daftar isi.docx
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
1. Tujuan Umum..............................................................................................................................2
2. Tujuan Khusus.............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................................................3
A. Konsep teori........................................................................................................................................3
1. Konsep Dasar Teori Keluarga..........................................................................................................3
a. Pengertian..................................................................................................................................10
b. Klasifikasi..................................................................................................................................10
c. Jenis hipertensi..........................................................................................................................11
d. Etiologi......................................................................................................................................12
e. Patofisiologi...............................................................................................................................13
f. Fathway.....................................................................................................................................14
g. Tanda dan gejala........................................................................................................................16
i. Pemeriksaan penunjang.............................................................................................................17
j. Penatalaksanaan.........................................................................................................................17
k. Komplikasi................................................................................................................................20
3. Konsep asuhan keperawatan keluarga...........................................................................................21
a. Pengertian..................................................................................................................................21
b. Tahap-tahap Asuhan Keperawatan............................................................................................22
1) Tahap Pengkajian.......................................................................................................................22
2) Tahap Diagnosa.........................................................................................................................29
4) Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga..............................................34
5) Tahap Evaluasi..........................................................................................................................35
i
BAB III STUDI KASUS...........................................................................................................................36
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................50
A. Kesimpulan....................................................................................................................................50
B. Saran..............................................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.
Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke
waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup
modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat,
merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir
sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat
dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit
non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih
mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan
140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90
mmHg(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin,
semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya.
Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak,
jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit
seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi
bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke
atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu
dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat
dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.
1
B. Rumusan Masalah1. Bagaimana Konsep dasar teori keluarga?2. Bagaimana Konsep teori hipertensi?3. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan keluarga hipertensi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep keluarga dan hipertensi dan bagaimana konsep Asep keluarga hipertensi
2. Tujuan Khususa. Mengetahui Konsep dasar teori keluarga.b. Mengetahui Konsep teori hipertensi.c. Mengetahui Konsep asuhan keperawatan keluarga hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep teori
1. Konsep Dasar Teori Keluarga
a. Pengertian Keluarga
1) Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki /tidak memiliki
hubungan darah / hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu
keluarga (Whall, 1986).
2) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
3) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah /adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998).
b. Bentuk-bentuk Keluarga
1) Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a) Keluarga Tradisional
(1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
(2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah
atau ditinggalkan
(3) Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
(4) Bujang dewasa yang tinggal sendirian
(5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah
dan istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau bekerja
3
(6) Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan dalam
daerah geografis
b) Keluarga Non tradisional
(1) keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa menikah
(2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
(3) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
(4) keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
(5) keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber, dan memiliki pengalaman yang
sama
2) Menurut Anderson Carter
a) Keluarga Inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak kandung atau anak angkat
b) Keluarga besar (ekstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah
c) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
d) Keluarga duda/janda (single family) yaitu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat yang disebabkan
karena perceraian atau kematian
e) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama
f) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
c. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi
keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2005) yaitu
4
1) Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga mengekspresikan kasih
sayang.
2) Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk
nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan-batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai2 budaya keluarga.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan
seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisk, mental, spiritual dengan cara memelihara dan merawat
anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dn kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.Mencari sumber2 penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan hari tua).
5) Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membebaskan anak untuk kelanjutan generasi.
6) Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.
7) Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya
5
d. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.Lima tugas
keluarga yang dimaksud :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
e. Tingkat kemandirian keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat
keluarga dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan
mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari
tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006)
sebagai berikut :
1) Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I /KM I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
2) Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II /KM II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3) Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III /KM III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
6
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4) Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV /KM IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif
f. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
1) Tahap I, Pasangan pemula/baru menikah
Tugas :
a) Saling memuaskan antar pasangan
b) Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak
c) Merencanakan dengan matang jumlah anak
d) Memperjelas peran masing-masing pasangan
2) Tahap II, Keluarga dengan menunggu kelahiran anak
Tugas:
a) Mempersiapkan biaya persalinan
b) Mempersiapkan mental calon orang tua
c) Mempersiapkan berbagai kebutuhan anak
3) Tahap III, Keluarga dengan mempunyai bayi
Tugas:
a) Memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi (ASI ekslusif 6 bln)
7
b) Memberikan kasih sayang
c) Mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan
d) Pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga
baru termasuk siklus hubungan sex
e) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan
4) Tahap IV, Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas:
a) Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan
b) Mulai menanamkan keyakinan beragama
c) Mengenalkan kultur keluarga
d) Memenuhi kebutuhan bermain anak
e) Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar
f) Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
g) Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
5) Tahap V, Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas:
a) Memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya
sekolah
b) Membiasakan belajar teratur
c) Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolahnya
d) Memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting untuk
masa depan anak
e) Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan
sekitarnya
6) Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja
Tugas:
a) Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
b) Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah/kegiatan di luar
sekolah
c) Memberikan kebebasan dalam batasan yang bertanggung jawab
8
d) Mempertahankan komunikasi dua arah
7) Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
a) Mempertahankan keintiman pasangan
b) Membantu anak untuk mandiri
c) Mempertahankan komunikasi
d) Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
e) Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak
8) Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
a) Menjaga keintiman pasangan
b) Merencanakan kegiatan yang akan datang
c) Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
d) Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
9) Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua
Tugas:
a) Saling memberikan perhatian yang menyenangkan antar pasangan
b) Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
c) Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu
d) Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan
yang kekal setelah kehidupan ini
g. Level Pencegahan Perawatan keluarga
Pencegahan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi yaitu
1) Pencegahan primer (primary prevention)
2) Pencegahan sekunder (secondary prevention)
3) Pencegahan tersier (tertiary prevention)
9
2. Konsep Teori Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik di atas 140mmhg dan tekanan darah diastolic di atas 90 mmhg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik> 160 mmhg
dan tekanan diastolic > 90 mmhg ( bruner dan sudarth, 2001)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sisitolik sedikit 140 mmhg atau
diastolic sedikit 90 mmhg ( prince, 2005).
b. Klasifikasi
Join nation comitten on decetion evulition and treatment of high blood pressure,
badan penelitian hipertensi di amerika serikat, menentukan batasan tekanan darah
yang berbeda. Pada laporan tahun 1993, dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan
pada orang dewasa berusia 18 tahun diklasifikasikan sbb.:
No. Kriteria Tekanan Darah
Sistolik diastolik
1.
2.
3.
Normal
Perbatsan (High normal)
Hipertensi
Derajat 1 : Ringan
Derajat 2 : Sedang
Derajat 3: Berat
Derajat 4: Sangat Berat
<130
130-139
140-159
160-179
180-209
≥ 210
<85
85-89
90-99
100-109
110-119
≥ 120
10
c. Jenis hipertensi
1) Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya
diderita oleh sekitar 95% orang.oleh sebab itu, penelitian dan pengobatan
lebih ditunjukkan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh factor berikut ini :
a) Factor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatakan hipertensi jika orang tuanya menderita
hipertensi.
b) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (
jika umur bertambah maka tekanan darah akan meningkat), jenis kelamin
(pria lebih tinggi dari perepuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih).
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( lebih dari 30g), kegemukan atau makan
berlebihan, stress, merokok, minum alcohol, minum obat-obatan.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas, salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renae, yang terjadi akibat
stenosis arteri renalis.kelainan ini dapat bersifat congenital atau akibat
arterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan
rennin, dan pembebtukan angiotensin ii.angiotensin ii secara langsung
11
meningkatkan tekanan darah dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena akan diangkat,tekanan darah akan
kembali normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma yaitu
tumor penghasil epineprin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan kecepatan
denyut jantung dari volume sekuncup dan penyakit cushing, yang
menyebabakan volume sekuncup akibat retensi garam dan pen9ngkatan ctr
karena hipersensipitas sistim saraf simpatis aldosterolime primer
( peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebabnya)
Dan hipertensi yang berkaitan dengan konrosepsi oral juga dianggap
sebagai kontrosepsi sekunder.
3) Hipertensi akibat kehamilan
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestassional adalah jenis
hipertensi sekunder. Hiperetensi gestasional adalah peningkatan tekana darah
( > dari 140 mmHg pada sistolik; < dari 90 mmhg pada diastolic)
Terjadi setelah usia 20 minggu pada wanita non hipertensi dan membaik
pada 12 minggu pasca partum. Hipertensi jenis ini tampaknya terjadi akibat
kombinasi dan peningkatan curah jantung dan peningkatan total veripheral
resis tance ( TPR)
Jika hipertensi terjadi setelah 20 minggu, masuk kedalam kategori
hiperetensi kronik.
Pada preeklamsia tekanan darah tinggi disertai dengan proteninuria ( dari
dalam urine stidaknya 0,3 dalam 24 jam) preeklamsia biasanya terjadi terjadi
setelah usia 20 minggu dan dihubungkan dengan penurunan aliran darah
plasenta dan pelepasan mediator kimiawi yang dapat menyebabkan disfungsi
sel endotel vaskuler di seluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan yang
sangat serius, seperti halnya preeklamsia pada hipertensi kronis.
12
d. Etiologi
Pada umunnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekenan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetic: respon neurologi terhadap sters atau kelainan ekskresi atau traspor na
2) Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengkibatkan
tekanan darah meningkat.
3) Stress karena lingkungan
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan
pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah ferifer. Setelah usia 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga
menyebabkan menrunkan kontraksi dan volume, elastisitaspembuluh darah
menghilang karena menjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah.
e. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontrasi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak
saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia spinalis di torak dan abdomen. Pada saat bersamaan
ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin yang dilepas merangsang pembantukan angiotensin i yang kemudian
di ubah mnjenjadi angiotensin ii vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal, hormone ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
13
intervaskuler semua factor tersebut cenderung mencetus hipertensi. ( brunner dan
suddarth, 2002).
f. Fathway
14
Faktor predisposisi
Merangsang neuron pre ganglion untuk melepaskan asetikolin
Penurunan aliran darah ke ginjal
Pelepasan renin
kortisol dan steroid lainnya disekresi oleh
kelenjar korteks adrenal
Vasokontriksi pembuluh darah
Merangsang sekresi aldosteron
Merangsang pusat vasomotor
Merangsang pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II
Memperkuat
Merangsang serabut pasca-ganglion kepembuluh darah untuk melepaskan norepineprin
Kelenjar medulla adrenal juga terangsang untuk menyekresi
epinefrin
15
Retensi natrium dan air di tubulus
Hipertensi Peningkatan volume intravaskular
Peningkatan resistensi terhadap pemompaan darah ventrikel
Peningkatan beban kerja jantung
Hipertrofi ventrikel kiri
Nyeri dada
Penurunan suplai oksigen ke koroner
Kerusakan vaskular
iskemik miokard
KoronerSistemik
Diagnosa keperawatan : Nyeri akut dan intoleransi
aktivitas
Otak Ginjal
Stroke hemoragik
Obstruksi pembuluh darah otak
Diagnosa keperawatan : Penurunan curah jantung
Nyeri kepala
Gagal ginjal
Diagnosa keperawatan :
nyeri akut
Peningkatan afterload
Vasokontriksi
Disfungsi ginjal
g. Tanda dan gejala
Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala hinga
bertahun-tahun. Gejala jika ada menunjukkan adanya kerudakan vesicular, dengan
manifestasi yang khasdeduai system organ yang divesikulasisasi oleh pembuluh
darah yang bersangkutan. Perubahan patologisa pada ginjal yang dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari ). Dan
azwtoma ( peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin).
Pada pemerikasan fsik, tidak dinumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah dan kasus berat, edema pupil (
esema pada diskus optikus).
Keterlibatan pembuluh darah otak akan menimbulkkanstroke atau seranagn
iskemik transien (transient ischemic attack, TIA). Yang bermanifestasi sebagai
paralisis sementera pada saut sisi (hemiplegia). Atau gangguan tajam
penglihatan. ( smeltzer).
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, behkan terkadang timbula tampa gejala. Secaara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi adalah sbb:
1) Sakit kepala
2) Rasa pegal dan tijak nyaman pada tengkuk
16
3) Perasan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.
4) Berdebar atau setak jantung cepat
5) Teling berdenging.
Crowin (2000) menyebut bahwa sebagian sebagian besar gejala klinis timbul
ginjalsetelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Berupa:
1) Nyeri kepala saat terjaga, terkadang di sertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakarnial.
2) Penglihatan kabur akibat kekrudakan retina akibat hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf fusat.
4) Noktoria karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan pupiler
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah darih hidung secar tiba-tiba, tengkuk terasa
ppagal dan lain-lain.
i. Pemeriksaan penunjang1) Laboratorium
a) Albuminuria pada hipertensi Karen kelainan parenkim ginjal
b) Kreatinin serum dan BUN meningakt pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal, ginjal dengangagal ginjalakut.
c) Darah perifer lengakap.
d) Kimia darah ( kalium,natrium, kreatinin, gula darah puasa).
2) EKG
a) Hipertropi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miokard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
3) Foto tontgen
a) Betuk dan besar janturng noothing dari iga pada koraktasi aorta.
b) Pembendungan, lebarnya paru.
c) Hipertropi parenkim ginjal
17
d) Hipertrofi vesicular ginjal
j. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalkasanan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortaliata serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekana sistolik dibawah
140 mmhg dan tekana diatolik dibawah 90mmhg dan mengontrol factor resiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anti
hipertensi.
Ponata laksanaan factor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-
farmokologis. Antara lain:
1) Pengaturan diet.
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan/atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki
keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
klien hipertensi. Dengan pengurangan konnsumsi garam dapat
menngurangi sti,ulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpontensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan atrium yang dianjurkan
50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram gram/hari
b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh eksida nitrat pada dinding
vaskular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagaian orang, dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekan darah, kemungkinan dengan mengrangi beban kerja
jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukkan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri
18
jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan
tekanan darah. Penurunan berata badan ( 1 kg/Minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunaka obat-obatan perlu menjadi
perhatina khusus karena umunya obat penurun berat badan yang terjual bebas
mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan rekanan darahaa,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksas serrbasi
aritmia.
3) Olah raga
Olah raga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda, bermanafaat
untuk menurunkan tekan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga
isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, fasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak
3-4 kali dalam satu Minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan
darah. Olah raga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi
terbentuknya arteriosklerosis akibat hipertensi.
4) Memperbaki gaya hidup yang kurang sehat.
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkat kerja
jantung.
Penataklasanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah
sebagai berikut:
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan:
a) Diuretik: chlorthalidon, hidromox, lasix, aldakton, direniyum, diuretik,
bekerja melalui mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan
mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai
diuretik ( tiazid) juga dapat juga menurunkan TPR.
19
b) Penyekat saluraan kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau
arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang dibuuhkan untuk
kontarsi. Sebagai penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk
saluran lambat kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebih sffesifik
untuk saluran kalsium otot polos vaskular. Dengan demikian, berbagai
penyekat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.
c) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor AC berungsi
untuk menurunkan angiotensin2 dengan menghambat enzim Yang
diperlukan untuk mengubah angiotensi 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi
ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan
secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosteron, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran atrium pada Turin kemudian
menurunkan volume plasma dan curah jantung. Inhiibitor AC juga
menurunkan tekanan darah dengan efek bradikinin yang memanjang,
yang normalnya memecah enzim. Inhibitor AC dikontra indikasi untuk
kehamilan.
d) Antagonis (penyekat) reseptor beta ( β-blocker), terutama penyekat
selektif bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menirunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.
e) Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptor alfa di otot
polos vaskular yang secara normal berespon terhadap rangsangan saraf
simpati dengan vasokosntriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
f) Vasodilator arteriola langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.
Misalnya, atrium, nitrofrusida, nikardifin, hidralazin, nitrogliserin.
g) Hipertensi gestasional dan preeklamsia-eklamsia membaik setelah bayi
lahir
k. Komplikasi
1) Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekan darah tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajang
20
tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis. Apibila
arteri yang memperdayai otak mengalami hipetropi dan penebalan, sehingga
aliran darah ke area otak yang diperdarai berkurang. Arteri otak yang
mengalami ateroslerrosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneorisma.
2) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang Menhamabat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada
hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat dipenuhi.dan dapat terjadi iskemia jantung atau dapat
menyebabkan infak demikian juga hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan
perubahan Wat hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia
hipoksia jantung, dan oeningakatan resik peningaktan bekuan
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
ada kapiler glomerulus ginjal. Dengan merusaknya glomerulus aliran darah
ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut kehipoksik dan kematian.
Demam rudaknya membran glomerulus protein akan keluar melalui urun
sehingga tekan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema
yang sering dijumpai pada hipertensi kronis
4) Ensifalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
(malighna) atau hipertensi yang meningkat, cepat, danberbahaya. Tekanan
yang sangat tinggi pada Kelantan ini menyebabkan pemingkatan kapiler dan
mendorong cairan keruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat Neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi, serta kematian.
5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat perpusi plasenta yang tidak adekuat
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang
selama atau sebelum proses persalinan.
21
3. Konsep asuhan keperawatan keluarga
a. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks gengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga
Tahapan dari proses keperawatan keluaarga meliputi
1) Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga.
a) Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah:
(1) Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural
(2) Data lingkungan
(3) Struktur dan fungsi keluarga
(4) Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga
(5) Perkembangan keluarga
b) Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota
keluarga adalah:
(1) Fisik
(2) Mental
(3) Emosi
(4) Sosial
(5) Spirtual
2) Perumusan diagnosis keperawatan.
3) Penyusun perencanaan
Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan,
identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan.
4) Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-
sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah
5) Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan.
22
b. Tahap-tahap Asuhan Keperawatan
1) Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan
metode :
a) Wawancara keluarga
b) Observasi fasilitas rumah
c) Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
d) Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan
sebagainya.
Hal-hal yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:
a) Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
(1) Nama kepala keluarga (KK)
(2) Alamat dan telepon
(3) Pekerjaan kepala keluarga
(4) Pendidikan kepala keluarga
(5) Komposisi Keluarga
(6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah2 yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
(7) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
(8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg dapat
mempengaruhi kesehatan.
(9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
23
sosial ekonomi ditentkan pula oleh kebutuhan2 yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang2 yg dimiliki oleh keluarga , siapa yg mengatur
keuangan.
(10) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi
bersama2unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi.
b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga ini.
Contoh:
Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7
tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada
pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.
(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
(3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap
pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan
yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
(4) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
24
c) Pengkajian lingkungan
(1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic
tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
(2) Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
(3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan
masyarakat.
(5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik,
fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas
sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
d) Struktur Keluarga
(1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga.
(2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.
(3) Struktur peran
25
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
(4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,
yang berhubungan dengan kesehatan.
e) Fungsi Keluarga
(1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
(2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
(3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga
didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluaarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah:
(a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
26
mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
(b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji
adalah:
(1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah
(2) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga
(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang di
alami
(4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit
(5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan
(6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
ada
(7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
(8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah
(c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya (sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara
perawatannya)
(1) Sejauh mana keluar mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang di butuhkan
(2) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang
di perlukan untuk perawatan
(3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber
keuangan/Finansial, fasilitas fisik, psikososial)
(4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
27
(d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji
adalah:
1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga yang
dimiliki
2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat
pemeliharaan lingkungan
3) Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene
sanitasi
4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga
(e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat, hal
yang perlu dikaji adalah:
(1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan
(2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang dapat di
peroleh dari fasilitas kesehatan
(3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
dan fasilitas kesehatan
(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang baik
terhadap petuga kesehatan
(5) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga
(4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
(a) Berapa juamlah anak
(b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
(c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlsh anggota keluarga
(5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
28
(a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
(b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
f) Stress dan Koping keluarga
(1) Stresor Jangka pendek dan panjang
(a) stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan
(b) Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan
(2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi /stressor
(3) Strategi koping yang di gunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
(4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan
bila menghadapi permasalahan
g) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik klinik.
h) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
2) Tahap Diagnosa
a) Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
29
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang
akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi
perawatan keluarga.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:
(1) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan. Sebagai contoh:
(a) Gangguan nutrisi
Kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga Bapak Y
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan masalah kekurangan nutrisi.
(b) Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu S) keluarga Bapak
Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan keterbatasan gerak ( rematik).
(c) Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) Berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran
sebagai suami.
(2) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang
tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
Sebagai contoh:
(a) Risiko terjadi konflik pada keluarga Bapak I berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
komunikasi.
(b) Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N) keluarga
Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
melakukan stimulasi terhadap balita.
30
(c) Risiko gangguan pergerakkan pada lansia ( Ibu Y) keluarga
Bapak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
(3) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa
keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.
Sebagai contoh:
(a) Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu
M) keluarga Bapak K.
(b) Potensial peningkatan status kesejahteraan pada bayi keluarga
Bapak X.
(c) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru
menikah keluarga Bapak I.
(4) Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
(menurut Ballon dan Maglaya, 1978).
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah
Skala:
- Aktual (Tidak/Kurang sehat)
- Ancaman kesehatan
- Keadaan Sejahtera
3
2
1
1
2. Kemungkinan Masalah
Skala:
- Mudah 2
31
- Sebagian
- Tidak dapat
1
0
2
3. Potensial Masalah untuk Dicegah
Skala:
- Tinggi
- Cukup
- Rendah
3
2
1
1
4. Menonjolnya Masalah
Skala:
- Masalah berat harus segera ditangani
- Ada masalah, tapi tidak perlu
ditangani
- Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
Skoring:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.
Skor X Bobot
Angka tertinggi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:
32
Kriteria 1:
Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena
yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan
oleh keluarga.
Kriteria 2:
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya
faktor2 sebagai berikut:
1. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
2. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu.
3. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan
sokongan masyarakat.
Kriteria 3:
Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah .
2. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
3. Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
4. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
Kriteria 4:
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai Skor yang tertinggi yang terlebih
dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.
33
3) Tahap Intervensi/Tahap Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang
ditetapkan.
4) Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
(1) Memberikan informasi
(2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
(3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
(1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
(3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara:
(1) Mendemonstrasikan cara perawatan
(2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
(3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
34
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
(1) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga
(2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungk
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara:
(1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada
(2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5) Tahap Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana
baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu
kali kunjungan ke keluarga.
Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan nyerinya
berkurang.
O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
pada tahapan evaluasi .
35
Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir
BAB III
STUDI KASUS
TANGGAL 7 OKTOBER 2007
1. Pengkajian
DATA UMUM
Nama kepala keluarga: Bpk Jen
Usia : 46 Thn
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : RT 05 Desa Labulia Kecamatan JONGGAT.
Daftar anggota keluarga
NO NAMA L/P Usia Hubungan pendidikan pekerjaan Status kesehatan
1 Jen L 46 KK S1 Pns Sehat
2 Tika P 39 Istri SMP Irt Sakit Hipertensi
3 Wiwik P 21 Anak S1 Pelajar Sehat
4 Wawan L 16 Anak SMA Pelajar Sehat
36
5 Atin P 10 Anak SD Pelajar Sehat
6 Rokyan L 4 Anak - - sehat
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Meninggal laki-laki
: Perempuan : Meninggal Perempuan
: Anggota keluarga yang sakit
Tipe keluarga: nuclear famil( keluarga inti) yang terdiri atas ayah dan ibu
a. Kewarganegaraan/ suku bangsa : Indonesia/sasak
b. Agama : agama yang dianut adalah islam
c. Status social ekonomi keluarga : Penghasilan Bpk. Jen sekitar Rp.3.500.00/bulan
d. Aktivitas rekreasi keluarga :
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton TV dan kadang-
kadang pergi rekreasi ke tempat liburan.
2. Riwayat Perkembangan keluarga
a. Saat ini keluarga bapak jen berada pada fase keluarga dengan usia produktif
(pasangan usia subur)
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu tika menderita hipertensi setelah kontrol di Psi desa Labulia, dan ibu dari Ibu
etika juga mengalami Hipertensi.
37
c. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya ( yang lalu)
Tidak ada masalah hanya sakit batuk pilek yang kadang-kadang terjadi dan tidak ada
yang menderita penyakit serius sampai harus di bawa ke usah sakit.
3. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Luas bangunan rumah yang di tempati sekitar 48 m2 (4 m x 12 m), terdiri atas 1
ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang dapur, dan 2 kamar mandi. Dan di depan ada teras
rumah. Bangunan rumah berbentuk rumah segi empat. Lantai rumah terbuat dari
semen dengan keadaan cukup bersih dan penataan alat atau perabot rumah tangga dan
cukup rapi. Penerangan dan ventilasi cukup. Khusus penerangan dan ventilasi dalam
kamar memadai. Sumber air dan air minum menggunakan sumur. WC menggunakan
septik tang terletak di belakang rumah. Di depan rumah terdapat halaman seluas 3x16
m2.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RT.
Keluarga Bpk. Jen hidup di lingkungan pedesaan. Sebagian besar dari tetangga di
lingkungan tempat tinggal keluarga Bpk. Jen adalah penduduk Asli yang merupakan
pekerja sebagai Petani, dan pekerja Bangunan. Interaksi antara warga banyak
dialkukan pada waktu sore dan malam hari, dikarenakan pada pagi hari umumnya
warga bekerja.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Bpk Jen sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak tahun 1999, yaitu
setelahir anak keduanya sampai sekarang, tempat tinggalnya berdampingan dengan
saudaranya.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Keluarga termasuk anggota masyarakat aktif dalam mengkudu kegiatan masyarakat,
dengan keluarga di lingkungan sekitar saling berinteraksi dengan baik. Isteri bapak
Jen yang menderita Hipertensi juga seorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Keluarga bapak Jen ada 6 orang, terdiri atas suami, istri, dan empat orang anak.
Fasilitas penunjang kesehatan dari Askes.
4. Struktur Keluarga
38
a. Pola komunikasi keluarga
Diantara anggota keluarga terbina hubngan yang harmonis. Dalam menghadapi satu
permasalahan biasanya selalu dilakukan dengan musyawarah keluarga sebelum
diputuskan satu permasalahan keluarga. Komunikasi dilakukan dengan sangat
terbuka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang teridri dari suami istri dan empat orang anak
yang satu sama lainyya memerhatikan.
c. Struktur peran Keluarga
1) Bpk . Jen sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangga.
2) Ibu etika sebagai ibu rumah tangga
3) Wiwik sebagai anak pertama duduk dibangku kulyah, awan anak kedua duduk di
bangku kelas 3 SMA, Tin duduk di bangku kelas 4 SD dan Rokyan Belum duduk
di bangku sekolah
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam
agama islam yang dianutnya serta norma masyarakat yang ada di sekitarnya.
Keluarga ini mengannggap penyakit hipertensi yang diderita ibu Tika adalah penyakit
Keturunan. Upaya untuk mengendalikan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
TD di pustu, tapi tidak rutin dilakukan oleh ibu Tika.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi aktif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga.
b. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga
juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam
masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi,
hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan
39
akibat penykakit hipertensi , kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga
terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang terjadi
pada penyakit hipertensi keluarga tidak mengetahui langkah-angkah yang harus
dilakukan dalam mencegah hipertensi.
d. Fungsi reproduksi
Bpk. Jen berusia 46 Thn dan Ibu TikA 39 Thn merupakan usia Produktif keluarga
menggunakan kontrasepsi Sunik.
e. Fungsi Ekonomi
Bpk. Jen bekerja sebagai PNS dan ibu dia sebagai ibu rumah tangga memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari
6. Stres dan Koping Keluarga
a. Stressor yang dimiliki
Stressor yang dirasakan oleh keluarga Bpk. Jen adalah penyakit Hipertensi yang
diderita Istrinya
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang di derita oleh istrinya karena
sudah berobat ke putu
c. Strategi koping yang digunakan
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah
d. Strategi adaptasi disfungsional
Ibu tika sejak dinyatakan menderita hipertensi merasakan sampai sekarang
penyakitnya belum sembuh.
7. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, terutama yang diidentifikasi
sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawanan keluarga.
a. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum ibu Tika masih kuat, dan badannya sedang dan makan minum masih
dalam batas normal. TTV 150/100 mmHg, RR 18X/menit, Suhu 36,50C, BB 64 Kg.
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
1) Kepala leher. Pada pemeriksaan kepala tidak di temukan kelainan bentuk kepala
normal
40
2) Leher. Pada leher tidak namapak adanya peningkatan vena jugularis dan arteri
carotis tidak teraba adanya pembesarankelenja tiroid.
3) Mata.konjungtiva tidak terlihat anemia, tidak ada katarak, penglihatan masih baik.
4) Telinga. Pendengaran masih normal.
5) Hidung. Tidak ada kelainan yang ditemukan.
6) Mulut tidak ada kelainan di mulutnya
7) Dada. Pergerakan dada simetris suara jantung normal.
8) Abdomen. Pada pemriksaan abdomen tidak ditemukan adanya pembesaran hepar,
tidak kembung, pergerakan peristaltik usus baik, dan tidak ada bekas luka operasi
9) Ekstremitas atas dan bawah. Pada ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat
edema, tidak terjadi kelumpuhan, dan dari keempat ekstremitas mampu
menggerakkan persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna.
8. Harapan keluarga
Keluarga Bpk Jen berharap TD istrinya tetap dalam nilai yang normal sehingga dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, dan tidak akan terjadi akibat yangburuk
dari hipertensi yang diderita istrinya.
ANALISA DATA
NO Data Etiologi Masalah
1 Data subjektif:
a. Bpk. Jen mengatakan ibu
Tika Sudah lama mengeluh
sering pusing, dan sakit
tengkuk, dan oleh perawat
pustu dinyatakan hipertensi.
b. Ibu Tika mengatakan ibunya
juga menderita Hipertensi
c. Keluarga mengatakan kurang
memahami cara merawat ibu
Tika
Tekanan darah
meningkat
Kurang
pengetahuan
keluarga tentang
Nyeri
41
d. Makanan ibu Tika sama
dengan keluarga yang lain
Data objektif:
a. Usia ibu Tika 39 Thn.
b. Ibu Tika terlihat sering
memegangi kepala bagian
belakang dan kadang-kadang
terlihat meringis
c. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan:
Tekanan darah
150/100mmHg. Nadi 85
kali/menit, pernafasan 18
kali/menit dan suhu 36,50C
1) Berat badan (BB) 64 Kg.
Tinggi badan (TB)155
cm.
2) Oleh perawat pustu ibu
tika diberikan obat
hipertensi.
3) Keluarga tidak mampu
mengontrol makan ibu
etika.
merawat anggota
keluarga yang
sakit
2 Data subyektif
1. Ibu tika mengatakan khawatir
tensinya semakin tinggi
2. Keluarga mengatakan kurang
memahami cara mengenal
masalah ibu tika yang
Kurang
pengetahuan
keluarga tentang
merawat anggota
keluarga yang sakit
Cemas
42
khawatir tensinya akan
bertambah tinggi.
3. Bpk Jen dan keluarga
mengatakan kurang
memahami cara merawat ibu
tika
4. Makanan ibu tika sama
dengan keluarga yang lain.
Data subyektif:
1. Ibu tika terlihat bingung
2. Wajah ibu etika kadang kadang
terlihat pucat
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan:
Tekanan darah
150/100mmHg. Nadi 85
kali/menit, pernafasan 18
kali/menit dan suhu 36,50C
2. Diagnosa keperawanan.
1) Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
2) Gangguan rasa aman ( cemas ) terhadap kompliksi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dan mengenal masalah anggota keluarga
dengan hipertensi
Skoring prioritas masalah.
1. Diagnosa keperawatan keluarga I
Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
43
NO KRITERIA PERITUNGAN SCORE PEMBENARAN
1 Sifat masalah
tidak /ancaman
kesehatan
3 x 1
3
1 Nyeri kepala yang dirasa karena
peningkatan tekanan vaskuler
serebral
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah sebagian
2 x 2
2
1 Dengan kontrol yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah
3 Potensial
masalah untuk
dicegah cukup
2 x 1
2 2
3
Rasa nyeri dapat dikurangi melalui
pengobatan dan perawatan yang tepat
4 Menonjolnya
masalah-masalah
berat harus
segera ditangani
2 x1
2
1 Keluarga menyadari ibu tika
hipertensi mempunyai masalah
dampak sehingga keluarga segera
mengatasi masalah tersebut
Jumlah 3 2
3
2. Diagnosa keperawatan keluarga II
Gangguan rasa aman ( cemas ) terhadap kompliksi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dan mengenal masalah anggota keluarga dengan
hipertensi
NO KRITERIA PERHITUNNGAN SCORE PEMBENARAN
1 Sifat masalah
keadaan masalah
2 x 1
3
2
3
Rasa cemas menyebabkan
peningkatan TD yang
dapat memperburuk
keadaan
44
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah sebagian
1 x 2
2
1 Pemberian penjelasan yang
tepat dapat membantu
menurunkan rasa cemas
3 Potensial masalah
untuk dicegah
cukup
2 x 1
3
2
3
Penjelasan dapat
membantu mengurangi
rasa cemas
4 Menonjolnya
masalah-masalah
tidak perlu
ditangani
1 x 1
2
1
2
Keluarga menyadari
dengan mematuhi diet
yang dianjurkan dapat
mengurangi rasa cemas ibu
tika
Jumlah 2 5
6
Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat diketahui prioritas
permasalahn keluarga bapak jen adalah sebagai berikut
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
b. Gangguan rasa aman ( cemas ) terhadap kompliksi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dan mengenal masalah anggota keluarga
dengan hipertensi
NO
DX. KEP
KELUARGA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI
INTERVENSIUMUM
KHUSUS
KRITERIA
STANDART
1 I Setelah Setelah Demonstras Keluarga 1.Berikan penjelasan
45
dilakukan
tindakan
keperawata
n rasa nyeri
teratasi/hila
ng
dilakukan
kunjungan
rumah 3x
diharapak
an
keluarga
mampu
memberik
an
keperawat
an pada
Ibu tika
dengan
nyeri
sekunder
hipertensi
i dapat
mendemonstra
sikan cara
mengurangi
dan mencegah
trerjadinya
nyeri dengan
benar dengan
teknik
relaksasi,
kompres
dingin pada
kepala bagian
belakang dan
menghindari
perubahan
posisi secara
mendadak dan
pengobatan
secara teratur
pada keluarga
tentang cara
mengurangi/menceg
ah terjadinya nyeri
2. Demonstrasikan
pada keluarga
tentang cara
mengurangi nyeri
3.Berikan penjelasan
pada keluarga tentang
diet yang sesuai
dengan penderita
hipertensi yaitu diet
rendah garam, rendah
lemak dan kolesterol
4. Anjurkan pada
keluarga untuk
mengkonsumsi
makanan sesuai
dengan diet hipertensi
5. Anjurkan pada
keluarga untuk jadwal
tidur ibu tika
6. Anjurkan
pada keluarga
memeriksakan ibu
tika secara teratur
II Setelah
dilakukan
Setelah
dilakukan
Demonstr - Periksa
secara teratur
1.Berikan
penjelasan pada
46
tindakan
keperawata
n
diharapkan
rasa takut
teratasi/hila
ng
kunjunnga
n rumah
3x
diharapak
n keluarga
mampu
memberik
an
perawatan
pada ibu
tika
asi ke pelayanan
kesehatan
- Ungkapan
ibu tika tidak
takut
- Wajah ibu
tika tamapak
relaks
keluarga tentang
diet yang sesuai
untuk penderita
hipertensi yaitu
diet rendah garam,
rendah lemak dan
kolesterol
2. Anjurkan pada
keluarga untuk
mengkonsumsi
makanan sesuai
dengan diet
hipertensi
3. Anjurkan pada
keluarga untuk
jadwal tidur ibu
tika
4. Anjurkan
kepada keluarga
memeriksakan ibu
etika secara teratur
4. Implementasi Keperawatan Keluarga
No Tanggal Dx
Keperawatan
Tujuan Khusus Implementasi TTD
1 I, II Setelah dilakukan
kunjungan rumah 3x
diharapkan keluarga
mampu memberikan
perawatan bagaimana
1. Memberikan penjelasan pada
keluarga tentang cara mengurangi
dan mencegah terjadinya nyeri
dengan benar, dengan teknik
relaksasi, kompres dingin pada
47
cara mengurangi rasa
nyeri
Setelah dilakukan
kunjungan rumah 3x
diharapkan keluarga
mampu memberikan
perawatan pada ibu tika
dengan hipertensi
dengan memperhatikan
diet, pola tidur dan
control secara teratur
kepala bagian belakang dan
menghindari perubahan posisi
secara mendadak
2 Mendemonstrasikan pada
keluarga tentang cara mengurangi
nyeri dengan cara : pada saat ada
nyeri menarik nafas panjang
ditahan sebentar kemudian
dikeluarkan secara perlahan-lahan
3. Menganjurkan pada keluarga
memerikasakan ibu tika secara
teratur setiap minggu dan minum
obat secara teratur.
4. Memberikan penjelasan
pada keluarga tentang diet yang
sesuai dengan hipertensi pada
makanan yang diberikan ibu tika
harus benar-benar rendah garam,
mengurangi makanan berlemak
5. Menganjurkan pada
keluarga untuk mengatur jadwal
tidur pada sore hari sebaiknya
digunakan untuk istirahat
Catatan Perkembangan
No Tanggal Dx Keperawatan
Catatan Perkembangan TTD
1. I S :Keluarga mengatakan sudah memahami
tentang cara mengurangi/mencegah terjadinya nyeri
kepala
48
O : Keluarga dapat mengungkapkan kembali cara
mengurangi/mencegah terjadinya nyeri kepala
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan ibu tika dan keluarga melakukan
teknik relaksasi
- Anjurkan ibu tika dan keluarga menghindari
perubahan posisi secara mendadak
- Anjurkan ibu tika dan keluarga untuk
mengkonsumsi makanan sesuai diet hipertensi
- Anjurkan pada keluarga mengontrol secara
teratur
2. II S : Keluarga mengatakan sudah memahami
tentang cara merawat keluarga dengan hipertensi
dengan memperhatikan diet, pola tidur dan control
secata teratur
O : - Keluarga dapat mengungkapkan kembali
cara merawat keluarga hipertensi dengan
memperhatikandiet, pola tidur dan control teratur
- Makanan yang disajikan untuk ibu tika sama
dengan anggota keluarga yang lain
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan ibu tika dan keluarga untuk
mengkonsumsi sesuai diet hipertensi
- Anjurkan pada keluarga mengontrol secara
49
teratur
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh
banyak faktor risiko.
Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan
presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena
penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita
yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi
hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol
pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
B. SaranUntuk menurunkan resiko hipertensi, pasien dan keluarga yang menderita hipertensi
hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola
gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-
lain
50
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok,Wahit Iqbal. Dik. 2012. Ilmu keperawanan komunitas konsep dan teori aplikasi. Jakarta: Salemba medika
51