dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara...

116
52 dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara Huber, Smallian dan Brereton. 4. Sortimen kayu gergajian adalah hasil yang diperoleh dari proses pengolahan kayu bulat atau sebetan dari berbagai ukuran menjadi sortimen dengan ukuran tertentu. Untuk mengetahui volume dari satu lembar sortimen sangat mudah dan sederhana, dengan ketentuan dimensi dari sortimen tersebut harus diketahui yaitu panjang, lebar dan tebal. 5. Rendemen adalah perbandingan antara out put dan input yang dinyatakan dalam persen. Rendemen ini dapat dibedakan antara rendemen kwantita dan rendemen kwalita. Dalam proses produksi biasanya kalau kita ingin menghasilkan Sortimen Kwalita maka Kwantitanya akan dikorbankan tetapi apabila kita ingin kwalita yang tinggi berarti Kwantitanya yang dikorbankan. Oleh sebab itu dalam suatu proses produk dapat berjalan dengan baik maka kedua bentuk sortimen tersebut harus berjalan secara bersamaan sampai mencapai hasil yang optimal. Soal-Soal Latihan dan Tugas 1. Apa yang dimaksudkan dengan Kayu Bulat Rimba Indonesia ? 2. Jelaskan syarat-syarat dalam pengukuran kayu bulat (logs)? 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kayu gergajian dan sortimen? 4. Diketahui hasil pengukuran sebuah logs jenis meranti adalah sebagai berikut : d 1 = 62 cm d 3 = 78 p = 17,28 cm Cb2 = 23,5 cm d 2 = 75 cm d 4 = 85 Cb1 = 30,3 cm Berapakah isi bersih dari logs tersebut? 5. Pada lokasi tempat penimbunan kayu (logyard) dari salah satu pemegang IUPHHK di Maluku, pilihlah secara random 5 batang kayu bulat yang growong dan juga 5 batang kayu bulat yang cacat gubal. Pada masing-masing batang kayu bulat tersebut ukurlah panjang dan diameter pada bontos pangkal serta bontos ujungnya. Dengan memperhitungkan besarnya cacat growong dan cacat gubalnya maka berapakah volume bersih kayu bulat tiap batang dari ke sepuluh kayu bulat tersebut?

Upload: vankhue

Post on 06-Mar-2019

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

52

dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara Huber, Smallian dan

Brereton.

4. Sortimen kayu gergajian adalah hasil yang diperoleh dari proses pengolahan kayu

bulat atau sebetan dari berbagai ukuran menjadi sortimen dengan ukuran tertentu.

Untuk mengetahui volume dari satu lembar sortimen sangat mudah dan sederhana,

dengan ketentuan dimensi dari sortimen tersebut harus diketahui yaitu panjang, lebar

dan tebal.

5. Rendemen adalah perbandingan antara out put dan input yang dinyatakan dalam

persen. Rendemen ini dapat dibedakan antara rendemen kwantita dan rendemen

kwalita. Dalam proses produksi biasanya kalau kita ingin menghasilkan Sortimen

Kwalita maka Kwantitanya akan dikorbankan tetapi apabila kita ingin kwalita yang

tinggi berarti Kwantitanya yang dikorbankan. Oleh sebab itu dalam suatu proses

produk dapat berjalan dengan baik maka kedua bentuk sortimen tersebut harus

berjalan secara bersamaan sampai mencapai hasil yang optimal.

Soal-Soal Latihan dan Tugas

1. Apa yang dimaksudkan dengan Kayu Bulat Rimba Indonesia ?

2. Jelaskan syarat-syarat dalam pengukuran kayu bulat (logs)?

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kayu gergajian dan sortimen?

4. Diketahui hasil pengukuran sebuah logs jenis meranti adalah sebagai berikut :

d1 = 62 cm d3 = 78 p = 17,28 cm Cb2 = 23,5 cm

d2 = 75 cm d4 = 85 Cb1 = 30,3 cm

Berapakah isi bersih dari logs tersebut?

5. Pada lokasi tempat penimbunan kayu (logyard) dari salah satu pemegang IUPHHK di

Maluku, pilihlah secara random 5 batang kayu bulat yang growong dan juga 5 batang

kayu bulat yang cacat gubal. Pada masing-masing batang kayu bulat tersebut ukurlah

panjang dan diameter pada bontos pangkal serta bontos ujungnya. Dengan

memperhitungkan besarnya cacat growong dan cacat gubalnya maka berapakah

volume bersih kayu bulat tiap batang dari ke sepuluh kayu bulat tersebut?

Page 2: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

53

BAB IV. TEKNIK PENARIKAN CONTOH BERBASIS LUAS LAHAN PADA

INVENTARISASI HUTAN

Deskripsi singkat

Pada bab ini akan dibahas mengenai berbagai macam teknik penarikan contoh (sampling

technique) pada inventarisasi hutan berbasis lahan yang umum digunakan yaitu: Simple

Random Sampling, Stratified Random Sampling, Systematic Sampling, Multistage

Sampling, Tree Sampling dan Point Sampling.

Kompetensi dasar

Mahasiswa mampu mengaplikasikan berbagai jenis teknik sampling dalam pelaksanaan

inventarisasi hutan termasuk dalam memilih teknik sampling yang tepat sesuai dengan

situasi dan kondisi hutan yang akan dilaksanakan inventarisasi.

Indikator

1. Mengapilkasikan teknis sampling pada kegiatan inventarisasi hutan.

2. Menggunakan rumus matematika dan statistika yang menjadi dasar dari perhitungan

sampling pada inventarisasi hutan.

3. Membedakan macam-macam teknik sampling pada kegiatan inventarisasi yaitu:

Simple Random Sampling, Stratified Random Sampling, Systematic Sampling,

Multistage Sampling, Tree Sampling dan Point Sampling.

6. Menganalisis kelemahan dan keunggulan macam-macam teknik sampling dalam

inventarisasi hutan.

7. Menggambarkan desain atau pola macam-macam teknik sampling dan inventarisasi

hutan

4.1 Penerapan Rumus Statistika pada Inventarisasi Hutan

Pada umumnya penggunaan sampling dalam inventarisasi hutan terutama adalah

untuk menaksir luas hutan dan pengukuran volume kayunya. Sampling yang ada harus

memberikan data yang objektif yaitu dari karakteristik sampel yang diukur diharapkan

mampu memberikan gambaran yang sama terhadap populasinya, seperti disajikan pada

Gambar 4.1.

Page 3: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

54

Gambar 4.1. Proses pengambilan sampel pada suatu populasi tertentu

Telah dikemukakan dimuka bahwa perkembangan inventarisasi hutan yang pesat

yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika dibidang biologi (kehutanan),

biometrika atau penginderaan jauh (remote sensing) telah mampu melukiskan suatu

hutan kedalam bentuk angka-angka seperti diameter, tinggi, jumlah pohon, angka bentuk,

ukuran tajuk dan lain-lain. Lukisan hutan yang telah dituangkan dalam bentuk angka-

angka tersebut kemudian diolah dengan bantuan pengetahuan statistika.

Beberapa rumus statistika yang menjadi dasar dari perhitungan-perhitungan hasil

sampling diantaranya adalah :

1. Harga rata-rata :

n

XiX

................................... (4.1)

2. Variance :

Pada umumnya variance dari populasi tidak atau sangat jarang diketahui.

Sebagai taksiran dipakai variance yang dihitung dari contoh-contoh saja

(umumnya diambil dari rumus sampel random sampling)

Page 4: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

55

1

2

2

n

XXiS ................................... (4.2)

atau

1

2

2

2

n

n

XiXi

S ................................... (4.3)

dimana: S2 = Variance

Xi = Besarnya nilai dari contoh ke-

X = Harga rata-rata

n = Jumlah contoh

3. Standar deviasi / simpangan baku

Standar deviasi merupakan bentuk akar kwadrat dari variance yaitu:

1

2

n

XXiS ................................... (4.4)

atau

1

2

2

n

n

XiXi

S ................................... (4.5)

4. Standard Error

n

SxS ................................... (4.6)

5. Confident interval (CI)

XStXIC . ................................... (4.7)

dimana : X = Harga rata-rata

t = Tabel t (untuk penentuan nilai taraf kepercayaan)

XS = Standard Error

Page 5: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

56

6. Koefisien Variasi (CV)

%100.X

SCV ................................... (4.8)

7. Covariance dari x terhadap y

1

n

YYiXXiSxy ................................... (4.9)

atau

1

.

n

n

yixiYiXi

Sxy ................................... (4.10)

8. Koefisien korelasi

22

22

SYSx

Sxyr ................................... (4.11)

22 SySx

Sxyr

Dalam inventarisasi hutan untuk mengetahui volume kayu pada suatu kawasan

dilaksanakan dengan pembuatan petak-petak ukur. Pengambilan contoh dengan

pembuatan petak ukur dinamakan metode konvensional. Bentuk dari petak ukur yang

dipergunakan bermacam-macam seperti lingkaran, stup, persegi panjang, bujur sangkar

dan segi enam sedangkan luasnya juga dapat bervariasi. Demikian juga dalam

pengukuran biomasa pada suatu kawasan hutan juga menggunakan metode konvensional

melalui pembuatan petak-petak ukur di lapangan.

Luas petak ukur optimum dihitung dengan membandingkan besarnya Coefficient of

Variation (CV) yang didapat dari hasil pengukuran dengan beberapa luas petak ukur pada

tempat yang sama. Hubungan CV dari berbagai petak ukur itu dapat dinyatakan dengan

persamaan:

w

CVxCVw

%% ……… ................................... (4.12)

dimana:

Page 6: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

57

CVx = CV dari petak ukur yang kecil

CVw = CV dari petak ukur yang lebih besar

w = Faktor pembesar kedua petak ukur tersebar

Besar kecilnya pengukuran nilai CV dengan penambahan luas petak ukur ini

tergantung pada heterogenitas yang dihadapi dan dapat diukur dengan koefisien relasi (r)

antara populasi yang digambarkan oleh contoh yang kecil dengan contoh tambahan.

n

XX

n

XX

n

XXXX

r2

2

2

22

21

1

2121

................................... (4.13)

dimana:

X1 = harga dari contoh yang kecil

X2 = harga contoh tambahan

n = jumlah contoh

r = Koefisien korelasi yang berkisar antara +1 dan -1

Selanjutnya r ini dapat dipakai untuk menghitung harga CV dari contoh luas petak ukuran

yang besar yaitu:

2

1 rCVXCVY

................................... (4.14)

dimana:

CVY = CV dari contoh yang lebih besar

CVX = CV dari contoh yang kecil

r = Koefisien korelasi. Hal ini berarti bila r = +1, CVY akan = CVX

Penambahan luas petak tidak menambah keuntungan.

Dalam teknik sampling, hanya sebagian dari populasi saja yang diambil sebagai

sampel atau contoh. Misalnya jumlah seluruh pohon dalam suatu petak ada 620 pohon

maka untuk menghitung taksiran volume rata-rata pohon pada petak tersebut mungkin

cukup diambil 62 pohon saja untuk diukur diameter, tinggi, dan bilangan bentuknya.

Page 7: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

58

Suatu bilangan yang menyatakan besarnya perbandingan antara jumlah contoh

dengan jumlah populasi seluruhnya disebut Intensitas Sampling. Dari contoh di atas,

intensitas sampling adalah:

1,0620

62 atau 10%

Contoh lain misalnya suatu kawasan hutan seluas 850 Ha dibuat petak ukur sebanyak

40 buah yang di tempatkan tersebar merata diseluruh kawasan hutan itu dengan luas

masing-masing 0,4 ha, maka intensitas samplingnya =

02,0850

4,040

x atau 2%

Intensitas sampling ditentukan oleh dua faktor yaitu tingkat kecermatan yang

diinginkan dan variabilitas dari populasi yang dihadapi. Apabila populasinya sangat

beragam akan dibutuhkan intensitas sampling yang lebih besar pada tingkat kecermatan

yang sama tetapi bila populasinya cukup seragam maka untuk intensitas sampling yang

kecil sudah diperoleh hasil pengukuran yang diharapkan. Pada hutan tanaman seumur

yaitu hutan yang terbentuk karena tahun tanam yang sama akan mempunyai tinggi yang

seragam karena itu kalau ingin mengukur tinggi rata-ratanya diperlukan contoh yang

diukur sedikit saja, yang berarti intensitas samplingnya kecil. Sebaliknya, jika yang akan

diukur itu adalah hutan alam yang sangat beragam tingginya akan diperlukan intensitas

yang lebih besar lagi. Harus diingat bahwa kecermatan hanya dapat ditingkatkan dengan

menambah jumlah contoh yang diambil bila pengambilan contoh itu bebas dari bias. Oleh

sebab itu sebenarnya semua perhitungan statistik untuk menentukan intensitas sampling

hanya berlaku bila penarikan contoh secara random, sebab hanya cara inilah yang

menjamin diperoleh contoh yang bebas dari bias. Biarpun demikian, dalam penarikan

contoh secara sistematik rumus ini juga dipakai dengan pengertian bahwa ada resiko pada

besarnya sampling error (SE) yang diperoleh dari contoh tersebut. (SEcal > SEactual)

Penentuan besarnya intensitas sampling dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:

1. Menghitung jumlah luas contoh yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat kecermatan

yang diinginkan dan kesalahan contoh yang diperkenankan. Dalam cara ini titik berat

terletak pada kecermatan hasil penarikan contoh. Jumlah contoh yang akan dibuat

harus mengikuti tujuan ini, demikian pula waktu dan biaya yang diperlukan.

Page 8: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

59

2. Menetapkan besarnya intensitas sampling sebelum pelaksanaan pengukuran

dilapangan, tanpa menghiraukan kecermatan contoh yang diperoleh. Cara ini

dilaksanakan bila waktu atau biaya sudah tertentu atau sudah ada informasi yang

cukup mengenai populasi yang akan diukur dari pengalaman masa lalu karena

manajemen sudah intensif.

Sering kali besarnya intensitas sampling harus disesuaikan dengan besarnya biaya

yang tersedia. Dalam situasi seperti ini penentuan intensitas sampling dilakukan

menghitung jumlah contoh yang dapat dibuat oleh jumlah anggaran yang tersedia itu.

Jadi untuk ini harus diketahui besarnya biaya yang dibutuhkan tiap petak ukurnya. Jadi

pertama kali perlu mengetahui jumlah petak ukur untuk seluruh daerah bukan tiap unit

pengukuran. Dalam hal demikian stratifikasi lebih baik dilakukan bila tingkat kecermatan

yang lebih akan dirasakan lebih bermanfaat. Penempatan petak ukur ke dalam strata

kemudian dapat dilakukan sesuai dengan keadaan populasi. Bila populasi sangat

heterogen, penempatan secara optimum akan memberikan hasil yang lebih cermat

sedang bila keadaan populasinya homogen maka dengan penempatan contoh secara

sebanding akan mempermudah perhitungan dengan kecermatan yang tidak jauh berbeda

dengan penempatan secara optimum.

Kadang-kadang kondisi hutan yang diinventarisasikan belum diketahui secara pasti

luasnya. Dalam hal demikian intensitas sampling hanya diperkirakan untuk memenuhi

kecermatan yang dinginkan dan cara penarikan contoh telah ditetapkan lebih dulu.

Secara keseluruhan informasi yang dibutuhkan sebelum menentukan besarnya

intensitas sampling adalah:

1. Besarnya kesalahan yang diterima/diperlukan, misalnya 5% atau 10% tergantung

tujuan survei yang ditetapkan.

2. Tanda-tanda mengenai Variabilitas dari populasi.

Intensitas tersebut dapat diperoleh dari pengalaman masa lalu atau tempat-tempat

baru (inventarisasi yang pertama kali) atau diketahui dari pembuatan sejumlah

kecil petak ukur pendahuluan (preliminary survey).

Variabilitas populasi dapat dinyatakan dalam standart deviasi (S) Variation (CV)

dimana %100xX

SCV

Page 9: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

60

3. Untuk dapat mengetahui nilai kesalahan, harus ditetapkan lebih dahulu taraf

peluang yang diinginkan. Besar kecil taraf peluang ini banyak tergantung pada

tujuan survei. Biasanya t diambil untuk taraf peluang 95%.

Intensitas sampling yang diinginkan untuk dapat diperoleh hasil sampling

dengan kecermatan tertentu, dihitung dengan rumus sampling error (SE) yaitu:

n

StxStSExStSE

2222...

Jika SE diganti dengan Allowable Eror (AE) atau kesalahan yang diperkenankan maka

2

22 .

A

Stn dimana:

n = Jumlah contoh

S = Standar deviasi

AΕ = Allowable Error

t = Nilai t taraf peluang tertentu

Dengan penetrapan N

nN dengan populasi yang terbatas, rumus tersebut menjadi

222

22

.

..

StAN

NStn

................................... (4.15)

Keterangan: N adalah luas/besarnya populasi

Nampak bahwa dari rumus di atas besarnya intensitas sampling tergantung dari:

1. Variabilitas dari populasi (S)

2. Semakin standart deviasi dari populasi atau semakin beragam populasinya

diperlukan intensitas sampling yang lebih besar untuk mencapai kecermatan

tertentu.

3. Taraf peluang ( t )

Semakin tinggi taraf peluang yang diperlukan, yang berkaitan dengan tingkat

kecermatan yang lebih besar, semakin besar nilai t sehingga makin besar pula

intensitas sampling yang diperlukan.

4. Kesalahan yang diperkenankan (AE)

Page 10: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

61

Bila kesalahan contoh yang diperkenankan semakin besar sehingga batas

kepercayaan semakin lebar, maka semakin kecil intensitas sampling yang

diperlukan.

4.2 Macam-Macam Penarikan Contoh pada Kegiatan Inventarisasi Hutan

4.2.1 Penarikan Contoh Acak Sederhana (Simple Random Sampling).

Dalam Inventarisasi Hutan dikenal banyak sekali macam teknik sampling namun pada

dasarnya sulit untuk menentukan teknik yang paling baik karena dipengaruhi oleh faktor-

faktor seperti keadaan populasi yang dihadapi, pelaksanaan lapangan, tersedianya waktu

dan biaya atau tujuan inventarisasi dan lain-lain. Beberapa macam teknik sering

digunakan antara lain: Simple Random Sampling. Dasar dari Simple Random Sampling

adalah bahwa di dalam menilai contoh dari unit, setiap kombinasi unit yang mungkin,

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Simple Random Sampling sering disebut

sebagai Random Sampling saja atau Sampling secara acak sederhana. Pada literatur yang

lain sering disebut dengan Unrestricted Random Sampling.

Cara sampling ini dapat menghasilkan penaksiran yang bebas dari bias karena setiap

kombinasi dari unit yang mungkin mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai contoh. Simple Random Sampling merupakan cara penarikan contoh yang

sederhana tetapi mempunyai peran besar dalam pembentukan metode-metode sampling

lainnya.

4.2.1.1 Cara Memilih Contoh

Penyusunan dari contoh-contoh penyusun populasi pada umumnya beraneka ragam

dan dari kumpulan atau kelompok contoh ini akan dipilih sebagai wakil-wakil yang dapat

memberikan ciri atau gambaran dari populasinya. Untuk maksud tersebut pemilihan

Contoh secara acak sederhana ini dapat dilakukan dengan cara: diundi atau dapat pula

dengan penggunakan tabel Random. Cara undian cocok untuk populasi yang kecil sedang

untuk jumlah populasi yang besar dipakai tabel random.

Prosedur yang dilakukan adalah dengan memberikan nomor urut semua individu

penyusun populasi dari 1 sampai habis. Pada Inventore hutan, populasinya berupa areal

dalam bentuk petak maka pemilihan contoh secara acak sederhana disini, yaitu dengan

menentukan titik dimana contoh itu terletak dalam aljabar penentuan titik pada suatu

Page 11: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

62

bidang datar ditunjukkan dengan pembentukan absis dan ordinat (koordinat). Dengan

demikian penarikan angka random untuk suatu contoh dilakukan 2 kali, sekali untuk

penentuan absis dan sekali untuk penentuan ordinat.

Pemilihan contoh secara acak sederhana dapat dibedakan dalam dua jenis pemilihan

contoh yaitu Sampling with Replacement (Sampling dengan Pemulihan) dan Sampling

without Replacement (Sampling tanpa pemulihan). Pada sampling pertama, individu yang

telah terpilih sebagai contoh masih dapat terpilih kembali. Dengan penggunakan undian

maka nomor undian yang telah terpilih sebagai contoh dimasukan kembali dan dicampur,

setelah itu baru dapat dilakukan pemilihan untuk nomor berikutnya sedangkan bila dapat

tabel random pemilihan contoh dalam sampling pemilihan tidak ada masalah.

Sampling kedua individu yang telah terpilih sebagai contoh tidak dapat dipilih lagi

sebagai contoh. Jadi contoh yang telah terpilih lewat nomor undian maka nomor undian

tersebut tidak perlu lagi untuk dicampur pada kotak undian. Bila yang dipakai adalah tabel

Random maka untuk nomor yang telah dipilih harus dilompati dan diteruskan nomor

berikutnya.

4.2.1.2. Perhitungan variance estimate, standard error, convidence interval

Harga rata-rata dari taksiran dihitung dengan rumus yaitu:

n

xiX

dimana x i = nilai dari contoh ke i

n = jumlah contoh ………… (4.16)

Variance estimate

1

)( 22

2

n

n

xixi

S n

SxS ……………………. (4.17)

Untuk sampling tanpa pemulihan, rumus yang dipakai untuk menaksir standard error

dari harga rata-rata adalah:

N

nNx

n

SxS

…………………………………………....................... (4.18)

Page 12: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

63

N

nN merupakan koreksi bagi populasi yang disebut dengan Finite Population Correction

(fpc).

n

SSx

22

Catatan: Apabila jumlah ratio antar populasinya atau N

n kurang dari 5% maka pada

sampling tanpa pemulihan, fpc menjadi sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Convident Interval (CI) dimasukkan untuk melengkapi keterangan-keterangan

tentang keadaan populasi yang diukur dengan contoh-contoh tersebut. Dalam

perhitungan dibedakan antara contoh yang berjumlah banyak (n > 30) dengan contoh

yang berjumlah sedikit. Untuk contoh yang banyak, perhitungan CI untuk taraf

kepercayaan 95% adalah:

xSXCI 2 ……………………………………………............................... (4.19)

Sedangkan untuk contoh yang sedikit jumlah CI tergantung distribusi dari nilai unit di

dalam populasi. Berbagai pengukuran di Kehutanan pada umumnya mengikuti distribusi

normal sehingga untuk berapapun jumlah contoh CI dihitung dengan menggunakan tabel

t sehingga rumusnya menjadi:

SxtXCI . ……………………………….......…………............................ (4.20)

Nilai t dapat dilihat pada tabel sesuai dengan kebenaran yang diinginkan dan jumlah

contohnya (n). Jumlah contoh dipakai untuk menentukan derajat bebas yaitu (n-1) untuk

taraf kepercayaan 95% nilai t diambil dari kolom probabilitas 0,05 sedangkan untuk taraf

kepercayaan 99% nilai t diambil pada kolom probabilitas 0,01.

4.2.1.3. Contoh Perhitungan

Suatu tegakan yang luasnya 150 Ha bentuk persegi panjang 1,5 km x 1 km

mempunyai persebaran volume tiap hektar dapat dilukiskan pada Tabel 4.1.

Angka dalam daftar ini sesuai dengan letaknya di lapangan. Anggaplah bahwa volume

kayu per hektar dan tegakan itu belum diketahui. Untuk penafsiran kayunya akan diambil

Page 13: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

64

beberapa contoh secara acak sederhana sebanyak 10 contoh. (Tiap angka dalam Tabel

4.1 merupakan unit pengambilan contoh).

Tabel 4.1: Persebaran volume kayu/Ha dari suatu tegakan seluas 150 Ha

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 62 74 74 47 58 26 52 58 36 35 52 35 42 42 44

2 88 68 43 56 78 43 46 48 42 54 29 45 47 38 48

3 46 52 62 74 72 42 62 42 44 92 56 62 33 42 47

4 28 64 58 43 62 44 35 44 46 48 68 48 42 52 38

5 92 37 48 56 34 63 37 62 92 46 92 46 66 52 34

6 46 49 62 78 68 34 38 35 48 28 46 42 56 52 41

7 48 51 56 42 92 68 38 68 37 33 33 41 48 44 56

8 66 64 62 68 37 92 46 92 52 36 36 56 41 50 76

9 67 58 43 82 42 37 52 46 41 66 41 76 28 62 42

10 82 62 58 44 46 33 33 42 66 72 76 52 77 28 43

Penarikan contoh dipilih secara random, maka dengan penggunaan tabel random kita

tentukan contoh-contoh sebagai berikut:

Deretan angka (random) : 680 278 689 534 027 304 988 838 136 616 995 475

Kelipatan 150 : 600 150 600 450 000 300 ---- 750 000 600 - 450

sisa : 080 128 089 084 027 004 ---- 088 136 016 - 025

Catatan: Jika pada deretan angka (random) melebihi 6 x 150 = 900 maka deretan angka

tersebut tidak diambil sebagai contoh misalnya 901, 902, ……………. 000 (angka-angka ini

dianggap sudah 1.000 atau 4 digit). Dari hasil penarikan contoh di atas maka volume

kayu/ha yang terpilih sebagai contoh adalah nomor 80, 128, 89, 84, 27, 4, 88, 136, 16

Page 14: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

65

dan 25. Jika hasil-hasil dimuka disusun kembali dalam bentuk daftar maka dapat diperiksa

Tabel 4.2 sebagai berikut ini:

Tabel 4.2.Hasil Penarikan Contoh secara Random.

No. No. Random No. Contoh Volume kayu/ha (nilai contoh = x)

x2

1 2 3 4 5

1. 680 80 68 4.624

2. 278 128 46 2.116

3. 639 89 52 2.704

4. 534 84 48 2.304

5. 027 27 45 2.025

6. 304 4 47 2.209

7. 838 88 56 3.136

8. 136 136 82 6.724

9. 616 168 88 7.744

10. 475 25 54 2.916

Jumlah - 586 36.502

Hasil perhitungan:

360,5810

586m

n

xiX

N

nNx

nn

n

xixi

xS

)1(

( )22

2

= 150

10150

90

10

)586(502,36

2

x

= 342,22150

140

90

60,339.34502,36mx

37355,4 mxS

Page 15: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

66

%08,8%10060,58

7355,4 x

x

xSp

Pada interval kepercayaan 95%

SxtXxStXCI )110(05,0..

= )7355,4)(26,2(60,58

= 70,1060,58 atau antara = 47,90 m3 sampai 69,30 m3.

Untuk lebih jelasnya, letak masing-masing individu yang terpilih sebagai contoh

dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut ini:

Gambar 4.2. Pengambilan Contoh dengan Desain Simple Random Sampling

Ukuran petak 1500 m x 1000 m terbagi ke dalam 150 petak ukur yang sama luasnya.

Page 16: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

67

4.2.2 Penarikan Contoh Acak Berlapis (Stratified Random Sampling)

Pelaksanaan Inventarisasi Hutan khususnya pada hutan alam akan berhadapan

dengan populasi yang sangat beragam, kita kenal berbagai tingkatan tumbuhan penyusun

hutan mulai dari seedling, sapling, poles, hingga trees yang jumlahnya sangat beragam,

juga mengenai penyebaran pohon-pohon kadang-kadang ditemui dalam situasi yang

berkelompok, ada yang hanya sebahagian atau tidak merata tingkat kerapatan yang

berbeda-beda, semakin besar kawasan hutan atau populasi yang akan diinventarisasikan

maka akan dijumpai variasi populasi yang semakin besar pula.

Variabilitas populasi ini mempengaruhi kecermatan samplingnya, untuk populasi

yang semakin beragam akan memberi kecermatan sampling yang rendah. Hal ini

diperoleh dari sejumlah contoh tertentu. Menghadapi kondisi seperti ini kadang-kadang

simple random sampling tidak dapat menghasilkan kecermatan sampling yang rendah dan

diperoleh dari jumlah contoh tertentu kecuali harus dilakukan dengan biaya yang lebih

banyak jumlahnya. Untuk mengatasi keadaan ini dapat dilakukan cara sampling yang

disebut “stratifikasi” (atau pembuatan strata atau lapisan-lapisan pada garis besarnya)

cara sampling ini mengusahakan agar populasi yang sangat beragam tadi dipisah-

pisahkan atau dibuat lapisan-lapisan menjadi beberapa kelompok (grup) sedemikian rupa

sehingga masing-masing kelompok mempunyai keragaman lebih kecil bila dibandingkan

dengan populasinya.

Kelompok-kelompok yang terbentuk tadi dinamakan stratum (sub-populasi). Jumlah

strata atau lapisan yang diperlukan tergantung pada ukuran populasi, variabilitasnya dan

kecermatan yang diinginkan. Bila stratifikasi telah dilaksanakan, kegiatan berikutnya

adalah penarikan contoh pada masing-masing kelompok (stratum) nya dari pengambilan

contoh dari kelompok yang lain. Demikian juga, bila pengambilan contoh untuk setiap

kelompok dilaksanakan secara random, maka cara samplingnya dinamakan Stratified

Random Sampling.

Penentuan jumlah contoh untuk tiap kelompok dapat dilaksanakan dengan tiga cara

yaitu:

1. Alokasi sama untuk masing-masing kelompok.

Jumlah contoh untuk masing-masing kelompok sama tanpa memperhatikan luas hutan

masing-masing kelompok. Misalnya stratum I, II, III, IV luasnya masing-masing 30 Ha, 60

Page 17: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

68

Ha, 40 Ha dan 55 Ha maka pada masing-masing stratum ditempatkan 10 contoh yang

sama banyaknya.

2. Alokasi sebanding (Proportional allocation).

Jumlah contoh pada setiap stratum disesuaikan dengan ukuran stratum tersebut terhadap

populasinya. Misalnya stratum III luasnya 20% dari seluruh luas populasi maka pada

stratum ini ditempatkan contoh sebanyak 20% dari jumlah contoh untuk seluruh populasi.

3. Alokasi Optimum (Optimum allocation).

Jumlah contoh untuk setiap stratumnya disesuaikan dengan tingkat kepentingan atau

peranan dari masing-masing stratum dalam populasi, dipandang dari tujuan Inventarisasi

Hutan semakin penting peranan-peranan suatu stratum, untuk luas yang sama akan

semakin besar jumlah contoh yang ditempatkan pada stratum tersebut. Misalnya bila

Inventarisasi bertujuan untuk mengetahui volume tegakan dari suatu hutan, jumlah

contoh yang ditempatkan pada kelompok hutan yang rapat akan lebih banyak dari contoh

untuk daerah yang ditumbuhi semak, perdu dan atau tumbuhan bawah semata.

4.2.2.1 Perhitungan Harga Rata-Rata dan Varians.

Perlu diperhatikan disini bahwa dalam perhitungan harga rata-rata dan varians dari

seluruh populasi harus di hitung sesuai dengan bobot dari masing-masing stratumnya.

Rumus-rumusnya dapat dibuat sebagai berikut:

Harga rata-rata seluruh populasi:

N

iXNi

Ni

iXNiX

….. ................................... (4.21)

dimana:

iX = harga rata-rata untuk setiap stratum

Ni = jumlah unit contoh dalam setiap stratum

N = Ni = Jumlah unit contoh untuk seluruh populasi

Untuk alokasi sama setiap stratumnya, varians rata-rata seluruh populasi :

Ni

niNi

ni

SiNi

NxS

22

2.

1 ................................... (4.22)

Page 18: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

69

atau ni

SiNi

NSx

22

2

1 ……… ................................... (4.23)

bila %5Ni

ni

Varians dari harga rata-rata untuk setiap stratum =

ni

SiixS

22 …….. ................................... (4.24)

atau untuk populasi yang terbatas harus di koreksi dengan pc. menjadi

Ni

niNi

Ni

SiixS

22 …….. ................................... (4.25)

dimana:

S2i = Varians untuk setiap stratum

ni = Jumlah unit contoh dalam setiap stratum

Varians rata-rata untuk seluruh populasi =

222

222

11SiWi

Nwi

SiWi

n

Ni

niNi

ni

SiWixS

................................... (4.26)

dimana:

n

niwi

N

NiWi ;

bila pc diabaikan, rumusnya menjadi

wi

SiWi

nxS

222 1

................................... (4.27)

Nilai total (T) untuk seluruh populasi

ixNiT ................................... (4.28)

Varians nilai total adalah =

Page 19: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

70

222

2222

22222

1NiSi

wi

SiNi

n

SiWiNwi

SiWi

n

N

Ni

niNi

ni

SiNixSNiST

.................................. (4.29)

Untuk penempatan secara proporsional dimana N

Ni

n

niWiwi menjadi

222 11SiNi

NNiSi

nNxS ................................... (4.30)

sedangkan varians dari total

222 SiNiSiNin

NST ................................... (4.31)

untuk penempatan secara optimum, karena

SiNi

SiNin

SiWi

SiWinni

maka rumus untuk varians dari harga rata-rata dan varians dari total adalah:

Ni

SiWiSiWi

nxS

2222 1

2

2

211

NiSinN

SiNi

n ................................... (4.32)

222 1NiSiNiSi

nST ................................... (4.33)

4.2.2.2 Jumlah Satuan Contoh pada Masing-Masing Stratum

Apabila jumlah unit contoh untuk seluruh populasi (N) telah ditentukan maka jumlah

unit contoh untuk setiap stratum dapat dihitung.

Untuk alokasi sebanding:

nxN

Nini ................................... (4.34)

dimana: ni = jumlah unit contoh dalam tiap stratum

Page 20: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

71

n = ∑ ni = Jumlah unit contoh untuk seluruh populasi

Ni = Ukuran stratum

N = ∑Ni = Ukuran seluruh stratum/populasi

Untuk alokasi optimum:

nSiNi

SiNini .

................................... (4.35)

dimana:

ni = jumlah unit contoh dalam tiap stratum

n = ∑ ni = Jumlah unit contoh untuk seluruh populasi

Ni = Ukuran stratum

Si = Standar deviasi stratum

Seringkali dalam alokasi optimum juga diperhitungkan dengan biaya penarikan

contohnya sebab medan tiap stratum biasanya berbeda sehingga mempengaruhi besar

kecilnya biaya inventore untuk setiap stratum. Oleh sebab itu alokasi optimum yang

dipehitungkan dengan biaya penarikan contoh mempunyai rumus sebagai berikut:

n

ci

SiNici

SiNi

ni

.

.

……………… ................................... (4.36)

dimana:

ni = jumlah unit contoh dalam tiap stratum

n = ∑ ni = Jumlah unit contoh untuk seluruh populasi

Ni = Ukuran stratum

Si = Standar deviasi stratum

Ci = biaya penarikan contoh tiap stratum

4.2.2.3 Contoh Perhitungan

Suatu populasi hutan dapat diklasifikasikan kedalam lima tipe hutan sehingga bisa

dianggap meliputi lima stratum masing-masing luasnya 400, 250, 300, 450 dan 200 Ha.

Sedangkan biaya penarikan contoh tiap stratum masing-masing US.$ 600.000,- ; US.$

400.000,- ; US.$ 300.000,- ; US.$ 800.000,- dan US.$ 500.000,- ditentukan jumlah satuan

Page 21: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

72

contoh seluruh populasi tersebut 50 contoh kawasan. (Rata-rata kurs 1US $ = Rp.10.000,-

pada tahun 2009-2010). Untuk lebih jelas mengenai kawasan hutan yang ada dapat

diperiksa pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Kawasan hutan yang diklasifikasikan kedalam lima sub populasi, luas

populasi hutan = 1.600 Ha.

Alokasi sama

Alokasi sama untuk masing-masing kelompok telah diketahui bahwa jumlah satuan

contoh untuk seluruh populasi = 50 Ha. Satuan contoh petak ukur berbentuk lingkaran

dengan luas 1 Ha. Jadi untuk lokasi sama, pada masing-masing kelompok ditempatkan 10

contoh tanpa memandang ukuran dari stratumnya.

NI = NII = NIII = NIV = NV = 10

Page 22: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

73

Gambar 4.4. Pengambilan contoh dengan disain Stratified Random Sampling untuk

alokasi sama pada masing-masing stratum.

Setiap stratum mempunyai jumlah satuan contoh yang sama = 10 petak ukur.

Penempatan contoh pada masing-masing stratum dilaksanakan secara random. Dari hasil

perandoman dapat ditentukan masing-masing contoh setiap stratumnya yang dapat dilihat

pada Gambar 4.4. sedangkan hasil pengukuran volume kayu per Ha setiap contoh

disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil penarikan contoh pada tiap stratum untuk alokasi sama pada

masing-masing stratum (volume kayu/Ha)

Nomor Petak Ukur

Stratum

I II III IV V

1

2

3

4

5

43

60

45

88

44

112

108

99

102

104

82

84

62

78

78

120

102

88

160

140

66

108

120

42

140

Page 23: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

74

6

7

8

9

10

66

68

52

44

46

120

116

100

104

116

90

68

82

49

63

122

132

106

108

118

162

48

56

46

78

Dengan rumus (4.21) dan (4.29) dapat dihitung rata-rata dari varians untuk tiap

stratum. Hasil perhitungan tersebut dicantumkan dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil perhitungan harga rata-rata dan variansnya untuk setiap stratum

penempatan contoh dengan alokasi sama.

Nomor

P.U

Stratum

I (x i I) II (x i II) III (x i III) IV (x i IV) V (x i IV)

1 2 3 4 5 6

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

43

60

45

88

44

66

68

52

44

46

112

108

99

102

104

120

116

100

104

116

82

84

62

78

78

90

68

82

49

63

120

102

88

160

140

122

132

106

108

118

66

108

120

42

140

162

48

56

46

78

Xi

Xi2

ni

iX

Si2

Sxi2

Ni

656

32.890

10

55,60

219,96

21,96

400

1.081

117.357

10

108,10

55,65

7,46

250

736

55.610

10

73,60

160,04

12,65

300

1.196

146.880

10

119,60

426,49

20,651

450

866

91.668

10

86,60

1.852,49

1.852,25

200

Page 24: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

75

Harga rata-rata untuk seluruh populasi:

305,89600.1

485,142

)200()450(

)60,86200()60,119450(

)300()250()400(

)60,73300()10,108250()60,55400(

m

xx

xxx

Ni

NixX

Varians rata-rata seluruh populasi =

Ni

niNi

ni

SiNi

NxS

)(1 22

2

karena %5

Ni

ni maka pc diabaikan sehingga rumusnya menjadi:

8877,283391

)5,217.348.21(00,560.2

1

10

49,1852200

10

49,426450

10

04,160300

10

66,55250

10

60,219400

)600.1(

1

1

22

222

2

22

2

xx

xxx

ni

SiNi

NxS

Alokasi sebanding (Proportional allocation)

penghitungan jumlah stratum contoh untuk tiap stratum dilaksanakan dengan rumus

(RI)

yaitu: nN

Nini

)(

)(

Jumlah satuan contoh untuk ke lima stratum sbb:

Stratum I : n I 5,1250)600.1(

)400( ῀ 13 contoh

Stratum II : n II 81,750)600.1(

)500.2( ῀ 8 contoh

Stratum III : n III 37,950)600.1(

)300( ῀ 9 contoh

Page 25: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

76

Stratum IV : n IV 6,1450)600.1(

)450( ῀ 14 contoh

Stratum V : n V 25,650)600.1(

)200( ῀ 6 contoh

Total = 50 contoh

Jumlah satuan-satuan contoh ini kemudian ditempatkan di lapangan (atau diplotkan

pada peta kerja) secara Random, hasil pengeplotan disajikan pada Gambar 4.5.

sedangkan pengukuran volume kayu/ha disajikan pada Tabel 4.5. berikut ini.

Gambar 4.5 Pengambilan contoh dengan desain Stratified Random Sampling untuk

alokasi sebanding pada setiap stratum. Jumlah satuan contoh tiap

stratum berbeda tergantung besarnya ukuran stratum.

Page 26: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

77

Tabel 4.5. Hasil penarikan contoh pada setiap stratum untuk alokasi sebanding

pada masing-masing stratum, (volume kayu/ha).

Nomor

Petak

Ukur

Stratum

I II III IV V

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

44

62

46

40

89

42

67

68

54

48

53

48

52

-

106

109

116

100

116

98

120

108

-

-

-

-

-

-

84

82

60

80

82

90

64

61

48

-

-

-

-

-

102

88

120

86

160

148

120

134

110

108

120

118

142

128

69

43

126

78

56

51

-

-

-

-

-

-

-

-

Dengan rumus (4.21) dan (4.29) dapat dihitung harga rata-rata dan varians untuk

tiap stratum. Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6 . Hasil perhitungan harga rata-rata dan variansnya untuk setiap

stratum, penempatan contoh dengan alokasi sebanding.

Nomor

Petak

Ukur

Stratum

I II III IV V

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

44

62

46

40

89

42

67

106

109

116

100

116

98

120

84

82

60

80

82

90

64

102

88

120

86

160

148

120

69

43

126

78

56

51

-

Page 27: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

78

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

68

54

48

53

48

52

-

108

-

-

-

-

-

-

61

48

-

-

-

-

-

134

110

108

120

118

142

128

-

-

-

-

-

-

-

∑Xi

∑Xi2

ni

iX

Si2

2

xS

Ni

713

41.331

13

54,85

185,47

14.267

400

873

95.697

8

109,125

61,55

7.694

250

651

48.725

9

72,33

204,50

22.722

300

1.684

208.440

14

120,29

452,22

32,30

450

423

34.307

6

70,5

897,10

149.152

200

Harga rata-rata populasi:

397,86600.1

75,150.139

)200450300250400(

)5,70200()29,120450(

)33,72300()125,109250()85,54400(

m

xx

xxx

Ni

iXNix

Varians dari harga rata-rata untuk seluruh populasi:

32

3

2

2

2

2

2

22

54226,24648,6

4648,6

)50,844.533(0000121,0

10,89720022,425450

50,20430055,6125047,185400

)600.1(

1

)600.1(50

1

11

11

mxS

m

xx

xxx

SiNiNnN

SiNin

SiNinN

xS

Nilai total (volume kayu seluruh populasi):

T = ∑Ni iX

Page 28: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

79

= 21.940 + 27.281,25 + 21.699 + 54.130,50 + 14,100

= 139.150,75 m3

Varians dari total =

33

3

222

068.40682,068.4

50,179.549.16

50,549.6

50,844.533024,083.17

)50,844.533()50,844.533(50

600.1

msetaram

ST

m

SiNiSiNin

NST

Alokasi Optimum

Penempatan jumlah suatu contoh untuk setiap stratum dengan alokasi optimum

selain ditentukan oleh ukuran masing-masing stratum juga standard deviasinya. Untuk

keperluan tersebut, standard dari tiap stratum dapat diperoleh dari 2 macam sumber

yaitu: pengalaman masa lalu (data sekunder yang tersedia) dan informasi dari data

sekunder kadng-kadang cukup baik serta memberikan hasil yang memuaskan untuk

kepentingan penempatan contoh secara optimum.

4.2.2.4 Pelaksanaan Survei Pendahuluan

Apabila populasi hutan yang akan di inventore belum pernah dilaksanakan sama

sekali yang berarti data sekundernya belum ada maka variabilitas dari populasi tersebut

diperoleh dengan survei pendahuluan. Caranya adalah dengan membuat beberapa contoh

guna mengetahui gambaran secara umum standard deviasi, dari setiap stratum yang ada.

Jumlah contoh yang dibuat disini jauh lebih kecil jumlahnya dibandingkan dengan jumlah

contoh yang benar-benar akan diukur. Oleh sebab itu hasil standard deviasi dari survei

pendahuluan akan berbeda dengan standar deviasi dari pengukuran sebenarnya.

Meskipun itu sudah dapat dikatakan dapat dipakai untuk menentukan jumlah contoh pada

tiap stratum agar dapat diperoleh hasil sampling dengan tingkat kecermatan yang

mendekati tujuan inventore.

Perhitungan jumlah satuan contoh tiap stratum yang melibatkan ukuran standar

deviasi itu pertama kali dikemukakan oleh NEYMAN sehingga sering kali disebut dengan

“Neyman’s allocation”. Sebagai contoh perhitungan maka standar deviasi dari survei

Page 29: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

80

pendahuluan dianggap berasal dari penempatan contoh secara sebanding yang telah

disajikan pada tabel di muka. Hasil perhitungan jumlah unit contoh pada tiap stratum

dengan penempatan contoh secara optimum disajikan pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7. Hasil perhitungan jumlah satuan contoh tiap stratum

dengan cara alokasi optimum.

Stratum Si2 Si Ni NiSi ni =

NiSi

NiSi N

I

II

III

IV

V

185,47

61,55

204,50

452,22

897,10

13,6187

7,8454

14,3003

21,2655

29,9561

400

250

300

450

200

5.447,48

1.961,35

4.290,09

9.569,47

5.991,22

9,99

3,60

7,87

17,55

10,99

20

7

15

17

11

Jumlah - - 1.600 27.259,67 50

Keterangan:

n adalah jumlah satuan contoh yang akan diambil pada seluruh populasi = 50

contoh.

Setelah jumlah satuan contoh yang perlu ditempatkan pada setiap stratum

diketahui maka kegiatan selanjutnya adalah penempatannya di lapangan atau dalam hal

ini di plot terlebih dahulu ke dalam peta secara random.Untuk mengetahui letak masing-

masing satuan contoh stratum dapat dilihat Gambar 4.5. sedangkan hasil pengukuran

volume kayu/ha disajikan pada Tabel 4.8 berikut ini:

Page 30: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

81

Gambar 4.6. Pengambilan contoh dengan desain Stratified Random Sampling

untuk penempatan contoh secara optimum pada setiap stratum.

Tabel 4.8. Hasil penarikan contoh pada tiap stratum untuk alokasi optimum (volume)

kayu/Ha dan perhitungan harga rata-rata dan variansnya untuk tiap

stratum.

Nomor

Petak

Ukur

Stratum

I II III IV V

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

40

89

44

68

64

86

62

46

50

58

98

120

110

106

-

-

-

-

-

-

61

85

83

79

82

64

90

49

-

-

89

103

121

85

156

149

119

123

108

110

70

48

124

82

58

49

122

108

56

64

Page 31: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

82

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

118

122

138

142

85

104

105

74

-

-

-

-

-

-

∑Xi

∑Xi2

ni

iX

Si2

2xS

Ni

607

39.397

10

60,7

283,57

28.357

400

434

47.340

4

108,50

83,67

20.916

250

593

45.397

8

74.125

205,84

25.729

300

1.977

237.069

17

116.294

447,22

26.307

450

855

74.325

11

77,73

786,82

71.529

200

Harga rata-rata untuk seluruh populasi:

34505,88600.1

8,520.141

200450300250400

)73,77200()294,116450()125,74300()50,108250()7,60400(

m

xxxxx

Ni

iXNix

Variasi harga rata-rata untuk seluruh populasi =

Stratum Si2 Si Ni Wi Wi Si (Wi2 Si2) : Ni

I

II

III

IV

V

283,57

83,67

205,84

447,22

786,82

16,839

9,147

14,347

21,147

28,050

400

250

300

450

200

0,2500

0,1563

0,1875

0,2812

0,1250

4,2098

1,4297

2,6901

5,9465

3,5063

0,0443

0,0082

0,0241

0,0786

0,0615

- - 1.600 1.0000 17,7824 0,2167

Ni

SiwiwiSi

nxS

222 41

Page 32: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

83

3

22

4714,21076,6

1076,62167,03243,6

2167,0)7824,17(50

1

mxS

xS

Nilai total (volume kayu seluruh populasi)

iXNiT

= 24.280 + 27.125 + 22.273,5 + 52.332,3 + 15.546

= 141.520,8 m3

Varians dari total ST2 = 221NiSiNiSi

n

Stratum Si2 Si Ni NiSi NiSi2

I

II

III

IV

V

283,57

83,67

205,84

447,22

786,82

16,839

9,147

14,347

21,147

28,050

400

250

300

450

200

6.735,60

2.268,75

4.304,10

9.516,15

5.610,00

113.428

20.482

61.752

102.249

157.364

- - 1.600 28.452,60 554.710,5

ST2 = 50

1 (28.452,60)2 – 554.710,5 = 16.191.008,93 – 554.710,5 = 15.636.298,43

ST = 43,298.636.15 = 3.954,28 m3 setara 3.954 m3

Alokasi optimum yang diperhitungkan dengan biaya penarikan contoh:

Telah disebutkan pada awal contoh perhitungan bahwa biaya penarikan contoh tiap

stratum berbeda, oleh sebab itu perhitungan jumlah satuan contoh untuk tiap stratum

dapat diperoleh pada Tabel 4.9 berikut ini.

Page 33: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

84

Tabel 4.9. Hasil perhitungan jumlah satuan contoh tiap stratum dengan penempatan

contoh secara optimum yang diperhitungkan dengan biaya penarikan contoh.

Stratum Ni Si Ci

(US.$) Ci NiSi

Ci

NiSi xn

Ci

NiSi

Ci

NiSi

ni

I

II

III

IV

V

400

250

300

450

200

13,6187

7,8454

14,3003

21,2655

29,9516

60.000

40.000

30.000

80.000

50.000

244,95

200,00

173,20

282,84

223,61

5.447,48

1.961,35

4.290,09

9.569,48

5.990,32

22,2391

9,8068

24,7696

33,8335

26,7891

9,47

4,18

10,55

14,40

11,40

10

4

11

14

11

Jumlah 1.600 - - - - 117,4381 50

Untuk membahas lebih lanjut mengenai penempatan satuan contoh dengan

berbagai cara di atas, berikut ini kita susun kembali hasil-hasil penarikan contoh yang

dicantumkan dalam Tabel 4.10. berikut ini.

Tabel 4.10. Hasil perhitungan jumlah satuan contoh untuk setiap stratum pada

berbagai cara pengalokasian suatu contoh.

Stratum

Alokasi Sebanding Jumlah satuan contoh tiap stratum (Ni)

Xi Si Alokasi

Sama

Alokasi

sebanding

Alokasi

optimum

Alokasi

Optimum

Dengan

biaya

I

II

III

IV

V

54,85

109,125

72,33

120,29

70,50

13,6187

7,8454

14,3003

21,2655

29,9516

10

10

10

10

10

13

8

9

14

6

10

4

8

17

11

10

4

11

14

11

Jumlah - - 50 50 50 50

Keterangan : SiiX , untuk hubungan antara standar deviasi dengan jumlah satuan contoh

stratum pada alokasi sebanding dan optimum.

Page 34: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

85

Secara umum, tujuan stratifikasi adalah untuk memperoleh hasil sampling dengan

kecermatan yang lebih baik tanpa menambah jumlah contoh yang perlu di ukur. Jumlah

contoh yang sama akan dapat diperoleh hasil sampling yang lebih cermat dalam

variabilitas dari populasinya lebih kecil. Sehubungan dengan hal tersebut maka jumlah

contoh untuk seluruh populasi dari daftar diatas, nampak bahwa hasil penempatan jumlah

satuan contoh tiap stratum pada berbagai cara pengalokasian cukup bervariasi.

Dibandingkan dengan alokasi sama maka untuk alokasi sebanding, penempatan jumlah

contoh semakin banyak pada tiap stratum apabila luas stratumnya semakin besar.

Penempatan contoh dengan alokasi optimum membutuhkan informasi tambahan

mengenai gambaran umum tentang variablitas yang harus diperoleh dari survei

pendahuluan atau data sekunder. Hal ini tentunya menambah biaya, tenaga ataupun

waktu, tidak seperti halnya pada alokasi sebanding yang hanya memperhitungkan ukuran

stratum saja. Masalahnya sekarang cukup efektif kah kita mengadakan alokasi optimum

yang memerlukan biaya,tenaga dan waktu tambahan bila dibandingkan dengan alokasi

sebanding yang lebih sederhana tersebut/untuk mencari jawaban atas pertanyaan

tersebut marilah kita tinjau dulu hubungan antara standar deviasi dengan jumlah satuan

contoh untuk tiap stratum pada penempatan secara sebanding dengan secara optimum

seperti berikut.

Dari tabel tersebut di atas nampak bahwa stratum yang memiliki standar deviasi besar,

jumlah satuan contoh yang diperlukan pada alokasi optimum bertambah banyak dan

sebaliknya. Perhatikan stratum IV standar deviasi 21,2655, jumlah satuan contoh untuk

alokasi optimum 17 buah sedangkan untuk stratum dengan standar deviasi yang lebih

kecil yaitu pada stratum II : 7, 8454 hanya empat buah.

Perlu diketahui bahwa apabila populasi cukup homogen, lebih-lebih bila standar

deviasi masing-masing stratum tidak banyak berbeda seringkali penempatan contoh

secara optimum. Sebagai pedoman untuk menentukan apakah alokasi optimum akan lebih

baik bila dibandingkan dengan alokasi sebanding yaitu dengan melihat besarnya standar

deviasi (Si) dari stratum yang paling homogen dan stratum yang paling heterogen. Kalau

stratum yang paling heterogen mempunyai standar deviasi 2 kali lebih besar dari standar

deviasi stratum yang paling homogen, maka alokasi optimum akan lebih menguntungkan

dalam contoh tersebut di atas, stratum yang paling heterogen. (standar deviasi terbesar)

adalah stratum IV yaitu 29,9516, sedangkan stratum yang paling homogen pada stratum

Page 35: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

86

II yaitu 7,8454 sehingga mempunyai rasio 4 : 1. jadi penempatan contoh secara optimum

pasti lebih menguntungkan dari pada penempatan contoh secara sebanding perlu

diperhatikan bahwa yang diperbandingkan tersebut adalah standar deviasi tiap stratum

pada alokasi sebanding karena untuk menjawab apakah alokasi lebih efektif atau dapat

menghasilkan sampling yang baik bila dibandingkan dengan alokasi sebanding.

4.2.3 Stratifikasi dengan Penempatan Dua Plot Tiap Stratum

Kegiatan Inventarisasi Hutan sering kali berhadapan pula dengan keadaan dimana

hutan yang akan diinventore tersebut telah dibagi-bagi kedalam beberapa bagian yang

hampir sama luasnya. Demikian pula pada inventore yang menggunakan jalur-jalur coba

seringkali ukuran jalur satu dengan lainnya hampir sama. Kalau menghadapi situasi

seperti ini maka blok-blok atau jalur-jalur yang hampir sama luasnya tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai strata dan pada setiap stratum hanya dapat ditempatkan dua

contoh/plot saja bila diperlukan untuk menaksir volume tegakan. Kedua contoh pada

msing-masing stratum bisa mempunyai ukuran yang sama tetapi dapat pula berbeda

sehingga terdapat dua macam stratifikasi dengan cara ini yaitu: (a) Stratifikasi dengan

penempatan dua plot yang sama luasnya tiap stratum dan (b) Stratifikasi dengan

penempatan dua plot yang berbeda luasnya tiap stratum dengan penjabaran sbb:

Stratifikasi dengan penempatan dua plot yang sama luasnya tiap stratum.

Pada setiap stratum yang ditempatkan dua plot yang sama luasnya maka dapat

diselesaikan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:

Harga rata-rata dari tiap stratum

2

21 XXiX

………………………………… ................................... (4.37)

Harga rata-rata untuk seluruh populasi

n

XXX

21 …………………………… ................................... (4.38)

Varians dalam seluruh strata (varians within strata)

n

xx

n

xxS

22

221

2/1

212/1 …………… ................................... (4.39)

Varians dari harga rata-rata seluruh strata (mean variance over all strata)

Page 36: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

87

2

2

221

n

xxxS

……………………………. ................................... (4.40)

Standard Error

n

xxxS

221

…………………………… ................................... (4.41)

Contoh perhitungannya sbb:

Suatu kegiatan inventore yang bertujuan untuk pengecakan akan dilaksanakan

pada volume tegakan menjelang pelaksanaan pengembangan hutan tropis seluas 84,4

Ha yang terbagi dalam 12 blok untuk itu pada masing-masing blok atau strata

ditempatkan 2 petak ukur yang sama luasnya yaitu 0,4 Ha.

Hasil pengukuran volume tegakan setiap petak ukur sebagai berikut:

Tabel 4.11. Volume tegakan pada tiap petak ukur seluas 0,4 Ha dari blok 1 – 9,

dinyatakan dalam m3

Blok/Startum Plot (x1) Plot (x2) (x1 – x2) (x1 – x2)2

1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

146,22

88,37

73,06

108,26

112,85

108,42

65,27

99,92

125,62

122,43

92,72

92,00

142,84

81,34

76,81

102,77

99,86

110,74

74,81

103,46

120,26

123,46

104,22

87,79

3,38

7,03

-3,75

5,49

12,99

-2,32

-9,54

-3,54

5,36

-1,03

-1,50

4,21

11,4244

49,4209

14,0625

30,1401

168,7401

5,3824

91,0116

12,5316

28,7296

1,0609

132,2500

17,7241

Jumlah 1.235,14 1.228,36 6,78 562,4782

365,1021212

36,228.114,235.1mX

Volume tegakan seluruhnya = 102,65 x 1/0,4 x 84,4 = 21.659,15 m3

Page 37: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

88

3

3

2

2

9881,09765,0

9765,024

4782,562

mxS

mxS

Stratifikasi dengan penempatan dua plot yang berbeda luasnya tiap stratum.

Stratifikasi ini dilaksanakan dengan mengingat dua pertimbangan yaitu:

1. Cara pembuatan plot yang tidak sama dapat menekan biaya operasional. Misalnya

pada contoh diatas satu plot dibuat dengan ukuran 0,4 Ha sedangkan plot yang kedua

cukup 0,2 Ha.

2. Dalam keadaan tertentu tidak mengurangi kecermatan sampling.

Hal yang perlu diperhatikan disini adalah besarnya ukuran plot yang berbeda sebab

perbedaan plot berpengaruh di dalam perhitungan yang ada.

Harga rata-rata tiap stratum

21

2211

ww

XwXwiX

………….. ................................... (4.42)

w1 = luas plot x1

w2 = luas plot x2

Varians rata-rata dalam populasi =

2

/2121

21 22 nxx

ww

wwS

…. ................................... (4.43)

Varians untuk harga rata-rata seluruh populasi

w

SxS

22 ………………………. ................................... (4.44)

Standard Error

w

SxS

2

……………………….. ................................... (4.45)

Contoh perhitungannya sbb:

Suatu inventore pada hutan daun jarum atau konifer dilakukan dengan desain

stratified random sampling, setiap blok ditempatkan dua plot yang berbentuk jalur yang

lebarnya sama tetapi panjang berbeda-beda sehingga luas tiap plotnya tidak sama.

Page 38: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

89

Tabel 4.12. Volume kayu tiap jalur pada Blok I – VIII dari suatu hutan daun jarum

Nomor

Blok

Nomor

Plot/

Jalur

W V X 21

21

WW

WW

X1 – X2 (X1 – X2)2 22121

21XX

WW

WW

1 2 3 4 5 6 7 8 9

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1,68

1,24

0,98

1,20

1,44

1,26

0,98

1,22

1,46

1,78

0,86

1,04

1,34

1,28

1,66

1,52

152

114

138

144

126

108

142

150

130

174

112

126

120

112

242

227

90

92

141

120

88

86

145

123

89

98

130

121

90

88

146

149

0,713

0,539

0,672

0,543

0,802

0,471

0,655

0,793

-2

21

2

22

-9

9

2

-3

4

441

4

484

81

81

4

9

3

238

3

263

65

38

3

7

Jumlah n = 16 20,94 2.317 - - - - 620

Keterangan:

W = Luas masing-masing plot (jalur) pada tiap blok, dalam Ha.

V = Volume kayu pada tiap plot, dalam m3

n = Jumlah plot

HamX /65,11094,20

217,2 3

32 50,778

620mS

n/2 = 16/2 = 8

Page 39: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

90

3

32

92,170,3

70,38

50,77

mxS

mxS

4.2.4. Sistematik Sampling (Systematic Sampling)

Sistematik sampling adalah suatu cara pengambilan contoh yang dilakukan

dengan suatu pola yang bersifat sistematis (Systematic pattern), yang telah ditentukan

terlebih dahulu. Bentuk dari pola tersebut bermacam-macam tergantung pada tujuan

inventore, waktu serta biaya yang tersedia serta kondisi populasi yang dihadapi.

Tujuan utama dari sistematik sampling memberikan beberapa keuntungan bila

dibandingkan dengan random sampling yaitu:

1. Mudah dalam perencanaan dan pelaksanaannya di lapangan.

2. Akibat dari itu, waktu dan biaya yang diperlukan dapat lebih sedikit.

3. Khususnya untuk kepentingan pemetaan dan penafsiran volume kayu, banyak akan

memberikan hasil yang cermat karena penempatan contoh yang tersebar merata.

Akan tetapi sistematik sampling juga mengandung beberapa kekurangan, terutama

ditinjau dari pandangan statistik yaitu:

Tak ada cara yang dapat dipercaya untuk menaksir besarnya standar error dari

contoh.

Pada umumnya perhitungan-perhitungan dari sistematik sampling menggunakan

rumus-rumus dari random sampling. Standard error yang diperoleh bukan merupakan

ukuran rata-rata deviasi melainkan merupakan ukuran dari maksimum deviasi dimana

kemungkinan perbedaannya dengan parameter populasi tidak diketahui. Oleh sebab

itu angka tersebut tidak memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh tujuan

menghitung standard error yaitu untuk mengetahui derajat kecermatan sampling.

Dalam kenyataan hasil sistematik sampling dapat over estimated atau under

estimated jika dibandingkan dengan hasil random sampling tetapi, keadaan yang

mana tidak pernah dapat diketahui.

Pengambilan contoh secara sistematik akan memberikan hasil yang cermat bila

interval yang diambil tidak berhimpit dengan periodesitas yang mungkin ada dalam

populasi.

Page 40: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

91

Hal ini penting dalam inventore hutan karena hutan merupakan ”populasi organis”

dimana tiap individu saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan masing-masing

dipengaruhi oleh faktor-faktor: topografi, tanah dan aktivitas manusia.

Juga karena periodesitas dari populasi ini maka besarnya harga rata-rata dari contoh

(X) tak dapat ditentukan apabila dia bebas dari bias atau tidak.

Kekurangan nomor pertama di atas dapat diperkecil dengan pelaksanaan sistematik

sampling dikombinasikan dengan random sampling yang secara umum disebut dengan

Sampling secara Sistimatik dengan awal acak (Systematic sampling with random start)

Caranya yaitu dengan menentukan salah satu contoh secara random, kemudian contoh-

contoh lainnya ditentukan secara sistimatik sesuai dengan pola yang telah ditentukan.

Menurut Simon (2008), Sistematik sampling pada garis besarnya dipisahkan menjadi 3

macam yaitu: Continous Strip Sampling, Line Plot Sampling dan Uniform Systematic

Distribution.

4.2.4.1 Continous Strip Sampling

Ciri-ciri dari Continous Strip Sampling adalah sbb:

- Sampling dimana contoh-contoh yang diambil berupa jalur-jalur yang dibuat sejajar

dengan ukuran dan jarak tertentu.

- Penentuan arah jalur biasanya didasarkan pada seluruh atau sebagian dari faktor-

faktor topografi, bonita (tempat tumbuh), faktor geologi dan pengaruh manusia.

- Ukuran jalur dapat bermacam-macam, tergantung pada ukuran atau umur tegakan

yang diukur.

- Pada hutan yang telah tua atau hutan alam, biasanya lebar jalur ditentukan 20 meter

sedangkan pada hutan yang masih muda atau berukuran kecil lebar jalur 10 meter

lebih memudahkan pelaksanaan jika dibandingkan dengan lebar jalur 20 meter.

- Jarak antar jalur yang satu dengan yang lainnya selalu diambil sama sedangkan besar

kecil jarak tersebut tergantung pada intensitas sampling yang dikehendaki. Makin

besar intensitas sampling akan semakin kecil jarak antar jalur tersebut dan sebaliknya.

Besarnya intensitas sampling tergantung pada keadaan populasi dan kecermatan

sampling yang diinginkan.

Page 41: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

92

Gambar 4.7. Continous Strip Sampling pada kawasan bertopografi bergelombang.

Arah jalur tegak lurus pada jalur kontur.

Continous Strip Sampling dipakai inventore hutan di luar pulau Jawa untuk

mengetahui komposisi jenis dan volume kayu dari tegakan. Lebar jalur dipakai 20 m,

panjang 5 Km dan jarak antar jalur bervariasi dari 1 - 5 km. Pembuatan jalur untuk

inventore hutan ini biasanya dilakukan lewat sungai mengingat masih langkanya jalan

angkutan yang ada.

4.2.4.2 Line Plot Sampling

Ciri-ciri Line Plot Sampling adalah sbb:

- Line plot sampling ini serupa dengan continous strip sampling baik dalam penentuan

arah jalur maupun jarak antara jalur, akan tetapi pengukuran tidak dilaksanakan pada

jalur penuh melainkan pada tempat-tempat tertentu saja yang letaknya teratur (ajeg)

untuk seluruh jalur.

- Pada tempat tertentu tersebut dapat dibuat petak-petak ukur yang bermacam-macam

bentuknya seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, lingkaran dan hanya pada

petak ukur tersebut pengukuran dilakukan.

Page 42: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

93

Gambar 4.8. Line Plot Sampling pada kawasan bertopografi miring dengan petak

ukur bentuk empat persegi panjang.

Contoh dari penggunaan line plot sampling ini adalah survei permudaan diluar jawa,

yang dilakukan bersama-sama dengan survei untuk mengetahui volume kayu. Dari

survei permudaan ini maka pada setiap jarak 100 m dalam jalur-jalur yang dibuat untuk

mengetahui volume kayu dibuat petak-petak ukur berbentuk bujursangkar 2 x 2 meter.

Line plot sampling ini merupakan hasil pengembangan dari continous strip sampling

yang dimaksudkan sebagai upaya untuk penghematan waktu dan biaya dengan

mengurangi pekerjaan pengukuran di lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi

kecermatan sampling yang dihasilkan.

Jarak petak ukur didalam jalur ditentukan dengan mempertimbangkan intensitas

sampling, ukuran petak ukur dan jarak antar jalur sebab dalam tiga komponen ini

berkaitan erat dengan kecermatan sampling yang diinginkan. Intensitas sampling yang

sama dapat diperoleh dari beberapa macam kombinasi dari ketiga macam komponen

tersebut.

Contoh perhitungannya adalah sbb:

Page 43: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

94

Intensitas sampling sebesar 4 % dapat diperoleh dari penentuan berbagai macam

kombinasi antara jarak antar petak ukur luas petak ukur dan jarak antar jalur seperti

berikut:

No. Jarak antar

Petak Ukur (m)

Luas Petak Ukur

(m x m)

Jarak antar jalur

(m)

Intensitas

Sampling (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

100

200

200

100

400

400

200

100

20 x 100

20 x 100

20 x 50

20 x 50

20 x 50

40 x 100

40 x 100

40 x 100

500

250

125

250

625

250

500

1000

4

4

4

4

4

4

4

4

4.2.4.3 Uniform Systimatic Distribution

Ciri-ciri Uniform systimatic distribution adalah sbb:

- Uniform systimatic distribution merupakan gabungan dari line plot sampling. Ciri

utama yang menonjol adalah persamaan antara jarak antar petak ukur dengan jarak

antar jalur sama sehingga petak-petak ukur yang dibuat terletak pada titik potong

antar jalur dan garis yang tegak lurus jalur serta membentuk bujur sangkar.

- Bentuk petak ukur dapat berbentuk empat persegi panjang, bujursangkar, atau

lingkaran. Untuk metoda ini maka bentuk petak ukur lingkaran yang lazim digunakan.

Page 44: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

95

Gambar 4.9. Uniform Systimatic Distribution dengan jarak antar petak ukur 100 x

100 m dan petak ukur yang dipakai berbentuk lingkaran.

Contoh perhitungannya adalah sbb:

Continous Strip Sampling

Suatu petak hutan seluas 50 hektar dengan ukuran 500 x 1.000 meter akan

dilakukan penarikan contoh dengan desain continous strip sampling dibuat 5 jalur

masing-masing berukuran 20 x 500 meter, jarak antar jalur = 200 meter. Letak

masing-masing jalur dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Hasil pengukuran diameter dapat disajikan pada Tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.13. Hasil pengukuran diameter pohon pada jalur I – V

Jalur Diameter pohon pada petak ukur ke (dalam Cm)

1 2 3 4 5

I 68,80,40

38,46,70

39,40,69

42,32,68

72,78

34,36,62

64,58,48

72,52,46

29

28,34,42

28,40,28

46,52,42

33,39,43

50,62,46

27,38

II 46,62,54

28,89,43

66,28,34

48,28,32

62,44

32,29,62

28,30,52

64,72,28

37,52

42,46,52

64,57,32

Page 45: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

96

III 72,36,68

52,54,29

72

74,78,56

42,58

77,56,49

49

46,62,34

29,32

42,29,38

IV 42,38,30

62,34,32

47,47,30

42,36

76,45,40

42,39,28

62,64,48

46,28,34

46,36,28

46,48,54

62,64,56

42,44,48

50,56,60

V 48,52,30

62,46,62

64

32,28,56

62,42

46,28,34 46,48,26

38,32,42

52,56,62

46,48,54

62,64

Dari Tabel 4.10 di atas kemudian dapat dihitung jumlah batang, diameter rata-rata

dan luas bidang dasar tegakan.

Tabel 4.14. Jumlah batang diameter rata-rata per pohon dan luas bidang dasar

tegakan.

Jalur Petak

Ukur

N (pohon) cmd

Luas bidang dasar (m2)

per PU per Ha per PU per Ha

I

1

2

3

4

5

6

8

10

9

8

30

40

50

45

40

48,6667

55,0000

50,1000

37,7778

42,2500

1,2240

2,0861

2,1132

1,0569

1,1853

6,12000

10,4305

10,5660

5,2845

5,9265

II

1

2

3

4

5

6

8

6

5

6

30

40

30

25

30

45,3333

42,7500

38,8333

50,6000

48,8333

1,0234

1,2751

0,7931

1,1103

1,1744

5,1170

6,3575

3,9655

5,5515

5,8720

III

1

2

3

4

5

7

5

4

5

3

35

25

20

25

15

54,7142

61,6000

57,7500

40,6000

36,3333

1,7867

1,5569

1,0892

0,7054

0,3180

8,9335

7,7845

5,4460

3,5270

1,5900

IV 1 6 30 39,6667 0,7957 3,9785

Page 46: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

97

2

3

4

5

5

9

6

12

25

45

30

60

40,4000

50,5556

36,3333

52,5000

0,6580

1,9498

0,6482

2,6430

3,2900

9,7490

3,2410

13,2150

V

1

2

3

4

5

7

5

3

9

5

35

25

15

45

25

52,0000

44,0000

36,0000

44,6667

54,8000

1,5558

0,8287

0,3185

1,4985

1,1998

7,7790

4,1435

1,5930

7,4660

5,9990

Untuk menghitung rata-rata luas bidang dasar tegakan dalam contoh ini akan

digunakan luas dasar tegakan per petak ukur.

Tabel 4.15. Perhitungan rata-rata luas bidang dasar tegakan dan variansnya,

Continous Strip Sampling.

Jalur Petak ukur ke

∑Xi X ∑Xi2 1 2 3 4 5

I

II

III

IV

V

1,2249

1,0234

1,7867

0,7957

1,5558

2,0861

1,2715

1,5569

0,6580

0,8287

2,1132

0,7931

1,0892

1,9498

0,3186

1,0569

1,1103

0,7054

0,6482

1,4932

1,1853

1,1744

0,3180

2,6430

1,1998

7,6655

5,3727

5,4562

6,6947

5,3969

1,53

1,07

1,09

1,34

1,08

12,8376

5,9051

7,4013

12,2734

6,8779

Jumlah 6,3856 6,4012 6,2639 5,0140 6,5205 30,5852 - 45,2953

Keterangan : i = Jumlah petak dalam jalur

J = Jumlah jalur

ukurpetakmxn

XiX /22,1

55

5852,3 2

Luas bidang tegakan rata-rata = 6,10 m2/ha

0131,0600

8771,7

600

4182,372953,45

12525

25

5852,302953,45

1

22

2

2

nn

n

XiXi

xS

1146,00131,0 xS

Page 47: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

98

%39,9%10022,1

1146,0 x

x

xSP

Intensitas sampling

%10%1001000500

500205 x

x

x

Line Plot Sampling

Dengan menggunakan data seperti pada continous strip sampling tetapi pada

setiap jalur tidak dilakukan inventore seluruhnya melainkan hanya pada petak ukur

nomor 1, 3 dan 5 untuk setiap jalurnya, posisi masing-masing petak ukur dapat dilihat

pada Gambar 2.10. sedangkan hasil pengukurannya disajikan dalam Tabel 4.13

berikut ini.

Tabel 4.16. Hasil pengukuran line plot sampling dengan petak ukur berukuran 20 x

100 meter.

Jalur Petak

Ukur

N (pohon) )(cmd Luas bidang dasar (m2)

per PU per Ha per PU per Ha

I

II

III

IV

V

1

3

5

1

3

5

1

3

5

1

3

5

1

3

5

6

10

8

6

6

6

7

4

3

6

9

12

7

3

5

30

50

40

30

30

30

35

20

15

30

45

60

35

15

25

48,6667

50,1000

42,2500

45,3333

38,8333

48,8333

54,7143

57,7500

36,3333

39,6667

50,5556

52,5000

52,0000

36,0000

54,8000

1,2240

2,1132

1,1853

1,0234

0,7931

1,1744

1,7867

1,0892

0,3180

0,7957

1,9498

2,6430

1,5558

0,3186

1,1998

6,12000

10,5660

5,9265

5,1170

3,9655

5,8720

8,9335

5,4460

1,5900

3,9785

9,7490

13,2150

7,7790

1,5930

5,9990

Page 48: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

99

Perhitungan rata-rata luas bidang dasar dan variasinya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.10. Penarikan contoh dengan Desain Continous Strip Sampling

(1000 m x 500 m).

Ukuran jalur 20 x 500 meter, jarak antar jalur 200 meter

Gambar 4.11. Penarikan contoh dengan desain Line Plot Sampling dengan ukuran contoh

20 x 100 m, jarak antar contoh dalam jalur 100 m, jarak antar jalur 200

meter.

Page 49: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

100

Tabel 4.17. Perhitungan luas bidang dasar rata-rata tegakan dan variansnya,

line plot sampling dengan petak ukur 20 x 100 m.

Jalur Petak ukur ke

∑Xi 1 3 5

I

II

III

IV

V

1,2240

1,0234

1,7867

0,7957

1,5558

2,1132

0,7931

1,0892

1,9498

0,3186

1,1853

1,1744

0,3180

2,6430

1,1998

4,5225

2,9909

3,1939

5,3885

3,0742

∑XY 6,3856 6,2639 6,5205 9,1700

278,115

1700,19X Luas bidang dasar tegakan rata-rata = 6,39 m2/Ha

%6%100

000.500

1002015.

%64,1%100278,1

0209,0

0209,00004,0

00044,0

0329,075

1

4963,1225292,12275

1

3

1700,195205,62639,63856,6

)5(3

12

222

2

2

xxx

SI

xP

xS

x

xS

Contoh Perhitungan Uniform Systematic Distribution

Suatu petak hutan berukuran 500 x 1.000 m akan di inventore dengan desain

Uniform Systematic Distribution, pada areal tersebut ditempatkan 10 petak ukuran

berbentuk lingkaran seluas 0,1 Ha jarak antar petak ukur satu dengan lainnya 200 m x

200 m. Untuk jelasnya posisi petak ukuran yang bersangkutan dapat dilihat pada Gambar

4.12. hasil pengukuran disajikan pada Tabel 4.18 berikut ini.

Page 50: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

101

Gambar 4.12. Penarikan contoh dengan desain Uniform Systematic Distribution.

Petak ukur berbentuk lingkaran seluas 0,1 Ha dan jarak antara petak

ukur 200 m x 200 m.

Tabel 4.18. Jumlah batang, diameter rata-rata per pohon dan luas tegakan

per petak ukur, Uniform Systematic Distribution.

Jalur Petak

Ukur

N (pohon) T

(an)

Luas bidang dasar

(m2)

per PU Per Ha per PU Per Ha

I. 1

2

4

7

40

70

50

64

0,9268

3,1259

9,27

31,26

II. 1

2

3

6

30

60

50

77

0,9268

1,6415

9,27

16,42

III. 1

2

10

9

100

90

45

50

0,3534

0,9268

3,53

9,27

IV. 1

2

2

5

20

50

58

43

6,1732

0,9582

61,73

9,58

V 1

2

6

8

60

80

46

77

2,0892

1,6415

20,89

16,42

Perhitungan varians harga rata-rata dilakukan dengan rumus pendekatan.

Page 51: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

102

Tabel 4.19. Perhitungan rata-rata luas tegakan dan Variansnya, Uniform Systematic

Distribution.

Jalur Petak ukur ke

∑ Xi 1 2

I

II

III

IV

V

0,9268

0,9268

0,3534

6,1732

2,0892

3,1259

1,6415

0,9268

0,9582

1,6415

4,0527

2,5683

1,2802

7,1314

3,7307

Xj 10,4696 8,2939 18,7633

288,110

7633,18mX

%57,11%10088,1

2175,0

2175,00473,0

0473,00307,1763971,17850/1

2

7633,182939,84696,10

)5(3

1

2

2

222

2

2

xP

mxS

m

xS

Intensitas sampling %2%10050

1,010 x

x

4.2.5 Multistage Sampling atau Sub Sampling

Multistage sampling atau sub sampling adalah penarikan contoh dimana populasi

yang dihadapi dibagi secara bertingkat-tingkat kedalam sampling unit-sampling unit.

Pembagian sampling unit tingkat pertama didasarkan sesuatu karakter dari populasi yang

dihadapi. Masing-masing sampling unit yang di peroleh dari pembagian tingkat pertama

ini disebut unit primer (primary unit).

Pada berikutnya, tiap unit primer dibagi-bagi lagi menjadi beberapa sampling unit,

disebut unit sekunder (secondary unit), yang pembagiannya didasarkan pada karakter

populasi yang lain dari pembagian pertama. Proses seperti ini dapat di ulang sampai tiga

tingkat atau bahkan lebih. Bila proses ini di jalankan dengan dua tingkat maka metoda

sampling disebut Two Stage Sampling sedangkan untuk tiga tingkat disebut Three Stage

Page 52: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

103

Sampling dan seterusnya. Ditinjau dari proses di atas maka simple random sampling dapat

di anggap sebagai One Stage Sampling.

Keuntungan multistage sampling adalah sbb:

1. Dapat memberikan hasil sampling yang baik dengan biaya yang rendah.

2. Dalam pelaksanaan tidak memerlukan informasi pendahuluan seperti halnya

pada stratifikasi.

3. Jumlah contoh yang harus di ukur biasanya relatif sangat kecil sehingga cocok

untuk di terapkan dalam menghadapi populasi yang sangat luas, tetapi di lain pihak

karena keterbatasan waktu dan atau biaya terpaksa hanya dapat dilaksanakan

pengambilan contoh yang sangat sedikit.

Contoh perhitungannya adalah sbb:

Penarikan contoh dua tahap (Two Stage Sampling)

Hutan yang tertulis pada peta di bawah ini akan dilaksanakan inventore untuk

mengetahui luas bidang dasar tegakkannya dengan “penarikan contoh dua tahap”. Areal

hutan tersebut dibagi kedalam petak-petak yang selanjutnya merupakan unit-unit

(Primary unit). Pengambilan unit primer ini sebagai contoh yang dilakukan secara random

sebanyak 4 %, selanjutnya dari unit-unit primer yang dipilih sebagai contoh akan sangat

sedikit.

Page 53: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

104

Gambar 4.13. Penarikan contoh dengan desain Two Stage Sampling terdiri dari 10

unit primer yang terpilih sebagai contoh.

Pada gambar petak nampak unit-unit primer yang berjumlah 25 buah yang diberi

nomor urut dengan angka romawi.

Pengambilan unit primer sebagai contoh sebanyak 40 % jadi unit primer yang

ditetapkan sebagai contoh = 40 % x 25 % = 10 buah. Penempatan ke 10 buah secara

random, maka bila hasil angka-angka = 2, 8, 9, 6, 14, 22, 25, 10, 18, dan 13 maka letak

dari contoh-contoh yang bersangkutan dapat di periksa pada gambar di atas. Unit primer

yang terpilih sebagai contoh terbagi dalam 8 bagian yang sama luasnya sehingga tiap unit

primer terdapat 8 unit sekunder yang dibei nomor urut 1, 2, 3, . . . . . , 8. Selanjutnya

Page 54: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

105

unit-unit sekunder ini di ambil 25 %, sebagai contoh yaitu sebanyak 25 % x 8 = 2 contoh

saja masing-masing di ambil secara random. Hasil perandoman misalnya sebagai berikut:

Pada unit primer (U.P) II terpilih unit sekunder nomor: 4 dan 6; U.P VI 2 dan 7; U.P

VIII 2 dan 5; U.P IX 3 dan 8; U.P X 1 dan 7; U.P XIII 3 dan 7; U.P XIV 3 dan 5; U.P XVIII

2 dan 6; U.P XXII 1 dan 8; U.P XXV 3 dan 8 (lihat bagian yang diarsir). Dari unit-unit

sekunder yang terpilih sebagai contoh (bagian yang di arsir/diblok) kemudian di ukur

keliling pohon juga jumlah pohon yang terdapat di dalamnya guna mengetahui luas

bidang dasar rata-rata dari seluruh tegakan yang ada sebagai berikut:

mn

XijX

.......................... (4.46)

Standard Error = mn

JS

MN

mn

m

S

n

mxS

11

22

.......................... (4.47)

dimana: 2SxxS

S2 within (dalam) = S2J =

1

2

2

nm

n

XijXij

S2 between = S2J + nS2β =

1

22

m

mn

xij

n

xij

n

JSbetweenSS

22

Confident interval (CI) = xStX . ................................... (4.48)

Precision (P) = %100xx

xS .......................... (4.49)

Keterangan:

M = Jumlah unit primer

N = Jumlah unit sekunder pada tiap unit primer

m = Jumlah unit primer yang terpilih sebagai contoh

n = Jumlah unit sekunder yang terpilih sebagai contoh pada tiap unit primer.

Contoh Perhitungan:

Page 55: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

106

Seandainya dalam petak tersebut telah diukur bidang dasar tegakan (dalam meter

persegi) seperti tertera dalam Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Hasil penarikan contoh pada Two Stage Sampling, penarikan contoh

pada unit sekunder dilakukan secara random.

Nomor

Unit

Primer

Nomor

Unit

Sekunder

Luas

Bidang

Dasar (m2)

= Xij

∑Xij (∑Xij)2 Xij2 ∑Xij2

II

VI

VIII

IX

X

XIII

XIV

XVIII

XXII

XXV

4

6

2

7

2

5

3

8

1

7

3

7

3

5

2

6

1

8

3

8

0,634

1,257

1,426

0,788

0,565

1,672

1,612

1,821

1,673

0,582

2,318

1,193

0,456

1,824

1,799

0,738

0,353

0,738

1,262

0,279

0,402

1,580

2,033

0,621

0,319

2,796

2,598

3,316

2,799

0,339

5,373

1,423

0,208

3,327

3,236

0,545

0,125

0,545

2,644

0,078

Jumlah - 23,354 23,354 59,132 - 34,307

Page 56: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

107

Contoh hasil perhitungannya adalah sbb:

a) 21677,1

210

354,23m

xX

Luas bidang dasar/Ha 81677,15025

000.101677,1 x

xx

Ham /3416,9 2

b)

4741,0

10

741,4

1210

2

132,59307,34

2

jS

1095,02

0219,

219,04741,02551,0

2551,0

9

270,27566,29

110

20

354,23

2

132,59

2

2

2

2

S

nS

S

c) 210

4741,0

200

201

10

1095,0

25

101

xSx

0147645,00213345,000657,0

Standard error : 31215,00147645,0 mxS

Error tiap Ha Hamx /972,081215,0 3

d) Precision (P) %41,10%1003416,9

972,0 x

e) Pada tarap peluang 95 % dan derajat bebas (n-1) = 9 (nilai = 2,262) ,

SE = 2,262 x 0,972

= ± 2,193664

f) CI = 7,43 m2 dan 11, 540 m2

Page 57: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

108

Rangkuman

1. Dalam Inventarisasi Hutan dikenal banyak sekali macam teknik sampling dan untuk

menentukan teknik yang paling baik perlu memperhatikan faktor-faktor yang

berpengaruh seperti keadaan populasi yang dihadapi, pelaksanaan lapangan,

tersedianya waktu dan biaya atau tujuan inventarisasi yang ditetapkan, dll. Beberapa

macam teknik sampling berbasis luas lahan yang sering digunakan antara lain: Simple

Random Sampling, Stratified Radom Sampling, Systematic Sampling, Multistage

Sampling atau Sub Sampling.

2. Rumus Statistika yang menjadi dasar dari perhitungan hasil sampling yaitu: harga

rata-rata, varians, standar deviasi, standard error, confidence interval, koefisien dari x

terhadap y, koefisien korelasi.

3. Pada penarikan contoh Simple Random Sampling, dibutuhkan penggunaan tabel

random untuk menentukan individu yang terpilih sebagai contoh. Dalam penarikan

contoh tersebut dikenal 2 cara yaitu penarikan contoh dengan pemulihan (with

replacement) dan tanpa pemulihan (without replacement).

4. Pada penarikan contoh Stratified Radom Sampling dilakukan a.l. untuk mengusahakan

agar populasi yang sangat beragam tadi dipisah-pisahkan atau dibuat lapisan-lapisan

menjadi beberapa kelompok (grup) sedemikian rupa sehingga masing-masing

kelompok mempunyai keragaman lebih kecil bila dibandingkan dengan populasinya.

5. Systematic Sampling (sistematik sampling) memberikan beberapa keuntungan bila

dibandingkan dengan random sampling yaitu: (1) Mudah dalam perencanaan dan

pelaksanaannya di lapangan, (2) Akibat dari itu, waktu dan biaya yang diperlukan

dapat lebih sedikit, (3) Khususnya untuk kepentingan pemetaan dan penafsiran

volume kayu, banyak akan memberikan hasil yang cermat karena penempatan contoh

yang tersebar merata.

6. Multistage sampling atau sub sampling adalah penarikan contoh dimana populasi yang

dihadapi dibagi secara bertingkat-tingkat kedalam sampling unit-sampling unit.

Pembagian sampling unit tingkat pertama didasarkan sesuatu karakter dari populasi

yang dihadapi. Masing-masing sampling unit yang di peroleh dari pembagian tingkat

pertama ini disebut unit primer (primary unit). Pada berikutnya, tiap unit primer

dibagi-bagi lagi menjadi beberapa sampling unit, disebut unit sekunder (secondary

unit), yang pembagiannya didasarkan pada karakter populasi yang lain dari

Page 58: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

109

pembagian pertama. Pembagian tersebut dapat dilanjutkan sampai ke unit tersier

sesuai kebutuhan inventarisasi yang dilaksanakan.

Soal-Soal Latihan dan Tugas

1. Jelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan inventarisasi hutan.

2. Apa yang dimaksud dengan “Intensitas Sampling” dan berikan contoh

perhitungannya.

3. Bagaimana cara penentuan besarnya intensitas sampling? Jelaskan!

4. Jelaskan berbagai rumus Statistika yang menjadi dasar dari perhitungan sampling

pada pelaksanaan inventarisasi hutan dan contoh-contoh perhitungannya.

5. Jelaskan secara umum bagaimana cara memilih contoh, penerapan rumus statistika

dari teknik sampling sebagai berikut : (a) Simple Random Sampling, (b) Stratified

Random Sampling, (c) Systematic Sampling, (d) Multistage Sampling.

6. Suatu populasi hutan tropis dengan ukuran: 6 km x 5 km akan dilaksanakan

inventarisasi dengan Metode Random Sampling. Untuk maksud tersebut maka

populasi hutan yang tergambar dalam peta persebaran pohon ini (peta pohon

terdapat dalam lampiran 4.1) dibuat sub-sub populasi atau petak-petak ukur sebanyak

75 buah yang sama besarnya lalu tariklah contoh sebanyak 20 petak ukur secara

random dengan dua cara yaitu tanpa pemulihan dan dengan pemulihan dari kedua

penarikan sampel ini, hitunglah: (a) Besarnya intensitas sampling ( %), (b) Diameter

pohon rata-rata per hektar untuk seluruh populasi (cm/Ha), (c) Standard Error XS

dan (d) Kecermatan Sampling (P)

7. Suatu populasi hutan tropis seluas 300 Ha dengan letak posisi pohon seperti tertera

pada peta persebaran pohon skala 1: 20.000 (peta pohon terdapat pada lampiran)

akan dilaksanakan inventarisasi dengan metoda sistematik sampling yaitu: Continous

Strip Sampling. Oleh sebab itu pada kawasan hutan tersebut dibagi ke dalam petak-

petak ukur sebanyak 25 buah yang sama besarnya dan berbentuk jalur – jalur dengan

arah Utara – Selatan. Dari 25 buah jalur tersebut tariklah contoh sebanyak 8 atau 9

jalur secara sistematik yaitu dimana jarak antara jalur yang terpilih dengan contoh

sebanyak 2 jalur. Catatlah jenis dan diameter pohon yang terdapat pada jalur yang

terpilih sebagai contoh kemudian hitunglah : (a) Besarnya intensitas sampling (%), (b)

Diameter pohon rata-rata per hektar, (c) Jumlah pohon rata-rata per hektar, (d)

Page 59: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

110

Standard Error XS untuk diameter dan jumlah pohon dan (d) Kecermatan sampling

untuk diameter dan jumlah pohon (P).

8. Lakukan inventarisasi hutan pada lahan hutan yang ada di sekitar Fak. Pertanian

Unpatti seluas 1 ha. Buatlah peta sebaran pohonnya dan setelah itu lakukan berbagai

macam teknik sampling Simple Random Sampling, (b) Stratified Random Sampling,

(c) Systematic Sampling, (d) Multistage Sampling dengan I.S = 20% dan 30%.

Bagaimana hasil rata-rata volume kayu yang diperoleh dari masing-masing teknik

sampling tersebut? Teknik sampling yang manakah yang memberikan kecermatan

sampling paling baik?

Page 60: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

111

BAB V. TEKNIK PENARIKAN CONTOH BERBASIS JUMLAH POHON PADA

INVENTARISASI HUTAN

Deskripsi singkat

Pada bab ini akan dibahas mengenai dua macam teknik penarikan contoh (sampling

technique) berbasis jumlah pohon pada inventarisasi hutan yaitu: Tree Sampling dan Point

Sampling.

Kompetensi dasar

Mahasiswa mampu mengaplikasikan berbagai jenis teknik sampling dalam pelaksanaan

inventarisasi hutan berbasis jumlah pohon termasuk dalam memilih teknik sampling yang

tepat sesuai dengan situasi dan kondisi hutan yang akan dilaksanakan inventarisasi.

Indikator

1. Mengapilkasikan teknis sampling pada kegiatan inventarisasi hutan berbasis jumlah

pohon.

2. Menggunakan rumus matematika dan statistika yang menjadi dasar dari perhitungan

sampling pada pengukuran pohon dan inventarisasi hutan.

3. Menghitung harga rata-rata, standar deviasi, selang kepercayaan, kecermatan pada

penarikan contoh Tree Sampling dan Point Sampling.

4. Menganalisis kelemahan dan keunggulan Tree Sampling dan Point Sampling

5.1 Tree Sampling

Penarikan pohon contoh yang dikenal dengan “Tree Sampling” diperkenalkan oleh

Dr. Prodan (pada tahun 1969) dan kemudian dikembangkan oleh Zobeiry (pada tahun

1978). Secara sederhana pencuplikan sejumlah pohon contoh diartikan bahwa tiap petak

ukur terdiri dari sejumlah pohon contoh yang tertentu terdekat ke pusat petak ukur.

Pohon contoh jumlah dapat 6, 8, 10 pohon dan seterusnya, tergantung

kepentingannya. Jika ingin diambil 6 pohon contoh tiap petak ukurnya maka dari setiap

petak ukur diambil 6 pohon terdekat pohon contoh. Ke enam pohon contoh tersebut

mempunyai ukuran diameter berturut-turut misalnya: d1, d2, d3, d4, d5 dan d6, maka

luas bidang dasar dapat ditaksir untuk semua pohon dalam satu hektar dengan mengikuti

formula:

Page 61: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

112

2

26

2

1....21

46

000.10/ dddx

RHaG

.......................... (5.1)

atau

2

26

2

1....21

6

500,2/ dddx

RHaG

.......................... (5.2)

Luas bidang dasar rata-rata/Ha untuk seluruh hutan dapat ditaksir dari:

2

......2211/

F

xFiGiFxGFxGHaG .......................... (5.3)

dimana:

i = 1 ....... n

G = Luas bidang dasar/Ha dari pohon tiap petak ukur/plot

F = Luas tiap-tiap petak ukur

Untuk jelasnya mengenai Tree Sampling dengan 6 pohon contoh dapat dilihat pada

Gambar 5.1 berikut ini:

Gambar 5.1. Sebuah petak ukur yang berisi 6 pohon contoh.

Keterangan:

d6 = diameter setinggi dada pohon ke 6, a6 = jarak dari pohon ke 6 ke pusat petak

(s), r6 = a6 + 2

1 d6 = jari-jari petak ukur

Page 62: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

113

Contoh perhitungannya adalah sbb:

Pada sebuah petak hutan pinus seluas 30 Ha, akan ditempatkan 5 petak ukur

secara acak dan menggunakan “Tree Sampling” dimana tiap petak ukur berisi 6 pohon

contoh. Tujuan Inventore adalah untuk mengetahui luas bidang dasar rata-rata/Ha

untuk seluruh petak hutan. Berkenan hal itu perlu mengadakan pengukuran diameter

pohon dan jari-jari petak ukur plot. Hasilnya dapat diperiksa pada Tabel 5.1.

Pembuatan petak ukur dengan tree sampling ini sebenarnya tidak begitu berbeda

dengan pembuatan petak-petak ukur bentuk lingkaran sebelumnya yang telah

disampaikan di muka. Tree sampling memusatkan pada jumlah pohon yang harus

dipenuhi dalam satu peak ukur sedangkan luas petak ukur dapat berbeda-beda

tergantung dari kerapatan tegakan yang dihadapi. Semakin rapat kondisi tegakan yang

ada akan semakin kecil petak ukurnya dan sebaliknya. Pembuatan petak ukur bentuk

lingkaran justru menetapkan dulu luas petak ukurnya sehingga jumlah pohon yang

terpilih sebagai contoh pada setiap petak ukurnya berbeda-beda tergantung dari

kerapatan tegakan yang dihadapi.Semakin rapat kondisi tegakan yang dihadapi, maka

kemungkinan untuk memperoleh jumlah pohon contoh setiap petak ukurnya semakin

besar atau dengan perkataan lain semakin rapat tegaka semakin banyak jumlah pohon

yang terdapat dalam setiap petak ukurnya dan sebaliknya.

Menurut Zobeiry (1978) pencuplikan 6 pohon contoh mempunyai beberapa

keuntungan antara lain:

1. Pekerjaan lapangan lebih sederhana sebab hanya dibutuhkan 2 krew tenaga kerja.

2. Adanya kemudahan dalam pengukuran pohon terpilih pada petak ukur dan luas

dari petak ukur tergantung pada kerapatan tegakan.

Page 63: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

114

Tabel 5.1.Hasil perhitungan luas bidang dasar rata-rata per Ha dengan metode

Tree Sampling

No.

PU

No.

PC

d

(m)

d2

(m2)

d6

(m) 2

1d6

(m)

R6

(m)

R62

(m2)

F =

πR26

(m2)

6/Ha

(m2/Ha)

F x 6

1 1

2

3

4

5

6

0,4838

0,4265

0,3247

0,5411

0,5730

0,3119

0,2341

0,1819

0,1054

0,2928

0,3283

0,0486*

9,89

0,16

10,05

101,00

∑ 6 1,1911 317,31 29,4827 9354,8607

II 1

2

3

4

5

6

0,3229

0,4648

0,5422

0,5822

0,3426

0,4243

0,1043

0,2160

02940

03390

01174

0,0900*

5,28

0,21

5,49

30,14

∑ 6 1,1607 94,69 96,2757 9116,3473

III 1

2

3

4

5

6

0,5825

0,4728

0,6102

05620

0,2948

0,3642

0,3394

0,2235

0,3723

0,3158

0,0869

0,0663*

6,24

0,18

6,42

41,22

∑ 6 1,4042 129,50 85,1650 11028,8634

IV 1

2

3

4

5

6

0,4283

0,3926

0,5224

0,2928

0,7263

0,4026

0,1834

0,1541

0,2729

0,0857

0,5275

0,0810*

8,84

0,20

9,04

81,72

∑ 6 1,3046 256,74 39,9107 10246,6656

Page 64: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

115

V 1

2

3

4

5

6

0,2628

0,2984

0,3428

0,5264

0,3042

0,4924

0,0691

0,0890

0,1175

0,2771

0,0925

0,1212*

5,27

0,20

5,52

30,47

∑ 6 0,7664 95,73 62,8815 6019,6482

Total 893,97 45766,3852

Luas bidang dasar rata-rata/Ha untuk seluruh hutan pinus tersebut adalah:

Ham /1945,5197,893

3852,45766 3

5.2 Point Sampling

Point sampling adalah penarikan contoh dimana pengukuran contoh dilakukan

dari suatu titik yang merupakan titik pusat dari petak ukur yang bersangkutan dan

penaksiran luas bidang dasar dari suatu pohon dilakukan berdasarkan perbandingan

antara luas bidang dasar pohon tersbut dengan luas suatu lingkaran dimana titik pusat

ke dua lingkaran tersebut berhimpit, yaitu terletak pada titik pusat penampang lintang

pohon. Besar kecilnya lingkaran ini ditentukan oleh ukuran alat yang dipakai. Point

sampling ini diciptakan oleh Bitterlich (1948), seorang rimbawan Austria sehingga cara

ini disebut Metode Bitterlich atau Plot Less Sampling atau Probability Proportional to

Size (PPS – Sampling).

Metode ini diciptakan untuk mengatasi beberapa kekurangan dari penarikan

contoh pada cara konvensional (dengan pembuatan petak ukur, pengukuran luas

bidang dasar tiap hektar dilengkapi dengan pengukuran tinggi rata-rata dan jumlah

batang dan lain-lain:

- Dalam praktek cara konvensional mengandung 2 keberatan yaitu memerlukan

waktu dan biaya yang mahal dan masalah border line trees merupakan faktor yang

paling berpengaruh terhadap kecermatan contoh.

- Dalam metode point sampling pengambilan pohon sebagai contoh proporsionil

sesuai dengan ukuran (luas bidang dasar/diameter) dari tiap-tiap pohon maka

dapat dihindari pengambilan pohon-pohon yang berukuran kecil yang terlalu

banyak dan pohon-pohon yang berukuran besar yang tidak memadai. Hal ini

Page 65: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

116

terutama terjadi pada inventarisasi hutan yang mempunyai variasi diamater pohon

yang besar dan dianggap sebagai salah satu keberatan pula.

Ciri-ciri Point Sampling adalah sbb:

- Penempatan titik pusat petak ukur dalam areal yang diukur dapat dilakukan

seperti pada cara konvensional hanya dalam cara ini batas petak ukur tidak

perlu dibuat dan pengambilan pohon sebagai contoh hanya berdasarkan sudut

pandang dari alat yang dipakai dan luas bidang dasar dari pohon yang

bersangkutan.

- Peluang bagi tiap individu pohon tidak sama satu dengan yang lain. Semakin

besar luas bidang dasar suatu pohon, semakin besar pula peluangnya untuk

diambil sebagai contoh.

Metode Point Sampling bisa sangat cepat dilaksanakan, dipakai cara luas

didaerah temperate dan terbukti memberi hasil yang memuaskan. Untuk kawasan

hutan hujan tropika, metode ini kurang disukai karena akan menimbulkan berbagai

kesulitan yang dapat memperbesar kesalahan contoh yaitu:

- Tumbuh-tumbuhan bawah yang lebat dapat menyebabkan tertumpuknya diameter

setinggi dada dari pohon-pohon yang akan diukur.

- Karena pohon cukup rapat dengan ukuran yang sangat beragam maka pohon yang

jauh sering tertutup oleh pohon yang lebih dekat dengan pusat petak ukur.

- Kadang-kadang tajuk yang rapat dapat menyebabkan tidak jelasnya penglihatan

pada alat yang dipakai.

- Untuk lapangan yang miring, pohon-pohon condong atau pohon yang berbanir

diperlukan pengukuran dan perhitungan yang teliti.

Pada garis besarnya ada dua macam alat untuk mengukur luas bidang dasar pada

point sampling yaitu alat pengukur sudut dan prisma.

a. Alat Pengukur Sudut

Alat pengukur sudut terdiri dari sebuah tongkat dengan pelat lobang pada kedua

ujungnya yang diberi lubang sehingga jika kita lihat pada salah satu ujungnya akan

terlihat sudut pandang yang disebut sudut kritis.

Page 66: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

117

Gambar 5.2. Sebuah alat pengukur sudut

Dari alat tersebut di atas nampak bahwa antara panjang tongkat dengan lebar lubang

yang terdapat pada ujung (2) mempunyai perbandingan tertentu yaitu, 1 cm : 50 cm

atau 1 : 50. Selanjutnya perbandingan ini merupakan konstante (k) yang besarnya

1/50 mempunyai faktor luas bidang dasar (BAF = 1). Kadang-kadang dapat pula

dengan konstante 2/50 (BAF = 4), 3/50 (BAF = 9) tergantung keadaan tegakan yang

akan diinventarisir.

Untuk mengetahui luas bidang dasar tiap hektar dicari dengan membidikkan alat

tersebut pada setinggi mata dari pusat petak ukur ke segenap penjuru wilayah dimana

pohon-pohon berada disekeliling pusat petak ukur tersebut. Pohon-pohon yang terpilih

sebagai contoh adalah bila dilihat dari pusat petak ukur mempunyai diameter lebih

besar dari lubang pengamatan (lihat gambar posisi 1) sedang yang tidak terpilih

sebagai contoh adalah pohon-pohon yang mempunyai diameter lebih kecil dari lubang

pengamatan (posisi 3). Apabila diameter pohon yang bersangkutan sama dengan

lubang pengamatan, ini dikenal dengan “Border Line Trees” (posisi 2).

Page 67: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

118

Keterangan:

a. Pohon 1, 3, 5, 7, 10 terpilih sebagai contoh.

b. Pohon 2, 4, 9 sebagai pohon batas.

c. Pohon 6, 8 tidak terpilih sebagai contoh.

Gambar 5.3. Alat pengukur sudut yang dibidikkan ke pohon untuk penentuan pohon

yang dipilh sebagai contoh.

Page 68: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

119

Luas bidang dasar tiap hektar atau tiap petak ukur =

Lbds/Ha/P.U = n x BAF .......................... (5.4)

dimana: n = jumlah pohon yang terpilih sebagai contoh

BAF = Basal Areal Factor atau faktor luas bidang dasar dari alat pengukur sudut yang

dipergunakan.

Pemilihan Nilai BAF:

Seperti disebutkan di muka bahwasanya pemilihan BAF hendaknya disesuaikan

dengan keadaan tegakan yang dihadapi. Jika BAF yang dipilih tidak sesuai dengan

keadaan tegakan yang dihadapi akan terjadi pemborosan waktu atau penurunan

kecermatan taksiran. Pemilihan nilai BAF ini serupa dengan pemilihan luas petak ukur

yang optimum pada cara konvensional. Faktor-faktor yang berpengaruh pada

penentuan nilai BAF adalah:

Kerapatan tegakan:

Jika keadaan hutan yang dihadapi ternyata mempunyai kerapatan yang cukup tinggi

maka kemungkinan adanya pohon yang tertutup oleh pohon-pohon lain bila dilihat dari

titik pusat petak ukur akan lebih besar jika dibandingkan dengan tegakan yang lebih

jarang. Pohon-pohon yang tidak tercatat menjadi contoh, karena tertutup oleh pohon-

pohon yang lain akan merupakan sumber kesalahan dalam metode ini. Berkenaan

dengan hal tersebut, tegakan yang rapat dipilih alat pengukur sudut dengan nilai BAF

yang semakin kecil dan sebaliknya.

Ukuran Diameter atau luas bidang dasar rata-rata dari pohon yang diukur.

Nilai BAF yang besar dimaksudkan untuk pohon-pohon ukuran kecil, bila BAF yang

dipakai lebih kecil dari BAF yang semestinya untuk suatu tegakan maka akan lebih

banyak pohon yang tercatat sebagai contoh.

Terlalu banyaknya jumlah pohon yang dicatat sebagai contoh akan memperbesar

peluang akan terjadinya kesalahan dan memperbanyak waktu yang diperlukan untuk

pengukuran dan perhitungan. Pada hutan tanaman yang seumur, ukuran dari pohon-

pohon sejalan dengan umurnya. Oleh sebab itu BAF yang dipilih didasarkan pada klas

umur dari tegakan. Sudah barang tentu akan diperlukan beberapa alat pengukur

dengan nilai BAF yang berbeda-beda, sesuai dengan kelas-kelas umur yang ada.

Contoh perhitungannya adalah sbb:

Page 69: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

120

Suatu petak hutan seluas 70 ha ditempatkan 14 titik pusat petak ukur dan pada

masing-masing titik tersebut dilaksanakan point sampling dengan menggunakan alat

pengukur sudut (BAF: 4). Pengukuran luas bidang dasar dengan BAF = 4 sbb:

Tabel 5.2. Hasil perhitungan luas bidang dasar/hektar/petak ukur dengan cara

point sampling.

Nomor

Petak Ukur

Jumlah Pohon

Contoh (n)

Lbds/Ha/PU

(m)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

10

6

6

7

4

8

9

10

8

13

7

6

5

13

40

24

24

28

16

32

36

40

32

52

28

24

20

52

Jumlah = 448

Rata-rata Lbds/Ha Ham /3214

448 2

b. Prisma (Wedge Prism)

Alat pengukur luas bidang dasar pada point sampling dengan prisma pada

dasarnya adalah memanfaatkan sinar yang melewati prisma dari kaca sehingga terjadi

penyimpangan sudut (sudut bias). Untuk penentuan pohon-pohon yang terpilih

sebagai contoh maka prisma yang terbentuk seperti baji tersebut diletakkan dalam

posisi melintang didepan mata ditunjukkan disegenap wilayah dimana pohon-pohon itu

berada seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Page 70: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

121

Gambar 5.4. Prisma yang dibidikkan ke pohon

Besarnya sudut bias prisma (diopters) akan menentukan nilai BAF-nya, sebuah

prisma dengan kekuatan satu diopters akan memindahkan kenampakan obyek sejauh

1 unit dalam 100 unit. Misalnya suatu pohon dilihat dari jarak 100 m dengan prisma

yang berkekuatan 1 diopters, pohon akan tampak bergeser dari tempat aslinya sejauh

1 m. Jika berkekuatan prisma = 4 diopters, dia akan memindah kenampakan suatu

benda sejauh 4 m pada jarak 100 m.

Sudut akibat yang dibiaskan prisma ini sama halnya dengan sudut pandang pada

alas pengukur sudut. Semakin kecil kekuatan prisma, nilai k semakin kecil dan BAF-nya

juga akan semakin kecil dan sebaliknya.

Page 71: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

122

Besarnya nilai BAF dapat dihitung dengan penentuan sbb:

1. Nilai k (konstante)

Contoh: Suatu benda dengan lebar 25 cm dan dengan prisma yang akan diukur

BAF-nya, benda tersebut nampak bergeser sejauh 25 cm dan jarak 6,25 m (= 625

cm), maka nilai k = 25/625 = 1/25.

Jadi nilai BAF prisma = 4

2. Kekuatan (diopters) prisma

Prisma yang telah diketahui kekuatannya, nilai BAF dapat dihitung dari persamaan :

4

2diopters

BAF ……………………………. .......................... (5.5)

Contoh: Sebuah prisma memiliki kekuatan 4 diopters, maka nilai BAF-nya

44

16

4

42

Luas bidang dasar tiap hektar atau tiap petak ukur

BAFxnUPhalbds .// …………………… .......................... (5.6)

dimana: n = jumlah pohon yang terpilih

Penentuan Intensitas Sampling pada Point Sampling

Mengingat dalam point sampling luas tiap petak ukur tidak diketahui seperti halnya

pada tree sampling maka pengertian intensitas sampling menjadi agak berbeda dengan

pada cara konvensional. Penentuan Intensitas Sampling disini adalah penentuan jumlah

titik pusat petak ukur yang diperlukan.

Dengan bantuan statistika, jumlah titik pusat petak ukur dapat ditentukan dengan

melihat variabilitas populasi yang dihadapi serta tingkat kesalahan yang diperlukan

sebagai berikut:

2

22

%

%

SE

tCVn ……………………. .......................... (5.7)

dimana: n = jumlah titik yang dibutuhkan

CV = Coeficien of Variation

t = Nilai t pada taraf peluang yang diinginkan

SE = Kesalahan contoh yang diperkenankan

Nilai CV % diambil dari contoh pendahuluan atau pengalaman inventore masa lalu.

Page 72: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

123

Misalnya suatu survei pendahuluan untuk mengetahui standing stock dari hutan

pinus diperoleh X = 79.82, S = 36.2034, xS = 7.06 dengan SE = 10 % pada taraf

peluang akan diperlukan contoh sebanyak:

titik

x

SE

tCVn 89

100

24.8900

10

08.210082.79

2034.36

%

%2

2

2

22

Persamaan di atas cocok untuk petak-petak hutan yang lusnya lebih besar dari 80

Ha, sedangkan untuk petak-petak yang lebih kecil dari 80 Ha, (Deers & Miller, 1964)

memberikan pedoman sebagai berikut:

- Sekurang-kurangnya jumlah contoh harus 10 titik

- Untuk 16 Ha pertama, diambil 2,5 titik/Ha

- Untuk 16 Ha berikutnya, diambil 1,25 titik/Ha

- Untuk 48 Ha berikutnya, diambil 0,25 titik/Ha

- Untuk areal lebih dari 80 Ha digunakan rumus di atas.

Kerapatan Tegakan

Dalam upaya melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan, maka inventarisasi hutan

yang dilaksanakan selalu berusaha agar berbagai informasi yang lengkap mengenai

keadaan hutan yang dihadapi dapat diperoleh dengan baik. Informasi yang diinginkan

tentunya bukan hanya luas bidang dasar tegakan saja tetapi juga volume, jumlah

batang per Ha yang dikenal dengan kerapatan tegakan. Mengingat dalam metode

sampling perihal luas petak ukurnya tidak diketahui serta selalu berubah-ubah dari

pusat petak ke petak ukur tidak memberikan gambaran mengenai kerapatan tegakan

di petak ukur yang bersangkutan. Suatu petak ukur dengan jumlah batang yang lebih

banyak, belum tentu di tempat tersebut tegakannya lebih rapat dari pada di tempat

lain dengan petak ukur yang jumlah batangnya lebih sedikit.

Teori dari metode ini yaitu point sampling menjelaskan bahwa semua pohon yang

masuk contoh tidak memandang ukuran dari pohon tersebut, akan memiliki areal

seluas nilai BAF yang dipakai. Bila dipergunakan BAF = 1, berarti tiap pohon akan

mewakili Lbds = 1 m2/Ha.

Jumlah batang per hektar juga dapat ditaksir dari suatu pohon dengan ukuran

tertentu. Misalnya dalam suatu petak ukur terdapat sebatang pohon dengan diameter

= 27 cm. Pohon ini mewakili Lbds = 4 m2/Ha, jadi jumlah pohon yang diwakili oleh

Page 73: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

124

pohon dengan rumus tersebut (27 cm) dalam 1 Ha = 4 m2 dibagi dengan Lbds dari

pohon itu yang dikenal dengan nama “Tree Factor”

gbaLbds

BAFFt tan70/80,69

0573,0

4

Besarnya Ft (Tree Factor) ini menggambarkan jumlah pohon dalam satu hektar

yang diwakili oleh suatu pohon dengan ukuran tertentu, yang terpilih sebagai contoh

maka untuk bisa mengetahui jumlah batang/Ha dalam metode point sampling, juga

harus dilakukan pengukuran terhadap diameter dari pohon yang terpilih sebagi contoh.

Hal ini sering menimbulkan kelambatan dalam pelaksanaan metode ini di lapangan.

Rangkuman

1. “Tree Sampling” atau pencuplikan sejumlah pohon contoh diartikan bahwa tiap petak

ukur terdiri dari sejumlah pohon contoh yang tertentu terdekat kepusat petak ukur.

Pohon contoh yang dipilih berjumlah 6, 8, 10 pohon dan seterusnya, tergantung

kepentingannya. Jika ingin diambil 6 pohon contoh tiap petak ukurnya maka dari

setiap petak ukur diambil 6 pohon terdekat pohon contoh demikian seterusnya.

2. Point sampling adalah penarikan contoh dimana pengukuran contoh dilakukan dari

suatu titik yang merupakan titik pusat dari petak ukur yang bersangkutan dan

penaksiran luas bidang dasar dari suatu pohon dilakukan berdasarkan perbandingan

antara luas bidang dasar pohon tersebut dengan luas suatu lingkaran dimana titik

pusat ke dua lingkaran tersebut berhimpit, yaitu terletak pada titik pusat penampang

lintang pohon. Besar kecilnya lingkaran ini ditentukan oleh ukuran alat yang dipakai.

Metode ini diciptakan untuk mengatasi beberapa kekurangan dari penarikan contoh

pada cara konvensional (dengan pembuatan petak ukur, pengukuran luas bidang

dasar tiap hektar dilengkapi dengan pengukuran tinggi rata-rata dan jumlah batang

dan lain-lain).

Page 74: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

125

Soal-soal Latihan dan Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan penarikan contoh tree sampling dan point sampling?

Jelaskan.

2. Apa perbedaan prinsip antara penarikan contoh tree sampling dan point sampling?

Jelaskan.

3. Suatu tegakan hutan Pinus yang rapat akan dilakukan inventarisasi dengan penarikan

contoh tree sampling. Diketahui bahwa pada satu petak ukur dijumpai 6 pohon

terdekat ke pusat petak ukur berjarak 11 m dan 8 pohon terdekat berjarak 15 m.

Diameter pohon ke 1 s.d 8 berturut-turut yaitu 45 cm, 55 cm, 32 cm, 43 cm, 67 cm,

77 cm, 44 cm, 51 cm. Hitunglah rata-rata diameter dan standar deviasi pohon pinus

pada satu petak ukur tersebut.

4. Lakukan inventarisasi hutan pada lahan hutan yang ada di sekitar hutan pendidikan

Gunung Nona dengan penarikan contoh tree samping dan point sampling. Ambilah 6

petak ukur baik pada tree samping maupun point sampling

yang penentuan pusat-pusat petak ukurnya sama. Hitunglah rata-rata diameter pada

penarikan contoh baik pada tree samping maupun point sampling. Berdasarkan hasil

tersebut maka lakukan telaah mana teknik penarikan contoh yang memberikan nilai

kecermatan yang lebih baik antara tree samping dan point sampling. Berikan alasan-

alasan Saudara.

5. Setelah Saudara menjalankan praktek pelaksanaan teknik penarikan contoh tree

samping dan point sampling di suatu tegakan hutan maka teknik penarikan contoh

manakah yang paling mudah dan praktis digunakan? Berikan alasan-alasan Saudara.

Page 75: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

126

BAB VI. PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (STANDARD OPERATING

PROCEDURES / SOP) PADA KEGIATAN INVENTARISASI HUTAN

Deskripsi singkat

Bab ini membahas: pengertian Standar Operasional Prosedur (SOP), tujuan SOP serta

contoh-contoh SOP yang dibuat dan dilaksanakan dalam kegiatan inventarisasi hutan.

Kompetensi dasar

Mahasiswa dapat membuat SOP di bidang inventarisasi hutan serta mengembangkannya

di bidang-bidang lainnya.

Indikator

1. Menjelaskan pengertian dan tujuan SOP

2. Menjelaskan materi-materi dalam susunan suatu SOP

3. Membuat contoh-contoh SOP dalam bidang inventarisasi hutan yaitu: inventarisasi

tegakan sebelum penebangan (ITSP), inventarisasi tegakan tinggal (ITT), pengecekan

inventarisasi tegakan, survei topografi dan perpetaan.

6.1. Pengertian Standard Operating Procedures (SOP)

Prosedur Standar Operasional atau sering juga disebut dengan Standar Operasional

Prosedur atau dalam Bahasa Inggris disebut Standard Operating Procedures atau dikenal

dengan singkatan SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan

sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah dan juga swasta

berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata

kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP

adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja baik

pada instansi pemerintahan maupun swasta untuk mewujudkan good governance atau tata

kelola yang baik. SOP ini tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena SOP selain

dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik, juga dapat digunakan untuk

menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas,

dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah maupun swasta. Dengan demikian SOP

merupakan pedoman atau acuan untuk menilai pelaksanaan kinerja baik instansi

pemerintah maupun swasta berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan

Page 76: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

127

prosedural sesuai dengan tata hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan

(Atmoko, 2009).

Dalam SOP tersebut biasanya diatur berbagai ketentuan umum yang berlaku dalam

suatu unit kerja sedang ketentuan khususnya diatur tersendiri dalam bentuk surat edaran

dari Pimpinan Pejabat yang berwenang atau Direksi Perusahaan yang bersangkutan. Secara

garis besar, materi SOP terdiri atas:

- Kebijakan Umum yang berisikan: tujuan, ruang lingkup, penanggung jawab serta hal-al

yang akan diatur dalam kebijakan yang bersangkutan.

- Prosedur yang berisikan: petunjuk pelaksanaan operasional pekerjaan yang dilakukan.

Biasanya berupa urutan pekerjaan yang harus dilakukan dan akan lebih baik lagi jika

dilengkapi dengan aliran dokumen (flow of document) berikut contoh-contoh format

lampiran.

6.2 SOP pada Kegiatan Inventarisasi Hutan

Kegiatan inventarisasi a.l. mencakup inventarisasi tegakan sebelum penebangan,

inventarisasi tegakan tinggal, pengecekan inventarisasi tegakan, survey topografi dan

perpetaan. Berkaitan dengan hal tersebut berikut ini disajikan contoh masing-masing SOP-

nya seperti yang dibuat oleh satu HPH/ IUPHH model di Sampit, Kalimantan Tengah.

6.2.1 SOP Survei Topografi

Tujuan

a. Mendapatkan gambaran tentang konfigurasi areal yang mendekati bentuk

sebenarnya di lapangan berdasarkan hasil pengukuran di lapangan.

b. Sebagai pedoman dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai hasil kerja yang

baik dan mempunyai akurasi yang tinggi.

c. Sebagai data dasar dalam perencanaan penataan hutan produktif yang baik dalam

pembukaan wilayah hutan yang mantap dan efektif serta untuk perencanaan

produksi yang efisien dan optimal.

d. Pemantapan Rencana Kerja Lima tahun (RKL) dan Rencana Karya Tahunan (RKT),

sehingga pengelolaan hutan dapat dilaksanakan dengan baik, efisien dan

produktifitasnya tinggi.

Penanggung Jawab

a. Surveyor/Leader: Bertanggung jawab dalam pengaturan pelaksanaan kerja team

Page 77: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

128

pengukuran, kebenaran dalam pelaksanaan dan hasil pelaksanaan di lapangan

maupun secara administratif.

b. Kasie. Keteknikan Hutan: Bertanggung jawab dalam pengaturan pelaksanaan kerja

dan hasil kerja dari pars surveyor di lapangan maupun administratif (hasil peta topo

survey), serta pengawasan.

c. Kabag. Perencanaan: Bertanggung jawab dalam pengendalian kerja (beaya, waktu

dan sasaran), koreksi dan pemanfaatan peta topografi untuk kegiatan perencanaan

selanjutnya.

Masukan yang Dibutuhkan

- Peta Poligon tebangan skala 1:5.000 (hasil plotting koordinat terkoreksi)

- Data X (absis) dan Y (ordinat) dari setiap patok poligon tebangan hasil

pengukuran poligon tertutup dalam PAK batas alam.

- Data H (elevasi/ketinggian) dari setiap patok poligon tebangan hasil pengukuran

waterpassing memanjang.

Siklus Waktu Pelaksanaan

- Pelaksanaan survey disesuaikan dengan rencana kegiatan perencanaan hutan

dalam RKT yang berjalan.

- Waktu yang diperlukan untuk melakukan survey topografi dalam 100 Ha/1

petak kerja rata-rata 20 hari, dengan mempertimbangkan prasarana dan

fisiografi lapangan. Sedangkan untuk pengolahan data hingga pembuatan peta

dibutuhkan waktu sekitar 12 hari

Urutan Kerja

Urutan kerja survei topografi disajikan pada Gambar 6.1.

Page 78: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

129

Gambar 6.1. Urutan Kerja Survei Topografi

Instruksi Kerja

a. Tata waktu pelaksanaan kerja

Toposurvey dilaksanakan setelah kegiatan PAK, dimana bentuk areal kerjanya

berupa areal non square (poligon) dengan menggunakan batas alam.

Perencanaan Kerja

1. MENYIAPKAN TITIK IKAT & PEMASANGAN PATOK 2. MENYIAPKAN RENCANA PENGUKURAN (STARTING POINT,

DLL) 3. PENYIAPAN BARANG-BARANG SURVEY

Pengambilan Data Lapangan

1. PENENTUAN TITIK IKAT & PEMASANGAN PATOK 2. PENGUKURAN 3. PEMBUATAN SKETSA LAPANGAN

Pengolahan Data Survey

1. PERHITUNGAN DATA 2. MENCARI KESALAHAN DATA 3. PERHITUNGAN KOREKSI DATA (ABSIS, ORDINAT, BEDA

TINGGI) 4. PENENTUAN KOORDINAT TERKOREKSI

Penggambaran Peta Topografi

1. PLOTTING DATA KOORDINAT TERKOREKSIPOLIGON TEBANGAN

2. PLOTTING DATA KOORDINAT TERKOREKSI HASIL TOPOSURVEY

3. PENARIKAN GARIS KONTUR INTERVAL 5 METER 4. PENARIKAN KONTUR INDEX 100 METER 5. PEMBUATAN PETA MANUSKRIP SKALA 1:5.000 6. PEMBUATAN PETA KALKIR TOPOSURVEY 1:5.000

Page 79: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

130

b. Perencanaan Kerja

-Rencana pengukuran

Kegiatan perencanaan pengukuran toposurvey dilakukan di kantor dengan input

data berupa peta poligon tebangan skala 1:5.000 dan koordinat (X,Y dan Z)

terkoreksi dari setiap titik pada poligon tebangan.

Berdasarkan input data tersebut dapat ditentukan:

Rencana lokasi kerja

Titik ikat pengukuran untuk setiap jalur, yakni berupa titik awal dan akhir

pengukuran

Arah pengukuran setiap jalur ukur (azimuth)

Jarak antara titik awal dan titik akhir pengukuran

Beda tinggi antara titik awal dan titik akhir setiap jalur ukur

-Penyusunan team kerja

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 8 (delapan) orang dengan

pembagian tugas dan formasi sebagai berikut:

1 orang sebagai team leader, yang bertugas mengukur kelerengan dan

mencatat data hasil pengukuran.

1 orang compassman, yang bertugas menetapkan arah pembuatan jalur ukur

toposurvey.

2 orang brusher/perintis, yang bertugas membuat jalur ukur survey

2 orang chainman, yang masing-masing: front chainman, yang sebagai

pemasang patok, tag plate dan tanda-tanda yang diperlukan & back chainman

bertugas sebagai pelapor dan pembaca jarak miring pada skala bacaan pita

ukur.

1 orang pembantu umum, yang bertugas membantu team leader dalam

memperkirakan letak puncak gunung/bukit, arah alur sungai dan anak sungai,

luasan rawa-rawa, pertambakan dan informasi lain di lapangan.

1 orang tukang masak, yang bertugas menyediakan konsumsi seluruh anggota

kerja

Page 80: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

131

-Penyiapan barang keperluan survei

a. Barang survei yang harus disiapkan meliputi:

Bahan makanan

Perlengkapan masak

Perlengkapan tidur

Obat-obatan

Terpal plastik untuk tenda ukuran 6x8 meter

Terpal plastik untuk dapur ukuran 4x6 meter

Kapak dan parang, dll

b. Penyiapan alat ukur:

2 buah alat pengukur azimuth (compass merk suunto)

1 buah alat pengukur sudut miring (clinometer merk suunto)

2 buah alat pengukur jarak (tali ukur nylon @ 30 meter), dimana salah

satunya merupakan cadangan.

c. Penyiapan alat bantu pengukuran

Tally sheet

Alat hitung (kalkulator)

Alat tulis (ballpoint, spidol permanen, pensil & penghapus karet)

2 buah tongkat kayu yang sama tingginya

Tag plate

Gun stapler

Cat merah untuk penanda jalur ukur

c. Pengambilan data lapangan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam survey topografi adalah sebagai

berikut:

1. Team leader menentukan starting point untuk setiap jalur ukur di lapangan

sesuai dengan rencana jalur ukur yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan

pembantu umum membantu membuat sketsa lapangan.

2. Compassman membuat jalur ukur dengan mengacu pada arah pengukuran

(azimuth) yang telah direncanakan pada peta poligon tebangan skala 1:5.000.

3. 2 orang brusher memperbesar jalur ukur dengan mengacu kepada jalur yang

Page 81: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

132

telah dibuat oleh compassman dan dengan lebar bukaan rintisan ± 1 meter.

4. Back chainman meletakkan salah satu ujung tali ukur di ujung atas dari tongkat

kayu yang didirikan pada awal stasiun.

5. Dengan mempersiapkan patok dan tongkat kayu, front chainman menarik tali

ukur pada skala bacaan nol ke stasiun berikutnya (stasiun muka/akhir). Pasang

patok pada titik yang akan diukur ketinggiannya kemudian letakkan skala bacaan

nol tali ukur diujung atas tongkat kayu yang didirikan diatas patok tadi.

6. Back chainman merentangkan tali ukur (setegang mungkin) dan membaca skala

bacaan pada pita ukur yang menyinggung tepat di atas tongkat, dan kemudian

melaporkan hasil bacaan tersebut kepada team leader.

7. Pada waktu yang bersamaan, team leader melakukan pembacaan azimuth pada

compass dan bacaan helling (kelerengan) pada clinometer kemudian mencatat

hasil bacaan tersebut di atas tally sheet, dan juga bacaan pada pita ukur.

8. Pencatatan hasil pembacaan data ukur lapangan harus menggunakan ballpoint

dan jika terjadi kesalahan dalam pencatatan data, data yang dianggap salah

tidak boleh dihapus dan atau dicoret-coret, cukup dicoret satu kali kemudian

data yang dianggap benar ditulis di bawah atau di atas data yang dianggap

salah.

d. Pengolahan Data

Pada dasarnya dalam setiap pengukuran akan terjadi kesalahan, sehingga hasil

pengukuran tidak memenuhi syarat geometris. Karena itu hasil pengukuran

yang berupa arah (azimuth), sudut miring (helling), jarak lapang (miring) harus

diberi koreksi.

Syarat geometrik yang harus dipenuhi dalam pengukuran toposurvey, dimana

sistem yang digunakan adalah pengukuran poligon terikat yang titik awal dan

titik akhir pengukuran telah diketahui koordinatnya, adalah sebagai berikut:

∑ΔX = ∑ D Cos α = X (akhir) – X (awal) ± 10 meter √ D ............. (6.1)

∑ΔX = ∑ D α = Y (akhir) – Y (awal) ± 25 meter √ D .................... (6.2)

∑ΔX = ∑ D Cos β = Z (akhir) – Z (awal) ± 10 meter √ D ............. (6.3)

D = jumlah jarak datar dalam kilometer

Page 82: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

133

Persamaan (6.1) dan (6.2) adalah syarat yang harus dipenuhi untuk pengukuran azimuth

dan jarak, sedangkan persamaan (6.3) harus dipenuhi untuk pengukuran sudut miring

dan jarak. Apabila terjadi kondisi dimana kesalahan pengukuran melebihi batas toleransi,

maka pengukuran untuk jalur tersebut harus diulangi.

Tahap pengolahan data dibagi dalam tiga bagian terpisah, yaitu:

Perhitungan data ukur lapangan

Tahap pengolahan data lapangan yang berupa data sudut miring, jarak miring dan

azimuth, merupakan pekerjaan yang meliputi:

Perhitungan jarak datar (D) antar stasiun pada tiap jalur ukur

D n-(n+1) = d n-(n+1) x Sin β n-(n+1) .......................... (6.4)

dimana, D n-(n+1) = jarak datar dari titik n ke titik n+1

d n-(n+1) = jarak miring dari titik n ke titik n+1

β n-(n+1) = sudut miring dari titik n ke titik n+1

Perhitungan beda tinggi (ΔZ) antar stasiun pada setiap jalur ukur

ΔZ n-(n+1) = d n-(n+1) x Cos β n-(n+1) ................ (6.5)

dimana, βZ n-(n+1) = beda tinggi dari titik n ke titik n+1

d n-(n+1) = jarak miring dari titik n ke titik n+1

β n-(n+1) = sudut miring dari titik n ke titik n+l

Perhitungan beda absis (ΔX) antar stasiun pada setiap jalur ukur

ΔX n-(n=l) = D n-(n+l) x Sin α n-(n+l) .................. (6.6)

dimana, AX n-(n+1) = beda absisi dari titik n ke titik n+1

D n-(n+1) = jarak datar dari titik n ke titik n+1

α n-(n+1) = azimuth dari titik n ke titik n+l

Perhitungan beda ordinat (Ali antar stasiun pada setiap jalur ukur

ΔY n-(n+1) = D n-(n+1) x Cos α n-(n+1) ................ (6.7)

dimana, AY n-(n+1) = beda ordinat dari titik n ke titik n+1

D n-(n+1) = jarak datar dari titik n ke titik n+1

α n-(n+1) = azimuth dari titik n ke titik n+1

1. Mencari kesalahan data ukur lapangan

Dengan adanya kesalahan dalam pengukuran, maka persamaan diatas menjadi

Mencari kesalahan data ukur beda tinggi (ΔZ)

Page 83: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

134

∑ΔZ ukuran = ΔZ definitif = (Z akhir - Z awal) ................. (6.8)

∑AZ ukuran - (Z akhir - Z awal) = KPB ............................. (6.9)

∑AZ ukuran ± KPB = (Z akhir - Z awal) ............................(6.10)

dimana, KPB = kesalahan penutup beda tinggi

Mencari kesalahan data ukur beda absis (ΔX)

∑ΔX ukuran = AX definitif = (X akhir - X awal) ......... (6.11)

∑ΔX ukuran - (X akhir - X awal) = KPA ........................ (6.12)

∑ΔX ukuran ± KPA = (X akhir - X awal) ....................... (6.13)

dimana, KPA = kesalahan penutup beda absis

Mencari kesalahan data ukur beda ordinat (AV)

∑ΔY ukuran = ΔY definitif = (Y akhir - Y awal) ......... (6.14)

∑ΔY ukuran - (Y akhir - Y awal) = KPO ........................ (6.15)

∑ΔY ukuran ± KPA = (Y akhir - Y awal) ....................... (6.16)

dimana, KPO = kesalahan penutup beda ordinat

2. Perhitungan koreksi data ukur dan koordinat terkoreksi

Besarnya koreksi suatu data ukur berlawanan arah (tanda) dengan besaran kesalahan

itu sendiri. Jadi besaran kesalahan (f) sama dengan - (minus) koreksi (V), yaitu:

Kesalahan ukuran = - koreksi ukuran (KPB/KPA/KPO) atau f= - V ..........(6.17)

maka koreksi yang diberikan kepada data hasil pengukuran adalah:

Koreksi terhadap data ukur beda tinggi (ΔZ)

∑ΔZ ukuran + VZ = Z akhir - Z awal.......................... (6.18)

dimana, ∑ΔZ ukuran = jumlah beda tinggi ukuran

VZ = koreksi penutup beda tinggi

Z akhir = akhir ketinggian titik akhir pengukuran

Z awal = ketinggian titik awal pengukuran

Sedangkan besar koreksi yang harus-diberikan kepada setiap segmen (sisi):

V ΔZ (n-1)-n = D (n-1)-n : ∑D x VZ ...................... (6.19)

Sehingga ketinggian terkoreksi setiap titik adalah:

Zn = Z (n-1) + ΔZ (n-1)-n + VΔZ (n-1)-n

Dimana, Zn = ketinggian terkoreksi di titik n

Z (n-1) = ketinggian terkoreksi di titik (n) sebelumnya

Page 84: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

135

ΔZ (n-1)-n = beda tinggi sisi ukuran

VΔZ (n-1)-n = koreksi beda tinggi sisi ukuran

D (n-1)-n = jarak datar sisi ukuran

∑ D = jumlah jarak datar pada jalur ukur

Koreksi terhadap data ukuran beda absis (ΔX)

∑ΔX ukuran + VX = X akhir - X awal ..................... (6.20)

Dimana, ∑AX ukuran = jumlah beda absis ukuran

VX = koreksi penutup beda absis

X akhir = absis titik akhir pengukuran

X awal = absis titik awal pengukuran

Sedangkan besar koreksi yang harus diberikan kepada setiap segmen (sisi):

V ∑AX (n-1)-n = D (n-1)-n : ∑D x VX ................. (6.21)

Sehingga ketinggian terkoreksi setiap titik adalah :

Xn = X (n-1) + ΔX (n-1)-n + VΔX (n-1)-n ............ (6.22)

Dimana, Xn = absis terkoreksi di titik n

X (n-1) = absis terkoreksi di titik (n) sebelumnya

ΔX (n-1)-n = beda absis sisi ukuran

VΔX (n-1)-n = koreksi beda absis sisi ukuran

D (n-1)-n = jarak datar sisi ukuran

∑ D = jumlah jarak datar pada jalur ukur

Koreksi terhadap data ukuran beda ordinat (ΔY)

∑ΔY ukuran + VY = Y akhir - Y awal ....................... (6.23)

Dimana, ∑ΔY ukuran = jumlah beda ordinat ukuran

VY = koreksi penutup beda ordinat

Y akhir = ordinat titik akhir pengukuran

Y awal = ordinat titik awal pengukuran

Sedangkan besar koreksi yang harus diberikan kepada setiap segmen (sisi):

V ΔY (n-1)-n = D (n-1)-n : ∑D x VY ......................... (6.24)

sehingga ketinggian terkoreksi setiap titik adalah :

Yn = Y (n-1) + ΔY (n-1)-n + VΔY (n-1)-n ................. (6.25)

dimana, Yn = ordinat terkoreksi di titik n

Y (n-1) = ordinat terkoreksi di titik (n) sebelumnya

Page 85: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

136

ΔY (n-1)-n = beda ordinat sisi ukuran

VΔY (n-1)-n = koreksi beda ordinat sisi ukuran

D (n-1)-n = jarak datar sisi ukuran

Y- D = jumlah jarak datar pada jalur ukur

e. Penggambaran

Dalam tahap penggambaran dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Plotting data koordinat terkoreksi diatas kertas milimeter blok

Plotting data koordinat terkoreksi adalah pemasangan titik-titik detail lapangan

diatas peta (bidang proyeksi dengan skala tertentu) yang dalam hal ini dibuat

diatas kertas milimeter blok (peta manuskrip), dengan mencantumkan feature

atributnya, dengan tahapan sebagai berikut:

Points feature

Berupa koordinat terkoreksi dengan atribut nomor stasiun dan ketinggiannya,

balk titik awal dan titik akhir pengukuran toposurvey dari hasil kegiatan

penataan areal kerja (poligon tebang) serta posisi setiap stasiun dari setiap

jalur ukur toposurvey.

Lines Feature

Menggambarkan letak sungai / anak sungai dengan berdasarkan pada data

koordinat terkoreksi dari titik As sungai yang diukur dilapangan dan dibantu

dengan data sketsa lapangan mengenai lebar sungai dan arah alirannya.

Areas feature

Menggambarkan luasan daerah rawa, pasang-surut, batuan, pertambakan dan

lain sebagainya berdasarkan pada sketsing di lapangan.

2. Penarikan Garis kontur

a. Menghubungkan garis yang mempunyai ketinggian yang sama, dengan

memperhatikan hasil sketsa lapangan dan dengan interval ketinggian sebesar

2,5 meter dan index sebesar 10 meter.

b. Contoh perhitungan letak garis kontur dengan sistem interpolasi dalam satu

jalur ukur dapat dilihat pada lampiran.

c. Hasil dari kedua tahapan diatas (a dan b) berupa peta manuskrip yang siap

dipindahkan keatas kertas kalkir.

Page 86: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

137

3. Penggambaran halus diatas kertas kalkir

Sebagai kelanjutan dari penggambaran berupa peta manuskrip kemudian

diperhalus hasilnya diatas kertas kalkir, untuk selanjutnya dinamakan PETA

TOPOGRAFI.

Peta topografi dapat disajikan dalam dua bentuk:

Skala 1:5.000, dengan interval kontur 5 meter dan index kontur 25 meter,

untuk digunakan perencanaan trace jalan diatas meja dan peta kerja di

lapangan.

Skala 1:25.000, dengan interval kontur 25 meter dan index kontur 100 meter,

untuk digunakan dalam penataan blok tebangan dan peta trace rencana

jaringan jalan.

Contoh perhitungan letak garis kontur dengan cara interpolasi dalam satu jalur

disajikan berikut ini.

Kasus:

Elevasi pada stasiun (sta) 9 adalah = 73,91 meter

Elevasi pada stasiun (sta) 8 adalah = 78,55 meter

Jarak datar antara stasiun 7 dan 8 adalah = 29 meter

Mencari letak garis kontur pada ketinggian 75 meter (?)

Penyelesaian:

a. Interpolasi ke atas

(75 – 73,91) / (78,55 – 73,91) x 29 meter = 6,81 meter

jadi letak garis kontur ketinggian 75 meter adalah, 6,81 meter, Jadi dari stasiun

9 menuju stasiun 8

b. Interpolasi ke bawah

(78,55 – 75) / (78,55 – 73,91) x 29 meter = 22,19 meter

jadi letak garis kontur ketinggian 75 meter adalah 22,19 meter dari stasiun 8

menuju stasiun 9

6.2.2 SOP Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP 100%)

Tujuan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ITSP 100% adalah:

a. Mendapatkan data tentang dimensi pohon, meliputi

Page 87: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

138

b. Jenis, diameter, tinggi dan jumlah pohon inti.

c. Jenis, diameter, tinggi dan jumlah pohon yang akan ditebang, pohon induk dan

jenis pohon yang dilindungi.

d. Mengetahui letak terhadap jenis-jenis pohon yang diamati.

e. Untuk memperoleh informasi tentang kondisi umum lapangan, meliputi:

konfigurasi lapangan, keadaan fisik tanah, sungai dan anak sungai, rawa dan lain-

lain.

Berdasarkan data potensi yang diperoleh, untuk selanjutnya digunakan dalam

penentuan arah jalan angkutan, jalan sarad, serta perencanaan pemanenan agar

dapat efektif dan efisien.

Penanggung Jawab

Leader/Cruiser: Bertanggung jawab dalam pengaturan pelaksanaan kerja team

cruising, kebenaran dalam pelaksanaan dan hasil pelaksanaan di lapangan

maupun secara administratif.

Kasie. Inventarisasi Hutan: Bertanggung jawab dalam pengaturan pelaksanaan

kerja dan hasil kerja dari pars cruiser di lapangan maupun administratif

(pengolahan data dan penggambaran peta sebaran pohon).

Kabag.Perencanaan: Bertanggung jawab dalam pengendalian kerja (beaya,

waktu dan sasaran), koreksi dan pemanfaatan peta sebaran pohon untuk

kegiatan perencanaan selanjutnya.

Masukan yang Dibutuhkan

- Peta poligon tebangan skala 1:10.000

- Informasi penting lainnya dari kegiatan sebelumnya (titik ikat Jarak, aksesibilitas

dan lainnya)

- Produktivitas kerja Tim dan kebutuhan logistik.

Keluaran yang Dihasilkan

Buku Laporan Hasil Cruising (LHC), yang terdiri dari:

- Detail/rincian LHC tiap poligon tebang dan seluruh poligon tebang

- Rekapitulasi LHC tiap poligon tebang dan seluruh poligon tebang

Peta sebaran pohon skala 1: 1.000 atau 1 : 2.000, yang menggambarkan tentang

- Nomor, kode jenis pohon dan status pohon (induk, inti, siap tebang, cacat, dll).

Page 88: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

139

- Letak pohon dalam poligon tebang.

- Informasi keadaan lapangan (sungai, anak sungai, arah sungai, rawa dan batu)

Siklus Waktu Kerja

- Pelaksanaan timber cruising disesuaikan dengan rencana kegiatan perencanaan

hutan dalam RKT yang berjalan (setelah kegiatan penataan areal kerja).

- Waktu yang diperlukan untuk melakukan timber cruising rata-rata 30 hari,

dengan mempertimbangkan prasarana, aksesibiltas dan fisiografi lapangan dan

kapasitas team adalah 4 ha per hari kerja. Sedangkan untuk pengolahan data

hingga pembuatan peta dalam 1 petak kerja (100 Ha) dibutuhkan waktu sekitar

12 hari.

Urutan Kerja

Urutan kerja inventarisasi tegakan sebelum penebangan disajikan pada Gambar

6.2.

Page 89: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

140

Gambar 6.2. Urutan kerja inventarisasi tegakan sebelum penebangan

Instruksi kerja

1. Perencanaan kerja

a. Menyiapkan peta kerja

- Peta kerja yang dipergunakan adalah peta hasil penataan areal kerja skala

1:10.000

- Membuat jalur-jalur cruising di atas peta kerja tersebut, berikut starting point,

titik ikat dan menganalisa kemudahan untuk menuju ke lokasi kerja.

- Dari hasil perencanaan kerja tersebut dapat diketahui volume kerja, yang

kemudian dijadikan dasar untuk menentukan jumlah team, kebutuhan logistik,

obat-obatan, serta perlengkapan survey lainnya.

Perencanaan Kerja

1. MENYIAPKAN PETA KERJA (PETA POLIGON TEBANG 1:10.000). 2. MENYIAPKAN RENCANA CRUISING (STARTING POINT, DLL) 3. PENYIAPAN BARANG-BARANG SURVEY DAN TIM SURVEY

I. Pengambilan Data Lapangan

1. PENENTUAN TITIK IKAT & STARTING POINT 2. PENGENALAN JENIS,PENGUKURAN (DIAMETER, TINGGI & STATUS). 3. PEMBUATAN SKETSA LAPANGAN

II. Pengolahan Data Cruising

1. PERHITUNGAN VOLUME TIAP POHON 2. MEREKAP TOTAL VOLUME POHON PER PETAK DAN SELURUH PETAK

III. Penggambaran Peta Sebaran Pohon

1. PLOTTING LETAK POHON DIATAS MILIMETER BLOK (MANUSKRIP) 2. PLOTTING LETAK POHON DIATAS KALKIR SKALA 1:1.000

Page 90: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

141

b. Menyiapkan tim cruising

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk satu team cruising adalah sebanyak

8 orang, dengan pembagian kerja sebagai berikut:

- 1 orang team leader, bertugas untuk mengkoordinir team dalam pelaksanaan

kerja, mengukur tinggi pohon, mencatat (hasil cruising) hasil pengenalan jenis

serta ukuran pohon, dan mengontrol crew survey saat melakukan

pengamatan/pengukuran.

- 1 orang compassman, yang bertugas sebagai pemandu arah dalam pembuatan

rintisan jalur dan memegang tali ukur depan (front chainman).

- 2 orang perintis/brusher, yang bertugas memperjelas rintisan jalur.

- 1 orang pemegang tali ukur belakang (back chainman), yang bertugas

mengukur kelerengan dan jarak lapang serta memasang patok Hm dalam jalur

pengamatan.

- 2 orang timber marker, yang bertugas sebagai pengenal jenis dan cacat pohon.

mengukur diameter dan tinggi pohon, penomoran dan penempelan tag

plate/ecolin, serta memegang stick ukur dan phi band.

c. Menyiapkan peralatan kerja

Peralatan kerja yang diperlukan dalam kegiatan timber cruising meliputi

- Peta kerja skala 1:10.000, sebagai panduan untuk kerja di lapangan

- Compass (merk Suunto), sebagai alat penetu arah.

- Clinometer (merk Suunto), sebagai alat bantu untuk mengukur tinggi pohon

- Stick ukur tinggi (skala 1 meter, panjang minimal 3 meter), sebagai alat bantu

untuk mengukur tinggi pohon.

- Phi band, sebagai alat untuk mengukur diameter pohon.

- Meteran (50 meter) untuk mengukur jarak/panjang jalur survey.

- Plastik ecolin/tag plate warna merah dan kuning, untuk ditempel sebagai

indentitas pohon yang telah di opname.

- Buku tally sheet, untuk pencatatan jenis, nomor, diameter, tinggi, skets letak

pohon, dan informasi kondisi lapang.

- Parang, paku, gun stapler, alat masak, tenda, dan lain-lain.

Page 91: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

142

2. Pengambilan data lapangan

a. Penentuan starting point dan titik ikat

Starting point dan titik ikat ditentukan dilapangan sesuai dengan yang telah

direncanakan di atas peta kerja. Penentuan titik ikat banyak menggunakan

tanda-tanda yang menonjol/ekstrim di lapangan seperti muara sungai,

persimpangan jalan dan lain-lain yang telah terukur koordinatnya.

b. Pengukuran diameter pohon

- Pengukuran diameter dilakukan untuk pohon berdiameter 20 cm ke atas.

- Letak pengukuran diameter adalah setinggi dada (± 130 cm dpt) dan di atas

banir, apabila banir terlalu tinggi dapat dibuat garis proyeksi kebah dari sisi

batang pohon ke banir.

- Pengukuran diameter pohon harus dilakukan seakurat mungkin, karena ukuran

diameter sangat berpengaruh dalam penentuan volume pohon.

- Letak pengukuran diameter pohon dilapangan dapat bervariasi mengingat

beragamnya bentuk dan letak pohon, dengan syarat pengukuran tersebut tidak

menyalahi kaidah-kaidah pengukuran diameter pohon.

c. Pengukuran tinggi pohon

- Tinggi pohon yang diukur adalah tinggi pohon bebas cabang (dari permukaan

tanah sampai cabang pertama), atau banir sampai cabang pertama.

- Memperhatikan tingkat kepraktisan pelaksanaan di lapangan, maka dianjurkan

memakai sistem geometrik (pengukuran tinggi tanpa menggunakan jarak

datar).

- Cara pengukuran:

Tempelkan stick ukur tinggi berskala 1 meter dan sesuaikan antara dasar

stick (titik C) dengan batas (permukaan tanah/bebas banir).

Team leader mencari posisi sehingga titik-titik pengukuran (titik A - B - C)

dapat dibidik dari satu tempat pengukuran.

Bidik clinometer ketitik-titik pengukuran (A - B - C) dengan satuan persen.

Catat angka hasil pengukuran ke dalam tally sheet.

Pengukuran tinggi pohon disajikan pada Gambar 6.3.

Page 92: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

143

Gambar 6.3. Pengukuran Tinggi Pohon

Tinggi Pohon (meter) = dibidik yangukur stick tinggixC(%) - B(%)

B(%)(%)

Keterangan:

A = titik cabang pertama

B = titik tinggi bidik ke stick ukur (1 meter, 2 meter, 3 meter, d1l)

C = titik dasar stick (dari muka tanah atau bebas banir).

A% = sudut bidik ke tiitk A

B% = sudut bidik ke titik B

C% = sudut bidik ke titik C

d. Pengenalan jenis dan penentuan cacat pohon

Dalam melakukan penentuan jenis dan cacat pohon harus dalam pengawasan

team leader.

Jenis pohon diklasifikasikan atas:

- Pohon inti = yaitu pohon yang berdiameter 20 – 49 cm dari jenis niagawi

yang sehat.

- Pohon tebang = yaitu pohon yang berdiameter 50 cm ke atas, dari jenis

niagawi yang sehat.

- Pohon lindung = yaitu pohon yang karena fungsinya harus dilindungi

- Pohon induk = yaitu pohon sehat dengan kenampakan bagus yang

diharapkan dapat menghasilkan benih maupun biji bagi permudaan di

sekitarnya.

Cacat pohon meliputi: cacat banir, cacat batang, dan cacat tajuk

Page 93: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

144

Cacat pohon diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu:

- Cacat masih komersial = yaitu pohon secara visual/penampakan mata karena

kondisinya diperkirakan masih hidup sampai tahun penebangan (ET-0) dan

panjang batang komersial minimal 10 meter.

- Cacat tidak komersial = yaitu pohon secara visual diperkirakan dapat hidup

hingga tahun penebangan (ET-0), dengan panjang batang sehat kurang dari 10

meter.

e. Pembuatan sketsa posisi pohon dan kondisi lapangan

- Pembuatan skesta pohon didalam jalur cruising berdasarkan sistem koordinat,

dimana batas jalur merupakan sumbu Y (ordinat) dan sumbu sikunya adalah

sumbu X (absis).

- Pencatatan kondisi lapangan meliputi: konfigurasi lapangan, sungai dan arah

sungai, rawa, tanah dan batuan.

- Informasi kondisi lapangan dan posisi pohon yang dicruising dicatat dalam buku

tally sheet.

f. Penomoran

- Penomoran dikoordinir oleh team leader dengan cara menyebutkan nomor

pohon yang akan ditulis oleh timber marker pada plastik ecolin/tag plate untuk

kemudian ditempelkan di pohon yang diopname.

- Penomoran dimulai dari nomor 1 sampai nomor pohon terakhir dalam satu

poligon tebang/petak tanpa membedakan jenis, diameter, dan status pohon.

- Plastik ecolin/tag plate/label pohon warna merah digunakan untuk penandaan

pohon yang akan ditebang.

- Plastik ecolin/tag plate/label pohon warna kuning digunakan untuk penandaan

pohon inti, lindung dan pohon induk.

- Penempelan label pohon menggunakan paku atau gun stapler.

- Pada label pohon merah dan kuning diterakan nomor jalur cruising.

g. Pencatatan data cruising

- Pohon yang dicatat dalam pelaksanaan cruising adalah pohon yang berada pada

lebar 20 meter (10 meter kanan kiri jalur cruising).

- Data pohon-pohon yang dicruising dicatat dalam buku tally sheet, dan

penulisannya harus jelas dan mudah dipahami.

Page 94: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

145

- Pada lembar tally sheet selain data-data pohon yang diamati juga ditulis: tahun

RKT, nomor polygon blok, nomor polygon tebang, tanggal pelaksanaan, nama

cruiser, nomor jalur.

- Status pohon digambarkan sebagai berikut:

= pohon inti diameter (20 – 49 cm)

= pohon yang akan ditebang (50 cm keatas)

= pohon yang dilindungi

= pohon induk

- Pada gambar di peta sebaran pohon, pada bagian samping/bawah setiap

kode simbol status pohon ditulis nomor urut pohon dan simbol jenis pohon

(dengan simbol 2 atau 3 huruf)

contoh:

= nomor opname pohon 2534 nomer kode jenis pohon

2534 JBN, disini 2534 JBN (merupakan jenis Jabon).

3. Pengolahan data cruising dan penggambaran peta sebaran pohon.

► Pengolahan data cruising

a. Data cruising yang dicatat dalam tally sheet, dikumpulkan dan

dikelompokkan untuk masing-masing petak.

b. Dalam pengolahan/penghitungan volume pohon, diikelompokkan

berdasarkan kelas diameter dan jenis pohon, dan disajikan untuk setiap

petak dan seluruh petak .

c. Rumus volume pohon yang dipergunakan adalah:

Vol (m3) = O,25 (Φ^2)*H*fb ................ (6.26)

Keterangan:

Π = konstanta phi, sebesar (22 / 7)

Φ = diameter pohon (dalam meter)

H = tinggi pohon (dalam meter)

Page 95: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

146

fb = konstanta faktor bentuk (umum dipakai 0,7)

► Pembuatan peta sebaran pohon

- Peta sebaran pohon dibuat dengan cara memplotkan data hasil sketsa letak

pohon dari tally sheet kedalam kertas milimeter blok (manuskrip) sesuai

dengan nomor jalurnya, yang kemudian dipindahkan ke dalam kertas kalkir.

- Untuk kepentingan legalitas ke Kementrian Kehutanan, Dinas Kehutanan,

Peta sebaran pohon dibuat dengan skala 1:1.000

- Untuk rencana operasional, peta sebaran pohon dapat dibuat dengan skala

lebih kecil (1:10.000) yang berisi informasi tentang pengelompokan potensi

(peta isoden).

6.2.3 SOP Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT)

Pengertian

Inventarisasi tegakan tinggal adalah suatu kegiatan pencatatan dan pengukuran

pohon dan permudaan alami pada areal hutan yang telah dilakukan penebangan

untuk mengetahui:

a. Komposisi jenis, penyebaran serta kerapatan permudaan dan pohon inti.

b. Jumlah dan tingkat kerusakan pohon infi.

c. Luas areal yang kurang permudaan dan areal terbuka (bekas jalan sarad, TPn,

TPk, dan lain-lain).

Tujuan dan sasaran

a. Mengetahui intensitas kegiatan pembalakan hutan (penebangan, penyaradan).

b. Merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan hutan berikutnya.

c. Untuk menentukan perlakuan silvikultur pads petak-petak bekas tebangan.

Penanggung Jawab

a. Leader/Cruiser (ITT): Bertanggung jawab dalam pengaturan pelaksanaan kerja

team pengukuran, kebenaran dalam pelaksanaan dan hasil pelaksanaan di

lapangan maupun secara administratif.

b. Kasie. Persiapan: Bertanggung jawab dalam pengaturan pelaksanaan kerja dan

hasil kerja dari para cruiser ITT di lapangan maupun administratif (hasil

pengumpulan data permudaan dan pohon inti, serta peta hasil ITT).

c. Kabag. PPH: Bertanggung jawab dalam pengendalian kerja (beaya, waktu dan

sasaran), koreksi dan pemanfaatan data ITT dan peta hasil kerja untuk

Page 96: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

147

kegiatan pembinaan hutan selanjutnya.

Masukan yang Dibutuhkan

a. Peta kerja, skala 1:25.000

b. Informasi umum tentang petak yang telah ditebang (lokasi, luas, medan, dll).

Keluaran yang Dihasilkan

a. Peta hasil Inventarisasi Tegakan Tinggal, skala 1:2.000

b. Lokasi dan luas areal penanaman/pengayaan dan rehabilitasi.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

a. Tempat : Hutan bekas tebangan (loged over area)

b. Waktu : satu tahun sesudah penebangan

Urutan Kerja

Urutan kerja inventarisasi tegakan tinggal disajikan pada Gambar 6.4.

Page 97: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

148

Gambar 6.4. Urutan kerja inventarisasi tegakan tinggal

INSTRUKSI KERJA

a. Persiapan tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja untuk satu team inventarisasi tegakan tinggal berjumlah 7

(tujuh) orang, yang terdiri dari:

- orang kepala regu yang merangkap sebagai pencatat data

- 1 orang compassman

- 2 orang pemegang tali (pembuatan petak ukur) dan pembuat tanda.

Page 98: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

149

- 2 orang pengenal pohon

- 1 orang pembantu umum

b. Persiapan peralatan kerja

Peralatan kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan inventarisasi tegakan tinggal

adalah:

- Peta kerja skala 1:25.000 atau 1:1.000

- Kompas (merk Suunto)

- Clinometer (merk Suunto)

- Parang

- Tally sheet & alat tulis

- Tali ukur 50 meter

- Tenda dan peralatan masak

c. Perencanaan kegiatan Inventarisasi tegakan tinggal:

- Jumlah kebutuhan tenaga kerja, bahan makanan dan material

- Lama waktu yang direncanakan

- Biaya tenaga kerja, logistik dan material survey

d. Pelaksanaan Kerja

1. Menentukan petak yang akan di ITT , luas dan lokasinya pada peta rencana

ITT, skala 1:25.000 atau 1.1.000

2. Membuat jalur-jalur pengamatan dengan ukuran 20 x 20 meter sepanjang

jalur (yang diusahakan sama dengan jalur ITSP) dengan diberi nomor urut 1

s/d 50 per jalur. Sedangkan panjang jalur merupakan jarak datar.

3. Melakukan pemeriksaan pada petak ukur (PU) 20 x 20 meter untuk

pengamatan pohon inti atau pohon-pohon yang dilindungi.

a. Jika ditemukan 1 (satu) pohon inti dalam PU 20 x 20 meter, maka dicatat

jenis dan jumlahnya serta diberi tanda cat kuning melingkar pada batang

dan dilakukan penomoran pada pohon inti, pemberian nomor jalur,

pencatatan diameter dan jenisnya, dan kemudian dicatat bahwa PU

tersebut tidak perlu dilakukan pengayaan, dan selanjutnya tidak perlu

melakukan pengamatan pada PU 10 x 10 meter.

b. Jika ditemukan 2 (dua) atau lebih yang dapat ditunjuk sebagai pohon inti,

maka hanya dipilih dan ditetapkan 2 (dua) pohon inti, kemudian dicatat

Page 99: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

150

pula jenis dan jumlahnya, dan dicatat bahwa pada PU tersebut tidak perlu

dilakukan pengayaan dan tidak perlu dilakukan pengamatan pada PU 10 x

10 meter.

c. Jika pohon inti dan atau pohon yang dilindungi rusak, maka harus

ditunjuk pohon lain dari jenis komersial sebagai pengganti pohon inti.

d. Jika tidak ditemukan pohon inti, maka dilanjutkan dengan pengamatan

dan pencatatan permudaan tingkat tiang, yaitu pada PU 10 x 10 meter.

4. Pengamatan pada petak ukur 10 x 10 meter

a. Jika pada PU 10 x 10 meter dijumpai minimal 2 (dua) permudaan jenis

komersial untuk tingkat tiang, maka tidak perlu dilakukan kegiatan

pengayaan pada PU 20 x 20 meter. Permudaan yang dijumpai tersebut

kemudian dicatat jenis dan jumlahnya dan selanjutnya tidak perlu

dilakukan pengamatan untuk PU 5 x 5 meter.

b. Jika tidak dijumpai permudaan tingkat tiang, maka selanjutnya dilakukan

pengamatan pada PU 5 x 5 meter untuk megetahui permudaan jenis

komersial untuk tingkat pancang.

5. Pengamatan pada petak ukur 5 x 5 meter

a. Jika pada PU 5 x 5 meter dijumpai minimal 4 (empat) permudaan tingkat

pancang, selanjutnya dicatat jenis dan jumlahnya, dan juga dicatat bahwa

pada PU tersebut (20 x 20 meter) tidak perlu dilakukan pengayaan.

b. Jika tidak dijumpai permudaan tingkat pancang, maka selanjutnya

dilakukan pengamatan pada PU 2 x 25 meter untuk mengetahui

permudaan jenis komersial untuk tingkat semai.

6. Pengamatan pada petak ukur 2 x 2 meter

a. Jika pada PU 2 x 2 meter dijumpai minimal 8 (delapan) permudaan tingkat

semai, selanjutnya dicatat jenis dan jumlahnya, dan juga dicatat bahwa

opada PU tersebut (20 x 20 meter) tidak perlu dilakukan pengayaan.

b. Jika dalam PU tersebut tidak dijumpai permudaan tingkat pancang maka

pada PU 20 x 20 meter tersebut perlu diadakan tindakan pengayaan dan

pada bagian tengah (pusat) petak ukur tersebut diberi tanda / kode patok

kayu berdiameter 10 cm dengan tinggi 1,30 meter dan pada bagian

ujungnya dicat warna kuning.

Page 100: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

151

c. Pada petak ukur (PU) 20 x 20 meter ini (perlu pengayaan) diamati jumlah

dan jenis anakan/semai yang mungkin ada, yang selanjutnya untuk

digunakan sebagai informasi untuk rencana pengadaan bibit dari anakan

alam).

Bidang tegakan yang perlu dikayakan adalah bidang yang kurang

permudaan yang luasnya lebih dari satu hektar atau kumpulan lebih dari 25

petak ukur ITT (berkelompok) yang kurang permudaannya.

7. Pemeriksaan petak ukur pada areal terbuka

Pada areal terbuka seperti bekas tebangan, bekas jalan sarad, bekas TPn,

bekas TPk, dan lain-lain diberi patok kayu dengan diameter 10 cm dan tinggi

patok 1,3 meter dan bagian ujungnya diberi cat warna kuning. Pada daerah-

daerah tersebut juga diukur luasnya untuk keperluan perencanaan

kebutuhan bibit dan penanaman.

8. Pengolahan data dan pelaporan

- Menghitung jumlah dan jenis calon pohon binaan berupa pohon inti dan

permudaan lainnya dari setiap petak ITT.

- Membuat rekapitulasi rata-rata per hektar dari pohon inti, tiang, pancang,

dan semai per petak dan dikelompokkan menurut jenisnya.

- Menghitung jumlah luas tempat-tempat terbuka, TPn, TPk, bekas

tebangan atau yang kurang permudaannya, dari masing-masing petak

ITT.

- Membuat peta penyebaran pohon ITT skala 1:1.000.

6.2.4 SOP Checking Cruising (10%)

Pengertian

Checking cruising 10% adalah kegiatan pemeriksaan terhadap hasil-hasil kegiatan

timber cruising 100% yang meliputi pemeriksaan administrasi maupun fisik di

lapangan dengan sistem sampling 10 %.

Tujuan

a. Mendapatkan gambaran secara kuantitatif-statistik tentang akurasi informasi yang

dihasilkan oleh kegiatan timber cruising 100%, yang meliputi: posisi pohon, jenis

dan ukuran diameter pohon, tanda di lapangan, penentuan status pohon, dan

Page 101: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

152

informasi lapangan.

b. Sebagai landasan tindakan untuk pengendalian dan pengembangan kegiatan

timber cruising 100%.

c. Memberi gambaran nilai faktor koreksi terhadap hasil timber cruising 100%

sebagai salah satu dasar dalam perencanaan produksi.

d. Memotivasi cruiser selalu mencapai hasil yang terbaik.

Penanggung Jawab

- Team Leader : Bertanggung jawab dalam pengaturan pelaksanaan kerja team

inventarisasi, kebenaran dalam pelaksanaan dan hasil pelaksanaan di lapangan

maupun secara administratif.

- Kasie. Inventarisasi Hutan

Memeriksa administrasi antara tally sheet dengan peta sebaran pohon

Menetapkan jalur cruising yang akan diperiksa di lapangan.

Memimpin kegiatan checking cruising.

Mendapatkan hasil kegiatan yang obyektif dan akurat.

- Kabag. Perencanaan :

Memeriksa hasil laporan checking cruising

Mengkoordinasikan dengan Kasie. Perencanaan untuk perbaikan sistem cruising

dan pengendaliannya.

Membuat estimasi faktor koreksi untuk perencanaan produksi berdasarkan hasil

checking cruising.

Masukan yang Dibutuhkan

- Peta sebaran pohon hasil ITSP/timber cruising 100%, skala 1:1.000

- Tally sheet hasil kegiatan timber cruising 100%

- Fungsi hutan di atas petak tebangan yang akan diperiksa

URUTAN KERJA

Urutan kerja checking cruising disjaikan pada Gambar 6.5.

Page 102: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

153

Gambar 6.5. Urutan kerja checking cruising

a. Persiapan tenaga kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan checking cruising adalah :

- 1 orang Cruiser inspector, yang bertugas memimpin team di lapangan serta

memeriksa dan menilai obyek yang diperiksa.

- 2 orang timber marker, yang bertugas masing-masing memeriksa kebenaran

jenis pohon, pengukuran diameter pohon, keberadaan tag plate, identifikasi

cacat kayu, dan kualitas material (spidol dll) yang digunakan dalam penandaan

pada kegiatan timber cruising.

Page 103: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

154

- 2 orang compasman, yang bertugas melacak tanda-tanda jalur dan mengukur

azimuth, slope, check patok ukur, mendata keadaan lapangan sekaligus sebagai

pemegang tali ukur jalur (back chainman).

- 1 orang front chainman, sebagai penarik tali ukur jalur.

- 1 orang tukang masak

b. Persiapan peralatan

Peralatan yang dipergunakan meliputi:

- 1 set peralatan camping

- 1 set peralatan masak

- 2 buah kompas

- 1 buah clinometer

- 1 buah pita ukur panjang 30 m

- 1 buah pita ukur panjang 5 m/phi band

- 1 buah tally sheet dan alat tulis.

c.Pemeriksaan administrasi

Pemeriksaan administrasi dilakukan di kantor terhadap keberadaan tally sheet dan

peta sebaran pohon, meliputi:

- Petak-petak yang akan diperiksa keberadaaan tally sheet dan peta sebaran

pohon.

- Untuk petak yang tidak terdapat tally sheet maupun peta sebaran pohonnya

tidak dapat dilakukan pemeriksaan.

- Pemeriksaan terhadap cara-cara pengisian tally sheet maupun peta sebaran

pohon sesuai standar perpetaan.

- Membuat kesimpulan hasil pemeriksaan administrasi.

d.Penetapan jalur checking

- Nomor jalur cruising yang akan diperiksa dipilih secara acak agar mewakili

populasi (1 petak). Sedangkan sistem pengambilan contohnya (no jalur)

dilakukan dengan sistem random/acak menggunakan tabel sebuluh ribu angka

teracak.

- Contoh cara penetapan 5 jalur checking dengan menggunakan tabel bilangan

teracak adalah: Tunjuk sembarang angka (bebas) dalam tabel, misal terpilih

Page 104: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

155

angka 90841 (baris 25 kolom 80-84) kemudian diambil empat angka pertama

menjadi 9084.

Angka 9084 dipakai untuk menetapkan angka acak dengan mengikuti baris 90

kolom 84, tertulis angka 74 603, kemudian diambil 2 angka terakhir sebagai

jalur checking yang terpilih yaitu jalur 03.

Jalur selanjutnya ditetapkan dengan mengambil 2 angka berturut-turut mulai

dari 03 ke arah kanan dan seterusnya dilanjutkan baris berikutnya. Karena

jumlah jalur ± 50 jalur maka angka yang diambil maksimal bernilai 50.

e.Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan pohon, meliputi:

- Jenis pohon

- Diidentifikasi oleh timber marker dan diinformasikan ke team leader

(cruising inspector) untuk dicek kebenarannya.

- Ukuran diameter

- Diameter pohon diukur oleh timber marker menggunakan pita ukur 5 m /

phi band kemudian diinformasikan kepada team leader. Dalam kondisi

tertentu dimana terdapat banir yang tinggi bisa digunakan stick ukur

diameter.

- Kebenaran isi tag plate/label

- Tag plate/label diperiksa ada atau tidak ada, jika ada ditulis

nomor/indentitas yang ada didalamnya.

- Kondisi tag plate

- Kondisi tag plate saat pemeriksaan perlu diamati meliputi tulisannya

(kurang jelas, kabur, atau jelas) maupun kebenaran cara penulisannya,

untuk hal ini diberi nilai dengan selang 0% hingga 100%.

- Cacat pohon

- Identifikasi cacat pohon dilakukan dengan mengelompokkan cacat dalam

kategori cacat banir (R1), cacat batang (R2), cacat cabang/tajuk (R3).

- Status pohon

- Berdasarkan identifikasi jenis dan ukuran diameter pohon, ditentukan status

pohon dan kemudian dibandingkan dengan status pohon pada saat TC

100%.

Page 105: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

156

f. Pemeriksaan jalur cruising, meliputi:

Pemeriksaan tanda nomor jalur

Tanda patok jalur cruising diperiksa terlebih dahulu, kalau tanda nomor jalur

tidak ditemukan maka pada jalur tersebut tidak dilakukan checking.

Pemeriksaan arah jalur

Jalur cruising diperiksa dan diukur baik arah maupun jaraknya berdasarkan

petak ukur pengamatan (per 20 meter) apabila patok per 20 meter tidak

ditemukan maka arah ditemukan sesuai arah yang seharusnya dilaksanakan

(terhadap patok ukur yang ditemukan ditulis nomor urutnya). Tanda-tanda

alam di lapangan dicatat baik sungai, alur, bukit, rawa, batu dll.

g. Pengolahan data

a. Kebenaran letak pohon dalam peta sebaran pohon.

- Hitung jumlah pohon yang keluar dari jalur cruising dan atau dari plot

pengamatan per 20 m (At).

- Hitung jumlah pohon total (Ac).

- Rumus yang digunakan :

Akurasi letak pohon = 100% - { (At/Ac) x 100% } ........ (6.27)

b. Akurasi jalur cruising

- Berdasarkan data ukur terhadap jalur checking, maka dibuat peta hasil

checking dengan skala 1:1.000

- Pada peta yang sama dilakukan plotting jalur yang seharusnya (Lt).

- Hitung panjang jalur yang berhimpit dengan toleransi max 2 meter

untuk tiap penyimpangan, jika lebih dari 2 meter dianggap tidak

berhimpit (Lc).

- Rumus yang digunakan : Lc/Lt x 100% ................................. (6.28)

c. Akurasi jenis pohon

- Hitung jumlah pohon yang jenisnya sama antara hasil TC 100% dengan

hasil checking cruising (Jc).

- Hitung jumlah pohon hasil TC 100% yang di sampling (Jt).

- Rumus yang digunakan

Page 106: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

157

Akurasi jenis pohon = Jc / Jt x 100% .................................. (6.29)

d. Akurasi cacat pohon ;

- Hitung jumlah pohon yang diidentifikasi cacat pada saat checking

cruising (Pc).

- Hitung jumlah pohon yang diidentifikasi cacat saat TC 100% (Pt).

- Hitung jumlah pohon yang diidentifikasi cacat sama antara TC 100%

dengan saat checking cruising (Po).

Rumus yang digunakan:

Akurasi cacat pohon = Po / (Pc + Pt – Po) x 100% .......... (6.30)

e. Akurasi pengukuran diameter;

- Hitung selisih ukuran diameter hasil TC 100% dengan hasil checking

cruising untuk masing-masing nomor pohon (Ds).

- Hitung akurasi diameter untuk masing-masing nomor pohon terhadap

diameter hasil checking (Dc) untuk masing-masing pohon dengan

rumus berikut :

Akurasi diameter pohon = 100%-{(Ds/Dc) x100%} ................ (6.31)

Akurasi diameter keseluruhan merupakan rata-rata dari akurasi

diameter per pohon

f. Akurasi status pohon

- Hitung jumlah pohon yang diidentifikasi saat checking sebagai: pohon

produksi (Cp), pohon inti (Ci), pohon lindung (CI), pohon induk (Cd).

Hitung jumlah pohon yang diidentifikasi saat TC 100% sebagai: pohon

produksi (Sp), pohon inti (Si), pohon lindung (SI), pohon induk (Sd).

Hitung jumlah pohon yang sama identifikasinya saat CC 10% dan TC

100% sebagai: Pohon produksi (Ip), pohon inti (Ii), pohon lindung

(II), pohon induk (Id).

Rumus yang digunakan:

Akurasi pohon produksi = {Ip/(Cp + Sp – Ip}x 100% ........ (6.32)

Akurasi pohon inti = {Ii/(Ci + Si – Ii}x 100% ............ (6.33)

Akurasi pohon lindung = {II/(CI + SI – II}x 100% .......... (6.34)

Page 107: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

158

Akurasi pohon induk = {Id/(Cd + Sd – Id}x 100% ........ (6.35)

g. Akurasi tanda-tanda jalur

- Hitung jumlah tanda patok ukur per 20 m yang ditemui saat CC 10%

(Jc).

- Hitung jumlah tanda patok ukur yang seharusnya dibuat (Jt).

- Rumus yang digunakan -.

Kelengkapan tanda jalur = Jc/Jt x 100% ................................. (6.36)

h. Kelengkapan tag plate

- Hitung jumlah tag plate yang ditemui saat CC 10% (Kc) A

- Hitung jumlah tag plate yang seharusnya dibuat saat TC 100% (Kt).

- Rumus yang digunakan :

Kelengkapan tanda jalur = Kc/Kt x 100% .............................. (6.37)

i. Kondisi tag plate

- Hitung tag plate yang kondisinya < 80 % (Tc).

- Hitung tag plate yang terpasang (Tt).

- Rumus yang digunakan :

Kelengkapan Informasi lapangan = Ft/Fc x 100% .................. (6.38)

j. Kelengkapan informasi lapangan

- Hitung jumlah informasi lapangan yang dicatat saat TC 100% (Ft).

- Hitung jumlah informasi yang dicatat saat CC 10% (Fc).

- Rumus yang digunakan :

Kelengkapan. Informasi lapangan = Ft / Fc x 100% ................ (6.39)

6.2.5 SOP Perpetaan

Pengertian

Perpetaan adalah kegiatan untuk membuat gambar / proyeksi rupa bumi yang

diperoleh dari hasil pengukuran, pencitraan, maupun pemotretan yang disajikan ke

dalam bidang datar sebagai sumber informasi.

Maksud dan Tujuan

a. Untuk memberikan pedoman dalam pembuatan dan penyajian peta, agar

informasi yang disajikan dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami.

b. Untuk mendapatkan keseragaman dan kebenaran dalam pembuatan / penyajian

Page 108: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

159

peta yang baku, sesuai dengan tujuan dan penggunaannya dengan berpedoman

pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Dirjen INTAG Nomor:

027/Kpts/VII-3/1986 tentang petunjuk teknis penyajian peta-peta kehutanan.

Masukan yang Dibutuhkan

Dalam pembuatan peta perlu adanya dasar dan sumber peta yang telah diakui

kebenarannya oleh Departemen Kehutanan, antara lain:

- Peta Rupa Bumi, yang diterbitkan oleh Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan

Pemetaan Nasional).

- Peta hasil penafsiran Citra Landsat skala 1:100.000 yang telah disahkan oleh

Badan Planologi Kehutanan

- Peta hasil penafsiran foto udara skala 1:20.000.

- Peta Joint Operation Gaphic (JOG) skala 1 250.000

- Peta dasar yang telah disahkan oleh Badan Planologi Kehutanan dengan skala

1:50.000 atau 1:100.000

Keluaran yang Dihasilkan

Keluaran yang diharapkan adalah peta hasil realisasi setiap kegiatan yang dilakukan,

yang mampu memberikan informasi seakurat dan seoptimal mungkin tentang obyek

yang dipetakan dan penyajian peta tersebut mengikuti ketentuan yang berlaku.

Pelaksanaan

- Tempat : Studio / ruang perpetaan

- Waktu : Sebelum dan sesudah dilaksanakannya suatu kegiatan atau disesuaikan

dengan tingkat kebutuhan peta.

- Pelaksana : Draftman

- Penanggungjawab : Ka. Bagian Perpetaan dan Ka. Bidang Perencanaan.

Urutan Kerja

Urutan kerja perpetaan disajikan pada Gambar 6.6.

Page 109: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

160

Gambar 6.6. Urutan kerja perpetaan

Proses Kerja

a. Persiapan

Sebelum melaksanakan pekerjaan dalam pemetaan, maka perlu disiapkan terlebih

dahulu bahan dan peralatan untuk pembuatan peta, antara lain:

Persiapan Bahan

- Bahan yang digunakan dalam pembuatan master peta adalah drafting film atau

kertas kalkir (tracing paper) dengan ketebalan 100/105 gr/gm. Dengan tujuan

untuk menjaga kestabilan bahan terhadap perubahan cuaca atau temperatur

udara.

- Dengan bahan yang baik maka informasi-informasi yang disajikan dapat

digambarkan dengan tepat dan teliti serta memperlancar dalam pengerjaan

dan memudahkan dalam pengerjaan dan memudahkan dalam melakukan

koreksi apabila ada kesalahan.

- Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan master peta adalah jenis bahan

Persiapan

Pewarnaan Peta

Penyiapan Bahan

Penyiapan Alat

Merancang Peta

Menentukan ukuran

Tata Letak info tepi

Menentukan isi peta

Page 110: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

161

yang terbuat dari bahan dasar plastik, seperti: kodac trace, astralon, dan

drafting film.

- Ketiga bahan tersebut sangat baik untuk pembuatan master peta, karena

bahannya stabil tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca maupun temperatur

udara dan tahan kena air, namun harga bahan tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan kertas kalkir biasa.

- Tinta gambar yang digunakan adalah berwarna hitam dengan kepekatan yang

tinggi. Hal tersebut untuk mendapatkan hasil gambar yang tajam sehingga

dalam waktu penggandaan (lightdruk) akan mendapatkan gambar peta yang

baik.

- Merk tinta yang dimaksud adalah rotring atau steadthler Marsmatic 745.

Persiapan peralatan

Jenis peralatan yang digunakan adalah:

Meja gambar lengkap, Pena gambar rapido graph atau isograph dengan

berbagai ukuran, Lettering set atau sablon huruf, Penggaris skala (scale matric),

Penggaris panjang ukuran 1 m, Busur derajat, Pisau cutter atau gillete,

Pantograph, Planimeter, Curvimeter, dll.

b. Merancang Peta

Merancang peta adalah menata bentuk dan penampilan peta secara keseluruhan,

baik ukuran lebar peta, isi/muka peta maupun informasi tepi (marginal

information).

Dalam merancang model peta, isi peta tergantung dari unsur data dan informasi

yang akan disajikan kedalam peta sesuai dengan judul atau terra peta. Ada tiga

unsur pokok dalam merancang peta, yaitu:

1. Merancang Ukuran Lembar Peta

- Ukuran lembar peta adalah panjang dan lebar sisi-sisi peta yang diukur

saling tegak lurus. Ukuran lembar peta diusahakan tidak lebih dari 60 cm x

80 cm. Ukuran lembar peta disajikan pada Gambar 6.7.

Page 111: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

162

Gambar 6.7. Ukuran lembar peta

- Dalam membentuk lembar peta perlu melihat keseluruhan wilayah yang

akan dipetakan. Mungkin satu peta harus dibuat dalam beberapa ukuran

yang telah ditentukan, ukuran bahan gambar, ukuran alat cetak serta

kemudahan dalam pembuatan, dalam melipat dan penyimpanan.

- Dalam membagi lembar peta, perlu memperhatikan isi muka peta,

efisiensi pemakaian bahan dan segi kerapihan. Pembagian lembar ini

harus sama besar dan diusahakan ukuran tidak lebih dari 60cm x 80 cm

dan tiap lembar harus diberi nomor lembar.

Gambar 6.8. Pembagian lembar peta

2. Isi Peta

- Dalam membuat isi peta harus jelas dan mudah dimengerti sesuai dengan

penggunaan, judul dan informasi yang disajikan.

- Contoh untuk peta RKT meliputi: unsur kontur, jaringan sungai, lokasi base

camp, persemaian, log yard, nama sungai dan kampung, pembagian batas

Page 112: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

163

petak atau poligon petak disertai nomornya, titik control pengukuran GPS,

koordinat geografis, dll. Informasi tersebut harus disajikan secara detail.

- Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pembuatan symbol dan

penempatannya dalam ruang peta harus tepat/pas. Simbol hendaknya

disesuaikan dengan karakteristik dari informasi yang disajikan.

3. Tata letak informasi tepi

- Informasi tepi adalah keterangan-keterangan yang terletak dari tepi muka

peta yang harus dicantumkan agar pembaca peta dapat menafsirkan isi peta

dan arti informasi yang disajikan.

- Informasi tepi memuat: Judul peta, skala (numeris dan grafis), Arah utara,

Legenda/keterangan symbol, harga koordinat geografis, petunjuk lembar

peta, diagram lokasi, sumber peta, identitas pembuat peta.

- Dalam membuat keterangan-keterangan hendaknya selalu memperhatikan

luas ruangan yang tersedia, pemilihan jenis dan bentuk huruf serta

pengaturan jarak. Penempatan setiap macam keterangan perlu ditata

dengan baik agar penampilan peta secara keseluruhan dapat serasi dan

menambah kejelasan atas informasi yang disajikan.

Keterangan:

1. Judul Peta 2. Skala (numeris dan grafis) 3. Arah utara 4. Legenda 5. harga koordinat geografis 6. Petunjuk lembar peta 7. Diagram lokasi (peta situasi) 8. Sumber Peta 9. Identitas Pembuat Peta

Gambar 6.9. Peta lengkap dengan legenda dan informasi lainnya

Page 113: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

164

c. Pewarnaan Peta

Dengan pewarnaan, maka penampilan peta akan kelihatan menarik serta akan

mempermudah dalam memahami unsur-unsur yang tergambar dalam peta

tersebut.

Adapun susunan dalam pewarnaan peta tergantung dari jenis peta yang disajikan,

dan pada prinsipnya untuk pewarnaan peta RKL/RKT sudah ada standard dan

ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan, yaitu dengan

menggunakan cat air ecoline dan spidol warna.

Daftar warna yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 6.1. Daftar Warna

Page 114: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

165

Untuk pewarnaan tahapan TPTI sama dengan pewarnaan pada RKT/RKL, hanya

pada kolom legenda dicantumkan ex. tebangan.

Rangkuman

1. Prosedur Standar Operasional atau Standard Operating Procedures atau dikenal dengan

singkatan SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai

dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah dan juga swasta

berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata

kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP

tersebut adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit

kerja baik pada instansi pemerintahan maupun swasta untuk mewujudkan good

governance atau tata kelola yang baik.

2. SOP di bidang inventarisasi hutan antara lain yaitu: perpetaan, inventarisasi tegakan

sebelum penebangan, inventarisasi tegakan tinggal, checking cruising dan survei

topografi.

Soal-soal Latihan dan Tugas

1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Operasional Prosedur (SOP)? Berikan penjelasan

maksud dan tujuan SOP tersebut.

2. SOP untuk bidang inventarisasi hutan bermacam-macam. Sebutkan dan berikan

penjelasan secukupnya.

3. Urutan kerja SOP untuk bidang inventarisasi hutan itu penting untuk dianalisis dari

waktu ke waktu. Mengapa? Berikan alasan Saudara!

4. Apa perbedaan SOP inventarisasi hutan sebelum penebangan dan sesudah penebangan?

Jelaskan dan berikan contohnya.

5. Lakukan suatu pemetaan pohon dan survei topografi pada hutan pendidikan Gunung

Nona dan buatlah juga SOP Pemetaan dan survei topografinya.

Page 115: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika

166

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta. Atmoko, B. 2009. Pengantar SOP. Kanisius. Yogyakarta. Brown,S. and Lugo, A.E. , 1984. Biomass of Tropical Forest: a new estimate based on

forest volumes. Svience, 223: 1290-1293. Jones, G. 1979. Topics in applied geography vegetation productivity. Longman London

and New York Kittredge, J. 1944. Estimation of the amount of foliage of trees and stands. J. For. 42:905-

912. Lillesand, T.M and Kiefer, R.W. 1979. Remote Sensing and Image Interpretation. New

York: John Willey & Sons.

Mandallaz, D. 2007. Sampling Techniques for Forest Inventories. Chapman & Hall/CRC Applied Environmental Statistics

Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika. Bandung.

Purwadhi, S.H., 2001. Interpretasi Citra Digital. Grasindo Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Simon, H. 2007. Metoda Inventore Hutan. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Page 116: dalam perhitungan volume pohon digunakan rumus antara ...akademik.faperta.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/INVENTAR... · yang ditunjang dengan perkembangan ilmu matematika