dalam meningkatkan keterampilan berbicara dan...

69
EFEKTIVITAS MODEL TAI (Team Assisted Individualization) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan bahasa Mandarin Oleh: Yohana Agustin 2404415015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 04-Jul-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

“EFEKTIVITAS MODEL TAI (Team Assisted Individualization)

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN

MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON

DALEM SEMARANG”.

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan bahasa Mandarin

Oleh:

Yohana Agustin

2404415015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

ii

Page 3: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

iii

Page 4: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

iv

Page 5: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. “Yang singkat itu waktu, Yang menipu itu dunia, Yang dekat itu

kematian, Yang besar itu hawa nafsu, Yang berat itu amanah, Yang

sulit itu ikhlas, Yang mudah itu berbuat dosa, Yang susah itu sabar,

Yang sering lupa itu bersyukur, Yang mendorong ke neraka itu lidah,

Yang berharga itu iman, Yang menentramkan hati itu berdzikir, dan

Yang ditunggu Allah itu adalah bertaubat”. (Imam Al-Ghajali)

Persembahan :

1. Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta. Bapak Hasan, Ibu Tinah, dan

Adikku Marchel yang selalu mendo’a kan kesuksesanku.

2. Almamater Uiversitas Negeri Semarang (UNNES) dan Prodi

Pendidikan Bahasa Mandarin.

3. Anda yang sedang membaca skripsi ini.

Page 6: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

vi

PRAKATA

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT sang penggenggam

jiwa yang telah melimpahkan nikat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Model TAI

(Team Assisted Individualization) dalam Meningkatakan Keterampilan

Berbicara dan Membaca bahasa Mandarin Siswa Kelas VIII SMP

Kebon Dalem Semarang” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri

Semarang. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW sang suri tauladan terbaik sepanjang masa.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan

uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila peneliti

mengungkapkan rasa terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Muhammad Jazuli, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa

dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

izin dalam pelaksanaan penelitian.

2. Dra. Rina Supriatnaningsih, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan

Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan

dalam melaksanakan penelitian.

3. Anggraeni,S.T., MTCSOL., Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Mandarin sekaligus dosen pembimbing yang telah

membantu peneliti dengan sabar dan telaten telah meluangkan

Page 7: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

vii

waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memotivasi peneliti

untuk tetap semangat dalam mengerjakan skripsi.

4. Seluruh dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan dan motivasi kepada peneliti

sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat.

5. Sr. Maria Dwi Nurwaningsih, PI, S.Pd., Kepala Sekolah SMP

Kebon Dalem Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

6. MA. Ida Guniarti Gunawan, S.Pd., Guru mata pelajaran bahasa

Mandarin kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang yang sudah

memberikan pengarahan dan bimbingan selama penelitian, serta

seluruh guru-guru dan siswa kelas VIII SMP Kebon Dalem

Semarang atas kerjasama dalam penyusunan skripsi.

7. Ustadz Jamat Jamil, S.Pd., M.Pd., Guru ngaji yang selalu

memberikan motivasi, arahan, dan ilmu-ilmunya dengan sabar.

8. IPNU IPPNU Universitas Negeri Semarang, organisasi yang telah

mendidik, melatih, serta menempa peneliti sehingga peneliti

mampu belajar berbagai hal di luar bangku perkuliahan.

9. Lire Kaiwa BSA dan BOC organisasi Jurusan Bahasa Sastra

Asing (BSA) yang turut membantu peneliti dalam memupuk ilmu

di Jurusan Bahasa Sastra Asing.

10. Teman sekaligus saudara se-organisasi IPNU IPPNU serta

Banom-banom (Badan Otonom) NU lainnya yang selalu

mendorong peneliti untuk terus semangat dalam berbagai hal.

Page 8: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

viii

Page 9: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

ix

ABSTRAK

Agustin, Yohana. 2019. Efektivitas Model TAI (Team Assisted Individualization)

dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Membaca Bahasa

Mandarin Siswa Kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang.Skripsi, Jurusan

Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Semarang, Pembimbing I. Anggraeni, S.T., MTCSOL.

Kata Kunci : Efektivitas, TAI, Berbicara dan Membaca

Keterampilan berbicara dan membaca merupakan keterampilan berbahasa

yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran bahasa Mandarin dengan KKM 70.

Keterampilan berbicara dan membaca bahasa Mandarin siswa kelas VIII SMP

Kebon Dalem Semarang tergolong masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor yang salah satunya adalah model pembelajaran yang kurang

inovatif dan monoton. Salah satu upaya yang ditawarkan sebagai alternatif

pemecahan permasalahan di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran

TAI (Team Assisted Individualization).

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan dan

efektivitas model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dalam

pembelajaran keterampilan berbicara dan membaca bahasa Mandarin siswa kelas

VIII SMP Kebon Dalem Semarang. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektivitas model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan membaca bahasa Mandarin siswa

kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang.

Jenis dan desain penelitian ini adalah kuantitatif dan kuasi eksperimen

dengan pola nonequivalent control group design. Teknik pengumpulan data

menggunakan tes dan nontes. Instrumen tes yang digunakan berupa tes lisan dan

tulisan. Instrumen nontes yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, dan

observasi. Teknik analisis data adalah uji hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai kelompok

eksperimen dari hasil pretest ke posttest lebih besar dari kelompok kontrol.

Besarnya nilai rata-rata posttest berbicara berdasarkan data pretest-posttest kelas

kontrol dan kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata keterampilan berbicara

69,04 dan 74,68. Pada kelas kontrol nilai rata-rata pretest-posttest sebesar 69,44

dan 71,93. Adapun pretest-posttest keterampilan membaca kelas eksperimen

60,29 dan 70,93, sedangkan nilai keterampilan membaca pretest-posttest kelas

kontrol 48,59 dan 59,85. Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan rumus t-test,

hipotesis yang diterima adalah hipotesis kerja yang menyatakan bahwa model

Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) efektif untuk keterampilan

berbicara dan membaca bahasa Mandarin siswa kelas VIII SMP Kebon Dalem

Semarang.

Page 10: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

x

摘要

Agustin,Yohana。 2019. TAI(团队辅助个性化)模式在提高 Kebon Dalem

中学三宝垄的第八级普通话的口语和阅读技巧方面的有效性。论文,

外语与文学系 , 语言与和艺术学院,顾问 I. Anggraeni,S.T.,

MTCSOL。

关键词:有效性,TAI,口语和阅读

口语和阅读技巧是学生在学习 KKM 70 普通话时必须达到的语言技能。

三宝垄 Kebon Dalem 中学八年级普通话学生的口语和阅读能力仍然缺乏。这

是由几个因素造成的,其中一个因素是创新性较低且单调的学习模式。作为

上述问题的替代解决方案提供的努力之一是实施 TAI(团队辅助个性化)学

习模型。

本研究中探讨的问题是 TAI(团队辅助个性化)学习模式在 Kebon

Dalem Middle School Semarang 的 VIII 级普通话中学习口语和阅读技能的应

用和有效性。本研究的目的是确定 TAI(团队辅助个性化)学习模式在八年

级汉语中文 Kebon Dalem 中学三宝垄学习口语和阅读技能方面的有效性。

本研究的类型和设计是定量和准实验,具有非等效对照组设计模式。

收集数据的技术使用测试和非测试。使用的测试仪器是口头和书面测试。使

用的非测试工具是文档,访谈和观察。数据分析技术是假设检验。

该研究的结果表明,实验组从预测试到后测结果的值增加大于对照组。

基于对照组和实验班的前测后测数据的平均后测值的大小获得了说话技能的

平均值 69.04 和 74.68。在对照类中,pretest-posttest 的平均值为 69.44 和

71.93。实验班的前测试后阅读技能分别为 60.29 和 70.93,而阅读课前测 -

后测技能的值为 48.59 和 59.85。从使用公式 t 检验的假设检验计算中,接受

的假设是工作假设,该假设表明 TAI 学习小组(团队辅助个性化)对于

Kebon Dalem 中学三宝垄的八年级普通话学生的口语和阅读技能有效。

Page 11: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii

PERNYATAAN ....................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ..................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 8

1.5 Sistematika Skripsi .............................................................................................. 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ....................... 11

2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 11

2.2 Landasan Teoretis ............................................................................................... 20

2.2.1 Pengetian Pembelajaran ................................................................................ 20

2.2.2 Hakikat Berbicara .......................................................................................... 21

2.2.2.1 Tujuan Berbicara ........................................................................................... 22

2.2.2.2 Aspek-aspek Penilaian Keterampilan Berbicara ........................................... 23

2.2.2.3 Kompetensi Berbicara Kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang ................ 25

2.2.3 Hakikat Membaca ......................................................................................... 25

2.2.3.1 Jenis-Jenis Membaca ..................................................................................... 26

2.2.3.2 Tujuan Membaca ........................................................................................... 28

2.2.3.3 Aspek-aspek Penilaian Keterampilan Membaca ........................................... 30

2.2.3.4 Kompetensi Membaca Kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang ............... 32

2.2.4 Pengertian Model Pembelajaran ................................................................... 33

2.2.5 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ................................................. 35

2.2.6 Model Pembelajaran Kooperatif TAI ........................................................... 39

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 47

3.1 Jenis & desain Penelitian .................................................................................... 47

3.2 Populasi & Sampel .............................................................................................. 49

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................. 50

3.3.1 Variabel Bebas .............................................................................................. 51

3.3.2 Variabel Terikat ............................................................................................ 51

3.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 52

3.4.1 Hipotesis Alternatif (Ha) ............................................................................... 52

3.4.2 Hipotesis Nol (H0) ......................................................................................... 52

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 52

Page 12: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

xii

3.5.1 Teknik Tes ..................................................................................................... 53

3.5.2 Teknik Non-tes .............................................................................................. 54

3.5.2.1 Dokumentasi ................................................................................................. 54

3.5.2.2 Wawancara .................................................................................................... 54

3.5.2.3 Observasi ....................................................................................................... 55

3.6 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 57

3.6.1 Instrumen Tes ................................................................................................ 57

3.6.1.1 Instrumen Tes Berbicara ............................................................................... 58

3.6.1.2 Instrumen Tes Membaca ............................................................................... 61

3.6.2 Instrumen Non-tes ......................................................................................... 64

3.6.2.1 Dokumentasi ................................................................................................. 64

3.6.2.2 Wawancara .................................................................................................... 65

3.6.2.3 Observasi ....................................................................................................... 65

3.7 Uji Instrumen .................................................................................................... 66

3.7.1 Uji Validitas Instrumen ................................................................................. 66

3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................................. 67

3.8 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 69

3.8.1 Teknik Analisis Data Tes .............................................................................. 69

3.8.1.1 Mencari Rata-rata .......................................................................................... 70

3.8.1.2 Uji Normalitas ............................................................................................... 71

3.8.1.3 Uji t/Uji Perbedaan Rata-rata ........................................................................ 71

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 73

4.1 Penerapan Model TAI (Team Assisted Individualization) pada Keterampilan

Berbicara dan Membaca bahasa Mandarin .......................................................... 73

4.2 Hasil Penelitian ..................................................................................................... 76

4.2.1 Uji Coba Instrumen ............................................................................................ 77

4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................................. 80

4.2.2.1 Uji Reliabilitas Keterampilan Berbicara ....................................................... 80

4.2.2.2 Uji Reliabilitas Keterampilan Membaca ....................................................... 81

4.2.3 Tabulasi Data Hasil Tes ................................................................................... 84

4.2.3.1 Tabulasi Data Hasil Pretest-Posttesst Keterampilan Berbicara Kelas Kontrol 84

4.2.3.2 Tabulasi Data Haisl Pretest-Posttest Keterampilan Berbicara Kelas

Eksperimen ...................................................................................................... 85

4.2.3.3 Tabulasi Data Hasil Pretest-Posttest Ketermpilan Membaca Kelas Kontrol .. 86

4.2.3.4 Tabulasi Data Hasil Pretest-Posttest Keterampilan Membaca Kelas

Eksperimen ...................................................................................................... 87

4.2.3.5 Perbandingan Nilai Pretest-Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Keterampilan Membaca ................................................................................... 90

4.3 Pembahasan .......................................................................................................... 91

4.3.1 Nilai Rata-rata .................................................................................................... 91

4.3.2 Rata-rata Kelas Kontrol ..................................................................................... 91

4.3.3 Rata-rata Kelas Eksperimen ............................................................................... 92

4.3.4 Uji Normalitas & Homogenitas .......................................................................... 95

4.4 Uji Hipotesis ....................................................................................................... 98

4.5 Pembahasan .......................................................................................................... 101

Page 13: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

xiii

4.5.1 Keefektivan Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

Sebagai Model Pembelajaran Berbicara dan Membaca Bahasa Mandarin ........ 102

BAB 5 PENUTUP ...................................................................................................... 104

5.1 Simpulan ............................................................................................................. 104

5.2 Saran .................................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 107

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 111

Page 14: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

xiv

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Tabel Halaman

2.1. Relevansi dan Perbedaan Penelitian ............................................................... 18

2.2. Kompetensi Berbicara Bahasa Mandarin Kelas VIII SMP Kebon Dalem

Semarang ............................................................................................................... 25

2.3. Kompetensi Membaca Bahasa Mandarin Kelas VIII SMP Kebon Dalem

Semarang ................................................................................................................... 33

2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Model Kooperatif tipe TAI ............................. 45

3.1. Kisi-kisi Pretest & Posttest Keterampilan Berbicara ......................................... 58

3.2. Predikat Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara ....................................... 59

3.3. Kategori Penskoran Aspek Berbicara Bahasa Mandarin ................................... 60

3.4. Form Penilaian Keterampilan Berbicara Bahasa Mandarin ............................... 61

3.5. Kisi-kisi Pretest & Posttest Keterampilan Membaca ........................................ 61

3.6. Kategori Penilaian Keterampilan Membaca Bahasa Mandarin (Pilihan Ganda) 62

3.7. Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Bahasa Mandarin ........................... 63

3.8. Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Uraian ............................................ 63

3.9. Pedoman Penilaian Keterampilan Membaca ..................................................... 64

3.10. Pedoman Observasi .......................................................................................... 65

3.11. Interpretasi Nilai r ............................................................................................ 68

4.1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbicara Model Kooperatif Tipe TAI ........... 75

4.2. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Model Kooperatif Tipe TAI .......... 76

4.3. Validitas Isi Instrumen Tes Keterampilan Berbicara Bahasa Mandarin ............ 78

4.4. Validitas Isi Instrumen Tes Keterampilan Membaca Bahasa Mandarin ............ 79

4.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berbicara ................................. 80

4.6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Membaca Soal Uraian ............. 83

4.7. Hasil Pretest-Posttest Kelas Kontrol Keterampilan Berbicara .......................... 84

4.8. Hasil Pretest-Posttest Kelas Eksperimen Keterampilan Berbicara ................... 85

4.9. Hasil Pretest Kelas Kontrol Keterampilan Membaca ........................................ 86

4.10. Hasil Posttest Kelas Kontrol Keterampilan Membaca ..................................... 87

4.11. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Keterampilan Membaca ............................... 88

4.12. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Keterampilan Membaca .............................. 89

Page 15: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

xv

4.13. Perbandingan Nilai Pretest & Posttest Kelas Kontrol & Eksperimen

Keterampilan Membaca ............................................................................................ 90

4.1 Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Kontrol & Kelas Eksperimen ..... 94

4.14. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berbicara Bahasa Mandarin Kelas

Kontrol & Eksperimen .............................................................................................. 95

4.15. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Berbicara Bahasa Mandarin Kelas

Kontrol & Eksperimen .............................................................................................. 96

4.16. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Membaca Bahasa Mandarin Kelas

Kontrol & Eksperimen .............................................................................................. 97

4.17. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Membaca Bahasa Mandarin Kelas

Kontrol & Eksperimen .............................................................................................. 98

4.18. Hasil Uji Hipotesis Keterampilan Berbicara Bahasa Mandarin Kelas Kontrol

& Eksperimen ............................................................................................................ 99

4.19. Hasil Uji Hipotesis Keterampilan Membaca Bahasa Mandarin Kelas Kontrol

& Eksperimen ............................................................................................................ 100

Page 16: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

RPP Keterampilan Berbicara Kelas Eksperimen ...................................................... 112

RPP Keterampilan Berbicara Kelas Kontrol ............................................................. 118

RPP Keterampilan Membaca Kelas Eksperimen ...................................................... 124

RPP Keterampilan Membaca Kelas Kontrol ............................................................. 131

Soal Pretest-Posttest Keterampilan Membaca ........................................................... 138

Soal Pretest-Posttest Keterampilan Berbicara ........................................................... 141

Kunci Jawaban Soal Pretest-Posttest Keterampilan Membaca & Berbicara............. 143

Daftar Nilai Pretest-Posttest Keterampilan Berbicara Kelas Kontrol ....................... 146

Daftar Nilai Pretest-Posttest Keterampilan Berbicara Kelas Eksperimen ................ 147

Daftar Nilai Pretest-Posttest Keterampilan Membaca Kelas Kontrol ....................... 148

Daftar Nilai Pretest-Posttest Keterampilan Membaca Kelas Eksperimen ............... 150

Daftar Nama-nama Siswa Kelas VIII A & VIII B .................................................... 152

Hasil Uji Reliabilitas Berbicara Dengan Teknik Alpha ............................................ 153

Hasil Uji Reliabilitas Membaca Uraian Dengan Teknik Alpha ................................ 155

Dokumentasi Penelitian ............................................................................................ 157

Surat Keputusan Dosen Pembimbing......................................................................... 159

Surat Ijin Penelitian .................................................................................................... 160

Sertifikat HSK 4 ......................................................................................................... 161

Page 17: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu ungkapan yang sering diucapkan oleh seseorang

dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Menurut Devianty

(2017:226) menyatakan bahwa bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas

dan manusiawi untuk membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Hidayah

(2016:1) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat

penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa seseorang dapat berkomunikasi

dengan yang lainnya, baik untuk menyampaikan keinginan, perasaan, pendapat,

gagasan, pengalaman, maupun pengetahuannya. Dengan bahasa juga seseorang

dapat memperoleh informasi, menambah ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah salah satu cara/alat manusia

berkomunikasi antar satu dengan lainnya melalui perantara sebuah kata ataupun

kalimat untuk mendapatkan suatu informasi dan membedakannya dari makhluk

lainnya.

Di Indonesia sendiri bahasa dibagi menjadi tiga macam, yaitu meliputi

bahasa daerah, bahasa nasional, dan bahasa asing. Di Indonesia ada berbagai

bahasa asing yang berkembang dan dipelajari oleh masyarakat, mulai dari jenjang

pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Salah satu bahasa asing yang

berkembang di Indonesia adalah bahasa Mandarin, pada umumnya pembelajaran

Page 18: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

2

bahasa tidak terkecuali bahasa Mandarin, terdapat empat aspek

keterampilan yang ditekankan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan pertama yaitu menyimak. Keterampilan menyimak pada

hakikatnya berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan. Effendy

(2012:137) menyatakan bahwa menyimak merupakan satu pengalaman belajar

yang amat penting bagi siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-

sungguh dari pengajar.

Keterampilan kedua yaitu berbicara. Keterampilan Berbicara adalah

kegiatan komunikatif, dalam bentuk dialog antara dua orang atau lebih, seorang

berbicara dan lainnya mendengarkan, demikian secara bergantian saling bertukar

peran. Pembicara menggunakan kata, kalimat, ungkapan, disamping bahasa

menunjang seperti mimik, gerak tubuh, dan bentuk-bentuk paralinguistis sebagai

media untuk menyampaikan pesannya. Effendy (2012:149) menjelaskan bahwa

berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi

timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.

Keterampilan ketiga adalah membaca. Keterampilan yang harus dikuasai

siswa setelah keterampilan berbicara adalah keterampilan membaca. Menurut

Effendy (2012:166) Keterampilan/kemahiran membaca mengandung dua aspek

atau pengertian. Pertama, mengubah lambang tulis menjadi bunyi. Kedua,

menangkap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang

tulis dan bunyi tersebut. Membaca dalam pengertian kedua adalah sebuah kerja

intelektual. Seorang pembaca menggunakan fikiran dan pengalaman-pengalaman

terdahulunya untuk memahami dan menemukan inti pesan yang disampaikan oleh

Page 19: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

3

penulis, bukan saja dengan memecahkan simbol-simbol bahasa yang terdapat

pada baris-baris tulisan tapi juga mencari apa yang ada di balik simbol-simbol itu.

Membaca dengan demikian, bukanlah kemahiran yang bersifat mekanis dan

sederhana tapi kemahiran yang rumit dan kompleks karena mencakup proses

pemikiran, perenungan, penilaian, analisis, pemecahan masalah dan pengambilan

kesimpulan.

Ketermapilan keempat adalah keterampilan menulis, menurut Effendy

(2012:181) menyatakan bahwa keterampilan menulis seperti halnya keterampilan

membaca adalah keterampilan komunikatif dalam bahasa tulis, dan dari sisi

adalah keterampilan produktif seperti halnya keterampilan berbicara. Kemahiran

menulis mempunyai dua aspek: pertama, kemahiran membentuk huruf dan

menguasai ejaan, kedua kemahirkan fikiran dan perasaan dengan tulisan.

Dalam pembelajaran bahasa selalu mengalami problematika dalam

keterampilan berbahasa, berdasarkan observasi dan wawancara peneliti,

diantaranya problematika yang paling menonjol adalah keterampilan berbicara

dan membaca. Problematika dalam keterampilan berbicara terjadi karena faktor

kebahasaan dan faktor nonkebahasaan yang kurang dikuasai siswa. Faktor

kebahasaan yang kurang dikuasai siswa meliputi : pelafalan, intonasi, tekanan

nada, durasi yang kurang tepat, dan kalimat yang digunakan siswa kurang efektif.

Faktor nonkebahasaan yang kurang dikuasai siswa meliputi : kurangnya

keberanian, kurangnya kelancaran, suara yang digunakan siswa kurang nyaring,

dan kurangnya penguasaan topik. Siswa sangat sulit dalam mengemukakan

pendapatnya, terutama dalam diskusi kelas (Susana, 2013 : 2).

Page 20: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

4

Problematika dalam keterampilan membaca bahasa Mandarin diantaranya

adalah kesulitan melafalkan teks bahasa Mandarin, membaca masih terbata-bata,

dialek daerah masih kental, keterbatasan penguasaan kosa kata bahasa Mandarin

sehingga kesulitan mengartikan dan memahami isi teks, kurangnya rasa

keberanian siswa dan perasaan takut salah untuk mempraktikkan membaca bahasa

Mandarin.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika Praktik

Pengalaman Lapangan di SMP Kebon Dalem Semarang pada bulan Juli –

September 2018, problematika kegiatan pembelajaran bahasa Mandarin

disebabkan beberapa faktor baik dari siswa maupun tenaga pengajar. Berdasarkan

hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru ataupun

siswa, problematika dari siswa diantaranya (1) siswa menganggap bahasa

Mandarin sebagai bahasa yang sulit; (2) kurangnya minat dan motivasi siswa

dalam belajar bahasa Mandarin; (3) kurang terampilnya siswa dalam berbicara

dan membaca bahasa Mandarin. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil belajar

siswa pada kompetensi berbicara dan membaca semester gasal kelas VIII yang

rata-rata memperoleh nilai 69 dan 48 di bawah KKM bahasa Mandarin yang telah

ditentukan yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII belum tuntas

dalam mencapai standar nilai bahasa Mandarin. Problematika dari tenaga pengajar

diantaranya (1) tenaga pengajar yang kurang memahami kesesuaian antara

pendekatan dan model yang digunakan dengan keterampilan yang hendak dicapai,

(2) penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif.

Page 21: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

5

Metode/Model yang selama ini sering digunakan pembelajaran bahasa

Mandarin di SMP Kebon Dalem Semarang adalah model ceramah. Metode/Model

ceramah adalah penyajian bahan ajar yang dilakukan oleh pendidik dengan cara

penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa, pada

implementasinya model ceramah menimbulkan kejenuhan pada siswa yang

menyebabkan menurunnya motivasi dan konsentrasi siswa dalam belajar. Salah

satu faktor penyebab kurangnya keterampilan berbicara dan membaca siswa

dalam belajar bahasa Mandarin di SMP Kebon Dalem Semarang pun dipengaruhi

oleh dorongan/dukungan dari siswa dalam satu kelas tersebut. Kebanyakan siswa

SMP Kebon Dalem Semarang akan terpacu untuk belajar bahasa Mandarin berkat

pengaruh dan bantuan dari teman sekelasnya sendiri. Sehingga dengan siapa siswa

tersebut berteman maka akan memengaruhi rendah atau tingginya prestasi siswa

dalam pembelajaran bahasa Mandarin. Dari faktor permasalahan tersebut, maka

seorang pengajar/guru harus lebih kreatif lagi dalam pemilihan model

pembelajaran di kelas.

Karena tidak semua mata pelajaran di sekolah dapat disampaikan dengan

model pembelajaran yang sama, sehingga seorang pengajar/guru perlu berfikir

lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan model pembelajaran supaya bisa

mendorong para siswanya lebih maksimal dalam pelajaran yang ditekuninya.

Model pengajaran bahasa dianggap sebagai faktor penentu utama keberhasilan

pembelajaran bahasa selain bahasa ibu (Madya, 2013:29). Sekarang ini sudah

banyak variasi model pembelajaran yang dikembangkan, diantaranya adalah

model kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sendiri ada beberapa tipe dan

Page 22: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

6

bentuknya, salah satunya adalah tipe TAI (Team Assisted Individualization)

pertama kali diprakarsai oleh Robert E. Slavin yang merupakan perpaduan antara

pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual.

TAI (Team Assisted Individualization) adalah salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan individu, dimana

individu-individu tersebut memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan dijadikan

dalam satu kelompok kecil. Dalam kelompok kecil terdiri dari 4-5 orang dan

dengan kemampuan yang heterogen tersebut, diharapkan antar individu dapat

saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran, TAI dikembangkan

untuk beberapa alasan. Pertama, berharap agar TAI menyediakan cara

penggabungan kekuatan motivasi dan bantuan teman sekelas pada pembelajaran

kooperaif dengan program pengajaran individual yang mampu memberi semua

peserta didik materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dalam bidang

bahasa dan memungkinkan mereka untuk memulai materi-materi ini berdasarkan

kemampuan mereka sendiri. Kedua, mengembangkan TAI untuk menerapkan

teknik pembelajaran kooperatif untuk memecahkan banyak masalah pengajaran

individual.

Berdasarkan problematika yang dihadapi pembelajaran bahasa Mandarin

khususnya pada keterampilan berbicara dan membaca di SMP Kebon Dalem dan

kesesuaiannya dengan teori TAI, maka peneliti ingin memperbaiki proses

pembelajaran di kelas dan menawarkan solusi untuk menyelesaikan problematika

ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul “Efektivitas Model

TAI (Team Assisted Individualization) dalam meningkatkan Keterampilan

Page 23: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

7

Berbicara dan Membaca Bahasa Mandarin Siswa Kelas VIII SMP Kebon

Dalem Semarang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang utama dalam

penelitian Efektivitas Model TAI dalam meningkatkan kemampuan berbicara dan

membaca bahasa Mandarin pada siswa Kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang,

maka dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan Model TAI dalam pembelajaran bahasa Mandarin

Kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang ?

2. Bagaimana keefektivan Model TAI dalam meningkatkan hasil belajar

bahasa Mandarin pada siswa Kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui cara menerapkan Model TAI dalam kegiatan pembelajaran di

kelas.

2. Mengetahui keefektivan Model TAI untuk meningkatkan hasil belajar

bahasa Mandarin siswa SMP Kelas VIII.

Page 24: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

8

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan informasi dan referensi bagi pengajar dalam

penggunaan metode/model pembelajaran bahasa Mandarin yang lebih menarik

dan bervariasi.

2. Manfaat praktis

Pada bagian penelitian ini akan dijelaskan mengenai manfaat praktis bagi

guru, siswa, dan pihak lain. Adapun penjelasan lengkap untuk masing-masing

bagian adalah sebagai berikut.

1) Bagi Guru

Penulis berharap hasil penelitian ini mampu menjadi salah satu bahan

reverensi dan masukan bagi para guru dalam melakukan pembelajaran berbicara

dan membaca di kelas supaya kegiatan pembelajarannya jauh lebih menarik dan

menyenangkan, sehingga mampu mengoptimalkan kemampuan para siswa dalam

berbahasa Mandarin dan berani memraktekannya di kehidupan sekolah khususnya

dan di lingkungan mereka pada umumnya.

2) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi gambaran atau inspirasi

dalam penggunaan metode pembelajaran beribacara dan membaca yang lebih

kreatif dan inovatif sehingga membuat para siswa tidak merasa bosan dan lebih

aktif berbahasa Mandarin di kelas.

Page 25: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

9

3) Pihak lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi bagi peneliti

lain untuk dapat mengembangkan model-model pembelajaran di dalam kelas yang

lebih kreatif dan inovatif. Dan menjadi pengetahuan baru bagi pembaca tentang

metode pembelajaran yang lebih bervariasi.

1.5 Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu:

bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir untuk lebih rincinya akan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Bagian Awal Skripsi

Bagian skripsi ini berupa halaman judul, lembar pengesahan, motto

dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel,

daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB 1: PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB 2: KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

Bab ini berisi penjelasan mengenai penelitian-penelitian sejenis

yang pernah dilakukan sebelumnya, pendapat para ahli dari berbagai

sumber kepustakaan yang mendukung penelitian, dan kerangka berpikir.

Page 26: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

10

BAB 3: METODE PENELITIAN

Berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan

penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, metode

pengumpulan data, instrumen penelitian dan metode analisis data.

BAB 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis data berisi tentang menyajikan hasil

pengumpulan data, pembahasan, analisis kesalahan dan cara mengatasi

kesalahan.

BAB 5: PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran dari peneliti.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran skripsi.

Page 27: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

Pada bab ini memaparkan mengenai penelitian terdahulu yang dijadikan

sebagai acuan dalam penelitian ini. Paparan penelitian terdahulu terdapat pada sub

bab tinjauan pustaka. Penelitian ini memerlukan teori yang berkaitan dengan

keterampilan berbicara, membaca, model pembelajaran, serta model TAI (Team

Assisted Individualization). Untuk menganalisis data dan teori-teori tersebut akan

dijabarkan pada sub bab landasan teoritis.

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang keefektivan Model Cooperative Learning dalam

meningkatkan kemampuan pembelajaran siswa berbahasa mandarin ini

sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh peniliti-peneliti terdahulu.

Beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan terlebih dahulu dapat

dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini. Berikut ini merupakan

beberapa uraian dari penelitian yang telah dilakukan oleh Tilaar (2014), Wardani

(2016), Adi (2017), Nabila (2018), dan Jannah (2018).

Tilaar (2014) “Effect of Cooperative Learning Model Type of Team

Assisted Individualization (TAI) and the Performance Assessment of Learning

Achievement to Linear Program Course”. This research using a 2x2 factorial

design that aims to study effect of the application of cooperative learning model

Team Assisted Individualization (TAI) and the performance assessment on

Page 28: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

12

learning achievement of students taking courses Linear Program. The results

illustrate that: (i) the empirical research data support the hypothesis of the

proposed research, (ii) based on the test statistic F, TAI cooperative learning

model and implementation of performance assessment gives a significant effect on

the average learning achievement students taking courses Linear programs, (iii)

based on the test statistic t, for students who obtain treatment models of

cooperative learning and problem based TAI, study results differ significantly

with students who obtain treatment in classical learning.

Relevansi penelitian Tilaar dengan penelitian ini adalah pertama, sama-

sama menggunakan model pembelajaran kooperatif. Kedua, sama-sama

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization). Ketiga, desain penelitian yang digunakan sama-sama

menggunakan desain penelitian eksperimen. Adapun perbedaan penelitian yang

dilakukan oleh Tilaar dengan penelitian ini adalah objek penelitian, objek yang

dilakukan Tilaar adalah Linear Program Course sedangkan objek penelitian ini

adalah bahasa Mandarin.

Peneliti Wardani (2016) berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara

Bahasa Mandarin Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Time

Token Arrend Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas X SMA Kebon Dalem

Semarang”. Jenis penelitian Wardani adalah penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan dengan empat

tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa: (1) kemampuan berbicara siswa pada tes lisan meningkat

Page 29: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

13

(siklus I rata-rata kelas 66,19, presentase ketuntasan 38,09% dan meningkat pada

siklus II rata-rata kelas mencapai 83,65 persentase ketuntasan 100%). Peningkatan

nilai rata-rata kelas siswa pada siklus I dan siklus II mencapai 17,46 atau sebesar

26,38%. (2) nilai kualitas jawaban observasi perilaku siswa meningkat (siklus I

sebesar 61,66 meningkat pada siklus II sebesar 86,07). Peningkatan nilai kualitas

jawaban observasi perilaku siswa mengalami peningkatan sebesar 24,41 atau

39,59%. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Time

Token Arrend melalui media gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara

bahasa Mandarin siswa dan perilaku baik siswa.

Relevansi penelitian Wardani dengan penelitian ini adalah, pertama,

keterampilan yang ingin dicapai yaitu keterampilan berbicara bahasa Mandarin.

Kedua, sama-sama menggunakan model pembelajarna kooperatif. Adapun

perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan penelitian ini adalah,

pertama, jenis model yang akan diteliti. Jenis model yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penggunaan jenis model TAI dalam pembelajaran

keterampilan berbicara dan membaca bahasa Mandarin sedangkan jenis model

pembelajaran pada penelitian Wardani adalah model Time Token Arrend melalui

media gambar dalam peningkatan kemampuan berbicara bahasa Mandarin. Kedua,

Subjek penelitian. Subjek penelitian dalam ini adalah siswa Kelas VIII SMP

Kebon Dalem Semarang sedangkan subjek penelitian pada Wardani adalah siswa

kelas X SMA Kebon Dalem Semarang. Ketiga, Desain pelenitian. Desain

penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan desain penelitian eksperimen

Page 30: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

14

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wardani menggunakan desain

penelitian tindakan kelas.

Peneliti Adi (2017) berjudul “Penerapan Metode Cooperative Learning

Tipe Concept Sentence untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis

bahasa Mandarin di kelas VII SMP Kebon Dalem Semarang”. Jenis penelitian

Adi adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Setiap

siklus terdiri atas dua pertemuan dengan empat tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Peningkatan keterampilan menulis bahasa

Mandarin melalui Penerapan metode Cooperative Learning tipe Concept

Sentence dapat diketahui dari tes prasiklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata

pada prasiklus sebesar 56,42 dan termasuk dalam kategori kurang. Nilai rata-rata

pada siklus I mencapai 65,15 dan dalam kategori cukup. Dengan demikian, ada

peningkatan sebesar 8,73. Pada siklus II, nilai rata-rata yang dicapai adalah

sebesar 76,69 dan termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, terjadi

peningkatan dari siklus I yaitu sebesar 11,54 dan 20,27 dari hasil prasiklus.

Relevansi penelitian Adi dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan model pembelajaran kooperatif. Adapun perbedaan penelitian yang

dilakukan oleh Adi dan penelitian ini adalah, pertama, jenis model pembelajaran

yang akan diteliti. Jenis model pembelajaran dalam penelitian ini adalah

penggunaan model TAI dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan membaca

bahasa Mandarin sedangkan model pembelajaran pada penelitian Adi adalah

model Concept Sentence untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis

bahasa Mandarin. Kedua, Desain pelenitian. Desain penelitian dalam penelitian

Page 31: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

15

ini adalah menggunakan desain penelitian eksperimen sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Adi menggunakan desain penelitian tindakan kelas.

Peneliti Nabila (2018) berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Student

facilitator and explaining Berbantu Media Kartu Gambar untuk Keterampilan

Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VII SMP Salafiyah Pekalongan Tahun

Ajaran 2017/2018”. Jenis dan desain penelitian Nabila adalah kuantitatif dan

kuasi eksperimen dengan pola nonequivalent control group design. Teknik

pengumpulan data menggunakan tes dan nontes. Instrumen tes yang digunakan

berupa tes lisan. Instrumen nontes yang digunakan adalah angket dan dokumentasi.

Teknik analisis data adalah uji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

peningkatan nilai kelompok eksperimen dari hasil pretest ke posttest lebih besar

dari kelompok kontrol. Besarnya nilai rata-rata posttest berbicara kelompok

eksperimen berturut-turut adalah 81,84 dari nilai rata-rata prestest yang

sebelumnya adalah 71,34. Sedangkan dikethaui pada kelompok kontrol rata-rata

nilai posttest berbicara sebesar 77,32 dari nilai rata-rata pretest yang sebelumnya

adalah 68,56. Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan rumus t-test, hipotesis

yang diterima adalah hipotesis kerja yang menyatakan bahwa model pembelajaran

Student Facilitator and Explaining berbantu media kartu gambar efektif untuk

keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VII SMP Salafiyah Pekalongan.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Nabila dengan penelitian ini

adalah desain penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Nabila dengan penelitian

ini sama-sama menggunakan desain penelitian eksperimen. Adapun perbedaannya

adalah, pertama, model pembelajaran yang akan diteliti. Model pembelajaran

Page 32: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

16

dalam penelitian ini adalah penggunaan model Team Assisted Individualization

(TAI) dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan membaca bahasa Mandarin

sedangkan model pembelajaran pada penelitian Nabila adalah model Student

Facilitator and Explaining dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa

Arab. Ketiga, Subjek penelitian. Subjek penelitian Nabila adalah siswa kelas VII

SMP Salafiyah Pekalongan tahun ajaran 2017/2018 sedangkan subjek dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang.

Peneliti Jannah (2018) berjudul “Efektivitas model Student Team

Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan keterampilan membaca dan

menulis bahasa Arab siswa kelas XI MAN Kendal tahun ajaran 2016/2017”.

Jenis dan desain penelitian Jannah adalah kuantitatif dan kuasi eksperimen dengan

pola nonequivalent control group design. Teknik pengumpulan data menggunakan

tes dan nontes. Instrumen tes yang digunakan berupa tes lisan dan tertulis.

Instrumen nontes yang digunakan adalah angket, dan dokumentasi. Teknik

analisis data adalah uji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

peningkatan nilai kelompok ekspeirmen dari hasil pre-test ke post-test lebih besar

dari kelompok kontrol. Besarnya nilai rata-rata post-test qira’ah dan kitabah

kelompok eksperimen berturut-turut adalah 87,43 dan 79,43 meningkat hingga

0,60% dan 0,53% dari nilai rata-rata pre-test yang sebelumnya adalah 67,89 dan

56,17. Sedangkan diketahui pada kelompok kontrol rata-rata dari nilai pretest

qiro’ah dan kitabah berturut-turut adalah 64,25 dan 54,93, dan rata-rata dari nilai

posttest keduanya adalah 82,64 dan 74,75, sehingga terlihat jelas pula bahwa dari

nilai pretest ke posttest meningkat 0,51% dan 0,43% saja. Dari perhitungan uji

Page 33: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

17

hipotesis menggunakan rumus t-test, hipotesis yang diterima adalah hipotesis

kerja yang menyatakan bahwa model Student Team Achivement Division efektif

untuk pembelajaran keterampilan membaca dan menulis bahasa Arab siswa kelas

XI MAN Kendal Tahun Ajaran 2016/2017.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Jannah dengan penelitian ini

adalah, pertama, Desain penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Roihatul

Jannah dengan penelitian ini sama-sama menggunakan desain penelitian

eksperimen. Kedua, Model pembelajaran yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

dengan penelitian Jannah sama-sama menggunakan pembelajaran kooperatif.

Adapun perbedaannya adalah, pertama, Jenis model pembelajaran yang akan

diteliti. Jenis model pembelajaran dalam penelitian ini adalah penggunaan model

Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran keterampilan

berbicara dan membaca bahasa Mandarin sedangkan jenis model pembelajaran

pada penelitian Jannah adalah model Team Achievement Division (STAD) dalam

meningkatkan keterampilan membaca dan menulis bahasa Arab. Ketiga, Subjek

penelitian. Subjek penelitian Jannah adalah siswa kelas XI MAN Kendal tahun

ajaran 2016/2017 sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

SMP Kebon Dalem Semarang.

Page 34: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

18

Tabel 2.1 Relevansi dan Perbedaan Penelitian

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Anetha L. F. Tilaar (2014) “Effect

of Cooperative Learning Model

Type of Team Assisted

Individualization (TAI) and the

Performance Assessment of

Learning Achievement to Linear

Program Course”.

1. Penelitian tentang

keefektifan model

cooperative learning.

2. Tipe cooperative

learning model TAI

(Team Assisted

Individualization).

3. Desain:

Penelitian eksperimen.

1. Objek: Linear

Program

Course.

2. Septa Kusuma Wardani (2016)

Peningkatan kemampuan

berbicara bahasa mandarin

menggunakan metode

pembelajaran kooperatif model

Time Token Arrend melalui media

gambar pada siswa kelas X SMA

Kebon Dalem Semarang.

1. Penelitian tentang

keefektifan model

cooperative learning.

2. Objek: mata pelajaran

bahasa mandarin.

1.Subjek:siswa

SMA.

2.Desain:Penelit

ian PTK.

3.Penelitian

model tipe:

cooperative

learning tipe

Time Token

Arrend.

3. Krisno Adi (2017) berjudul

“Penerapan Metode Cooperative

Learning Tipe Concept Sentence

untuk meningkatkan pembelajaran

keterampilan menulis bahasa

mandarin di kelas VII SMP

Kebon Dalem Semarang”.

1. Penelitian tentang

keefektifan model

cooperative learning.

2. Subjek: siswa SMP.

3. Objek : mata pelajaran

bahasa mandarin.

1.Desain:Penelit

ian PTK.

2.Penelitian

model tipe:

Cooperate

Learning tipe

Concept

Sentence

4. Azza Nabila (2018) berjudul

“Efektivitas Model Pembelajaran

Student facilitator and explaining

Berbantu Media Kartu Gambar

untuk Keterampilan Berbicara

Bahasa Arab Siswa Kelas VII

SMP Salafiyah Pekalongan Tahun

Ajaran 2017/2018”.

1. Desain:Penelitian

eksperimen.

2. Subjek :siswa SMP.

1.Objek :mata

pelajaran bahasa

Arab.

2.Penelitian

model tipe:

Student

Facilitator and

explaining

Berbantu Media

Kartu Gambar.

Page 35: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

19

5. Roihatul Jannah (2018) berjudul

“Efektivitas model Student Team

Achievement Division (STAD)

dalam meningkatkan keterampilan

membaca dan menulis bahasa

Arab siswa kelas XI MAN Kendal

tahun ajaran 2016/2017”.

1. Penelitian tentang

cooperative learning.

2. Desain :Penelitian

eksperimen.

1. Objek:mata

pelajaran

bahasa Arab.

2.Subjek:siswa

MAN/SMA.

3.Penelitian

model tipe:

STAD (Student

Team

Achievement

Division).

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas yang telah dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tentang

peningkatan pembelajaran bahasa asing sudah banyak dilakukan dan ada berbagai

metode pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh para pengajar.

Adapun penelitian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) dalam pembelajaran berbicara dan membaca bahasa

Mandarin ini belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini dilakukan untuk

melengkapi referensi dalam mengajar kemampuan berbicara dan membaca bahasa

Mandarin.

Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan

pembelajaran bahasa Mandarin terkhusus pada peningkatan keterampilan

berbicara dan membaca bahasa Mandarin pada siswa.

Page 36: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

20

2.2 Landasan Teoritis

Di dalam landasan teoretis ini peneliti menguraikan teori-teori yang

diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian.

Landasan teoretis tersebut yaitu: teori pembelajaran, teori keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, teori model pembelajaran, teori model

pembelajaran kooperatif , dan teori model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

2.2.1 Pengertian Pembelajaran

Menurut Danim dan Khairil (2013:15) Mengajar berasal dari kata

dasar ajar. Kata ajar bermakna memberi petunjuk atau menyampaikan

informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek tertentu

untuk diketahui atau dipahami. Mengajar bermakna tindakan seseorang atau

tim dalam memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman,

pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka

mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.

Menurut Mahmud (2010:295), mengajar adalah memasuki dunia siswa untuk

mengubah persepsi dan perilaku mereka. Hasibuan dan Moedjiono (2002:3)

dalam buku Proses Belajar Mengajar juga memberi pengertian bahwa

mengajar adalah penciptaan sistem yang memungkinkan terjadinya proses

belajar mengajar. Sistem lingkungan terjadi komponen-komponen yang saling

memengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang akan

diajarkan guru-guru kepada siswa, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana

dan prasarana.

Page 37: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

21

2.2.2 Hakikat Berbicara

Berbicara merupakan suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara adalah suatu alat

untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak

(Tarigan, 2008:16-17).

Menurut Hurlock dalam Aryati (2014:14) menyatakan bahwa berbicara

adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang

digunakan untuk menyampaikan maksud, karena berbicara merupakan

komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting.

Bicara merupakan keterampilan mental-motorik yang tidak hanya melibatkan

koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda tetapi juga

mempunyai aspek mental yaitu kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi

yang dihasilkan.

Menurut Nurgiyantoro (2001:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa

kedua dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas

mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi bahasa yang didengarkan itulah

kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.

Dari uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa berbicara

merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang mengucapkan kata-kata

untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan

perasaan kepada sekelompok orang atau individu.

Page 38: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

22

2.2.2.1 Tujuan Berbicara

Gorys Keraf (dalam Aryati 2014 :12) mengemukakan tujuan berbicara

diantaranya adalah untuk meyakinkan pendapat, menghendaki tindakan atau

reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar.

Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk

memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki reaksi

fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.

Menurut Purnomo (dalam Yuanita 2011:17) tujuan berbicara yaitu

menggerakkan pendengarnya. Menggerakkan dimaksudkan sebagai upaya

untuk membuat atau menggerakkan orang agar berbuat, bertindak atau

beraksi seperti yang diinginkan pembicara. Melalui kepawaian berbicara,

kecakapan memanfaatkan situasi, dan penguasaan terhadap ilmu jiwa, maka

seseorang dapat dengan mudah menggerakkan pendengarnya untuk

melakukan sesuatu.

Yuanita (2011:16-17) mengemukakan bahwa ada tujuan lain dan

aktivitas berbicara adalah menyampaikan informasi. Orang akan lebih mudah

menyampaikan atau menerima informasi secara lisan. Pembicara dengan

tujuan menginformasikan sering dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,

seperti menjelaskan suatu proses, menguraikan, menafsirkan, atau

menginterprestasikan sesuatu hal, memberi, menyebarkan, dan menanamkan

pengetahuan dan menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antar benda, hal atau

peristiwa.

Page 39: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

23

2.2.2.2 Aspek-aspek Penilaian Keterampilan Berbicara

Wahyuni dan Ibrahim (2012:31-32) menjelaskan bagian dari

kemampuan berbahasa yang aktif-produktif, kemampuan berbicara menuntut

penguasaan terhadap beberapa aspek dan kaidah penggunaan bahasa. Secara

kebahasaan terdapat beberapa aspek dan kaidah penggunaan bahasa. Secara

kebahasaan pesan lisan disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan

kata-kata yang dipilih sesuai dengan maksud yang perlu diungkapkan. Kata-

kata itu dirangkai dalam susunan tertentu menurut kaidah tata bahasa, dan

dilafalkan sesuai dengan kaidah pelafalan yang sesuai pula, supaya pesan yang

disampaikan dapat diterima dan dimengerti seperti yang dimaksudkan oleh

seorang pembicara. Selain unsur kebahasaan itu, unsur isi dari pesan

merupakan bagian yang justru lebih penting. Tanpa isi yang diidentifikasi

secara jelas, pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan berbicara tidak

akan tersampaikan secara jelas pula.

Haris (dalam Asrori dkk 2012:101) menegaskan bahwa berbicara itu

merupakan keterampilan yang sangat kompleks yang mempersyaratkan

penggunaan berbagai kemampuan secara simultan. Kemampuan tersebut

meliputi: (a) pelafalan (yang mencakup ciri-ciri segmental-vokal dan

konsonan, serta pola tekanan dan intonasi), (b) tata bahasa, (c) kosa kata, (d)

kelancaran (fluency), dan (e) pemahaman (kemampuan merespon terhadap

suatu ujaran secara baik).

Page 40: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

24

Menurut Effendy (2012:153), adapun aspek-aspek yang dimulai dalam

kegiatan berbicara, sebagaimana disarankan oleh para ahli, adalah sebagai

berikut:

(1) Aspek kebahasaan, meliputi: (a) pengucapan, (b) penempatan tekanan, (c)

nada dan irama, (d) pilihan kata, (e) pilihan ungkapan, (f) susunan kalimat dan

(g) variasi.

(2) Aspek non kebahasaan, meliputi : (a) kelancaran, (b) penguasaan topik, (c)

keterampilan, (d) penalaran, (e) keberanian, (f) kelincahan, (g) ketertiban, (h)

kerajinan dan (i) kerjasama.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai aspek-aspek penilaian

keterampilan berbicara di atas, maka hal ini dapat dijadikan sebagai acuan

dalam menilai keberhasilan belajar keterampilan berbicara. Penilaian ini dapat

dilakukan baik untuk penilaian individual maupun kelompok. Namun tidak

serta merta semua aspek harus dinilai sekaligus, dalam melakukan penilaian

harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap guru dan siswa. Guru dapat

menyederhanakan berdasarkan aspek apa saja yang hendak dinilai dan

menyesuaikan dengan kemampuan siswanya.

Keterampilan berbicara bahasa Mandarin di kelas VIII tingkat SMP

merupakan tingkat keterampilan berbahasa yang sederhana dan mendasar

sehingga pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil empat dari beberapa

aspek penilaian keterampilan berbicara. Adapun sebagian aspek yang

digunakan dalam penelitian adalah 1) aspek kebahasaan yang meliputi

Page 41: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

25

pengucapan, dan susunan kalimat, dan 2) aspek non kebahasaan yang meliputi

kelancaran dan keberanian.

2.2.2.3 Kompetensi Berbicara Kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang

Kompetensi berbicara di SMP Kebon Dalem kelas VIII adalah

kompetensi bahasa Mandarin sesuai dengan silabus yang digunakan dalam

satu tahun. Dalam penelitian ini hanya menggunakan KI dan KD semester

genap karena disesuaikan dengan waktu penelitian, dan topik yang diajarkan.

Tabel 2.2 Kompetensi Berbicara Bahasa Mandarin Kelas VIII

SMP Kebon Dalem Semarang

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

4. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah konkret

dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari

yang dipelajarinya di sekolah

secara mandiri, dan mampu

menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan.

4.1 Melafalkan bunyi huruf, kata, frasa, dan

kalimat Bahasa Mandarin terkait topik: 天气

4.3 Menyampaikan makna dari ujaran kata,

frasa, dan kalimat-kalimat sederhana terkait

topik: 天气

2.2.3 Hakikat Membaca

Membaca adalah keterampilan yang penting dalam pembelajaran dan

komunikasi. Somadyo (2011: 1) membaca merupakan suatu kegiatan interaktif

untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam

bahan tulis. Ditegaskan oleh Rahim (2008: 1) proses belajar yang paling

efektif dapat dilakukan melalui kegiatan membaca. Adapun menurut Tarigan

(2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca guna

memperoleh pesan atau informasi yang hendak disampaikan oleh penulis

melalui media kata-kata atau bahasa lisan. Dengan demikian membaca

Page 42: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

26

memiliki peran yang sangat penting bagi setiap manusia untuk memahami

informasi baik dalam bahan tulis maupun keadaan lingkungan disekitar kita,

sehingga membaca perlu dijadikan budaya yang baik. Adapun dalam

memahami informasi dengan membaca diperlukan keterampilan yang khusus,

salah satunya dengan membaca pemahaman.

2.2.3.1 Jenis-Jenis Membaca

Untuk melatih aspek kemahiran mengubah lambang tulis menjadi

bunyi dan kemahiran memahami makna bacaan, ada beberapa jenis kegiatan

membaca antara lain:

1) Membaca Keras

Dalam kegiatan membaca keras ini, yang terutama ditekanakn adalah

kemampuan membaca dengan:

a. Menjaga ketepatan bunyi bahasa Mandarin, baik dari segi pengucapan

maupun sifat-sifat bunyi yang lain.

b. Irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulits.

c. Lancar, tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang.

d. Memperhatikan tanda baca atau tanda grafis (pungtuasi)

2) Membaca Dalam Hati

Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-

pokok maupun rincian-rinciannya. Oleh karena itu, ia merupakan sarana

bagi jenis membaca yang lain, yakni membaca analisis, membaca cepat,

membaca rekreatif dan sebagainya. Dalam kegiatan membaca dalam hati,

perlu diciptakan suasana kelas yang tertib sehingga memungkinkan siswa

Page 43: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

27

berkonsentrasi kepada bacaannya. Secara fisik membaca dalam hati harus

menghindari:

a. Vokalisasi, baik hanya menggerakkan bibir sekalipun.

b. Pengulangan membaca, yaitu mengulangi gerak mata kepada kalimat

sebelumnya yang sudah dibaca.

c. Menggunakan telunjuk/penunjuk atau gerakan kepala.

3) Membaca Cepat

Tujuan utama membaca cepat ialah untuk mendorong dan melatih siswa

agar berani membaca lebih cepat daripada kebiasaannya. Kecepatan

menjadi tujuan tetapi tidak boleh mengorbankan pengertian. Dalam

membaca cepat ini siswa tidak diminta memahami rincian-rincian isi teks,

tetapi cukup dengan pokok-pokoknya saja. Para ahli membaca cepat

melaporkan bahwa membaca cepat tidak hanya memperbaiki prestasi

waktu, tetapi menambah banyaknya informasi yang dapat diserap oleh

pembaca, baik pernendahaan bahasa maupun pengetahuan untuk

memperluas wawasan mereka.

4) Membaca Rekreatif

Jenis membaca ini ada hubungannya dengan jenis membaca cepat. Tapi

tujuan membaca rekreatif bukanlah untuk menambah jumlah kosa kata,

bukan untuk mengajarkan pola-pola baru, bukan pula untuk pemahaman

teks bacaan secara rinci, tetapi untuk memberikan latihan kepada siswa

membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. Tujuannya lebih jauh

adalah untuk membina minat dan kecintaan membaca.

Page 44: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

28

5) Membaca Analitis

Tujuan utama membaca analitis ialah untuk melatih siswa agar memiliki

kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Selain itu siswa dilatih

agar dapat menggali dan menunjukkan rincian informasi yang memperkuat

ide utama yang disajikan penulis. Siswa juga dilatih berfikir logis, mencari

hubungan antara satu bagian kalimat dengan bagian kalimat lainnya,

antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, antara satu paragraph dengan

paragraph lainnya, antara satu kejadian dengan kejadian lainnya, dan

menarik kesimpulan yang tidak tertulis secara eskplisit dalam bacaan.

2.2.3.2 Tujuan Membaca

Kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang tidak bertujuan.

Menurut Ahuja (2010:15), merumuskan Sembilan alasan seseorang membaca.

Alasan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Untuk tertawa.

b. Untuk menghidupi kembali pengalaman-pengalaman sehari-hari.

c. Untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain.

d. Untuk memuaskan kepenasaran, khususnya kenapa orang berbuat

sesuatu dengan cara mereka.

e. Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri.

f. Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.

g. Untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat

yang belum pernah kita lihat.

Page 45: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

29

h. Untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak dan memecahkan

masalah dari pengarang.

Menurut Anderson (via Tarigan, 2008:9-11), terdapat 7 tujuan

membaca. Ketujuh tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for

details or facts).

b. Memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for

sequence or organization).

d. Membaca bertujuan untuk menyimpulkan isi yang terkandung

dalam bacaan (reading for inference).

e. Mengelompokkan atau mengklarifikasikan jenis bacaan (reading to

classify).

f. Menilai atau mengevaluasi isi wacana atau bacaan (reading to

evaluate).

g. Membandingkan atau mempertentangkan isi bacaan dengan

kehidupan nyata (reading to compare or contrast).

Berbagai tujuan membaca yang dikemukakan di atas, merupakan

tujuan-tujuan yang bersifat khusus. Tujuan membaca secara umum adalah

memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna yang terkandung

dalam bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang dapat memperluas

wawasan dan pengetahuan.

Page 46: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

30

2.2.3.3 Aspek-aspek Penilaian Keterampilan Membaca

Penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis

dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa dapat

mencapai tujuan pendidikan (Nurgiyantoro 2013:7). Sependapat dengan

Arikunto (2009:3) mengutip pendapat dari Tyler yang menyatakan bahwa

penilaian merupakan suatu proses pengumpulan data untuk menentukan

sejauh mana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Standar kompetensi yang diajukan dalam tes membaca adalah

kemampuan seseorang untuk menangkap pesan tertulis dengan benar, cepat,

dan cermat. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2013:246) tes

kemampuan membaca merupakan suatu tes keterampilan berbahasa yang

dapat dilakukan dalam pengajaran bahasa, baik dalam pengajaran bahasa

pertama maupun bahasa kedua (bahasa asing). Jenis tes yang akan diujikan

tentunya harus disesuaikan dengan taraf pendidikan siswa.

Menurut Djiwandono (2011:116) sasaran tes kemampuan membaca

pada dasarnya mengacu pada kemampuan untuk memahami wacana yang

dihadapi berupa wacana yang disampaikan melalui media tulis, pada dasarnya

membaca meliputi beberapa rincian yang terdiri atas kemampuan sebagai

berikut, kemampuan untuk (1) memahami arti kata-kata sesuai penggunaannya

dalam wacana, (2) mengenali susunan organisasi dalam wacana dan hubungan

bagian-bagiannya, (3) mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan, (4)

mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam

wacana meskipun diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda dan (6) mampu

Page 47: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

31

menarik inferensi tentang wacana. Penjabaran di atas diperlukan untuk

memahami wacana tulis pada tingkat menengah.

Menurut Nurgiyantoro (2013:377-388) tes membaca pemahaman

adalah cara mengukur kompetensi siswa memahami isi informasi yang

terdapat dalam bacaan. Kompetensi yang harus dicapai siswa dilakukan

dengan dua cara, yaitu a) tes kompetensi membaca pemahaman dengan

merespon jawaban, dan b) tes kompetensi membaca dengan mengkonstruksi

jawaban.

a. Tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban

Pengukuran kompetensi membaca pemahaman dengan cara ini

dilakukan siswa dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan.

Sola ujian yang lazim dipilih adalah bentuk objektif atau pilihan ganda.

b. Tes kompetensi membaca dengan mengkonstruksi jawaban

Tes jenis ini tidak sekadar meminta siswa untuk memilih jawaban yang

disediakan, melainkan harus mengemukakan jawaban sendiri dengan

mengkreasi berdasarkan pemahamannya, kemudian mereka

mengerjakan tugas yang diberikan.

Haniefa (2016:50) menyatakan bahwa terdapat beberapa pendapat

mengenai penilaian terhadap kemampuan membaca :

1. Penilaian pemahaman secara harfiah dalam membaca dapat digunakan

pertanyaan mengenai teks.

2. Selain pertanyaan mengenai teks juga tes menyimpulkan isi bacaan

karena merupakan bentuk pusat dari proses pemahaman.

Page 48: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

32

3. Respon pembaca yang dapat mengindikasikan tingkat pemahamannya

terhadap suatu teks, yaitu : (1) mengerjakan, yaitu merespon secara

fisik suatu petunjuk, (2) memilih yaitu menyeleksi alternatif (topik,

gambar, data, teks) yang relevan dengan bacaan di antara beberapa

alternatif yang diberikan, (3) mentransfer, yaitu membuat ringkasan

teks yang telah dibaca, (4) menjawab, yaitu membuat outline atau

kerangka bacaan, (5) memperluas, yaitu melanjutkan ending bacaan,

(6) memperagakan, yaitu mempraktikkan untuk memberi contoh, (7)

bercakap-cakap, yaitu melakukan tanya jawab yang mengindikasikan

pemberian informasi tentang bacaan.

Berdasarkan beberapa kajian penilaian keterampilan membaca di atas,

peneliti memilih kriteria penilaian membaca menurut Nurgiyantoro

(2013 :377-388). Pemilihan tersebut akan dijadikan sebagai pedoman dalam

penilaian ketermapilan membaca bahasa Mandarin siswa kelas VIII SMP

Kebon Dalem Semarang.

2.2.3.4 Kompetensi Membaca Kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang

Kompetensi membaca di SMP Kebon Dalem kelas VIII adalah

kompetensi bahasa Mandarin sesuai dengan silabus yang diguanakan dalam

satu tahun. Dalam penelitian ini hanya menggunakan KI dan KD semester

genap karena disesuaikan dengan waktu penelitian, dan topik yang diajarkan.

Page 49: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

33

Tabel 2.3 Kompetensi Membaca Bahasa Mandarin Kelas VIII SMP

Kebon Dalem Semarang

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami, menerapkan,

menganalisis pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan

masalah.

3.1 Memahami bunyi huruf, makna, dan

gagasan dari kata, frasa, dan kalimat Bahasa

Mandarin terkait topik: 天气

3.3 Menemukan makna atau gagasan dari teks

bacaan sederhana terkait topik: 天气.

2.2.4 Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Sagala (2010:62) istilah Model dalam perspektif yang

dangkal hampir sama dengan strategi. Jadi, model pembelajaran hampir sama

dengan strategi pembelajaran. Menurut Sagala, istilah model dapat dipahami

sebagai suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan suatu kegiatan. Komaruddin (2000:152) menyatakan model dapat

dipahami juga sebagai : 1) suatu tipe atau desain; 2) suatu deskripsi atau

analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang

tidak dapat dengan langsung diamati; 3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data,

dan inferensi-inferensi yang digunakan menggambarkan secara sistematis

suatu objek atau peristiwa; 4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu

sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; 5) suatu deskripsi

Page 50: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

34

dari suatu sistem yang mungkin atau imajin; 6) penyajian yang diperkecil agar

dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Menurut Sagala

(2010:176) mengemukakan bahwa model dirancang untuk mewakili realitas

yang sesungguhnya walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia

yang sebenarnya. Oleh karena itu, model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan

pembelajaran. Secara lebih konkret, dapat dikemukakan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendiskripsikan dan

melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi para pendidik dalam

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Pandangan yang sama dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (dalam

Trianto 2009:22) bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah

bagi guru untuk melakukan pembelajaran. Sedangkan menurut Arends

(2004:265), model pembelajaran sebagai pedoman dalam menentukan strategi

dan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan operasionalisasi

dari teori psikologi yang melandasinya yang berfungsi sebagai pedoman bagi

perencana pembelajaran melalui strategi pembelajaran untuk mengembangkan

semua aspek kecerdasan peserta didik.

Menurut Arends (2004:24) model pembelajaran adalah suatu rencana

atau pola yang disiapkan untuk membantu peserta didik mempelajari secara

lebih spesifik berbagai ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Page 51: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

35

Jadi, yang dinamakan model pembelajaran adalah suatu rencana yang

berpijak dari teori psikologi yang digunakan sebagai pedoman bagi guru

dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Model

pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

2.2.5 Pengertian model pembelajaran kooperatif

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu

bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme. Secara

filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun

pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah

seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil

atau diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi

makna melalui pengalaman nyata (Baharuddin dan Wahyuni : 2007).

Menurut Slavin (2009:9) pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Slavin menyatakan bahwa kegiatan dalam proses

pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan menjadi pusat kegiatan

pembelajaran di kelas. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar

menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna

dan relevan bagi siswa. Untuk itu, guru harus memberi kesempatan kepada

siswa untuk menemukan atau mengaplikasiksan ide-ide mereka sendiri, di

Page 52: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

36

samping mengajarkan siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi belajar

mereka sendiri.

Pola pikir pembelajaran kooperatif dalam pada dasarnya manusia

mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh

(saling mencerdasakan). Dengan pembelajaran kooperatif diaharapkan saling

menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat

belajar (learning community). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru,

tetapi juga dengna sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang

silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang

dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

Menurut Jollife (2007:4) istilah cooperative sering dimaknai dengan

acting together with a common purpose (tindakan bersama dengan tujuan

bersama). Istilah ini mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai

tujuan bersama. Ada juga yang mendefinisikan istilah cooperative sebagai

belajar kelompok atau bekerja sama atau bisa dikatakan sebagai cara individu

mengadakan relasi dan bekerja sama dengan indvidu lain untuk mencapai

tujuan bersama.

Menurut Slavin (2009:9) “cooperative learning refers to a variety of

teaching methods in which students work in small groups to help one another

learn academic content”.

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di

mana upaya-upaya berorientasi pada tujuan tiap individu menyumbang

Page 53: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

37

pencapaian tujuan individu lain guna mencapai tujuan bersama. Dengan kata

lain, pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan

pendekatan melalui kooperatif kecil siswa untuk bekerja sama dan

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Dalam belajar

kooperatif, siswa tidak hanya mampu dalam memperoleh materi, tetapi juga

mampu memberi dampak afektif seperti gotong royong kepedulian sesama

teman dan lapang dada. Sebab, di dalam pembelajaran kooperatif melatih para

siswa untuk bekerja secara bersama-sama dan saling membantu satu sama lain

dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan

yang telah dimilikinya.

Pembelajaran kooperatif ini berbeda dengan pembelajaran kolaboratif.

Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) adalah pembelajaran yang

di dalamnya terdapat dua atau lebih orang belajar secara bersama-sama,

dengan memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain (meminta

informasi satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau

pekerjaan satu sama lain, dan lain-lain). Sementara, pembelajran kooperatif

(cooperative learning) secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses

pembelajran yang didesain untuk membantu siswa agar dapat berinteraksi dan

bekerja sama secara kolektif, melalui tugas-tugas terstruktur guna mencapai

tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dikembangkan ke dalam

berbagai teknik, seperti Think Pair Share, Jigsaw, STAD, TGT, dan TAI.

Menurut Rusman (2001:209) pada dasarnya, pembelajaran kelompok

(cooperative learning) ini mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau

Page 54: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

38

perilaku kerja sama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang

atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap

anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

ini lebih dari sekadar belajar kelompok karena pembelajaran ini harus ada

struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan

terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat

interpendensi yang efektif di antar anggota kelompok. Dari sini dapat

dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai hasil belajar akademik dan juga kompetensi sosial peserta didik.

Gillies (2008:2) mengemukakan bahwa inti pembelajaran kooperatif

ini adalah konsep synergy, yakni energi atau tenaga yang terhimpun melalui

kerja sama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini melatih peserta didik untuk

bekerja sama dalam belajar seperti halnya anggota masyarakat. (Gutek:2000)

menyatakan bahwa strategi pembelajaran seperti ini penerapannya beranjak

dari konsep Dewey bahwa classroom should mirror the large society and be a

laboratory for real life learning, yang berarti kelas seharusnya mencerminkan

keadaan masyarakat luas dan menjadi laboratorium untuk belajar kehidupan

nyata.

Jadi, model pembelajaran kooperatif dirancang untuk memanfaatkan

fenomena kerja sama atau gotong royong dalam pembelajaaran yang

menekankan terbentuknya hubungan antara siswa yang satu dengan yang

Page 55: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

39

lainnya, terbentuknya sikap dan perilaku yang demokrasi serta tumbuhnya

produktivitas kegiatan belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran

kooperatif dapat digunakan untuk melatih kompetensi sikap, sosial, dan

kepekaan terhadap orang lain, serta juga kolaborasi dengan orang lain.

2.2.6 Model Pembelajaran Kooperatif TAI (Team Assisted Individualization)

Seperti pandangan konstruktivis, pada dasarnya siswa memasuki kelas

dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan motivasi awal yang berbeda-beda.

Implikasi dari pandangan konstruktivis dalam belajar kooperatif adalah guru

berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar

siswa berjalan dengan baik sehingga guru harus pandai memilih model yang tepat

untuk menyampaikan suatu materi pelajaran dalam kelas yang beragam

pengetahuannya.

Permasalahan di atas dapat diatasi dengan cara mencoba untuk

menerapkan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok yang

memanfaatkan variasi dan bertanggung jawab dalam pengaturan, saling

membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong untuk berprestasi. Guru

diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar secara aktif dan meningkatkan

kemampuan dalam memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi.

Menurut Slavin (2009:187), TAI adalah sebagai berikut :

TAI was created to take advantage of the considerable socialization

potential of cooperative learning Previous studies of group. Paced cooperative

learning methods have consistently found positive effects of these methods on such

Page 56: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

40

out come as relations and antitude toward main streamed academically

handicapped students.

Kutipan di atas mengandung makna bahwa TAI juga melihat siswa untuk

bersosialisasi dengan baik, dan ditemukannya adanya pengaruh positif hubungan

dan sikap terhadap siswa yang terlambat akademis.

Tipe ini mengombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran individual. Setiap anggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap

yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dahulu, lalu mereka mengecek hasil

kerjanya sendiri terlebih dahulu, dan setelah itu mereka mengecek hasil kerjanya

dengan anggota lain. Jika soal tahap tadi telah diselesaikan dengan benar, siswa

dapat menyelesaikan soal lainnya ditahap selanjutnya. Akan tetapi, jika siswa

mengalami kekeliruan, dia harus menyelesaikan soal lainnya di tahap tersebut.

Soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran. Oleh karena itu, kegiatan

pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk memecahkan masalah.

Menurut Rohendi (2010:33) TAI (Team Assisted Individualization)

merupakan salah satu tipe pembelajaran cooperative learning. Terjemahan

bebasnya adalah Bantuan Individu Dalam Kelompok (BIDaK). Metode yang

diprakarsai oleh Robert Slavin ini merupakan perpaduan antara pembelajaran

kooperatif dan pengajaran individual. Menurut Isjoni (2014:20) pembelajaran TAI

yang memiliki beberapa ciri yaitu setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan

interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggungjawab

atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu

Page 57: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

41

mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru

hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Menurut Nurzakiaty (2015:33) ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap

siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh

guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan saling

dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab

atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Menurut Wisudawati (2014:68-69) dasar pemikiran TAI adalah untuk

mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan

kemampuan peserta didik maupun pencapaian prestasi peserta didik. Hal ini

relevan dengan tujuan model TAI untuk meminimalisasi pengajaran individual

yang terbukti kurang efektif, selain juga ditujukan untuk meningkatkan

pengetahuan, kemampuan, serta memotivasi siswa dengan belajar kelompok

(Huda 2013:200).

Menurut Tilaar (2014:26), mengungkapkan bahwa “One type of learning

in cooperative learning is Team Assisted Individualization (TAI) developed by

Slavin. This type of learning combines the advantage of learning in group work

and individual learning. In addition, the type of learning Team Assisted

Individualization (TAI) is design to address the learning difficulties of individual

students, where students learn at their own level of ability themselves. If students

can progress more quickly, they do not need to wait for the other class members”.

Atau mempunyai makna salah satu tipe pembelajaran kooperatif ialah Team

Assisted Individualization (TAI) yang dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini

Page 58: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

42

menggabungkan pembelajaran secara berkelompok dan individual, selain itu tipe

Team Assisted Individaulization (TAI) ini didisain untuk mengatasi kesulitan

setiap siswa secara individu yang memiliki taraf kemampuan yang berbeda

berdasarkan kemampuan mereka sendiri. Jika para siswa mampu berkembang

dengan cepat, maka mereka tidak perlu menunggu anggota kelas yang lain.

Jadi, model TAI merupakan model pembelajaran yang menggabungkan

antara pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Siswa dengan

kemampuan individualnya masing-masing bekerja sama dalam kelompok kecil

dengan kemampuan yang berbeda dan diikuti pemberian bantuan secara individu

bagi siswa yang memerlukan.

Menurut Slavin (2009:195)., mekanisme pembelajaran kooperatif tipe TAI

pada dasarnya memiliki delapan komponen, yaitu sebagai berikut :

1. Placement Test. Pada langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test)

kepada siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata harian

atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat

mengetahui kekurangan siswa pada bidang tertentu.

2. Teams. Langkah ini cukup penting dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif TAI. Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yang

bersifat heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.

3. Teaching Group. Guru memberikan materi secara singkat menjelang

pemberian tugas kelompok.

Page 59: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

43

4. Student Creative. Pada langkah ketiga, guru perlu menekankan dan

menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu)

ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

5. Team Study. Pada tahapan team study, siswa belajar bersama dengan

mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya.

Pada tahapan ini guru juga memberikan bantuan secara individual kepada

siswa yang membutuhkan, dengan dibantu siswa-siswa yang memiliki

kemampuan akademis bagus di dalam kelompok tersebut yang berperan

sebagai peer tutoring (tutor sebaya).

6. Fact Test. Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang

diperoleh siswa, misalnya dengan memberikan kuis dan sebagainya.

7. Team Score and Team Recognition. Selanjutnya, guru memberikan skor pada

hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadap

kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang

kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut

mereka sebagai “kelompok OK”, “kelompok LUAR BIASA” dan sebagainya.

8. Whole-Class Units. Langkah terakhir, guru menyajikan kembali materi di

akhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di

kelasnya.

Pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki beberapa kelebihan. Menurut

Shoimin (2014:200), kelebihannya adalah sebagai berikut :

1. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.

Page 60: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

44

2. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

keterampilannya.

3. Adanya tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya.

4. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok.

5. Mengurangi kecemasan (reduction of anxiety).

6. Menghilangkan perasaan “terisolasi” dan panik.

7. Menggantikan bentuk persaingan (competition) dengan saling kerja sama

(cooperation).

8. Melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar.

9. Mereka dapat berdiskusi (discuss), berdebat (debate), atau menyampaikan

gagagsan, konsep, dan keahlian sampai benar-benar memahaminya.

10. Mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggung jawab (take

responsibility) terhadap teman lain dalam proses belajarnya.

11. Mereka dapat belajar menghargai (learn to appreciate), perbedaan etnik

(etchnicity), perbedaan tingkat kemampuan (performance level), dan cacat

fisik (disability).

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe TAI juga

memiliki kekurangan di antaranya sebagai berikut :

1. Tidak ada persaingan antar kelompok.

2. Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang

pandai.

Page 61: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

45

3. Terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih

terhadap siswa yang kurang.

4. Memerlukan periode lama.

5. Sesuatu yang harus dipelajarai dan dipahami belum seluruhnya dicapai

siswa.

6. Bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan bekerja

hanyalah beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja.

7. Siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh

ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompok.

Adapun tahapan rancangan penerapan model kooperatif tipe TAI pada

sebuah pokok bahasan menggunakan langkah-langkah pembelajaran sebagai

berikut :

Tabel 2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Model Kooperatif Tipe TAI

Unsur Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI Langkah-langkah Pembelajaran

1. Teams

1. Pembentukan kelompok siswa dibagi menjadi

kelompok kecil yang beranggotakan 4-5

orang.

2. Placement test

2. Prosedur pembentukan kelompok berdasarkan

pretes himpunan dan dirangking berdasarkan

perolehan nilai.

3. Teaching group

3. Pembagian handout dan LKS untuk masing-

masing siswa.

4. Penjelasan secara singakt pokok materi yang

akan dibahas pada pertemuan itu oleh guru.

4. Student creative

5. siswa belajar secara individu materi yang

terdapat pada handout dan mengerjakan soal-

soal yang terdapat LKS.

5. Team study

6. Siswa berdiskusi tentang materi dan

mengoreksi jawaban LKS dengan teman satu

kelompok.

Page 62: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

46

6. Whole-class units

7. Perwakilan kelompok maju untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompok.

8. Kelompok lain memberikan tanggapan

pertanyaan.

9. Evaluasi hasil diskusi dan penyempurnaan

jawaban siswa oleh guru.

7. Fact Test 10. Pelaksanaan tes akhir dan siswa

mengerjakannya secara individu.

8. Team scors and Team

recognition

11. Pengumuman skor tiap kelompok selama satu

siklus serta penetapan dan pemberian

penghargaan bagi kelompok super, kelompok

hebat, dan kelompok baik.

Page 63: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

104

BAB 5

PENUTUP

Pada bab ini peneliti menyimpulkan dari seluruh pembahasan serta

memberikan beberapa saran.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian keefektivan pembelajaran berbicara dan

membaca bahasa Mandarin menggunakan model TAI (Team Assisted

Individualization) yang dilakukan di SMP Kebon Dalem Semarang, maka peneliti

menyimpulkan model pembelajran TAI efektif dalam pembelajaran berbicara dan

membaca bahasa Mandarin kelas VIII SMP Kebon Dalem Semarang.

Hal ini terbukti dengan besarnya nilai rata-rata pretest dan posttest kelas

eksperimen yaitu nilai rata-rata pretest keterampilan berbicara 69,04 dan posttest

keterampilan berbicara 74,68. Pada kelas kontrol nilai rata-rata pretest

keterampilan berbicara 69,44 dan posttest keterampilan berbicara 71,93. Adapun

pretest keterampilan membaca, kelas eksperimen sebesar 60,29 dan nilai posttest

sebesar 70,93. Sedangkan nilai keterampilan membaca pretest kelas kontrol

sebesar 48,59, nilai posttest kelas kontrol sebesar 59,85.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

tingkat uji normalitas dari kedua kelompok antara kelas kontrol dengan kelas

eksperimen pretest dan posttest adalah berasal dari populasi berdistribusi normal.

Sedangkan untuk uji kesamaan dua varians atau homogenitas dari kelas kontrol

dan kelas eksperimen pretest dan posttest mempunyai varians yang sama. Untuk

Page 64: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

105

uji t atau uji perbedaan rata-rata, hipotesis yang diterima dalam penelitian ini

adalah hipotesis (Ha) karena thitung > ttabel yaitu maka dapat disimpulkan bahwa

“Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) efektif untuk

keterampilan berbicara dan membaca bahasa Mandarin”.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat

diberikan oleh peneliti sebagai berikut :

1. Guru dapat mencoba alternatif model pembelajaran untuk menciptakan

pembelajaran bahasa Mandarin yang aktif dan interaktif serta tidak

membosankan.

2. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model

pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Karena dengan model ini

mampu menjadikan proses pembelajaran di kelas lebih menyenangkan, siswa

lebih tertarik terhadap pelajaran bahasa Mandarin dan memudahkan siswa

terutama dalam penguasaan keterampilan berbicara dan membaca bahasa

Mandarin.

3. Keseriusan dan minat siswa ketika proses pembelajaran bahasa Mandarin

berlangsung dapat membantu siswa dalam memahami dan memperhatikan

penjelasan-penjelasan dari guru, serta peran dan partisipasi aktif dalam proses

pembelajaran juga diperlukan. Dengan banyak berlatih berbicara dan membaca

bacaan bahasa Mandarin, maka dapat menunjang proses pembelajaran bahasa

Page 65: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

106

Mandarin terutama pada pembelajaran keterampilan berbicara dan membaca

bahasa Mandarin.

4. Bagi para peneliti khususnya di bidang pendidikan bahasa Mandarin dapat

menggunakan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian

sejenis dengan objek yang berbeda dalam pembelajaran bahasa Mandarin.

Page 66: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

107

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Referensi & Jurnal Ilmiah

Huda, Miftahul. 2018. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran .

Yogyakarta: Pustaka Pelajara.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif:

Desain Pembelajaran yang menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Santoso, Singgih. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara

Profesional. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Effendy, Ahmad, Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.

Malang : Misykat.

Hadi, Sutrisno. 2017. Statistik . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Asdi

Mahasatya.

Sugriyani. 2012. “Kajian Retorika Bertanya”. Hlm 6-10. Purwokerto:

FKIP UMP.

Pratama, Faradila. 2014. “Pengaruh Kooperatif”. Hlm 6-10. Purwokerto :

FKIP UMP.

Wahab, Abdul Aziz. 2008. “Metode dan Model-model Mengajar”. Hlm

36. Bandung: Alfabeta.

Daryanto. 2012. “ Pedoman Operasional Penelitian Tindakan Kelas”.

Hlm 386. Jakarta: Prestasi Pustaka.

E.Slavin, Robert. 2005. “ Cooperative Learning, Riset dan Praktik”.

Dalam Nurulita Yusron (Ed). Hlm 187-190. London: Allymand

Bacon.

Andayani, Ermi dkk. “Penerapan Pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI) dalam Pembelajaran Matematika Untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Ardjuna

Malang”. Hlm 1-3. Malang: Universitas Negeri Malang.

Page 67: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

108

Rohma, Nissa dkk. “Karakteristik Kompetensi Dasar Aspek Berbicara

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Tingkat SMP”. Hlm

2-3. Malang : Universitas Negeri Malang.

Murdoko, Yustinus dkk. 2017. “ Penerapan Model Pembelajaran Team

Assisted Individualization (TAI) dan Teams Game Tournaments

(TGT) Pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa

SMP di Kabupaten Wonogiri”. Journal of Mathematics and

Mathematics Education. Juli 2017. Nomor 1. Hlm 58-69.

Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Nurzakiaty, Ida. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team Assisted Individualization (TAI) dalam Pembelajaran

Integral di Kelas XII IPA-2 SMA Negeri 8 Banda Aceh”. Jurnal

Peluang. April 2015. Nomor 2. Hlm 31-35. Banda Aceh: SMAN

8 Banda Aceh.

Himawan dkk. 2017. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team Assisted Individualization terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas X SMA Negeri 2 Polewali (Materi Pokok Ikatan Kimia).

Jurnal Chemica. Juni 2017. Nomor 1. Hlm 92-100. Makassar:

Universitas Negeri Makassar.

Budianti dkk. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

(Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Mata Pelajaran Sains Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Labuan

Panimba”. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Nomor 8. Hlm 71-74.

Tadulako: Universitas Tadulako.

Puspitasari, Luki dkk. “Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Assisted

Individualization (TAI) Dalam Peningkatan Pembelajaran IPA di

Kelas V”. Jurnal Kalam Cendikia. Nomor 2. Hlm 120-125.

Purwokerto: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Rahmatikasari, Ulfi dkk. “Penerapan Tipe Team Assisted

Individualization (TAI) dalam Peningkatan Pembelajaran

Matematika Tentang Bilangan Pecahan Siswa Kelas V SD”. Hlm

1-5. Purwokerto: PGSD FKIP UNS.

Indriani, Ratnaningsih. 2016. “Pengaruh Model Team Assisted

Individualization Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Negeri

Jurugentong”. Jurnal Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Mei

2016. Hlm 4-11. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Hoirunnisa dkk. 2017. “Penggunaan Model Team Assisted

Individualization (TAI) Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu”.

Page 68: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

109

Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro. Nomor 2. Hlm 124-130.

Metro: Universitas Muhammadiyah Metro.

Ramlan, M. 2013. “Meningkatkan Self-Eficacy Pada Pembelajaran

Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Team Assisted

Individualization (TAI) Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 27

Makassar”. Jurnal Matematika dan Pembelajaran (MAPAN).

Desember 2013. Nomor 1. Hlm 110-112. Makassar: STKIP-

YPUP Makassar.

Sintadewi, Ayu dkk. 2017. “Teknik Penilaian Keterampilan Berbicara

Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 4

Denpasar”. e-Journal Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia.

Nomor 2. Hlm 1-10. Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha.

Tilaar, Anetha.L.F. 2014. “Effect of Cooperative Learning Model Type of

Team Assisted Individualization (TAI) and the Performance

Assessment of Learning Achievement to Linear Program Course”.

International Journal of Science and Engineering Investigations.

January 2014. Pages 25-29. Manado: Manado State University.

Tinungki, Georgina Maria. 2015. “The Role of Cooperative Learning

Type Team Assisted Individualization to Improve the Students’

Mathematics Communication Ability in the Subject of Probability

Theory”. Journal of Education and practice. Nomor 32. Pages

27-28. Makassar: Hasanuddin University Makassar.

Johnson, David W dkk. 2013. “Cooperative Learning Methodes : A

Meta-Analysis”. Methods Of Cooperative Learning. May

2000.Pages 2-8. Minneapolis: University of Minnesota.

Cahyani, Isah. 2012. “Modul Mari Belajar Bahasa Indonesia”. Hlm 121.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag.

Nurgiyanto. 2001. “Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra”.

Hlm 276. Yogyakarta: BPFE.

Wijaya, Choki. 2010. “Seni Berbicara dan Berkomunikasi”. Hlm 5.

Yogyakarta : Solusi Distribusi.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. “Berbicara sebagai suatu keterampilan

berbahasa”. Hlm 15-16. Bandung : Angkasa.

Page 69: DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN …lib.unnes.ac.id/34861/1/2404415015_Optimized.pdf · MEMBACA BAHASA MANDARIN SISWA KELAS VIII SMP KEBON DALEM SEMARANG”. SKRIPSI

110

B. Skripsi

Tilaar, Anetha.L.F. 2014. “Effect of Cooperative Learning Model Type of Team

Assisted Individualization (TAI) and the Performance Assessment of

Learning Achievement to Linear Program Course”. International

Journal of Science and Engineering Investigations. January 2014.

Pages 25-29. Manado: Manado State University.

Wardani, Septa Kusuma. 2016. Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa

Mandarin Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Time

Token Arrend Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas X SMA Kebon

Dalem Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Adi, Krisno. 2017. Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Concept

Sentence Untuk Meningkatkan Pembelajaran Keterampilan Menulis

Bahasa Mandarin di Kelas VII SMP Kebon Dalem Semarang. Skripsi.

Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Nabila, Azza. 2018. Keefektifan Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaning Berbantuan Media Kartu Gambar Untuk Keterampilan

Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VII SMP Salafiah Pekalongan

Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Jannah, Roihatul. 2018. Efektivitas Model Student Team Achievement Division

(STAD) Dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca dan Menulis

Bahsa Arab Siswa Kelas XI MAN Kendal Tahun Ajaran

2016/2017.Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.