daftar isi - file · web viewdi dalam masyarakat, perpustakaan sudah menempatkan...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
2.1 Kompetensi.................................................................................................................5
2.2 Pustakawan.................................................................................................................7
2.2.1 Definisi Pustakawan................................................................................................7
2.2.2 Bidang Kegiatan dan Tugas Pokok Pustakawan......................................................9
2.2.3 Peran Pustakawan..................................................................................................10
2.3 Perpustakaan.............................................................................................................12
2.4 Pengembangan Perpustakaan....................................................................................14
2.5 Kompetensi Pustakawan dalam Pengembangan Perpustakaan..................................18
BAB III..................................................................................................................................37
PENUTUP.............................................................................................................................37
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................37
3.2 Saran.........................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era teknologi informasi ini banyak perubahan terjadi baik dari
segi sosial, budaya dan masyarakat. Begitu pula pola perilaku masyarakat
dalam menemukan suatu informasi lebih sering menggunakan teknologi
informasi dalam mencari informsi yang dibutuhkan mengutip pernyataan
Nurochman (2011) masyarakat telah jamak mengenal istilah browsing, chatting,
mailist, social networking yang kesemuanya telah menjelma menjadi media
standar yang harus ada untuk mendapatakan sebuah informasi.
Perpustakaan sebagai khasanah ilmu pengetahuan memegang
peranan penting dalam rangka mencerdasakan dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan perpustakaan ditengah-tengah
masyarakat, di sekolah-sekolah, di Perguruan tinggi-perguruan tinggi, dan di
instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta sangat besar dampaknya bagi
kemajuan dimana perpustakana tersebut bernaung.
Di dalam masyarakat, perpustakaan sudah menempatkan dirinya pada
posisi yang penting bagi peningkatan kecerdasan dan pengetahuan sehingga
tidak dapat disangkal lagi, bahwa perpustakaan merupakan tempat untuk
memperoleh dan menambah ilmu pengetahuan. Akan tetapi, posisi yang penting
dan koleksi yang tersedia itu belum menjadi jaminan bahwa misi perpustakaan
telah selesai, karena harus melihat kepada pendayagunaan bahan-bahan pustaka
besera minat pemakai perpustakaan. Dalam pendayagunaan bahan-bahan
pustaka yang digunakan masyarakat maka, sebah perpustakan harus
mempunyai sebuah terobosan yang mampu menjangakau keinginan masyrakat
pada bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan oleh karena itu diperlukan adanya
komunikasi yang terjalin antara perpustakaan dan masyarakat.
2 | P a g e
Menurut Sulistiyo Basuki (1991), perpustakaan adalah suatu gedung,
ruang, yang dibuat untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang tesusun
menurut tatanannya. Sedangkan pengertian perpustakaan menurut Undang-
undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan bahwa
perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/
atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka. Sedangkan menurut IFLA (International Federation of Library
Association and Instutiutions) perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak
dan noncetak atau sumber informasi yang disusun secara sistematis untuk
digunakan pemakai. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
perpustakaan merupakan suatu lembaga yang bertugas menyediakan,
mengelola, menyimpan dan menyebarkan sumber informasi, baik dalam bentuk
tercetak maupun non cetak dengan cara yang sistematis untuk memenuhi
kebutuhan pengguna. Sedangkan tujuan perpustakaan adalah sebagai tempat
penelitian, penyimpanan informasi, pendidikan, culture, rekreasi.
Dalam melaksanakan tanggung jawab dan tugas perpustakaan
sebagai penyedia informasi agi pengguna maka perpustakaan dituntut untuk
mengikuti perkembangan zaman yang dikuasai oleh teknologi informasi yang
semakinn memudahakan pengguna menggunakan termasuk dalam
perkembangan ilmu dan aplikasinya perpustakaan dituntut untuk megikuti
perkembangan dua permasalahan tersebut sehingga perpustakaan tidak akan
kehilangan eksistensinya di dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
Namun hal tersebut bertolak belakang dengan kenyataan yang ada
dilapangan hal tersebut ditandai dengan perpustakaan tidak menerapkan hal-hal
pelayanan yang terdapat dalam Undang-Undang nomor 43. Adapun pokok
penting tentang pelayanan yang berlaku umum yaitu :
1. Harus prima dan berorientasi pada pemustaka
2. Harus memnuhi satandar nasional perpusatakaan
3 | P a g e
3. Dikembangkan memakai dan mengikuti perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK).
4. Dikembangkan untuk memenuhi keutuhan pemustaka dengan
memanfaatkan secara optimal sumberdaya perpustakaan sendiri atau
perpustakaan lain.
5. Layanan perpustakaan terpadu dengan mewujudkan kerja sama antar
perpustakaan.
6. Kerjasama ini dilaksanakan melalui jejaring telematika
Adapun pengembangan perpustakaan sendiri diatur pada unadang-
undang no 43 dalam bab VI pasal 19 pada ayat 2 dijelaskan bahwa
pengambangan perpustakaan didasarkan pada lkarakteristik, fungsi, tujuan
perpusatakaan sesuai kebutuhan pengguna pada ayat 1 dan 2 didasarkan pada
kuantitas dan kualitas dan sumber daya, pelayaanan dan pengelolaan.dan dalam
upaya pengambangannya yaitu melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK). Dalam pengembangan perpustakaan juga tidak terlepas peran dari
kompensi yang dimiliki oleh pustakawan yang merupakan mempunyai tugas
untuk meningkatkan layanan dan fasilitas perpustakaaan dalam meningkatkan
kualitas perpustakaan. Hal tersebut tentunya didukung dengan kemampuan
seorang pustakawan dalam menciptakan inovasi dan ide-ide baru untuk
perkembangan perpustakaan yang berad ditengah-tengah kemajuan teknologi
yang semakin menggerus keberadaan perpustakaan dalam menyajikan
informasi.
4 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kompetensi
Kompetensi adalah,” Keahlian, pengetahuan, dan kemampuan serta
karakteristik lain yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan tugas/pekerjaan
dengan efektif.” (Jackson&Schuler, 2003).
Definisi lain tentang kompetensi dicetuskan oleh sebuah perusahaan,
yaitu (SRW&Co, 2005) yang menjelaskan bahwa
The behavioral dimensions affecting job performance. They refer to
the capacities people have, what they must be able to do and how they are
expected to behave in order to meet the requirements of the job within the
context of the organizations and its culture ( values and norms), business
strategy, and working environment.
Berdasarkan definisi tersebut, pengertian kompetensi meliputi :
1. Kompetensi adalah keunggulan bersaing yang terutama dilakukan melalui
SDM (Competitive advantage through people). Dengan demikian,
kompetensi sulit untuk berubah dan tidak dapat ditiru oleh pesaing atau
rekan kerjasama dari suatu institusi.
2. Kompetensi adalah
a. pengetahuan, sehingga seseorang dapat memilih untuk mengetahui atau
tidak tentang kompetensi.
b. perilaku, sehingga seseorang dapat memilih bisa atau tidak bisa
melakukan kompetensi tersebut.
c. motivasi, sehingga seseorang mempunyai pilihan untuk
berkeinginan/mau atau tidak berkeinginan/mau melakukan kompetensi
sehingga mereka sukses dalam pekerjaan. Hal ini menjadi dasar dalam
pengelolaan SDM, seperti rekruitmen, penilaian, kenaikan pangkat,
pelatihan, bahkan PHK.
5 | P a g e
3. Kompetensi harus didefinisikan sesuai dengan perilaku spesifik, misalnya
kemampuan beradaptasi (adaptability), yang ditunjukkan dengan perilaku
mencoba memahami perubahan, berpikir positif, tekun, dan ulet.
Kompetensi adalah kecakapan atau kemampuan. Konsep kemampuan
mengandung suatu makna adanya semacam tenaga atau kekuatan yang dimiliki
seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan baik yang bersifat
fisik maupun yang bersifat mental. Pengertian ini menunjukkan pada adanya
suatu kekuatan nyata yang dapat diperlihatkan seseorang melalui tindakan atau
perbuatan, baik secara fisik maupun mental, yang umumnya diperoleh melalui
latihan dan pendidikan. Dengan demikian hampir semua kemampuan diperoleh
melalui latihan atau dipelajari. Dengan perkataan lain, kalau seseorang ingin
memiliki kemampuan tertentu, ia dapat mempelajarinya. Kemampuan ini akan
banyak membantu seseorang pada saat ia melaksanakan atau mengerjakan tugas
tertentu. Kadang-kadang kemampuan secara fisik dan mental dapat muncul
secara bersamaan pada saat mengerjakan suatu tugas (Klausmeier dan
Goodwin), sedangkan arti kompetensi secara harfiah adalah kecakapan,
kemampuan; wewenang (Kamus Inggris-indonesia). Definisi kompetensi yang
sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk
mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta
kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaanpekerjaan non-rutin. Terdapat
bermacam-macam pendekatan mengenai model kompetensi. Salah satunya
Competency-based HRM (manajemen SDM berdasarkan kompetensi). Intinya
perilaku individu yang paling bagus kinerjanya dijadikan tolok ukur. Perilaku
ini menjadi patokan baku yang menggerakkan program SDM untuk
mengembangkan gugus kerja yang lebih efektif. Kompetensi ini diintegrasikan
dalam sistem SDM. Pendekatan model kompetensi lainnya adalah pendekatan
“organizational” yang berarti model kompetensi ditekankan dalam organisasi
dengan tipe organisasi tertentu.
6 | P a g e
2.2 Pustakawan
2.2.1 Definisi PustakawanPustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustakaan
atau ahli perpustakaan. Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia
dikatakan bahwa yang disebut pustakawan adalah “Seseorang yang
melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan
ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikimelalui
pendidikan”. Sedangkan menurut kamus istilah perpustakaan karangan
Lasa, HS. Librarian- pustakawan, penyaji informasi adalah “Tenaga
profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun
dokumentasi”.
Poerwadarminta dalam Aziz (2006:44) menambahkan
bahwa,“Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian
tersebut berarti pustakawan sebagai tenaga yang berkompeten dibidang
perpustakaan, dokumentasi, dan informasi”. Selanjutnya Aziz
(2006:44) menambahkan bahwa,“Pustakawan merupakan tenaga
profesi dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi
yang disediakan merupakan informasi publik melalui lembaga
kepustakawanan yang meliputi berbagai jenis perpustakaan”.
Sedangkan menurut undang-undang perpusatakaan Nomor 43
tahun 2007, disebutkan bahwa pustakawan adalah seorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan
kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tangung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan Republik
Indonesia, 2007:4). Dalam Encyclopedia of Information anad Library
Science Second edition, pustakwan dijelaskan sebagai berikut:
“Traditionally and still in popular concisciouness, the curator of
colections of book and other information materials, administrering
7 | P a g e
conditional user accsess to information for user groups of various
descriptions, still initially through collections of informatins materials
under their immaediate administration, but also through the global range
of availabel sources”(International encyclopedia,2007:370).
Menurut ODLIS (Online Dictionary of Library and Information
Science) “A professionally trained person responsible for the care of
library and its contens, including the selection, processing and
organizationof materials and the delivery of information, instruction and
loan service to meet the needs of its users. In an online environment the
role of the librarian is to manage and mediate access to information
which may exist only in electronic form” (M. Reitz, 2002:1-2). Maksud
dari pengertian tersebt adlah pustakwan merupakn seseorang yang
berpendidikan khusus dan menjalankan tugas-tugas kepustakawanannya
dan harus mampu menjadi pengelola dan perantara akses terhadap
informasi yang sebagian sudah berbentu media elektronik (International
encyclopedia, 2003:1-2).
Menurt keputusan Menpan No 132/KEP/M.PAN/12/2012 dalam
pasal menyatakan bahwa “pustakwan adalah pejabat fungsional yang
berkedudukan sebagai pelaksana peneyelenggara tugas utam
kepustakawanan pada unit-unit perpuatakaan, dokumentasi dan informasi
pada instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. Pustakaean dalam
pengertian ini terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan
tingkat ahli. Pustakawan tingkat terampil adalah puatakawan yang
memilki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama serendah-
rendahnya Diploma II Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi atau
Diploma bidang lain yang disetarakan. Pustakwan tingkat ahli adalah
pustakaan yang memilki dasar pendidikan untuk pengangkatan
pertamakali serendah-rendahnya Sarjana Pepustakaan, Dokumentasi dan
Informasi atau sarjan bidang lain yang disetarakan.
8 | P a g e
2.2.2 Bidang Kegiatan dan Tugas Pokok PustakawanBidang kegiatan pustakawan meliputi: Unsur Utama dan Unsur
Penunjang. Unsur Utama terdiri atas:
1) Pendidikan,
2) Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber
informasi,
3) Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi,
4) Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi,dan
5) Pengembangan Profesi.
Unsur Penunjang, antara lain terdiri dari:
1) Mengajar,
2) Melatih,
3) Membimbing mahasiswa dalam penyusunan skripsi, thesis dan
disertasi yang berkaitan dengan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan
informasi,
4) Memberikan konsultasi teknis sarana dan prasarana perpustakaan,
dokumentasi dan informasi,
5) Mengikuti Seminar, lokakarya dan pertemuan sejenisnya di bidang
kepustakawanan,
6) Menjadi anggota organisasi profesi kepustakawanan,
7) Mendapat pengharagaan/tanda jasa,
8) Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya,
9) Menyunting risalah pertemuan ilmiah,
10) Keikutsertaan dalam tim penilai jabatan pustakawan.
Di samping itu juga memiliki Tugas Pokok, yaitu : tugas
pustakawan yang wajib dilakukan oleh setiap pustakawan sesuai jenjang
jabatannya.
1) Tugas pokok Pustakawan Tingkat Terampil meliputi: a)
Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber
9 | P a g e
informasi, b) Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi;
2) Tugas pokok Pustakawan Tingkat Terampil meliputi: a)
Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber
informasi, b) Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi; c) Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi
dan informasi. Ada perbedaan tugas pokok antara Pustakawan
Tingkat Terampil dengan Pustakawan Tingkat Ahli, yaitu pada bidang
tugas Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi.
2.2.3 Peran Pustakawan
Menurut Rahman hermawan dan Zulfikar zen (2006:56)
menyatakan bahwa pustakwan memerankan berbagai perananan pernting
yan dpaat disingkat dengan akronim EMAS:
a. Edukator
Sebagai edukator (pendidik) pustakwan dalam
meelaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai
pendidik. Sebagai pendidik, isa harus melaksanakan fungsi pendidikan
yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah
mengembangkan kepribadian, sedangkaan mengajar adalah
mengembangkan kemampuan berfikir dan melatih sendiri aadalh
memebina dan mengembangkan keterampilan .oleh karenanya
pusatakawan harus memiliki kcakapam mengajar, maletih dan
mengembangkan, baik para pegawai maupun pengguna jasa yang
dilayaninya.
b. Manajer
Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi”
yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi
10 | P a g e
pada sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapat dalam berbagai
wadah yang jumlah selalu bertambah harus dikelola dengan baik.
Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar pengelolaan
informasi dikaitkan dengan lemabaga jasa lainnya, maka pustakwan
memilih kedudukan yang sama dengan manajer sebuah toko dan hotel
dan sebagainya. Untuk menunjang sebagai manajer pustakawan harus
mempunyai jiwa kepemimpinan, kemampuan memimpin dan
menggerakakan, serta mampu bertindak sebagai koordinator dan
integrator dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dan juga dapat
mengoptimalkan semua sumber daya yang tersedia di
perpustakaan,baik berupa sumber daya manusia, sumber daya
informasi, dana dan termasuk sarana dan prasarana untuk mendukung
tercapainya visi dan misi perpustakaan.
c. Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun,
malaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat
melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai , kemudian
melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih
baik. Oleh karena itu seorang pustakwan harus mempunyai
pengetahuan yang luas dibidang organisasi, sistem dan prosedur kerja.
Dengan pengetahuaannya itu diharapkan pustakawan memiliki
kemepuan dalam menfsirkan prosedur ka dalam kegiatan-kegiatan
nyata, sehingga akan dapat meningkatkan kualitas kerja, berdaya
guna, berhasil guna dan tepat guna.
d. Supervisor
Sebagai supervisor pustakawanharus:
1. Dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk
mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama
pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan
semangat kerja dan kebersamaan.
11 | P a g e
2. Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik
rekan-rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang
dilayaninya
3. Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan,
memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar,
tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya, dan
4. Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun
dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan
dan kendala, sehingga mampu meningkatkan kinerja unit
organisasinya.
2.3 Perpustakaan
Menurut UU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan
Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan
terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan
intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan.
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah.
Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun
perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai
dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh
masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya
sendiri.
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun
gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya
yang biasanya disimpan menurut tat susunan tertentu untuk digunakan
pembaca, bukan untuk dijual. Secara etimologis istilah perpustakaan berasal
dari kata dasar pustaka yang berarti buku, kitab.Dalam bahasa asing dikenal
dengan istilah library (Inggris), liber atau libri (Latin), bebliotheek (Belanda),
bebliothek (Jerman), bibilotheque (Perancis), biblioteca (Spanyol) dan biblia
(Yunani). Perpustakaan mengandung arti (a) tempat, gedung yang disediakan
12 | P a g e
untuk pemeliharaan dan penggunaan dan sebagainya, (b) koleksi buku, majalah
dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari dan
dibicarakan. Dari kata dasar itu kemudian menimbulkan istilah turunan lain
seperti: bahan pustaka, pustakawan, kepustakaan, dan ilmu pengetahuan.
Ada beberapa pengertian perpustakaan menurut pakar, diantaranya
sebagaiberikut:
Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan
untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut
tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual ( Sulistyo,
Basuki ; 1991 ). Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari satu badan atau
lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku
maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis
menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi
oleh setiap pemakainya.
Darmono memberikan pengertian perpustakaan sebagai salah satu unit
kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan
mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh
pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang
menyenangkan.Menurut P. Sumardji, perpustakaan adalah koleksi yang terdiri
dari bahan-bahan tertulis, tercetak maupun grafis lainnya seperti film, slide,
piringan hitam, tape, dalam ruangan atau gedung yang diatur dan
diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan
studi, penelitian, pembacaan dan lain sebagainya.Menurut C. Larasati M
ilburga, dkk., perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat
menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dengan cara
tertentu untuk dipergunakan secara berkesi nambungan oleh pemakai nya
sebagai sumber informasi.
13 | P a g e
2.4 Pengembangan Perpustakaan
Menurut Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 tentang
Perpustakaan Bagian Ketiga Pengelolaan dan Pengembangan Perpustakan Pasal
19 yaitu :
1) Pengembangan perpustakaan merupakan upaya peningkatan sumber daya,
pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan, baik dalam hal kuantitas maupun
kualitas.
2) Pengembangan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan karakteristik, fungsi dan tujuan, serta dilakukan sesuai dengan
kebutuhan pemustaka dan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
3) Pengembangan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilakukan secara berkesinambungan.
Dalam pengembangan perpustakaan ada beberapa komponen utama
yang menjadi pokok pengembangan, yaitu, sumber daya manusia, koleksi,
sistem layanan, fasilitas pendukung dan marketing. Yang harus diperhatikan
dalam pengembangan komponen ini ada 2 yaitu sasaran pengembangan dan
penetapan capaian. Sasaran pengembangan perpustakaan adalah mendukung
Pembangunan Kualitas dan Produktifitas Sumber Daya Manusia. Dengan
sasaran ini maka kemudian ditetapkan prioritas pengembangan komponen
perpustakaan. Pemilihan prioritas ditentukan, pertama, berdasarkan ukuran
kualitas dan produktifitas sumber daya manusia di daerah di mana perpustakaan
itu berada. Ukuran kualitas dan produktifitas ini bukan ukuran berdasarkan
perkiraan pustakawan, melainkan bersumber dari visi dan misi pemerintah
daerah , misalnya visi Jawa Barat untuk menjadikan Jawa Barat sebagai The
Best Province, atau kota Bandung yang ingin menjadi kota Jasa. Dari visi dan
misi inilah baru pustakawan menetapkan komponen perpustakaan yang akan
dikembangkan. Kedua, pemilihan prioritas ditentukan oleh kondisi komponen
perpustakaan dengan melihat komponen yang sudah cukup memenuhi syarat
untuk mendukung visi dan misi pemerintah. Untuk menilai kondisi komponen
14 | P a g e
ini pustakawan dapat melakukan pengkajian berdasarkan ukuran yang dituntut
oleh visi dan misi. Misalnya , jika tuntutannya adalah agar masyarakat memiliki
keterampilan dalam bidang usaha agar dapat mandiri, maka pustakawan
mengukur kondisi koleksi yang dimiliki untuk melihat ke sesuaian isi dengan
kebutuhan pengetahuan masyarakat. Jika koleksi di nilai cukup, maka
pengujian dilakukan pada fasilitas pendukung, misalnya ruang baca dan alat
telusur. Jika ini dinilai cukup (bukan menurut keinginan pustakawan), maka
diukur komponen yang lainnya. Jika seluruh kondisi tidak sesuai, atau
seluruhnya sesuai, tetapkan prioritas pengembangan. Dengan demikian maka
anggaran yang lebih terfokus pada satu komponen menjadi besar daripada jika
seluruh komponen dikembangkan sekaligus. Ketiga, pemilihan prioritas
dilakukan dengan kesepakatan antar perpustakaan, baik perpustakaan sejenis,
maupun perpustakaan yang berbeda jenis (perpustakaan umum dan
perpustakaan khusus). Dengan melakukan pertemuan antar pustakawan dapat
dipilih dan ditentukan perpustakaan yang berkonsentrasi pada koleksi yang
akan dikembangkan, misalnya untuk bahan pengetahuan bidang pembuatan
kerajinan adalah perpustakaan di Dinas Perindustrian, sedangkan untuk
pengelolaan daerah wisata dikembangkan oleh perpustakaan di Dinas
Pariwisata, dan seterusnya. Dengan demikian tidak akan terjadi duplikasi
pengembangan koleksi, maka dana untuk pengembangan koleksi di sebuah
perpustakaan akan lebih terpusat dan kualitasnya akan lebih terjamin.
Pengembangan perpustakaan selama ini sering dianggap urusan
‘dalam negeri’ dan bukan urusan sistem bersama yang besar sehingga
perkembangan perpustakaan bersifat sporadis, masing-masing berkembang
sendiri dengan fokus yang berbeda yang pada akhirnya terasa sangat berat.
Padahal berbicara tentang pengembangan perpustakaan berarti bicara tentang
sebuah sistem jaringan kerjasama yang sangat besar di mana di dalamnya
merupakan sebuah kumpulan lembaga perpustakaan dan pustakawan yang
saling bekerjasama. Penciptaan citra yang benar tentang perpustakaan harus
dilakukan oleh semua pustakawan dan perpustakaan secara bersama-sama,
15 | P a g e
bahkan jika mungkin dalam waktu yang sama di dalam sebuah gerakan massal.
Dengan demikian maka kekuatan untuk berkembangnya menjadi sangat besar.
Tidak adanya kebersamaan inilah yang melahirkan persoalan dan menjadi
beban masing-masing lembaga perpustakaan ketika mencoba untuk
mengembangkan diri. Ketidak bersamaan juga menyebabkan kondisi
pengembangan menjadi seperti berikut:
1. Rah pengembangan yang tidak terfokus
2. Duplikasi koleksi antar perpustakaan (terutama sejenis)
3. Energi yang dikeluarkan yang terlalu besar
4. Pencapaian tergantung pada kemampuan/ dukungan lembaga penaung
Kondisi ini (di antara masih banyak kondisi sulit lainnya) sebenarnya
tidak perlu ada jika pengembangan perpustakaan dilakukan secara bersama-
sama, minimal oleh perpustakaan sejenis sehingga dapat dilakukan saling
dukung untuk mengatasi kekurangan masing-masing. Dengan komunikasi
intensif berupa pertukaran informasi antar perpustakaan, pertukaran koleksi
dapat dilakukan hasil yang maksimal. Ini juga dapat mengurangi beban
anggaran pembelian koleksi, sehingga kelebihan anggaran dapat digunakan
untuk pengembangan komponen lain. Untuk mendukung kegiatan pertukaran
ini, perlu juga dilakukan kesepakatan kerjasama yang dilakukan antar dinas,
badan dan lembaga sebagai badan penaung, sehingga pengembangan juga
menjadi tanggung jawab badan penaung, bukan hanya perpustakaan.
Pengembangan yang dilakukan bersama-sama memiliki banyak bermanfaat.
Manfaat yang paling nampak adalah “gaung” dari gerakan massal yang
dilakukan oleh perpustakaan sangat kuat. Gaung ini akan lebih mendapat
perhatian dari banyak pihak yang akan melahirkan dukungan pada gerakan
pengembangan perpustakaan.
Manfaat lain adalah karena gerakan ini dilakukan secara bersama
oleh semua perpustakaan, maka gerakan ini memiliki skala yang besar. Dengan
skala besar yang banyak mengundang perhatian banyak orang ini, akan
melahirkan citra baru pada perpustakaan sebagai ‘sesuatu’ yang berbeda.
16 | P a g e
Dengan citra baru ini maka dukungan dari lembaga penaung akan diberikan
dengan keyakinan bahwa pengembangan perpustakaan adalah sebuah aktivitas
yang sangat penting untuk mendukung tingginya kualitas dan produktifitas
sumber daya manusia di wilayahnya. Dukungan yang selama ini sulit sekali
diperoleh saat sebuah perpustakaan akan mengembangkan diri.
“You and They” Concept Dalam Pengembangan Perpustakaan.
Selama ini sebagian besar perpustakaan sangat bergantung pada lembaga
penaung sebagai sumber dana dalam melakukan pengembangan perpustakaan,
dari semua komponen. Ketergantungan ini memang tidak dapat dielakkan
karena perpustakaan memegang prinsip sebagai lembaga nirlaba ( non-profit
oriented ). Prinsip ini membuat perpustakaan tidak bisa dituntut “timbal
balik”nya secara finansial, yang kemudian secara keliru dinilai sebagai lembaga
yang ‘tidak menguntungkan’ dan menjadi lembaga penghabis dana (cost
center), padahal dengan konsep otonomi, hampir semua lembaga dituntut untuk
secara efisien menghasilkan pendapatan finansial ( benefit center ).
Prinsip pemikiran penghabis dana ini diperparah oleh seringnya
perpustakaan berorientasi pada “kami” (perpustakaan sendiri ) dan bukan
“anda” (pimpinan lembaga) atau ‘mereka” (pengguna/ pengunjung ). Hal ini
sangat nampak pada saat perpustakaan mengajukan proposal permintaan dana.
Dalam kalimat yangdigunakan, kata “kami akan menjadi
perpustakaan...sehingga kami akan...” Ini memunculkan kesan bahwa yang
mendapat manfaat adalah perpustakaan, bukan lembaga pemberi dana, apalagi
pengguna. Padahal secara umum, setiap pemberi dana selalu berharap adanya
timbal balik dari bidang yang diberi dana. Seringkali tuntutan timbal balik ini
tidak sanggup dijanjikan oleh perpustakaan karena secara finansial
perpustakaan tidak memiliki kemampuan untuk dapat memberikan ‘balas jasa’
atas bantuan dana yang diterimanya (kemudian dinilai tidak ada manfaatnya).
Kemudian yang jadi pertanyaan adalah apa manfaat yang dapat diberikan pada
lembaga penaung dan penggunanya jika perpustakaan mendapat dana untuk
berkembang?
17 | P a g e
Jawabannya sangat beragam dan sulit diukur, tetapi ada dan sangat
besar, mungkin lebih besar daripada dana yang diterima . Manfaat ini yang
harus di ungkapkan oleh perpustakaan kepada pimpinan lembaga penaung.
Manfaat yang diungkapkan adalah meningkatnya kualitas dan produktifas
sumber daya manusia (pengguna/ “mereka”) di dalam lingkungan lembaga
penaung yang pada ujungnya akan meningkatkan citra lembaga dan jajaran
pimpinannya (“anda”). Sementara perpustakaan menempatkan posisinya
sebagai mediator peningkatan tersebut. Pustakawan sebagai pengaju proposal
secara jelas menunjukkan benang merah antara berkembangnya perpustakaan
dan terpenuhinya kebutuhan informasi masyarakat yang sedang meningkatkan
kualitas dan produktifitasnya.
2.5 Kompetensi Pustakawan dalam Pengembangan PerpustakaanKompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan sikap ( attitude). Tipe kompetensi dapat dibedakan
menjadi dua (a). Soft Competency yaitu berkaitan erat dengan kemampuan
mengatur pekerjaan dan berinteraksi dengan orang lain, sebagai contoh adalah
kemampuan memimpin dan kemampuan berkomunikasi. (b). Hard
Competency yaitu yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau
teknis suatu pekerjaan, sebagai contoh kemampuan mengklasifikasi,
membuat abstrak, melayani pemustaka, penelusuran informasi dan
sebagainya (Kartini, 2008). Sehubungan dengan ini, Menurut Nanan khasanah,
ciri-ciri kompetensi ada 2 yaitu:
1. Kompetensi profesional yaitu yang terkait dengan pengetahuan pustakawan
di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan
penelitian, dan kemampuan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai
dasar untuk menyediakan layanan perpustakaan dan informasi.
2. Kompetensi Individu, yang menggambarkan satu kesatuan keterampilan,
perilaku dan nilai yangg dimiliki pustakawan agar dapat bekerja
18 | P a g e
secara efektif, menjadi komunikator yang baik, selalu meningkatkan
pengetahuan, dapat memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan
terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya.
Kompetensi profesional merupakan hal penting yang harus di
miliki oleh pustakawan dalam membangun suatu perpustakaan digital,
keterampilannya dalam bidang teknologi informasi harus bisa bersaing dengan
kompetensi yang lain melalui komitmen belajar dan pengembangan
pendidikan berkelanjutan. Sedangkan kompetensi individu yaitu seorang
pustakawan harus mempunyai sifat positif, fleksibel dalam menerima setiap
perubahan dan mampu menjadi partner yang baik dalam setiap proses
aktivitas.
Terdapat beberapa Jenis kompetensi yang harus dimiliki pustakawan
dalam pengembangan perpustakaan antara lain yaitu : :
1. Kompetensi Umum (Core Competence)
Kompetensi umum adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
karyawan universitas/institusi agar mereka dapat berkinerja baik dengan
mengetahui keberadaan institusi, pelanggan, dan cara kerja. Secara rinci,
Kompetensi Umum terdiri dari :
a. Pengetahuan tentang organisasi induk (Business Acumen), misalnya
sejarah institusi, visi dan misi, struktur organisasi, business process;
b. Mengutamakan Pengguna (Customer Orientation), misalnya petunjuk
yang jelas dan menarik, pelayanan yang ramah, cepat, dan tepat ;
c. Kepemimpinan (Leadership), dapat ditunjukkan dengan perencanaan
kerja yang jelas, mampu menjadi panutan, tegas, bertanggung jawab,
empati, dan membimbing staf;
d. Perencanaan dan Monitoring (Planning & Organizing), hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan perencanaan berdasarkan analisis SWOT
( strength, weaknesses, opportunities, dan threats), menentukan target
kegiatan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan;
19 | P a g e
e. Komitmen (Meeting Commitments), yaitu melakukan sesuatu yang telah
disepakati untuk dilakukan agar operasional/unit kerja tetap bergerak
maju;
f. Inovasi (Innovation) yang dapat diciptakan apabila seseorang/unit
membuat kreativitas yang secara terus menetus. Dengan demikian,
inovasi yang berciri sesuatu yang belum pernah ditemukan, bermanfaat,
dan dapat dilakukan oleh orang lain dengan hasil sama mampu
diciptakan.
g. Kerjasama Tim (Teamwork). Kerja sama tim sangat diperlukan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan dengan target tertentu. Di dalam teamwork
tidak ada hierarki, artinya hak setiap anggota adalah sama. Sehingga,
usulan dari setiap anggota akan dipertimbangkan. Namun, di dalam tim
harus selalu ada seorang ketua yang tugasnya adalah mengkoordinir
kegiatan hingga tuntas.
h. Komunikasi (Communication). Inti kesuksesan suatu kegiatan adalah
komunikasi sehingga persepsi dapat disamakan. Kesamaan persepsi ini
akan memudahkan setiap karyawan melakukan pekerjaan dengan benar.
Kemampuan berkomunikasi juga berarti kemampuan untuk mendengar
dan menyatakan pendapat sesuai dengan maksud yang diinginkan, serta
orang lain dapat memahami dengan benar. Distorsi pemahaman harus
dilakukan seminimal mungkin. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan,
bahasa nonverbal ( gesture, mimik ) dan dilaksanakan sesuai
perencanaan.
2. Technical General Competencies, yang oleh Direktorat Akademik
disyaratkan :
a. Penguasaan Komputer ( Computer Literacy);
Penguasaan komputer sangat diperlukan untuk menjalankan operasional
perpustakaandigital. Semua kegiatan seperti pengadaan koleksi,
katalogisasi, sirkulasi, penelusuraninformasi, digitalisasi koleksi, dan
OPAC (Online Public Access Catalog) dilakukan dengan komputer.
20 | P a g e
Pelatihan dasar komputer yang diperlukan adalah office : words, excell,
power point, pengembangan database, internet, dan pemakaian scanner
untukdigitalissai koleksi.
b. Kemampuan berbahasa Inggris (English Proficiency)
Kemampuan berbahasa Inggris yang diperlukan adalah bahasa Inggris
untuk komunikasi dengan pengguna, memahami teks buku dan informasi
dari internet, pembuatan slide presentasi, dan paket informasi. Jadi
ketrampilan berbahasa Inggris yang harus dilakukan adalah reading,
writing, dan speaking. Hal ini bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan
pusat bahasa institusi atau kursus bahsa di luar institusi.
c. Sadar Biaya (Cost Awareness)
Sadar biaya maksudnya adalah kesadaran bahwa semua kegiatan library
tentu berkaitan dengan uang, baik untuk pengembangan sarana, prasarana,
koleksi, dan SDM. Hal ini dimulai dari penyusunan anggaran yang sesuai
dengan kegiatan /program, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan anggaran
secara efektif dan efisien. Sadar biaya bisa dilakukan secara top down
atau pun bottom up, misalnya dimulai dari hal terkecil, yaitu penggunaan
sampul buku secara lebih efisien, perawatan buku dengan tepat bahan dan
cara, shelving yang cepat, dll. Kreativitas sataf perpustakaan sangat
diperlukan untuk melakukan hal-hal yang efisien ini.
d. Modeling ( analisis kegiatan/proses)
Modeling memerlukan kreativitas pustakawan maupun staf perpustakaan
agar operasional tetap berjalan baik, apa pun kondisinya. Hal ini juga
untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan dan bisa dilakukan pada
di setiap tahapan kegiatan perpustakaan. Contoh modeling adalah
perencanaan yang dilakukan dengan dua kondisi, misalnya kondisi dalam
situasi normal dan yang tidak sesuai gambaran, contohnya adalah
pembelian buku. Modeling bisa dilakukan dengan cara membuat dua
skenario, yaitu apabila dibeli dengan dana institusi atau dibeli dengan
dana non-institusi ( misalnya budget yang terlalu mahal buat institusi )
21 | P a g e
maka perpustakaan harus mengusahakan dana dari sponsor ataupun
mengikuti hibah Dikti sehingga mempunyai dana untuk pembelian buku.
Setiap pustakawan atau pun staf perpustakaan harus mempu membuat dua
scenario ini.
e. Memahami Proses Bisnis (Business Process)
Kegiatan perpustakaan harus didasari atas prosedur yang jelas, mudah
dilakukan, dan baku. Dengan demikian, semua proses harus sesuai
dengan prosedur yang hasilnya bisa dipastikan baik. Menjaga proses
sesuai prosedur adalah merupakan suatu keharusan, dan hal ini dapat
dipermudah apabila dibuat sistem informasi yang sesuai. Monitoring
secara berkala untuk memastikan sistem berjalan sesuai prosedur perlu
dilakukan. Prosedur setiap kegiatan harus dipahami oleh setiap
pustakawan dan staf perpustakaan. Hal ini dapat dibantu dengan
pengalihan tugas secara berkala.
3. Technical Specific Competencies
Kompetensi dalam lingkup unit, misalnya untuk Sub Unit
Pengolahan dan Perawatan Bahan Pustaka akan diperlakukan kompetensi
berikut.
a. Pengetahuan dasar Perpustakaan (Basic Library Skill);
b. Sadar Informasi (Information Literacy);
c. Mengkatalog (Cataloguing);
d. Perawatan database koleksi;
e. Penjilidan (Binding);
f. Weeding;
g. Stock Opname.
Pemerintah melalui Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Sektor Kebudayaan, Hiburan Dan Rekreasi Bidang Perpustakaan
Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia menjadi angin segar
bagi para pustakawan, meskipun masih melalui beberapa tahap lagi untuk
pelaksanaanya. Namun setidaknya sudah mulai ada perhatian pemerintah
22 | P a g e
terhadap profesi pustakawan. Adapun tujuan dari Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan ini adalah:
1. Meningkatkan profesionalisme pustakawan dalam menjalankan perannya
sebagai mediator dan fasilitator informasi.
2. Menjadi tolak ukur kinerja pustakawan.
3. Menghasilkan pengelompokan keahlian pustakawan sesuai dengan
standardisasi yang telah divalidasi oleh lembaga sertifikasi.
4. Pustakawan memiliki standar dan kode etik dalam menjalankan
profesinya.
Menurut (Kartini, 2008) sampai saat ini standar kompetensi
pustakawan di Indonesia masih dalam proses penyusunan sehingga belum
jelas pedoman yang dijadikan acuan untuk kompetensi pustakawan seperti
ukuran, sistem, aturan main, siapa yang melakukan uji kompetensi,
materi uji kompetensi dan sebagainya. Kompetensi diartikan sebagi
tolok ukur untuk mengetahui sejauhmana kemampuan pustakawan dalam
menggunakan pengetahunan dan keterampilannya. Persyaratan kompetensi
senantiasa berubah-ubah sehingga para pustakawan harus selalu
mengupdatenya. Seorang tokoh bernama Rober T Kiyosaki dalam Widijono
(2008) mengatakan “jadilah generalis kalau ingin sukses jangan hanya jadi
spesialis”. Pernyataan tersebut mungkin terlalu radikal, kalau dilunakkan
mungkin bisa begini jadilah orang yang berkembang minat dan
keahliannya, jangan hanya “itu-itu” melulu. Pustakawan menjadi ujung
tombak dan motor penggerak perpustakaan, maka seharusnya
mengembangkan kompetensinya dengan jalan selalu mengupdatenya,
kreatif, dan inovatif.
Untuk mengatasi permasalahan dan tantangan yang semakin berat
dan kompleks, dalam pengembangan perpustakaan, mau tidak mau
pustakawan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi pribadi.
Dalam membangun kompetensi profesional, seorang pustakawan harus:
23 | P a g e
a. Mengembangkan dan mengelola layanan informasi yang nyaman, mudah
diakses, efektif dari segi biaya, yang sejalan dengan arahan strategis
institusi/organisasi;
Contoh:
Menyusun dan mengembangkan rencana strategis yang sesuai dengan
tujuan institusi/organisasi. Memperhatikan kebutuhan dan mau
mendengarkan aspirasi pengguna untuk terciptanya suasana belajar yang
kondusif dan nyaman.
b. Memiliki keahlian tentang isi sumber-sumber informasi, termasuk
kemampuan untuk mengevaluasi secara kristis dan menyaringnya;
Contoh:
Memantau perkembangan informasi global, memilih, menyaring dan
mampu menyeleksi informasi yang relevan dan up to date bagi
kepentingan pengguna.
c. Memiliki pengetahuan/ketrampilan khusus dalam bidang tertentu, sesuai
dengan kepentingan institusi/organisasi;
Contoh:
Pustakawan harus berani mengambil kursus/pelatihan di bidang
Pusdokinfo, manajemen, atau subyek lain yang berkaitan dengan institusi
atau organisasi tempat mereka bekerja.
d. Menyediakan pengajaran dan dukungan yang baik untuk pemakai
perpustakaan dan layanan informasi;
Contoh:
Memberikan informasi tentang penggunaan fasilitas perpustakaan dengan
baik (usereducation), membuka layanan informasi dan menjalin
komunikasi dengan pengguna Menyediakan bantuan dan referensi secara
on-line.
e. Menilai kebutuhan pemakai, merancang serta memasarkan produk dan
layanan informasi bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan tersebut;
Contoh:
24 | P a g e
Melakukan penilaian kebutuhan secara. Rutin, menggunakan instrumen
penelitian seperti kuesioner, wawancara dengan pengguna dan
narasumber.
f. Menggunakan teknologi informasi yang tepat untuk pengadaan,
pengolahan, dan penyebaran informasi;
Contoh:
Membuat katalog koleksi perpustakaan secara on-line (OPAC).
Menghubungkan penelusuran katalog dengan layanan pengiriman dokumen.
Bekerja sama dengan tim manajemen informasi untuk memilih piranti lunak
dan piranti keras yang tepat untuk akses komputer ke katalog perpustakaan
dan pangkalan data lainnya.
g. Menggunakan pendekatan bisnis dan manajemen yang tepat untuk
mengkomunikasikan pentingnya layanan informasi kepada fihak pimpinan;
Contoh:
Mengembangkan rencana bisnis untuk perpustakaan. Menghitung
pengembalian investasi untuk perpustakaan dan layanannya.
Mengembangkan rencana pemasaran untuk perpustakaan. Melaporkan
kepada manajemen mengenai usaha perbaikan kualitas secara terus
menerus. Menunjukkan bahwa perpustakaan dan layanan informasi dapat
menambah nilai organisasi. Berkompetensi sebagai sumber daya
manajemen berkualitas bagi organisasi.
h. Mengembangkan produk informasi khusus untuk penggunaan di dalam atau
di luar institusi/organisasi atau pengguna secara perorangan;
Contoh:
Membuat pangkalan data dokumen internal seperti laporan, panduan teknis
atau bahan-bahan yang digunakan untuk proyek-proyek khusus. Membuat
agar file dokumen lengkap mudah ditelusur. Menyediakan panduan teknis
on-line. Membuat situs dalam jaringan. Web institusi/organisasi dan
menghubungkannya dengan situs lain dalam internet. Berpartisipasi dalam
kegiatan manajemen untuk menciptakan, menangkap, mempertukarkan,
25 | P a g e
menggunakan, dan mengkomunikasikan modal intelektual institusi
/organisasi
i. Secara terus menerus memperbaiki layanan informasi untuk merespon
perubahan kebutuhan pemakai;
Contoh:
Memantau arah gejala industri dan penyebaran informasi untuk orang-orang
penting dalam institusi/organisasi atau klien secara perorangan.
Memfokuskan kembali layanan informasi sesuai kebutuhan baru dalam
bisnis. Melakukan pengiriman dokumen tepat waktu untuk mencapai
fleksibilitas maksimal.
j. Menjadi anggota dari tim manajemen senior dan konsultan untuk organisasi
dalam hal informasi yang efektif;
Contoh:
Berpartisipasi dalam perencanaan strategis dalam organisasi. Berpartisipasi
dalam studi informasi dan tim teknis. Menginformasikan kepada
manajemen mengenai masalah hak cipta dan kesesuaiannya dengan hukum
hak cipta. Negosiasi kontrak dengan penyedia pangkalan data. Memperoleh
informasi paten. Mengembangkan kebijakan informasi untuk institusi
/organisasi.
Dalam membangun kompetensi pribadi, seorang pustakawan harus:
a. Memiliki pandangan jauh dan luas ke depan;
Contoh:
Memahami bahwa pencarian informasi dan penggunaannya sebagai bagian
dari proses kreatif bagi individu dan organisasi. Memandang perpustakaan
dan layanan informasi sebagai bagian dari sebuah proses lebih besar dalam
membuat keputusan. Memantau arah gejala bisnis utama dan peristiwa-
perjstiwa internasional. Mengantisipasi arah gejala dan secara proaktif
mengatur kembali perpustakaan dan layanan informasi untuk mengambil
manfaat daripadanya.
b. Melayani pengguna dengan baik, santun dan ramah;
26 | P a g e
Contoh:
Mencari umpan balik kinerja dan menggunakannya untuk perbaikan secara
terus menerus. Melakukan kajian pemakai secara rutin. Berbagi pengetahuan
baru dengan orang lain dalam konferensi atau literatur profesional. Tetap
bersikap santun dan ramah kepada pengguna walau, dalam kondisi yang
melelahkan.
c. Mencari tantangan dan melihat peluang baru, baik di dalam maupun di luar
perpustakaan;
Contoh:
Ambil kompetensi baru dalam organisasi yang memerlukan seorang
pemimpin informasi. Gunakan pengetahuan dan keahlian perpustakaan
untuk memecahkan berbagai masalah-masalah informasi dalam arti luas.
Ciptakan perpustakaan tanpa dinding (perpustakaan digital atau
perpustakaan virtual)
d. Bekerja sama dan beraliansi;
Contoh:
Menjalin aliansi dengan profesional sistem informasi manajemen.
Membangun kerjasama dengan perpustakaan atau layanan informasi lain,
baik di dalam maupun di luar organisasi untuk mengoptimalkan resource
sharing. Menjalin aliansi dengan pemilik pangkalan data dan penyedia
informasi lain untuk meningkatkan produk dan layanan.
Menjalin aliansi dengan peneliti fakultas ilmu perpustakaan dan informasi
untuk melakukan kajian-kajian yang terkait.
e. Menciptakan lingkungan yang saling mempercayai dan saling menghargai;
Contoh:
Menghargai kelebihan dan kemampuan orang lain. Mengenali kekuatan
sendiri dan kekuatan orang lain dengan seimbang. Membantu orang lain
untuk mengoptimalkan.
f. Memiliki keahlian berkomunikasi yang efektif;
Contoh:
27 | P a g e
Mempresentasikan gagasan secara jelas dan antusias. Menulis teks secara
jelas dan mudah dimengerti. Menggunakan bahasa yang umum. Meminta
umpan balik dalam keahlian berkomunikasi dan menggunakannya untuk
perbaikan diri.
g. Bekerja dengan baik dengan sesama anggota tim;
Contoh:
Mempelajari kebijaksanaan tim dan mencari peluang untuk partisipasi tim:
Ambil tanggung jawab dalam tim, baik di dalam maupun di luar
perpustakaan. Membimbing anggota tim lainnya. Meminta bimbingan dari
anggota tim lain bila diperlukan.
h. Mempunyai sifat pemimpin;
Contoh:
Mempelajari dan mengembangkan kualitas seorang pemimpin yang baik dan
mengetahui cara untuk melatih kepemimpinan tersebut. Dapat membagi
kompetensi kepemimpinan dengan yang lain dan memberikan kesempatan
orang lain untuk berkompetensi sebagai pemimpin.
i. Belajar terus menerus dan mempunyai perencanaan karir pribadi.
Contoh:
Meniti karir dengan belajar secara terus menerus dan mengembangkan
pengetahuan. Memiliki tanggung jawab pribadi untuk perencanaan karir
jangka panjang dan mencari kesempatan untuk belajar dan memperkaya
i1mu.
j. Memahami nilai solidaritas dan jaringan profesional;
Contoh:
Berkompetensi aktif dalam asosiasi Pustakawan dan asosiasi profesional
lainnya. Menggunakan peluang ini untuk berbagi pengetahuan dan keahlian,
untuk studi banding dengan penyedia layanan informasi lainnya, membentuk
kemitraan dan aliansi.
k. Bersifat fleksibel dan positif menghadapi perubahan terus menerus;
Contoh:
28 | P a g e
Dapat menerima tanggung jawab yang berbeda dalam waktu yang berbeda
pula dan merespon kebutuhan akan perubahan. Memelihara sifat positif dan
membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama. Menolong orang lain
untuk mengembangkan gagasan mereka dengan cara menyediakan informasi
yang benar.
Selain itu, dalam meningkatkan pengembangan perpustakaan, ada beberapa
hal yang dapat dilakukan oleh para pustakawan untuk menghadapinya antara
lain :
1. Meningkatkan dan memperbaiki ketrampilan
a. Ketrampilan Administrasi/manajemen
Seorang pustakawan dituntut untuk memiliki ketrampilan
administrasi/manajemen. Ketrampilan ini sangat berguna untuk mengatur
semua tugas terkait dengan tugas kepustakawan maupun mengatur diri
pustakawan tersebut dalam aktifitas sehari-hari. Sebagai seorang
pustakawan, tentunya selalu berurusan dengan kegiatan pokoknya yaitu
bekerja di perpustakaan dan selalu berhubungan dengan orang lain.
Dengan kemampuan administrasi yang dimiliki oleh pustakawan, maka
dapat digunakan dan diterapkan misalnya mencatat semua kegiatan yang
dilakukan untuk kenaikan pangkat, menulis buku, membuat laporan dan
lain sebagainya.
b. Ketrampilan teknologi informasi dan komunikasi
Pustakawan harus memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi
dan komunikasi. Seperti kita ketahui bersama bahwa sebagian besar
pustakawan kita merupakan pustakawan gatek (gagap teknologi) yang hal
ini mau tidak mau sangat menghambat kemajuan dunia perpustakaan.
Terkadang karena ketidakmauan mereka untuk mengenal teknologi
informasi menjadikan mereka seolah menganggap teknologi informasi
tidak penting, padahal kita tahu bahwa pemustaka sekarang ini
berkembang kebutuhannya. Apabila pustakawan tidak menguasai
29 | P a g e
teknologi, maka nantinya perpustakaan akan ditinggalkan oleh
pemustaka.
c. Pengetahuan kurikulum
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2007) kurikulum berarti perangkat
mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Cakupanya
berisi tentang uraian bidang studi yang terdiri dari beberapa macam mata
pelajaran disajikan secara kait berkait. Fungsi perpustakaan sekolah
menempati posisi yang sentral dalam penerapan kurikulum melalui proses
belajar mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, bagi seorang pustakawan
apalagi pustakawan yang bekerja di perpustakaan di lingkup pendidikan,
misalnya sekolah, perguruan tinggi, dan lingkup pendidikan yang lain,
perlu menguasai atau memahami kurikulum dari institusi pendidikan
dimana kita bekerja. Mengapa pustakawan harus mengetahui kurikulum?
dengan mengetahui kurikulum dapat menjadi pedoman bagi pustakawan
untuk mengembangkan dan mengarahkan kebijakan pengembangan
koleksi perpustakaan. Akan diarahkan kemana koleksi perpustakaan kita,
harus disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan dalam sebuah
institusi pendidikan tersebut. Jadi tidak hanya asal saja dalam melakukan
pengembangan koleksi perpustakaan. Karena hal ini sangat berpengaruh
pada tingkat keterpakaian dari koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.
Jika koleksi yang dimiliki sesuai dengan kurikulum, diharapkan koleksi
perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pengguna dengan maksimal untuk
menunjang proses belajar mengajar di institusi pendidikan tersebut.
d. Ketrampilan literasi informasi
Literasi informasi sering disebut juga dengan keberaksaraan informasi
atau kemelekan informasi. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan
informasi, literasi informasi sering dikaitkan dengan kemampuan
mengakses dan memanfaatkan secara benar informasi yang tersedia.
Pengertian literasi informasi yang sering dikutip adalah pengertian literasi
informasi dari American Library Association (ALA) :
30 | P a g e
“information literacy is a set of abilities requiring individuals to
“recognize when information is needed and have the ability to locate,
evaluate, and use effective needed information”.
Artinya bahwa literasi informasi diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan
menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan
informasi secara efektif dan etis. (Naibaho, 2007: 7-8)
e. Ketrampilan kepemimpinan
Setiap pustakawan diharapkan memiliki jiwa dan ketrampilan
kepemimpinan. Menurut Ngalim Purwanto (1993: 26), jiwa
Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan
kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui ‘human relations’ dan
motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau
bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala
apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi”. kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan
memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui
tujuan organisasi. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seorang
pustakawan dapat mempengaruhi semua orang di sekitarnya dalam arti
positif. Hal ini tidak hanya berguna dalam berhubungan dengan sesama
rekan dikantor, melainkan juga ketika berhubungan dengan pihak luar.
f. Ketrampilan mengevaluasi
Kegiatan mengevaluasi merupakan salah satu kegiatan manajemen.
Kegiatan ini biasanya didahului dengan kegiatan yang lain yaitu planing
atau perencanaan, disusul implementasi atau pelaksanaan pekerjaan.
Biasanya evaluasi dilaksanakan ketika sebuah kegiatan sudah dilakukan
secara keseluruhan. Namun akan lebih baik jika evaluasi selalu
dilaksanakan tanpa harus menunggu sebuah kegiatan tersebut selesai.
Kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan bersamaan dengan planning
diimplementasikan atau dilaksanakan hingga berakhir dengan evaluasi
31 | P a g e
secara keseluruhan. Dengan kemampuan ini, seorang pustakawan dapat
melakukan berbagai kegiatan yang sedikit sekali terjadi kesalahan.
Karena evaluasi bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
dalam pelaksanaan kegiatan. Jika terjadi kekurangan dapat dilakukan
perbaikan dan jika terdapat kelebihan dapat terus ditingkatkan.
g. Ketrampilan presentasi
Jika kita mengamati pustakawan saat ini, kita patut prihatin sekali dengan
kemampuan mereka dalam presentasi. Presentasi adalah suatu kegiatan
berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih
sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih
sering dibawakan dalam acara bisnis. Tujuan dari presentasi bermacam-
macam, misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga),
untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk
meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah
pendapat tertentu). Agar dapat melakukan presentasi dengan baik, orang
sering kali belajar pada para pakar presentasi.
h. Ketrampilan promosi/pemasaran
Bagi seorang pustakawan, ketarmpilan promosi atau pemasaran menjadi
salah satu ketrampilan yang harus dimiliki. Karena perpustakaan
merupakan salah satu lembaga nirlaba, maka pemasaran menjadi
persoalan yang utama. Jika pustakawan tidak dapat melakukan kegiatan
promosi atau pemasaran, maka dikhawatirkan informasi yang dimiliki
oleh perpustakaan tidak akan pernah sampai kepada pemustaka.
Kotler (1995:13) mengatakan bahwa manajemen pemasaran merupakan
proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi
serta penyaluran barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. Jika dikaitkan dengan
perpustakaan maka, pertanyaan utamanya adalah siapa pemakai utama
perpustakaan, apa yang dibutuhkan, apa yang dapat dilakukan agar dapat
memenuhi kebutuhan pemakai, dan dengan cara apa pustakawan dapat
32 | P a g e
memenuhi. Sejumlah pertanyaan tersebut dapat dijadikan dasar dalam
menjalankan aktifitasnya sebagai pustakawan. Sehingga tidak ada lagi
alasan bahwa kegiatan promosi atau pemasaran bukan lagi merupakan
kegiatan yang tidak perlu. Justru sebaliknya sangat diperlukan dan harus
dilakukan oleh setiap pustakawan yang bekerja diperpustakaan.
i. Subject expertise
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai keahlian menganalisis subjek.
Maksudnya adalah bahwa seorang pustakawaan dituntut untuk memiliki
kemampuan menganalisa apa kebutuhan dari orang yang berhubungan
dengan perpustakaan. Misalnya dalam kasus kecil menganalisa kebutuhan
dari pengunjung perpustakaan, sehingga ketika para pengguna datang
dengan tidak membawa bekal apapun, dapat diketahui kebutuhan mereka
apa, kemudian dapat memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan
mereka. Contoh lain misalnya perpustakaan ingin melakukan perubahan
dan pengembangan, maka seorang yang memiliki jiwa ini, dia dapat
langsung merespon kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dan harus
melakukan apa untuk memenuhinya.
j. Ketrampilan penelitian/penulisan
Menulis merupakan ekspresi dan eksistensi diri, sudah selayaknya
seorang pustakawan memiliki kemampuan menulis. Seperti kita tahu
bahwa kegiatan penulisan turut andil besar dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, pengembangan profesi dan kemajuan seseorang.
Menurut l Lasa HS (2009:1) mengatakan bahwa ilmuwan termasuk
pustakawan yang tidak memiliki kemampuan menulis ibarat burung
bersayap satu. Yang dapat dilakukannya hanyalah terbang dari satu
dahan ke dahan yang lain. Ilmuwan yang memiliki kemampuan menulis
ibarat burung bersayap dua. Burung tersebut mampu terbang kemanapun
dia mau bahkan terbang antar benua. Ini berarti bahwa seorang ilmuwan
yang memiliki kemampuan menulis mencapai keberhasilan
sesungguhnya, sebab semua gagasan, ide, pemikiran dan hasil penelitian
33 | P a g e
dapat diketahui dan digunakan oleh masyarakat. Sebagaimana kita tahu
bahwa pustakawan memiliki pengalaman yang luar biasa banyak, namun
sebagian besar pustakawan tidak mau menulis. Dari bahan kuliah yang
sederhana saja, sebenarnya dapat dijadikan buku untuk menambah dan
memperbanyak khazanah kelimuan perpustakaan. Namun kebanyakan
pustakawan beralasan bahwa mereka adalah pustakawan bukan penulis.
Sementara itu, banyak sekali majalah ilmu perpustakaan dan informasi
yang mengeluh kekurangan naskah (Sulistyo-Basuki: 2006:12). Ini
menjadi realita dalam dunia pustakawan kita. Ini juga menjadi tantangan
yang sekaligus juga menjadi peluang bagi para pustakawan, jika kita
semua senantiasa berusaha untuk belajar menulis, mengekspresikan diri
melalui tulisan untuk memberi warna dalam dunia pustakawan kita.
k. Ketrampilan mengajar
Ketarmpilan mengajar harus dimiliki oleh seorang pustakawan yang
professional. Baik langsung atau tidak langsung, kemampuan ini sangat
dibutuhkan oleh seorang pustakawan dalam menularkan ilmunya kepada
orang lain. Minimal dalam memberitahukan kepada pengunjung
mengenai segala hal yang terkait dengan perpustakaan, misalnya
peraturan, tata tertib, kebijakan, dan lain sebagainya. Jika seorang
pustakawan tidak memiliki ketrampilan dalam mengajar, sangat
dimungkinkan pengunjung perpustakaan tidak dapat mengeksplor
perpustakaan dengan maskimal. Untuk memperoleh ketrampilan ini,
seorang pustakawan dapat belajar melalui buku, internet, ataupun juga
bertanya bagaimana cara mengajar kepada pustakawan-pustakawan
senior, ataupun juga dapat bertanya langsung kepada para pengajar
ditempat dimana pustakawan bekerja, pada dosen atau guru dapat menjadi
alternatif bagi pustakawan untuk memperoleh ketrampilan dalam
mengajar.
2. Meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan
34 | P a g e
a. Pendidikan Formal
Untuk meningkatkan pengetahuan para pustakawan dapat dilakukan
melalui pendidikan formal kepustakawanan. Upaya lintas dapat dilakukan
dengan berbagai kursus penyetaraan, pelatihan dengan kuot jam tertentu
walaupun kemudian banyak dikritik perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan pustakawan. Menurut Sulistyo Basuki (2006:11) mengatakan
bahwa jika berpegang pada konsep pustakawan professional dan
menghadapi Asean Free Trade Area (AFTA), yang diusulkan berlaku
tahun 2020 dan dilakukan percepatan tahun 2015, maka lambat atau cepat
AFTA akan diikuti oleh pergerakan tenaga kerja lintas batas Negara
seperti Uni Eropa sekarang. Oleh sebab itu lembaga pendidikan harus
menghasilkan pustakawan yang memiliki kemampuan keilmuan
berbahasa minimal inggris dan penguasaan teknologi. Setidaknya tenaga
yang mampu mengikuti AFTA adalah tenaga yang professional yang
memiliki ijazah ilmu perpustakaan dan informasi minimal s1 ilmu
perpustakaan dan informasi. Oleh sebab itu, sangat penting bagi
pustakawan untuk senantiasa manambah pengetahuan melalui pendidikan
formal. Namun yang terjadi dilapangan terkadang sebaliknya, lembaga
atau pimpinan seringkali berifikir instant mereka lebih senang
mengirimkan tenaga non pustakawan yang memiliki ijazah sarjana non
pustakawan untuk mengikuti diklat pustakawan yang hanya 4 bulan
selesai, dibandingkan harus mengirimkan tenaga yang lulusan SMA atau
sarjana untuk mengikuti pendidikan pustakawan secara penuh. Banyak
pertimbangan yang menjadi alasan para pimpinan dalam hal ini, misalnya
biaya, waktu dan lain sebagainya. Mudah-mudahan ke depan para
pimpinan sadar bahwa kebutuhan pustakawan yang berkualitas yang
ditunjang dengan pendidikan profesional pustakawan sangat diperlukan
dalam jangka panjang dibandingkan dengan pengiriman tenaga sarjana
non pendidikan pustakawan untuk mengikuti diklat penyetaraan, apapun
alasanya.
35 | P a g e
b. Pendidikan Non Formal
Memperoleh ilmu pengatahuan dapat dilakukan oleh para pustakawan
untuk terus meningkatkan profesionalimenya dalam bekerja. Namun yang
perlu dicatat adalah bahwa pendidikan nonformal dapat dilakukan setelah
pendidikan secara formal sudah didapatkan. Ini berarti bahwa pendidikan
non formal hanya dilakukan sebagai sarana untuk menambah ilmu
pengetahuan, karena untuk menjadi seorang pustakawan yang profesional
harus mengenyam pendidikan minimal D2 Ilmu perpustakaan di tambah
dengan Diklat sistem 36 jam. Ini berarti bahwa, bagi seorang pustakawan
pendidikan formal adalah lebih utama dibandingkan dengan pendidikan
nonformal. Pendidikan nonformal misalnya pendidikan bahasa inggris,
pendidikan komputer, kursus pemrograman, kursus ketrampilan dan lain
sebagainya yang sebenarnya tidak termasuk dalam kurilkulum pendidikan
formal perpustakaan namun hal ini dapat menambah kemampuan bagi
para pustakawan.
36 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan sikap ( attitude). Kompetensi diartikan sebagi tolok
ukur untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pustakawan dalam
menggunakan pengetahunan dan keterampilannya. Peran pustakawan selama
ini membantu pengguna untuk mendapatkan informasi dengan cara
mengarahkan agar pencarian informasi dapat efisien, efektif, tepat sasaran, serta
tepat waktu. Dalam pengembangan perpustakaan ada beberapa komponen
utama yang menjadi pokok pengembangan, yaitu, sumber daya manusia,
koleksi, sistem layanan, fasilitas pendukung dan marketing. Yang harus
diperhatikan dalam pengembangan komponen ini ada 2 yaitu sasaran
pengembangan dan penetapan capaian.
Dengan kompetensi yang dimiliki pustakawan mampu membangun
dan mengembangkan perpustakaan dapat tumbuh dimana-mana, membangun
masyarakat yang cerdas, masyarakat pembelajar (learning society), artinya
perpustakaan berperan ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
3.2 Saran
Dalam menghadapi era teknologi dan informasi yang begitu luas
diharapkan pustakawan dapat meningkatkan kompetensi yang dimilikinya.
Selain itu pustakawan dituntut dapat menguasai penggunaan perangkat-
perangkat teknologi dalam upayanya meningkatkan pelayanan di perpustakaan.
Kemudian perlu juga melakukan pelatihan-pelatihan baik formal maupun non
formal secara kesinambungan dalam upaya tetap mempertahankan kemampuan
kompetensi dari pustakawan itu sendiri. Sehingga hasil akhirnya, pelayanan
yang dimiliki oleh perpustakaan tetap dalam kondisi yang prima serta
memuaskan bagi pemustaka.
37 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Manajemen dan tata kerja perpustakaan sekolah. Jakarta : Grasindo
Kartono Kartini. 2008. Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Keputusan Menpan Nomor 33 tahun 1988 dan terakhir Keputusan Menpan Nomor 132/Kep/M.PAN/12/2002
Keputusan Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 18 tahun 1988 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan
Khasanah, nanan. “ Kompetensi pustakawan di Era Perpustakaan Digital”.Disampaikan dalam Pelatihan perpustakaan Digital untuk pustakawan diLingkungan PMPTK se-Indonesia, Institut Teknologi Bandung, 2008.
Lasa H. S. 2009. Menulis itu ekspresi dan eksistensi diri. Jogjakarta : Makalah pelatihan bagi sivitas akademika UGM.
Nurochman arif. 2007. Ekonomi informasi: Refleksi untuk sumber-sumber informasi dan perpustakaan. Media informasi. Vol. XVI. No 2.
Philip Kotler. 1995. Manajemen Pemasaran. Jakarta.
Purwanto. M. Ngalim. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Schuler, R. S. dan Jackson S. E. 2003. Manajemen sumber dayaManusia; menghadapi abad ke-21. Edisi Ke-enam. Jakarta : Erlangga
Surat Edaran Bersama (SEB) antara Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan KepegawaianNegara Nomor 53649/MPK/1998 dan Nomor 15/SE/1998.
Undang-undang Perpustakaan pada Bab I pasal 1
Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka utama.
Sulistyo-Basuki, dkk. 2006. Perpustakaan dan informasi dalam konteks budaya. Jakarta : Departemen ilmu perpustakaan dan informasi FIB UI.
38 | P a g e