daftar isi - universitas hasanuddin jawabskbkdi pt... · web viewera globalisasi memberikan...

35
DAFTAR ISI Proses Pembelajaran Di Perguruan Tinggi I. Pendahuluan ........................................... ....................................................... ..... 1 II. Kondisi Pemahaman dan Implementasi KBK di Perguruan Tinggi ................. 6 III. Pengertian ............................................ ....................................................... ....... 7 IV. Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi ............................................ ...... 9 V. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ............................................ .... 13 VI. Kajian Khusus ................................................ ................................................... 17

Upload: ngocong

Post on 09-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

DAFTAR ISI

Proses Pembelajaran Di Perguruan Tinggi

I. Pendahuluan ....................................................................................................... 1

II. Kondisi Pemahaman dan Implementasi KBK di Perguruan Tinggi ................. 6

III. Pengertian .......................................................................................................... 7

IV. Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi .................................................. 9

V. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ................................................ 13

VI. Kajian Khusus ................................................................................................... 17

Page 2: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

TANYA JAWAB SEPUTAR KURIKULUMBERBASIS KOMPETENSI DI PERGURUAN TINGGI

I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Era globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu berperan secara global. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebagai penanggung jawab nasional penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, mengambil kebijakan yang dituangkan dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPT-JP) III (1994-2005), dengan empat sasaran utama berupa: (i) otonomi penyelenggaraan, (ii) mutu pendidikan, (iii) akuntabilitas penyelenggaraan, dan (iv) akreditasi. Apabila empat sasaran utama KPPT-JP III tercapai, maka terjadi peningkatan kesempatan atau peluang menuju pendidikan tinggi yang berkualitas dan mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain minimal di Asia Tenggara.

Untuk mewujudkan sasaran utama KPPT-JP III tersebut, maka PP No. 30/1990 diganti dengan PP No. 60/1999 dengan dua perubahan yang mendasar. Pertama, struktur kelembagaan yang menyatu dengan struktur program pendidikan di PP Np. 30/1990, yang pada PP No. 60/1999 dipisahkan. Pemisahan antara struktur kelembagaan dengan struktur program pendidikan menjadikan: (i) otonomi penyelenggaraan program pendidikan menjadi lebih terbuka, (ii) mendorong proses resource sharing dan networking secara intenal dan eksternal menjadi lebih efektif dan efisien, dan (iii) mendorong terselenggaranya program-program-program studi yang gayut dengan kebutuhan masyarakat, serta sesuai dengan kemampuan penyelenggaraan yang unggul dari masing-masing lembaga PT, melalui proses on-off. Perubahan struktur kelembagaan penyelenggaraan PT ini merupakan kelengkapan (complement) untuk melaksanakan perubahan kedua, yaitu perubahan kurikulum yang semula content-based (penguasaan isi ilmu pengetahuan dan keterampilan-PIPK) (SK Mendikbud No. 056/U/1994) ke kurikulum competent - based (berbasis kompetensi KBK) (SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002).

Sedangkan Strategi jangka Panjang Pendidikan Tinggi (SPT-JP/HELTS) 2003-2010, kebijakan kurikulum lebih didasarkan pada adanya masalah eksternal tatanan global yang mendorong era persaingan dan perubahan orientasi lembaga pendidikan tinggi serta perubahan persyaratan kerja. Hal ini menghasilkan perubahan terhadap konteks pendidikan dari konteks ilmu pengetahuan menjadi konteks kebudayaan.

Sampai saat ini KBK belum dapat diimpelemntasikan, sehingga kurikulum PT masih berbentuk PIPK (Penguasaan Isi Pengetahuan dan Keterampilan) yang berpedoman pada SK Mendiknas No. 056/U/1994. Kendala utama yang menghambat implementasi KBK adalah (i) maka KBK dan perubahan struktur

1

Page 3: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

kelembagaan sebagai kesatuan kelengkapan implementasi KBK masih belum dipahami oleh manajemen PT, dosen, dan civitas akademika, (ii) keterbatasan sumber daya di beberapa PT untuk implementasi KBK, dan (iii) lingkungan kondusif untuk implementasi KBK di beberapa PT masih memerlukan waktu yang lama serta upaya yang kondusif untuk mewujudkannya. Akibatnya, nilai personalitas (21,70%), pendidikan (19,81%), dan penguasaan bahasa Inggris (17,92%), merupakan faktor-faktor kritis penerimaan lulusan pendidikan tinggi untuk dapat diterima bekerja di kalangan industri1). Oleh karenanya terjadi kecenderungan peningkatan angka penganggur terdidik dari tahun ke tahun, sehingga secara kuantitatif nilai HDI Indonesia (2004) berada pada posisi ke-111 dari 177 negara yang elite di survey oleh UNDP.

Secara jujur perlu diakui bahwa dunia pendidikan, termasuk di Indonesia, khususnya pendidikan tinggi saat ini tengah berada di persimpangan jalan. Di satu sisi masyarakat ilmu pengetahuan seperti yang dicirikan oleh Othman dan kawan-kawan2) sedang bangkit dan harus disongsong. Ciri masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society) yang mendominasi segala aspek kehidupan (sehingga para pekerja yang berpengetahuan akan menjadi kelompok dominan di dunia kerja) adalah sebagai berikut :

1. Kemustahilan batas wilayah: karena dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat lebih mudah menjelajah ke pelbagai pelosok dunia dibandingkan dengan kekuatan uang.

2. Mobilitas vertikal yang bersamaan berlangsung dengan mobilitas horizontal: akibat kemampuan seseorang yang diperoleh dari proses pendidikan yang menghasilkan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan masa depan.

3. Potensi sukses atau gagal yang sama besar, karena dengan ilmu pengetahuan seseorang dengan mudah dapat menghasilkan produk, walaupun tidak ada jaminan untuk menenangkan persaingan.

Di jalan lain pengaruh globalisasi dalam bentuk: (i) aliran manusia (etnoscape), (ii) aliran informasi (mediascapes), yang difasilitasi oleh (ii) aliran teknologi baru (technoscapes), (iv) aliran modal (financescapes), dan (v) aliran gagasan serta citra (ideoscape), menarik pola masyarakat ilmu pengetahuan ke arah perkembangan tertentu sehingga tidak menjadi bebas kultur sebagai ciri khas kehidupan masyarakat. Bahkan masyarakat ilmu pengetahuan yang disongsong dalam pengembangan pendidikan adalah masyarakat berkehidupan kompetitif yang tidak fair, yang kuat mendominasi kehidupan yang lemah. Oleh karena itu dalam menyongsong masa depan, perlu segera disiapkan SDM yang handal melalui proses pendidikan yang mampu menghasilkan produk dengan atribut kompetensi sesuai dengan tuntutan masyarakat, industri/usaha dan profesi, berikut dengan ciri khas kebudayaannya masing-masing.

b. Proses menuju Perubahan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum memiliki makna yang beragam baik antar institusi penyelenggara pendidikan. Hal ini disebabkan karena adanya interprestasi yang

2

Page 4: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

berbeda terhadap kurikulum, yaitu dapat dipandang sebagai suatu rencana (plan) yang dibuat oleh seseorang atau sebagai suatu kejadian atau pengaruh aktual dari suatu rangkaian peristiwa.3)

Sebagai suatu rencana, dokumen kurikulum merupakan acuan tindakan dan proses pembelajaran untuk menghasilkan lulusan. Sedangkan jika dipandang sebagai suatu kejadian aktual maka dokumen kurikulum bersifat deskriptif serta bertindak sebagai suatu laporan atau catatan. Dalam pandangan kelompok pertama, apa yang seharusnya dilakukan oleh simahasiswa adalah hal-hal yang paling pendting dimana masalah instruksional pembelajaran harus dikontrol langsung tanpa memperhatikan apakah hasil (outcome) proses pembelajaran memiliki makna (seringkali sulit diduga).

Takrif kurikulum pendidikan tinggi SK Mendkbud No. 056/U/1994 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, Ps. 1 butir 7, sebagai rincian operasional PP No. 30/1990, yang diganti dengan SK Mendiknas No/ 232/U/2000, Ps. 1 butir 6, sebagai rincian operasional PP No. 60/1999, adalah sebagai berikut (kutipan):

“Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraaan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi”.

Secara umum anatomi kurikulum menurut SK Mendikbud No. 056/U/1994 tersusun atas dua komponen, yaitu: (i) kurikulum pendidikan tinggi yang berlaku secara nasional (kurnas) untuk setiap program studi, dan (ii) kurikulum lokal (kurlok) yang berkenaan dengan keadaan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi (PT) yang bersangkutan. Penting untuk dicermati bahwa luaran proses pembelajaran dari Kurnas adalah kemampuan minimal dalam penyelesaian suatu program studi. Kemampuan minimal tersebut adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum suatu Program Studi (PS). Untuk mencapai luaran proses pembelajaran yang sesuai dengan rancangan kurikulum, maka disusun kurikulum dengan elemen-elemen yang terdiri dari mata Kuliah Keahlian (MKK); baik untuk Kurnas maupun untuk Kurlok, disertai imbangan beban muatan masing-masing.

Jadi, mutu luaran pendidikan tinggi menurut kurikulum berdasarkan SK Mendikbud No. 056/U/1994 yang menilai adalah PT (PS) bersangkutan, sebagai pelaksana/penyelenggara pendidikan tinggi. Oleh karenanya nilai hasil belajar peserta didik bersifat relatif, subjektif, beragam, serta lebih dipengaruhi oleh “ketenaran nama” PT di masyarakat. Dengan hampiran (approach) sasaran minimal pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum suatu program studi (PS), maka materi pembelajaran, beban muatan, dan urutan penyampaiannya di dalam Kurnas ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dengan status sebagai pedoman yang ditetapkan. Proses penyampaian materi pembelajaran diserahkan kepada PT yang bersangkutan. Proses pembelajaran tidak pernah dicantumkan dalam kurikulum SK Mendikbud No. 056/U/1994.

3

Page 5: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

Dalam rangka mengembangkan pendidikan tinggi yang hasil didiknya dapat berkompetisi secara global, Pemerintah c.q. Ditjen Dikti, Depdiknas, mengembangkan kurikulum yang in line dengan visi dan aksi pendidikan tinggi di abad XXI menurut unesco4), yang dikonfirmasi dalam The World Conference on Education for All di Thailand Tahun 1990. Ada 17 butir (articles) yang dideklarasikan oleh UNESCO (1998), agar pendidikan tinggi dapat menjalankan fungsinya di abad XXI. Visi dan misi pendidikan tinggi abad XXI dari UNESCO (1998) berintikan isi laporan The International Commission on Education for the Twenty-first Cebtury (Learning: the Treasure Within) yang diketuai oleh Jacques Delors (UNESCO, 1998)5), dengan pokok isi antara lain:

1. Harapan ke depan peran pendidikan tinggi:

a) Jangkauan dari komunitas lokal ke amsyarakat dunia;

b) Perubahan kohesi sosial ke partisipasi demokratis, diantaranya berupa kenyataan: (i) pendidikan dan krisis kohesi sosial, (ii) pendidikan vs exclusion, (iii) pendidikan dan desakan pekerjaan di masyarakat, serta (iv) partisipasi demokratis berupa pendidikan civic dan praktek berkewarganegaraan;

c) Dari pertumbuhan ejkonomi ke pengembangan kemanusiaan.

2. Asas pengembangan pendidikan, berupa:

a) Empat pilar pendidikan: (i) learning to know, (ii) learning to do (perubahan dari skill ke competent, dematerialisasi dari pekerjaan dan the rise of service sector, serta bekerja di bidang ekonomi informal), (iii) learning to live together, learning to live with others (discovering others and working toward common objectives), dan (iv) learning to be;

b) Belajar sepanjang hayat (learning throughout life) sebagai wujud: (i) imperative for democracy, (ii) pendidikan multidimensional, (iii) munculnya new times, fresh fields, (iv) pendidikan at the heart of society, dan (v) kebutuhan sinergi dalam pendidikan.

3. Arah pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi :

a) Kesatuan pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi: (i) pendidikan dasar sebagai “pasport” untuk berkehidupan, (ii) pendidikan menengah (secondary education) sebagai persimpangan jalan menentukan kehidupan, dan (iii) pendidikan tinggi dan pendidikan sepanjang hayat;

b) Perguruan tinggi menjadi tempat pembelajaran dan suatu sumber daya pengetahuan;

4

Page 6: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

c) Peran pendidikan tinggi untuk menanggapi perubahan pasar kerja;

d) Perguruan tinggi sebagai pusat kebudayaan dan pembelajaran terbuka untuk semua;

e) Dan pendidikan untuk wahana kerjasama international.

Mengacu pada konsep pendidikan tinggi abad XXI UNESCO (1998) tersebut, maka dilakukan pembaharuan terhadap kurikulum yang telah berjalan (Kurikulum SK Mendikbud No. 056/U/1994), yang dituangkan dalam SK Mendiknas No. 232/U/200 dan No. 045/U/2002. Perubahan mendasar yang dilakukan adalah :

1. Luaran hasil pendidikan tinggi yang semula berupa kemampuan minimal penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan kurikulum suatu Program Studi (PS) diganti dengan kompetensi seseorang untuk dapat melakukan seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Luaran hasil pendidikan tinggi, semula ditentukan oleh masyarakat pemangku kepentingan.

2. Kurikulum yang semula disusun dan ditetapkan oleh perguruan tinggi (PS) yang bersangkutan diganti dengan kurikulum yang disusun oleh perguruan tinggi bersama-sama dengan pemangku kepentingan, dan ditetapkan oleh perguruan tinggi (PS) yang bersangkutan.

3. Berdasarkan SK mendikbud No. 056/U/1994 komponen kurikulum tersusun atas Kurikulum nasional (Kurnas) dan Kurikulum Lokal (Kurlok) yang terdiri atas: Mata Kuliah Umum (MKU), Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK), dan Mata Kuliah Keahlian (MKK) yang disusun dengan tujuan untuk menguasai isi ilmu pengetahuan dan penerapannya (content based), sedangkan dalam SK Mendiknas No. 232/U/2000 disebutkan bahwa kurikulum terdiri atas Kurikulum Inti dan kurikulum Institutional yang terdiri atas kelompok-kelompok mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), serta mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MBB). Namun, pada SK Mendiknas No.045/U/2002, pengelompokkan mata kuliah tersebut diluruskan pemahamannya agar lebih luas dan positif melalui pengelompokkan berdasarkan elemen kompetensinya, yaitu (a) landasan kepribadian, (b) penguasaan ilmu dan keterampilan, (c) kemampuan berkarya, (d) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, (e) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Dengan demikian, satu mata kuliah dapat membangun satu atau lebih dari satu kompetensi, demikian sebaiknya satu kompetensi dapat dibangun oleh satu

5

Page 7: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

atau lebih dari satu mata kuliah. Kurikulum Institutional dipilih kompelementer dengan Kurikulum Inti disesuaikan dengan kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain dari luaran (hasil didik) yang diharapkan. Kurikulum Inti merupakan penciri dari kompetensi utama, ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi bersama masyarakat profesi dan pengguna lulusan. (SK Mendiknas No. 045/U/2002).

4. Untuk dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang menjadikan perguruan tinggi menjadi tempat pembelajaran dan suatu sumber daya pengetahuan, pusat kebudayaan, serta tempat pembelajaran terbuka untuk semua, maka dimasukkan strategi kebudayaan dalam pengembangan pendidikan tinggi. Strategi berwujud tersebut berujud :

(i) Fenomena anthropohos dicakup dalam Pengembangan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan;

(ii) Fenomena tekne dicakup dalam penguasaan ilmu dan keterampilan untuk mencapai derajat keahlian berkarya;

(iii) Fenomena oikos dicakup dalam kemampuan untuk memahami kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya;

(iv) Fenomena etnos, dicakup dalam pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keahlian yang dikuasai.

Dalam proses pembelajaran seperti ini maka pendidikan tinggi tidak hanya sekedar suatu proses transfer of knowledge, namun benar-benar merupakan suatu proses pembekalan yang berupa method of inquiry seseorang yang berkompeten dalam berkarya di masyarakat. Dengan demikian secara jelas akan tampak bahwa perubahan kurikulum berbasis PIPK (SK Mendikbud No. 056/U/1994) ke KBK (SK Mendkbud No. 232/U/200) mempunyai beberapa harapan unggulan, yaitu:

“Luaran hasil pendidikan (outcomes) yang sesuai dengan societal needs, industrial/business needs, dan profesional needs, dengan pengertian bahwa outcomes merupakan kemampuan mengintegrasikan intelectual skill, knowledge dan afektif dalam sebuah perilaku secara utuh.”

II. KONDISI PEMAHAMAN DAN IMPELEMENTASI KBK DI PERGURUAN TINGGI

Salah satu impelementasi Paradigma Baru di Perguruan Tinggi adalah perubahan kurikulum dari content-based ke competent-based seiring dengan tuntutan perubahan zaman serta sinyal pasar kerja (labor-market signals). Sebagai pedoman penyusunan kurikulum berbasis kompetensi telah diterbitkan SK Mendiknas No.232/U/200 dan No.045/U/2002. Selain itu juga telah dilakukan sosialisasi dalam berbagai kesempatan terhadap para pimpinan PT, dosen serta mahasiswa tentang apa

6

Page 8: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

dan mengapa KBK menjadi pilihan kurikulum di PT untuk menggantikan kurikulum tahun 1994 yang dituangkan dalam SK mendikbud No. 056/U/1994. Sosialisasi dalam bentuk rancangan telah dibahas dalam Rapat Kerja Nasional Pimpinan Perguruan Tinggi (Rakernas-PPT) 1998/1999, dan impelementasinya telah dibahas dalam Rakernas-PPT 1999/2000. Meskipun demikian, hingga akhir batas waktu yang ditentukan untuk impelementasi KBK di PT tahun 2003 yang telah merekonstruksi dan mengimplementasikan KBK sesuai dengan harapan.

Masalah utama yang ditemui di lapangan dengan belum dilaksanakannya SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 adalah berkaitan dengan masih beragamnya tingkat pemahaman dan penilaian arti penting oleh KBK pimpinan PT, dosen dan mahasiswa, terhadap makna dan bagaimana menyusun KBK dengan benar. Oleh karena itu sangatlah wajar jika implementasi KBK di PT juga masih belum dapat dilaksanakan. Berdasarkan studi yang telah dilaksanakan di tahun 2003, diperoleh data bahwa pemahaman terhadap KBK masih berbeda-beda dan kesiapan untuk melakukan perubahan kurikulum di PT juga berbeda.

Menyikapi hasil kajian tersebut maka penulisan buku penjelasan sebagai bahan acuan dalam sosialisasi dan implementasi KBK ini dipandang sangat perlu untuk memandu para pelaku rekonstruksi kurikulum agar pelaksanaan SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 dapat segera dilakukan. Buku Tanya Jawab Seputar KBK ini berisi tentang pertanyaan yang acapkali muncul di kalangan pendidik dan pengajar dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan kurikululum.

III.PENGERTIAN

1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan tinggi?

a. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaiannya dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi (SK Mendiknas No. 232/U/2000 Ps. 1 butir 6).

b. Kurikulum dipahami sebagai dolumen dan sebagai pembelajaran yang nyata pendidikan tinggi yang menjadi dasar penyelenggaraan program studi terdiri atas :

1. Kurikulum Inti yang mencirikan kompetensi utama.

2. Kurikulum Institusional yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan tinggi, komplementer dengan Kurikulum Inti, disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan.(SK Mendiknas No. 232/U/2000 Ps. 7)

2. Apa yang dimaksud dengan kompetensi?

Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

7

Page 9: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu6). (Sk Mendiknas No. 045/U/2002, Ps.21).

3. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum berbasis kompetensi?

Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang disusun berdasarkan atas elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method of inquiry yang diharapkan. Yang dimaksud dengan method of a inquiry diantaranya adalah suatu metode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna menentukan pilihan jalan berkehidupan di masyarakat, meningkatkan cara belajar sepanjang hayat (learning to learn dan learning throught life)

4. Apa ciri-ciri rancangan kurikulum berbasis kompetensi?

Ciri-ciri KBK adalah:

1. Menyatakan secara jelas rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran proses pembelajaran.

2. Materi ajar dan proses pembelajaran didesain dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik.

3. Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif.

4. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk berkreasi secara prosedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan evaluasi yang benar pula7) ;

5. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pemangku kepentingan lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan).

5. Apa yang dimaksud dengan kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya ?

Kompetensi Utama ialah kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan.

Kompetensi Pendukung ialah kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan pendukung, namun membantu meningkatkan kualitas hidup.(Lihat catatan kaki (foot note) 6).

6. Apa wujud pengakuan kompetensi seseorang?

Pengakuan kompetensi seseorang disnyatakan dalam bentuk sertifikat kompetensi yang dapat diberikan oleh penyelenggara pendidikan atau lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi (UU No. 20/2003 tentang SISDIKNAS Ps. 61 ayat (3).

Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan dan dinyatakan berhak menyelenggarakan pendidikan profesi dan vokasi, melalui kerjasama dengan ikatan

8

Page 10: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

profesi dapat memberikan sertifikat kompetensi bagi peserta didik setelah lulus uji kompetensi.

Contoh :

1. Pendidikan Profesi bidang Kedokteran (SKB Mendiknas dan Menkes-Menkeos No. 3/U/SKB2001, No. 232/Menkes-Kesos/SKB/III/2001 serta SKB Dirjen Dikti dan Dirjen Pelayanan Medik dan Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia No. 17/DIKTI/Kep/2002, No. D.L.02.03.1.5.1499. dan 08/MKKI/SK/04/2002 sebagai pelaksana operasionalnya.)

2. Pengelolaan Sistem dan penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi sebagai keputusan bersama antara Dirjen Dikti dengan Ikatan Alkunta Indonesia (IAI) (SK Dirjen Dikti 565/D/T/2002, ketua Umum IAI No. 2460/MOU/IAI/III/02).

Kedua program pendidikan profesi yang memberikan sertifikat kompetensi tersebut diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

7. Mengapa diperlukan kompetensi utama, pendukung dan lain dalam kurikulum perguruan tinggi di Indonesia?

Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya pembagian kompetensi tersebut, yaitu :

a. Memberikan kemampuan adaptasi terhadap ketidakpastian lapangan kerja, sifat pekerjaan, dan perkembangan masyarakat yang semakin tidak menentu (dari terra forma ke terra incognita);

b. Untuk mengantisipasi pekerjaan dengan persyaratan kompetensi yang sifatnya kompetitif dan tidak mengenal batas-batas fisik wilayah, negara, dan pemerintah;

c. Untuk memfasilitasi proses pendidikan sepanjang hayat, dalam bentuk proses belajar menemukan a methond of inquiry seseorang.

8. Apakah elemen kompetensi yang dimaksud dalam Kepmendiknas No. 045/U/2002 itu?

Elemen-elemen kompetensi pendiddikan tinggi terdiri atas :

a. Landasan kepribadian;

b. Penguasaan ilmu dan ketrampilan;

c. Kemampuan berkarya;

d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai;

e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

9

Page 11: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

IV. PENYUSUNAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

1. Apa hubungan antara tujuan pendidikan dengan kompetensi?

Dalam setiap Program Studi tentu telah terumuskan MISI dan TUJUAN pendidikan yang salah satu jabarannya selalu merupakan kualifikasi lulusan (kompetensi) yang akan dihasilkan. Rumusan kompetensi lulusan tersebut merupakan rumusan “OUTCOMES” yaitu suatu bentuk kemampuan yang nantinya akan ditunjukkan atau dibuktikan di lapangan pekerjaan yang dipilihnya. Oleh sebab itu, dalam rumusan kompetensi ini sebaiknya mengacu pada harapan bidang kerja (profesi) yang mana saja yang mungkin dapat diraih oleh lulusannya nanti.

2. Siapa yang berwenang menyusun kompetensi lulusan dan bagaimana prinsip penyusunan kompetensi?

a. Pada prinsipnya kompetensi disusun oleh masyarakat pemangku kepentingan lulusan (hasil didik) yang terinstitusi berdasarkan kebutuhan atau tuntutan, kemampuan di masyarakat. Masyarakat terinstitusi tersebut adalah masyarakat profesi, masyarakat industri/bisnis maupun masyarakat luas.

b. Prinsip penyusunan kompetensi: (i) mengantisipasi bidang kerja/kehidupan yang kemungkinan berubah pada 4-5 tahun ke depan, (ii) mengacu pada standar kompetensi dari pemangku kepentingan, (iii) memungkinkan lulusan untuk mengembangkan diri dengan kemampuan generiknya (memiliki generic skills), selain kemampuan di bidang studinya.

3. Mengapa perumusan kompetensi menjadi isu penting dalam dunia pendidikan?

Perumusan kompetensi menjadi isu penting dalam dunia pendidikan dalam rangka memberikan keleluasaan untuk memilih dan mengembangkan dirinya yaitu dengan kompetensi utama yang dilengkapi dengan kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya.

4. Apakah saat ini Depdiknas atau Ditjen Dikti mengeluarkan Kurnas yang dapat dipergunakan sebagai standar kurikulum program studi PT di Indonesia ?

Depdiknas khususnya Ditjen Dikti tidak mengeluarkan Kurnas (Kurikulum Nasional), namun mengeluarkan pedoman umum dalam rangka penyusunan kurikulum bagi setiap program studi yang ada di PT di seluruh Indonesia dalam bentuk SK Mendiknas No. 232/U/2000. Semangat dari Kepmen tersebut adalah untuk memberikan keleluasaan dan kebebasan berkreasi bagi setiap PT dalam mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan minat dan kemampuan penyelenggaraannya. Setiap program studi dapat mengekplorasi dan mengeksploitasi seluruh potensi dirinya agar menjadi yang terbaik.

5. Apakah tolak ukur yang digunakan dalam proses pengembangan kurikulum saat ini ?

10

Page 12: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

Tolak ukur dari pengembangan kurikulum saat ini adalah kualitas. Merujuk pada visi pendidikan tinggi seperti yang ditulis pada HELTS (Higher Education Long Ter Strategy) maka kurikulum yang dikembangkan harus mendukung : “education that effectively links to student needs, develops student intellectual capability to become responsible citizenz, and contributes to the nation’s competitiveness”. Secara teknis, pengembangan kurikulum saat ini memberikan paradigma baru dalam penyusunan kurikulum berbasis kompetensi pada pendidikan tinggi. Jadi kata kuncinya adalah kompetensi. Secara khusus, diskusi mengenai kompetensi ini dapat dilihat pada halaman sebelumnya yang memberikan penjelasan mengenai kompetensi secara khusus. Beberapa hal yang nampaknya dapat dikatakan sebagai kekhasan pada perancangan kurikulum ke depan mungkin mengenai pergeseran dari istilah kurikulum berdasar pada isi (content based curriculum) menuju pada kurikulum berdasar pada kompetensi (competence based curriculum) atau dikenal sebagai KBK.

6. Nampaknya memang ada perbedaan istilah pada sistem kurikulum baru yang berdasar pada SK mendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 tersebut, perbedaan itu apakah sekedar istilah saja atau ada alasan yang menjadi dasar perubahan nama kelompok mata kuliah ?

Hal lain yang khas pada pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah pengistilahan pada kelompok mata kuliah umum), MKDK (Matakuliah Dasar Keahlian), dan MKK (Matakuliah Keahlian) pada sistem kurikulum lama. Pada saat ini, pengelompokan mata kuliah mengikuti SK Mendiknas No. 232/U/2000 menjadi MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Matakuliah Keilmuan dan keterampilan), MKB (Matakuliah Keahlian Berkarya), MPB (Matakuliah Perilaku Berkarya), dan yang terakhir MBB (Matakuliah Berkehidupan Bersama). Pada SK Mendiknas No. 045/U/2002 pengelompokan seperti ini dipertegas bukan sebagai kelompok matakuliah akan tetapi sebagai elemen-elemen kompetensi (Pasal 2 ayat 1 dan 2) yang isi dan metode pembelajaran dapat dikreasi secara bebas oleh setiap PT disesuaikan dengan rambu-rambu yang ditetapkan.

Terdapat alasan yang dapat dijadikan landasan perubahan penamaan kelompok matakuliah tersebut. Kurikulum baru melihat konteks pendidikan tinggi secara lebih luas, jika pada kurikulum sebelumnya (sesuai SK Mendiknas No. 056/U/1994) domain variabel masukan dari proses pendidikan adalah permasalahan internal perguruan tinggi dan kondisi di seputarnya dengan target keluaran pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pada model kurikulum yang baru yang dituju lebih kepada kebudayaan dan pengembangan manusia secara komprehensif. Komponen yang menjadi pertimbangan juga lebih menyeluruh dan bersifat mendunia dan lebih universal. Jadi, dengan kurikulum yang baru tersebut diharapkan perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang berkebudayaan dan mampu berperan baik secara lokal, regional, dan juga tidak canggung untuk berperan secara international. Rujukan yang menjadi inspirasi dikembangkannya sistem kurikulum yang baru adalah The Four Pillars of Education in the 21st century yang akan mengilhami kurikulum dengan learn to know, learn to do, learn to be, learn to live together. Oleh

11

Page 13: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

karenanya, penamaan kelompok mata kuliah pada kurikulum baru bukan tanpa alasan dan berhenti sebagai istilah saja. Gagasan dan cita-cita yang melandasi the four pillars sangat mulia, sehingga diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai gagasan tersebut, kajian KBK, pengembangan kurikulum ke arah sistem yang baru hanya memindahkan nama mata kuliah pada kelompok matakuliah kurikulum lama ke kelompok matakuliah sistem yang baru. Apabila hal tersebut yang dilakukan, maka kegiatan pengembangan kurikulum itu menjadi kehilangan makna. Perubahan yang diharapkan seharusnya ditekankan kepada prinsip-prinsip yang lebih mendasar, yaitu pada pemahaman ide secara holistik. Dalam mengembangkan kurikulum yang baru ini, sebaiknya memiliki pemahaman bahwa kurikulum merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pendidikan yang dikembangkan pada PT dan sekaligus menjadi interface dengan masyarakat atau stakeholder-nya. Bukan sekedar susunan nama matakuliah yang dikelompokkan mengikuti nama-nama baru.

7. Bagaimanakah penjelasan tentang pengelompokan mata kuliah berdasarkan SK Mendiknas 232/U/200 Pasal 1 ayat 7-11 tersebut ?

Pengelompokan mata kuliah dalam Kepmendiknas tersebut sesungguhnya sudah jelas. Hal penting yang perlu dipahami adalah pengelompokan matakuliah ini bukan tujuan utama dari pergeseran konsep kurikulum. Pada SK Mendiknas No. 045/U/2002 apa yang menjadi interprestasi dari pengelompokan matakuliah MPK, MKK, MPB, dan MBB telah disempurnakan sebagai elemen kompetensi dengan rincian :

1. Landasan Kepribadian.

2. Penguasaan ilmu dan keterampilan.

3. Kemampuan berkarya.

4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurun tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai.

5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Sehingga dengan mempertimbangkan elemen kompetensi dalam menyusun kurikulum secara tepat, pengelompokan matakuliah menjadi tidak penting dan tidak efisien. Pada kurikulum berbasis kompetensi, pertimbangan utamanya adalah menyusun dan mendiskripsikan kompetensi dari program studi secara tepat dan benar.

8. Bagaimana langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi?

Ada dua cara menyusun kurikulum. Pertama kurikulum disusun oleh satuan penyelenggara pendidikan (dalam hal ini manajemen PS) dengan status dosen sebagai impelementor kurikulum. Kedua, kurikulum disusun oleh dosen PS. Langkah-langkah penyusunan kurikulum berikut merupakan jalan tengah, yaitu dosen sebagai bagian dari PS dikoordinasi oleh PS bersangkutan, menyusun kurikulum.

Lima (5) langkah pengembangan kurikulum adalah: (i) perumusan kompetensi (sebagaimana telah dipaparkan di dalam BAB sebelumnya); (ii) penyusunan kelompok kajian, yaitu melakukan proses sebagaimana yang telah disampaikan pada

12

Page 14: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

bagian Pendahuluan buku ini; (iii) penyusunan struktur pembelajaran, yang didasarkan pada kelompok kompetensi yang akan dicapai pada satu periode; (iv) penyusunan mata ajaran, yaitu penyusunan mata ajaran dengan mempertimbangkan bahan, materi ajar dan keterkaitan antar mata ajaran untuk mencapai kompetensi yang telah direncanakan; (v) penyusunan cara atau metode pembelajaran dan evaluasi hasil (secara rinci akan dibahas pada Buku Pengembangan Materi dan Proses Pembelajaran).

9. Bagaimana cara merumuskan scientific vision?

Merumuskan scientific vision dapat dilakukan melalui diskusi pakar/pengajar dalam sebuah forum komunikasi baik formal maupun informal yang berulang-ulang sampai disepakati prediksi kompetensi lulusan di masa yang akan datang. Pertimbangan kemajuan ilmu dan teknologi 10-20 tahun ke depan mendominasi pemikiran ini. Acapkali melalui pemikiran pakar yang dituangkan dalam penyusunan scientific vision sekaligus mendorong keberanian pakar untuk menjadi trend setter perkembangan IPTEKS di masa yang akan datang.

10. Bagaimana cara mendapatkan informasi untuk merumuskan market signal?

Market signal diperoleh dengan cara jajak pendapat (tracer study) menggunakan alat bantu kuesioner yang teruji dan diedarkan kepada para pengguna lulusan (users) dan alumni serta asosiasi profesi. Biasanya tracer study ini dapat juga digunakan untuk melihat tingkat relevansi antara kurikulum dengan dunia kerja (job description dan job analysis).

11. Bagaimana mempertemukan antara scientific vision dengan market signal dalam merumuskan kompetensi?

Hasil pemikiran faktual dari pakar terhadap market signal diformulasikan untuk dapat mengetahui forward outlook dari kompetensi kebutuhan pengembangan bidang kehidupan.

Forward outlook kompetensi pekerjaan ini kemudian dikonfirmasi dengan informasi terdokumentasi, untuk selanjutnya dicarikan arah pengembangan IPTEKS ke depan dalam bentuk tataran state of the art IPTEKS yang bersangkutan, dan outlook kompetensi. Setelah dikonfirmasikan dengan para pengguna dan alumni serta asosiasi profesi, maka tersusunlah formulasi kompetensi untuk suatu pekerjaan tertentu. Status kompetensi yang akan dituju dengan rancangan KBK (kompetensi utama, kompetensi pendukung, atau kompetensi lainnya) ditentukan oleh penyelenggara PS yang bersangkutan. Contoh: pendidikan profesi dokter (sertifikat dokter umum atau spesialis) dilaksanakan oleh satuan pendidikan Kedokteran di bawah PT yang diberi mandat oleh Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia dan Depkes-Kesos. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi dengan sertifikat pengakuan kompetensi untuk berkarya di bidang atau lingkungan kedinasan yang bersangkutan (UU No. 20/2003 tentang SISDIKNAS Ps.29).

13

Page 15: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

12. Apa kelemahannya kalau perumusan kompetensi dalam KBK hanya mempertimbangkan market signal saja?

Jika perumusan kompetensi hanya mempertimbangkan market signal yang bersifat antisipatif, maka lulusannya selalu akan out of date. Disamping itu, ketergantungan kepada pasar menjadi tinggi, padahal pasar selalu berubah sesuai dengan kemajuan isu-isu (ilmu dan teknologi) global.

13. Apa kelemahannya kalau perumusan kompetensi hanya mempertimabngkan scientific vision saja?

Masih ada kelemahannya yaitu perumusan kompetensi tersebut kurang sempurna karena kurang “compatible” dengan kebutuhan pengembangan bidang kehidupan.

V. IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran pada KBK?

Proses perencanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (lihat buku Tanya jawab Seputar Unit Pengembangan materi dan Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi).

2. Apa syarat lulusan dikatakan kompeten?

Persyaratan lulusan yang kompeten adalah:

a. Mempunyai kemampuan berlandaskan pada pengembangan kepribadian;

b. Berkemampuan menguasai IPTEKS dan/atau kesenian dan keterampilan (know how & know why);

c. Berkemampuan berkarya (know to do);

d. Berkemampuan menyikapi dan perilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be);

e. Berkemampuan untuk hidup bermasyarakat dengan bekerjasama, saling harga menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (to live together).

3. Kemampuan apa yang diharapkan dimiliki oleh PT untuk dapat menerapkan KBK agar lulusannya kompeten?

Kemampuan yang harus dimiliki oleh PT dalam menerapkan KBK adalah mampu membentuk dam memberdayakan unit pengembangan pembelajaran berupa kelompok kerja yang kompeten atau sekumpulan orang yang memiliki ide, motivator dan motor penggerak yang didukung oleh: i) kemampuan berkomunikasi secara oral dan/atau tertulis, (ii) kemampuan menggunakan logikanya, (iii) kemampuan menganalisis suatu problema, (iv) kemampuan bekerjasama dalam tim,

14

Page 16: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

(v) kemampuan bekerja secara mandiri, dan (vi) kemampuan dalam penyusunan kurikulum serta penembangan pembelajaran.

4. Untuk melaksanakan KBK, kemampuan apa yang harus dimiliki oleh dosennya?

Dosen harus memiliki 4 kemampuan, yaitu:

a. Kemampuan untuk memotivasi diri dan mahasiswa;

b. Kemampuan menguasai subyek kajian untuk berperan sebagai dinamisator dan fasilitator pembelajaran dalam kajian mata kuliah yang diampu;

c. Memiliki minat dan kemampuan dalam merekonstruksi basis pengetahuan dan metoda pembelajaran dan mata kuliah yang menjadi tanggung jawabnya, merujuk pada kompetensi yang menjadi tujuan mata kuliah tersebut.

d. Kemampuan menguasai kurikulum dimana dosen harus mengerti dan dapat mengartikulasikan kedudukan dan keterkaitan mata kuliahnya dengan kurikulum program studi dan profesi yang dituju.

e. Mempunyai kemampuan pedagogi dimana dosen harus mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dalam subyek kajiannya.

5. Apa yang harus dimiliki dosen agar berhasil menjalankan KBK?

Seorang dosen harus memiliki empat sikap:

a. Naluri untuk memotivasi mahasiswa ke arah kemajuan melalui perilaku dan sikap ketauladanan dosen;

b. Minat, yaitu sikap yang mengarahkan kecenderungan dan perhatian pada suatu keadaan;

c. Niat, yaitu sikap untuk mengerahkan potensi dan kehendak untuk bertindak dan berupaya;

d. Kiat, yaitu kemampuan untuk menggunakan perilaku (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam tindakan untuk mencapai tujuan.

6. Kemampuan apa yang harus di gali dari peserta didik agar menjadi lulusan yang berkualitas?

Kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik yaitu:

a. Minat ternalar terhadap profesi yang dituju.

b. Kemampuan untuk belajar mandiri.

c. Kemampuan pengembangan kreatifitas dan kritis.

d. Kemampuan yang terbuka untuk penanganan masalah.

7. Subyek kajian apa yang harus diberikan agar para lulusan berkualitas?

Subyek kajian yang harus diberikan:

15

Page 17: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

a. Kemampuan subyek kajian yang dilandasi oleh taksonomi pengetahuan dan proses penguasannya serta keterkaitan subyek kajian;

b. Kemampuan metodologi yang dilandasi oleh kemampuan menganalisis perilaku kerja;

c. Kemampuan berkehidupan bermasyarakat yang dilandasi oleh harapan/ekspektasi masyarakat mengenai pengaruh dan perkembangan IPTEKS terhadap hari depan.

d. Kemampuan berkomunikasi.

e. Kemampuan menguasai teknologi informasi.

8. Agar lulusan berkualitas, bagaimana proses pembelajran dilakukan?

Proses pembelajaran harus merupakan upaya bersama antar dosen dan mahasiswa utnuk berbagi berdialog dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-‘internalisasi’-dalam diri peserta didik dan menjadi landasan untuk menciptakan belajar secara mandiri dan berkelanjutan.

9. Keterlibatan apa dari peserta didik yang diharapkan agar proses pembelajaran menjadi efektif?

Keterlibatan yang perlu dilaksanakan agar dalam proses pembelajaran menjadi efektif adalah:

a. Keterlibatan aspek Psikomotorik dan “hands on” yang dapat terdiri dari kegiatan praktikum, kerja praktek, magang dan kegiatan ‘experimental’;

b. Keterlibatan aspek Kognitif yang terdiri dari kegiatan penalaran dan penguasaan intelektualitas secara komprehensif;

c. Keterlibatan aspek Afektif yang terdiri dari tergalinya kepekaan terhadap lingkungan, kematangan emosional, sehingga akan menjadi lulusan yang kreatif dan kritis, mempunyai kemampuan sebagai pengkreasi.

10. Bagaimana proses pembelajaran seharusnya dilakukan?

Proses pembelajaran seharusnya dilakukan melalui proses:

a. Proses terbagi dan mengolah informasi yang dapat dilakukan melalui kuliah, diskusi, seminar, studi kasus, tugas praktikum, tugas penelitian;

b. Proses internalisasi yang dilakukan melalui latihan, responsi, tugas pekerjaan rumah, tutorial, diskusi sejawat dan kerja kelompok;

c. Proses mekanisme balikan (feedback mechanis) yang dapat dilakukan pembahasan internalisasi, catatan evaluasi pada lembar hasil tugas, pengumuman dan komentar; proses evaluasi yang dapat dilakukan melalui: (i) evaluasi hasil yang dapat terdiri dari ‘assesment’ berdasar test, (ii) evaluasi proses yang dapat terdiri ‘assesment sejawat dan survai pendapat mahasiswa.

11. Bagaimana melakukan evaluasi proses pembelajaran secara keseluruhan?

16

Page 18: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

Evaluasi pembelajaran diantaranya terdiri dari dua macam yaitu Evaluasi Hasil dan Evaluasi Proses. Evaluasi hasil terdiri dari assesment berdasarkan test, tanpa test dan evaluasi diri sedangkan Evaluasi Proses dapat terdiri dari Assesment Sejawat dan survai pendapat mahasiswa.

12. Apa yang dimaksud dengan infrastruktur dan sumberdaya manusia yang diperlukan dalam proses pembelajaran?

Infrastruktur yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya adalah: Organisasi pengelolaan PT yang sehat dengan memperhatikan proses yang efisien dan produktif tanpa meninggalkan mutu yang harus dicapai, Pendanaan yang memadai, fasilitas pendukung (lab, perpustakaan, kampus) yang memenuhi persyaratan bagi sebuah lembaga pendidikan tinggi yaitu diantaranya dapat memberikan atmosfir akademis yang kondusif terhadap pengembangan karakter peserta didik, kurikulum yang dapat memenuhi harapan masyarakat - ‘relevance’- diikuti dengan perubahan yang dinamis, manajemen internal yang memperhatikan penjaminan kualitas dari mulai tingkat individu sampai tingkat lembaga yang berkesinambungan- ‘sustainable’-.Sumbedaya manusia baik akademis maupun non akademis dengan memperhatikan peran, tugas dan fungsinya yaitu selain pengajar juga pendidik.Harus menjadi ahli pada bidang yang diampu dan selalu berusaha meningkatkan dan memperbaharui kemampuan diri dalam penguasaan ilmu yang harus dikuasainya. Menguasai kemampuan meningkatkan daya nalar peserta didik dan merangsang proses internalisasi dari ilmu yang diberikan kepada peserta didik, menjadi contoh dan teladan yang patut dititu oleh peserta didiknya.

13. Apa yang seharusnya dilakukan dalam mengevaluasi hasil pembelajaran?

Dalam Paradigma baru pengelolaan PT, yang menjadi sasaran utama adalah kualitas pengelolaan PT yang secara langsung diantaranya dapat dilihat dari hasil proses pembelajarannya yaitu kualitas lulusan, apakah dapat memenuhi harapan masyarakat, relevan dengan perkembangan dunia kerja, bukan hanya kemampuan akademis tetapi juga karakter yang terbentuk sebagai manusia yang unggul seperti tercantum dalam UU Sisdiknas Bab II Pasal 4. Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Hal tersebut di atas dapat dilakukan dengan selalu meningkatkan dan memperbaharui kemampuan sumber daya manusia dan kurikulumnya, untuk mengevaluasi hasil proses pembelajaran diantaranya denagn dilakukan ‘tracerstudy’ bagi para lulusan (product) untukmemantau relevansi dan ekspektasi yang diinginkan.

14. Bagaimana agar KBK dapat tetap diterapkan?

KBK dapat tetap diterapkan dengan syarat dosen secara kreatif dapat memanfaatkan seluruh sumber daya yang tersedia, walaupun terbatas.

17

Page 19: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

VI. KAJIAN KASUS

Kajian kasus ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara Lembaga Pendidikan Tinggi dengan Lembaga Serifikat Profesi/Asosiasi Profesi. Usaha-usaha terhadap penataan sudah dilakukan sebelumnya, meskipun masih bersifat parsial. Dimasa yang akan datang aturan main tentang segala hal yang berkaitan dengan kurikulum, kompetensi dan sertifikat ditata agar lebih komprehensif dan terintitusi. Tabel di bawah ini menunjukkan contoh di program pendidikan bidang maritim/kepelautan, kedokteran, akuntansi. Contoh berikutnya yaitu kasus bidang biologi yang masih pada tahap identifikasi masalah.

Kurikulum Pendidikan Kepelautan dan Sertifikasi di Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi (SKB Mendikbud dan Menhub. Perhubungan, No. 7/U/SKB/1999, No. KM.83/1999.

1. Izin penyelenggaraan pendidikan kepelautan diberikan oleh Mendikbud, setelah mendapat rekomendasi dari Menhub.

2. Mendikbud melaksanakan pembinaan adminis tratif dan pendidikan, Menhub melaksanakan pembinaan pendidikan keahlian kepelautan.

3. Kurnas MKU ditetapkan oleh Mndikbud, sedangkan MKDK dan MKK ditetapkan oleh Mendikbud setelah mendapat pertimbangan dari Menhub. 4. Tenaga pengajar MKU sekurang-kurangnya berijazah S-1 atau D-IV, sedangkan pengajar MKDK dan MKK sekurang-kurangnya memiliki sertifikat Ahli Nautika Tingkat II atau sertifikat Ahli Teknika Tingkat II, serta memiliki sertifikat Traing of the Trainers sesuai dengan standar Inetrnational Maritim Organization (IMO).Pada tahap akhir pendidikan kepelautan diselenggarakan ujian dalam rangka memperoleh diploma, dan sertifikat kepelautan. Ujian dalam rangka memeproleh diploma diselenggarakan oleh Depdikbud (c.q. PT yang bersangkutan), sedangkan ujian negara kepelautan dalam rangka memperoleh sertifikat keahlian pelaut, diselenggarakan oleh Dephub (atas nama IMO).

Pendidikan Profesi Bidang Kedokteran (kompetensi sebagai dokter, dokter spesialis, dan

1. Bahwa Sistem pendidikan nasional tidak mengatur pendidikan profesi. Untuk menghasil

18

Page 20: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

spesialis konsultan), menurut SKB Mendiknas dan Menkes-Menkesos (No. 3/U/SKB/2001, No. 232/Menkes_Kesos/SKB/III/2001

kan tenaga dokter, dokter spesialis, dan dokter subspesialis (spesialis konsultan) yang ber mutu maka merupakan tanggungjawab organisasi profesi bidang kedokteran.2. Mendiknas bertanggung jawab dalam dalam pengelolaan dan penetapan baku kutu akademik Program Sarjana Kedokteran, yang diarahkan terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan kedokteran sebagai landasan untuk mengikuti program pendidikan profesi bidang kedokteran dan program pasca sarjana bidang kedokteran.3. Menkes-Menkesos bertanggung jawab dalam:

a. Penentuan jumlah dan jenis tenaga dokter, dokter spesialis dan dokter subspesialis sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan;b. Penyediaan dan pembinaan sarana kesehat an sebagai tempat praktek pendidikan profesi kedokteran yang dipergunakan untuk memperoleh profesionalisme dalam setiap jenjang pendidikan profesi bidang kedokteran;

4. Ikatan Dokter Indonesia bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pendidikan profesi kedokteran meliputi: a. Penetapan program studi Profesi Dokter, Dokter-Spesialis dan Dokter Subspesialis (Dokter Spesialis Konsultan); b. Penetapan kurikulum pendidikan profesi bidang kedokteran; c. Penetapan tata cara penyelenggaraan pendi dikan profesi bidang kedokteran, antara lain: (i) penetapan calon peserta didik, (ii) pe netapan persyaratan dan penetapan lembaga penyelenggara pendidikan profesi kedokter an (iii) penetapan kualifikasi pendidik dan penguji, serta (iv) penetapan penyelenggara an ujian nasional;

19

Page 21: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

d. Penetapan sertifikasi bagi lulusan program studi pendidikan profesi bidang kedokteran sebagai dalam negeri maupun luar negeri. e. Penetapan sebutan profesi dalam bidang

kedokteran, singkatannya maupun ke wenangan penggunaannya;

f. Penyajian data calon peserta didik, peserta dan lulusan program studi.

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Akuntansi (SK Mendiknas No. 179/U/2001, Perjanjian Kerjasama Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Ketua Umum Ikatan Akuntan Indonesia)

1. Pendidikan profesi akuntansi merupakan pen didikan tambahan setelah pendidikan program sarjana (S-1) Ilmu Ekonomi. 2. Pendidikan profesi akuntansi diselenggarakan di PT yang sesuai dengan persyaratan, tata cara dan kurikulum yang diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).3. Penyelenggaraan pendidikan profesi akuntansi di PT dilakukan detelah mendapat ijin Dirjen Dikti atas dasar rekomendasi dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan.4. Lulusan pendidikan profesi akuntansi berhak menyandang sebutan profesi akuntansi yang selanjutnya disingkat Ak.5. Ditjen Dikti mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas: a. Pembinaan akademik penyelenggaraan pendidikan profesi;

b. Pembukaan dan penutupan pendidikan profesi akuntansi atas rekomendasi Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntansi atas usul IAI;

c. Penyusunan dan penetapan serta pemutakhir an periodik kurikulum pendidikan profesi akuntansi bersama-sama dengan IAI.

2. IAI mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas:

a. Pengajuan usul pembukaan dan penutup an pendidikan profesi akuntansi;

b. Pelaksanaan evaluasi dan usul penyelengga

20

Page 22: Daftar isi - Universitas Hasanuddin JAWABSKBKDI PT... · Web viewEra globalisasi memberikan tantangan bagi dunia pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi untuk menghasilkan sumber

raan pendidikan profesi;

c. Penyusunan dan usul penetapan kurikulum pendidikan profesi akuntansi;

d. Pemutakhiran kurikulum program pen didikan profesi selambat-lambatnya 5 tahun dengan memperhatikan masukan dari pihak- pihak yang berkepentingan;

e. Pelaksanaan evaluasi kelayakan administratif dan akademik penyelenggara pendidikan profesi akuntansi secara periodik, selambat-lambatnya 5 tahun dengan mem- perhatikan masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan;

f. Penetapan format sertifikat;

g. Penyusunan petunjuk teknis penyelengga raan pendidikan profesi akuntansi yang me liputi persyaratan, tatacara dan kurikulum pendidikan profesi akuntansi.

Kasus pendidikan ilmu Biologi (Kompas, Kamis, 20 Oktober 2005, hal. G, kolom 1 dan 2).

a. Industri makanan belum melirik sarjana biologi.

b. Masalah muncul karena sistem pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di bidangnya belum jelas ukuran-ukuran kompetensi yang dipakai.

c. Proses pembelajaran Biologi belum mengacu pada KBK. Upaya mengadakan kerjasama dengan UKM oleh kelompok Biologi yang akan dibangun supaya mengarah pada pencapaian tujuan kompetensi yang dimiliki lulusan bidang ilmu biologi.

21