dalam perspektif al-quran1 oleh suwito i...
TRANSCRIPT
17
PENDIDIKAN SEJARAH
DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN1
Oleh Suwito
I
PENDAHULUAN
Al-Quran surat 59:18 memberikan isyarat bahwa manusia
diperintahkan untuk memperhatikan sejarah.2 Al-Quran surat 11:120
menjelaskan bahwa di dalam sejarah terdapat pelajaran (maw'izhah) dan
peringatan (dhikra>) yang akan mengukuhkan hati manusia. Dalam
membaca peristiwa sejarah yang dikisahkan. Allah dalam al-Quran tidaklah
mudah karena di dalamnya mengandung „ibrah atau lambang-lambang yang
perlu dipahami oleh kalangan al-alba>b3 (Q.S. 12:111). Al-Quran dengan
demikian bukanlah kitab sejarah sebagaimana lazimnya, melainkan kitab
yang berisi hukum-hukum sejarah yang dipolakan dalam bcrbagai peristiwa
masa lampau. Pola ini akan selalu berlangsung di tempat yang samadan atau
yang tidak sama serta di waktu yang berbeda. Hal ini dapat dipahami dari
firman Allah pada akhir surat 59:58 yang berbunyi innalla>h bima>
ta’malu>na khabi>r. Paristiwa sejarah yang pernah terjadi bukanlah
merupakan peristiwr yang mati melainkaa merupakan peristiwa yang masih
hidup di masa kini (Q.S. 2:154).
Berkaitan dengan pemahaman di atas, dalam tulisan ini akan disajikan
analisis makna sejarah yang terkandung dalam al-Quran, terutama kisah
kaum „Ad, Samud, Madyan, dan Saba‟.
Berdasarkan hasil penelitian Sayid Muzaffaruddin Nadvi, bekas-bekas
bangunan yang didirikan oleh keempat kaum di atas khususnya di daerah
1Diterbitkan dalam buku Kaya Gagasan Miskin Kesulitan oleh Young Progressive
Muslim (YPM) 20 Mei 2018. http://www.ypm-publishing.com 2Pentingnya meniti sejarah masa lalu untuk memperoleh gambaran masa depan ini
diakui oleh sejarawan. Lihat antara lain Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia
1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1985), Cetakan III, h. xx. Lihat juga William H. Frederick dan
Soeri Soesanto (ed.), Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi,
(Jakarta: LP3ES, 1984), Cetakan II, h. 25. 3Kata al-Alba>b bisa dipahami sebagai kaum intelektual yang memiliki cakrawala
pemikiran yang dalam dan mempunyai pandangan jauh ke depan. Lihat Ahmad Syafi‟I
Maarif, Alquran Realitas Sosial dan Limbo Sejarah, (Bandung: Pustaka, 1985), Cetakan I, h.
17.
Pendidikan Sejarah dalam Perspektif Al-Quran
18
Yaman masih tersisa.4 Dengan tanpa menyebut nama, Nadvi juga
menyatakan bahwa ada beberapa penulis sejarah kuno dari Eropa yang
menyatakan bahwa kaun 'Ad khususnya adalah fiktif dan mitologis, Nadvi
membantah kesimpulan ini dan menyatakan bahwa penemuan-penemuan
terbaru membuktikan bahwa penghuni asal Arabia, mereka ini benar-benar
sangat kuat.5
Berbeda dengan Nadvi, Syaikh Ahmad al-Iskandary dan Syaikh
Mustafa 'Inany menyatakan bahwa keempat kaum yang disebut di atas
termasuk at-Arab al-Ba>idah yang tidak ada bekas-bekasnya sedikitpun
yang sampai kepada kita melainkan hanya yang dikisahkan oleh al-Quran
dan Hadis Nabi.6 Pernyataan kedua Syaikh ini pun masih dapat diragukan
karena keduanya tidak menyebut apakah telah diadakan penelitian atau
belum. Bagi penulis, karena belum pernah juga melihat sendiri bekas
peninggalan kaum yang akan dibicarakan dalam tulisan ini, semantara
berpegang kepada isyarat al-Quran surat 11:100 yang menjelaskan bahwa
kisah kaum terdahulu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada
pula yang sudah musnah. Di samping itu Perjanjian Lama (Kitab Kejadian i,
11 dan 25) juga menyebut adanya kaum ini. Berdasarkan ketiga sandaran di
atas, dalam pembahasan ini penulis berpendapat bahwa keempat kaum yang
dijadikan sampel pembahasan ini benar ada dalam sejarah.
II
KAUM ‘AD
Kaum „Ad disebut dalam al-Quran sebanyak 24 kali dalam 19 surat.
Mereka ini adalah keturunan Sam, putra Nabi Nuh (QS. 7: 69) yang menjadi
kaum Nabi Hud (QS. 7 : 65 , 11: 50, dan 11:60). Kaum „Ad hidup di Yaman
dan Hadramaut dan tersebar ke pantai Teluk Persia sampai perbatasan
Mesopotamia. Mereka pernah juga menguasai Babilonia, Mesir, Asyiria,
Persia, Punisia, Kartago, Yunani, dan Creta. Kaum 'Ad diperkirakan hidup
tahun 2200 SM - 1700 SM.7 Sebagaimana petunjuk al-Quran, mereka yang
dihancurkan adalah kaum „Ad Pertama (QS. 53:50). Dengan tanpa menyebut
4Muzaffaruddin Nadvi, A Geographical History of the Quran, Alih basa Jum‟an
Basalim: Sejarah Geografi Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), Cetakan I, h. 70. 5Ibid.,h. 95.
6Ahmad al-Iskandary dan Musthafa „Inany, al-Wasîth fî al-Adab al-‘Arabiy wa
Târîkhihi, (Mesir: Dâr al-Ma‟ârif, Tanpa Tahun), Cetakan XVIII, h. 5. 7Nadvi, op. cit., h. 116.
Masa Lampau untuk Masa Depan
19
tahun, Nadvi menyatakan bahwa kaum „Ad Pertama hancur sebelum serbuan
Yunani.8
Menurut al-Quran, kaum 'Ad ini adalah kaum yang kuat sehingga
pamer kekuatan (QS. 41:15, 26:123-140), Mereka ini termasuk bengisdan
kejam (Q.S. 26:130). Mereka ahli di bidang arsitektur, mendirikan bangunan
yang tinggi-tinggi yang belum pernah dibangun oleh daerah lain (Q.S.
26:128-129). Mereka juga kaya akan binatang ternak dan anak (QS. 26:133).
Pamer kekuatan dan penindasan seperti tergambar di atas, bisa jadi salah satu
faktor kehancuran kaum 'Ad Pertama ini. Di samping itual-Quran juga
menyebutkan bahwa kaum ini menuruti perintah penguasa9 yang bertindak
sewenang-wenang dan menentang kebenaran (QS. 11:59). Secara~moral,
mereka juga tidak percaya kepada Tuhan10
(QS. 7:65, 11:60) dan
mendustakan Rasul yang membawa kebenaran (QS. 11:59). Nabi Hud sudah
memperingatkan kepada mereka bahwa tidak boleh bangga dengan kekuatan
yang sedang dimiliki melainkan~harus selalu bersyukur agar tetap siaga
terhadap berbagai kemungkinan karena mereka telah memperoleh banyak
karunia semacam itu dan ditambah dengan kebun-kebun yang subur (QS.
26:132-194). Akan tetapi mereka tetap tidak mengindahkan peringatan itu
(QS. 41:15).
Secara harfî, al-Quran menggambarkan bahwa kehancuran kaum 'Ad
ditimpa oleh sesuatu yang luar biasa yaitu berupa angin dan hujan secara
terus menerus selama 7 malam 8 hari sehingga mereka mati bergelimpangan
di rumah-rumah mereka11
(Q.S. 46:24-25, 51:41-42, 54:19-21, 69:6-8).
III
KAUM SAMUD
Kaum 'Ad yang selamat dari kehancuran sebagainana telah disinggung
di atas, disebut dengan kaum „Ad Kedua yang akhirnya dikenal dengan nama
kaum Samud.12
Sebelum semua kaum 'Ad Pertama itu hancur ada di antara
8Ibid, h. 61.
9Tidak diperoleh kejelasan siapa yang dimaksud nama penguasa ketika itu.
10Bisa dipahami bahwa kehancuran mereka ini karena tidak memperhatikan
sunnatullah mengenai kehancuran umat, seperti kalau terlena maka akan mudah dihancurkan
pihak lain. î 11
Secara maknawi, bisa dipahami bahwa mereka mendapat serangan yang bertubi-
tubi dari pihak musuh. Dalam hal ini kurang jelas siapa yang menyerbu kaum ini. 12
Nadvi, op. cit., h. 130. Lihat juga Tafsi>r al-S{a>wy ‘ala> Tafsi>r al-Jala>layn,
(Beirut: Da>r al-Fikr, Tanpa Tahun), Juz IV, h. 143.
Pendidikan Sejarah dalam Perspektif Al-Quran
20
mereka13
yang ikut pindah bersama Nabi Hud ke Hijaz.14
Mereka ini
selanjutnya menjadi pangganti „Ad Pertama. Kaum Samud merupakan kaum
Nabi Shalih (QS. 7:73-74, 11:61) yang merupakan pengganti dari Nabi Hud.
Kaum Samudbermula setelah kehancurcan kaum 'Ad (QS. 7:74) dan berakhir
kurang lebih tahun 1600 SM. Dengan demikian kaum Samud itu berakhir
sebelum kelahiran Nabi Musa (+ 1500 SM).15
Jika dibandingkan dengan
mesa kehidupan kaum 'Ad, kaum Samud lebih pendek, yaitu antara 100-200
tahun. Penyebutan kaum Sarmud dalam al-Quran ternyata lebih banyak
dibanding dengan kaum 'Ad. Kalau kaum 'Ad hanya disebut 24 kali dalarn
19 surat, kaum Samud disebut sebanyak 26 kali dalam 21 surat.16
Kaum
Samud ini adalah penguasa di Arabia Barat Laut17
yang kawasan ini dikenal
dengan nama Wa>d al-Qura> (QS. 7:74) sementara kaum 'Ad yang telah
dijelaskan di atas tempat tinggalnya dikenal dengan name al-Ah{qa>f.18
(QS,
46:21).
Tidak jauh berbeda dengan kaum „Ad, kaum Samud ini juga tergolong
bangsa yang sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Mereka juga
merupakan ahli-ahli bangunan. Kepandaian khas mereka adalah mendirikan
rumah-rumah, bangunan-bangunan besar, dan makam-makam dari batu di
dalam gunung (QS. 7:73-75). Al-Quran surat 26:151-152 juga menjelaskan
bahwa mereka rakus harta yang digambarkan tidak memberi kesempatan
kepada unta Nabi Shalih untuk minum dan bahkan mereka membunuhnya.19
Kemakmuran kaum Samud juga digambarkan dalam al-Quran dengan kebun
subur yang dimiliki mereka (QS. 26:147-148). Dalam bidang aqidah, mereka
beregama seperti agama nenek moyangnya.20
(QS. 11:62), mendustakan
kebenaran yang dibawa Rasul (Nabi Shalih) karena Nabi Shalih dianggap
sebagai manusia biasa dan mereka justru mengikuti perintah orang yang
zhalim (QS. 14:9, 26:141, 54:24, 26:151-152). Akibat sikap yang demikian
13
Tidak diperoleh informasi berapa jumlah mereka. 14
Nadvi, op. cit., h. 146. 15
Ibid.,h. 97. 16
Jumlah penyebutan dalam al-Quran bisa jadi ada maksud tertentu. Kenyataannya,
kaum Samud ini dinilai Tuhan sebagai kaum yang paling dzalim dan paling durhaka. Lihat
QS. 53:52. 17
Nadvi, op. cit., h. 136. 18
Wa>d al-Qura> bisa diartikan sebagai lembah jarak antar desa berjauhan, sedang
al-Ah{qa>f dapat diartikan gurun pasir. 19
Ayat yang menyebut tentang ini cukup banyak antara lain QS. 11:64, 65, 26:156-
157, dan 54:27-29. 20
Tidak diperoleh informasi agama apa yang dianutnya.
Masa Lampau untuk Masa Depan
21
ini akhirnya Tuhan menghancurkan mereka dengan suara yang keras
sehingga mereka mati bergelimpangan21
(QS. 11:67, 54:91). Pada ayat lain
(51:44) Tuhan menggambarkan bahwa mereka ini disambar petir dan tidak
bisa berkutik (QS. 51:45) serta tidak ada yang hidup (QS. 53:51). Istilah lain
yang digunakan dalam al-Quran, hukuman mereka ini ialah ditimpa gempa
(QS. 7:78) dan secara umum mereka ini dibinasakan dengan kejadian yang
luar biasa (Q.S. 69:5).
IV
KAUM MADYAN
Kaum ini adalah kaum Nabi Syu‟aib (QS. 9:70, 11:84, 29:36) yang
tinggal antara teluk Aqabah dengan laut Merah di balik kota Hijr.22
Daerah
ini juga merupakan tempat berlindung Musa (sebelum menjadi Nabi) dan
akhirnya dijadikan menantu oleh Nabi Syu‟aib (QS. 28:22-25). Kaum
Madyan ini disebut dalam al-Quran sebanyak 10 kali dalam 7 surat.
Sulaiman Nadvi (guru Muzaffaruddin Nadvi) sebagai dikutip oleh
Mazheruddin Shiddiqi menyatakan bahwa kaum Madyan tinggal di
pemukiman orang-orang Moabi yang kondisi masyarakat khususnya para
wanitanya jarang didapati masih suci.23
Dijelaskan bahwa perempuan Moabi
dan Madyan merusak tentara muda Israel dalam tenda-tenda yang dibuatnya.
Al-Quran memang tidak merinci keadaan perempuan Madyan seperti ini. Al-
Quran hanya mengingatkan secara umum bahwa mereka tidak diperbolehkan
membuat kerusakan (QS. 7:85-86, 11:84-87). Bisa jadi pernyataan Sulaiman
Nadvi itu ada benarnya jika merujuk pada ayat yang umum ini. Yang cukup
ditonjolkan al-Quran mengenai kejahatan kaum Madyan ini adalah perlakuan
mereka dalam bidang mengurangi takaran dan timbangan, mengurangi hak
orang lain, berbuat sekehendak hati terhadap harta yang dimiliki, dan
mendustakan serta mengesampingkan peringatan Nabi Syu‟aib (QS. 11:84-
91).
Kehancuran kaum Madyan ini, menurut data sejarah ditindas oleh
21
Berdasarkan informasi sejarah, mereka ini dihancurkan oleh kaum Nabata,
penguasa Nejd, Aqabah, dan padang pasir Syria. Penyerbuan ini dilakukan beberapa waktu
sebelum kelahiran Nabi Isa. Lihat Nadvi, op. cit., h. 146. 22
Nadvi, op. cit., h. 74. Lihat juga Shiddiqi, Konsep Quran tentang Sejarah, alih basa
Nur Rachmi dkk., (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), Cetakan I, h. 72. 23
Ibid.,h. 73.
Pendidikan Sejarah dalam Perspektif Al-Quran
22
bangsa Israel pada 1000 atau 900 SM24
yang digambarkan oleh al-Quran
sebagai ditimpa suara yang menggelegar (QS. 11:94) atau ditimpa gempa
yang dahsyat (QS. 29:37) sehingga mereka mati bergelimpangan menjadi
mayat di tempat tinggal masing-masing. Kehancuran mereka ini senada
dengan gambaran al-Quran tentang kehancuran kaum „Ad dan Samud (QS.
20:40, 11:25, 25:38).
V
KAUM SABA’
Setelah kaum 'Ad, Samud, dan Madyan binasa, kaum Saba' mulai
jaya.25
Kaum Saba' ini adalah penguasa dari Teluk Persia sampai laut Merah
setelah mengalahkan Mina.26
Pusat pemerintahan Saba' ialah Ma'arib yang
letaknya dekat dengan kota San'a yang menjadi ibu kota Yaman sekarang.27
Kaum ini hidup diperkirakan mulai tahun 900 SM dan dihancurkan Yahudi
saat kebangkitan kaum Nabata (+ 300 SM).28
Sebelum kehancurannya,
kaum ini dikenal dengan nama Bani Himyar29
yang tergolong kepada al-
Arab al-‘A<ribah.30
Dalam Alquran, kata-kata Saba' dipakai dalam 2 hal. Pertama, disebut
melalui ayat al-Quran hanya 2 kali dalam 2 surat. Kedua, dipakai nama surat
dalam al-Quran urutan ke-31 dan mempunyai 54 ayat. Sebelum hancur,
negeri kaum ini subur, makmur, dan penuh kedamaian seperti yang
dilukiskan oleh al-Quran sebagai Baldah T{ayyibah wa Rabb Ghafu>r (QS.
34:15). Pada ayat yang sama Allah swt juga menggambarkan kemakmuran
negeri ini dengan firman-Nya yang diindonesiakan "Sesungguhnya bagi
kaum Saba' ada tanda kekuasaan Allah di tempat kediaman mereka yaitu dua
buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri ...". Makna kedua kebun ini
dijelaskan oleh al-Razy sebagai kumpulan dari sejumlah kebun yang
berdekatan antara satu dengan lainnya sehingga pada keseluruhannya
merupakan sebidang kebun di kiri dan sebidang di kanan.31
Ibnu Kasir
24
Nadvi, op. cit., h. 146. 25
Shiddiqi, op. cit., h. 79-80. 26
Nadvi, op. cit., h. 160. 27
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, 1984, h. 596. 28
Shiddiqi, op. cit., h. 157, 53 dan 164. 29
Ibid. 30
Ahmad al-Iskandary dan Musthafa „Inany, op. cit., h. 6. 31
Muhammad al-Razy, Tafsîr Mafa>tih al-Ghayb, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1958),
Cetakan XIII, Jilid VII, h. 9.
Masa Lampau untuk Masa Depan
23
menjelaskan ayat ini sebagai kota yang bebas sama sekali dari semua jenis
hama dan serangga yang menjadikan penyebab kenyamanan iklim dan faktor
kesuburan lainnya.32
Kenikmatan yang melimpah itu ternyata menjadikan
kaum Saba' lupa daratan (dalam QS. '34:16) memakai istilah a'rad{û).
Akhirnya pada ayat itu juga Tuhan menjelaskan bahwa Ia mendatangkan
banjir yang besar kepada mereka dan kedua kebun tadi diganti dengan dua
kebun yang ditumbuhi pohon-pohon berbuah pahit. Al-Razy memberikan
penjelasan ayat ini dengan suatu yang berisi bahwa seluruh sistem irigasi dan
pertanian telah hancur karena kebun tersebut ditinggalkan terus menerus
selama beberapa tahun.yang akhirnya manjadi hutan belukar dan
mengakibatkan timbuhnya banyak penyakit tanaman, buahnya menjadi
semakin berkurang dan banyak tumbuh pohon yang buahnya tidak dapat
dimakan.33
Di samping kemalasan yang timbul akibat kemakmuran yang
melimpah tadi, kaum Saba' pun mulai melupakan Penciptanya dengan
mempertuhan matahari (QS. 27:24).
Di samping gambaran di atas, al-Quran juga menceritakan secara ragak
rinci tentang Ratu Saba‟ (Balqis)34
. Ratu ini tidak terlalu terpasona oleh
kegemilangan duniawi. Atas berbagai upaya Nabi Sulaiman, Ratu Balqils
akhirnya berserah diri kepada Allah swt bersama Nabi Sulaiman dengan
penuh kesadaran (Q,S. 27:20-44).
VI
ANALISIS FAKTOR KEHANCURAN SUATU BANGSA
Kondisi ekonomi kaud „Ad, Samud, Madyan, dan Saba‟ sebagaimana
dijelaskan di dalam al-Quran adalah kaum yang dari sisi ekonomi tergolong
kuat. Di antara jenis pekerjaan mereka adalah pertanian. Hal ini paling
menonjol dialami oleh kaum „Ad, Samud, dan Saba‟. Hanya kaum Madyan
yang tidak digambarkan oleh al-Quran sebagai kaum yang hidup dalam
bidang pertanian. Kegiatan pertanian kaum „Ad dipahami dari surat 26:134
yang menyatakan bahwa mereka memiliki kebun-kebun yang subur. Ayat
yang menggambarkan kegiatan ekonomi kaum Samud terdapat dalam surat
32
Ibn Kasîr, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m, (Kairo: „I<sa> al-Ba>bi> al-H{alibi>,
1956), Jilid III, h. 532. 33
Muhammad al-Razy, loc. cit. 34
Kata “Balqis” ini tidak dijumpai dalam al-Quran. Al-Quran hanya menyebut kata-
kata imraah. Lihat QS. 27:23. Dalam berbagai kitab tafsir kata ini dijelaskan sebagai Ratu
Balqis. Penulis belum pernah menjumpai kitab tafsir yang memberi penjelasan selain
maksud ini.
Pendidikan Sejarah dalam Perspektif Al-Quran
24
26:147-148 yang menyatakan bahwa mereka ini memiliki kebun-kebun dan
pohon-pohon korma yang mayangnya lembut. Adapun kaum Saba‟
digambarkan dalam al-Quran sebagai kaum yang memiliki dua buah kebun
di sebelah kanan dan kiri. (QS. 34:15).
Selain itu, bisa jadi keempat kaum tersebut kaya akan binatang ternak
sebagaimana dapat dijumpai pada masa muda Muhammad ibn „Abdillah
(sebelum menjadi Rasul) yang menggembalakan banyak kambing. Akan
tetapi yang ditonjolkan oleh al-Quran mengenai kaum yang kaya binatang
ternak hanyalah kaum „Ad (QS. 26:133) di samping bidang pertanian.
Kegiatan peternakan kaum Samud, Madyan dan Saba‟ tidak disinggung-
singgung sebagaimana juga pertanian kaum Madyan.
Dalam bidang industri, kaum „Ad dan Samudlah yang disebut dalam
al-Quran. Kaum Madyan dan Saba‟ tidak penulis jumpai. Kegiatan bidang
industri ini dipahami dari isyarat surat 26:128 yang menjelaskan bahwa
kaum „Ad banyak mendirikan gedung-gedung yang belum pernah didirikan
oleh bangsa lain. Dalam surat 7:73-75 juga dijelaskan bahwa kaum Samud
banyak mendirikan rumah-rumah, bangunan-bangunan, dan makam-makam
dengan batu-batu di dalam gunung.
Tentang kegiatan perniagaan/perdagangan, yang menonjol adalah
kaum Madyan. Hal ini dipahami dari isyarat al-Quran yang menyatakan
bahwa Nabi Syu‟aib memberikan peringatan kepada kaum Madyan agar
tidak mengurangi takaran dan timbangan (QS. 11:84-85).
Kegiatan lain-lain di bidang ekonomi dari keempat kaum di atas tidak
penulis dapatkan. Gambaran mengenai kekuatan ekonomi keempat kaum
tersebut menunjukkan bahwa mereka pernah mengalami kejayaan dan
kemajuan. Tentang kapan mereka mengalami kejayaan ekonomi penulis sulit
menggambarkan karena tidak didapatkan informasi tentang ini.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kaum „Ad hidup
pada masa kurang lebih 500 tahun, kaum Samud 100-200 tahun, kaum
Madyan 500 tahun, dan kaum Saba‟ 600 tahun. Masa-masa yang cukup
panjang tersebut dipastikan mengalami masa kemajuan maupun masa
kemunduran. Ibn Khaldun, sebagaimana dikutip oleh al-Khudairi
berpendapat bahwa setiap bangsa/negara yang mencapai puncak kejayaan
akan mengalami masa senja dan mulai keruntuhan untuk digantikan
Masa Lampau untuk Masa Depan
25
negara/bangsa baru.35
Kebenaran pendapat ini dapat dilihat sebagai contoh
masa pemerintahan Bani Umayyah (661-750 M) dan Bani Abbasiyah (750-
1258 M) yang dapat diketahui masa kejayaan dan kelemahannya. Bahkan
Ibn Khaldun juga menyatakan bahwa masa tua negara itu hanya tiga
generasi. Tiap generasi paling tinggi berumur 40 tahun.36
Penentuan maju
mundurnya suatu kaum/negara bukan saja dilihat dari sisi ekonomi tetapi
juga segi lainnya yang akan dijelaskan berikut ini.
Berdasarkan petunjuk al-Quran, kondisi alam kaum „Ad, Samud, dan
Saba‟ saat itu cocok untuk pertanian seperti yang telah dijelaskan di atas.
Kaum „Ad dan Saba‟ yang tinggal di daerah Yaman dan Hadramaut memang
termasuk daerah subur,37
begitu juga kaum Samud yang tinggal di Hijaz
yang banyak oasenya. Kaum Madyan agak berbeda. Mereka ini tinggal di
daerah lembah yang terkenal dengan namaWâd al-Qurâ yang terdiri atas
lembah-lembah.
Kondisi alam semacam itu lebih tegas dijelaskan dalam al-Quran
bahwa kehancuran kaum „Ad itu ditimpa banjir dan badai (QS. 46:24-25,
51:41-42, 54:19-20, 69:6-9). Kaum Samud hencur ditimpa suara yang keras
dan disambar petir ditambah dengan gempa bumi yang dahsyat (QS. 11:67,
54:31, 51:44-45, 7:78, 69:5). Kaum Saba‟ hancur ditimpa banjir bandang
sehingga kebun-kebun hancur dan bahkan berganti ditumbuhi pohon-pohon
yang tidak enak dimakan (QS. 34:16-17). Al-Quran lebih lanjut menjelaskan
bahwa kehancuran kaum Madyan serupa dengan kehancuran kaum „Ad dan
kaum Samud (QS. 20:40, 11:25, 25:38).
Dari gambaran di atas dapat dipahami bahwa kondisi alam kaum „Ad,
Samud, dan Saba‟ lebih subur dibanding dengan kaum Madyan walaupun
penyebab jenis kehancurannya bisa sama yaitu gempa bumi. Artinya, daerah
yang banyak hujannya pun bisa terjadi gempa.
Menurut Nadvi, sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
35
Zainab al-Khudairi, Falsafah al-Tarikh ibn Khaldun, alih basa Ahmad Rofii
Utsmani: Filsafat Sejarah ibn Khaldun, (Bandung: Pustaka, 1987), Cetakan I, h. 80. 36
„Abd al-Rahman ibn Khaldun, al-Muqaddimah, (Kairo: al-Hajj „Abd al-Salam,
Tanpa Tahun), h. 149-150. Nadvi (1985:2) menyebut bahwa satu generasi ada 25 tahun.
Dalam Webste (1965:393) disebutkan bahwa satu generasi ada 33 tahun. Dari pendapat-
pendapat ini kalau dikaitkan dengan data sejarah seperti al-Khulafa‟ al-Rasyidun, Umayyah,
Abbasiyah, ukuran ini tidak bisa tepat. Bagi penulis ukuran ini bisa relatif, bergantung
kepada faktor yang mempengaruhinya. 37
Ahmad Syalabi, Mawsu>’ah al-Ta>ri>kh al-Isla>mi>, (Kairo: al-Nahd{ah al-
Mis{riy>ah, 1980), Jilid I, Cetakan IX, h. 86.
Pendidikan Sejarah dalam Perspektif Al-Quran
26
kehancuran kaum „Ad terjadi sebelum serbuan Yunani ke daerahnya. Kaum
Samud hancur oleh serangan penguasa Nejd (kaum Nabata), kaum Madyan
dihancurkan oleh Israel, dan kaum Saba‟ diserang oleh Yahudi.
Bagi penulis, apa yang diisyaratkan oleh al-Quran dan apa yang
dikemukakan oleh Nadvi ini tidak bertentangan. Bisa jadi kehancuran
keempat kaum tersebut memang diserang oleh kekuatan bangsa/kaum lain
yang dilambangkan oleh Allah swt dalam al-Quran dengan sebutan ditimpa
gempa atau kejadian luar biasa berupa serangan angin ribut maupun banjir
bandang. Atau dengan allternatif lain, setelah keempat kaum tersebut ditimpa
musibah berupa kejadian alam, menjadikan mereka lemah, kemudian kaum
lain datang menyerbu sehingga mereka tidak berdaya menghadapi serangan
tersebut. Perkataan “lemah” di sini dapat diartikan pula lemah sumber
ekonomi maupun lemah di bidang militer. Bisa jadi ayat tersebut dipahami
bahwa di dalam kaum itu sendiri terjadi perpecahan yang membawa akibat
lemahnya persatuan dan sekaligus kekuatan. Perpecahan antar kabilah di
Yaman saat itu juga pernah disebut Syalaby walaupun ia tidak menjelaskan
kapan dan nama kabilahnya.38
Selain faktor-faktor di atas, faktor lain penyebab kehancuran suatu
kaum/bangsa dijelaskan sebagai berikut. Al-Quran surat 21:35 memberikan
isyarat bahwa kebaikan dan keburukan, kelemahan dan kekuatan, kekayaan
dan kemiskinan merupakan suatu cobaan. Kemakmuran dan kekuatan
ekonomi keempat kaum yang dibicarakan di ataa tidak lepas pula dari
cobaan. Begitu juga kekuatan di bidang-bidang lain seperti kekuatan politik
dan kondisi alam. Sesudah keempat kaum itu memperoleh puncak
kemakmuran dan kejayaan, mereka menjadi terlena sehingga mencapai
kemerosotan di segala bidang, Hal ini tergambar dari isyarat al-Quran yang
menyatakan bahwa mereka tidak bersyukur kepada Tuhan seperti sifat rakus
(QS. 11:64-65, 26:156-157, 54:27-29), tidak jujur dalam menimbang dan
menakar (QS, 11:84) yang mengakibatkan rusaknya hubungan antara
produsen dan konsumen atau hilangnya para langganan, mengurangi hak
orang lain, menghamburkan harta (QS, 11:85-91), dan kemalasan (Q.S.
34:15) seperti kebun tidak pernah digarap dan akhirnya tumbuh pohon-
gohon yang buahnya tidak enak dimakan, rusaknya irigasi pertanian dan
lain-lain.
Dalam bidang politik, setelah mereka merasa dirinya kuat akhirnya
38
Ahmad Syalabi, Ibid.,h. 96.
Masa Lampau untuk Masa Depan
27
pamer kekuatan (QS. 41:15, 26:123-140), zhalim dan bengis (QS, 26:130)
yang dapat menjadikan ketidakpuasan anggota masyarakat bahkan dapat
menjadikan perang saudara. Ledakan sosial berupa penyerangan, huruhara,
dan provokasi merupakan peringatan yang cukup bagi masyarakat bahwa ada
suatu kesalahan di dalamnya. Hal ini dipahami dari isyarat ayat yang
menyatakan bahwa mereka selalu mendustakan Rasul-Rasul (QS. 11:59,
11:9, 26:141, 54:24, 26:151-152, 7:85-86, 11:84-91, 34:16), Pada sisi lain,
al-Quran juga memberikan isyarat bahwa rakyat yang mengikuti
perintah~pimpinannya yang zhalim pun dinilai sebagai zhalim. Sebaliknya
jika ada orang yang zhalim dibiarkan maka semua orang akan menimpa
akibatnya, termasuk orang yang shalih sekali pun. Hal ini dipahami dari surat
26:157 yang menceritakan bahwa sungguhpun hanya satu orang yang
membunuh onta Nabi Shalih tetapi kaum Tsamud dinilai Tuhan telah
membunuh onta itu karena mereka merelakan onta itu dibunuh. Hal ini juga
dijelaskan oleh al-Baidhawy.39
Nabi Muhammad menggambarkan cerita
berupa perumpamaan yang indah sebagai yang diriwayatkan oleh al-Bukhary
dan al-Turmudzi dan dikutip oleh Muhammad Qutb40
yang jika
diindonesiakan sbb.:
"Perumpamaan orang yang teguh menjalankan ketentuan Allah tetapi
ia larut di dalamnya, bagaikan kaum yang berada dalam sebuah kapal. Ada
yang di dek dan ada yang di atas. Mereka yang dibawah jika ingin minum
pergi ke atas (meminta air). Dari pada susah-susah naik turun, bagaimana
kalau kita lobangi dinding kapal ini? Jika tak seorangpun di antara mereka
mau mencegahnya niscaya rnereka akan tenggelam semuanya. Sebaliknya
jika ada yang mau mengingatkannya dan dipatuhinya niscaya semuanya akan
selamat".
Di samping itu surat 27:20-40 mengisyaratkan ketinggian Nabi
Sulaiman dan Ratu Balqis. Keduanya adalah penguasa yang kuat lagi kaya.
Nabi Sulaiman tidak tergiur oleh hadiah-hadiah yang diberikan Ratu Saba'
(Balqis) dan Ratu Balqis pun akhirnya menyadari akan kezhalimannya atas
usaha yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman.
Setelah memperhatikan uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor non
materi ternyata mempunyai andil besar bahkan menentukan bagi
39
Al-Baidhawy, Tafsi>r al-Baid{awi>, (Beirut: Da>r al-Fikr, Tanpa Tahun), h. 494. 40
Muhammad Qutb, Qabasa>t min al-Rasu>l, (Bierut: Da>r al-Shuru>q, 1973), h.
167.
Pendidikan Sejarah dalam Perspektif Al-Quran
28
kelangsungan kekuatan dan ketahanan segala aspek kehidupan. Ketidak-
jujuran dalam ekonomi misalnya akan menjadikan ekonomi suatu
kaum/bangsa/negara menjadi lemah dan akhirnya akan dapat
menghancurkan eksistensinya. Kezhaliman dalam bidang politik juga akan
memperlemah pemerintahan sehingga akan mudah ditaklukkan oleh
kekuatan lain. Melecehkan al-amr bi al-ma’rûf wa al-nahy ‘an al-munkar
juga akan berakibat fatal yang sangat mempengaruhi perubahan sejarah.
VII
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
sejarah seperti yang diisyaratkan dalam al-Quran dapat melahirkan dorongan
agar manusia berlaku sopan dalam berkehidupan bermasyarakat karena siapa
saja yang melanggar norma-norma masyarakat akan mudah hancur.
Faktor yang mempengaruhi kejatuhan umat terdahulu seperti halnya
kaum „Ad, Samud, Madyan, dan Saba‟ terutama diakibatkan oleh faktor
yang sifatnya non materi, seperti karena kemalasan, ketidak-jujuran,
mengingkari kebenaran wahyu yang dibawa para Rasul, ketaatan kepada
pemerintahan yang zhalim, dan berbagai sifat buruk lainnya. Hal dapat
dipahami dengan pengertian bahwa “banyak kebohongan mudah
kehancuran”. Oleh karena itu peristiwa sejarah sangat penting dikaji secara
mendalam untuk mendapatkan hukum-hukum penyebab kejayaan dan
kehancuran suatu umat, yang akhirnya dapat menjadi suatu peringatan agar
manusia dapat mengantisipasi bila bertindak.
Masa Lampau untuk Masa Depan
29
DAFTAR PUSTAKA
al-Baid{awi>, al-Ima>m Nas{ir al-Di>n Abu> al-Khair Abdulla>h Ibn Umar
al-Shairazi>, Tafsi>r al-Baid{awi>, Beirut: Da>r al-Fikr, Tanpa Tahun
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, 1984
Frederick, William H dan Soeri Soesanto (Ed), Pemahaman Sejarah
Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi: LP3ES, 1984, Cetakan II
Ibn Kasir, Imaduddin Abi al-Fida' Ismail, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{im,
Mesir: I<sa> al-Ba>bi> al-H{alibi>, Tanpa Tahun, Jilid III
Ibn Khaldun, Abd al-Rahman, al-Muqaddimah, Mesir: al-Hajj Abd al-Salam
Ibn Muhammad Ibn Sharq, Tanpa Tahun
al-Iskandari, Ahmad, dan Mustafa 'Inany, al-Wasi>t{ fi al-Adab al-Arabi>
wa Ta>ri>khihi, Mesir: Da>r Ma‟a>rif, Tanpa Tahun, Cetakan XVIII
al-Khu'dairi Zainab, Falsafah al-Tarikh Inda Ibn Khaldun, Alih basa Ahmad
Rofii Utsmani: Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, Bandung: Pustaka, 1987;
Cetakan I
Lembaga al-Kitab Indonesia, al-Kitab, Bogor: Gideons, 1976
Maarif, Ahmad Syafii, Alquran Realitas Sasial dan Limbo Sejarah: Sebuah
Refleksi, Bandung: Pustaka, 1985, Cetakan I
al-Maliki, Ahmad al-Shawy, H{ashiyah al-Alla>mah al-S{awi> ‘ala>
Tafsi>r al-Jala>layn, Beirut: Da>r al-Fikr; Tanpa Tahun
Nadvi, Muzaffaruddin, A Geographical History of the Quran, Alih basa
Jum'an Basalim: Sejarah Geografi Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus,
1985, Cetakan I
Pendidikan Sejarah dalam Perspektif Al-Quran
30
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jakarta: UI Press,
1985, Jilid I, Cetakan I
Noer, Deliar, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta:
LPSES, 1985, Cetakan III
Qutb, Muhammad, Qabasa>t min al-Rasu>l, Beirut: Da>r al-Shuru>q
al-Razy, Muhammad Fakhr al-Din, Mafa>tih{ al-Ghayb, Beirut: Da>r al-
Fikr, 1958, Jilid VII, Cetakan XIII
Siddiqi, Mazheruddin, Konsep Quran tentang Sejarah, Alih basa Nur
Rachmai, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986, Cet. I
Syalaby, Ahmad, Mawsu>'ah al-Ta>ri>kh al-Isla>mi>, Mesir: al-
Nahd{{ah al-Misriy>ah, 1980, Jilid I, Cetakan IX
al-T{abary, Abi Ja'far Muhammad Ibn Jarir, al-Ja>mi' al-Baya>n ‘an
Ta’wi>l al-Qur’a>n, Mesir: Must{afa> al-Ba>bi> al-H{alibi>, 1953,
Cetakan II