daftar isi - sinta.unud.ac.id · pdf file1.7.2 teori kewenangan ... 2.2.1 definisi daya tarik...
TRANSCRIPT
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM………...…………………………………...…...i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ……...……….….ii
HALAMAM PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………..….iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI……..……………....iv
KATA PENGANTAR ……………………..………………………….………….v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN …..……...………………..vii
HALAMAN DAFTAR ISI……………..………………………………...……..viii
ABSTRAK…………...…………………………………………………………..xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……...………………………………....…...1
1.2 Rumusan Masalah ………………...…………………………….......8
1.3 Ruang Lingkup Masalah…...……………………………………......8
1.4 Orisinalitas Penelitian …………...…………………………….....…9
1.5 Tujuan Penelitian ………………………...……………………......12
a. Tujuan Umum…………...……………………………….....….13
b. Tujuan Khusus…………..……………………………….....….13
1.6 Manfaat penelitian…………………………………..…….....……..13
a. Manfaat Teoritis …………………………………..……....…...13
b. Manfaat Praktis………………………..…………………….....14
1.7 Landasan Teoritis………………………..……………………........14
1.7.1 Teori Negara Hukum…………………………...……….....…14
1.7.2 Teori Kewenangan………..………………………….....…....15
1.7.3 Konsep Pengembangan Kepariwisataan..………………........16
1.8 Metode Penelitian………………………………..…….....………...18
1.8.1 Jenis Penelitian……………………………...……....……..…19
1.8.2 Jenis Pendekatan…………………………..…....…………....19
1.8.3 Sumber Data……………………………………...….....….....19
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………....…...22
1.8.5 Teknik Pengolahan dan analisis Data…………………...…...22
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH
DAERAH DALAM PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA
ALAM AIR TERJUN TEGENUNGAN
2.1 Tinjauan Umum Tentang Kewenangan Pemerintah Daerah…...…..24
2.1.1 Pengertian Kewenangan dan Wewenang…………………….24
2.1.2 Pemerintah Daerah dengan Otonomi…………...…………....28
2.2 Tinjauan Umum tentang Daya Tarik Wisata…..…...……….....32
2.2.1 Definisi Daya tarik Wisata ………………………………......32
BAB III DASAR KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
GIANYAR DALAM PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA
ALAM AIR TERJUN TEGENUNGAN
3.1 Dasar Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar Dalam
Pengembangan Daya Tarik Wisata Alam Air Terjun
Tegenungan…………………………………………………......37
3.1.1 Kewenangan Pemerintah Pusat………………..………….39
3.1.2 Kewenangan Pemerintah Daerah……..…………………..42
3.1.3 Peranan Pemerintah Dalam Pengembangan Daya Terik
Wisata Alam Air Terjun Tegenungan ……………………..52
3.2 Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar Dalam
Pengembangan Daya Tarik Wisata Alam Air Terjun Tegenungan
......................................................................................................57
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN MENGHAMBAT
PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA ALAM AIR TERJUN
TEGENUNGAN DI KABUPATEN GIANYAR
4.1 Faktor Pendukung Pengembangan Daya Tarik Wisata Alam Air
Terjun Tegenungan di Kabupaten Gianyar……………....………..62
4.2 Faktor Penghambat Pengembangan Daya Tarik Wisata Alam Air
Terjun Tegenungan di Kabupaten Gianyar………………………..64
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan……….………………………………………………….68
5.2 Saran …………………………………………..…………………..69
DAFTAR BACAAN
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
ABSTRAK
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan Daya tarik wisata
alam air terjun Tegenungan dalam pelaksanaannya melibatkan segenap perangkat
Pemerintah, badan-badan usaha dan masyarakat. Sehingga menarik sekali untuk
diteliti lebih lanjut mengenai dasar kewenangan yang digunakan Pemerintah daerah
kabupaten Gianyar dalam pengembangan Daya tarik wisata alam ini, serta faktor
yang mempengaruhi dan menghambat dalam pengembangan Daya tarik wisata
alam air terjun Tegenungan. Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
penelitian hukum empiris yaitu penelitian untuk mengetahui sejauh mana hukum
bekerja dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan Pemerintah Daerah
Kabupaten Gianyar dalam pengembangan Daya tarik wisata alam air terjun
Tegenungan memperoleh kewenangan yang berdasarkan Peraturan Perundang-
Undangan, yang merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang dalam Pasal 12 ayat (1) dan Pasal 12 ayat (3) dijelaskan
mengenai urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi kewenangan Pemerintah
daerah kabupaten/kota. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota, Dalam Pasal 7 ayat (2) mengatur
mengenai urusan wajib dan Pasal 7 ayat (4) mengatur mengenai urusan pilihan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota termasuk dalam bidang
pariwisata. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 12 Tahun 2010
tentang Urusan Pemerintah Daerah Pasal 3 ayat (3) tentang urusan pilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang didalamnya meliputi kegiatan
pariwisata.
Faktor yang mempengaruhi dan menghambat dalam pengembangan Daya
Tarik Wisata ini adalah adanya faktor pendukung, mempunyai Peraturan yang
sudah jelas, yang dijadikan dasar kewenangan dalam pengembangan Daya tarik
wisata alam air terjun Tegenungan serta faktor alamnya yang masih indah dan asri.
Adanya faktor penghambat yaitu fasilitas sarana dan prasarana yang belum
memadai dan kurangnya sumber daya manusia yang sesuai dengan kompetensi
pekerjaan.
Kata Kunci: Kewenangan Pemerintah Daerah, Pengembangan, Daya Tarik
Wisata Air Terjun Tegenungan
ABSTRACT
Local authorities in developing a tourist attraction Tegenungan natural
waterfall in its implementation involves all the government, enterprises and society.
So interesting for further study on the basis of the authority to the Government of
Gianyar regency in the development of tourism attractions of this nature, as well
as the factors that influence and hamper the development of tourism attractions
Tegenungan natural waterfall. The research in this essay is empirical legal
research is research to determine the extent of legal work in the community. The
results showed the regional government of Gianyar regency in the development of
tourist attraction natural waterfall Tegenungan gain authority by Regulation
Legislation, which refers to Law No. 23 Year 2014 on Regional Government in
Article 12 paragraph (1) and Article 12 paragraph (3) described the obligatory
functions and affairs of selection under the authority of local government district /
city. In Government Regulation No. 38 of 2007 on the Division of Government
Affairs, between the Government, Provincial Government and District Government
/ town. In Article 7 paragraph (2) governs the obligatory and Article 7 (4) governs
the affairs of selection under the authority of local government district/city,
including in the field of tourism. In the Gianyar District Regulation No. 12 Year
2010 on Regional Government Affairs Article 3 paragraph (3) of the selection
matters referred to in paragraph (2), which also includes tourism activities.
Factors that influence and hamper the development of tourist attraction
This is a Supporting Factor, Have been clear rules, the basis used in the
development authority. Natural tourist attraction Tegenungan waterfalls and
natural factors that are still beautiful and lush. Inhibiting factor, Facilities and
infrastructure are inadequate and lack of human resources in accordance with job
competencies.
Keyword: Local Authorities, Development, Waterfall Tegenungan Tourist
Attraction
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya tempat pariwisata, yang
banyak menarik minat wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Tempat-
tempat wisata di Indonesia ada yang bertaraf nusantara (lokal) maupun
internasional (mancanegara). Selain pariwisata yang bertaraf internasional,
Indonesia juga mempunyai tempat wisata bertaraf nusantara (lokal), dimana tempat
tersebut belum dikenal wisatawan mancanegara. Akan tetapi peran dari wisata
nusantara (lokal) ini juga sangat besar yaitu untuk menambah pendapatan
pemerintah daerah setempat, serta memperluas lapangan pekerjaan dan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat luas.
Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik
perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan
perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri.1 Pariwisata
merupakan industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi
yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam
mengaktifkan sektor lain di dalam Negara penerima wisatawan. Di samping itu
pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks meliputi industri-industri seperti
industri kerajinan tangan, industri cinderamata, penginapan dan transportasi.2
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 1
1 Gamal Suwantoro, 1997, Dasar-dasar Pariwisata, Andi Offset, Yogyakarta, h. 1. 2 Salah Wahab, 1976, Manajemen Kepariwisataan, Terjemahan Frans Gromang, PT
Pradnya Paramita, Jakarta, h. 5
angka 5 menyatakan; “Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan”.
Penyelenggaraan kepariwisataan yang melibatkan berbagai komponen,
yaitu pemerintah, badan-badan usaha, dan masyarakat adalah suatu kegiatan yang
pada hakekatnya secara langsung menyentuh kehidupan masyarakat, sehingga
membawa dampak bagi masyarakat itu sendiri, seperti dampak terhadap kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya maupun dampak terhadap lingkungan sebagai akibat-
akibat pembangunan sarana-sarana kepariwisataan. Oleh sebab itu di dalam
penyelenggaraan kepariwisataan dalam artian mengelola dan mengembangkan
kepariwisataan pemerintah memiliki peran yang sangat menentukan. Dengan
adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola
kekayaan sumber daya yang dimiliki, tentu akan memacu semangat pemerintah
daerah untuk mengoptimalkan setiap potensi yang ada guna meningkatkan jumlah
pendapatan asli daerah termasuk yang berasal dari kegiatan pariwisata.
Dalam pengembangan daerah tentu dibutuhkan peningkatan
pendayagunaan potensi daerah secara optimal. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi
pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-Undang ini di
sebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya kebijakan
desentralisasi pemerintah daerah berhak menyelenggarakan rumah tangganya atau
kepentingannya sesuai aspirasi masyarakat setempat berdasarkan undang-undang.3
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, dalam Pasal 2 ayat
(6) menegaskan: Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata;
b. Mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan
menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien, dan bertanggung
jawab;
c. Mewujudkan industri pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian nasional;
d. Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan dan tata kelola
pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan destinasi
pariwisata, dan industri pariwisata, dan industri pariwisata secara
profesional, efektif dan efisien.
3 Hanif, Nurcholis, 2005, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, PT.
Grasindo, h. 66.
Bali merupakan daya tarik wisata andalan di Indonesia yang sangat terkenal
di dunia. Sebagai ikon dan konfigurasi pariwisata Indonesia Bali telah menjelma
menjadi salah satu destinasi wisata dunia yang sangat populer. Pariwisata tak
ubahnya generator penggerak pembangunan perekonomian masyarakat Bali. Dari
berbagai pengamatan empiris tidak kurang 80% dari seluruh masyarakat Bali
menggantungkan hidupnya pada pariwisata, baik secara langsung maupun tidak
langsung.4
Tidak salah jika pada akhirnya pemerintah provinsi Bali sebagai pemegang
otoritas dan legitimasi beserta seluruh stakeholder yang berinteraksi langsung di
tataran implementatif mulai melaksanakan pembangunan di sektor pariwisata
melalui konsep pengembangan pariwisata demi menjaga konsistensi dan
kontinuitas peran dan kontribusinya bagi Bali. Struktur logika tersebut tentu
berdasarkan pula pada keindahan alam dan kebudayaan Bali yang unik dan
beraneka ragam serta berfalsafah Hindu. Seperti diketahui bahwa pengembangan
Pariwisata di Bali berlandaskan pada konsep Tri Hita Karana. Konsep ini
berekspektasi untuk menyeimbangkan hubungan antara manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam.5 Bali memiliki
berbagai daya tarik wisata alam yang indah dan bervariasi, salah satunya yaitu
terdapat di kabupaten Gianyar. Pemerintah Kabupaten Gianyar yang saat ini tengah
giat-giatnya melaksanakan program pengembangan industri pariwisata, yang
4 IGN Parikesit Widiatedja, 2011, Kebijakan Liberalisasi Pariwisata, Udayana University
Press, Denpasar-Bali, h. 21 5Ibidh. 22
memiliki keunggulan pariwisata alam dan budaya yang semuanya memiliki nilai
yang tinggi.
Dalam Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor 402 Tahun 2008 tentang
Penetapan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar, disebutkan bahwa
kabupaten Gianyar memiliki 61 ( enam puluh satu) daerah tujuan wisata, baik
wisata alam, budaya maupun wisata buatan manusia. Namun, dalam
perkembangannya di Tahun 2009 di tetapkan Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali, dalam
penyebutannya tidak lagi menggunakan kata objek wisata, tetapi menggunakan kata
daya tarik wisata sesuai dengan penyebutan yang ada di Peraturan Daerah Provinsi
Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali.
Daya tarik wisata di Kabupaten Gianyar memang beranekaragam jenisnya,
salah satunya adalah Daya tarik wisata alam Air Terjun Tegenungan yang terletak
di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Wisata alam air
terjun saat ini sangat berkembang dan merupakan fenomena global yang melibatkan
jutaan manusia baik dikalangan masyarakat industri pariwisata maupun
penggunanya, seperti Wisata alam air terjun Tegenungan di Desa Kemenuh
Kabupaten Gianyar yang berkembang sangat pesat dengan pengembangan tempat
peninjauan, berfungsi sebagai tempat meninjau atau menikmati pemandangan alam,
yang berupa pelataran yang disesuaikan dengan kondisi lokasi. Lokasinya tersebar
pada area obyek yang memiliki tempat strategis seperti perbatasan antara
perkebunan aloevera dan persawahan.
Oleh sebab itu diperlukan adanya upaya dari pemerintah daerah Kabupaten
Gianyar khususnya dalam hal ini Dinas Pariwisata untuk melakukan suatu strategi
pengembangan pariwisata demi keberlangsungan daya tarik wisata yang ada di
Kabupaten Gianyar yang memiliki potensi alam yang baik jika dikelola secara
benar dan optimal. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang di dalam Pasal 23 ayat (1) menentukan:
Pemerintah dan Pemerintah daerah berkewajiban:
a. Menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta
keamanan dan keselamatan kepada wisatwan;
b. Menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha
pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam
berusaha, memfasilitasi, dan memberikan kepastian hukum;
c. Memelihara, mengembangkan,dan melestarikan aset nasional yang
menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali; dan
d. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka
mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi
masyarakat luas.
Terkait dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan mengangkatnya ke dalam skripsi dengan judul “KEWENANGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GIANYAR DALAM
PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA ALAM AIR TERJUN
TEGENUNGAN”
1.2. Rumusan Masalah
Memperhatikan dari latar belakang diatas, maka muncul persoalan sebagai
berikut:
1. Apa dasar kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Gianyar dalam
pengembangan Daya tarik wisata alam air terjun Tegenungan?
2. Adakah faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat
pengembangan Daya tarik wisata alam air terjun Tegenungan di
Kabupaten Gianyar?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Dalam penulisan karya ilmiah diperlukan suatu ketegasan mengenai materi
yang diuraikan, hal ini bertujuan untuk mencegah agar materi yang dibahas tidak
menyimpang dari pokok permasalahan, maka untuk menghindari agar tidak terlalu
meluas dan nantinya pembahasan diuraikan terarah dan tertuju pada pokok
permasalahan.6 Adapun pembatasannya sebagai berikut:
1. Pembahasan pertama membahas mengenai dasar kewenangan pemerintah
daerah Kabupaten Gianyar dalam pengembangan Daya tarik wisata alam air
terjun Tegenungan.
2. Pembahasan kedua akan membahas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi dan menghambat pengembangan Daya tarik wisata alam air
terjun Tegenungan di Kabupaten Gianyar?
6 Bambang Sunggono, 2005, Metode Penelitian Hukum, Cetakan 7, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal. 24.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Sejauh ini penelitian tentang “KEWENANGAN PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN GIANYAR DALAM PENGEMBANGAN DAYA
TARIK WISATA ALAM AIR TERJUN TEGENUNGAN” ini belum pernah
dilakukan.
Adapun indikator pembeda antara penelitian yang telah ada dengan
penelitian penulis, dapat penulis sajikan sebagai berikut:
a. Skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pedesaan Oleh
Pelaku Wisata Di Kabupaten Boyolali, ditulis oleh Argyo Demartoto,
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Tahun 2013 dengan rumusan
masalah:
1. Bagaimana pengembangan obyek wisata pedesaan yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan?
2. Apakah faktor-faktor menghambat dalam pengembangan obyek wisata
pedesaan?
Hasil penelitian dari skripsi ini adalah:
1. Potensi yang terdapat di kawasan pedesaan di Kabupaten Boyolali yang dapat
dikembangkan sebagai daya tarik wisata sangat beraneka ragam. Potensi tersebut
antara lain adalah Sentra Kerajinan Tembaga dan Kuningan di Dusun Tumang
Desa Cepogo Kecamatan Cepogo, Candi Lawang sebagai daya tarik peninggalan
sejarah yang terdapat di desa Gedangan Kecamatan Cepogo, Pesanggrahan
Pracimoharjo di Desa Paras Kecamatan Cepogo, Arga MerapiMerbabu di Desa
Samiran, Lencoh, Klakah, Selo, Jrakah, Pasar Sayur Mayur Tradisional di Desa
Cepogo, dan Pemandian Umbul Pengging di Desa Bendan Kecamatan
Banyudono. Berbagai potensi tersebut sudah diberdayakan dan dikembangkan
sebagai daya tarik wisata oleh pihak-pihak terkait, khususnya Pemerintah
Kabupaten Boyolali dan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.
2. Dalam mengembangkan berbagai potensi tersebut terdapat beberapa hambatan
atau kendala antara lain kurang intensifnya pembinaan kelompok sadar wisata,
rendahnya kunjungan wisatawan, terbatasnya anggaran pengembangan.
Rendahnya kepedulian pemerintah daerah, rendahnya kualitas Sumber Daya
Manusia. Untuk mengatasi hambatan atau kendala tersebut dirumuskan strategi
untuk memberdayakan dan mengembangkan potensi pariwisata yang terdapat di
kawasan pedesaan tersebut.
b. Skripsi dengan judul Kewenangan Pengelolaan Wisata Bahari oleh Pemerintah
Desa di Kabupaten Badung (Suatu Studi Pengelolaan Wisata Bahari di Desa
Pecatu), di tulis oleh Kadek Ariek Wijaya, Fakultas Hukum Universitas Udayana
Denpasar, Tahun 2013 dengan Rumusan masalah:
1. Bagaimana Kewenangan Pemerintah Desa Pecatu Kabupaten Badung dalam
Pengelolaan Wisata Bahari?
2. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan pengelolaan wisata Bahari oleh
Pemerintah Desa Pecatu Kabupaten Badung
Hasil penelitian dari skripsi ini adalah:
1. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa,
dijelaskan bahwa urusan pemerintahan kabupaten/kota yang dapat diserahkan
kepada desa salah satunya adalah pariwisata. Urusan pemerintahan kabupaten
Badung pada bidang pariwisata juga diserahkan kepada Desa Pecatu antara lain:
(a) pengelolaan obyek wisata dalam desa diluar rencana induk pariwisata; (b)
pengelolaan tempat rekreasi dan hiburan umum dalam desa yang telah dikelola
oleh Tim Pengelolaan Wisata Desa Pecatu secara koordinatif dan melibatkan
peran serta masyarakat Desa Pecatu; (c) rekomendasi pemberian ijin pendirian
pondok wisata pada kawasan wisata di desa, rekomendasi diberikan kepada
pondok wisata yang menunjang pelaksanaan wisata bahari serta diutamakan
kepada pemohon ijin yang berasal dari masyarakat Desa Pecatu; dan (d)
membantu pemungutan pajak hotel dan restoran yang ada di desa, di Desa Pecatu
pemungutan pajak dan Restoran di wilayah Desa Pecatu hanya dilakukan oleh
Dinas Pendapatan, sedangkan Desa Pecatu hanya memungut donasi sukarela
untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan dipesisir pantai diwilayah hotel atau
restauran.
Faktor-faktor pendukung pelaksanaan pengelolaan wisata Bahari oleh
Pemerintah Desa Pecatu Kabupaten Badung Pelaksanaan Pengelolaan Wisata
Bahari di Desa Pecatu, didukung oleh: Faktor Pendukung:
a. Faktor Internal pendukung : Bali khususnya Kabupaten Badung merupakan
tujuan prioritas pariwisata, sudah adanya kerjasama antar instanasi, sudah
terbentuk Tim pariwisata Desa Pecatu, yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan setiap kegiatan pariwisata di Desa Pecatu.
b. Faktor eksternal pendukung: peran aktif masyarakat dalam mengelola wisata
bahari di Desa Pecatu, masih kentalnya nilai-nilai kebersamaan (komunal)
dalam masyarakat Desa Pecatu, sehingga adanya sikap oleh masyarakat
untuk memajukan Desa Pecatu secara bersama-sama.
1.5. Tujuan Penelitian
Pada penulisan suatu karya tulis ilmiah, haruslah mempunyai tujuan yang
dapat di pertanggungjawabkan. Adapun tujuan penulisan skripsi ini dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus:
a. Tujuan umum
Ada pun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memperoleh dan
mengetahui pemahaman kewenangan pemerintah daerah kabupaten
Gianyar dalam pengembangan Daya tarik wisata alam air terjun
Tegenungan.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mendalami dan memahami tentang kewenangan pemerintah
daerah Kabupaten Gianyar dalam pengembangan Daya tarik wisata
alam air terjun Tegenungan.
2. Untuk mendalami dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
dan menghambat dalam pengembangan Daya tarik wisata alam air
terjun Tegenungan.
1.6. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis
Hasil dari pembahasan-pembahasan terhadap permasalahan yang telah
dirumuskan ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan, dan sebagai bahan referensi pada perpustakaan. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai bahan pengembangan dalam ilmu hukum kepariwisataan
khususnya dalam hubungannya dengan ilmu pemerintahan daerah.
b. Manfaat praktis
Sebagai bentuk nyata kegiatan penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan bahan informasi kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Gianyar
dalam pengembangan Daya tarik wisata alam air terjun Tegenungan. Manfaat yang
dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah diharapkan dapat memberikan
pemahaman tentang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pemerintahan daerah.
1.7. Landasan Teoritis
Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini maka akan dikaji beberapa
teori maupun peraturan perundang-undangan yang terkait. Dengan demikian
landasan teoritis yang dikembangkan dapat dijadikan pisau analisa secara teoritis
terhadap kedua permasalahan dalam penelitian ini. Adapun landasan teoritis yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1.7.1 Teori Negara Hukum
Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”. Istilah Negara hukum di Indonesia, sering diterjemahkan rechtstaat atau
rule of law. Paham rechtstaat pada dasarnya bertumpu pada sistem hukum Eropa
Kontinental.
Immanuel Kant mengemukakan paham negara hukum dalam arti sempit,
yang menempatkan rechts pada staat, hanya sebagai alat perlindungan hak-hak
individual dan kekuasaan Negara diartikan secara pasif, yang bertugas sebagai
pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat.7 Sementara itu di dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala
tindakan penguasaan atau pemerintah memerlukan suatu bentuk hukum tertentu dan
harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Pernyataan tersebut mengandung arti adanya supermasi hukum dan
kostitusi, dianutnya prinsip pemisahandan pembatasan kekuasaan menurut sistem
konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak
yang menjadi persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta jaminan keadilan
bagi setiap orang termasuk penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.8
7 M. Tahir Azhary, 1992, Negara Hukum, Bulan Bintang, Jakarta, hal. 73-74 8Jimmly Assidiqie, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Mahkamah
Konstitusi RI, Jakarta,hal.55
Pendapat ini mengandung prinsip tindakan pemerintah yang harus
berdasarkan hukum agar jangan sampai melakukan tindakan sewenang-wenang
dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sehingga dapat tercipta kepastian hukum
dan keadilan bagi masyarakat.
1.7.2. Teori Kewenangan
Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata
Pemerintahan, karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar
wewenang yang di perolehnya. Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk
melakukan sesuatu. Dikatakan sebagai kekuasaan yang sah karena Undang-Undang
yang memberikan kewenangan terhadap pejabat tersebut.
Menurut S.F. Marbun, wewenang mengandung arti kemampuan untuk
melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan
bertindak yang diberikan oleh Undang-Undang yang berlaku untuk melakukan
hubungan-hubungan hukum. Setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut
sah, baru kemudian tindak pemerintahan mendapat kekuasaan hukum. Pengertian
wewenang itu akan berkaitan dengan kekuasaan.
Dalam kaitannya dengan wewenang sesuai dengan konteks penelitin ini,
mengenai kewenangan Pemerintah daerah Kabupaten Gianayar dalam
pengembangan Daya tarik wisata alam air terjun Tegenungan.
1.7.3. Konsep Pengembangan Kepariwisataan
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani wisatawan. Karena
kepariwisataan sebagai gejala tuntutan kebutuhan manusia yang wajar mempunyai
lingkup pengaruh yang menyeluruh maka pengembangan pariwisata harus
merupakan pengembangan yang menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat,
baik dari segi ekonomi, sosial dan cultural.9
Dalam pengembangan pariwisata di perlukan aspek-aspek untuk
mendukung pengembangan tersebut. Adapun aspek-aspek yang dimaksud adalah:
1. Aspek Daya Tarik
Pariwisata dapat berkembang disuatu tempat pada dasarnya karena
tempat tersebut memiliki daya tarik, yang mampu mendorong
wisatawan untuk datang mengunjunginya.
2. Aspek Aksesibilitas
Salah satu komponen infrastruktur yang penting dalam destinasi adalah
aksesibilitas. Akses yang bersifat fisik maupun non fisik untuk menuju
suatu destinasi merupakan hal yang penting dalam pengembangan
pariwisata.
3. Aspek Aktivitas dan Fasilitas
Dalam pegembangan sebuah daya tarik wisata dibutuhkan adanya
fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam.
4. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya
9 Direktorat Jendral Pariwisata, 1985, Pengantar Pariwisata Indonesia, Jakarta, h. 37
Dalam analisa sosial ekonomi, membahas mengenai mata pencaharian
penduduk, komposisi penduduk, angkatan kerja, latar belakang
pendidikan masyarakat sekitar, dan penyebaran penduduk dalam suatu
wilayah. Selanjutnya mengenai aspek sosial budaya, dimana aspek
kebudayaan dapat diangkat sebagai suatu topik pada suatu kawasan.
Kebudayaan itu cenderung seperti pakaian tradisional dan kepercayaan
pada suatu masyarakat, religi, atau kelompok etnik.
Didalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
yang di dalam Pasal 23 ayat (1) menentukan:
(1) Pemerintah dan Pemerintah daerah berkewajiban:
a. Menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta
keamanan dan keselamatan kepada wisatwan;
b. Menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha
pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam
berusaha, memfasilitasi, dan memberikan kepastian hukum;
c. Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang
menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali; dan
d. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka
mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi
masyarakat luas.
1.8. Metode Penelitian
Metodelogi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang
harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah dan
mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.10 Sebagai
karya ilmiah maka penelitian ini juga menggunakan metode penelitian:
1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan
metode empiris, metode empiris yaitu suatu metode dengan melakukan observasi
atau penelitian secara langsung ke lapangan guna mendapatkan kebenaran yang
akurat dalam proses penyempurnaan penulis skripsi ini. Penelitian empiris menurut
Bahder johan Nasution yaitu ingin mengetahui sejauh mana hukum itu bekerja di
dalam masyarakat.11
1.8.2. Jenis pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan fakta
(The Fact Approach) dan pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach).
Pendekatan fakta adalah pendekatan yng dilakukan dengan melihat langsung di
lapangan berdasarkan fakta yang ada di Banjar Tegenungan Dalam Kewenangan
Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam pengembangan daya tarik wisata alam air
terjun Tegenungan. Data yang diperoleh tersebut untuk selanjutnya dibahas dengan
kajian-kajian berdasarkan teori-teori hukum dan berdasarkan pendekatan Peraturan
10 Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi 1, Granit, Jakarta,
hal.1. 11 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju Bandng,
hal.3.
Perundang-undangan (The Statute Approach) yaitu pendekatan dengan
menggunakan legislasi dan regulasi.12
1.8.3 Sumber Data
Sumber data yang dipergunakn dalam penulisan skripsi ini adalah
bersumber pada:
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis di lapangan
yang dilakukan dengan cara penelitian di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Gianyar dan di Daya tarik wisata alam Air Terjun Tegenungan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada kaitannya
dengan permasalahan hukum dalam penelitian ini yang diperoleh dari buku-buku,
Peraturan Perundang-undangan, literatur hukum, dokumen-dokumen resmi
pemerintah, dan hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan yang menunjang serta
berkaitan dengan penelitian untuk menyempurnakan data yang di dapat dari
lapangan.13 Adapun jenis-jenis data sekunder antara lain:
1. Bahan hukum primer yaitu bahan yang mempunyai kekuatan hukum
mengikat (perundang-undangan). Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum
primer yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi Undang-undang yaitu:
12 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, hal. 97. 13 Ali H. Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,hal.30
- Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- Undang- undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
- Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
- Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
- Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional
- Peraturan Gubernur Bali Nomor 41 Tahun 2010 tentang Standarisasi
Pengelolaan Daya tarik Wisata
- Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Kepariwisataan Budaya Kabupaten Gianyar
- Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor 402 Tahun 2008 tentang
Penetapan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer yang meliputi buku-buku, literatur, makalah,
tesis, skripsi, dan bahan-bahan hukum tertulis lainnya yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian,14 disamping itu juga dipergunakan bahan-
bahan hukum yang diperoleh melalui electronic research yaitu melalui
14 Op.cit. hal. 141.
internet dengan cara mengcopy (download) bahan hukum yang diperlukan.
Yang dimaksud dengan bahan hukum sekunder disini oleh penulis adalah
seperti pendapat para sarjana, tulisan para ahli, pejabat, pakar hukum, dan
bahan hukum lainnya
1.8.4. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara teknik pengumpulan
data, yang dilakukan dengan dua cara yaitu teknik wawancara dan teknik studi
dokumen.
1. Teknik Wawancara yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan wawancara langsung bertatap muka terhadap beberapa respond
dengan mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang relevan
dengan permasalahan penelitian.15
2. Teknik Studi Dokumen yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan menelaah
dan mengklarifikasi bahan-bahan hukum dan buku-buku yang relevan dengan
pokok permasalahan penelitian.
1.8.5. Teknik pengolahan dan analisis data
Setelah data tersebut terkumpul, kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan
untuk dijadikan sumber utama di dalam membahas pokok permasalahan. Analisis
data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data
yang diperoleh dilapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang
15 Lexy J. Moleong, 1995, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, hal. 35
terperinci dan sistematis, selanjutnya data tersebut dianalisa dan dihubungkan
antara satu dengan yang lainnya. Kemudian nantinya ditarik kesimpulan untuk
menjawab masalah yang ada dan disajikan secara deskriptif analisis.16
16Hadi Sutrisno dan Sri Diamuli, 1997, Metodologi Research, Jilid III, Gama University
Press, Yogyakarta, hal. 59.