
xxii
melakukan suatu perbandingan terhadap penulisan skripsi ini dengan penulisan
yang telah ada. Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya penulisan ilmiah
lain adalah:
a. I Gusti Agung Bagus Cahya Kartika Nugraha, NIM. 1116051152, Fakultas
Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2016, judul “ Tanggung Jawab
Negara dan Pengangkut Atas Tertembaknya Pesawat Terbang MH-17 Milik
Malaysia Airlines”, Rumusan masalah yang dibahas antara lain:
1. Sebagai Negara bendera (flag state), apakah Malaysia dapat
dimintakan pertanggungjawaban dalam peristiwa tertembaknya
pesawat MH17?
2. Berdasarkan Konvensi Warsawa 1929, apakah pihak Malaysia Airlines
sebagai perusahaan pengangkut dapat dibebaskan dari kewajiban
membayar konpensasi atas kerugian yang diderita para penumpang
pesawat MH17 yang tertembak di atas wilayah udara Ukraina?
b. I Wayan Alit Sudarsana, NIM. 1003005083, Fakultas Hukum Universitas
Udayana Denpasar, tahun 2015, judul “ The Downing of MH17 in Ukraine:
Analysis from the International Law Perspective ”. Rumusan masalah yang
dibahas antara lain:
1. Could Russia be held responsible for the incident?
2. Rightful Jurisdiction over the downing of MH17
Berdasarkan rincian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penulisan
skripsi ini tidak memiliki kemiripan yang signifikan terhadap penulisan karya
xxiii
ilmiah yang telah ada sebelumnya, terlebih mengenai substansi pembahasan.
Namun penulisan karya ilmiah yang sebelumnya ini hanya memiliki topik
pembahasan yang sama mengenai pertanggungjawaban penembakan pesawat
udara sipil milik Malaysia Airlines.
1.5. Tujuan Penelitian
Penulisan suatu karya tulis ilmiah haruslah memiliki tujuan yang nantinya
dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan penelitian meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus. Penjelasan lebih lanjut mengenai tujuan umum dan khusus dari
pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dan pengaturan suatu
kelompok dapat dikategorikan sebagai NLM.
2. Untuk mengetahui apakah suatu gerakan separatis atau NLM dapat
dipersalahkan dan dibenbankan pertanggungjawaban.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang diharapkan dapat tercapai dari penulisan
skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui, pengaturan mengenai klasifikasi sebuah gerakan separatis
pro-Russia dapat dikategorikan sebagai gerakan separatis dalam subjek hukum
internasional.
xxiv
2. Untuk mengetahui perbuatan penembakan pesawat udara malaysia MH 17 di
kawasan terlarang yang dilakukan oleh gerakan separatis pro-Russia tersebut
dapat disalahkan dan dibebankan pertanggungjawaban.
1.6. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai
gerakan separatis (national liberation movement) sebagai subjek hukum
internasional serta apa yang membedakan dengan kelompok-kelompok
bersenjata lainnya, dan pembebanan pertanggungjawaban akibat penembakan
pesawat udara sipil oleh gerakan separatis sesuai dengan konvensi internasional
yang berkaitan dengan hukum udara internasional. Selain itu, diharapkan dapat
dijadikan referensi tambahan untuk pengembangan ilmu hukum secara umum,
khususnya di bidang hukum udara internasional mengenai analisis yuridis
terhadap penyelesaian sengketa mengenai penembakan pesawat udara sipil oleh
gerakan separatis.
b. Manfaat Praktis
Dari segi praktis, berguna sebagai upaya yang dapat diperoleh langsung
manfaatnya, seperti peningkatan keahlian meneliti dan keterampilan menulis,
sumbangan pemikiran dalam pemecahan suatu masalah hukum, acuan
pengambilan keputusan yuridis, dan bacaan baru bagi penelitian ilmu
hukum.14
14
Abdul Kadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 66.
xxv
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat internasional
sebagai sarana pengembangan pemikiran tentang pengaturan
pertanggungjawaban penembakan pesawat udara sipil oleh gerakan separatis
sesuai dengan hukum udara internasional. Sehingga diharapkan lebih kritis,
berani dan lebih aktif ikut serta dalam mengembangkan pengetahuan
mengenai hukum udara internasional.
1.7. Landasan Teoritis
a. Konsep Kepribadian Hukum
Kepribadian dalam hukum internasional memperhitungkan
keterkaitan antara hak dan kewajiban yang dimungkinkan menurut sistem
internasional dan kapasitas untuk menegakkan klaim.15
Mereka mampu
melakukan hal ini karena hukum mengakui mereka sebagai „pribadi hukum
(legal person)‟ yang memiliki kapasitas untuk memiliki dan mempertahankan
hal tertentu, dan menjadi subjek untuk menjalankan tugas atau kewajiban
tertentu.16
b. Konsep Prohibited Area
Merupakan kawasan udara dengan pembatasan yang bersifat
permanen dan menyeluruh bagi semua pesawat udara.17
Selain itu merupakan
ruang udara tertentu di atas daratan dan/atau perairan, dimana pesawat udara
15
Malcolm N. Show, 2013, Hukum Internasional, terjemahan Derta Sri dkk, Nusa Media,
Bandung, h. 193. 16
Ibid. 17
Bambang Widarto II, op.cit, h. 85.
xxvi
dilarang terbang melalui ruang udara tersebut karena pertimbangan
pertahanan dan keamanan negara, serta keselamatan penerbangan.18
c. Teori Tanggung Jawaban Negara
Tanggung Jawaban negara menetapkan bahwa setiap kali suatu
negara melakukan tindakan melawan yang hukum internasional terhadap
negara lain, maka pertanggungjawaban internasional wajib ditegakkan
diantara keduanya.19
Ciri-ciri esensial pertanggungjawaban berhubungan
dengan beberapa faktor dasar :20
pertama, adanya kewajiban hukum
internasional yang masih berlaku di antara kedua negara yang bersangkutan;
kedua, bahwa telah terjadi suatu perbuatan atau kelalaian yang melanggar
kewajiban itu dan mewajibkan negara tersebut bertanggungjawab, dan bahwa
perbuatan melanggar hukum atau kelalaian tersebut menimbulkan kehilangan
atau kerugian.
d. Prinsip Yurisdiksi Universal
Berdasarkan prinsip ini, masing-masing dan setiap negara memiliki
yurisdiksi untuk menghukum kejahatan / pelanggaran tertentu. Dasar untuk
ini adalah bahwa kejahatan yang dilakukan dianggap sebagai terutama
menyerang masyarakat internasional secara keseluruhan. Ada dua kategori
yang jelas termasuk dalam lingkup yurisdiksi universal, yang didefinisikan
sebagai kewenangan negara untuk menghukum tersangka dan untuk
menghukum mereka jika terbukti bersalah, terlepas dari tempat kejadian
18
Rosyidi Hamzah, 2009, Hukum Udara n Ruang Angkasa, URL :
http://rosyidiheaven.blogspot.co.id/2009/04/hukum-udara-n-ruang-angkasa.html?m=1, diakses
pada tanggal 6 Maret 2016. 19
Malcol N. Show, 2013, op.cit , h. 772. 20
Ibid, h. 774.
xxvii
perkara dan terlepas dari setiap hubungan kewarganegaraan aktif atau pasif
atau alasan yurisdiksi lain yang diakui oleh hukum internasional.21
Yang termasuk dalam kategori ini adalah pembajakan dan kejahatan
perang.22
Namun, ada semakin banyak pelanggaran/kejahatan lain yang oleh
perjanjian internasional dapat tunduk pada yurisdiksi negara tempat kejadian
dan yang membentuk kategori berbeda yang berhubungan erat dengan konsep
yurisdiksi universal.23
1.8 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu proses penalaran yang sistematis
untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan untuk menyelidiki masalah yang
memerlukan jawaban. Dan pengertian penelitian hukum ialah suatu proses untuk
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin
hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi,24
serta menemukan kasus-kasus
yang terkait untuk memperkuat hasil penelitian. Sebagai suatu penelitian ilmiah,
penulis menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu, dari sejumlah pendekatan
yang dikenal dalam penelitian hukum normatif dengan memperhatian kaidah-
kaidah penelitian yaitu sebagai berikut:
a. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka jenis
penelitian yang digunakan dalam penulisan karya tulis skripsi ini adalah
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif berarti penelitian
21
Malcolm N. Show, op.cit, h. 652. 22
Ibid. 23
Ibid. 24
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Cetakan ke-7, Kencana, Jakarta,
(selanjutnya disebut Peter Mahmud Marzuki I), h.35.
xxviii
hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah sistem norma. Metode
penelitian hukum normatif merupakan metode atau cara yang
dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka yang ada.25
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dapat dibagi dalam :26
1. Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari :
a. Penelitian terhadap asas-asas hukum;
b. Penelitian terhadap sistematika hukum;
c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi
hukum;
d. Penelitian sejarah hukum; dan
e. Penelitian perbandingan hukum.
Selain itu Peter Mahmud Marzuki menyatakan pendapatnya
mengenai penelitian hukum normatif, adalah suatu proses untuk
menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-
doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi, selain
itu hukum normatif dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau
konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi.27
b. Jenis Pendekatan
25
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, cetakan ke-11 PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 13–14. 26
Bambang Sunggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, h. 41. 27
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, h. 34.
xxix
Sebuah karya tulis ilmiah agar dapat mengungkapkan kebenaran
jawaban atas permasalahan secara sistematis, metodologis, dan konsisten
serta dipertanggungjawabkan keilmiahannya, hendaknya disusun dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan yang tepat. Dalam penelitian
hukum terdapat beberapa pendekatan, antara lain pendekatan peraturan
perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case
approach), pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan
konseptual.28
Dalam buku pedoman fakultas hukum universitas udayana,
penelitian normatif umumnya megenal 7 jenis pendekatan yaitu:
1. Pendekatan kasus (the case approach)
2. Pendekatan perundang-undangan (the statute approach)
3. Pendekatan Fakta (the fact approach)
4. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (analytical and conceptual
approach)
5. Pendekatan Frasa (word and phrase approach)
6. Pendekatan Sejarah (historical approach)
7. Pendekatan Perbandingan (comparative approach)
Adapun pendekatan yang digunakan penulis dalam karya ilmiah skripsi ini
adalah pendekatan pendekatan kasus (the case approach), pendekatan perundang-
undangan (the statute approach) dan pendekatan fakta (the fact approachi).
Pendekatan kasus (the case approach) adalah pendekatan yang dilakukan
dengan melakukan penelitian lebih dalam pada kasus terkait dengan isu hukum
28
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, cetakan ke-4, Prenada Media Group,
Jakarta, (selanjutnya disebut dengan Peter Mahmud Marzuki II), h. 93.
xxx
yang dihadapi. Dalam penggunaan pendekatan kasus, yang perlu dipahami oleh
peneliti adalah ratio decidendi, yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh
hakim untuk sampai kepada keputusan.29
Untuk memperkuat argumentasi serta penilaian terhadap kasus penembakan
pesawat udara sipil yang dilakukan oleh gerakan separatis maka memerlukan
putusan-putusan pengadilan terhadap kasus-kasus yang serupa. Khususnya kasus
yang menyangkut pengakuan terhadap gerakan separatis, kriteria sebagai gerakan
separatis serta pertanggungjawaban gerakan separatis atas kejahatan dan
pelanggaran yang telah dilakukannya.
Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) adalah
penelitian lebih dalam dengan melakukan pengamatan terhadap undang-undang,
memahami hierarki dan asas-asas yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan. Pendekatan perundang-undangan berupa legislasi dan regulasi yang
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum.30
Dalam penulisan karya ilmiah skripsi ini, penulis menganalisis instrumen-
instrumen hukum internasional seperti Konvensi Chicago 1944 dan Konvensi
Montreal 1971 dan kaitannya dengan kasus sehingga dapat ditemukan substansi
dari permasalahan yang akan dikaji.
29
Peter Mahmud Marzuki I, op.cit, h. 119. 30
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, (selanjutnya disebut Peter Mahmud Marzuki III), h. 97.
xxxi
Pendekatan Fakta (the fact approach) adalah penelitian lebih dalam yang
penulis lakukan yang mengaitkan suatu peristiwa hukum dengan kasus yang
diangkat.
Fakta yang diangkat dalam skripsi ini, adalah bukti-bukti yang mampu
mengantarkan gerakan separatis pro-Russia tersebut dapat dikategorikan sebagai
NLM subjek hukum internasional. Sekumpulan fakta mengenai kasus
penembakan pesawat MH 17 yang mampu membuktikan bahwa memang benar
penembakan dilakukan oleh gerakan separatis pro-Russia serta bukti yang
menguatkan bahwa kawasan Ukraina pada saat itu dapat dikategorikan sebagai
kawasan terlarang.
c. Sumber Bahan Hukum
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat umum, terdiri atas asas peraturan perundang-undangan,
yurisprudensi atau putusan pengadilan, peraturan dasar dan perjanjian
internasional. Menurut Peter Mahmud Marzuki bahan hukum primer
ini bersifat otoritatif, artinya mempunyai otoritas, yaitu merupakan
hasil tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang
berwenang untuk itu.31
Adapun sejumlah bahan hukum primer, yang
berasal dari peraturan perundang-undangan serta ketentuan-ketentuan
yang lebih khusus yang berkaitan dan digunakan dalam penulisan
skripsi ini antara lain :
31
Peter Mahmud Marzuki III, h. 144-154.
xxxii
- Konvensi Chicago 1944 (Convention on International Civil
Aviation)
- Konvensi Montreal 1971 (Convention for the Suppression of
Unlawful Acts Against Safety of Civil Aviation)
- Statuta Roma 1998
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti rancangan peraturan
perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah,
surat kabar, pamflet, brosur, karya tulis hukum atau pandangan ahli
hukum yang termuat di media massa dan berita di internet.32
Terkait
skripsi ini maka digunakan sumber dari kepustakaan seperti buku-
buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat
dalam media massa maupun berita di internet yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas, yaitu mengenai tinjauan hukum internasional
mengenai pertanggungjawaban kasus penembakan pesawat udara oleh
pesawat militer suatu negara.
3. Bahan hukum tersier menurut Peter Mahmud Marzuki merupakan
bahan non hukum yang digunakan untuk menjelaskan, baik bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder, seperti kamus,
ensiklopedi, dan lain-lain.33
d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
32
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op.cit, h. 47. 33
Ibid, h. 47.
xxxiii
Teknik pengumpulan bahan-bahan hukum yang dipergunakan adalah teknik
studi dokumen, yaitu dalam pengumpulan bahan hukum terhadap sumber
kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dengan cara
membaca dan mencatat kembali bahan hukum tersebut yang kemudian
dikelompokkan secara sistematis yang berhubungan dengan masalah dalam
penulisan skripsi ini. Untuk menunjang penulisan skripsi ini pengumpulan bahan-
bahan hukum diperoleh melalui :
1. Pengumpulan bahan hukum primer dilakukan dengan cara
mengumpulan instrument internasional yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas.
2. Pengumpulan bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara
penelitian kepustakaan yang bertujuan untuk mendapatkan
bahan hukum yang bersumber dari buku-buku, karya tulis
hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat dalam media
massa maupun berita di internet yang terkait dengan
permasalahan yang hendak dibahas dalam skripsi ini.
3. Pengumpulan bahan hukum tersier dilakukan dengan
menggunakan kamus hukum.
e. Teknik Analisa Bahan Hukum
Adapun teknik pengolahan bahan hukum yaitu setelah bahan hukum
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik deskripsi yaitu dengan
xxxiv
memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.34
Bahan hukum
primer dan sekunder yang terkumpul selanjutnya diberikan penilaian (evaluasi),
kemudian dilakukan interpretasi dan selanjutnya diajukan argumentasi.
Argumentasi disini dilakukan oleh peneliti untuk memberikan preskripsi atau
penilaian mengenai benar atau salah atau apa yang seyogyanya menurut hukum
terhadap peristiwa yang terjadi. Dari hal tersebut nantinya akan ditarik
kesimpulan secara sistematis agar tidak menimbulkan kontradiksi antara bahan
hukum yang satu dengan bahan hukum yang lain.
Teknik lainnya yang penulis gunakan adalah teknik Analisis, yaitu
pemaparan secara mendetail dari keterangan-keterangan yang didapat pada tahap
sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini sehingga
keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis.
34
Ronny Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet. ke II Ghalia Indo, Jakarta, h. 93.