dakwah preneur
TRANSCRIPT
Log In
Sign Up
DAKWAH ALTERNATIF: INTEGRASI ISLAM, INDONESIA, DAN
DAKWAH-PRENEUR
Uploaded byMamang Haerudin
834
Download DOC
DAKWAH ALTERNATIF:INTEGRASI ISLAM, INDONESIA, DAN DAKWAH-PRENEUR
Muhamad Haerudin Ketua LP3M STID Al-Biruni CirebonSelama ini Islam hanya diidentikkan dengan agama
dakwah secara lisanan sich. Dakwah Islam kerap kali tercerabut dari makna subtantifnya, yang amat
menekankan adanyaaplikasi. Persoalan ini luput dari genealogis historis Islam iu sendiri, khususnya dalamrekaman
sejarah Islam Nusantara. Padahal, sebagaimana kita ketahui bahwa Islam yang masuk ke Nusantara adalah Islam
dengan tipikal iklusif dan entrepreneurship. Islam yang didakwahkan dengan terbuka dan berfilosofikan para
entrepreneur. Di sinilah urgensiuntuk melakukan reorientasi dakwah dari dakwah bi al-Lisanke
al-Haalberanjak dariinspirasi Islam untuk Indonesia yang dihadapkan dengan pelbagai problematika
keumatankontemporer menuju aktualisasi dakwah-preneur.Kata Kunci:Islam, Indonesia,
Reorientasi Dakwah, dan Dakwah-preneur PendahuluanIslam adalah agama dakwah artinya agama
yang selalu mendorong pemeluknyauntuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya
umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya, karena itu al-Qur’an dalam
menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula.1
Demikian bahwa Islam
adalah agama dakwah sesuai dengan salah satu firman Allahdalam QS. an-Nahl [16]: 125, “Serulah manusia
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. SesungguhnyaTuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk .” Kalau kita pahamidengan seksama,
bahwa memang Islam menyeru pemeluknya untuk melakukan dakwah,mengajak orang lain kepada
kebaikan. Namun demikian, mesti kita pahami pula—masih1
Harjani Hefni, dkk. 2003. Metode Dakwah
. Jakarta: Prenada Media, h. 4-5.1
dalam ayat tersebut—bahwa Islam menggarisbawahi agar
pemeluknya berdakwah denganhikmah dan pelajaran yang baik. Dengan kata lain, Islam tidak menghendaki
pemeluknyamelakukan dakwah dengan cara yang tidak baik dan tercela.Ayat di atas diperkuat oleh pendapat
Yunan Yusuf yang menyatakan bahwa dakwahharuslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan
pas. Dakwah harus tampil secaraaktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang
kekinian danhangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual
dalamarti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.2
Dulu dakwah adalah tugas para rasul dan nabi Allah. Tetapi setelah Islam datang,dakwah bukan hanya tugas yang
dibebankan kepada Rasulullah saw, melainkan menjaditugas dari seluruh pengikutnya tanpa kecuali.
3
Itu artinya beban dakwah Islam menjaditugas individu setiap Muslim untuk semakin membumikan Islam
ke tengah-tengahmasyarakat yang penuh dengan problematika yang kompleks.Zaman terus berkembang
dan berubah, urgensi tentang dakwah kontekstual haruslahmenjadi titik beranjak umat Islam masa
kini dalam melakukan aktivitas berdakwah. Dantak juga kalah penting bahwa dakwah tidak melulu identik dengan
ceramah. Realitas yangmengemuka dari ragam aktivitas dakwah di Indonesia misalnya, kini identik—atau
lebihtepatnya diidentikkan—dengan ceramah. Fenomena dakwah melalui ceramah ini dapatdengan mudah kita
temukan, betapa dakwah melalui ceramah telah mendominasi aktivitasdakwah yang hakikatnya
begitu beragam dan universal.2
Yunan Yusuf. 2003. Pengantar dalam Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media, h. xii.3
Rosyidi. 2004. Dakwah Sufistik Kang Jalal . Jakarta: Dian Rakyat, h. 1.2
Bisa kita runut fenomena dakwah
ceramah ini dari berbagai kegiatan mulai dari pengajian-pengajian di majelis taklim, pada peringatan hari besar, atau pada event-
eventlain sejenisnya. Tak ketinggalan pula berbagai media terutama media elektronik, di
radiomaupun televisi, dimana setiap bangun tidur di pagi hari kita pasti akan langsung disuguhidengan sajian
dakwah ceramah dengan racikan-racikannya yang memikat.Sekarang ini kita hidup dalam
masyarakat horizontal, “the word is flat ”, sebuahmomentum dan tantangan untuk
menerjemahkan konsep Islam sebagai “rahmat bagi alam”yang menuntut pembuktian empiris-horizontal.
Sehebat apapun suatu ajaran agama yangdiyakini secara teologis-vertikal, kehebatan dan keunggulanny
a sulit dipasarkan pada duniakalau disertai dengan bukti dan prestasi empiris yang terukur dan
dapat dirasakan langsungoleh masyarakat penggguna jasa.4
Apa yang dinyatakan
oleh Komaruddin Hidayat itu pada hakikatnya adalah upayamembumikan ajaran Islam dari
sekedar teori ke aplikasi. Agar apa yang diajarkan dandicita-citakan Islam dalam mewujudkan sebuah
kehidupan yang penuh rahmat itu tidak hanya isapan jempol belaka, melainkan ada dan nyata. Dakwah
melalui ceramah memang bukan distorsi, tetapi ia akan kehilangan makna subtantifnya hanya jika ia
sebatas teori.Dalam konteks Indonesia dengan jumlah penduduk yang semakin membludak,ternyata mayoritas penduduk
nya diisi oleh kalangan menengah ke bawah. Itu artinya, bahwa masyarakat Indonesia masih jauh dari sejahtera.
Atas dasar inilah, maka kita semua perlu menggagas sebuah konsep dakwah sebagai dakwah alternatif yang memiliki dayakont
ibutif yang mumpuni untuk dimasyarakatkan.4
Komaruddin Hidayat. 2012. Agama Punya Seribu Nyawa
. Jakarta: Noura Books, h. 44.3
Job Board
About
Press
Blog
Stories
Terms
Privacy
Copyright
We're Hiring!
Help Center
Academia © 2015