dakwah melalui musik -...
TRANSCRIPT
DAKWAH MELALUI MUSIK
(Kiprah Opick dalam Berdakwah Melalui Musik)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh :
Ade Wahyudi
NIM: 206051003898
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
DAKWAH MELALUI MUSIK
(Kiprah Opick dalam Berdakwah Melalui Musik)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S. Kom. I)
Oleh:
Ade Wahyudi
NIM: 206051003898
Di bawah Bimbingan
Drs. Jumroni, M. Si
NIP: 19630515 199203 1 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul DAKWAH MELALUI MUSIK (Kiprah Opick
dalam Berdakwah Melalui Musik) . Telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.i) pada Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
Jakarta, 15 Juni 2010
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Drs. Study Rizal LK, M.A Dra. Hj. Musfirah Nurlailly, M.A
NIP. 19640428 199303 1 002 NIP.19710412 200003 2 001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. Suhaimi, M.Si Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum
NIP. 19670906 199403 1 002 NIP. 19610422 199003 2 001
Pembimbing,
Drs. Jumroni, M. Si
NIP: 19630515 199203 1 006
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S.1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan tiruan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2010
Ade Wahyudi
ABSTRAK
Ade Wahyudi
206051103898
Fakukltas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Dakwah Melalui Musik (Kiprah Opick dalam Berdakwah Melalui Musik)
Islam adalah agama dakwah, islam disebarluaskan dan diperkenalkan
kepada manusia melalui aktifitas dakwah, tidak melalui kekerasan, pemaksaan
atau kekuatan senjata. Untuk itu Dakwah merupakan kewajiban bagi semua umat
Islam. Yaitu dengan cara malakukan “amar ma’ruf nahi munkar” atau mengajak
umat manusia kepada kebaikan dan mencegahnya dari kemunkaran.
Dakwah merupakan manifestasi dari keislaman seorang muslim, hal
tersebut dapat disosialisasikan melalui berbagai macam bentuk atau media,
dengan tanpa mengurangi makna dan tujuan dari dakwah tersebut. Karena dakwah
mempunyai berbagai macam bentuk atau media. Misalnya Seorang mubaligh
dengan ceramahnya, seniman dengan hasil-hasil karyanya, penyair dengan syair-
syairnya, dan seorang musisi merepresentasikan dirinya lewat musik.
Musik merupakan salah satu media dakwah yang punya peran besar dalam
mengkomunikasikan pengetahuan keagamaan kepada umat Islam. Karena hampir
semua mad'u dan masyarakat umumnya menyukai musik. Saat ini musik-musik
bermuatan religi tidak terbatas pada genre-genre tertentu saja. Seiring dengan
perkembangan zaman, muncul lagu-lagu religi dalam format musik popular,
seperti misalnya Opick yang dikenal dengan lagu “tombo atinya”. Dalam
mewujudkan rasa syukur dan kecintaan serta ketaatannya kepada Allah, Opick
sebagai salah satu penyanyi pop religi di Indonesia, konsisten dengan karya-karya
dan muatan dari seluruh lagu-lagunya yang bertajuk religi, yang berisi tentang
bagaimana kita berfikir tentang Allah, berfikir tentang Nabi Muhammad, befikir
tentang kebaikan-kebaikan, rasa cinta dan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-
Nya.
Kehadiran Opick di ranah musik religi membuktikan bahwa tidak harus
menjadi seorang ustad atau kyai untuk bisa berdakwah. Terlepas dari profesi apa
yang kita geluti, di manapun kita berada, dalam masyarakat apapun kita hidup,
kita tetap wajib berdakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita masing-
masing. Kehadiran Opick dalam belantika musik tanah air juga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita begitu bervariasinya sarana dan prasarana dakwah
islamiah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji dan syukur yang tak terhingga
penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena atas segala limpahan rahmat,
nikmat, inayah dan maghfirah-Nya yang tak henti-hentinya mengalir kepada
penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana
ini. Serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, sang inspirator serta motivator sejati, beserta keluarga, dan
para sahabatnya, dan segenap kaum Muslimin yang telah bersumpah Ikrar setia
menjunjung tinggi menegakkan Risalah-Nya. Alhamdulillahirrabil’alamin atas
izin-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Dakwah Melalui Musik (Kiprah Opick dalam Berdakwah Melalui
Musik)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini tak sedikit halang rintang yang penulis
hadapi. Namun semua itu dapat penulis lalui berkat kesungguhan usaha, dorongan
motivasi, doa serta bantuan, baik moril maupun materiil dari semua pihak yang
penulis sayangi dan hormati. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak
mengucapkan terima kasih, jazakumullah khoirul jaza’, karena tanpa adanya
bantuan dari orang-orang tercinta tersebut, skripsi dan perjuangan penulis tidak
akan mendapat hasil yang maksimal. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H. Arief
Subhan, MA, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H. M ahmud
Jalal, MA, dan Pudek III Drs. Study Rizal LK, MA. yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal.
2. Dra. Asriati Jamil, M. Hum. Selaku Koordinator Teknis Program Non Reguler
dan Dra. Musfirah Nurlaily, MA. Selaku sekretaris yang selalu sabar
menghadapi dan melayani penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Drs. Jumroni, M. Si, Selaku ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
sekaligus merangkap menjadi pembimbing skripsi yang selalu memberikan
bimbingan dan dorongan serta selalu menyempatkan waktu untuk mengoreksi
hal-hal yang salah ketika bimbingan.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. yang telah
banyak memberikan ilmu Pengetahuan baik pada saat penulis menyelesaikan
studi maupun saat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Para petugas perpustakaan yang aktif sehingga membantu penulis dalam
mencari data dan referensi dalam pembuatan skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis yang tercinta; Bpk. Kadiyah Shaleh dan Ibu.
Sholihah, yang selalu mendidik, melindungi, menginspirasi serta mendoakan
ananda dengan kasih sayang yang tak terhingga dan tak dapat dinilai dengan
apapun. Semoga Allah selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat.
7. Saudara-saudara sekandung penulis; Hadi Suyanto (kakak), Amelya Safitri
(adek), Moh.Fajar (adek), yang selalu mendoakan dan menyayangi penulis,
serta Nazwah Hidayah Azzahra HS (ponakan), yang selalu menyegarkan dan
menghibur hati serta pikiran penulis.
8. Para pahlawan yang telah tiada, yang selalu memberikan doa, semangat dan
berjasa dalam kehidupan penulis, yakni; Alm. Bpk.H. Shaleh (kakek), Alm.
Ma’Tami (nenek), Alm. Ma’Ida (nenek), Alm. Mbo Syari’ah (uwa), Alm. Hj.
Muaenah (uwa), yang selalu memberikan wejangan nasehat, semangat dan
materi kepada penulis.
9. Mas Opick yang memberikan inspirasi kepada penulis untuk mengambil judul
skripsi ini dan telah menyambut baik kedatangan penulis serta dengan tulus
ikhlas menyempatkan waktunya untuk wawancara dan share pangalaman dan
kehidupan dengan penulis.
10. Mas Kiki selaku kakak kandung dan manajer Mas Opick yang telah memberi
jalan kepada penulis hingga akhirnya bertemu dengan Mas Opick. Serta
seluruh keluarga besar Opick ”Tombo Ati” yang sangat baik kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat terbaik dan tercinta yang selalu penulis sayangi dan hormati,
’Gank Ribut’ ( alm.Rahmat, Dayat, Yeni, Ikah, Pi2, Ayip, Widi, Agus, Enda),
Ratna, Cutia, Dian (ndut), Ranita (Kuntring), wavi (kucing), Dolet, Jenggot,
Khusnul Khotimah, Yayan, Ang Ana, Varey, Istiana, Yudi, Husni, Ali
Ompong, Abi, dan Atak, terima kasih atas persahabatan, do’a, support,
bantuan, kebahagiaan, dan senyuman yang tulus yang kalian berikan. Terima
kasih juga selalu mendengarkan keluh kesah penulis, mengingatkan penulis
ketika lalai, dan selalu ada disamping penulis ketika terpuruk. Semoga Allah
selalu memberikan kita kebahagiaan dunia dan akhirat.
12. Sahabat-sahabat angkatan 2006 KPI non reguler; Ibu Atty Sulastri Yusuf,
Yudi Aditia, Nur Amalia, Muhammad Sidiq, Kusniti, Muhariyadi, Hakim
Saputra, Amalia Zulfaridah, Johan Alkaustar, Ahyar Zulfikar, Hidayat Riyadi,
Mumu Muamar, Yosep Lesmana, Muhammad Azfar, Herni Ramadaningrum,
Agus Isnaini, Muhammad Audi, Iin Sukriawati. Spesial buat Husni Mubarok
dan Istiana yang banyak membantu dan terlibat dalam kesuksesan skripsi ini.
13. Seluruh Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM)
Jurusan KPI baik Reguler maupun Non-Reguler angkatan 2006, serta kakak
dan adek-adek kelas penulis yang telah memberikan semangat dan bantuannya
dalam pembuatan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabat di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
khususnya Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(KOMFAKDA) cabang Ciputat, terima kasih atas persahabatan dan
apresiasinya dalam pertukaran gagasan dalam berorganisasi.
15. Sahabat-sahabat satu atap di kosan Pa’ Aziz (teman seperjuangan dan
sepenanggungan), terima kasih atas semua kebaikan, bantuan, dan
kebersamaannya ketika menjalani hidup dirantau orang dalam menggapai
angan dan cita.
16. Sahabat-sahabatku di Paguyuban Jaka-Rara (special angkatan 2008), serta
Mojang-Jajaka Jawa Barat, terima kasih atas inspirasinya dan persahabatan
kalian.
17. Sahabat-sahabat KKN- 64 (sixty four production) Cibadak-Sukabumi.
Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan,
mendapatkan ridha dari Allah SWT. Akhirnya kepada Allah peneliti serahkan
semuanya dengan harapan semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar
khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi yang membacanya.
Seperti halnya pepatah mengatakan ”tak ada gading yang tak retak” seperti
itulah deskripsi skripsi yang penulis buat ini, yakni masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi, bahsasa, penulisan, dan lain sebagainya. Untuk
itu, dengan kerendahan hati dan rasa terima kasih, penulis menerima segala kritik
dan saran yang membangun demi karya-karya penulis kedepannya.
Jakarta, 24 mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................... .................. 7
D. Metodologi Penelitian .......................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 12
BAB II Kerangka Teoritis
A. Pengertian Dakwah .............................................................. 14
B. Unsur-unsur Dakwah............................................................ 16
1. .................................................................................... Subjek
Dakwah ......................................................... 17
2. .................................................................................... Objek
Dakwah ......................................................... 18
3. .................................................................................... Materi
Dakwah ......................................................... 20
4. .................................................................................... Media
Dakwah ......................................................... 22
5. .................................................................................... Metode
Dakwah ......................................................... 23
6. .................................................................................... Efek
Dakwah ......................................................... 26
C. Pengertian Musik ................................................................. 27
D. Dakwah dan Musik .............................................................. 29
BAB III Profil Opick
A. Biografi Opick...................................................................... 33
B. Kiprah Opick dalam Dunia Musik ........................................ 35
C. Karya-karya Musik Opick .................................................... 41
BAB IV Analisis Dakwah Opick Melalui Musik
A. Pandangan Opick Tentang Dakwah Melalui Musik... ........... 45
B. Motivasi Opick dalam Berdakwah Melalui Musik ............... 50
BAB V Penutup
A. ........................................................................................ Kesim
pulan .......................................................................................... 57
B.......................................................................................... Saran-
saran ........................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 60
LAMPIRAN ............................................................................................... 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah pada hakekatnya merupakan upaya untuk menumbuhkan
kecenderungan dan ketertarikan menyeru seseorang kepada ajaran agama
Islam pada apa yang diserukan.1 Islam sebagai agama dakwah mewajibkan
setiap pribadi muslim untuk berdakwah menegakan amar ma’ruf nahi munkar.
Seperti Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125 dan Ali
Imran ayat 104 dibawah ini:
◼
◼◆ ☺⧫
⬧→❑☺◆
◆⧫
◆
◆
1 Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), Cet. Ke-1, h.
13.
◆❑➔ ◼ ☺ ⧫
◆❑➔◆
◼ ⧫⧫☺
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125).
⧫◆
⧫❑⧫ ◼ ⬧
⧫⧫◆
➔
⧫❑⧫◆ ⧫
⬧☺ ⬧◆
➔ ❑⬧☺
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali Imran: 104).
Ayat-ayat diatas secara tegas memerintahkan kita untuk melaksanakan
dakwah Islam. Perintah tersebut ditunjukan dalam bentuk kata perintah dan
kecaman bagi yang meninggalkan dakwah. Kata perintah (fi’il amr) disebut
dalam surat An-Nahl ayat 125 dengan kata perintah ( ),
sedangkan dalam surat Ali Imran ayat 104 kata perintahnya berupa “ Dan
hendaklah ada diantara kamu sekelompok orang yang menyeru…….” (
⧫◆ ). Perintah yang pertama lebih tegas dibanding
perintah yang kedua. Perintah pertama menghadapi subjek hukum yang hadir,
sedangkan subjek hukum yang dalam perintah kedua tidak hadir (in absentia).
Selain itu, pesan dari perintah pertama lebih jelas, yakni “berdakwahlah”,
1
sedangkan pesan dari perintah kedua hanya “hendaklah ada sekelompok orang
yang berdakwah”.2
Dakwah adalah membawa orang kepada kebenaran. Yaitu kebenaran
yang dapat dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Kebenaran
menyebabkan orang berani berkorban karena yakin akan pendiriannya.3 Maka,
kita pun sadar bahwa dakwah itu adalah kewajiban kita bersama seluruh
ummat muslim. Terlepas dari profesi apa yang kita geluti, di manapun kita
berada, dalam masyarakat apapun kita hidup, kita tetap wajib berdakwah
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita. Setiap ajaran Islam yang sudah
kita amalkan, seperti shalat, wajib kita dakwahkan kepada orang lain yang
belum melaksanakannya, atau kurang menyadari akan tingkat kewajibannya.
Karenanya dakwah penting mempertimbangkan tujuan lebih luas yang
bisa diperankan hampir semua orang yang berminat menebarkan praksis, dan
praktik kebaikan, keadilan, kesejahteraan, dan kecerdasan. Dakwah bukan
hanya khutbah, pengajian dan kepesantrenan atau hanya bagi lembaga dengan
nama resmi Islam yang hanya melibatkan suatau kelas keagamaan (santri).
”Mudahkanlah, jangan dipersulit”, demikian Rasulullah SAW pernah
bersabda.
Dakwah sebagai manifestasi keislaman seorang muslim, dapat
disosialisasikan melalui berbagai media tanpa mengurangi makna dan tujuan
dakwah.4 Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai media dakwah, salah
satu diantaranya adalah melalui media musik (lagu), kesenian ini mempunyai
2 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. Ke-
2, h. 145-147. 3 Hamka, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984),
h.40. 4 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif ( Jakarta: CV Pedoman Ilmu, 2005), h.10
daya tarik dan nila tersendiri, dan tidak membosankan penikmatnya
(pendengarnya). Musik merupakan alat komunikasi yang cukup efektif dengan
melalui seluruh aspek yang terdapat didalam musik. Musik dapat
mempengaruhi orang yang menikmatinya, musik adalah ekspresi jiwa manusia
tentang keindahan nada dan irama, keindahan musik akan lebih terasa jika
lirik dan syairnya dapat menyentuh jiwa penikmatnya. Oleh karena itu
menjadi hal yang wajar jika manusia menyukai musik sebagai sesuatu yang
indah. Menurut Sidi Gazalba dalam bukunya Islam dan Kesenian
mengungkapkan, bahwa kesenian itu mengandung daya tarik yang berkesan
untuk menarik sasarannya, dan pemanfaatannya sendiri bertujuan untuk
menimbulkan kesenangan yang bersifat estetik (keindahan), juga merupakan
naluri atau fitrah manusia.5
Islampun tidak melarang kita berdakwah melalui lagu, seperti yang
dijelaskan oleh Yusuf Qardhawi dalam bukunya Halal dan Haram bahwa,
nyanyian adalah salah satu bentuk hiburan yang dapat menghibur jiwa dan
meyenangkan hati. Islam memperbolehkan nyanyian asalkan tidak kotor,
cabul, dan mengajak berbuat dosa.6 Dakwah dan seni pada hakikatnya
merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan
berperilaku. Melalui keduanya diharapkan dapat mengubah kepribadian baik
secara individu maupun kolektif.
Bahkan pemanfaatan musik sebagai media dakwah sudah dilakukan
sejak zaman dahulu, biasanya musik atau lagu yang digunakan untuk
berdakwah terdapat beberapa jenis aliran musik tersendiri, seperti nasyid,
5 Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) Cet. Ke-1, H. 186. 6 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, (Jakarta: Robbani Press, 2005), Cet.5, H. 345-346.
gambus, kosidah, dll. Sejalan dengan perkembangan dunia musik dakwah,
khususnya di indonesia dari sekian banyak musisi dakwah, diantaranya adalah
Opick. Opick melakukan misi dakwahnya melalui musik dan syair lagu yang
dijadikan sebagai media alternatif dan suatu pendekatan dalam misi
dakwahnya.
Meskipun demikian, dalam kegiatan dakwah semua unsur harus
mengandung kebaikan, karena sesuatu yang baik pastilah berasal dari jiwa
yang bersih yang memancarkan kekuatan luar biasa untuk melakukan
perubahan besar dalam masyarakat. Dan kita tidak punya dalil secuil pun
untuk mengatakan bahwa seorang artis atau penyanyi tidak boleh berdakwah.
Justru setiap muslim dan muslimah, siapa pun dia, wajib meleburkan diri
dalam tugas dakwah. Setiap kita wajib mengajak ke jalan Allah, meskipun ia
seorang artis atau penyanyi.
Seperti halnya dakwah melalui musik yang dilakukan oleh Aunur
Rofiq Lil Firdaus atau dikenal dengan nama Opick, dia selalu terlihat sepenuh
hati dalam menelorkan sajak-sajak religinya. Tidak terasa, syair-syair yang
disenandungkan mampu menggetarkan hati siapa pun yang mau menyimak
dan menghayati maknanya. Musik religi tampaknya telah menjadi bagian yang
tidak lepas dari pria kelahiran Jember, 16 Maret 1974 ini. Lirik-lirik lagunya
yang bernuansa religius tidak hanya diminati oleh penggemar musik religi,
bahkan kalangan muda penyuka musik aliran pop pun menggemarinya.
Karena aktifitasnya dalam lagu Islami, dia dinobatkan sebagai duta grup
musik Islami Nasyid oleh Lembaga Nasyid Nusantara.7
7 Wikipedia, “Opick,” diakses pada 15 maret 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Opick
Menekuni dunia musik religi mungkin tidak terpikir sebelumnya oleh
Opick. Pada awalnya dia sudah bergelut lama dalam musik bergenre rock,
bahkan telah membuat lima album hasil kolaborasinya dengan beberapa band
lain. Album pertama Opick di Log Zelbour, album keduanya di Airo, album
ketiga bersama Kla Project, kemudian album keempat bersama Pai, Slank, dan
Bongki, dan album kelima bersama band Plastik. Namun kelima album itu
ditolak oleh perusahaan rekaman.
Di samping penolakan beruntun yang diterimanya, setelah album
kelima itu Opick mulai gelisah. Sebab banyak temannya sesama penyanyi
pop-rock tersandung kasus narkoba. Pada saat itulah dirinya ditawari
menyanyikan lagu Tombo Ati oleh Ustad Arifin Ilham dalam album Tausiyah
Dzikir dan Nasyid yang kemudian melambungkan namanya. Opick berharap
suapaya lagu religi itu bisa menjadi mainstream dan bisa disejajarkan dengan
musik-musik lain.8
Sungguh sebuah keberhasilan yang patut diacungi jempol, di tengah
persaingan karya seni yang sangat ketat, seorang Opick berani berlawanan
arus dengan tema-tema yang sudah mapan di masyarakat, seperti tema
pergaulan bebas dan kehidupan hedonis saat ini. Ketika masyarakat sudah
muak dengan sajian yang tidak mendidik, di sinilah kesempatan Opick dan
para pelaku seni Muslim lainnya berkiprah dan mengeksplorasi semua
kemampuannya dalam menghasilkan karya seni yang bernilai religi. Dengan
begitu kita pun juga harus memberikan apresiasi kepada artis penyanyi
tertentu yang mau bergabung dalam dakwah, tentunya dengan komitmen akan
8 kapan lagi.com, “Selebritis-Opick,” diakses pada 12 april 2010 dari
http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/o/opick/
terus istiqomah menebar kebaikan, bukan hanya bersifat musiman yang dapat
luntur di tengah jalan seperti halnya yang dilakukan Opick.
Meskipun begitu, penyajian dakwah dalam bentuk kegiatan seni harus
dipahami bahwa seni hanyalah sebagai pemanis kegiatan dakwah, bukan
sebaliknya dakwah sebagai unsur pelengkap dari kegiatan seni yang bersifat
komplementer mengikuti tren yang berkembang. Tidak ada yang perlu
dikhawatirkan terkait dengan penolakan dunia hiburan yang masih bermazhab
hedonis dan materialistis. Dunia bisnis pun akan dengan tangan terbuka
menerima karya seni bernuansa dakwah sepanjang semuanya dilakukan secara
profesional dan dikemas secara baik. Kini saatnya para pelaku seni Muslim
mulai melakukannya secara konsisten dan berkelanjutan, bukan hanya pada
momen Ramadhan yang sifatnya musiman. Secara psikologis umat Islam
sebagai komunitas mayoritas sangat siap menerima program-program religi
yang ditawarkan.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
penelitian ini diberi judul ”DAKWAH MELALUI MUSIK (Kiprah Opick
dalam Berdakwah Melalui Musik).”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan sinkron antar
masalah yang peneliti kemukakan pembahasannya, maka penelitian ini
hanya dibatasi pada kiprah dakwah Opick melalui musik.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka pokok permasalahannya
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana pandangan Opick tentang dakwah melalui musik?
b. Apa motivasi Opick dalam berdakwah melalui musik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pandangan Opick tentang dakwah melalui musik
b. Untuk mengetahui motivasi Opick dalam berdakwah melalui musik
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu
pengetahuan, dan sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, serta
memberikan gambaran mengenai dakwah melalui musik, terutama
dibidang dakwah Islamiayah dan komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para
pembaca, baik lembaga, maupun perorangan. Baik seniman, musisis,
praktisi dakwah dan tokoh masyarakat maupun masyarakat umum.
Selain itu juga, diharapkan dapat memberikan sedikit gambaran bagi
peneliti-peneliti yang lain dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
penulisan masalah ini.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe
deskriptif kualitatif, dimana peneliti mendeskripsikan dan membuat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara mendalam terhadap subjek
penelitian. Peneliti melakukan observasi langsung selama beberapa bulan
untuk meneliti perilaku subjek penelitian. Dalam penelitiian ini, peneliti
mendeskripsikan kata-kata atau lisan yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan Opick, baik langsung maupun menggunakan telepon.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan, sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memeperoleh keterangan dalam
pengumpulan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan beberapakali wawancara dengan Opick, diantaranya
wawancara tatap muka langsung dengan Opick yang berlokasi di
studio miliknya menggunakan handphone, dan selanjutnya wawancara
dilakukan melalui telepon. Wawancara langsung dengan Opick ini
dilakukan guna mendapatkan data dan informasi yang valid tentang
Opick untuk memperoleh data-data yang peneliti butuhkan.
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 22 april 2010
melalui telepon pada pukul 19.30. kurang lebih selama 15 menit.
Karena pada wawancara pertama penulis belum mendapatkan jawaban
atau data yang pas dengan apa yang penulis teliti, maka pada tanggal
29 april 2010 penulis melakukan wawancara yang kedua di studio
Opick yang bertempat di rumahnya di daerah Pulo Gebang Jakarta
Timur pada pukul 19.00 sampai dengan selesai.
b. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa jenis
dokumentasi, yaitu melalui buku karya Opick dan semua buku yang
berhubungan dengannya, majalah, internet, dan foto-foto.
Dokumentasi ini guna dijadikan sebagai bukti.
3. Tehnik Pengolahan Data
Dari data yang telah diperoleh, kemudian ditampilkan secara
deskriptif yang menggambarkan keadaan data yang sebenarnya dan
dianggap akurat, kemudian mengkonfirmasi data kepada sumber
penelitian. Dalam hal ini peneliti mengkonfirmasi langsung kepada Opick
sebagai subjek penelitian. Setelah mengkonfirmasi kepada Opick
kemudian data ini dianalisis.
4. Tehnik Analisis Data
Dalam mengnalisis data pendekatan kualitatif peneliti
menggunakan cara berfikir induktif, yaitu cara befikir yang berangkat dari
hal-hal yang khusus yang peneliti dapatkkan dari lapangan (fakta empiris)
menuju deduktif, yaitu menuju ke hal-hal yang bersifat menggeneralisasi
atau umum. Setelah peneliti menemukan berbagai data lapangan, lalu
penelti mencoba menganalisis dengan mengklasifikasian data, setelah itu
peneliti memberikan pemaknaan.
E. Tinjauan Pustaka
Skripsi tentang Opick sebelumnya pernah ditulis oleh dua mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Yang pertama oleh Mustofa, yang berjudul “analisis isi pesan dakwah dalam
album istighfar opick”, pada tahun 2006. Pembatasan masalah dalam skripsi
tersebut hanya kepada empat lagu yang terdapat dalam album istighfar.
Diantaranya:
1. Astaghfirullah
2. Kesaksian diri
3. Allah maha besar
4. Kembali pada allah
Hal tersebut disebabkan karena keempat lagu tersebut dikarang dan
dinyanyikan sendiri oleh opick.
Sedangkan rumusan masalah dalam skripsi tersebut adalah :
1. Konstruksi apa yang mendasari penulisan lagu-lagu Opick?
2. Apa pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam masing-masing lagu dalam
album istighfar, Opick?
3. Pesan apa yang mendominasi lagu Opick dalam album istighfar?
Skripsi tersebut meneliti tentang analisis isi pesan dakwah dalam
album istighfar, Opick, yang menggunakan metode content analysis.9
9 Mustofa, analisis isi pesan dakwah dalam album istighfar opick, (Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2006).
Sedangkan skripsi yang kedua ditulis oleh Umi Habibah, yang juga
merupakan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, yang berjudul “Respon Siswa SMA Negeri 1
Ciputat terhadap isi pesan dakwah dalam album Ya Rahman-Opick”, pada
tahun 2008. Pembatasan masalah dalam skripsi tersebut hanya kepada Siswa
SMA Negeri 1 Ciputat, khususnya kelas 2 program studi IPA dan IPS.
Sedangkan respon yang dimaksud adalah tanggapan, reaksi, atau sikap siswa
terhadap album Ya Rahman-Opick.
Rumusan masalah dalam skripsi tersebut adalah :
1. Apakah Siswa SMA Negeri 1 Ciputat memahami pesan dakwah yang
terkandung dalam lagu-lagu di dalam album Ya Rahman-Opick?
2. Bagaimana respon Siswa SMA Negeri 1 Ciputat terhadap isi pesan
dakwah yang terdapat dalam lagu, dalam album Ya Rahman-Opick?
Yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh Mustofa dan Umi
Habibah dengan penelitian yang penulis lakukan adalah dari objek penelitian
dan jenis penelitian. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang konsep
dan motivasi dakwah Opick dan menggunakan pendekatan kualitatif.10
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu dengan membagi
menjadi beberapa bab, sebagai berikut :
10 Umi Habibah, Respon Siswa SMA Negeri 1 Ciputat terhadap isi pesan dakwah dalam
album Ya Rahman-Opick, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2008).
BAB I (PENDAHULUAN), Bab ini membahas : Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II (TINJAUAN TEORITIS), Bab ini membahas : Pengertian Dakwah,
Unsur-unsur Dakwah, Motivasi Dakwah, Pengertian Musik, Dakwah dan
Musik.
BAB III (PROFIL OPICK), Bab ini membahas : Biografi Opick, Kiprah
Opick Dalam Dunia Musik, dan Karya-karya Musik Opick
BAB IV (ANALISIS DAKWAH OPIK MELALUI MUSIK), Bab ini
membahas : Pandangan Opick Tentang Dakwah Melalui Musik, dan Motivasi
Opick dalam Berdakwah Melalui Musik,.
BAB V (PENUTUP), Merupakan penutup yang mencakup kesimpulan, saran-
saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut bahasa berasal dari kata da’a yad’u da’watan, yang
berarti ”seruan panggilan, ajakan undangan dan permintaan”.11 Hal ini
senada dengan apa yang diungkapkan Jalaludin Rahmat, Dakwah berasal dari
bahasa arab yaitu da’watan asal katanya, da’a yad’u yang berarti panggilan,
ajakan, seruan.12 Sedangkan dalam kamus umum bahasa Indonesia, karangan
WJS. Poerwadarminta tertulis kata dakwah (Arab) mempunyai arti
”penyiaran, propaganda”.13 Dan secara semantik (istilah) dakwah adalah
suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan
pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran
Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual
maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia
maupun di akhirat, dengan media dan cara-cara tertentu.14 secara terminologi
banyak definisi yang telah di buat oleh para tokoh, beberapa pendapat
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Toha Yahya Omar (1992:1), dakwah islam adalah ”mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
11 A.W. Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif 1997), h. 407. 12 Rosyidi, Dakwah Sufistik Kang Jalal, Menentramkan Jiwa Mencerahkan Pikiran,
(Jakarta: Paramadina, 2004), h. 43. 13 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1992), h. 983. 14 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), Cet. Ke-1, h. 5.
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka di dunia dan di akhirat.15
2. HSM Hasanuddin Latif (1971:11), dakwah adalah setiap usaha
atau aktivitas dengan lisan, tulisan dan lainnya yang bersifat
menyeru, mengajak, memenggil manusia untuk beriman dan
menaati Allah sesuai dengan garis-garis akidah dan ayariat serta
akhlak islamiyah.16
3. DR. Achmad Mubarok dalam bukunya psikologi dakwah,
mendefinisikan dakwah secara terminologi yaitu, usaha
mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah
laku islami. 17
4. Letjen H. Sudirman yang disunting dalam buku manajemen
dakwah karangan Abdul rosyad saleh adalah “usaha untuk
merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari
baik kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan
bangsa umat manusia untuk memperoleh keridhaan Allah SWT”.18
5. A.H. Hasanuddin, dalam bukunya Retorika Dakwah & Publikasi
dalam Kepemimpinan mengartikan bahwa Dakwah berarti
mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan mencegah
kemungkaran, merubah umat dari satu situasi kepada situasi yang
lain yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasikan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang pribadi, keluarga,
kelompok, atau massa, serta bagi kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan
bangsa dan umat manusia.19
6. Farid Ma’ruf Noor, dalam bukunya Dinamika dan Akhlak Dakwah
mengemukakan pengertian dakwah itu adalah “memindahkan
situasi umat dari satu situasi ke situasi yang lain yang lebih baik.20
Dari beberapa pendapat definisi dakwah di atas, mempunyai
keberagaman pengertian, akan tetapi kita bisa mengambil kesimpulan ”benang
merah” yang bisa kita tarik mengenai definisi dakwah dari barbagai pengertian
di atas, yakni ”mengajak manusia kepada ajaran Allah SWT yang dilakukan
15 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet.
Ke-2, h. 13
16 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet.
Ke-2, h. 13 17 Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: pustaka Firdaus, cet.4, 2008), h. 20. 18 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang , 1986), cet. Ke-2, h. 9 19 A.H. Hasanuddin, Retorika Dakwah & Publikasi dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1982), cet. Ke-1, h. 35 20 Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981), cet. Ke-1,
h.28
secara sadar dan terencana dengan cara lisan, tulisan, dan perbuatan (tingkah
laku) di setiap waktu dan tempat dengan menggunakan berbagai metode dan
media yang sesuai dengan sasaran dakwah (mad’u).
Masalah dakwah merupakan permasalahan yang sangat penting dalam
Islam, sebab tidak mungkin Islam dapat berkembang tanpa dakwah. Oleh
karenanya, masalah dakwah tidak akan pernah sepi dari pembicaraan umat
Islam, apalagi pada saat sekarang ini masalah dakwah memerlukan perhatian
yang lebih serius, karena dakwah dari masa ke masa semakin kompleks dan
penuh dengan berbagai problematika.
Maka, kita pun sadar bahwa dakwah itu adalah kewajiban kita
bersama. Terlepas dari profesi apa yang kita geluti, di manapun kita berada,
dalam masyarakat apapun kita hidup, kita tetap wajib berdakwah sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan kita. Setiap ajaran Islam yang sudah kita
amalkan, seperti shalat, wajib kita dakwahkan kepada orang lain yang belum
melaksanakannya, atau kurang menyadari akan tingkat kewajibannya(Ustadz
Abu Umar Basyir).21
B. Unsur-unsur Dakwah
Dalam suatu aktivitas dakwah yang berupa ajakan, melahirkan suatu
proses penyampaian, paling tidak terdapat beberapa elemen yang harus ada.
Elemen-elemen atau unsur-unsur dakwah tersebut adalah:
21 Administrator elfata, Da’i Artis atau Artis Da’i ?, artikel diakses pada 11 desember
2009 dari ibnuakhir.wordpress.com/2008/03/11/
1. Subyek Dakwah
Yang dimaksud dengan subyek dakwah adalah Da’i. Da’i adalah
orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan ataupun perbuatan,
baik secara individu, kelompok, atau berbentuk organisasi atau lembaga.
Da’i sering disebut kebanyakan orang dengan mubaligh (orang yang
menyampaikan ajaran islam).22
Bekal dakwah bagi seorang da’i hendaknya memperlengkapi
dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat
hubungannya dengan masalah masyarakat ini. Klasifikasi sasaran dakwah
yaitu tempat tinggal, struktur masyarakat, pendidikan, kekuasaan, agama,
sikap terhadap dakwah, dan umur.23
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang
Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah
untuk memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga
metode-metode yang dihadirkan untuk menjadikan agar pemikiran dan
perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng (H.M.S. Nasarudin
Lathief, Op. Cit, h. 20)24
Singkatnya, seorang da’i akan berhasil dalam tugasnya
malaksanakan dakwah jika dibekali kemampuan-kemampuan yang
berkaitan dengan tugasnya.25
22 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. Ke-1, H. 75-77. 23 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h.65-66. 24 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), Cet.2, h.22. 25 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), Cet. Ke-1, h. 78-85.
2. Obyek Dakwah
Objek dakwah adalah mad’u atau jamaah, yaitu manusia yang
menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam
maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.26
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Arab-Indonesia karangan Mahmud
Yunus, Mad’u adalah objek dakwah baik individual ataupun kolektif atau
masyarakat umum. Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua
maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang
ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah islam.27
Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe mad’u, yaitu:
mukmin, kafir, dan munafik.28 Dari ketiga golongan klasifikasi besar ini,
mad’u kemudian dikelompokan lagi dalam berbagai macam
pengelompokan, misalnya, orang mukmin dibagi menjadi tiga, yaitu:
dzalim linafsih, muqtashid, dan sabiqun bilkhairat. Kafir bisa dibagi
menjadi kafir zimmi dan kafir harbi. Mad’u terdiri dari berbagai macam
golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan
menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi dan
seterusnya.29
Dakwah kepada individu kafir bertujuan untuk mengubah
aqidahnya menjadi aqidah Islam. Dakwah seperti ini bisa dilakukan oleh
26 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. Ke-1, h. 75-77. 27 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab – Indonesia, (Jakarta: Tidakarya Agung, 1989),
h. 127 28 Lihat. QS. Al-baqarah 2:20. 29 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), Cet.2, h.23.
individu muslim dengan mengajak secara langsung individu kafir, melalui
berbagai cara, untuk masuk Islam. Dakwah semacam ini akan lebih efektif
bila dilakukan oleh sebuah jamaah. Dengan jumlah orang dan sumber daya
(dana, pikiran dan tenaga) yang lebih besar, kemampuan untuk melakukan
dakwah kepada orang-orang kafir tentu lebih besar pula. Hasilnya juga
tentu akan lebih baik ketimbang dakwah yang dilakukan sendiri. Tapi yang
paling efektif adalah dilakukan oleh negara. Melalui penerapan hukum
Islam di tengah masyarakat, orang kafir yang hidup dalam masyarakat
Islam sebagai ahludz dzimmah. Sementara, penjelasan terus menerus yang
dilakukan oleh negara melalui media massa tentang ajaran Islam dan
kesalahan aqidah kufur, ditambah dengan pendekatan yang dilakukan oleh
orang-orang Islam secara individual dan kegiatan jamaah dakwah yang
ada, membuat ahludz dzimmah akan menilai aqidah yang dipeluknya
untuk kemudian terdorong menggantinya dengan aqidah Islam. Sekalipun
begitu, andai ia tidak juga mau berubah, tetap saja tidak boleh dipaksa
untuk memeluk Islam.
Sedang dakwah kepada orang Islam bertujuan untuk meningkatkan
iman dan taqwanya, mempertinggi kualitas kepribadian (syakhsiyyah)
Islamnya serta memperkuat ketundukannya pada aturan Islam. Dakwah ini
dapat dilakukan oleh individu muslim melalui dakwah fardiyah, baik
dengan pendekatan personal maupun kelompok dalam berbagai forum.
Tapi, sama seperti dakwah kepada orang kafir, akan lebih efektif bila
dilakukan secara berjamaah. Dan yang paling efektif tentu saja dilakukan
oleh negara. Dakwah oleh negara kepada setiap muslim dilaksanakan
dengan cara menerapkan hukum Islam secara murni dan konsekuen,
disertai penjelasan tentang berbagai aspek ajaran Islam secara terus
menerus melalui berbagai media massa dan contoh para pemimpin Islam.
Maka, setiap muslim akan melihat secara langsung kehidupan Islam dan
merasakan sendiri kerahmatannya. Kebaikan, kemuliaan dan kerahmatan
ajaran Islam akan terwujud secara nyata. Sementara terlihat pula para
pemimpin Islam adalah figure-figur yang pantas diteladani, karena mereka
juga konsekuen dengan keIslaman mereka. Ini juga merupakan dakwah
buat siapa saja di seluruh penjuru dunia, yang mendengar dan melihat
kehidupan Islam melalui media massa. Secara demikian umat Islam akan
semakin mantap memeluk Islam dan bergairah hidup secara Islami. Dan
orang-orang yang hidup di luar daulah Islam tergerak hatinya untuk hidup
dalam kehidupan Islam itu.30
3. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah pesan-pesan dakwah islam atau segala
sesuatau yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu
keseluruhan ajaran islam yang tertuang dalam al-Qur’an dan hadis Nabi.31
Materi dakwah merupakan salah satu unsur dari proses dakwah.
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da’i kepada mad’u.
dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pesan mengandung arti perintah,
nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan
30 Asy’ari, “Objek dan Subjek Dakwah,” artikel diakses pada 21 Februari 2009 dari
http://www.Asyari Agama Online.org/2009/2102.html 31 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), Cet. Ke-1, h. 88.
kepada orang lain.32 Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi,
mengatakan bahwa pesan (message) merupakan seperangkat lambang
bermakna yang disampaikan oleh komunikator.33
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan pada pokok
masalah aqidah, masalah akhlaq, masalah syariah, dan masalah muamalah.
Ali Yafie menyebutkan lima pokok materi dakwah, yaitu masalah
kehidupan, masalah manusia, masalah harta benda, masalah ilmu
pengetahuuan, dan masalah aqidah. Yang terakhir inilah yang menjadi
pangkal aqidah islamiyah (aqidah yang mengikat hati manusia dan
menguasai batinnya berdasarkan nilai islam). Oleh karena itu yang
pertama kali dijadikan sebagai materi dakwah rasulullah adalah masalah
aqidah dan keimanan.34
Pada prinsipnya, materi apapun dapat dijadikan sebagai pesan
dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu Al-
Qur’an dan Hadis. Materi dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi
dua, yaitu materi utama (Al-Qur’an dan Hadis), dan materi tambahan atau
penunjang (selain Al-Quran dan Hadis).35
32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1999), h. 761. 33 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994), h. 18. 34 Ali Yafie, Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah (Jakarta: Makalah Seminar. 1992),
h. 10. 35 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet.
Ke-2, h. 319-330
4. Media Dakwah
Media dakwah adalah segala sesuatau yang membantu juru dakwah
dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.36 Pada
hakekatnya dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk
mengikuti (menjalankan) ajaran atau ideologi pengajaknya (da’i).
Sedangkan da’i sudah barang tentu memiliki tujuan yang hendak
dicapainya. Proses dakwah tesebut untuk mencapai tujuan agar efektif dan
efisien, da’i harus mengorganisir komponen-komponen (unsur) dakwah
secara baik dan tepat. Salah satunya adalah media dakwah.
Seperti pendapat M. Bahri Ghazali, bahwa ”kepentingan dakwah
terhadap adanya media atau alat yang tepat dalam berdakwah sangat urgen
sekali”, sehingga dapat dikatakan dengan media dakwah akan lebih mudah
diterima oleh komunikannya (mad’u).37
Banyak alat yang bisa dijadikan sebagai media dakwah. Secara
lebih luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apa pun yang halal bisa
digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai
media dakwah bila ditujukan untuk berdakwah. Ada beberapa pendapat
tentang media dakwah dan macam-macamnya, antara lain sebagi berikut:
1. Abdul Kadir Munsyi (1981:41-43) mencatat enam jenis media
dakwah: lisan, tulisan, lukisan atau gambaran, audio-visual, perbuatan,
dan organisasi.
36 Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah 2, (Jakarta: Media Dakwah, 1984),
Cet. Ke-2, h.225. 37 M. Bahri Ghazali, “Dakwah Komunikatif” Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h.12.
2. Al-Bayanuni (1993: 283-284) hanya memilah dakwah menjadi dua,
yaitu media materi (madiyyah) dan nonmateri (ma’nawiyyah). Yang
disebut media materi adalah segala yang bisa ditangkap pancaindra
untuk membantu pendakwah dalam dakwahnya, seperti ucapan,
gerakan, alat-alat, perbuatan, dan sebagainya. Jika tidak bisa ditangkap
panca indra yaitu berupa perasaan (hati) dan pikiran, maka dinamakan
media nonmateri, seperti keimanan dan keikhlasan pendakwah.38
3. Sedangkan Hamzah Yaqub membagi media dakwah menjadi lima
macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.
Dengan banyaknya media yang ada, maka da’I harus dapat
memilih media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah.
Tentunya dengan pemilihan yang tepat atau dengan menetapkan prinsip-
prinsip pemilihan media.
5. Metode Dakwah
Kata metode telah menjadi bahasa indonesia yang memiliki
pengertian ”suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan
secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana
sistem, tata pikir manusia”.39 Sedangkan dalam kaitannya dengan
pengajaran agama islam, maka pembahasannya selalu berkaitkan dengan
hakikat penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima dan
dicerna dengan baik.40
38 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet.
Ke-2, h. 405-406. 39 M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah. (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet.1, h. 160. 40 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), Cet.2, h. 33.
Menurut Munzier Suparta dan Harjani Hefni dalam bukunya
Metode Dakwah, secara bahasa metode berasal dari dua kata, yakni
”meta” yang mempunyai pengertian ”melalui” dan ”hodos” yang berarti
”jalan atau cara”.41 Secara terminologi mengandung pengertian sebagai
cara atau jalan yang harus dilalui atau digunakan untuk mencapai suatu
tujuan. Menurut Drs. Abdul Kadir Munsyi, metode artinya cara untuk
menyampaikan sesuatu. Jadi metode dakwah adalah cara-cara tertentu
yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada ”mad’u” untuk
mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.42
Dalam melakukan suatu kegiatan dakwah, diperlukan metode
penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode dalam
kegiatan dakwah adalah suatu cara dalam menyampaikan pesan-pesan
dakwah. bisa dikatakan metode dakwah adalah cara yang dipakai da’i
dalam menyebarkan dakwah.
Pada prinsipnya metode dakwah bermacam-macam tergantung
pada situasi dan kondisi komunikan, dari sini kita dapat melihat macam-
macam metode yang meliputi:
1. Metode dari segi cara
Dari segi cara penyampaian metode dakwah dapat dibagi dua
golongan, yaitu:
1) Cara tradisional, temasuk sitem ceramah umum.
41 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.61. Cet.1 42 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet.1, h. 43.
2) Cara modern, termasuk didalamnya adalah seperti diskusi,
semninar dan sejenisnya yang didalamnya terjadi komunikasi dua
arah dan terjadi proses tanya jawab.
2. Metode dari segi jumlah audiens
1) Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan secara
perorangan dan dilakukan secara langsung.
2) Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap suatu
kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. Misalnya
terhadap kelompok pemuda, Ibu-ibu dan sebagainya.43
Sedangkan menurut Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125, metode
dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu :
◼ ◼◆ ☺⧫
⬧→❑☺◆ ◆⧫ ◆
◆ ◆❑➔ ◼ ☺ ⧫ ◆❑➔◆
◼ ⧫⧫☺
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:
125).
1. Al-Hikmah
43 Selamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), h. 81-86.
Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal
budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik
perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Hikmah merupakan pokok
awal yang harus dimiliki oleh seorang da’i dalam berdakwah. Karena
dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam
menerapkan langkah-langkah dakwah baik secara metodologis maupun
praktis.
2. Al-Mau’idzatil Hasanah
Mau’izhah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah,
berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat), yang bisa
dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan
dunia dan akhirat.
3. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan
Al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh
dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan
tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan
memberikan argumentasi yang kuat.44
6. Efek Dakwah
Efek sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses
dakwah. Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.
Artinya, jika dakwah dilakukan oleh seorang da’I dengan materi dakwah,
44 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2003),
h. 8-20.
wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respon dan efek (atsar)
pada mad’u (penerima dakwah).45
Dakwah selalu diarahkan untuk memengaruhi tiga aspek perubahan
pada diri mitra dakwah, yaitu aspek pengetahuan (knowledge), aspek
sikapnya (attitude), dan aspek perilakunya (behavioral). Senada dengan
pernyataan diawal, Jalaluddin Rahmat menyatakan ketiga proses
perubahan perilaku, yaitu:
1) Efek Kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.
2) Efek Afektif, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yangn
berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai.
3) Efek Behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan
berperilaku.46
C. Pengertian Musik
Musik berasal dari bahasa yunani ”mousike” yang diambil dari nama
dewa mitologi yunani kuno Mousa, yang memimpin seni dan ilmu. Musik
merupakan salah satu seni tertua, bahkan tidak ada sejarah peradaban dunia
45Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009), Cet.2, h. 34. 46Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, sebuah kerangka teori dan praktik berpidato,
(Bandung: Akademika, 1982), h 269.
atau masyarakat yang dilewati tanpa musik.47 musik berarti nada atau suara
yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan
keharmonisan(terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan
bunyi-bunyi itu).48
Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda
berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati
tentang musik juga bermacam-macam:
1. Bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar
2. Suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.
3. Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan
dan disajikan sebagai musik.
Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali.
Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang
gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, dunia musik mengalami banyak
perkembangan. Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang.
Contohnya musik triphop yang merupakan perpaduan antara beat-beat
elektronik dengan musik pop yang ringan dan enak didengar. Contoh musisi
yang mengusung jenis musik ini adalah Frou Frou, Sneaker Pimps dan Lamb.
Ada juga hip-hop rock yang diusung oleh Linkin Park. Belum lagi dance rock
dan neo wave rock yang kini sedang in. banyak kelompok musik baru yang
47 Denny Kurniawan, Dakwah melalui musik “analisis wacana lagu karya rhoma
irama”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2007). H. 25. 48 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet-3, H. 766.
berkibar dengan jenis musik ini, antara lain Franz Ferdinand, Bloc Party, The
Killers, The Bravery dan masih banyak lagi.
Bahkan sekarang banyak pula grup musik yang mengusung lagu
berbahasa daerah dengan irama musik rock, jazz dan blues. Grup musik yang
membawa aliran baru ini di Indonesia sudah cukup banyak salah satunya
adalah Funk de Java yang mengusung lagu berbahasa Jawa dalam musik
rock.49
D. Dakwah dan Musik
Secara teoritis, islam memang tidak mengajarkan seni dan estetika
(keindahan), namun bukan berarti islam anti seni. Ungkapan bahwa Allah
adalah jamil (indah) dan mencintai jamal (keindahan), serta penyebutan Allah
pada diri-Nya sebagai ”badi’us samawat wal ardh” merupakan penegasan
bahwa islam menghendaki kehidupan indah dan tidak lepas dari seni. Arti
badi’ adalah pencipta pertama dan berkonotasi indah. Berarti Allah
menciptakan langit dan bumi dengan keindahan. (KH. MA. Sahal Mahfudh).50
Di sisi lain, dakwah islamiyyah adalah suatu kegiatana ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan
secara sadar dan terencana dalam usaha memengaruhi orang lain baik secara
individual maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama
49 Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Musik, ( 04:42, 28 Februari
2010). www.wikiepedia.com 50 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), Cet. Ke-1, h. 245-246.
sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur
paksaan (H.M. Arifin).
Dalam hal ini esensi dakwah terletak pada ajakan, dorongan
(motivasi), rangsangan dan bimbingan serta sugesti pada orang lain dengan
menggunakan media serta teknis pembantu untuk memperlancar tujunan
dakwah. Sebenarnya ada ruang untuk menghubungkan antara estetis seni
sebagai prosedur estetis dengan aktivitas dakwah islamiyyah sebagai dispilin
syariat, meskipun kedua hal tersebut memiliki perbedaan yang cukup jelas.
Seni adalah hasil produk kontemplasi yang dalam jangkauan ideologis berada
pada lintas kebebasan estetis, sedangkan dakwah islamiyyah berada pada
lintas keteraturan (disiplin) syariat dan akidah yang dalam praktik
aktivitasanya merupakan kewajiban individual maupun social.
Meskipun demikian, musik dan nyanyian hanyalah media untuk
dakwah dan syiar ilmu-ilmu Islam, yakni ilmu lahir dan batin. Banyak cara
melakukan dakwah, salah satunya seperti dilakukan Opick. Opick melakukan
syiar agama lewat alunan nada maupun syair lagu. Hal ini dilakukan mungkin
karena dakwah lewat musik lebih mudah, karena pendengarnya tidak bosan
serta gampang menyampaikan pesan-pesan moral yang tertuang melalui lirik-
lirik lagu.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai hukum musik,
lebih lanjut Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa musik hukumnya mubah
(boleh), namun harus dibatasi dengan sikap yang tidak berlebihan.51 Musik
diperbolehkann semasa ia tidak diikutii atau dikaitkan dengan hal-hal yang
51 Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni (Solo: Era Intermedia, 2002), h. 54.
menyimpang dari ajaran islam. Seni musik dan lagu sudah sejak zaman klasik
sampai zaman modern mempunyai paran dalam menyampaikan dakwah dan
pesan-pesan moral, seperti terlihat dalam syair-syair fuqaha, ahli sastra arab,
para sufi, pujangga dalam berbagai bahasa arab urdu, melayu, sunda, dan
sebagainya. Bahkan para sufi menempatkan musik yang mengandung nilai-
nilai dakwah sebagai suatu yang sangat penting keberadaanya.52
Musik dipandang sebagai salah satu media alternative dalam
berdakwah. Karena musik telah menjadi bagian integral dalam aktivitas
masyarakat dan musik telah semakin meluas yang dapat didengarkan oleh
siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Baik melalui radio, televise, internet,
telepon, handphone, flash disk (USB), dan sebagainya. Berdakwah melalui
musik dinilai dapat meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan
komunikasi yang dapat digunakan da’I terhadap mad’unya dalam berdakwah.
Berdakwah melalui musik memiliki daya tarik tersendiri yang
berkesan. Menurut pendapat Sidi Gazalba kalu kesenian itu mengandung daya
tarik yang berkesan, kenapa kita tidak memanfaatkannya sebagai media
dakwah sehingga dakwah dapat menarik sasarannya dan pemanfaatan sendiri
bertujuan untuk menimbulkan kesenangan yang bersifat estetik dan senang
pada keindahan merupakan naluri atau fitrah manusia.53
Sejarah telah membuktikan betapa efektifnya dakwah yang dikemas
melalui seni pewayangan yang dikombinasikan dengan seni musik gamelan,
sehingga masyarakat Indonesia (khususnya Jawa) yang dahulu sebagian besar
52 Diana Syauqiyah, “Analisis Wacana pesan dakwah pada lirik lagu dalam album religi
lahir kembali H. Jefri Al-Buchori,” ( skripsi S1 fakultas dakwah dakwah dan komunikasi, UIN
Jakarta, 2006), h.31 53 Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), h. 186.
memeluk agama Hindu, Budha, atau kepercayaan local lainnya melalui media
seni pewayangan dan musik gamelan berbalik menjadi islam meskipun tingkat
keislamannya masih rendah.54 Tetapi dengan mereka mangaku islam saja itu
sudah merupakan hal yang istimewa.
Berdakwah melalui jalur musik jelas bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah. Ia membutuhkan tingkat kesenian dan keahlian yang tinggi. Keahlian
khusus yang dimaksud adalah pertama, harus mampu memehami ajaran islam
secara utuh dan memiliki wawasan keislaman yang luas. Kedua menguasai
(dalam arti mampu memainkan) berbagia macam alat musik. Setidakya ada
salah satu alat yang dikuasai. Ketiga, memiliki kemampuan menuangkan ide
kedalam totalitas bangunan yang membentuk sebuah lagu. Disini yang
menjadi pusat perhatian adalah kata-kata yan gkemudian membentuk kalimat
yang indah (lirik lagu). Oleh karenanya, tak semudah mambalikan kedua
telapak tangan , untuk menggarap musik dalam sebuah lagu. Apalagi, jika
album tersebut hadir selain sebagai sebuah karya juga sebagai alternative
dakwah di masyarakat.55
54 Moh. Amien Rais, Islam dan Dakwah: Pergumulan antara Nilai dan Realitas
(Yogyakarta: Pimpus Muhammadiyah Majlis Tabligh, 1998), h. 86. 55 Mariyati, “T&T Orchestra Sebagai Media Dakwah,” (skripsi S1 fakultas dakwah dan
komunikasi, UIN Jakarta, 2004), h. 42.
BAB III
PROFIL OPICK
A. Biografi Opick
Lengkapnya Aunur Rofiq Lil Firdaus atau lebih dikenal dengan nama
Opick “Tombo Ati”, lahir di Jember, Jawa Timur, 16 Maret 1974. Ia adalah
seorang pencipta lagu dan penyanyi pop religius. Ia selalu terlihat sepenuh hati
dalam menelorkan sajak-sajak religinya. Tidak terasa, syair-syair yang
disenandungkan mampu menggetarkan hati siapa pun yang mau menyimak
dan menghayati maknanya.56 Dengan jenggot tipis yang menghiasi dagunya,
dan sorban putih yang tidak pernah lepas dari kepalanya saat berdendang
adalah identitas yang tidak bisa dipisahkan dari Opick.
Opick lahir ditengah keluarga yang sangat religius. Dari ibunyalah,
Dra. Hj. Lilik Sholehah, dia mengenal alif-ba-ta. Sementara dari Bapaknya,
Abdul Gofur, dia mengenal sujud dan rukuk. Dia merekam pendidikan dan
penanaman agama yang diajarkan oleh ibunya meskipun dengan caranya
sendiri. Sejak kecil dia dapat merasakan penggemblengan dari keluarga,
walaupun kadang dia melakukan improvisasi mengagetkan layaknya seorang
anak yang mencari perhatian atau sensasi. Meskipun Opick tidak mengenyam
bangku pesantren secara formal, tetapi pergaulan dengan santri tidak bisa
dihindarkan. Apalagi, dia adalah cucu dari K.H. Abdul Mukti, seorang kiai
yang cukup ternama dan disegani oleh masyarakat di daerah Jember. Tentu,
image seorang “Gus” melekat dalam dirinya. Kegiatan seperti shalawatan,
56Kapan lagi.com, “Selebriti-Opick,” diakses pada 15 desember 2009 dari
http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/o/opick/
tahlilan, dzibai’iyyah, dan kegiatan keagamaan layaknya di kampung santri
yang lain sering menjadi rutinitasnya sehari-hari. Ibunya juga tak jarang untuk
membawanya ke majlis taklim dan pengajian agama di lingkungannya,
sehingga sedikit banyak membuka wawasan tentang ajaran agama.57
Meskipun dikenal bandel, bukan berarti telinganya tuli dengan nasihat-
nasihat ibunya. Ia selalu mengingat, meyakini, dan mengamalkan ajaran
ibunya yang sangat meninggikan arti penting sebuah do’a. baginya, pantang
terlihat lemah di depan manusia, tetapi manusia wajib mengakui kelemahan,
keterbatasan, dan kehinaan di depan Tuhannya.
Saat berdomisili di Jakarta, tepatnya tahun 1993, citra seorang santri
pun melekat pada dirinya. Seperti rutinitas tiap sore saat tinggal di gang Sawo,
Rawamangun, mengaji bersama kawan-kawannya kerap ia lakukan. Hal
demikian juga sebagai cara untuk dapat berbaur dengan warga sekelilingya.
“Pada awal mula ke Jakarta, saya bukan apa-apa. Siapa yang kenal
saya?”, kenang Opick. Dari sinilah dia menemukan ruangnya, yakni sebagia
seorang santri. Hingga tak asing Opick dijiluki sebagai ustadz atau guru
agama. Meski dia sadar akan kekurangannya tentang pemahaman agama,
tetapi justru hal inilah yang membuatnya selalu ingin menambah isi kepala
dengan cara membaca buku. “ketika awal ke Jakarta, dikirimi uang sama Ibu
Rp. 30.000 atau Rp. 50.000, uang tersebut saya belikan buku, bukan untuk
makan, karena jika uang hanya dipakai untuk makan akan cepat habis, tidak
seperti buku,” tuturnya. Di situlah Opick sadar akan pentingnya ilmu agama
dalam kehidupan sehari-hari.
57 Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta: Mizan
Media Utama, 2006) h. 13-15.
Meskipun bertolak-belakang dengan penampilan luarnya, yang ketika
itu ia masih berambut gondrong, tapi citra seorang santri tetap melekat. Tak
jarang teman-temannya meminta nasihat atau konsultasi soal hidup dan
pengetahuan agama. Seperti ketika latihan band (ngejam) di studio musik,
sering kali diselingi dengan diskusi agama. Tradisi demikian pernah ia
lakukan dengan musisi senior seperti Doni Fatah, basis God Bless.58
Opick mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi seorang wanita
yang bernama Dian Rositaningrum, pada 15 Juli 2002. Pasangan ini telah
dikaruniai 3 anak, yaitu Ghaniya D'Salma Firdaus, Aina Rahcmah Ramadhana
Firdaus, dan Fatimah Azka L Firdaus.
B. Kiprah Opick dalam Dunia Musik
Opick seolah-olah menemukan “klik”-nya di dunia musik. Istilah ini
digunakannya ketika menjelaskan sebuah pilihan, niat, semangat, dan kerja
keras dalam mewujudkan cita-cita dan mimpi-mimpinya. Karenanya ia
berusaha dengan keras pilihannya itu bisa menjadi kenyataan. Kesuksesannya
bukan terjadi dengan membalikan telapak tangan, tetapi dengan kesabaran
untuk menekuni cita-cita yang diimpikan. Meskipun tren pada era 80-an
adalah rock n roll, tetapi selera musiknya tidak memiliki corak yang identik
dengan itu. Baginya musik adalah sesuatu yang dilahirkan dari rasa dan olah
pikir kontemplatif seseorang. Musik yang bermutu dan layak jual adalah yang
58 Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta: Mizan
Media Utama, 2006) h. 17-20.
keluar dari diri seseorang, bukan dari sikap meniru atau menjiplak ketenaran
orang lain.59
Faktor lingkungan keluarga amat mempengaruhi kecenderungannya
pada seni, terutama musik. Darah seni Opick menurun dari kedua orang
tuanya, terutama dari Ibu tercinta. Disamping seorang guru, Ibunya adalah
seorang penyanyi kasidah terkenal di daerahnya.
Saat kecil ia tidak asing mendengar lagu-lagu populer saat itu seperti
lagu-lagunya farid hardja dan Mr. Band, foto-foto Rooling Stone, Led Zeplin,
Kiss, The Beatles pun menempel disudut-sudut ruangan rumahnya. Bibinya
pun secara langsung ataupun tidak, ikut memperkenalkan musik pada Opick.
Pilihan pada jalur musik, yang mendorongnya meyakini untuk memilih jalan
hidup sebagai musisi, berawal dari ketidaksengajaan. Ketika duduk dibangku
SMP, Opick menyanyikan sebuah lagu untuk menghibur temannya yang
sedang bersedih karena saudaranya meninggal dunia. Ternyata temannya itu
terhibur oleh nyanyiannya. Muncullah rasa bangga dan senang, karena
ternyata apa yang dilakukannya mampu membahagiakan temannya yang
sedang bersedih hati.
Kejadian lain yang cukup mempengaruhinya dalam memilih jalur
musik, adalah saat ia menyanyikan lagu Ramona Purba di depan kelas. Waktu
itu, ia masih duduk di kelas 1 SMP. Respon teman-temannya sangat positif
dan memberinya semangat untuk menggeluti dunia musik. Pujian temannya
saat mendengar suaranya kala itu mengatakan, ”Pick, kamu jadi penyanyi
saja!” membuatnya semakin percaya diri.
59 Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta: Mizan
Media Utama, 2006) h. 33-35.
Dengan latar belakang keluarga dan peristiwa diatas cukup berkesan
pada dirinya. Ia berpikir suaranya diakui oleh orang lain sehingga
menimbulkan kepercayaan diri dan motivasi untuk terus berlatih. Setelah
kejadian itu, dirinya makin aktif dalam berkesenian. Ia juga termotivasi oleh
kiprah kakanya yang menjadi drummer pada sebuah grup band. Ia berfikir,
”Kakakku bisa main drum, masak aku ndak bisa.” ia mulai belajar alat musik
dengan otodidak . berkat kerja keras dan doa, dia dapat menguasai beberapa
alat musik, bahkan dapat mendirikan grup band saat SMP.60
Ketika berusia 19 tahun Opick membulatkan tekadnya untuk
mengembangkan minatnya dalam dunia musik untuk hijrah ke jakarta. Namun
ternyata perjuangan menggapai cita-cita dan mimpi tidaklah mudah, terlebih
kedatangannya ke jakarta hanya bermodal dengkul dan nekat. Uang tidak
punya, relasi pun tidak ada. Yang ada hanyalah keyakinan yang kuat bahwa
musik mampu menjadi jalan menapaki kesuksesannya. Dengan tidak
mengenal rasa putus asa, demo demi demo muncul, album demi album
meluncur, namun selalu saja tidak berhasil. Namun tekadnya tetap bulat dan ia
tidak patah semangat. Setelah berkeliling dari satu lebel ke lebel yang lain
akhirnya pada tahun 2000, Harry Suliztiarto, bos Airo Record, mau
mendengarkan demo rekamannya. Kemudian keluarlah album ”Aunur”.
Namun, sayang debut album solo perdananya tidak laku di pasaran.
Menekuni dunia musik religi mungkin tidak terpikir sebelumnya oleh
Opick. Karena sebelum terjun ke dunia musik religi, pada awalnya ia sudah
bergelut lama dalam musik bergenre rock, bahkan telah membuat lima album
60 Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta: Mizan
Media Utama, 2006) h. 30-33
hasil kolaborasinya dengan beberapa band lain. Setelah album pertamanya di
Log Zelbour gagal disambut pasar, dua tahun kemudian dia kembali menguji
keberuntungannya, album keduanya di Airo, tepatnya pada tahun 2002,
berkolaborasi bersama Adi Adrian, personel NuKla, ia meluncurkan album
ketiga ”tak ada habisnya”. Tapi hasilnya tetap sama, yaitu gagal, kemudian
album keempat bersama Pai, Slank, dan Bongki, dan album kelima bersama
band Plastik. Namun kelima album itu ditolak oleh perusahaan rekaman.
Di samping penolakan beruntun yang diterimanya, setelah album
kelima itu Opick mulai gelisah. Sebab banyak temannya sesama penyanyi
pop-rock tersandung kasus narkoba. Kegagalan demi kegagalan telah
membuat dirinya bertambah matang dalam menjalani hidup. Ia terus menjalani
hidup dengan penuh harapan untuk terus bangkit untuk menggapai cita-cita.
Kemudian bermula dari tawaran menjadi juri dalam acara Nasyid, Tausiyah
dan Qiraah (NTQ) DI tv 7. walaupun sebenarnya dia bukanlah seorang yang
ahli di bidang tilawah Al-Qur’an. Bahkan dia tidak menguasai ilmu tajwid
dengan baik layaknya seorang santri jebolan pesantren. Tapi mungkin karena
image telah terlanjur melekat pada dirinya seorang sebagai seorang musisi
sekaligus ustadz hingga dia dapat tawaran itu.
Setelah menjadi juri, kehendak Allah berbicara lain. Disaat nyaris
dikandangkan karena albumnya tidak laku-laku, Opick mendapat tawaran
untuk bergabung dalam album kompilasi Tausiyah Dzikir dan Nasyid bersama
Arifin Ilham. Saat itu ia mendapat tawaran dari satu personel grup musik
nasyid Snada, Agus Idwar. Opick diminta untuk mengisi lagu Tombo Ati yang
harus diaransemen ulang berbeda dengan versi sebelumnya. Namun siapa
sangka, setelah diaransemen ulang, ternyata lagu ini meledak di pasaran.
Terlebih, RCTI menjadikan lagu ini sebagai themesong Ramadhan 1425.61
Tahun 2005 merupakan awal perjalanan karir baru baginya. Album
pertamanya, setelah ia banting setir menjadi penyanyi religi, mendapat
sambutan yang meriah dari pasar. Dalam album ini, Opick bekerjasama
dengan banyak musisi dan artis lain. Dalam lagu Cukup Bagiku misalnya, dia
berkolaborasi dengan Gito Rollies. Selain itu, dalam lagunya yang lain, dia
menggandeng Ustadz Jefri Al Buchori serta penyanyi cilik, Amanda.
Album Istighfar yang dirilis Opick menjelang Ramadhan 1426 H
(2005) itu melambungkan namanya. Sebab, hanya dalam jangka sebulan, atau
selama bulan Ramadhan, album tersebut terjual hingga 310 ribu kopi, dan
meraih dobel platinum. "Alhamdulillah, surprise, senang dan haru. Semoga
siapa saja yang mendengarkan album ini, mendapat setitik hidayah seperti
saya," kata Opick saat menerima penghargaan.
Dalam perjalanan selanjutnya, dari 10 lagu yang terdapat dalam album
Istighfar, 9 di antaranya dipakai oleh berbagai judul sinetron sepanjang tahun
2005 dan paruh pertama 2006. Dalam masa inilah, album Istighfar mampu
menembus penjualan lebih dari 800 ribu kopi dan mendapat penghargaan lima
platinum sekaligus. Sebab, satu platinum sama dengan penjualan 150 ribu
keping. "Sebuah keberkahan bagi saya mendapatkan penghargaan lima
platinum ini," kata Opick dalam jumpa pers sesaat setelah penghargaan ketika
itu.
61 Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta: Mizan
Media Utama, 2006) h. 45-55.
Tahun 2006 Opick meluncurkan album berjudul Semesta Bertasbih.
Dalam album ini terdapat sepuluh lagu, di antaranya adalah Taqwa, Irhamna,
Takdir, Teranglah Hati, 25 Nabi, Semesta Bertasbih, Bismillah, Satu Rindu,
Buka Mata Buka Hati dan Ya Rasul. Sebagai lagu hit dalam album tersebut
adalah Takdir yang dinyanyikannya bersama Melly Goeslaw. Selain dengan
Melly, Opick juga berduet dengan Wafiq Azizah dalam lagu Yaa Rasul,
dengan grup nasyid Pandawa Lima dalam lagu Teranglah Hati.
Tidak lama setelah album Semesta Bertasbih dilansir, Opick
mengeluarkan buku berjudul Opick, Oase Spiritual Dalam Senandung.
Peluncuran buku dimaksudkan agar para pendengar dapat mengerti isi lirik
pada tiap lagu. "Jadi supaya mereka sedikit mengetahui mengenai latar
belakang dan tujuan satu lirik di setiap lagu yang mereka dengar atau
senandungkan," ujarnya. Selain penjelasan, buku ini juga menceritakan
perjalanan Opick dalam meraih 'mimpi', termasuk saat bekerja sebagai tukang
bangunan untuk membiayai bandnya.
Kemudian pada tahun 2007, Opick kembali merilis album dengan
judul Ya Rahman. Dan sebelum Ramadhan 2008, dia merilis album keempat
dengan judul Cahaya Hati. Tidak jauh beda dengan albumnya yang sudah-
sudah, Opick tetap mengangkat nuansa kerinduan dengan Tuhan dalam album
terbaru ini. "Nuansa masih sama seperti yang lama, tentang kerinduan pada
Tuhan. Tapi tetap ada cerita sendiri-sendiri dalam materi lagunya," terang
Opick saat peluncuran album barunya itu. 62
62 Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Halaman ini terakhir diubah
pada 00:12, 5 Maret 2010.
C. Karya-karya Musik Opick
Pria yang mengaku pernah memiliki band yang membawakan lagu-
lagu rock itu, telah menelurkan album pertamanya, “ISTIGHFAR” yang dirilis
tahun 2005. Lagu utama yang paling terkenal ialah Tombo Ati, Takdir,
Alhamdulillah dan Astaghfirullah. Album berikutnya berjudul Semesta
Bertasbih (2006) di mana dalam album tersebut terdapat sepuluh lagu, Sebagai
lagu hit dalam album tersebut adalah Takdir yang dinyanyikannya bersama
Melly Goeslaw. Berikutnya Opick merilis album ketiga “YA RAHMAN”
(2007), dengan lagu populernya Taubat. Opick kembali meluncurkan album
religi keempatnya pada 2008 dengan judul “CAHAYA HATI” dengan lagu
pilihan, Cahaya Hati. Album ini berisi 10 lagu, di antaranya, Menjelang bulan
Ramadhan, tepatnya Juni 2009, Opick kembali ke studio rekaman untuk
merekam album terbarunya yang kelima, yang diberi judul “MAHA
MELIHAT”. Sebagai langkah awal, ia melepas single Maha Melihat yang
dinyanyikan duet dengan Rachel Amanda. Single ini pula dijadikan theme
song sinetron MANOHARA.
Berikut ini karya-karya musik (lagu) Opick dalam album religinya,
dari album pertama sampai album kelima:
1. Album Pertama “Istighfar” (2005):
1) Alhamdullilah Ft Amanda
2) Allah Maha Besar
3) Astagfurullah (Istighfar)
4) Bila Waktu Tlah Berakhir
5) Cukup Bagiku Ft Gito Rolis
6) Kembali Pada Allah
7) Kesaksian diri
8) Shalawat Nabi
9) Tombi Ati
10) Ya Robbana Ft Ustad Jefri
2. Album Kedua “Semesta Bertasbih” (2006):
1) Taqwa
2) Irhamma
3) Takdir
4) Teranglah Hati
5) 25 Nabi
6) Semesta Bertasbih
7) Bismillah
8) Satu Rindu
9) Buka Mata Buka Hati
10) Ya Rasul
3. Album Ketiga “Ya Rahman” (2007):
1) Assalamu'alaikum [Song Theme RCTI Ramadhan]
2) Taubat
3) Rapuh [Ost. Syamsul & Badriah]
4) Pewaris Surga
5) Mendambamu
6) Haji
7) Allah Cinta
8) Beruntunglah
9) Ya Rahman
10) Khusnul Khotimah
11) Sedekah
12) Allahu Ya Salam
4. Album Keempat “Cahaya Hati” (2008):
1) Hanya Allah
2) Cahaya Hati
3) Ya Nabi Salam
4) Alangkah Indah
5) Cinta Setulus Jiwa
6) Hamba Hamba Allah
7) Ketika Cinta
8) Allah Ya Nur
9) Tuhan Lindungilah
10) Ramadhan Tiba
5. Album Kelima “Di Bawah Langit Mu” (2009):
1) Dibawah Langit-Mu
2) Maha Melihat feat Amanda
3) Asmaul Husna
4) Allah Maha Cahaya
5) DenganMu Aku Hidup
6) Shalawat Badar (versi reff) dan (versi puisi)
7) Tafakkur
8) Tak Cukupkah Semua
9) Engkau Allah
10) Lailahailallah feat. Snada
BAB IV
ANALISIS DAKWAH OPICK MELALUI MUSIK
b. Pandangan Opick Tentang Dakwah Melalui Musik
⧫❑⬧☺◆
→⬧☺◆
→➔⧫ ◆
➔⧫ ⧫
⧫➔☺
❑⧫◆ ⧫ ⬧☺
❑☺◆ ◼❑◼
❑➔⬧◆ ◼❑
❑➔◆
⬧❑◆◆ ⬧
❑
⧫
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(At-
Taubah:71).
⧫
◼❑◼ ◆
➔☺ ⧫◆
⧫ ⬧☺ ◆
◼⧫ ⧫ ⧫
⬧ ⧫
❑
“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (Q.S. Luqman: 17).
Sesuai dengan ayat Al-Qur’an diatas, secara umum menyatakan bahwa
kewajiban seluruh kaum muslimin, baik pria ataupun wanita adalah
bergotong-royong, bersama-sama berbuat ma’ruf, melarang berbuat mungkar,
mendirikan shalat, membayar zakat, dan beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya. Dengan demikian, berarti bahwa setiap muslim harus menjadi juru
dakwah bagi dakwah islamiyyah.63
Ayat diatas juga menerangkan, amar ma’ruf (memerintahkan
kebaikan) tidak dapat dipisahkan dari nahi munkar (mencegah kemunkaran
atau perbuatan terlarang). Amar ma’ruf nahi munkar merupakan kewajiban
bagi setiap muslim sekaligus sebagai identitas mukmin. Pelaksanaannya
diutamakan kepada orang-orang yang terdekat sesuai dengan kemampuannya.
Orang yang meninggalkan perintah ini dipandang berdosa bahkan diancam
dengan laknat dan siksa di dunia dan akhirat (al-Ghazali, t.t.: II: 303).64
Dakwah ibarat bohlam (bola lampu) kehidupan, yang memberikan
cahaya dan menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju
terang benderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah
merupakan bagian yang cukup penting dan dalam bagi umat saat ini, dimana
manusia dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi,
kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan, kecurangan dan sederet
tindakan-tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah merupakan seruan atau ajakan
63 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), Cet. Ke-1, h. 135. 64 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet.
Ke-2, h. 37-38.
kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi
yang lebih baik dan sempurna.65
Menurut A.H. Hasanuddin, dalam bukunya Retorika Dakwah &
Publikasi dalam Kepemimpinan, mengartikan bahwa Dakwah berarti
mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan mencegah
kemungkaran, merubah umat dari satu situasi kepada situasi yang lain yang
lebih baik dalam segala bidang, merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari bagi seorang pribadi, keluarga, kelompok, atau massa, serta bagi
kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka
pembangunan bangsa dan umat manusia.66
Sedangkan Opick merumuskan bahwa dakwah merupakan kewajiban
setiap dari kita yang mengaku bahwa dirinya muslim, baik itu laki-laki
ataupun perempuan. Semua muslim baik laki-laki maupun perempuan
memilliki kewajiban untuk berdakwah, seperti apa yang disabdakan oleh
Rasulullah SAW: “sampaikanlah walau hanya satu ayat”. Karena
menurutnya, untuk berdakwah atau melakukan kegiatan dakwah, kita tidak
harus menjadi seorang ustad, kyai ataupun menjadi seorang ulama, tidak harus
melalui mimbar-mimbar ataupun ceramah-ceramah resmi. Tetapi kita bisa
berdakwah dengan cukup menjadi diri kita sendiri, dan sesuai dengan apa
yang kita miliki dan mampu, serta apa yang Allah berikan kepada diri kita.
Jadi, setiap orang bisa melakukan dakwah sesuai dengan kemampuan dan
ilmunya masing-masing. Apakah dia seorang ibu rumah tangga, yang
65 Agung Suseno Seto, “Dakwah bi al-Hal: Alternatif Model Dakwah Masa Kini,” diakses
dari http://eprints.ums.ac.id/279/1/Artikel-2.doc. 66 A.H. Hasanuddin, Retorika Dakwah & Publikasi dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1982), cet. Ke-1, h. 35
kemudian mengajari anaknya hafalan-hafalan, alif-alifan, mengajari anak-
anaknya membaca dan menulis, mengajari akhlak yang baik, seorang tukang
becak ketika menasehati temannya untuk tidak menghambur-hamburkan uang
untuk berjudi atau mabuk-mabukan itu juga berdakwah, ataupun dia seorang
seniman, seorang penyair yang dengan puisi-puisinya dan syairnya, dengan
karya-karyanya dia bisa mengubah orang banyak dan bercerita tentang
keagungan Allah, keagungan Rasulullah, kebeningan hati, itu juga termasuk
berdakwah, ataukah dengan ilmu ekonominya, seorang ahli ekonomi bisa
berdakwah. Jadi apapun yang kita sampaikan kepada orang lain yang penting
intinya ikhlas, dan sudah barang tentu apa yang kita sampaikan mengandung
ajakan, nasihat atau penyeruan terhadap “amar ma’ruf nahi munkar”.
Terlepas dari apapun profesi yang kita geluti, karena dakwah itu kewajiban
bagi kita semua yang mengaku muslim.67
Menurut Opick, musik juga bisa menjadi sebuah ruang untuk kita
menyampaikan sesuatu kepada orang banyak, termasuk menyampaikan pesan
dakwah. Ketika yang disampaikan itu adalah kebaikan-kebaikan, kecintaan
kita kepada Rasulullah, ketaatan kita kepada Allah, atau menyeru kita
mengingat Allah, dan misi-misi lainnya yang mengandung kebaikan-kebaikan,
maka hal itu juga bisa disebut dakwah.68
Dari pernyataan di atas, kita dapat menangkap bahwa islam pada
hakikatnya merupakan agama dakwah, yang mewajibkan seluruh ummatnya
melakukan dakwah, sekecil apapun dan dengan media apapun, termasuk salah
satunya ialah dengan sebuah musik dan lagu, ketika apa yang kita sampaikan
67 Wawancara pribadi dengan Opick, Melalui telepon, 15 april 2009 68 Wawancara pribadi dengan Opick, Pulo Gebang-Jakarta Timur 22 april 2009
dan contohkan kepada orang lain merupakan kebaikan, baik kebaikan yang
berhubungan dengan Allah maupun kebaikan terhadap sesama manusia maka
hal itu sudah termasuk dakwah. Musik sebagai hasil cipta karya manusia terus
berkembang dan telah demikian dekat dengan kehidupan manusia sebagai
kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang tidak luput dari kebudayaan
musik.69 Musik adalah hal yang sangat tidak dapat dipisahkan dengan telinga
manusia, musik bisa menjadi teman ketika ingin tidur, musik juga bisa
menyatukan perbedaan yang ada. Dengan musik semuanya akan menjadi
indah dan selalu ceria.
Setiap insan memiliki sense of art, tidak terkecuali orang Islam,
bahkan ulama sekalipun. Memiliki kegemaran terhadap seni sudah kodrat dari
Allah. Jika umat Islam ini absen dalam mengisi musik dengan nuansa islami,
musik ini akan diambil dan diisi oleh orang lain, karena musik sangat
memengaruhi pendengarnya. Musik punya pengaruh besar pada audiens-nya.
Sebagai contoh, seorang idola itu punya peran besar dalam memengaruhi para
fans-nya. Jika idola-idola kita adalah orang-orang yang sekuler, umat Islam
akan mengidolakan lagu-lagu yang bernuansa sekuler, hanya sekadar fun
semata.
Begitu halnya dengan Opick, sejak kecil kecenderungan tertarik
kepada kesenian memang luar biasa, misalnya musik, drama, dan melukis.
Namun ia lebih mencintai dunia musik diantara yang lainnya itu. Bagi Opick
hidupnya adalah untuk berkarya, selagi nyawa masih dikandung badan maka
69 Bagus 'yasir ali ukasyah', musik underground sebagai media dakwah islam?, diakses pada 15 mei 2010, dari http///musik-underground-sebagai-media-dakwah.html,
ia tidak akan berhenti untuk berkarya. Menurutnya tidak akan pernah selesai
tugas sebelum kita dikebumikan. “Apa yang bisa saya lakukan, akan saya
optimalkan sesuai dengan talenta yang diberikan oleh Allah,” ujarnya. Ia juga
mengatakan bahwa ia hanya melakukan apa yang ia mampu dan sanggup,
salah satunya berkarya dalam dunia musik.
c. Motivasi Opick dalam Berdakwah Melalui Musik
Untuk mengingat nasihat-nasihat agama yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadis, baik yang dituturkan oleh ulama, wali, guru ngaji, atau
orang tua, tentu bukanlah perkara yang mudah, karena banyak factor yang
memengaruhi masuknya sebuah pesan ketelinga kita. Dengan musik dan
melalui lirik lagu, nasihat, himbauan, dan ajaran agama akan dapat lebih
mudah diterima, karena lirik lagu menawarkan ritmis notasi dan kedalaman
makna yang dapat membuat hati terbuai dalam alunannya.
Sebagai contoh, nasihat-nasihat dalam musik dan lagu Opick, misalnya
Tombo Ati sebagai peninggalan para wali hingga hari ini masih didengar dan
dihafal oleh ummat islam di Indonesia, serta menjadi obat hati bagi seorang
muslim yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini terjadi karena
Tombo Ati sering dilantunkan dengan irama yang dapat menggetarkan hati.
nasihat-nasihat sufi tersebut begitu banyak dihafal dan diamalkan melalui
media musik dan lagu yang dilantunkan hampir lima kali dalam sehari di
masjid dan surau sebelum shalat berjamaah dimulai. Bahkan, sekarang ini lagu
tersebut semakin bertambah popular, karena diaransemen ulang dengan gaya
yang lebih memikat. Ini suatu bukti bahwa lirik lagu akan lebih mudah
terekam lama daripada puisi atau bahasa biasa.70
Menurut Opick, dakwah adalah kewajiban bagi seluruh manusia yang
mengaku bahwa dirinya muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dari situ
dirinya merasa bahwa dirinya harus dan wajib untuk berdakwah, karena
dirinya adalah seorang muslim. Sedangkan musik adalah hal yang sangat tidak
dapat dipisahkan dengan telinga dan kehidupan manusia, musik juga bisa
dijadikan alat sebagai penyatuan berbagai macam perbedaan yang ada.
Dengan musik ini pulalah semuanya akan menjadi indah. Dunia seni
khususnya dunia musik merupakan hobi dan kesukaan Opick. Berangkat dari
hal-hal tersebut di ataslah yang akhirnya membuat Opick melakukan kegiatan
dakwah melalui musik, yakni menasihati dan menyeru segenap manusia yang
mendengarkan karya musiknya tentang kecintaan kepada Allah dan Rasul-
Nya, kewajiban sebagai hamba, rasa syukur, tobat, hidayah, shalawat nabi,
dan tombo ati, jelasnya. Dalam lagu-lagunya, Opick lebih menonjolkan aspek
hikmah, filsafat dan tasawuf islam.
Selain bermain musik, penyanyi yang selalu tampil bersorban ini juga
menggemari teater dan menggambar. Di samping itu dia hobi membaca
terutama karya-karya Jalaluddin Rumi, penyair dan sufi asal Afganistan.
Menurutnya, karya Rumi sangat inspiratif dan menggugah. “Waktu senggang
saya sangat suka membaca karya Rumi. Coba anda juga baca, saya kira akan
bermanfaat,” ungkapnya.71
70 Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta: Mizan
Media Utama, 2006) h. 2-3. 71 Wawancara langsung dengan Opick, Melalui telepon, 15 april 2010
Sedangkan motivasinya dalam dunia musik yaitu didasari atas hobinya
berkesenian, yang salah satunya adalah musik. Opick berharap bahwa semua
karya musik dia dapat berarti dan berguna baik bagi dirinya sendiri maupun
orang banyak.72 Terlahir dari hobi itulah akhirnya musik dijadikan Opick
sebagai salah satu mata pencahariannya, namun Opick mengatakan bahwa
“Jangan sampai bermain musik untuk mencari materi. Materi akan diperoleh
sebagai efek, bukan tujuan. Kalau kita bermain musik untuk mencari duit, itu
tidak akan ada kualitas,” terang Opick. Disamping itu, Opick juga berharap
dengan musik dan lagunya ia dapat menanamkan nilai-nilai keislaman kepada
masyarakat, khususnya pecinta musik. Musik dan lagu-lagu merupakan
refleksi Opick dalam berkarya.73
Meskipun begitu bermain musik jangan hanya sekadar diniatkan
mencari hiburan, tapi harus menjadi tuntunan, bukan sekadar tontonan. Paling
tidak liriknya mengajak kebaikan pendengarnya. Misalnya saja, ketika kita
baca Alquran dengan vokal yang indah, dengan irama, maka itu jauh lebih
menyentuh ketimbang lagu yang datar-datar saja. Begitu juga ketika orang
adzan. dari situlah keajaiban musik, keajaiban melodi bisa menyentuh orang
Islam menuju kebaikan. Jika melodi yang punya daya sentuh begitu kuat itu
kita isi dengan apa yang bermakna, hasilnya juga akan luar biasa.
“Saya di musik hanya berkarya saja, saya menyampaikan sesuatu yang
ada di hati saya bukan karena ingin mendapatkan imbalan, saya cuma berpikir
bagaimana supaya lirik yang saya buat itu sampai kepada masyarakat, dan
berguna baik bagi masyarakat maupun buat diri saya pribadi, Untuk itu, harus
72 Wawancara pribadi dengan Opik, Pulo Gebang Jakarta Timur, 10 april 2010 73 Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta: Mizan
Media Utama, 2006) h. 3-4.
terjadi sebuah harmoni antara lirik, melodi, dan beat, sehingga punya daya
sentuh yang kuat,” ungkapnya.
Selain musik, sebenarnya berbagai kesenian bisa dimanfaatkan untuk
menyebarkan pesan-pesan dakwh islam. Misalnya, sandiwara, wayang kulit,
teater, sastra melalui puisi, novel, bahkan film, sinetron (religi) adalah seni
yang dapat digunakan sebagai media dakwah. Karena seni lebih bersifat
populer, merakyat, dan kondisional. Apa yang ada di masyarakat pada waktu
itu dapat diangkat ke permukaan bersama pesan dakwah islamiyyah.74 Seperti
halnya yang dilakukan oleh Opick.
Opick berpandangan bahwa saat ini musik menjadi sebuah kebutuhan
yang sangat luar biasa dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, dari anak-
anak, remaja, dewasa, hingga kakek-nenek. Kehidupan sehari-hari mereka
ternyata tidak bisa terlepas dari musik, bahkan ternyata musik mempengaruhi
gaya hidup mereka. Entah hanya sebagai hiburan dikala stres semata, ataupun
sebagai gaya hidup yang pada akhirnya mempengaruhi cara berpenampilan
dan berperilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan efek dari musik
sangat luar biasa membuat kita geleng kepala. misalnya jika kita melihat
akibat dari musik yang berkembang di Indonesia saja, dalam tanda kutip
bukan musik religi, tiba-tiba kebanyakan semua itu sifatnya banyak
melalaikan kita dari Allah SWT, isinya hura-hura, mabuk-mabukan, isinya
cinta-cintaan yang membangkitkan hasrat seorang lak-laki dengan seorang
perempuan. Hal itulah yang menurut Opick memang sangat berbahaya dan
merusak moral manusia khususnya umat muslim saat ini.75
74 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), Cet. Ke-1, h. 250. 75 Wawancara langsung dengan Opick, Melalui telepon, 15 april 2010
Karena pengaruh televisi dan perkembangan teknologi dewasa ini yang
demikian luar biasa, maka hadirnya musik-musik religi untuk masyarakat,
tiba-tiba menjadi sebuah alternatif yang tepat buat pribadi Opick dan
umumnya para penggiat dakwah untuk menyempaikan pesan-pesan yang
bermuatan ajakan, pengajaran, sekaligus seruan, kepada masyarakat penikmat
musik untuk bagaimana kita berfikir tentang Allah, berfikir tentang Tuhan,
berfikir tentang Nabi Muhammad SAW, dan befikir tentang kebaikan-
kebaikan. Serta hal itu juga merupakan hiburan buat masyarakat, menurut
Opick kita juga bisa menghibur diri sambil mendengarkan isi dari lagu yang
mengembalikan kita kepada Allah SWT, atau isi dari lagu yang membuat
proses pencerahan kepada kita. Tidak hanya lagu-lagu cinta, tidak hanya lagu-
lagu yang punya beat-beat bagus, lagu rock, yang bisa kita dengarkan dan
menghibur kita, namun lagu senandung religi yang menentramkan yang
mengandung pesan juga bisa menjadi solusi tepat buat kita dengarkan. Yang
saya inginkan, setiap orang yang melihat dan mendengarkan karya saya bisa
melawan kekerasan.76
Untuk itulah motivasi Opick dalam berdakwah melalui musik ialah,
karena menurutnya dakwah adalah suatu kewajiban bagi seluruh manusia yang
mengaku bahwa dirinya adalah mukmin. Jadi baginya semua orang itu wajib
berdakwah apapun profesi atau pekerjaannya, dan apapun medianya, termasuk
melalui media musik seperti apa yang dilakukannya. “Meskipun pada
hakekatnya dakwah itu kewajiban buat saya, tetapi jika saya mengaku-ngaku
bahwa dengan musik religi ini saya berdakwah, sepertinya saya merasa terlalu
76 Wawancara langsung dengan opick, melalui telepon, 15 april 2010
gede rasa. Lebih baik saya berbuat saja, biar nanti allah yang menilai, dan biar
keadaan yang menilai” terang Opick. Opick menganggap apa yang dilakukan
itu untuk menasihati dirinya sendiri. Dengan musik dan lagu itu Opick
mengungkapkan kecintaannya kepada Allah, kepada Rasulullah, dan kepada
kebaikan-kebaikan. Dalam lagu-lagunya, Opick lebih menonjolkan aspek
hikmah, filsafat, dan tasawuf dalam islam. Kandungan makna dan tema-tema
dalam seluruh album nyapun memang tidak terlepas dari pembahasan
mengenai tobat, syukur, hidayah, shalawat nabi, dan tombo ati. Semuanya itu
adalah ungkapan hatinya dan pengalamannya pribadi. Jadi menurutnya, jika
masyarakat menganggap Opick berdakwah melalui musik, maka kegiatan itu
diniatkan hanyalah sebagai syiar agama dan kewajibannya sebagai seorang
muslim.
Dengan misi dakwah inilah, tidak heran jika Opick tidak lupa
menyampaikan pesan-pesan moral yang disisipkan dalam setiap lagunya.
Layaknya seorang tokoh agama menasehati umat melalui khutbah, Opick juga
mempunyai tujuan yang sama dengan syair-syairnya. Menyanyi dan
berkhutbah memang sesuatu yang berbeda, tetapi oleh Opick keduanya bisa
memiliki fungsi yang sama. Berkhutbah berusaha menyadarkan orang, begitu
pun dengan menyanyi yang selama ini juga dimanfaatkan Opick sebagai
sarana khutbahnya.
Dengan misi dakwah ini pulalah, Opick tidak pernah melihat band atau
penyayi lain yang menyanyikan lagu religi sebagai pesaing. Dia justru merasa
senang, karena dengan demikian akan semakin banyak lahir lagu yang
berfungsi sebagai media dakwah.
Karena lagu-lagu yang disenandungkannya sarat dengan nilai dakwah,
maka salah satu pilar terpenting yang harus dimiliki penyanyi adalah fans atau
penggemar. Keberadaan mereka sangatlah berarti, meski bukan segala-
galanya. Namun Opick juga memberi catatan bagi penyuka lagunya, jangan
sampai mereka terlalu mengidolakannya. ”Ada kekhawatiran dalam diri saya
kalau fans terlalu mengidolakan saya. Saya takut mereka akan kecewa kepada
Opick karena tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan. Mending
mengidolakan Nabi Muhammad saja lah, beliau adalah teladan kita,”
ungkapnya. 77
77 www.kapanlagi.com
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas pada bab
sebelumnya. Serta analisis yang dilakukan, maka untuk mengakhiri penulisan
skripsi ini penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Islam pada hakikatnya merupakan agama dakwah, yang mewajibkan
seluruh ummatnya melakukan dakwah, sekecil apapun dan dengan media
apapun, termasuk salah satunya ialah dengan sebuah musik dan lagu,
ketika apa yang kita sampaikan dan contohkan kepada orang lain
merupakan kebaikan, baik kebaikan yang berhubungan dengan Allah
maupun kebaikan terhadap sesama manusia maka hal itu sudah termasuk
dakwah. seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
“sampaikanlah walau hanya satu ayat”. Senada dengan pernyataan di atas,
menurut Opick, musik juga bisa menjadi sebuah ruang untuk kita
menyampaikan sesuatu kepada orang banyak, termasuk menyampaikan
pesan dakwah. Ketika yang disampaikan itu adalah kebaikan-kebaikan,
kecintaan kita kepada Rasulullah, ketaatan kita kepada Allah, atau
menyeru kita mengingat Allah, dan misi-misi lainnya yang mengandung
kebaikan-kebaikan, maka hal itu juga bisa disebut dakwah. Karena
menurut Opick, untuk berdakwah atau melakukan kegiatan dakwah, kita
tidak harus menjadi seorang ustad, kyai ataupun menjadi seorang ulama,
tidak harus melalui mimbar-mimbar ataupun ceramah-ceramah resmi.
Tetapi kita bisa berdakwah dengan cukup menjadi diri kita sendiri, dan
sesuai dengan apa yang kita miliki dan mampu, serta apa yang Allah
berikan kepada diri kita. Jadi, setiap orang bisa melakukan dakwah sesuai
dengan kemampuan dan ilmunya masing-masing.
2. Motivasi Opick dalam berdakwah melalui musik yaitu, didasari atas
hobinya berkesenian, yang salah satunya adalah musik. Disamping itu,
Opick juga berharap dengan musik dan lagunya ia dapat menanamkan
nilai-nilai keislaman kepada masyarakat, khususnya pecinta musik, karena
menurutnya dakwah adalah suatu kewajiban bagi seluruh manusia yang
mengaku bahwa dirinya adalah mukmin, baik laki-laki maupun
perempuan, termasuk dirinya, dan apapun profesi atau pekerjaannya, dan
apapun medianya, termasuk melalui media musik seperti apa yang
dilakukannya. Disamping itu, Opick juga berharap dengan musik dan
lagunya para pendengarnya bisa melawan kekerasan dan menanamkan
nilai-nilai keislaman baik kepada masyarakat maupun bagi dirinya pribadi,
dan pada umumnya pecinta musik.
B. Saran-saran
Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis
memberikan gambaran dan menyarankan kepada kalangan akademisi, pelaku
dakwah islamiyyah, maupun masyarakat pada umumnya, bahwa untuk
berdakwah atau melakukan kegiatan dakwah, sesungguuhnya kita tidak harus
menjadi seorang ustad, kyai ataupun menjadi seorang ulama, tidak harus
melalui mimbar-mimbar ataupun ceramah-ceramah resmi saja. Tetapi kita bisa
berdakwah dengan cukup menjadi diri kita sendiri, dan sesuai dengan ilmu
dan kemampuan yang kita kuasai, serta apa yang Allah berikan kepada diri
kita. Jadi, setiap orang bisa melakukan dakwah sesuai dengan kemampuan dan
ilmunya masing-masing.
Bagi para musisi, hendaknya lebih bijak dan arif lagi dalam berkarya.
Yakni, karya musik atau karya seni yang dihasilkan hendaknya mengandung
asas manfaat, baik bagi seniman pribadi maupun para pendengar dan
masyarakat pada umumnya.
Kemudian bagi para pecinta dan pendengar musik, hendaknya dalam
mendengarkan musik kita memilih mendengarkan sebuah musik yang
mengandung manfaat bagi kita, yakni yang mengandung nasihat atau
penyeruan kepada amar ma’ruf nahi munkar, yang pada akhirnya dapat
memicu atau menyemangati kita untuk hidup lebih baik dan tentunya
mendapatkan wawasan yang bermanfaat.
Dan terakhir, tidak ada kesempurnaan bagi siapapun tak terkecuali
dengan penelitian ini. Penelitian ini baru pada tataran deskriptif, jadi masih
banyak lagi yang berhubungan dengan dakwah khususnya yeng menggunakan
media musik yang pantas untuk dilakukan penelitian. Akhirnya, segala puji
bagi Allah sang penguasa alam yang menghendaki penelitian ini terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abda, Selamet Muhaimin. Prinsip-Prinsip Metode Dakwah. Surabaya: Usaha
Nasional, 1994.
Amin, M. Masyhur. Dakwah Islam dan Pesan Moral. Jakarta: Al-Amin Press,
1997.
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2009.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994.
Firdaus, Aunur Rofik Lil. Opick Oase Spiritual Dalam Senandung. Jakarta: Mizan
Media Utama, 2006.
Gazalba, Sidi. Islam dan Kesenian. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998.
Ghazali, M. Bahri. “Dakwah Komunikatif” Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Ghazali, M.Bahri. Dakwah Komunikatif. Jakarta: CV Pedoman Ilmu, 2005.
Habib, M. Syafaat. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1992.
Hafiduddin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Hamka. Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas,
1984.
Hasanuddin, A.H. Retorika Dakwah & Publikasi dalam Kepemimpinan.
Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Kurniawan, Denny. Dakwah melalui musik “analisis wacana lagu karya rhoma
irama”, Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2007.
Mahmud, Ahmad. Dakwah Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002.
Mariyati. “T&T Orchestra Sebagai Media Dakwah,”. skripsi S1 fakultas dakwah
dan komunikasi, UIN Jakarta, 2004.
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: pustaka Firdaus, 2008.
Munawir, A.W. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Yogyakarta:
Pustaka Progressif 1997.
Munir, Muhammad dan Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009.
Noor, Farid Ma’ruf. Dinamika dan Akhlak Dakwah. Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1981.
Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,
1992.
Qardhawi, Yusuf. Islam Bicara Seni. Solo: Era Intermedia, 2002.
Qardhawi,Yusuf. Halal dan Haram. Jakarta: Robbani Press, 2005.
Rahmat, Jalaluddin. Retorika Modern, sebuah kerangka teori dan praktik
berpidato. Bandung: Akademika, 1982.
Rais, Moh. Amien. Islam dan Dakwah: Pergumulan antara Nilai dan Realitas.
Yogyakarta: Pimpus Muhammadiyah Majlis Tabligh, 1998.
Romli, A.M. Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan. Jakarta: PT.Bina Rena
Pariwara, 2004.
Rosyidi. Dakwah Sufistik Kang Jalal, Menentramkan Jiwa Mencerahkan Pikiran.
Jakarta: Paramadina, 2004.
Shaleh, Abdul Rosyad. Manajemen Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang, 1986.
Suparta, Munzier dan Harjani Hefni. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media,
2003.
Syauqiyah, Diana. “Analisis Wacana pesan dakwah pada lirik lagu dalam album
religi lahir kembali H. Jefri Al-Buchori,”. skripsi S1 fakultas dakwah
dakwah dan komunikasi, UIN Jakarta, 2006.
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Usman, Husni dan Purnomo Setiadi Akbar. Metodologi Penelitian sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 1998.
Yafie, Ali. Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jakarta: Makalah Seminar.
1992.
Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab – Indonesia. Jakarta: Tidakarya Agung,
1989.
Zaidan, Abdul Karim. Dasar-dasar Ilmu Dakwah 2. Jakarta: Media Dakwah,
1984.
Internet
Agung Suseno Seto, “Dakwah bi al-Hal: Alternatif Model Dakwah Masa Kini,”
diakses dari http://eprints.ums.ac.id/279/1/Artikel-2.doc.
Astaga.Com, “Di Bawah Langit-Mu, Album Kematangan Opick”, diakses pada
22 juni 2010 dari http://www.astaga.com/content/di-bawah-langit-mu-
album-kematangan-opick
Asy’ari, “Objek dan Subjek Dakwah,” artikel diakses pada 21 Februari 2009 dari
http://www.Asyari Agama Online.org/2009/2102.html.
Bagus 'yasir ali ukasyah', musik underground sebagai media dakwah islam?, diakses pada 15 mei 2010, dari http///musik-underground-sebagai-media-
dakwah.html
Nadahijrah/Forte Records, “Biography”, diakses pada 22 juni 2010 dari
http://aquarius-musikindo.com/artist-inside.php?arid=48
Rid/Dia/Sya, Musik dalam Peradaban Islam, diakses pada 22 juni 2010 dari
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam
nusantara/09/07/09/61237-musik-dalam-peradaban-islam.
Ustadz Abu Umar Basyir Ditulis oleh Administrator elfata, “Da’i Artis atau Artis
Da’i ?,” artikel diakses pada 11 desember 2009 dari
ibnuakhir.wordpress.com/2008/03/11/
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Musik, ( 04:42, 28 Februari
2010). http://id.wikipedia.org/wiki/Opick.
www.kapan lagi.com.