dalil tentang santunan anak yatim
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Dalil Tentang Santunan Anak Yatim
1/2
Dari Sahl bin Saad radhiallahu anhudia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallambersabda,
Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini, kemudian beliau
shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu alaihi wa
sallam, serta agak merenggangkan keduanya[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim,
sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
Makna haditsini: orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan yang
tinggi di surga dekat dengan kedudukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam[2].
Arti menanggung anak yatim adalah mengurusi dan memperhatikan semua keperluan
hidupnya, seperti nafkah (makan dan minum), pakaian, mengasuh dan mendidiknya dengan
pendidikan Islam yang benar[3].
Yang dimaksud dengan anak yatim adalah seorang anak yang ditinggal oleh ayahnya sebelum
anak itu mencapai usia dewasa[4].
Keutamaan dalam haditsini belaku bagi orang yang meyantuni anak yatim dari harta orang itu
sendiri atau harta anak yatim tersebut jika orang itu benar-benar yang mendapat kepercayaan
untuk itu[5].
Demikian pula, keutamaan iniberlaku bagi orang yang meyantuni anak yatim yang punya
hubungan keluarga dengannya atau anak yatim yang sama sekali tidak punya
hubungan keluargadengannya[6].
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan mengasuh anak yatim, yang ini
sering terjadi dalam kasus anak angkat, karena ketidakpahaman sebagian dari kaum muslimin
terhadap hukum-hukum dalam syariat Islam, di antaranya:
1. Larangan menisbatkan anak angkat/anak asuh kepada selain ayah kandungnya, berdasarkan firman
AllahSubhanahu wa Taala:
}
{Panggillah mereka(anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka;
itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah
mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu (QS al-Ahzaab: 5).
2. Anak angkat/anak asuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua yang mengasuhnya, berbeda
dengan kebiasaan di zaman Jahiliyah yang menganggap anak angkat seperti anak kandung yang berhak
mendapatkan warisan ketika orang tua angkatnya meninggal dunia[7].
3. Anak angkat/anak asuh bukanlahmahram[8], sehingga wajib bagi orang tua yang mengasuhnya maupun
anak-anak kandung mereka untuk memakai hijab yang menutupi aurat di depan anak tersebut, sebagaimana
ketika mereka di depan orang lain yang bukanmahram, berbeda dengan kebiasaan di masa Jahiliyah.
Kota Kendari, 12 Muharram 1433 H
Dari artikel Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Muslim.Or.Idby null
Dari Sahl bin Saad radhiallahu anhudia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallambersabda,
http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn8http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn7http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/keutamaan-menyantuni-anak-yatim.html#http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn6http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn5http://muslim.or.id/haditshttp://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn4http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn3http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn2http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn2http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn2http://muslim.or.id/tag/haditshttp://muslim.or.id/http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/keutamaan-menyantuni-anak-yatim.htmlhttp://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn8http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn7http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn6http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/keutamaan-menyantuni-anak-yatim.html#http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn5http://muslim.or.id/haditshttp://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn4http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn3http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn2http://muslim.or.id/tag/haditshttp://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn1 -
7/26/2019 Dalil Tentang Santunan Anak Yatim
2/2
Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini, kemudian beliau
shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu alaihi wa
sallam, serta agak merenggangkan keduanya[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim,
sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
Makna haditsini: orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan yangtinggi di surga dekat dengan kedudukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam[2].
Arti menanggung anak yatim adalah mengurusi dan memperhatikan semua keperluan
hidupnya, seperti nafkah (makan dan minum), pakaian, mengasuh dan mendidiknya dengan
pendidikan Islam yang benar[3].
Yang dimaksud dengan anak yatim adalah seorang anak yang ditinggal oleh ayahnya sebelum
anak itu mencapai usia dewasa[4].
Keutamaan dalam haditsini belaku bagi orang yang meyantuni anak yatim dari harta orang itu
sendiri atau harta anak yatim tersebut jika orang itu benar-benar yang mendapat kepercayaan
untuk itu[5].Demikian pula, keutamaan ini berlaku bagi orang yang meyantuni anak yatim yang punya
hubungan keluarga dengannya atau anak yatim yang sama sekali tidak punya
hubungan keluargadengannya[6].
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan mengasuh anak yatim, yang ini
sering terjadi dalam kasus anak angkat, karena ketidakpahaman sebagian dari kaum muslimin
terhadap hukum-hukum dalam syariat Islam, di antaranya:
1. Larangan menisbatkan anak angkat/anak asuh kepada selain ayah kandungnya, berdasarkan firman
AllahSubhanahu wa Taala:
{
}Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka;
itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah
mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu (QS al-Ahzaab: 5).
2. Anak angkat/anak asuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua yang mengasuhnya, berbeda
dengan kebiasaan di zaman Jahiliyah yang menganggap anak angkat seperti anak kandung yang berhak
mendapatkan warisan ketika orang tua angkatnya meninggal dunia[7].
3. Anak angkat/anak asuh bukanlahmahram[8], sehingga wajib bagi orang tua yang mengasuhnya maupun
anak-anak kandung mereka untuk memakai hijab yang menutupi aurat di depan anak tersebut, sebagaimana
ketika mereka di depan orang lain yang bukanmahram, berbeda dengan kebiasaan di masa Jahiliyah.
Kota Kendari, 12 Muharram 1433 H
http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn8http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn7http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn6http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/keutamaan-menyantuni-anak-yatim.html#http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn5http://muslim.or.id/haditshttp://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn4http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn3http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn2http://muslim.or.id/tag/haditshttp://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn1