dampak distribusi filantropi zakat produktif...

110
DAMPAK DISTRIBUSI FILANTROPI ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN OLEH BAZNAS KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh ANA NUR JANAH NIM 63020160093 PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2020

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • DAMPAK DISTRIBUSI FILANTROPI ZAKAT

    PRODUKTIF TERHADAP PENGENTASAN

    KEMISKINAN OLEH BAZNAS KOTA SALATIGA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun Oleh

    ANA NUR JANAH

    NIM 63020160093

    PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • DAMPAK DISTRIBUSI FILANTROPI ZAKAT

    PRODUKTIF TERHADAP PENGENTASAN

    KEMISKINAN OLEH BAZNAS KOTA SALATIGA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun Oleh

    ANA NUR JANAH

    NIM 63020160093

    PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    “Wong kok iso membatasi dunyo bakale oleh ilmu seng Brajah lan Pituduh tanpo

    Hidayah”

    (KH. Maslikhuddin Yazid, Ihya’ Ulumuddin Jilid 3)

    “Urip iku Urup”

    “Eling lan Waspodo”

    (Ana Nur Janah)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis sembahkan kepada:

    Kedua orang tua saya yang tercinta Ibu Sri Hartini dan Bapak Munawir, serta

    kedua saudara kandung saya yang selalu mendukung dan memberikan doa,

    ridho, serta semangat yang selalu mengiringi langkah penulis dalam

    menggapai asa.

    Seorang pengajar yang telah menularkan baik ilmu dan pengalamanya kepada

    saya dimanapun kalian berada, yang memberi pelajaran akhlak mulia dan ilmu

    yang bermanfaat.

    Tak lupa kawan-kawanku seperjuangan yang saya sayangi, yang tidak dapat

    saya sebutkan satu-persatu.

    Terimakasih Saya Sampaikan

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa yang telah

    melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul “Dampak Distribusi Filantropi Zakat Produktif

    terhadap Pengentasan Kemiskinan oleh BAZNAS Kota Salatiga” dengan

    lancar. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi

    Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

    program studi Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama

    Islam Negeri Salatiga

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tanpa adanya doa,

    dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan ini tidak akan dapat

    terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan

    terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi

    ini baik secara moril maupun spiritual, kepada:

    1. Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Rektor Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

    2. Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

    3. Qi Mangku Bahjahtullah, Lc, M.S.I. selaku Ketua Program Studi

    S1 Ekonomi Syariah Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

    Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  • ix

    4. Dr. Faqih Nabhan, M.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik

    yang telah memberikan dukungan dan masukan selama penulis

    menjalani perkuliahan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Salatiga.

    5. Ibu Imanda Firmantyas Putri Pertiwi, M.Si. selaku dosen

    pembimbing skripsiyang telah bersedia meluangkan waktunya,

    terimakasih atas bimbingan, arahan dan ilmu yang diberikan

    kepada penulis.

    6. Selurih Dosen dan Staf Intitut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN)

    Salatigayang telah membantu penulis dalam menempuh studi

    selama ini.

    7. Kedua orang tua saya tercinta, Ibu Sri Hartini dan Bapak Munawir

    yang senantiasa memberikan doa, perhatian, nasehat, semangat, dan

    kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    dengan baik dan lancar. Terimakasih atas segalanya.

    8. Untuk kakakku Muhammad Miftakul Qoir dan adikku Ikhsan Nuril

    Azmi yang saya sayangi terima kasih telah memberi motivasi dan

    semangat tanpa bosan.

    9. Teman-teman seperjuangan baik dalam pondok pesantren,

    perkuliahan, organisasi dan kuliah kerja nyata (KKN).

    10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

    yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  • x

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh

    karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran penulisan yang dapat

    membangun agar bertambahnya pengetahuan penulis. Dengan demikian, penulis

    berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Salatiga, 15 Oktober 2020

    Penulis,

    Ana Nur Janah

    NIM. 63020160093

  • xi

    ABSTRAK

    Janah, Ana Nur. 2020. Dampak Distribusi Filantropi Zakat Produktif Terhadap

    Pengentasan Kemiskinan Oleh BAZNAS Kota Salatiga. Skripsi, Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-Ekonomi Syariah Institut

    Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Imanda Firmantyas Putri

    Pertiwi, M.Si.

    Tujuan dari penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dampak

    distribusi filantropi zakat produktif terhadap pengentasan pada saat sebelum dan

    setelah menerima bantuan program zakat produktif oleh BAZNAS Kota Salatiga

    kemiskinan baik secara materiil maupun spiritual, dan absolut. Pengumpulan data

    dilakukan dalam bentuk data primer melalui penyebaran kuesioner kepada

    mustahik penerima bantuan program zakat produktif dari BAZNAS Kota Salatiga.

    Responden yang diperoleh sebanyak 34 dengan menggunakan metode

    kuantitatifdengan teknik judgement sampling yang merupakan teknik

    pengumpulan data. Data yang didapatkan kemudian diolah menggunakan alat

    ukur model CIBEST Quadrant dan dibantu dengan aplikasi SPSS 23. Metode

    analisis data meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji paired

    samples t test.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak sebelum dan setelah

    menerima dana zakat produktif dari BAZNAS Kota Salatiga. menjelaskan bahwa

    indeks kesejahteraan meningkat dengan prsentase perubahan sebesar 61,76%.

    Kemudian dalam indeks kemiskinan spiritual memiliki perubahan sebesar

    14,70%, sedangkan dalam indeks kemiskinan materiil sebesar 44,11%.

    Selanjutnya pada kemiskinan absolut sebesar 2,94%.

    Kata Kunci : Zakat Produktif, Pengentasan Kemiskinan, Kesejahteraan,

    Kemiskinan Materiil, Kemiskinan Spiritual, Kemiskinan

    Absolut.

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

    PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... iv

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................. v

    MOTTO ............................................................................................................ vi

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

    ABSTRAK ......................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

    BAB IPENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

    E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 6

    BAB IILANDASAN TEORI .............................................................................. 8

    A. Kerangka Teori ....................................................................................... 10

    B. Telaah Pustaka ........................................................................................ 26

    C. Kerangka Penelitian ................................................................................ 37

    D. Hipotesis ................................................................................................. 37

  • xiii

    BAB IIIMETODE PENELITIAN ................................................................... 39

    A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 39

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 39

    C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 39

    D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 40

    E. Skala Pengukuran .................................................................................... 41

    F. Definisi dan Konsep Operasional ............................................................ 43

    G. Instrumen Penelitian ................................................................................ 44

    H. Uji Instrumen Penelitian .......................................................................... 44

    I. Alat Analisis ........................................................................................... 47

    BAB IVANALISIS DATA ............................................................................... 53

    A. Statistik Deskriptif .................................................................................. 53

    B. Analisis Data ........................................................................................... 64

    BAB VPENUTUP ............................................................................................ 71

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 71

    B. Saran ....................................................................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 27

    Tabel 3.1. Skala Likert Spiritual Mustahik ......................................................... 41

    Tabel 3.2. Kombinasi Skor Aktual Nilai SV dan MV ......................................... 49

    Tabel 4.1. Kepengurusan BAZNAS Kota Salatiga ............................................. 55

    Tabel 4.2. Jenis Kelamin Mustahik .................................................................... 56

    Tabel 4.3. Usia Mustahik ................................................................................... 57

    Tabel 4.4. Pendidikan Mustahik ......................................................................... 57

    Tabel 4.5. Usaha Mustahik ................................................................................. 58

    Tabel 4.6. Pekerjaan Mustahik ........................................................................... 58

    Tabel 4.7. Uji Validitas ...................................................................................... 59

    Tabel 4.8. Uji Realibilitas .................................................................................. 60

    Tabel 4.9. Uji Normalitas ................................................................................... 60

    Tabel 4.10. Uji Paired Samples t Test Spiritual Mustahik ................................... 61

    Tabel 4.11. Korelasi Paired Samples t Test ........................................................ 61

    Tabel 4.12. Rata-rata Tingkat Spiritual Mustahik ............................................... 62

    Tabel 4.13. Uji Paired Samples t Test Pendapatan Mustahik .............................. 62

    Tabel 4.14. Korelasi Paired Samples t Test ........................................................ 63

    Tabel 4.15. Rata-rata Tingkat Pendapatan Mustahik ........................................... 63

    Tabel 4.16. Pendistribusian Dana Kepada Mustahik ........................................... 64

  • xv

    Tabel 4.17. Nilai Rata-rata Tingkat Spiritual Keluarga Mustahik Sebelum dan

    Setelah menerima Program Zakat Produktif ................................................ 65

    Tabel 4.18. Nilai Rata-rata Tingkat Pendapatan Keluarga Mustahik Sebelum dan

    Setelah menerima Program Zakat Produktif ................................................ 66

    Tabel 4.19. Perubahan Indeks CIBEST Quadrant Sebelum dan Setelah menerima

    Program Zakat Produktif ............................................................................. 68

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. CIBEST Quadrant ......................................................................... 35

    Gambar 2.2. Kerangka Penelitian ....................................................................... 37

    Gambar 4.1. Hasil Pengelompokan CIBEST Quadrant ...................................... 67

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam Forum Asosiasi Pegembangan Ekonomi Syariah Indonesia Dr.

    Muhammad Zain menyampaikan mengenai tantangan yang saat ini dihadapi

    Indonesia, yaitu masalah kesejahteraan yang rendah atau dapat dikatakan sebagai

    kemiskinan. Penyampaian tersebut diabadikan dalam sekapur sirih Buku Ekonomi

    dan Bisnis Islam(Fordebi, 2016). Kemiskinanmenurut Paramik (1993) dan Shirazi

    (1994) merupakan kondisi dimana seseorang belum dapat memenuhi kebutuhan

    baik dari sisi spiritual, sosial, psikologis maupun ekonomi, atau dapat disimpulkan

    bahwa kemiskinan merupakan seseorang yang belum mampu memenuhi

    kebutuhan hidup (Beik & Arsyianti, 2019).

    Dikutip dari penelitian Ismail et al,. (2008), dalam Bariyah(2012)

    persoalan kemiskinan menjadi momok menakutkan bagi semua negara, tak

    terkecuali Indonesia. Beragam kebijakan telah dilaksanakan pemerintah Indonesia

    guna menurunkan angka kemiskinan sejak kepemimpinan Presiden Suharto

    hingga Jokowi, Program Keluarga Harapan adalah salah satunya. Melihat data

    dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, jumlah penduduk dalam kategori

    miskin diperkotaan pada semester 1 2019 sebesar 9,99 juta jiwa dan mengalami

    kenaikan pada semester 1 2020 menjadi 11,16 juta jiwa (BPS, 2020). Hal ini

    membuktikan bahwa pemerintah Indonesia melaui kebijakan yang diambil dalam

    rangka menuntaskan kemiskinan dinilai belum optimal. Salah satu cara yang

  • 2

    dianggap mampu menurunkan angka kemisknan di Indonesia adalah dengan cara

    dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi distribusi filantropi

    zakat (Bariyah, 2012).

    Qadir(2001)juga mengungkapkancara menanggulangi masalah kemiskinan

    oleh seorang Muslim ialah melalui dukungan dari orang kaya atau mampu yang

    mengeluarkan zakat untuk menyalurkan bantuan kepada mereka yang kekurangan.

    Zakat adalah salah satu pendekatan kepada Allah SWT dalam bentuk ibadah yang

    menjadi rukun Islam setelah syahadat, sholat dan sebelum puasa, serta ibadah

    haji(Fordebi, 2016).

    Zakat disini mencerminkan dua hubungan vertikal dan

    horizontal.Hubungan vertikal tercermin pada hubungan kita kepada Allah SWT

    dimana para muzaki membayar zakat. Sedangkan hubungan horisontal tercermin

    pada hubungan kita antar sesama manusia dimana dengan membayar zakat kita

    mampu menolong para mustahik (Fordebi, 2016).

    Menurut Qardlawi, salah satu upaya dalam mengentaskan kemiskinan dan

    mempersempit kemiskinan tergantung pada optimal tidaknya zakat. Halini karena

    zakat dapat dikatakan suatu sumber dana yang tidak akan habis. Selama kaum

    Muslim masih mempunyai kesadaranmenunaikan zakat dan selama dana zakat

    tersebut bisa dikelola dengan baik, dana zakat akan selalu bermanfaat untuk

    kesejahteraan kaum Muslim(Kurniawati, 2004).

    Hal diatas menunjukkan bahwa agama dalam masyarakat sangat

    berpengaruh terhadap peningkatkan kebiasaan dalam menjaklankan filantropi dan

  • 3

    keterlibatan agama dalam sosial (social engaegement). Salah satu penelitian

    kualitatif milik Berger yang dilakukan di Kanada, dalam Latief (2013)

    mengungkapkan bahwa pengembangan sosial dalam keagamaan (religious

    affiliation) dan religiusitas (self-perceived religiosity) sangat berpengaruh

    terhadap praktik filantropi. Lebih lanjut, Berger mengatakan bahwa “those who

    are non-religiosly affliated are the last philanthropi”.

    Senada dengan hasil riset diatas, ditegaskan bahwa di Indonesia dengan

    masyarakatnya mayoritas adalahkaum Muslim, pada praktik filantropinya lebih

    didominasi oleh keagamaan dibandingkan “kemanusiaan sekular” (Latief,

    2013).MenurutLatief (2013), tradisi agama mempunyai tatanan yang berbeda-

    beda dalam mengartikan sebuah budaya kedermawanan (filantropi) ataupun

    „tradisi berderma‟. Istilah filantropi (philanthropy) mempunyai makna dalam

    bahasa Yunani (latin: philos dan antropos).

    Sementara itu, istilah yang sering disamakan dengan istilah filantropi

    dalam tradisi Islamadalah zakat, sedekah, dan wakaf. Dalam Islam, zakat bahkan

    merupakan salah satu daripilar rukun Islam dari seseorang dan hukumya wajib

    bagi setiap kaum Muslim (Kurnia et al., 2020).Rini et al., (2018) menyatakan

    bahwa keluarga miskin di Kabupaten Bogor dapat berkurang dengan adanya

    zakat, kemudianBeik(2015) menyatakan bahwa dengan adanya zakat memang

    mampu mengurangi kedalaman dan keparahan suatu kemiskinan apabila dikelola

    dengan baik.

  • 4

    Beberapa penelitian lain telah dilakukan juga mengenai pengaruh zakat

    terhadap kemiskinan, salah satunya oleh

    Lapopo(2017).Lapopo(2017)menganalisis zakat terhadap kemiskinan dengan

    melalui regresi linear berganda penelitian tersebut menunjukkan bahwa ZIS

    mampu meminimalisir kemiskinan meskipun penurunannya sedikit. Pada

    penelitian olehAryani et al., (2019) menggunakan teknik paired sampel t test,

    membuahkan hasil bahwa zakat berdampak signifikan terhadap kemiskinan

    mustahik yang berlokasi di Kota Palembang.

    Penelitian lainnya dilakukan oleh Beik(2010)pengentasan kemiskinan dan

    kesenjangan melalui zakat. Penelitian ini menggunakan analisis yaitu headcount

    ratio untuk menghitung jumlah penduduk miskin, rasio kesenjangan kemiskinan

    dan pendapatanberguna untuk menghitung kedalaman kemiskinan, dan indeks Sen

    (Sen Index) serta indeks Foster, Greer, dan Thorbecke (FGT) berguna untuk

    menghitung keparahan kemiskinan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa zakat

    bisa meminimalisir keluarga dalam kategori miskin, serta juga meminimalisir

    kedalaman dan keparahan keluarga miskin.

    Aryani et al., (2019)mengatakan banyak penelitian mengenai zakat

    terhadap pengentasan kemiskinan, akan tetapi kebanyakan dari mereka hanya

    menganalisis dan memandang dampak zakat secara material saja pada penerima

    zakat (mustahik) tanpa melihat dampak secara spiritual mustahik. Maka dari itu

    berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul“Dampak

  • 5

    Distribusi Filantropi Zakat Produktif terhadap Pengentasan Kemiskinan

    Oleh BAZNAS Kota Salatiga”.

    B. Rumusan Masalah

    Mengacu pada latar belakang penelitian di atas, maka indentifkasi masalah

    pada penelitian ini adalah “Bagaimana Dampak Distribusi Filantropi Zakat

    Produktif yang dikelola oleh BAZNAS Kota Salatiga terhadap Pengentasan

    Kemiskinan Absolut, Spiritual dan Material Mustahik?”.

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui Dampak Distribusi Filantropi Zakat

    Produktif terhadap Pengentasan Kemiskinan Absolut, Spiritual, dan Material oleh

    BAZNAS Kota Salatiga.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapakan akan memberi manfaat, diantara:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Bagi penulis

    Hasil penelitian ini diharapakan dapat mengantar penelitiuntuk

    mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) dan memberi

    pengetahuanserta pengalaman yang lebih kepada peneliti tentang

    dampak zakat produktif terhadap pengentasan kemiskinan.

  • 6

    b. Bagi akademisi

    Hasil penelitian ini dapat membantu akademisi sebagai referensi

    untuk melakukan penelitian sebelumnya khususnya yang berkaitan

    dengan dampak distribusi zakat terhadap pengentasan kemiskinan.

    c. Bagi Ekonomi Syariah

    Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam

    mengembangkan dalam ekonomi publik yang dapat mempengaruhi

    kemiskinan.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada

    mustahik dan BAZNAS secara umum guna informasi khususnya

    tentang dampak dstribusi filantropi zakat produktif terhadap pegentasan

    kemiskinan oleh BAZNAS Kota Salaiga.

    E. Sistematika Penulisan

    Dalam sistematika penyusunan danpenulisan dibuat untuk memudahkan

    dalam memahami penelitian yang diuraikan. Berikut sistematika penulisan

    disusun secara runtut yang ditulis dengan susunan 5 (lima) bab, yaitu:

    BAB I: PENDAHULUAN.Akan membahas latar belakang masalah, yang

    menunjukkan landasan pemikiranbaik dalam teori maupun fenomena yang ada,

    yang menjadi penelitian ini ditulis oleh peneliti. Perumusanmasalah

  • 7

    berisipernyataan konsep dan keadaan yang memerlukanjawaban dari

    penelitian.Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang diharapakan agar tercapai,

    yang telah mengacu pada latar belakang, rumusan masalah dan hipotesis yang

    ditulis. Pada bagian terakhir dari bab ini menguraikan sistem penulisan mengenai

    ringkasan materi yang akan dibahas pada setiap bab yang ada pada skripsi.

    BAB II: LANDASAN TEORI.Berisi landasan teori yang memaparkan

    secara umum mengenai zakat produktif dan kemiskinan. Serta akan membahas

    tentang kerangka teori, konsep dan bangunan teori yang akan digunakan untuk

    menganalisis. Selanjutnya mengenai telaah pustaka, serta. Konsep yang terkait

    dan penting untuk dikaji sebagai landasan dalam menganalisis dan mengambil

    kesimpulan. Kerangka penelitian, berisi kerangka pemikiran penelitian dalam

    bentuk gambar yang dapat mengasilkan hipotesis yang akan diajukan.

    BAB III: METODOLOGI PENELITIAN. Menguraikan gambaran

    umum zakat dan kemiskinan serta akan memberikan informasi jenis peneltian,

    lokasi serta waktu penilitian, populasi serta sampel, teknik pengumpulan data,

    skala pengukuran, definisi serta konsep operasional, instrument penelitian, uji

    instrument penelitian, dan alat analisis.

    BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN. Merupakan analisis data

    pengaruh antar variabel dan menjelaskan objek secara singkat padat dan jelas. Har

    yang diuraikan meliputi, statistik deskriptif dan analisis data.

    BAB V: PENUTUP. Pada bab terakhir menguraikan kesimpulan yang

    dapat ditarik dari penelitian ini secara singkat dan saran bagi pihak tekait.

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Dampak Distribusi Filantropi Zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan

    oleh BAZNAS Kota Salatiga secara Hukum Zakat

    menurutQardawi(2007)mengemukakan tentang kemiskinan yang ada di suatu

    negara. Qardawi (2007) mengatakan bahwa “bangsa manapun mengarahkan

    perhatiannya pada dua golonganmanusia, yaitu golongan yang berkecukupan dan

    golongan yang miskin,di balik itu selalu didapatkan keadaan yang menarik, yaitu

    golongan yang berkecukupan selalu semakin makmur, sedangkan golongan yang

    miskin selalu semakin kurus sehingga hampir tercampak di atas tanah, terhempas

    tak berdaya, terancamlahbangunan masyarakat oleh karena fondasinya goyah,

    sedangkan orang yanghidup bermewah-mewah itu sudah tidak sadar mulai dari

    mana atap atasnya rumah”.

    Qardawi(2007) kembali mengungkapkan ada beberapa usaha yang bisa

    dilakukanoleh kaum Muslim dalam pengentasan kemiskinan salah satunya adalah

    membantu keluarga yang kekurangan dalambidang ekonomi. Karena dengan

    bantuan sekecil apapun untuk orang yang membutuhkan itu menjadi sangat

    bermakna.

    Membayar zakat adalah salah satu yang bisa dilakukan oleh seorang

    Muslim ketika sudah mencapai nishab. Zakat yang akan dikeluarkan oleh orang-

    orangkaya kepada yang membutukan ini tidak hanya sekedar menimbulkan

  • 9

    kemanfaatan semata. Namun juga berpotensi akan melipat gandakan pahala

    terkait dengan mensucikan harta(Qardawi, 2007).

    Melihat dari aspek zakat mempunyai status yang sangat berpengaruh

    karena telah menjadi rukun Islam.Konsekuensinya sangat logis bahwa zakat

    merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Orang yang tidak membayar zakat

    dihukum berat dengan cara diperangi pada masa kepemimpinan Khalifah Abu

    Bakar As-Shidiq ra. (Qardawi, 2007).Kemiskinan adalah sebuah kondisi individu

    yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar serta menempati dibawah garis

    minimum nilai standar kebutuhan, baik itu makan atau non makanan (BPS, 2020;

    Rabina, 2018)

    Sedangkan zakat menjadi pilar Islam secara etimologis, berarti

    berkembang (an-namaa), berkah (albarakatu), dan mensucikan (at-thaharatu).

    Selanjutnya secara terminologis, zakat memiliki makna memberikan sebagian

    hartanyauntuk golonganyang lebih membutuhkan(mustahik), dengan persyaratan

    yang ditetapkan(Hafidhuddin, 2002). SedangkanTho‟in(2017) menyatakan Islam

    mengajarkan suatu ibadah ibadah melalui konsep zakat dengan berbagi

    kemaslahatan umat baik seorang muzakki (pemberi zakat) dan mustahik

    (penerima zakat). Maka, dengan begitu mereka sama-sama mendapatkan manfaat

    yang sangat besar.

    Kementrian Agama RI menjelaskan zakat adalah harta yang disisihkan

    guna diberikan kepada yang lebih membutuhkan dan kemudian bisa dislaurkan

    melalui badan yang mengelola atau secara individu. Berdasarkan penjelasan

  • 10

    tersebut zakat tidak hanya dilaksankan pada seorang individu namun juga

    badan/instansi/lembaga. Dengan begitu, harus dimulai pengembangan dan konsep

    zakat baik itu pada suatu instansi, lembaga ataupun badan. (Romdhoni, 2017).

    A. Kerangka Teori

    Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2004 kemiskinan merupakan

    kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi

    atas hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan

    yang bermartabat.Penyebab kemiskinan di indentifikasi ada tiga faktor yakni

    pertama, perbedaan kepemilikan sumberdaya yang mengakibatkan pendapatan

    yang tidak merata.Kedua, upah yang rendah dikarenakan rendahnya produktivitas

    sehingga mengakibatkan rendahnya upah yang didapatkan. Selanjutnya ketiga,

    adanya perbedaan pada akses permodalan (Kuncoro, 2000).

    Kemiskinan menurut Ramadhan dalam penelitian Romdhoni(2017)

    problematika ekonomi yang harus diselesaikan. Penanggulangan kemiskinan

    merupakan suatu hal yang penting guna perbaikan dalam suatu negara. Islam yang

    merupakanAd-diin yang telah memberi suatu aqidah bagi kaum Muslim secara

    menyeluruh dengan dua kategori, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup meliputi

    baik di dunia maupun di akhirat. (Sartika, 2008).

    Kesejahteraan adalah suatu harapan bagi setiap warga negara. Akan tetapi,

    kesejahteraantidak dengan mudah didapatkan setiap warga negara. Kesejahteraan

    masyarakat dapat dukur dari beberapa indikator (Khasandy & Badrudin, 2019).

    Antara lain sebagai berikut:

  • 11

    1. Badan Pusat Statistik (BPS)

    Kriteria dikatakan rumah tangga miskin dengan beberapa indikator yaitu, luas

    bangunan tempat tinggal keluarga kurang dari 8m2. Lantai rumah yang masih

    dari tanah belum ber ubin/keramik. Tembok rumah yang masih terbuat dari

    kayu/papan. Fasilitas air yang dikonsumsi bukan air bersih dan MCK yang

    belum dimiliki. Penerangan yang dimiliki masih tradisional atau belum

    berupa listrik. Tidak mampu mengkonsumsi makanan berupa daging dalam

    dua minggu sekali, dan makan sehari dua kali.

    Kemudian, tidak mampu belanja baju baru tiap anggota keluarga.

    Tidak mampu berobat ke klinik kesehatan. Profesi yang dibidangi berupa

    tukan kebun, petani, dan nelayan. Tidak memiliki harta simpanan kurang dari

    Rp, 500.000, dan kualitas pendidikan kepala keluarga yang rendah atau tidak

    sekolah. Apabila 9 indikator atau lebih terpenuhi, maka dikategorikan sebagai

    keluarga miskin atau tidak sejahtera (BPS, 2020).

    2. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

    Menurut BKKBN terbagi menjadi lima posisi tahapan yang menjadi indikator

    tingkat kesejahteraan keluarga yaitu:

    a. Tahap pra sejahtera

    Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum bisa memenuhi

    kebutuhan dasarnya secara minimum, misal baik kebutuhan spiritual

    ataupun religiusitas, pangan (makanan), sandang (pakaian), papan

    (tempat tinggal), kesehatan, dan keluarga berencana.

  • 12

    b. Tahap sejahtera I

    Keluarga sejahtera I merupakan keluarga yang telah mampu memenuhi

    kebutuhanfisik minimum secara minimal namun belum mampu terpenuhi

    kebutuhan sosial dan psikologis, misal kebutuhan pendidikan, interaksi

    dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan

    pekerjaan yang menjamin kehidupan yang layak.Secara operasional

    mereka tidak mampu memenuhi salah satu dari beberapa indikator yaitu,

    menjalankan ibadah agama dan kepercayaan masing-masing.

    Selain itu, makanan yang dikonsumsi kurang satu kali dalam

    seminggu makan daging, ikan, dan atau telur.Dalam hal sandang, paling

    sedikit satu stel pakaian baru dalam satu tahun.Luas lantai rumah 8m2

    untuk setiap penghui rumah.Dilihat pula kesehatan anggota keluarga dari

    tiga bulan terakhir keluarga berkeadaan sehat.Ada diantara anggota

    keluarga yang bekerja dan memperoleh penghasilan. Seluruh anggota

    keluarga umur 10-60 tahun mampu baca tulis latin dan pasangan usia

    subur dengan dua ataupun lebih menggunakan alat kontrasepsi.

    c. Tahap sejahtera II

    Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu

    dari beberapa indikator yaitu, keluarga berupaya untuk meningkatkan

    pengetahuan agama.Selanjutnya penghasilan keluarga ditabung dalam

    bentuk uang ataupun barang.Serta makan bersama paling sedikit satu kali

    dalam satu minggu untuk berkomunikasi. Selain itu, mengikuti kegiatan

  • 13

    masyarakat dan memperoleh informasi melalui media masa (surat kabar,

    TV, radio, dan majalah).

    d. Tahap Sejahtera III

    Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu

    dari indikator dalam memberi sumbangan materiil secara teratur dan aktif

    sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.

    e. Tahap Sejahtera III plus

    Tahap keluarga sejahtera yang berikut ini merupakan yang mampu

    memenuhi semua indikator dari keluarga pra sejahtera, sejahtera I,

    sejahtera II, dan sejahtera III (www.bkkbn.go.id, n.d.)

    3. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

    BAPPENAS menyatakan kesejahteraan dapat diukur melalui pengeluaran

    keluarga. Keluarga dapat dikategorikan sejahtera jika pengeluaran kebutuhan

    pokok yang dikeluarkan sebanding atau lebih rendah dari pengeluaran yang

    dikeluarkan untuk kebutuhan bukan pokok (bappenas, 2010).

    Membahas masalah kesejahteraan dalam Islam, tentu berhubungan dengan

    dengan zakat (Nafiah, 2015). Masyarakat yang mampu meminimlaisir dan

    mencegah konflik antar kelompok dalam perbedaaan pendapat dan sesuatu yang

    merugikan atau merusak, maka bisa disebut masyarakat dalam kategori sejahtera

    (Beik & Arsyianti, 2019). Adapun indikator kesejahteraan menurut Hermanita

    (2013) dalam Handayani(2020).

  • 14

    Pertama, jumlah dan Pendapatan yang merata, pendapatan berhubungan

    dengankondsi usaha, serta faktor ekonom lainnya. Untuk memenuhi segala

    kebutuhan hidup setidaknya masyarakat memiliki pendapatan tetap dengan

    memperoleh lapangan pekerjaan.Tanpa hal tersebut mustahil apabila masyarakat

    mencapai suatu kesejahteraan. Adanya lapangan perkejaan tersebut membuka

    usaha dan kesempatan kerja guna memutar perekonomian agardapat

    meningkatkan suatu pendapatan. Dengan begitu, masyarakat dapat melaksanakan

    kegiatan transaksi ekonomi.

    Kedua, kemudahan dalam peningkatan SDM melalui pendidikan. Dengan

    begitu kesempatan agar mendapatkan profesi yang layak semakin terbuka.Berkat

    kualitas SDM tinggi, lapangan kerja dibuka berbasis lebih banyak menggunakan

    otak dibandingkan kekuatan otot.Pendidikan ini, baik bersifat non formal maupun

    formal.

    Ketiga, salah satu faktor yang mendorong untuk mendapatkan pendapatan

    dan pendidikan adalah kesehatan. Masyarakat yang kurang sehat atau sakitakan

    sulit dalam memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Pelayanan kesehatan yang

    diberikan tidak dibatasi oleh waktu dan jarak.Apabila keluhan masyarakat dirasa

    masih banyak dilakukan oleh masyarakat mengenai pelayanan kesehatan berarti

    negara tesebut belum mampu mencapai harapan kesejahteraan yang diinginkan

    masyarakat.

    Beik(2009) menyatakan dalam upaya meningkatkan perekonomian negara

    barat telah menemukan konsep melalui Sharing Economy Concept.Sharing

  • 15

    Economy Concept yang bermakna sebuah konsep ekonomi perekonomian yang

    dibangun melalui cara untuk saling berbagi dan memberi. Di Indonesia zakat

    adalah salah satu pengaplikasian konsep tesebut. Zakat disini salah satu tindakan

    sosial untuk saling berbagi dan membantu yang menjadi pilar agama Islam

    bahkan menjadi kewajiban seorang Muslim(Canggih et al., 2017).

    1. Dasar Hukum Zakat

    a. Al-Quran

    1) Al-Quran Surat Al-Baqarah: 177

    “tidaklah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu

    kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

    kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi

    dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak

    yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)

    dan orang-orang yang meminta-minta: dan (memerdekakan) hamba

    sahaya. Mendirikan sholat, dan menunaikan zakat: dan orang-orang

    yang menepati janjinya apabila ia berjanji, danorang-orang yang

    sabar dalamkesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka

    itulah orang-orang yang benar (imanya); dan mereka itulah orang-

    orang yang bertakwa”.

    2) Al-Quran Surat at-Taubah: 103

    “ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

    memberisihkan dan mesucikan mereka danmendoalah untuk mereka.

  • 16

    Sesungguhnya do’amu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan

    Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

    b. Undang-undang tentang pengelolaan Zakat

    1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pegelolaan Zakat Pasal

    16 Ayat 1 dan 2 menyebutkan tentang pendayagunaan zakat bahwa

    hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahik sesuaidengan

    ketentuan agama serta pendayagunaan hasil pengumpulan zakat

    berdasarkan skala kebutuhan mustahikdan dapat dimanfaatkan untuk

    usaha yang produktif.

    2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tenang Pengelolaan Zakat.

    Pasal 1 Ayat 1 Pengelolaan zakat adalah kegatanperencanaan,

    pelaksanaan dan pengkoordinasiandalampengumpulan, pendistribusian,

    dan pendayagunaan zakat.Pasal 2 pengelolaan zakat berdasarkan:

    syariat Islam amanah, kemanfaatan, kepastian hukum, terintegrasi dan

    akuntabilitias.Pasal 3 pengelolaan zakat bertujuan: meningkatkan

    efektivitas dan efesiensi pelayanan dan pengelolaan zakat serta

    meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan ksejahteraan

    masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

    2. Rukun dan Syarat Zakat

    Adapun rukun zakat yaitu adanya muzakki (pemberi zakat), adanya

    mustahik (penerima zakat), harta yang zakat yang dikeluarkan sudah mencapai

    nishab, dan adanya sebagai pengelola dana zakat Al-Zuhayly(1995).

  • 17

    Sedangkan syarat wajib zakat dalam buku Panduan Zakat Praktis (Indonesia,

    2013) adalah sebagai berikut:

    a. Islam

    Tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk menunaikan zakat ketika

    sudah memenuhi syarat dan rukun. Hukumnya adalah wajib tanpa

    terkecuali.

    b. Merdeka

    Zakat yang diwajibkan adalah harta yang di miliki secara penuh oleh

    individu. Menurut jumhur ulama‟ zakat tidak diwajibkan bagi mereka yang

    tidak memiliki hak penuh atas harta mereka.

    c. Baligh dan Berakal

    Baliqhberarti mengerti mengenai harta yang telah dimilikinya, dan sudah

    dewasa.Kemudian berakal berarti tidak gila, atau tidak dalam keadaan

    hilang akalnya.

    d. Harta yang wajib dizakati adalah harta yang dikeluarkan

    Harta yang dikeluarkanmerupakan harta yang wajibuntuk dizakati. Semisal

    harta zakat yang diharapkanmenjadi harta yang produktif. Dengan begitu

    diharapakan harta yang telah dikeluarkan menjadi berkembang dan dapat

    dimanfaatkan secara maksimal oleh penerima zakat.

    e. Telah mencapai nishab

    Penentuan nishab suatu ketetapan ajaran Islam dalam rangka mengamankan

    harta yang dimiliki oleh muzakki. Batas minimal mengeluarkan zakat

    adalah ketika sudah mencapi nishab.

  • 18

    f. Miliki penuh

    Harta yang dimiliki secara utuh dan berada ditangan sendiri inilah yang

    dinamakan harta penuh.

    g. Kepemlikan harta yang sudah setahun lamanya

    Akan wajib mengeluarkan zakat jika suatu harta mencapai nishabdan

    memiliki nilai yang tetap pada permulaan dan akhir tahun.

    h. Tidak berhutang

    Seseorang terkena wajib zakat sebelum melunasi hutang tersebut apabila

    yang bersangkutan memiliki hutang.

    3. Hikmah dan Tujuan Zakat

    a. Tujuan Zakat

    Menurut Rahman(1996) zakat adalah harta yang dipungut dari oran-orang

    kaya dalam bentuk uang yang akan diberikan ke orang miskin. Karena itu,

    wajar tidak ada seorang muslim yang tinggal dalam keadaan miskin karena

    memiliki tujuan zakat guna mendistribusikan harta yang dimilikinya.

    Sedangkan menurut Hafidhuddin(2003) tujuannya zakat yakni

    membantu miskin keluar dari penderitaan dan kesulitan dalam berkehidupan

    dan meningkatkan derajat kaum miskin, serta memberi solusi dan

    memecahkan masalah yang dihadapi oleh para mustahik. Selanjutnya

    terbentuk dan berkembangnya tali persaudaraan sesama umat Islam.

    Menghilangkan kecemburuan pada hati orang miskin serta terhindar dari

    sifat iri dan dengki. Terakhir bertujuan untuk menjembatani jurang pemisah

    antara si miskin dan si kaya di masyarakat.

  • 19

    b. Hikmah Zakat

    (Sumardi, 2001) mengemukakan zakat merupakan hubungan vertikal yang

    dari hamba Allah atas kenikamatan yang telah diberikan dan

    menggambarkan rasa syukur dan ketaqwaan kepada Allah SWT.Kemudian

    zakat juga merupakan hubungan horizontal antar sesama manusia atau

    kemasyarakatan yang menggambarkan rasa kasih sayang dan keadilan

    sosial.

    Hikmah zakat yakni, bersyukur atas karunia Allah, membersihkan

    diri dari sifat kikir, iri dan dengki, serta menumbuhkan pahala. Dengan

    begitu mampu mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana

    hubungan antar sesama menjadi damai, harmonis, dan rukun yang akhirnya

    akan menciptakan suasana yang tentram aman lahir batin.Zakat juga

    berguna untuk membersihkan dari harta yang diperoleh dengan cara yang

    tidak benar yang kemungkinan dilakukan tanpa kita sadari, serta zakat

    menumbuh kembangkan harta yang dimiliki.

    4. Makna Ibadah Zakat

    Zakat adalah salah satu pendekatan kepada Allah SWT dalam bentuk

    ibadah yang menjadi rukun Islam setelah syahadat, sholat dan sebelum puasa,

    serta ibadah haji.Zakat disini mencerminkan dua hubungan vertikal dan

    horizontal.Hubungan vertikal tercermin pada hubungan kita kepada Allah SWT

    dimana para muzakki membayar zakat. Sedangkan hubungan horisontal

    tercermin pada hubungan kita antar sesama manusia dimana dengan membayar

    zakat kita mampu menolong para mustahik (Fordebi, 2016).

  • 20

    Telah dijelaskanselain disebut sebagai zakat ia juga disebut dengan

    sedekah dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah (9):

    103 bahwa

    “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, denganzakat itu kamu

    membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

    Sesungguhnya doa kamu itumenjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah

    Mahamendengar lagi Maha Mengetahui” (Fordebi, 2016).

    Selanjutnya pada hadis shahih Mu‟adz bin Jabal ke Yaman Rasulullah

    SAW besabda.

    “beritahu mereka bahwa Allah SWT mewajibkan membayar zakat

    (sedekah) dari harta orang kaya yang akan diberikan kepada fakir miski di

    kalangan mereka” (HR Bukhai danMuslim) (Fordebi, 2016).

    Begitulah zakat sering disebut dengan shadaqah (sedekah), maka dari

    itu zakat memiliki arti sedekah, sedekah memiliki arti zakat. Dalam dakwah

    dan jihad zakat memiliki kontribusi yang besar pada saat peperangan, maka

    dari itu orang Muslim pada umumnya menyebutkan kata “amwal” yang berarti

    harta dan diikuti dengan kata “anfus” yang berarti jiwa sebagai batas

    pengorbanan seorang Muslim. Hal ini disebutkan pada Al-Qur‟an surat At-

    Taubah (9): 111

    “sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan

    harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang

    pada jalan Allah, lalu di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an.Dan siapakah

    yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka bergembiralah

  • 21

    dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang

    besar” (Fordebi, 2016).

    Berikut beberapa makna ibadah yang dimiliki oleh zakat dengan

    beberapa statement (Fordebi, 2016):

    a. Zakat itu Berkah dan Subur

    Rasulullah SAW bersabda “harta tidak berkurang karena sedekah maupun

    zakat, dimana sedekah maupun zakat tersebut tidak diterima dari cara yang

    tidak dibenarkan menurut syar’i” (HR Muslim). Dengan mengeluarkan

    zakat harta yang dimiliki tidak akan berkurang justru akan bertambah

    karena dikaruniai dan diberkahi oleh Allah SWT ibarat tumbuhan yang

    bertunas-tunas.

    b. Zakat Beriringan dengan Shalat

    Pada hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas‟ud Rasulullah SAW bersabda

    “Allah SWT memerintahkan kepada kita agar mendirikan shalat dan

    menunaikanzakat, dan barang siapa yang tidak menunaikan zakat, maka

    shalatnya tidak diterima” (HR Tabrani).Disinilah dijelaskan bahwa tidak

    diterima sholatnya apabila tdak menunaikan zakat pada pandangan

    tersebut.Kedudukan antara sholat dan zakat ini telah disebutkan dalam Al-

    Qur‟an sebanyak 82 kali dengan beriringan.

    c. Sanksi Keengganan Berzakat

    Telah disebutkan dalam Al-Qur‟an dan hadis mengenai sanksi apabila tidak

    menunaikan zakat, berikut pada A-Qur‟an surat Ali-Imran (3): 180 Allah

    SWT berfirman “sekali-sekali janganlah orang-orang yang bakhil

  • 22

    denganharta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya, dimana

    ia menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya

    kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu

    akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-

    lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi.Dan Allah mengetahui

    apa yang kamu kerjakan”.

    Kemudian dalam hadis telah di bahas Rasulullah SAW bersabda

    “barang siapa diberi oleh Allah SWT harta benda, kemudian ia tidak

    menunaikan zakat hartanya, maka ia diumpamakan pada hari kiamat

    sebagai seorang pemberani yang gundul, ia mempunyai dua bisa ular

    dikalungkan kepadanya, lalu mengambil tulang rahangnya seraya berkata,

    aku adalah simpananmu, aku adalah hartamu” (HR Muslim) (Fordebi,

    2016).

    d. Nilai Tambah Ibadah Zakat

    Moh. Rifai (1978) dalam (Fordebi, 2016) dikatakan nilai tambah (value

    added) ibadah baik dalam bentuk hablummin allah atau ibadah secara

    vertikal ataupun hablumminannas atau ibadah secara horizontal. Penjabaran

    nilai tambah pada zakat ini akan menciptakan rasa syukur terhadap nikmat

    yang telah dilimpahkan kepada manusia, selain itu mampu mewujudkan

    hidup kebersamaan, dan senasib sepenanggungan.

    Begitu pula, mampu mendidik jiwa manusia agar terjauhkan dari

    sifat, serakah, bakhil, dan kikir untuk menjadi manusia yang senang

    berkorban.Kemudian menghindari sifat egois serta mau berbagi rezeki dari

  • 23

    Allah SWT. Dengan begitu, seseorang akan menghindar dari larangan Allah

    SWT dan mampu mempersempit kesenjangan antara si miskin dan si kaya.

    Adanya sifat-sifat yang disebutkan tadi untuk dihindari akan meringankan

    beban fakir miskin karena dapat menumbuhkan sifat sosialis yang mau

    berbagi nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada manusia.

    5. Zakat Produktif

    a. Mustahik Zakat Produktif

    Mustahik ialah orang yang menerima zakat (Sumardi, 2001). Terdapat

    delapan golongan mustahik secara tebagi menjadi dua tipe mustahik secaa

    garis besar.Tipe pertama, mereka yang mendapatkan sesuai dengan

    keperluannya, baik banyak ataupun sedikit, seperti fakir, miskin untuk

    memerdekakan budak, ibnu sabil yang diseuaikan dengan kebutuhannya.

    Tipe kedua, mereka yang berjuang di jalan Allah SWT dan mendapatkan

    zakat sesuai dengan pertimbangan, jasa, dan kemanfaatanya(Al Arif, 2015).

    Menurut Al Arif(2015) jika seseorang tidak membutuhkan dan tidak

    ada pula manfaat pemberian zakat kepadanya, ia tidak berhak mendapatkan

    bagian zakat tersebut. Delapan golongan tersebut adalah:

    1) Fakir ialah kondisi seseorang yang selalu kekurangan dan tidak

    memiliki penghasilan.

    2) Miskin ialah kondisi seseorang dengan penghasilan yang diperoleh

    belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, namun memiliki sumber

    penghasilan hanya saja belum mencukupi.

  • 24

    3) Amil ialah pengelola zakat dengan besaran maksimal hanya 12,5%.

    Sebagai jasa yang sudah dilakukannya, dan sesama manusia yang

    memiliki kebutuhan.

    4) Muallaf ialah seseorang yang baru saja berpindah agama, dari agama

    lain masuk ke agama Islam.

    5) Riqab / budak ialah manusia yang tidak diperlakukan sepeti hal nya

    manusia. Di zaman sekarang mungkin sudah tidak didengar hal seperti

    ini namun masih ada peristiwa yang mirip seperti itu.

    6) Gharimin ialah individu yang tidak mampu mencukupi kebutuhannya

    sehingga dia sampai terlilit utang, namun utang tersebut diperoleh

    bukan untuk hal maksiat

    7) Sabilillah ialah kondisi seseorangdalam menegakkan agama Allah SWT

    yang sedang berjuang di jalan Allah SWT.

    8) Ibnu sabil ialah seseorang yang sedng melakukan perjalanan bukan

    untuk maksiat namun untuk melakukan kebajikan. Seseorang tersebut

    berhak mendapatkan zakat karena dalam perjalan dakwah.

    b. Pengelolaan Zakat Produktif

    Definisi meurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 mengenai

    pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, dan pengawasan terhadpa pengumpulan, pendistribusian,dan

    pendayagunaan zakat (Sartika, 2008). Adapun menurut Huda &

    Heykal(2010) mengenai dewan pengurus terdiri sebagai berikut:

    1) Ketua/Pimpinan. Memastikan tercapainya suatu tujuan.

  • 25

    2) Bagian penyaluran/distribusi zakat. Merangkai pokja dalam bentuk

    distribsi.

    3) Bagian keuangan. Mengetahui dan merangkai laporan keuangna yang

    ada dalam suatu lembaga.

    4) Koordinator program. Menyusun dan melaksanakan pokja yang sudah

    dirangkai oleoh lembaga.

    5) Bagian pembinaan mustahik. Pendataan penerima zakat yang sudah

    disesuaikan oleh lembaga.

    6) Bagian pengumpulan dana. Pengumpulan dana yang harus dilaksanakan

    di wilayah yang menjadi kewenangan lembaga.

    c. Distribusi Zakat Produktif

    Dalam Riza(2019) untuk mencapai hasil yang efektif, efisien, dan maksiaml

    agar tercapainya sasaran dan tujuan zakat, maka pengalokasian dana zakat

    digolongkan sebagai berikut:

    1) Bentuk Zakat Produktif Tradisional

    Zakat yang diberikan berupa barang produktif seperti, kambinh, sapi,

    alat cukur, dan sebagainya.Pemberian tersebut diharapkan mampu

    menciptakan usaha yang nantinya bisa menciptakan lapangan kerja bagi

    fakir miskin.

    2) Bentuk Produktif Kreatif

    Zakat yang diberikan dalam bentuk menambah modal pedagang atau

    usaha mikro ataupun modal baik sebagai membangun proyek.

  • 26

    d. Pendayagunaan Zakat Produktif

    Keberhasilan zakat bergantung pada pemanfaatannya serta pendayagunaan.

    Meskipun seseorang mampu memperkirakan zakat yang akan dikeluarkan

    dan mengetahui wajib baginya untuk menunaikan zakat. Namun zakat harus

    diberikan kepada yang berhak (Departemen Agama, 2009). Putra &

    Nurnasrina (2017) mengemukakan dalam kategori penyaluran pada orang

    yang berhak menerima zakat untuk dimanfaatkan secara langsung

    kepadaorang yangbersangkutan adalah bentuk pemanfaatan dana zakat

    sebagai pendayagunaan yang sifatnya konsumtif dan tradisional.

    Ada pula pendayagunaan yang penyalurannya dalam bentuk

    beasiswa dan peralatan sekolah ini berarti pendayagunaan dalam bentuk

    koknsumtif kreatif.Selanjutnya, penyaluran dalam bentuk barang produktif

    berarti pendayagunaan produktif tradisional.Kemudian, pendayagunaanyang

    diwujudkan dalam bentuk modal yang dipergunakan untuk membangun

    proyek sosial maupun membantu menambah modal seorang pedagang

    ataupun pengusaha kecil berarti ini merupakan pendayagunaan produktif

    kreatif.

    B. Telaah Pustaka

    Telaah pustaka ialah penelitaina yang dapat mendukung penulisan

    penelitian ini dari penelitian terdahulu yang dapat mendukung peneliti untuk

    mengambil judul dampak distribusi filatropi zakat produktif terhadap pengentasan

    kemiskinan oleh BAZNAS Kota Salatiga.

  • 27

    Hasil penelitian Aryani et al., (2019) menunjukkan bahwa zakat

    berdampak signifikan terhadap perubahan kemiskinan. Beberapa penelitian lainya

    dari Syarifudin (2018) menunjukkan bahwa ada pengaruh antara zakat terhadap

    pengentasan kemskinan, baik zakat produktif maupun konsumtif. Selanjutnya

    penelitian dari Muliadi & Amri (2019) maupun Yuliana et al., (2019) hasil

    penelitian mereka selaras bahwa zakat berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.

    Sedangkan penelitian dari Mardiana & Lihawa (2019) dan Romdhoni

    (2017) menyatakan bahwa dari penelitiannya zakat berpengaruh positif signifikan

    pada kemiskinan. Kemudian pada penelitian Sastraningsih et al., (2020) hasil

    penelitian menunjukkan bahwa Disribusi zakat untuk kesehatan berpengaruh

    positif signifikan pada kemiskinan. Selain itu dalam penelitian Dasangga et al.,

    (2020) juga menyatakan bahwa zakat berdampak positif terhadap kemiskinan.

    Pengaruh Distribusi Filantropi Zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan

    Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

    Jurnal Internasional

    No Penelitian Variabel Hasil Penelitian Beda Penelitian

    1. Bouanani &

    Belhadj(2019)

    Independen:

    (X) Zakat

    sebagai input.

    Dependen:

    (Y) Pengurangan

    Kemiskinan

    sebagai output

    Hasil penelitian

    menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired sampel t-

    test.

    2. Manara et al., Independen: Hasil penelitian Tidak

  • 28

    (2018) (X) Zakat

    Mediasi:

    (Z) Sistem

    Crowdfunding

    Dependen:

    (Y) Penurunan

    Kemiskinan

    ini menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    terhadap Y dan

    Z mampu

    memediasi X1

    terhadap Y.

    menggunakan

    variabel Z dan

    tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

    3. Ahmed

    Shaikh(2016)

    Independen:

    (X) Zakat

    Dependen:

    (Y) Pengentasan

    Kemiskinan

    Hasil penelitian

    menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

    4. Ariyani(2016) Independen:

    (X) Zakat

    sebagai input

    Dependen:

    (Y) Pengentasan

    Kemiskinan

    sebagai output

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    terh.adap Y

    Tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

    5. Khasandy &

    Badrudin(2019)

    Independen:

    (X) Zakat

    Mediasi:

    (Z) Pertumbuhan

    Ekonomi,

    Dependen:

    (Y1) Indeks

    Pembangunan

    Manusia, (Y2)

    Presentase

    Orang Miskin

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    negatif terhadap

    Z, dan Z

    berpengaruf

    negatif terhadap

    Y1, serta

    berpengaruh

    positif terhadap

    Tidak

    menggunakan

    variabel Z dan

    Y1, juga tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

  • 29

    Y2.

    6. Sastraningsih et

    al., (2020)

    Independen:

    (X1) Tingkat

    Kemiskinan

    (Jumlah Orang

    Miskin), (X2)

    Dana Zakat

    Yang

    Terkumpul, (X3)

    Distribusi Zakat

    untuk Konsumsi,

    (X4) Distribusi

    Zakat untuk

    Pendidikan, (X5)

    Distribusi Zakat

    untuk

    Kesehatan, (X6)

    Distribusi Zakat

    Produktif

    Dependen:

    (Y1) Tingkat

    Kemiskinan

    (Jumlah Orang

    Miskin), (Y2)

    Dana Zakat

    Yang

    Terkumpul, (Y3)

    Distribusi Zakat

    untuk Konsumsi,

    (Y4) Distribusi

    Zakat untuk

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X1 tidak

    signifikan

    terhadap Y4,

    berpengaruh

    negatif

    signifikan

    terhadap Y3 dan

    Y6, selanjutnya

    berpengaruh

    positif signifikan

    terhadap Y2 dan

    Y5. Untuk X2

    tidak signifikan

    terhadap Y1,

    berpengaruh

    negatif

    signifikan

    terhadap Y5,

    selanjutnya

    berpengauh

    positif signifikan

    terhadap Y3, Y4,

    dan Y6. Untuk

    X3 berpengaruh

    tidak signifikan

    terhadap Y4 dan

    Y6, berpengaruh

    negatif

    Tidak

    menggunakan

    variabel X1, X2,

    X3, X4, dan X5

    serta variabel

    dependen Y2,

    Y3, Y4, Y5, dan

    Y6. Tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

  • 30

    Pendidikan, (Y5)

    Distribusi Zakat

    untuk

    Kesehatan, (Y6)

    Distribusi Zakat

    Produktif

    signifikan

    terhadap Y1,

    selanjutnya

    berpengaruh

    postif signifikan

    terhadap Y2 dan

    Y5. Untuk

    X4berpengaruh

    tidak signifikan

    terhadap Y1, Y3,

    dan Y4,

    berpengaruh

    negatif

    signifikan

    terhadap Y6,

    selanjutnya

    berpengaruh

    positif signifikan

    terhadap Y2.

    Untuk

    X5berpengaruh

    tidak signifikan

    terhadap Y5,

    berpengaruh

    negatif

    signifikan

    terhadap Y2,

    selanjutnya

    berpengaruh

    positif signifikan

    terhadap Y1, Y3,

  • 31

    dan Y6.

    Terakhir

    X6berpengaruh

    tidak signifikan

    terhadap Y3,

    berpengaruh

    negatif

    signifikan

    terhadap Y1 dan

    Y4, selanjutnya

    berpengaruh

    positif signifikan

    terhadap Y2 dan

    Y5.

    Jurnal Nasional

    No Penelitian Variabel Hasil Penelitian Beda Penelitian

    1. Afifudin &

    Sari(2019)

    Independen:

    (X1) Zakat, (X2)

    Infaq

    Dependen:

    (Y) Penurunan

    Kemiskinan

    Hasil penelitian

    menunjukkan

    bahwa X1 dan

    X2 berpengaruh

    secara negatif

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    variabel X2 dan

    tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

    2. Aryani et al.,

    (2019)

    Independen:

    (X) Dampak

    Zakat

    Dependen:

    (Y) Perubahan

    Tipologi

    Kemiskinan

    Hasil penelitian

    menunjukkan

    bahwa terjadi

    perubahan dari

    X secara

    signifikan

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    waktu dan objek

    penelitian yang

    sama.

  • 32

    3. Damanhur &

    Nurainiah,

    (2018)

    Independen:

    (X) Zakat

    Dependen:

    (Y)

    Kesejahteraan

    Masyarakat

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    positif dan

    signifikan

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    uji paired

    sampel t-test.

    4. Syarifudin,

    (2018)

    Independen:

    (X1) Zakat

    Produktif, (X2)

    Zakat Konsumtif

    Dependen:

    (Y) Pengentasan

    Kemiskinan

    Hasil

    penelitianini

    menunjukkan

    bahwa ada

    pengaruh

    pendayagunaan

    zakat mal jenis

    X1 dan X2

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    variabel X2 dan

    tidak

    menggunakan

    uji sampelpaired

    t-test.

    5. Tanjung,

    (2019)

    Independen:

    (X) ZIS

    Produktif

    Dependen:

    (Y1)

    Pertumbuhan

    Usaha Mikro,

    (Y2)

    Kesejahteraan

    Mustahik

    Hasil

    penenelitian ini

    menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    positif dan

    signifikan

    terhadap Y1 dan

    X berpengaruh

    secara signifkan

    terhadap Y2.

    Tidak

    menggunakan

    variabel Y1 dan

    tidak

    menggunakanuji

    sampel paired t-

    test.

    6. Mardiana &

    Lihawa, (2019)

    Independen:

    (X1) Zakat

    Produktif, (X2)

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X1, X2,

    Tidak

    menggunakan

    variabel X2 dan

  • 33

    Minat

    Berwirausaha

    Dependen:

    (Y) Pendapatan

    Masyarakat

    Miskin

    dan X3

    berpengaruh

    positif dan

    signifikan

    terhadap Y.

    tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

    7. Humaira et al.,

    (2020)

    Independen:

    (X1) ZIS, (X2)

    Inflasi, (X3)

    Pertumbuhan

    GDP

    Dependen:

    (Y) Kemiskinan

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X1

    berpengaruh

    negatif dan

    signifikan

    terhadap Y.

    Sedangkan X2,

    dan X3

    berpengaruh

    positif dan

    signifikan

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    variabel X2, dan

    X3, juga tidak

    menggunakan

    uji paired

    sampel paired t-

    test.

    8. Romdhoni,

    (2017)

    Independen:

    (X)

    Pendayagunaan

    Zakat

    Dependen:

    (Y) Penigkatan

    Pendapatan

    Mustahik

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    positif dan

    signifikan

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

    10. Dasangga et al.,

    (2020)

    Independen:

    (X)

    Pendayagunaan

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X

    Tidak

    menggunakan

    waktu dan objek

  • 34

    Zakat

    Dependen:

    (Y) Perubahan

    Kuadran

    Kemiskinan

    memiliki

    dampak positif

    terhadap Y.

    penelitian yang

    sama.

    11. Muliadi &

    Amri(2019)

    Independen:

    (X) Penerimaan

    Zakat

    Moderasi:

    (Z) Dana

    Otonomi Khusus

    Dependen:

    (Y) Kemiskinan

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X dan Z

    berpengaruh

    negatif dan

    signifikan

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    variabel Z dan

    uji sampel

    paired t-test.

    12. Yuliana et al.,

    (2019)

    Independen:

    (X) Zakat, Infak,

    dan Sedekah

    (ZIS)

    Dependen:

    (Y) Kemiskinan

    Hasil penelitian

    ini menunjukkan

    bahwa X

    berpengaruh

    negatif dan

    signifikan

    terhadap Y.

    Tidak

    menggunakan

    uji sampel

    paired t-test.

    CIBEST Quadrant

    Kuadran CIBEST (Center of Islamic Business and Economic Studies-IPB)

    tergolong menjadi empat kuadran sebagai berikut:

  • 35

    Gambar 2.1. CIBEST Quadrant

    Menurut Todaro dan Smith (2012) konsep kemiskinan absolut ialah

    apabila kebutuhan dasarnya kurang dari monetary value yang telah ditentukan

    oleh BPS. Sedangkan kemiskinan materiil dilihat dari ketidakmampuan

    memenuhi sandang, pangan, dan papan.Selanjutnya mengenai kemiskinan

    spiritual dilihat melalui pemenuhan ibadah yang sudah ada pada agama Islam.

    Kombinasi antara kemiskinan materiil dan kemiskinan spiritual ini disebut

    sebagai kemiskinan absolut (Beik & Arsyianti, 2019).

    Penjelasan pada gambar 2.1. terbagi dalam dua arah yakni arah positif (+)

    dan negatif (-) dimana garis vertikal menggambarkan garis kemiskinan

    spiritual dan garis horizontal menggambarkan garis kemiskinan materiil.Tanda

    (+) menunjukkanbahwa keluarga berarti terpenuhi kebutuhanya, sedangkan

    tanda (-) berarti menunjukkan tidak terpenuhi kebutuhannya. Adanya pola

    tersebut akan ada empat kemungkinan. Pertama, keluarga yang terpenuhi

    kebutuhannya baik secara spiritual dan materiil dengan tanda (+). Inilah

    KUADRAN-IV

    (KEMISKIAN

    ABSOLUT)

    KUADRAN-III

    (KEMISKINAN

    SPIRITUAL)

    KUADRAN-I

    (SEJAHTERA)

    KUADRAN-II

    (KEMISKINAN

    MATERIIL)

    GA

    RIS

    KEM

    ISK

    INA

    N S

    PIR

    ITU

    AL

    GARIS KEMISKINAN MATERIAL

    ( - )

    ( - )

    ( + )

    ( + )

  • 36

    kuadaran I kesejahteraan, dimana sejahtera itu merupakan keluarga yang

    mampu memenuhi kebutuhan baik secara spiritual dan materiil baik secara

    ekonomi produktif dan secara ibadah juga produktif(Beik & Arsyianti, 2019).

    Kemungkinan kedua, keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan dalam

    aspekspiritual (+) akan tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam aspek

    materiilnya (-) dengan baik. Posisi tersebut akan terletak pada kuadran II, yang

    menggambarkan posisi keluarga yang berposisidalam kategori kemiskinan

    materiil. Begitupun sebaliknya, kemungkinan ketiga pada kuadran III posisi

    yang terjadi keluarga mampu secara materiil (+) namun tergolong tidak mampu

    secara spiritual (-). Sehingga posisi tersebut berada pada kategori kemiskinan

    spiritual(Beik & Arsyianti, 2019).

    Kemudian kemungkinan keempat adalah posisi terburuk dimana keluarga

    tidak mampu memenuhi kedua kebutuhan materiil dan spiritual sekaligus.

    Sehingga tanda keduanya adalah (-), inilah kategori kemiskinan absolut yang

    berada pada posisi kuadran IV(Beik & Arsyianti, 2019).

    Beik & Arsyianti(2019) pada model CIBEST kuadran kesejahteraan

    dilihat tidak seperti biasanya yang hanya dilihat secara materiil saja namun

    disini juiga secara spiritual. Kebutuhan materiil ada tiga pendekatan yang

    dilakukan antara lain:

    1) Melihat setiap bulan pada setiap keluarga mengenai kebutuhan minimal

    yang harus dipenuhi.

  • 37

    2) Memodifikasi antara garis kemiskinan per keluarga disetiap bulannya

    dengan pendekatan BPS terkait kemiskinan setiap keluarga.

    3) Menggunakan zakat perdagangan atau standar nishab zakat penghasilan.

    Sedangkan kebutuhan spiritual adalah ibadah yang harusnya

    dilaksanakan dalam agama. Dalam kebutuhan spiritual ini dilihat dari lima

    variabel antara lain shalat, puasa, zakat, infaq, sedekah, lingkungan keluarga

    dan kebijakan pemerintah.

    C. Kerangka Penelitian

    Kerangka penelitian yang dihasilkan dari penelitian terdahulu dari setiap

    variabelnya, sehingga peneliti dapat merumuskan kerangka penelitian sebagai

    berikut:

    Gambar 2.3. Kerangka Penelitian

    D. Hipotesis

    Hipotesisis berarti suatu suatu pernyataan yang tersembunyi dan belum

    diketahui kepastiannya. Hipotesis berawal dari kata hipo yang artinya tersembunyi

    BAZNAS

    Kota Salatiga

    Pengentasan Kemiskinan

    Program Zakat Produktif Model CIBEST

    Dampak Perubahan Kemskinan

    Mustahik sebelum menerima

    Program Zakat Produktif

    Dampak Perubahan Kemskinan

    Mustahik setelah menerima

    Program Zakat Produktif

    Indeks Kemiskinan Materiil

    Indeks Kemiskinan Spiritual

    Indeks Kemiskinan Absolut

    Indeks Kesejahteraan

  • 38

    sedangakan theses artinya pernyataan berikut hipotesis pada penelitian ini

    (Saefuddin et al., 2009):

    H1 :terdapat dampak distribusi filantropi zakat terhadap pengentasan kemiskinan

    absolut, kemiskinan spiritual, dan material mustahik Kota Salatiga.

  • 39

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif.

    Deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang dipergunakan untuk menguji

    hubungan antar variabel dengan teori tertentu. Variabel-variabel tersebut diukur

    (biasaya dengan instrumen penelitian) dianalisis berdasarkan prosedur statistik

    yang terdiri dari angka-angka (Noor, 2012).

    Berdasarkan penjelasan tersebut penelitian ini bersifat dekriptif kuantitatif,

    karena merupakan penelitian yang menggambarkan perubahan kemiskinan yang

    bertujuanuntuk memberi gambaran dan memecahkan masalah berdasarkan data

    yang diperoleh oleh peneliti, tentang Dampak Distribusi Filantropi Zakat

    Produktif terhadap Pengentasan Kemiskinan oleh BAZNAS Kota Salatiga.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini bertempat di BAZNAS Kota Salatiga Jl. Imam Bonjol No.

    90 C Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Slatiga Jawa Tengah 50723.Adapun

    penelitian ini dilakukan pada bulan September 2020.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi merupakan kumpulan dari seluruh sampel yang berupa

    peristiwaatau seseorang yang memiliki kriteria yang sama dan dianggap

  • 40

    sebagai semesta pada penelitian (Ferdinad, 2014).Berdasarkan pengertian

    tersebut, jadi populasi pada penelitian ini adalah mustahik 2019 sebanyak 41

    mustahik namun ada beberapa diantaranya tidak dapat digunakan.

    2. Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah

    teknik nonprobability sampling melalui purposive sampling.Nonprobability

    sampling ini ialah teknik sampling yang diambil dari seluruh anggota

    populasi yang tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan yang lain.

    Purposive samplingialah kelayakan suatu sampel yang sudah

    dipertimbangkan secara khusus dalam pengambilannya (Martono, 2012).

    Selanjutnya teknik sampel yang dipilih pada penelitian ini

    menggunakan teknik Judgement Sampling yakni pengambilan sampel yang

    dipertimbangkan oleh peneliti dan sudah disesuaikan berdasarkan masalah

    serta tujuan penelitian yang diambil (Ferdinad, 2014).

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data merupakan alur dalam perolehan data baik bentuk data

    sekunder maupun primer pada suatu penelitian (Sugiyono, 2012). Data yang

    diperlukan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer ialah narasumber

    terkait yang dimintai secara langsung dalam perolehan data(Bawono, 2006).

    Dalam penelitian ini perolehan data primer melalui kuesioner. Dimana data

    mustahik tersebut diperoleh peneliti dari BAZNAS Kota Salatiga sebagai objek

    penelitian.

  • 41

    Kuesioner (angket) bisa disebut juga self administrated ini merupakan

    pengumpulandata melalui pengiriman beberapa daftar yang harus diisi oleh

    respoden, daftar tersebut berupa pertanyaan. Pada penelitian ini kuesioner yang

    digunakan adalah kuesioner terbuka (Opened End Items) yangmerupakan suatu

    kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan tesebut dalam menjawabnya harus

    sesuai dengan pandangan atau pendapat dan pengetahuannya serta tidak

    disediakan secara terbuka ataupun bebas luas untuk dijawab.

    Selain data primer penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang

    tidak lanpgsung dalam perolehan datanya. Data tersebut diperoleh melalui media

    informasi (Bawono, 2006). Data sekunder yang diperoleh dari peneliti yaitu

    jurnal,buku, dan internet.

    E. Skala Pengukuran

    Pada penelitian ini pengentasan kemiskinan dilihat dari kesejahteraan

    mustahik baik dari posisi kemiskinan spiritual danposisi kemiskinan materiil.

    1. Garis kemiskinan spiritual dihitung berdasarkan. Kelima variabel tersebut

    adalah ibadah dalam paradigma shalat, zakat, puasa, lingkungan keluarga, dan

    kebijakan pemerintah (Beik & Arsyianti, 2019). Dalam menilai variabel

    tersebut pada penelitianini yang digunakan adalah skala likert 1 sampai 5

    berikut tabel penjelasannya.

    Tabel 3.3. Skala Likert Spiritual Mustahik

    Variabel Skala Likert Standar

    Kemiskinan 1 2 3 4 5

    Shalat Melarango Menolak Melaksa Melaksanak Melaksanak Skor rata-

  • 42

    rang lain

    untuk

    sholat

    konsep

    sholat

    nakan

    sholat

    wajib

    namun

    tidak

    rutin

    an shalat

    wajib

    namun tidak

    selalu

    berjamaah

    an shalat

    rutin

    berjamaah

    dan

    melakukan

    shalat

    sunnah

    rata untuk

    keluarga

    yang secara

    spiritual

    miskin ialah

    3 (SV=3)

    Puasa Melarang

    orang lain

    untuk

    berpuasa

    Menolak

    konsep

    berpuasa

    Melaksa

    nakan

    puasa

    wajib

    namun

    tidak

    penuh

    Hanya

    melaksanak

    an puasa

    wajib

    dengan

    penuh

    Melaksanak

    an baik

    puasa wajib

    maupun

    puasa

    sunnah

    Zakat,

    Infak,

    Sedekah

    Melarang

    orang lain

    untuk

    berzakat,

    infak, dan

    sedekah

    Menolak

    konsep

    berzakat,

    infak,

    dan

    sedekah

    Tidak

    pernah

    berinfak

    walau

    sekali

    dalam

    satu

    tahun

    Membayar

    zakat fitrah

    maupun

    zakat harta

    Membayar

    zakat fitrah,

    zakat harta,

    dan

    infak/sedek

    ah

    Lingkun

    gan

    Keluarg

    a

    Melarang

    anggota

    keluarga

    utuk

    ibadah

    Menolak

    pelaksan

    aan

    ibadah

    Mengang

    gap

    ibadah

    urusanpri

    badi

    anggota

    keluarga

    Mendukung

    ibadah

    anggota

    keluarga

    Membangu

    n suasana

    keluarga

    yang

    mendukung

    ibadah

    secarabersa

    ma-sama

    Kebijak

    an

    Pemerin

    tah

    Melarang

    ibadah

    untuk

    setiap

    keluarga

    Menolak

    pelaksan

    aan

    ibadah

    Mengang

    gap

    ibadah

    urusanpri

    badi

    masyara

    kat

    Mendukung

    ibadah

    Menciptaka

    n

    lingkungan

    yangkondus

    if untuk

    ibadah

    Sumber: Beik dan Arsyianti (2019)

    Berdasarkan tabel 3.1. nilaiSV sama dengan 3, apabila sebuah rumah

    tanga memiliki skor kurang dari sama dengan 3 maka rumah tangga tesebut

    dalam kategori miskin spiritual. Namun akan sebaliknya apabila rumah tagga

  • 43

    memiliki skorlebih dari 3 maka rumah tangga tersebut dalam kategori kaya

    spiritual dan dapat disebut juga sejahtera secara spiritual.

    2. Garis kemiskinan materiil dalam penelitian ini dihitung menggunakan

    modifikasi garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS Kota Salatiga yaitu Rp

    418 955.00 dan total jumlah penduduk beserta rumah tangga masing-masing

    sebesar 195 563 jiwa dan 65 307 rumah tangga (dataku.salatiga.go.id).

    Dikategorikan kaya secara materil apabila skor kebutuhan keluarga sama

    dengan MV (standar minimal kebutuahan materiil yang harus dipenuhi

    keluarga).

    Sehingga MV= 418 955 x 2.994 = 1 254 568.37

    F. Definisi dan Konsep Operasional

    Pada penelitian ini menurut Kusnadi(2008) operasional variabel

    merupakan suatu cara yang didasarkan padaperihal yang didefinisikan yang bisa

    diamati atau diobservasikan serta bisa diukur. Sedangkan variabel itu sendiri

    merupakan konstruk yang sifatnya telah diberi angka (kuantitatif) maupun

    kualitatif yang dapat berubah-ubah nilainya (Siregar, 2014). Pada penelitian ini

    ada dua macam variabel sebagai berkut:

    1. Variabel bebas / independent variable

    Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab ataupun yang

    mempengaruhi variabel lain (variable independent). Variabel ini juga sering

    disebut sebagai variabel bebas, prediktor (Siregar, 2014). Adapun yangmenjadi

  • 44

    variabel independen pada penelitian ini adalah dampak distribusi filantropi

    zakat produktif.

    2. Variabel terikat / dependent variable

    Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,

    dengan adanya vaiabel lain (variabel bebas). Variabel ini juga sering disebut

    sebgai variabel terikat,(Siregar, 2014).Adapun yang menjadi variabel dependen

    dalam penelitian ini adalah pengetasan kemiskinan yang dilihat dari perubahan

    tipe kemiskinan spiritual, materiil, absolut, dan kesejahteraan mustahik.

    G. Instrumen Penelitian

    1. Indikator Kemiskinan Materiil

    Pendapatan mustahik sebelum dan setelah menerima program zakat

    produktif dri Baznas Kota Salatiga. Suatu keluarga dikatakan miskin apabila

    pendapatan mereka berdada dibawah nilai MV, dan begitu pula sebaliknya

    (Beik & Arsyianti, 2019).

    2. Indikator Kemiskinan Spiritual

    Dilihat melalui kebutuhan minimal spritual dalam model CIBEST skor rata-

    rata untuk keluarga miskin secara spiritual adalah SV = 3. Indikator

    kemiskinan spiritual terdiri dari lima variabel(Beik & Arsyianti, 2019).

    H. Uji Instrumen Penelitian

    1. Deskrptif Statistik

    Analisis deskriptif ststistik digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

    objek penelitian(Aryani et al., 2019). Menurut (Imam, 2013) analisis statistik

    deskriptif untuk memberikan gambaran ataupun deskripsi mengenai data yang

  • 45

    dilihat dari beberapa nilai diantaranya rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

    maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness.Gambaran objek

    yang menjadi penelitian ini meliputi, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan

    pekerjaan.

    2. Uji Validitas

    Uji ini dilakukan untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan yang

    kemudian daftar pertanyaan tersebut pada umumya mendukung suatu

    kelompok variabel tertentu.Uji ini dilakukan pada setiap butir soal.Butir

    pertanyaan dikatakan valid apabila rtabel

  • 46

    Uji reabilitas untuk menilai kestabilanukuran dan konsistentsi responden dalam

    menjawab kuesioner.Kuesioner ini mencerminkan konstruk sebagai dimensi

    suatu variabelyang disusun dalam bentuk pertanyaan. Uji ini akan dilakukan

    secara bersama-sama pada seluruh pertanyaan. Dikatakan reliabel apabila nilai

    alpha > 0.60. Berikut rumus alfa cronbach(Noor, 2012):

    [

    ] [

    ]dimana rumus

    ∑ ∑

    Keterangan:

    rii = reliabilitas instrumen

    k = banyaknya butir soal atau pertanyaan

    ∑σ2 = jumlah butir soal atau pertanyaan

    σ 12 = variasi total

    4. Uji Normalitas

    Pada uji normalitas bertujuan apakah dalam suatu model, variabel dependen,

    variabel independen,atau keduannya berdistribusi normal atautidak

    Sugiyono(2010), sebagai berikut:

    a. H0 : data berdistribusi normal

    b. Ha : data tidak berdistribuai normal.

    Dasar pengambilan keputusan:

    a. Apabila nilai sig> 0,05 maka H0 diterima

    b. Apabila nilai sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak.

    5. Uji Beda Paired Sample t Test

  • 47

    Uji ini menurut Santoso (2010) dalam Aryani et al., (2019) dilakukan untuk

    mengetahui perubahan kemiskinan sebelum dan setelah menerima program

    zakat produktif. Melalui pengujian dua sampel berpasangan dengan

    pengambilankeputusan sebagai berikut:

    a. Apabila sig. (2-tailed) < 0,05 maka Ha diterima sedangkan H0 ditolak

    b. Apabila sig. (2-tailed) ≥ 0,05 maka Ha ditolak sedangkan H0 diterima

    I. Alat Analisis

    Analisis ini menggunakan dua cara yakni menggunakan model CIBEST

    dan uji beda pada aplikasi statistik yakni SPSS. Pertama,pada model CIBEST

    dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisikesejahteraan mustahik

    pada saat sebelum dan sesudah menerima zakat produktif dari BAZNAS Kota

    Salatiga(Beik & Arsyianti, 2019).

    1. Untuk menentukan garis kemiskinan dan garis kemiskinan spiritual di Kota

    Salatiga.

    a. Pada penelitian ni untuk menentukan nilai MV (standar minimal kebutuhan

    material yang harus dipenuhi keluarga) adalah sebesar Rp 1 254 568.37.

    b. Pada penelitian ini untuk menentukan nilai spiritual keluarga, pertama harus

    dihitung terlebih dahulu skor spiritual masing-masing anggota keluarga

    menggunakan rumus berikut:

    Keteragan:

    Hi = nilai aktual kemiskinan spiritual anggota ke-i

  • 48

    Vpi = nilai sholat anggota keluarga ke-i

    Vfi = nilai puasa anggota keluarga ke-i

    Vzi = nilai zakat anggota keluarga ke-i

    Vhi = nilai lingkungan keluarga menurut anggota ke-i

    Vgi = nilai kebijakan pemerintah enurut anggota keluarga ke-i

    Dari hasil diatas, kemudian menentukan skor spiritual rumah

    tangga/keluarga, dengan menjumlahkan skor seluruh anggota keluarga dan

    membaginya dengan jumlah anggota keluarga, dengan rumus dibawah ini:

    Keterangan:

    SH = nilai rata-rata kondisi pada indikator spiritual keluarga

    Hi = nilai kondisi pada indikator spiritual anggota keluarga ke-i

    MH = total anggota keluarga

    Pada nilai SH diatas akan terlihat nilai spiritualitas suatu keluarga,

    maka dapat dihitung berapa nilai spiritualitas setiap keluarga pada

    suatuwilayah dan bahkan suatu negara, dengan formula sebagai berikut:

    Keterangan:

    SS = nilai rata-rata kondisi indikator spiritual kesehahteraan keluarga

    yang diamati

    SHk = nilai kondisi indikator spiritual keluarga ke-k

  • 49

    N = jumlah seluruh keluarga yang diamati di suatu wilayah/negara

    2. Untuk menghitung pendapatan mustahik yang menerima program zakat

    produktif dari BAZNAS Kota Salatiga. Apabila pendapatan keluarga melebihi

    nilai MV maka keluarga dapat kategori kaya materiil. Sebaliknya apabila

    pendapatan keluarga dibawah nilai MV maka dikategorikan dalam miskin

    materiil.

    3. Cara memasukkan ke dalam kategori kuadran CIBEST dalam konteks

    negara/wilayah apabila nilai SS > SV maka dapat disimpulkan bahwa kondisi

    spiritual masyarakat tersebut baik atau berkecukupan. Apabila nilai SS ≤ SV

    maka kondisi spiritual masyarakat tersebut dalam posisi miskin atau

    kekurangan. Dengan begitu, setelah diketahui nilai MV dan SV masing-masing

    keluarga akan dimasukkan kedalam pengelompokkan kuadran CIBEST (Beik

    & Arsyianti, 2019).

    Kombiansi Nilai Aktual SV dan MV

    Tabel 3.4. Kombinasi Skor Aktual Nilai SV dan MV

    Skor Aktual ≤ Nilai MV >Nilai SV

    >Nilai MV

    Kaya secara Spiritual,

    Miskin secara Materiil

    (Kuadran II)

    Kayasecara Spiritual, Kaya

    secara Materiil

    (Kuadran I)

    ≤ Nilai SV

    Miskin secara Spiritual,

    Miskin secara Materiil

    (Kuadran IV)

    Miskin secara Spiritual,

    Kaya secara Materiil

    (Kuadran III)

    Sumber: Beik dan Arsyianti (2019)

  • 50

    4. Langkah selanjutnya setelah pengelompokkan diatas adalah menghitung setiap

    kuadran CIBEST untuk mendapatkan indeks kesejahteraan (Kuadran I), indeks

    kemiskinan materiil (Kuadran II), indeks kemiskinan spiritual (Kuadran III),

    dan indeks kemiskinan absolut (Kuadran IV).

    a. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesejahteraan tersebut

    sebagai berkut:

    Keterangan:

    W = indeks kesejahteraan (0≤W≤1)

    w = jumlah keluarga yangkaya materiil dan spiritual

    N = total jumlah keluarga yang diteliti

    b. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kemiskinan materiil

    sebagai berikut:

    Katerangan:

    Pm = indeks kemiskinan materiil; 0 ≤ Pm ≤ 1

    Mp = jumlah keluarga yang miskin secara materiil namun kaya secara

    spiritual

    N = jumlah populasi (total keluarga yang diamati)

    c. Formula untuk menghitung indekskemiskinan spiritual sebagai berikut:

  • 51

    Keterangan:

    Ps = indeks kemiskinan spiritual; 0 ≤ Ps ≤ 1

    Sp = jumlah keluarga yang miskin secara spiritual tetapi kaya secara

    materiil

    N = jumlah populasi (total keluarga yang diamati)

    d. Formula untuk indeks kemiskinan absolut sebagai berikut:

    Keterangan:

    Pa = indeks kemiskinan absolut; 0 ≤ Pa ≤ 1

    Ap = jumlah keluarga yang miskin secara spiritual dan miskinsecara

    materiil

    N = jumlah populasi (total keluarga yang diamati)(Beik & Arsyianti,

    2019).

    Selanjutnya alat analisis yang kedua, untuk mengetahui ada atau

    tidaknya perubahan terhadap kemiskinan mustahik di Kota Salatiga sebelum

    dan sesudah menerima program zakat produktif, maka akan dilakukan uji

    beda paired sampel t-test. Paired sampel t-test dilakukan untuk menguji

    perbedaan dua sampel yangberpasangan.Paired sampel t test dilakukan jika

    data berdistribusinormal, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai

    berikut:

    1. Apabila probabilitas (Asymp. Sig) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha

    diterima.

  • 52

    2. Apabila probabilitas (Asymp. Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima dan

    Haditolak.

    Alat analisis diatas menggunakan program SPSS 23 (Statistical

    Product and Service Sollution) untuk mengetahui hasil dari Uji beda Paired

    Sample r-Test. SPSS 23 adalahsebuah program komputer statistik yang

    berfungsi pengelola data-data statistik secara tepat, serta menghasilkan

    mampu output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Statistik

    merupakan sebagai suatu kegiatan yangbertujuan untuk mengumpulkan

    data, meringkas atau menyajikan data kemudian menganalisis data dengan

    menggunakan metode tertentu dan menginterprestasikan hasil dari analisis

    tersebut.

  • 53

    BAB IV

    ANALISIS DATA

    A. Statistik Deskriptif

    1. Deskripsi Obyek Penelitian

    a. Profil BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Salatiga

    Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah badan resmi yang

    didirikan oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8

    Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan

    menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.

    Adanya UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin

    mengukuhkan peran dari BAZNAS yang berwenang melakukan

    pengelolaan zakat secara nasional.Pada UU tersebut, BAZNAS

    dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat

    mandiri dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Mentri

    Agama(baznas.go.id, n.d.).

    Berdirinya BAZNAS di berbagai wilayah peneliti mengambil

    salah satu BAZNAS yang berdiri di Jawa Tengah yakni BAZNAS Kota

    Salatiga.Dikarenakan belum ada penelitian sebelumnya di lokasi obyek

    tersebut.

    b. Visi, Misi Dan Tujuan BAZNAS Kota Salatiga

    1) Visi BAZNAS

    Menjadi pengelola Zakat terbaik dan terpercaya di dunia.

  • 54

    2) Misi BAZNAS

    a) Terkoordinasinya BAZNAS kota dalam mencapai tujuan nasional.

    b) Pengumpulan zakat nasional yang optimal.

    c) Termoderasinya kesenjangan sosial serta, pendayagunaan dan