daftar isi - sinta.unud.ac.id · sekarang ini misalnya banyak terjadi pencurian ataupun dijualnya...
TRANSCRIPT
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................... i
Halaman Persyaratan Gelar Sarjana Hukum ............................................. ii
Halaman Pengesahan Oleh Pembimbing .................................................... iii
Halaman Pengesahan Oleh Penguji ............................................................. iv
Kata Pengantar .............................................................................................. v
Daftar Isi ......................................................................................................... vii
Surat Pernyataan Keaslian............................................................................ x
Abstract ............................................................................................................ xi
Abstrak ............................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1.
1.2. Rumusan Masalah…..…………………………................ 5.
1.3 Ruang Lingkup Masalah...................................................... 6.
1.4 Orisinalitas Penelitian.......................................................... 6.
1.5. Tujuan Penelitian................................................................ 8.
1.5.1 Tujuan umum……………...…...……………............ 8.
1.5.2 Tujuan khusus……………...…..………………........ 9.
1.6. Manfaat Penelitian.............................................................. 9.
1.6.1 Manfaat teoritis….………...….................………...... 9.
1.6.2 Manfaat praktis.…………......…......……… …..…... 9.
1.7. LandasanTeoritis…………….....……............................... 10.
1.8. Metode Penelitian………………….….....………..…....... 13.
1.8.1 Jenis penelitian……………………………................ 13.
1.8.2 Jenis pendekatan………………….....……………..... 13.
viii
1.8.3 Sumber bahan hukum………………...…………….. 14.
1.8.4 Tehnik pengumpulan bahan hukum……..…………. 15.
1.8.5 Tehnik pengoalahan dan analisis bahan hukum……. 16.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA
DAN LELANG
2.1 Jaminan Fidusia……………………………………………
2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Fidusia…..
2.1.2 Objek dan Subjek Jaminan Fidusia……………….
2.1.3 Pendaftaran Jaminan Fidusia……………………..
2.1.4 Eksekusi Jaminan Fidusia………………………..
2.2 Lelang……………………………………………………..
2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lelang…………….
2.2.2 Jenis-Jenis Lelang………………………………..
2.2.3 Tata Cara Lelang oleh Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)…...........
17
17
21
23
27
29
29
32
34
BAB III PENYEBAB OBJEK JAMINAN FIDUSIA MENJADI DI
LELANG PADA BALAI LELANG NEGARA
3.1 Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Dalam Perjanjian
Jaminan Fidusia……………………………………………
3.2 Alasan Objek Jaminan Fidusia Dilelang Pada Balai Lelang
Negara……………………………………………………..
40
42
BAB IV UPAYA KREDITOR APABILA BALAI LELANG
NEGARA TIDAK DAPAT MELAKUKAN EKSEKUSI
4.1 Tata Cara Lelang Jaminan Fidusia dan Pungutan Yang
Dikenakan Dalam Lelang Objek Jaminan Fidusia………...
4.2 Upaya Kreditor Melakukan Eksekusi Apabila Jaminan
Dikuasai Pihak Ketiga……………………………………..
45
51
ix
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 59
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………...
5.2 Saran……………………………………………………….
57
58
xi
ABSTRACT
Fiduciary guarantee (jaminan fidusia) entitles the fiduciary giver to keep
control of the object fiduciary. Problems can arise if the fiduciary object was
already controlled by third parties when it was executed. The statements of
problems can be formulated as follows. What are the causes that a fiduciary
object be auctioned in State Assets and Auction service office? And what are the
efforts of creditors if State Assets and Auction service office cannot execute the
object of fiduciary as it has been managed by a third party? The research method
used is the normative legal research method.
Based on the results of this research, it can be concluded that (1) the reason
for the implementation of the object of fiduciary execution through KPKNL is that
the execution by auction is the most effective and efficient efforts as the sales on
auction of fiduciary objects could be done at once for several units, which allows
spending the fiduciary guarantee units of debtors who are in default. (2) An
attempt that can be taken by creditors if KPKNL cannot do execution of the
fiduciary object which is controlled by the third parties is that they can ask for
help to the police by the Police Chief Regulation of the Republic of Indonesia
Number 8 of 2011 concerning Execution Safety of Fiduciary Guarantee.
Keywords: creditors, fiduciary, auction, a third party
xii
ABSTRAK
Jaminan fidusia memberikan hak bagi pemberi fidusia untuk tetap menguasai
objek jaminan fidusia. Permasalahan dapat timbul apabila pada saat akan di
eksekusi objek jaminan ternyata sudah dikuasai oleh pihak ketiga. Rumusan
permasalahan yaitu Apakah penyebab suatu objek jaminan fidusia menjadi
dilelang pada Balai Lelang Negara? dan Bagaimanakah upaya yang dapat
ditempuh oleh kreditor apabila Balai Lelang Negara tidak dapat melakukan
eksekusi karena objek jaminan fidusia tersebut dikuasai oleh pihak ketiga?
Metode penelitian yang dipergunakan yaitu metode penelitian hukum normatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) Alasan
dilaksanakannya eksekusi objek jaminan fidusia melalui KPKNL karena eksekusi
melalui lelang merupakan upaya yang paling efektif dan efsien karena pelelangan
objek jaminan fidusia penjualannya bisa dilakukan sekaligus beberapa unit,
sehingga memperlancar pengeluaran unit jaminan fidusia debitor yang
wanprestasi. (2) Upaya yang dapat ditempuh oleh kreditor apabila KPKNL tidak
dapat melakukan eksekusi karena objek jaminan fidusia tersebut dikuasai oleh
pihak ketiga maka kreditor dapat meminta bantuan kepada pihak kepolisian
berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.
Kata Kunci: kreditor, fidusia, lelang, pihak ketiga
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank dan lembaga pembiayaan memiliki fungsi dan peranan yang sangat
penting karena dalam posisinya tersebut masyarakat memiliki kesempatan untuk
mengalokasikan penghasilan maupun penambahan modal usaha melalui usaha –
usaha yang dilakukan oleh bank. Selain adanya kepercayaan dari pihak bank
ataupun lembaga pembiayaan sebagai pemberi kredit (kreditor) terhadap nasabah
selaku penerima pinjaman (debitor), kreditor juga harus memperhatikan kondisi
pribadi debitor, misalnya memperhatikan benda jaminan yang digunakan oleh
debitor dalam meminjam kredit di bank selain itu juga perlu diperhatikan jangka
waktu pengambilan uang yang telah di pinjam. Benda yang telah dijaminkan oleh
debitor haruslah mempunyai nilai yang melebihi dari jumlah uang yang dipinjam
oleh debitor itu sendiri, sebab dalam perjanjian kredit ada beberapa bank yang
mengenal prinsip “ Tiada Kredit Tanpa Jaminan “. Maksudnya disini adalah pihak
kreditor tidak akan memberikan kredit terhadap debitor peminjam kredit di bank
apabila tidak disertai adanya benda jaminan atau agunan dari pihak debitor. 1
Perjanjian kredit yang terjadi antara pihak kreditor dengan pihak debitor
dalam prakteknya kadangkala terjadi tidak sesuai dengan keinginan debitor atau
tidak berjalan dengan lancar karena terdapat adanya halangan atau hambatan
terutama dalam hubungannya dengan benda jaminan debitor yang digunakan
untuk mempermudah jalannya perjanjian kredit. Seperti dalam perjanjian kredit
1Hermansyah, 2003,Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II, PT. Raja Grafindo
Persada,Jakarta h.64
1
2
yang dilakukan oleh pihak bank dengan debitor, benda jaminan yang diberikan
oleh pihak debitor kepada pihak bank terutama pada benda jaminan seperti
kendaraan bermotor, peralatan mesin yang dibebani Jaminan Fidusia berdasarkan
UU. No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UUJF)
ternyata hilang maka akan merugikan pihak bank dan masyarakat yang
menghimpun dana di bank tersebut.2
Dalam pasal 1angka 1 UUJF menyatakan bahwa :“Fidusia adalah
pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan denganketentuan
bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalampenguasaan
pemilik benda.” Berdasarkan ketentuan yang termuat dalam pasal ini dapat
diketahui bahwa fidusia adalah pengalihan hak yang didasarkan atas kepercayaan
dari pihak debitor pada pihak kreditor untuk jaminan atas suatu utang, yang mana
penguasaan atas kepemilikan benda tersebut masih berada pada tangan debitor.
Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2 UUJF menyatakan bahwa :
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yangtidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebanihak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan
Pemberi Fidusia,sebagaiagunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakankepada Penerima Fidusia
terhadap kreditor lainnya.
Pemberian kredit dengan jaminan fidusia dengan berdasarkan kepercayaan,
karena benda yang dijadikan jaminan tersebut tetap berada di tangan atau di
bawah penguasan pemilik benda, yaitu pihak yang berhutang debitor. Kontruksi
2 H. Rahmat Firdaus, dan Maya Arianti, 2003,Manajemen Perkreditan Bank Umum, Cet. I,
ALFABETA, Anggota IKAPI, Bandung, h.44.
3
fidusia adalah penyerahan hak milik atas barang – barang bergerak kepunyaan
debitor melunasi hutangnya maka kreditor harus mengembalikan hak milik atas
barang – barang itu kepada kreditor.3 Lembaga jaminan fidusia memungkinkan
kepada para pemberi fidusia untuk menguasai benda yang dijaminkan, untuk
melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan
jaminan fidusia. Dalam hal ini yang “diserahkan hanyalah hak kepemilikan dari
benda tersebut secara yuridis” atau yang dikenal dengan istilah consititutum
possesorium. Pada awalnya, benda yang menjadi objek fidusia hanya terbatas
pada kekayaan benda bergerak yang berwujud dalam bentuk benda – benda dalam
persedian (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan
bermotor.4
Penggunaan benda jaminan bergerak pada perjanjian kredit dapat
menimbulkan hambatan karena benda jaminan bergerak bisa saja hilang atau
musnah dan nilai dari benda bergerak tersebut setiap tahun akan menyusut.5
Sekarang ini misalnya banyak terjadi pencurian ataupun dijualnya mobil dan
sepeda motor yang menjadi jaminan pada bank untuk mendapatkan modal usaha
ataupun peralatan – peralatan perusahaan yang menjadi inventaris perusahaan
mengalami peristiwa kebakaran pada benda jaminan bergerak tersebut sehingga
benda jaminan itu musnah, yang mana bisa saja benda – benda tersebut menjadi
3 Oey Hoey Tiong, 1984. Fidusia Sebagai Jaminan Unsur – unsur Peringkatan, Jakarta,
Ghalia Indonesia. h. 12 4 Salim HS,2008. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, (selanjutnya disebut Salim I) h. 46 5 Ni made Trisna Dewi, 2011, Tanggung Jawab Debitor Terhadap. Musnahnya Benda
Jaminan Fidusia. Dalam Perjanjian Kredit Bank, (Tesis)Program Pasca Sarjana Universitas
Udayana, h. 5
4
jaminan untuk mendapatkan pinjaman kredit dari bank untuk menambah modal
usaha.
Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 23 Ayat (2) UUJF menyatakan
bahwa : “Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau
menyewakan kepada pihak lainBenda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia yang
tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari Penerima Fidusia.” Dari ketentuan pasal ini dapat diketahui bahwa
pengalihan bisa saja terjadinya namun atas persetujuan dari penerima fidusia.
Namun dalam kenyataannya dimasyarakat apabila benda jaminan ini beralih
penguasaan pada pihak lain karena pencurian atau karena musnah dengan
terjadinya force majeure atau karena itikad tidak baik dari pemberi fidusia yang
dengan sengaja mengalihkan objek jaminan fidusia, lalu siapakah yang
bertanggungjawab atas hal tersebut.
Apabila dikemudian hari debitor wanprestasi dan tidak dapat lagi
mengembalikan sisa utang yang dipinjamnya dari kreditor, maka kreditor
memiliki hak untuk melakukan eksekusi atas objek jaminan fidusia tersebut.
Eksekusi bisa dilaksanakan secara langsung, tanpa melalui proses peradilan yaitu
melalui Balai Lelang Negara. Hal ini sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
29 ayat (1) huruf b UUJF yang menyatakan bahwa
apabila debitor atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda
yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara :
(b) penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan
penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.
5
Permasalahan dalam pemberian kredit dengan jaminan fidusia dapat
terjadi pada saat pelelangan objek jaminan fidusia akan dilaksanakan. Pelelangan
menjadi terhambat karena bisa saja objek jaminan fidusia tersebut telah dikuasai
oleh orang lain atau pihak ketiga. Dalam hal ini tentunya proses eksekusi menjadi
terhambat. Dalam UUJF sebagai dasar hukum dari pemberian jaminan dengan
fidusia juga tidak mengatur secara spesifik mengenai upaya yang dapat dilakukan
oleh pihak kreditor apabila objek jaminan yang akan dieksekusi dikuasai oleh
pihak ketiga, sehingga permasalahan sebagaimana diuraikan diatas, menarik untuk
dibahas lebih lanjut dalam skripsi ini dengan judul UPAYA YANG DAPAT
DITEMPUH OLEH KREDITOR APABILA OBJEK JAMINAN FIDUSIA
BERUPA BENDA BERGERAK YANG AKAN DILELANG DIKUASAI OLEH
PIHAK KETIGA
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
yang hendak diangkat dalam penulisan skripsi ini yaitu:
1. Apakah penyebab suatu objek jaminan fidusia dilelang pada Balai Lelang
Negara?
2. Bagaimanakah upaya hukum yang dapat ditempuh oleh kreditor apabila
Balai Lelang Negara tidak dapat melakukan eksekusi karena objek
jaminan fidusia tersebut dikuasai oleh pihak ketiga?
6
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau
melenceng dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan
terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
Pada permasalahan pertama dibahas mengenai penyebab suatu objek jaminan
fidusia menjadi dilelang pada Balai Lelang Negara dan pada permasalahan kedua
membahas mengenai upaya yang dapat ditempuh oleh kreditor apabila Balai
Lelang Negara tidak dapat melakukan eksekusi karena objek jaminan fidusia
tersebut dikuasai oleh pihak ketiga.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Upaya Yang
Dapat Ditempuh Oleh Kreditor Apabila Objek Jaminan Fidusia Yang Akan
Dilelang Dikuasai Oleh Pihak ketiga adalah hasil dari pemikiran dan tulisan yang
ditulis oleh penulis (saya) sendiri. Menurut penulis, tulisan ini diangkat sebagai
usulan skripsi karena kasus ini berkaitan dengan penyelesaian kredit macet
sehingga untuk memenuhi wanprestasi debitor sehingga dilakukan lelang objek
jaminan fidusia tersebut melalui Balai Lelang Negara. Adapun penelusuran
kepustakaan yang dilakukan oleh penulis sebagai referensi yang mana ada
beberapa penelitian yang berkaitan dengan kredit macet, jaminan hak tanggungan
dan koperasi yaitu :
7
No. Judul Penulis Rumusan Masalah
1. Penyewaan Objek
Jaminan Fidusia
Oleh Debitor
Kepada Pihak
Ketiga Tanpa
Persetujuan
Tertulis Dari PT.
Sinar Mas
Multifinance
Cabang Makassar
ZHIMRI ATLANTA
JUDA, NIM. B 111 07
770, alumni Fakultas
Hukum Universitas
Hasanuddin, Makassar,
Tahun 2013
1. Bagaimanakah akibat
hukum apabila debitor
menyewakan objek
jaminan fidusia yang
tidak merupakan benda
persediaan kepada pihak
ketiga tanpa persetujuan
tertulis dari PT. Sinar Mas
Multifinance Cabang
Makassar?
2. Bagaimanakah proses
penyelesaian sengketa
antara PT. Sinar Mas
Multifinance Cabang
Makassar dengan debitor
apabila debitor terbukti
menyewakan objek
jaminan fidusia yang
tidak merupakan benda
persediaan kepada pihak
ketiga?
8
2. Analisa Hukum
Terhadap Kekuatan
Eksekutorial
Sertipikat Jaminan
Fidusia
AHMAD WAHYUDI,
NIM 109048000083,
alumni Fakultas Syariah
Dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah,
Jakarta,Tahun 2014
1. Bagaimana kekuatan
eksekutorial sertipikat
jaminan fidusia menurut
UU No. 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia?
2. Apakah kekuatan
eksekutorial yang melekat
pada sertipikat jaminan
fidusia berlaku mutlak?
Berdasarkan penelusuran dari skripsi dengan judul dan pokok
permasalahan seperti yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa penelitian
dengan judul Upaya Yang Dapat Ditempuh Oleh Kreditor Apabila Objek Jaminan
Fidusia Yang Akan Dilelang Dikuasai Oleh Pihak ketiga belum ada yang
membahasnya, sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
orisinalitas atau keasliannya.
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka
pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process
(ilmu sebagai suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam
penggaliannya atas kebenaran dalam bidang hukum perbankan dan hukum
9
jaminan, khususnya yang berkaitan dengan upaya kreditor apabila objek jaminan
fidusia tidak bisa dilelang karena dikuasai oleh pihak ketiga.
1.5.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut mengenai penyebab suatu
objek jaminan fidusia menjadi dilelang pada Balai Lelang Negara.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut mengenai upaya yang
dapat ditempuh oleh kreditor apabila Balai Lelang Negara tidak dapat
melakukan eksekusi karena objek jaminan fidusia tersebut dikuasai oleh
pihak ketiga.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif
bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Perdata terutama
yang berkaitan dengan eksekusi jaminan fidusia yang terhambat karena objek
jaminan fidusia dikuasai oleh pihak ketiga.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi pihak Perbankan dan Lembaga Pembiayaan
Bagi pihak perbankan maupun lembaga pembiayaan penelitian ini
diharapkan menjadi tambahan referensi agar lebih berhati-hati dalam
memberikan kredit dengan jaminan fidusia agar tidak mengalami
kerugian apabila terjadi kredit macet namun eksekusi objek jaminan
10
fidusia tidak dapat dilakukan karena objek jaminan dikuasai oleh pihak
ketiga .
2. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi
masyarakat pada umumnya agar mengetahui prosedur eksekusi objek
jaminan fidusia dan bagi kalangan mahasiswa penelitian ini diharapkan
menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan
jaminan fidusia.
1.7 Landasan teori
Untuk meneliti mengenai suatu permasalahan hukum, maka pembahasan
adalah relevan apabila dikaji menggunakan teori-teori hukum, konsep-konsep
hukum dan asas-asas hukum. Teori berasal dari kata teoritik, dapat didefenisikan
adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi,
dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga
fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan
pengedalian (control) suatu gejala. Menurut pendapat Mukti Fajar dan Yulianto
Achmad, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan
pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari
rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.6
Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau menganalisis
tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau permasalahan secara
6 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 134
11
kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan menggunakan interdisipliner.
Jadi, tidak hanya menggunakan metode sinskripsi saja. Dikatakan secara kritis
karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan teori hukum tidak cukup
dijawab secara “otomatis” oleh hukum positif karena memerlukan argumentasi
atau penalaran.7 Teori hukum dapat digunakan untuk menganalisis dan
menerangkan pengertian hukum dan konsep yuridis, yang relevan untuk
menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian hukum.8
Landasan Teoritis atau Kerangka Teori adalah upaya untuk mengidentifikasi
teori hukum umum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan
hukum, norma-norma dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk
membahas permasalahan penelitian. Untuk membahas permalasahan yang
diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum, diantaranya
yaitu:
a. Teori Sebab Akibat
Untuk mengetahui apakah suatu perbuatan adalah sebab dari suatu kerugian,
maka perlu diikuti teori “adequate veroorzaking” dari Von Kries. Menurut teori
ini, yang dianggap sebagai sebab adalah perbuatan yang menurut pengalaman
manusia normal sepatutnya dapat diharapkan menimbulkan akibat, dalam hal ini
kerugian. Jadi antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan
langsung.
7 Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka,
Yogjakarta, h. 87. 8 Salim H.S., 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali, Jakarta, (selanjutnya
disebut Salim II) h. 54
12
a. Teori Hubungan Faktual Hubungan sebab akibat secara factual (causation
in fact) hanyalah merupakan masalah “fakta” atau apa yang secara factual
telah terjadi. Setiap penyebab yang mengakibatkan timbulnya kerugian
dapat merupakan penyebab secara faktual, asalkan kerugian (hasilnya)
tidak akan pernah terdapat tanpa penyebabnya. Dalam hukum tentang
perbuatan melawan hukum, sebab akibat jenis ini sering disebut dengan
hukum mengenai “sine qua non”. Von Buri merupakan salah satu ahli
hukum Eropa Kontinental yang sangat mendukung ajaran akibat faktual
ini.
b. Teori Penyebab Kira-Kira Teori ini bertujuan agar lebih praktis dan agar
tercapainya elemen kepastian hukum dan hukum yang lebih adil, maka
diciptakanlah konsep proximate cause atau sebab kira-kira. Proximate
cause merupakan bagian yang paling membingungkan dan paling banyak
pertentangan pendapat dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum.
Kadang-Kadang untuk penyebab jenis ini disebut juga dengan istilah legal
cause atau dengan berbagai penyebutan lainnya.9
Dalam skripsi ini, teori sebab akibat dipergunakan untuk membahas rumusan
masalah pertama dalam tesis ini. Dilelangnya suatu objek jaminan fidusia pasti
disebabkan oleh sesuatu hal, yaitu karena debitor wanprestasi yang
mengakibatkan terjadinya kredit macet. Untuk menghindari kerugian, maka pihak
kreditor kemudian melakukan lelang atas objek jaminan fidusia tersebut.
9 Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.
14
13
b. Teori Mandat dan Teori Eksekusi
Menurut teori mandat, pelaksanaan penjualan yang dilakukan oleh kreditor
dalam hal wanprestasi berdasarkan kuasa menjual terdapat unsur perwakilan, oleh
karenanya kreditor di dalam melakukan penjualan adalah bertindak mewakili dan
selaku kuasa dari Debitor/pemilik jaminan. Teori Eksekusi yang disederhanakan,
menurut teori eksekusi yang disederhanakan dalam pelaksanaan penjualan yang
dilakukan oleh kreditor tidak terdapat unsur perwakilan, melainkan kreditor
bertindak guna memperoleh haknya sendiri, bukan untuk kepentingan debitor,
bahkan dalam hal ini bertentangan dengan kepentingan debitor.10
Teori ini berkaitan dengan rumusan kedua dalam skripsi ini. Menurut teori
ini kreditor bertindak melakukan eksekusi untuk memperoleh hak nya sendiri
yang tidak lagi bisa dipenuhi oleh debitor. Sehingga eksekusi atas objek jaminan
dilakukan salah satunya melalui Balai Lelang Negara.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dikualifikasikan
sebagai penelitian hukum normatif. Adapun penelitian hukum normatif mencakup
penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi
hukum, penelitian sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum.11
10 Komar Andasasmita, 1999, Notaris II, Contoh Akta Otentik dan Penjelasannya, Ikatan
Notaris Indonesia, Daerah Jawa Barat, h. 482 11Soeryono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, h. 51
14
1.8.2 Jenis Pendekatan
Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan sebagai dasar sudut
pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti didalam melakukan analisis.
Secara teoritis, dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, namun
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
i. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkan
bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai
dasar awal melakukan analisis.
ii. Pendekatan analitis (Analytical Approach ), pendekatan ini dilakukan
dengan mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat didalam
perundang-undangan, dengan begitu peneliti memperoleh pengertian atau
makna baru dari istilah-istiah hukum dan menguji penerapannya secara
praktis dengan menganalisis putusan-putusan hukum.
iii. Pendekatan konsep (Conseptual Approach), konsep-konsep dalam ilmu
hukum dapat dijadikan titik tolak atau pendekatan bagi analisis penelitian
hukum, karena akan banyak muncul konsep bagi suatu fakta hukum.12
1.8.3 Sumber Bahan Hukum
Mengenai sumber bahan hukum dari penelitian hukum normatif ini merupakan
hasil penelitian melalui penelitian kepustakaan (Library Research).13 Adapun
bahan hukum yang dimaksudkan terdiri dari :
12Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190 13Ronny Hanitiyo Soemitro, 2000, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, h. 24.
15
i. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas tertentu. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari
perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan
perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang dipergunakan sebagai
bahan hukum dalam penulisan tesis ini antara lain adalah:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
b) Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
ii. Bahan Hukum sekunder
Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi meliputi buku-buku teks, kamus-
kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan. Bahan-
bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku hukum ini harus relevan dengan
topik penelitian.14
iii. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan yang dapat memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus,
ensiklopedi dan seterusnya.15 Adapun kamus yang dimaksudkan seperti Kamus
Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, serta ensiklopedi bidang hukum terkait.
14Soekanto, Soeryono dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 13-14. 15Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h.
23
16
1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah melalui sudi kepustakaan. Bahan hukum yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan pertama-tama dilakukan pemahaman dan mengkaji isinya secara
mendalam untuk selanjutnya dibuat catatan sesuai permasalahan yang dikaji baik
langsung maupun tidak langsung.16 Dalam pengumpulan bahan-bahan hukum
dipergunakan teknik studi dokumen, yaitu menelaah peraturan-peraturan yang
relevan, buku-buku atau bahan-bahan bacaan atau, karya ilmiah para sarjana dan
hasilnya dicatat dengan sistem kartu.
1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum
Mengenai tehnik analisis bahan hukum yang diterapkan dalam penelitian ini
diawali dengan pengumpulan dan sitematisir bahan-bahan hukum yang diperoleh
untuk kemudian dianalisis. Analisis dilakukan dalam rangka untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada dengan menggambarkan apa yang menjadi masalah
(deskripsi), menjelaskan masalah (eksplanasi), mengkaji permasalahan dari
bahan-bahan hukum yang terkait (evaluasi) dan memberikan argumentasi dari
hasil evaluasi tersebut, sehingga didapat kesimpulan mengenai persoalan yang
dibahas pada penelitian ini.
16Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 58.