daging yang tidak diketahui siapa penyembelihnya
TRANSCRIPT
-
8/15/2019 Daging Yang Tidak Diketahui Siapa Penyembelihnya
1/3
Daging Sembelihan Yang Tidak Diketahui Siapa
Yang Menyembelihnya
Ketika ada Darul Islam, maka orang murtad tidak diakui hidup di dalamnya; di mana dia
hanya punya pilihan dibunuh atau kembali kepada Islam, sehingga yang tinggal di DarulIslam hanyalah kaum muslimin yang sudah jelas sembelihannya adalah halal walaupun tidak
diketahui apa si Zaid atau si Amar yang menyembelihnya, dan orang-orang kafir dzimmi Ahli
kitab yang sembelihannya halal pula atau kafir dzimmiy yang bukan ahli kitab yang haram
sembelihannya yang mana mereka punya pasar tersendiri. Sehingga di Darul Islam tidak akan
diperkenankan masuk ke dalam pasar kaum muslimin. Barang-barang yang haram berupa
bangkai, sembelihan yang tidak halal bagi orang Islam, Khamr dan yang lainnya. Sehingga
setiap muslim tidak ragu perihal kehalalan daging hewan yang dijual di pasar mereka.
Namun ketika yang menguasai kendali urusan di sini adalah orang-orang murtad yang
memerintah dengan hukum kafirnya yang mengaku muslim, dan orang-orang murtad dan
kafir musyrik lainnya diakui hidup di dalamnya, dan standar kehalalan sembelihan adalahhanya sekedar mengaku Islam dan membaca basmalah walaupun orang itu adalah thaghut
atau anshar thaghut yang nyata kekafirannya atau orang murtad yang nyata kemurtaddannya,
sehingga sembelihan itu diperkenankan dijual di pasar kaum muslimin. Dan kita pun saat
mau membeli daging sembelihan bingung dan tidak tahu apa yang akan kita beli ini
sembelihan orang muslim ataukah sembelihan orang murtad atau orang musyrik non ahli
kitab, dan apakah yang kita makan beli di warung itu benar sembelihan orang muslim atau
bukan?
Kalau kita mengetahui bahwa itu adalah sembelihan orang muslim dan kita ragu atau tidak
mengetahui apa dia membaca basmalah atau tidak, maka kita membaca bismillah dan
memakannya, berdasarkan hadits Aisyah Radliallahu „anha:
ج ح
“Bahwa orang -orang berkata kepada Nabi Shalallahu „alaihi wa Sallam: sesungguhnya
suatu kaum datang kepada kami dengan membawa daging sedang kami tidak mengetahui
apakah mereka itu menyebut nama Allah saat menyembelihnya ataukah tidak? Maka Nabi
berkata: Sebutlah nama Allah terhadapnya oleh kalian dan makanlah.” (HR. Al Bukhari)
Orang yang menyembelihnya jelas orang muslim sebagaimana di dalam lanjutan hadits
Aisyah Radliallahu „anha berkata:
“Sedang mereka itu orang -orang yang masih dekat dengan masa kekafiran.” Maksudnya
mereka itu baru masuk Islam yang belum mengetahui kewajiban membaca bismillah. Dan di
dalam satu riwayat:
ة ه ه
-
8/15/2019 Daging Yang Tidak Diketahui Siapa Penyembelihnya
2/3
“Sesun gguhnya orang-orang yang masih dekat dengan masa kejahiliyyahan.”
Imam Malik berkata tentang hadits itu di dalam Al Muwaththa: “Dan itu adalah di awal
Islam.” (346, Kitab Adz Dzabaaih)
Ad Daruquthniy berkata tentang makna hadits di atas: “Yang menyembelihnya orang muslim,dan yang membuat si penanya ragu adalah karena orang-orang itu baru masuk Islam, maka
Nabi Shalallahu „alaihi wa Sallam menggugurkan keraguan itu.” (Subulussalam Kitabul
Ath’imah, Bab Ash Shaid Wadz Dzabaih, hadits ke dua)
Ini andaikata sudah diketahui penyembelihnya orang muslim dan yang diragukan hanyalah
berkaitan dengan pengucapan basmalah…
Namun bila kita mengetahui bahwa yang menyembelihnya adalah orang murtad atau kafir
asli non ahli kitab, maka haram dimakan walaupun kita membaca bismillah saat
memakannya.
Dan yang menjadi pokok permasalahan di sini dan yang merupakan fenomena di sini di
Darur riddah, adalah daging yang tidak diketahui apa orang muslim atau orang murtad yang
menyembelihnya? Dan kita tidak bisa berpatokan kepada kehalalan yang dikeluarkan oleh
pemerintah murtad atau oleh MUI, karena menurut mereka para anggota dewan, hakim,
jaksa, polisi, tentara dan yang serupa dengannya bila mengaku muslim dan membaca
bismillah, maka halal sembelihannya.
Dalam hal seperti ini, ketahuilah bahwa daging yang tidak diketahui apa muslim atau orang
murtad yang menyembelihnya adalah tidak halal kita makan, karena hukum asal sembelihan
itu adalah haram, sebagaimana yang disepakati ulama:
ق
ج
ح
ة
ذ
ل
“Hukum asal pada hewan sembelihan adalah haram berdasarkan kesepakatan.” (Al Wajiz Fil
Qawa’id Al Fiqhiyyah)
Sehingga ketika terjadi keraguan apakah sebab yang menghalalkan ataukah sebab yang
mengharamkan yang menjadikan hewan itu mati, maka dikembalikan kepada hukum asal
yaitu haram. Sedangkan dalil hukum asal tersebut, di antaranya adalah hadits Adiy Ibnu
Hatim Radliallahu „anhu, Rasululllah Shalallahu „alaihi wa Sallam berkata kepadanya:
ح ث
غ
ع
ت
ل
حل
ح
ث ح ج ل ج حل
ج
ب
غ
ا
ل ج غ ج ث ش ل
“Bila kamu melepas anjing mu (yang terlatih) maka sebutlah nama Allah terhadapnya,
kemudian bila ia menangkapkan (hewan buruan) buatmu sedangkan kamu mendapatkannyamasih hidup, maka sembelihlah! Namun bila kamu mendapatkannya telah terbunuh (oleh
-
8/15/2019 Daging Yang Tidak Diketahui Siapa Penyembelihnya
3/3
anjingmu) sedangkan ia tidak memakan darinya, maka makanlah! Dan bila kamu
mendapatkan ada anjing lain bersama anjingmu sedang (hewan buruannya) telah terbunuh
maka jangan kamu makan, karena sesungguhnya kamu tidak mengetahui mana diantara dua
anjing itu yang membunuhnya! Dan kalau kamu menembakkan panahmu, maka sebutlah
nama Allah, kemudian bila hewan buruan itu lenyap darimu satu hari (terus kamu
menemukannya) dan tidak mendapatkan padanya kecuali bekas (tembakan) panahmu, makamakanlah kalau kamu mau, namun bila kamu mendapatkannya tenggelam di air maka
jangan kamu makan.” (Muttafaq ‘alaih)
Perhatikan sabdanya: “Dan bila kamu mendapatkan ada anjing yang lain bersama anjingmu
sedangkan (hewan buruannya) telah terbunuh maka jangan kamu makan, karena
sesungguhnya kamu tidak mengetahui mana d iantara dua anjing itu yang membunuhnya.” Di
sini kematian hewan diragukan apakah oleh sebab yang menghalalkan (yaitu anjing yang
dilepas si pemburu) atau oleh sebab yang mengharamkan (anjing yang lain), maka Rasulullah
mengunggulkan sisi keharaman yang merupakan hukum asal sembelihan. Dan hal serupa
pula di dalam sabdanya: “Namun bila kamu mendapatkannya (yaitu hewan yang ditembak)
tenggelam di air maka jangan kamu makan.” Di sini diragukan apakah kematiannya karenasebab tertembak panah ataukah karena ter cekik air, maka Rasulullah Shalallahu „alaihi wa
Sallam mengunggulkan sisi pengharaman yang merupakan hukum asal sembelihan….
Begitu juga daging yang dijual di pasar atau di warung yang kita tidak mengetahui apakah itu
hasil sembelihan orang muslim atau orang murtad atau kafir asli, maka statusnya
dikembalikan kepada hukum asalnya yaitu haram, dan tidak boleh berdalil dengan hadits
Aisyah radliyallahu „anha di atas untuk menghalalkannya dengan sekedar membaca
bismillah, karena hadits itu berkenaan dengan sembelihan orang muslim namun diragukan
apa dia membaca bismillah saat menyembelihnya atau tidak, makanya imam Ash Shan‟aniy
berkata: Adapun yang diragukan di dalamnya (apa membaca bismillah atau tidak) sedangkan
yang menyembelihnya adalah orang muslim, maka ia seperti yang dikatakan oleh Nabi
Shalallahu „alaihi wa Sallam. “Sebutlah nama Allah dan makanlah.” Adapun yang tidak
diketahui apakah yang menyembelihnya orang muslim atau murtad atau yang lainnya yang
tidak halal sembelihannya, maka yang berlaku padanya adalah ucapan Rasulullah Shalallahu
„alaihi wa Sallam di dalam hadits „Adiy Ibnu Hatim Radliallahu „anhu: ”Maka jangan kamu
makan, karena kamu tidak mengetahui mana diantara dua an jing itu yang membunuhnya!”
Itulah hukum daging yang kita tidak ketahui apakah yang menyembelihnya orang muslim
ataukah orang murtad atau yang lainnya
Semoga dipahami dan diamalkan…
Wallahu ta‟ala a‟lam…