daftar pertanyaan wawancara · 5. pertanyaan : apa saja dasar hukum dalam penerbitan surat tagihaan...
TRANSCRIPT
Lampiran A1
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Nama Narasumber : Ari Marlianto
Jabatan Narasumber : Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pulogadung
Tempat Wawancara : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pulogadung
1. Pertanyaan : Apa Visi didirikannya Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Pulogadung?
Jawaban : Visi Direktorat Jenderal Pajak adalah Menjadi Institusi Penghimpun
Penerimaan Negara yang terbaik demi menjamin Kedaulatan dan
Kemandirian Negara.
2. Pertanyaan : Apa Misi didirikannya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Pulogadung?
Jawaban : Misi Direktorat Jenderal Pajak
Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri
dengan:
1. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak
sukarela yang tinggi dan penegakan hukum yang adil
2. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan
pemenuhan kewajiban perpajakan
3. Aparatur pajak yang berintegritas kompeten dan profesional, dan
4. Kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja
3. Pertanyaan : Apa fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pulogadung ?
Jawaban : Fungsi Kantor PelayananPajak Pratama Jakarta Pulogadung adalah
Pengumpulan, pencairan dan pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, pengamatan potensi perpajakan penyajian informasi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek
Pajak Bumi dan Bangunan dan ekstensifikasi Wajib Pajak.
4. Pertanyaan : Apa yang menjadi layanan keunggulan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Pulogadung?
Jawaban : Layanan Keunggulan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Pulogadung tahun 2019 ini adalah Penyederhanaan kewajiban
menyampaikan SPT.
5. Pertanyaan : Apa saja dasar hukum dalam penerbitan Surat Tagihaan Pajak (STP)
Jawaban : Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 145PMK.032012 tanggal September 2012 tentang
Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan
Pajak, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
24/PMK.03/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan
Penagihan Seketika dan Sekaligus, Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor 27/PJ/2012 tanggal 13 Desember 2012 tentang Bentuk dan
Isi Nota Penghitungan, Bentuk dan Isi Surat Ketetapan Pajak Serta
Bentuk dan Isi Surat Tagihan Pajak.
6. Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) pada
Seksi Pengawasan dan Konsultasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Pulogadung ?
Jawaban :
a) Account Representative melakukan identifikasi terhadap data-
data yang akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak (tidak termasuk
Pasal 19 ayat (1) dan (2) UU KUP). Dalam hal Surat Tagihan
Pajak yang akan diterbitkan adalah Surat Tagihan Pajak Pasal 19
ayat (1) dan (2) UU KUP, maka kewenangan menerbitkan Surat
Tagihan Pajak ada di Seksi Penagihan ( SOP Tata Cara
Penerbitan Surat Tagihan Pajak Bunga Penagihan).
b) Account Reperesentative membuat Nota Penghitungan dan Surat
Tagihan Pajak. Dalam hal Surat Tagihan Pajak yang akan
diterbitkan adalah Surat Tagihan Pajak Denda Penagihan, maka
Account Representative membuat Nota Penghitungan dan Surat
Tagihan Pajak jika : Wajib Pajak tidak mengajukan banding atas
Keputusan Keberatan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima, Putusan
Banding menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib
Pajak yang menyebabkan menambah jumlah pajak yang masih
harus dibayar.
c) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan
menandatangani Nota Penghitungan.
d) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan melakukan
persetujuan (approve) penerbitan Surat Tagihan Pajak dan
menyampaikan kepada Kepala Seksi pelayanan.
e) Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan
untuk mencetak Surat Tagihan Pajak yang telah disetujui
f) Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak Surat Tagihan Pajak dan
menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.
g) Kepala Seksi Pelayanan atau Pejabat yang Berwenang meneliti
dan menandatangani Surat Tagihan Pajak, selanjutnya
menyerahkan kembali kepada Pelaksana Seksi Pelayanan untuk
diproses lebih lanjut.
h) Pelaksana Seksi Pelayanan menatusahakan dan menyampaikan
Surat Tagihan Pajak ke Wajib Pajak, Seksi Penagihan dan Seksi
Pengawasan dan Konsultasi sesuai dengan SOP Tata Cara
Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak dan SOP Tata Cara
Penyampaian Dokumen di KPP.
i) Proses selesai.
7. Pertanyaan : Apa alasan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak (STP)?
Jawaban : Alasan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak (STP) karenaWajib Pajak
lalai dalam melakukan salah satu kewajiban perpajakannya dan
masih sering melakukan keterlambatan pembayaran pajak. Untuk
menegaskan kepada Wajib Pajak yang mengalami
keterlambatan pembayaran pajak tersebut, maka akan diberikan
Surat Tagihan Pajak (STP).
8. Pertanyaan : Apa saja Sanksi dalam Surat Tagihan Pajak (STP)?
Jawaban : Sanksi Berupa Bunga yaitu Sanksi ini diberikan kepada Wajib Pajak
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari jumlah
nominal yang terdapat di Surat Tagihan Pajak dan Sanksi Berupa
Denda yaitu Sanksi ini diberikan apabila Wajib Pajak telat lapor.
Sanksi ini berupa denda Denda Rp 500.000,00 untuk SPT Masa
PPN, Rp 100.000,00 untuk SPT Masa lainnya, Rp 1.000.000,00
untuk SPT tahunan PPh Badan dan Rp 100.000,00 untuk
SPT Tahunan PPh OP.
9. Pertanyaan : Siapa saja pihak yang terlibat dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak
(STP)?
Jawaban : Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi, Kepala Seksi Pelayanan,
Account Representative, Pelaksana Seksi Pelayanan, Wajib Pajak.
10. Pertanyaan : Apa saja kendala dalam pelaksanaan penerbitan Surat Tagihan
Pajak (STP)?
Jawaban :
a) Para Pegawai kadang-kadang mengalami masalah pada jaringan
terutama pada siang hari, yakni ketika saat penggunaan aplikasi
SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak) sedang
banyak-banyaknya. Jaringan juga kadang-kadang dilakukan
perbaikan, maintenance oleh Kanwil (Kantor Wilayah), oleh
Kantor Pusat DJP, maupun oleh KPP sendiri, yang
mengakibatkan pekerjaan menjadi terhambat. Permasalahan
tersebut terjadi karena salah satu penyebabnya adalah pasokan
,