dampak pengeluaran wisatawan menyelam terhadap

22
Paper disampaikan dalam Senastek III 2016 pada tanggal 15-16 Desember 2016 di patra asa bali Resort and Villa’s Kuta Badung, Bali 1 DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT PESISIR BALI Oleh: I Wayan Suardana 1 , dan Ni Made Ariani 2 1 PS Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata, Badung Bali, 08188348472, e: mail [email protected] dan [email protected] 2 PS D4 Pariwisata Fakultas Pariwisata, Badung Bali. Abstrak Penelitian ini memberikan gambaran sejauh mana ekonomi lokal dan jasa ekosistem laut berhubungan. Tulamben dan Pemuteran merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya ekosistem terumbu karang yang perlu dikonservasi, selain menjadi tempat rekreasi dengan orientasi pada ekonomi. Penelitian ini menemukan perkiraan jumlah wisatawan yang diving dan snorkeling di kaasan Tulamben dan Pemuteran mencapai 330.835 penyelam per tahun, dengan pengeluaran aktual tahunan sebesar US$456,6 juta per tahun. Dampak pariwisata terhadap perekonomian Bali secara ekonomis diperoleh sebesar 456,6 juta per tahun. Tingginya nilai ekonomis yang diperoleh pemerintah dan masyarakat secara makro, memberikan indikasi akan peningkatan secara signifikan kegiatan diving di kawasan tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa ekonomi lokal dan jasa ekosistem berhubungan erat, pariwisata dan persepsi yang ditimbulkan saat ini dengan isu-isu lingkungan dan nilainya memberikan peluang pada peningkatan usaha makro pariwisata tetapi juga menimbulkan ancaman pada keberlanjutan ekosistem bawah laut. Keywords: pengeluaran langsung, jasa ekosistem, dan diving Abstract This research illustrates the extent of local economy and services related to marine ecosystems. Tulamben and Pemuteran are places to growth and develop coral reef ecosystems that need to be conserved, in addition to become places for recreation with the economy orientation. This study found the estimated number of tourists who were diving and snorkeling in Tulamben and Pemuteran that reached 330.835 divers per year, with annual actual expenditures amounted to US$ 456.6 million per year. The impact of economy in Bali comes into 456.6 million per year. The high economic value achieved by the government and society as a macro, gives an indication of the significant increase diving activities. These conditions resulted in a decrease in the user population (ecosystem services) yearly, which indirectly will lower tourist spending per year. This indicates that the local economy and is closely related ecosystem services, tourism and perception of current caused by environmental issues and its value in Pemuteran and Tulamben provides opportunities for business improvement macro, but also poses threat to the sustainabilities of the underwater ecosystem. Keywords: direct expenditure, ecosistem services, and diving 1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu kegiatan pembangunan dengan prospek pertumbuhan tinggi. Keprihatinan akan kemiskinan di daerah tujuan wisata menjadi perhatian dari para cendekiawan, komponen wisata, dan wisatawan. Usaha- usaha yang dilakukan untuk dapat mengentaskan kemiskinan adalah dengan mengikutsertakan dan menjadikan masyarakat subjek kepariwisataan yang berpartisipasi langsung dalam mengentaskan kemiskinan. Kesenjangan terjadi pada saat perkembangan pariwisata begitu pesat, tetapi tidak memberikan dampak langsung pada masyarakat, justru terjadi degradasi lingkungan laut yang semakin besar. Di Pulau Bali, berbagai kegiatan di laut Created in Master PDF Editor - Demo Version Created in Master PDF Editor - Demo Version

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Paper disampaikan dalam Senastek III 2016 pada tanggal 15-16 Desember 2016 di patra asa bali Resort and Villa’s Kuta Badung, Bali 1

DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM

TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT PESISIR

BALI

Oleh: I Wayan Suardana1, dan Ni Made Ariani

2

1PS Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata, Badung Bali,

08188348472, e: mail [email protected] dan [email protected] 2 PS D4 Pariwisata

Fakultas Pariwisata, Badung Bali.

Abstrak Penelitian ini memberikan gambaran sejauh mana ekonomi lokal dan jasa ekosistem

laut berhubungan. Tulamben dan Pemuteran merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya

ekosistem terumbu karang yang perlu dikonservasi, selain menjadi tempat rekreasi dengan

orientasi pada ekonomi. Penelitian ini menemukan perkiraan jumlah wisatawan yang diving dan

snorkeling di kaasan Tulamben dan Pemuteran mencapai 330.835 penyelam per tahun, dengan

pengeluaran aktual tahunan sebesar US$456,6 juta per tahun. Dampak pariwisata terhadap

perekonomian Bali secara ekonomis diperoleh sebesar 456,6 juta per tahun. Tingginya nilai

ekonomis yang diperoleh pemerintah dan masyarakat secara makro, memberikan indikasi akan

peningkatan secara signifikan kegiatan diving di kawasan tersebut. Kondisi ini menunjukkan

bahwa ekonomi lokal dan jasa ekosistem berhubungan erat, pariwisata dan persepsi yang

ditimbulkan saat ini dengan isu-isu lingkungan dan nilainya memberikan peluang pada

peningkatan usaha makro pariwisata tetapi juga menimbulkan ancaman pada keberlanjutan

ekosistem bawah laut.

Keywords: pengeluaran langsung, jasa ekosistem, dan diving

Abstract

This research illustrates the extent of local economy and services related to marine

ecosystems. Tulamben and Pemuteran are places to growth and develop coral reef ecosystems that

need to be conserved, in addition to become places for recreation with the economy orientation.

This study found the estimated number of tourists who were diving and snorkeling in Tulamben

and Pemuteran that reached 330.835 divers per year, with annual actual expenditures amounted

to US$ 456.6 million per year. The impact of economy in Bali comes into 456.6 million per year.

The high economic value achieved by the government and society as a macro, gives an indication

of the significant increase diving activities. These conditions resulted in a decrease in the user

population (ecosystem services) yearly, which indirectly will lower tourist spending per year. This

indicates that the local economy and is closely related ecosystem services, tourism and perception

of current caused by environmental issues and its value in Pemuteran and Tulamben provides

opportunities for business improvement macro, but also poses threat to the sustainabilities of the

underwater ecosystem.

Keywords: direct expenditure, ecosistem services, and diving

1. PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu kegiatan pembangunan dengan prospek

pertumbuhan tinggi. Keprihatinan akan kemiskinan di daerah tujuan wisata menjadi

perhatian dari para cendekiawan, komponen wisata, dan wisatawan. Usaha- usaha yang

dilakukan untuk dapat mengentaskan kemiskinan adalah dengan mengikutsertakan dan

menjadikan masyarakat subjek kepariwisataan yang berpartisipasi langsung dalam

mengentaskan kemiskinan. Kesenjangan terjadi pada saat perkembangan pariwisata

begitu pesat, tetapi tidak memberikan dampak langsung pada masyarakat, justru terjadi

degradasi lingkungan laut yang semakin besar. Di Pulau Bali, berbagai kegiatan di laut

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 2: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

2

seperti snorkeling dan diving merupakan bentuk-bentuk pariwisata umum yang menjadi

pendorong ekonomi lokal (Suardana, 2015). Dalam studi ini, dikaji ekonomi pariwisata

yang ada dalam hubungannya dengan kapasitas rekreasional ekosistem kelautan di

Pemuteran dan Tulamben, Bali.

Komunitas di daerah-daerah pesisir, dalam berbagai skala telah menyesuaikan

dirinya untuk menyediakan layanan jasa pariwisata dengan tujuan untuk mendatangankan

pendapatan yang berdampak pada perubahan perekonomian. Komunitas ini tumbuh dan

berkembang dengan mengembangkan berbagai usaha jasa pariwisata, seperti pondok

wisata, jasa diving, dan pemandu wisata. Penelitian ini mengkaji nilai penting ekonomi

dari pariwisata berbasis ekosistem tersebut pada perekonomian lokal di Pemuteran dan

Tulamben, serta mempertimbangkan kemungkinan dampak yang akan muncul bila terjadi

degradasi lingkungan laut terhadap aktivitas ekonomi. Dengan mengidentifikasi

pengeluaran pengguna (jasa ekosistem) individual (berdasarkan analisis pengeluaran

langsung), sebuah metrik moneter digunakan untuk menggambarkan pengeluaran

langsung oleh para wisatawan yang menjadikan Pemuteran dan Tulamben sebagai tempat

aktifitas diving maupun kegiatan rekreasional lainnya. Penelitian yang terkait dengan

penelitian ini dilakukan oleh Naipinit dan Triracharya (2010), di Thailand. Dalam

manajemen pariwisata dan modernisasi peran masyarakat lokal sangat penting khususnya

partisipasi masyarakat dalam atraksi wisata dan kehidupan masyarakat pedesaan.

Penelitian di atas selaras dengan temuan Amir and Jiddawi (2007, 551-558) bahwa

pengembangan pariwisata di Kizimkazi sukses, dengan melakukan konservasi lumba-

lumba dan peran masyaralat lokal. Pengali ekonomis bersifat sangat spesifik untuk tiap

lokasi, maka dari itu pengali pariwisata yang telah dikalkulasikan khusus untuk Bali telah

diaplikasikan dalam studi ini. Toh, et al (2004) menggunakan pendekatan input output

untuk mengkalkulasikan pengali pariwisata, sementara Antara (1999) menggunakan

sebuah matriks akuntansi sosial (SAM). Menurut Toh, et al (2004) pengali yang memiliki

nilai lebih rendah yaitu sebesar 1,4, sedangkan menurut Antara (1999) mayoritas efek

pengali ini memperhitungkan efek pengeluaran sektor produksi (dengan nilai pengali

2,203), sedangan sisanya memperhitungkan efek pengali seperti tenaga kerja, modal, dan

institusional.

Jasa ekosistem semakin diakui sebagai suatu hal yang penting terhadap

pembangunan ekonomi. Terdapat berbagai literatur yang berkembang di bidang

manajemen lingkungan terkait pelestarian keanekaaragaman hayati merupakan hal yang

terpenting di dalam melestarikan jasa ekosistem (Brooks et al, 2006; Hanley et al, 1995;

Turner et al, 2007).Costanza (1987) memperkirakan nilai ekosistem jasa lingkungan

dunia berada dalam kisaran US$ 16-54 triliun per tahun (Margules, et al, 2014). Angka

tersebut diperoleh dengan cara mengidentifikasi berbagai komponen ekosistem yang

memberikan kontribusi pada kesejahteraan manusia, serta menyimpulkan nilai komponen

tersebut berdasarkan penelitian penilaian yang dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan masalah diatas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah

memahami nilai dari Pemuteran dan dan Tulamben sebagai destinasi wisata bahari

bersesuian dengan apa yang diperlihatkan oleh pengeluaran nyata wisatawan yang

dihasilkan melalui aktivitas`wisata bahari, serta persepsi wisatawan dalam

mempertahankan nilai lingkungan untuk masa yang akan datang. Secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk: Menganalisis pengeluaran nyata (actual expenditure)

dalam aktivitas wisata diving dan bagaimanakah kontribusinya terhadap perekonomian

masyarakat lokal di Pemuteran dan Tulamben.

2. METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini adalah survei sehingga instrumen yang

digunakan adalah angket. Populasi dalam penelitian ini adalah Wisatawan

Mancanegara dan wisatawan Nusantara yang b e r k u n j u n g k e P e m u t e r a n

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 3: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

d a n T u l a m b e n . Penelitan ini merupakan penelitian yang sangat dipengaruhi

oleh musim kunjungan yang berlaku dalam satu tahun, sehingga penelitian ini

dilakukan dalam tiga musim kunjungan dalam satu tahun.

Survei kondisi awal dengan variasi musiman pada peak season dan low

season, sehingga teridentifikasi kondisi eksisting pola pengeluaran wisatawan

secara menyeluruh. Sampel pertama atau perintis diambil selama 6 bulan, dimana

sebanyak 125 orang diambil dalam survei periode ini. Pengumpulan sampel saat

ini ditujukan untuk mengidentifikasi efektivitas survey dalam mencari data yang

diperlukan. Metode analisis data digunakan metode kualitatif dan kuantitatif

maka analisis data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensia

sederhana.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi bawah laut yang indah dan didukung berbagai fasilitas mengakibatkan

wisata diving berkembang dengan pesat di Bali. Ada beberapa kawasan perairan Bali

yang sudah dikembangkan sebagai objek wisata bahari yaitu Kawasan Tanjung Benoa

dan Sanur, Kawasan Candidasa, Kawasan Tulamben, Kawasan Nusa Penida, dan

Pemuteran. Berdasarkan wawancara dan observasi, rata-rata daerah penyelaman di

perairan Pulau Bali, memiliki visibility atau daya pandang minimum berkisar 15-30 meter

atau kategori baik. Pelbagai biota terumbu karang masih baik, dengan pilihan lokasi

penyelaman yang bervariasi.

1. Pengeluaran Wisatawan Diving dan Arti Pentingnya Perekonomian Daerah Hasil penelitian menunjukkan wisatawan yang melakukan diving dan snorkling

di kawasan Tulamben dan Pemuteran mencapai 330.835 orang per tahun. Karakteristik

wisatawan adalah penyelam pemula “picnikers” dengan usia muda, pengalaman

menyelam 1--5 tahun, dan berpendidikan tinggi. Pola kunjungan wisatawan adalah

repeater dengan length of stay 4--5 hari dan waktu yang dihabiskan untuk menyelam

rata-rata 1--2 jam. Wisatawan yang diving di Bali telah memiliki perencanaan diving 3-5

bulan sebelum ke Bali. Hal ini ditunjukkan dengan menjadikan Bali sebagai pilihan

utama untuk aktivitas diving. Aktivitas ikutan yang menjadi pilihan adalah Spa dan night

club. Wisatawan memilih Bali sebagai lokasi penyelaman karena keanekaragaman hayati

bawah laut dan kontelasi objek yang beragam dan berdekatan.

Dari 125 sampel yang dikaji dalam penelitian ini, 80,8% menyebutkan

“berdiving” sebagai alasan utama mereka pergi ke Tulamben dan Pemuteran. Meskipun

ada perbedaan kecil antara sampel Peak dan Off-peak Season, hal tersebut tidak

berpengaruh besar pada analisis yang dibuat.. Jumlah pengguna dalam periode Peak

Season diperkirakan mencapai rata-rata 1189 per hari. Sedangkan selama periode Mid-

Season atau musim antara yang bergantung pada fluktuasi angin, mendapatkan rata-rata

891 pengguna per hari. Off-peak Season selama musim hujan menyediakan kondisi yang

paling tidak menguntungkan bagi kegiatan diving, dan oleh karena itu menerima paling

sedikit pengunjung, yaitu di angka 455 pengguna per hari.

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 4: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

4

Tabel 1 Kunjungan Musiman dan Populasi Pengguna Tahunan

Bulan Musim

Wisata

Rata-rata

Pengguna

Harian Per Hari

Berdasarkan

Musim Wisata

Rata-rata

Hari Per

Musim

Wisata

Rata-rata

jumlah

Pengguna

Per Musim

Wisata

Perkiraan Jumlah

Rata-rata Populasi

Pengguna Tahunan

(So x Do) + (Sm x Dm)

+ (Sp x Dp)

Januari Off-peak

season So = 455 Do = 91

So x Do =

71.034

330.835

Februari

Maret

April

Mid-season Sm = 891 Dm = 122 Sm x Dm =

67.168

Mei

Juni

Desember

Juli

Peak

Season Sp = 1189 Dp = 152

Sp x Dp =

132.840

Agustus

September

Oktober

November

Sumber: hasil penelitian, 2016

Hasil analisis menemukan bahwa perkiraan populasi pengguna tahunan telah

dikalkulasikan menjadi 330.835 individu per tahun. Informasi tersebut digunakan di

dalam proses komputasi “total pengeluaran (pengguna, ed.) tahunan” (total annual

expenditure) dan “pengeluaran individu rata-rata” (average individual expenditure) yang

dikaitkan dengan penggunaan titik diving (atau surf break, ed) tertentu. Meskipun ada

ketidakpastian dalam perkiraan seperti ini, namun pendekatan ini dapat diterima dalam

konteks penilaian partisipatif cepat (rapid participatory appraisal). Selanjutnya, karena

80,8% menyebutkan diving sebagai alasan utama mereka mengunjungi Tulamben dan

Pemuteran, kita dapat menyimpulkan bahwa sebanyak 267.315 individu telah

memberikan kontribusi pengeluaran setiap tahunnya berdasarkan alasan tersebut sebagai

konsekuensi langsung dari penggunaan potensi bawah laut sebagai jasa ekosistem.

Pengeluaran individu rata-rata per hari (tidak termasuk biaya perjalanan ke Bali dan biaya

eksternal lainnya) adalah sebesar US$ 60,74 untuk Off-peak Season, US$147,77 untuk

Mid-season, dan US$134,81 untuk Peak-season, dan ketika ditambahkan dengan total

populasi pengguna tahunan, angka ini menjadi perkiraan minimum dari total pengeluaran

tahunan nyata para wisatawan diving di Tulamben dan Pemuteran, yaitu US$35,3 juta per

tahun.

Perhitungan pengeluaran wisatawan yang diving dan snorkling rata-rata per hari

(tidak termasuk biaya perjalan ke Bali dan biaya eksternal lainnya) adalah sebesar US$

850,74 untuk Off-peak Season, US$ 945,77 untuk Mid-season, dan US$ 976,81untuk

Peak-season, dan ketika ditambahkan dengan total pepulasi pengguna tahunan, angka ini

menjadi perkiraan minimum dari total pengeluaran tahunan nyata para wisatawan diving

di Tulamben dan Pemuteran, yaitu US$456,6 juta per tahun (lihat Tabel 2).

Tabel 2 Kalkulasi Pengeluaran Tahunan

Musim

Wisata

Pengunjung

Individual Per Musim

Wisata

Pengeluaran yang

Dihitung (Rata-rata Per

Orang Dalam US$)

Pengeluaran Per

Musim Wisata

(Dalam US$)

Pengeluaran

Tahunan

(Dalam US$)

Off-

Peak

Season

63.930 160.74 10.276.204,60

35.326.909,74 Mid- 60.452 147.775 8.933.274,22

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 5: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Season

Peak

Season 119.556 134.81 16.117.430,87

Sumber: hasil penelitian 2016

Seperti dijelaskan diatas, untuk memahami efek makro ekonomi dari pengeluaran

dalam konteks perekonomian Bali, pengali ekonomis kemudian digunakan. Dua pengali

pariwisata yang tersedia untuk Bali diilustrasikan dalam Tabel 5.5 Angka-angka ini

mengindikasikan bahwa dampak ekonomi keseluruhan dari wisata diving di Tulamben

dan Pemuteran berkisar dari US$ 49,5 juta hingga US$ 132,2 juta per tahun. Lebih dari

itu, nilai dari pengeluaran nyata di Tulamben dan Pemuteran sebesar US$ 35,5 juta per

tahun akan memberikan kontribusi kepada devisa bagi Indonesia sebagai satu kesatuan.

Dalam hubungan perekonomian Bali, angka tersebut merepresentasikan kontribusi yang

signifikan. Dampak 35,3 US $ pengeluaran tahunan memiliki dampak pada peningkatan

ekonomi daerah, selain tumbuhnya ekonomi masyarakat lokal dari aktivitas ikutan.

Dampak ikutan yang muncul seperti usaha restoran, cendramata, warung makan, jasa

foto, dan lain-lain. Aktivitas ini banyak memberikan kontribusi secara langsung pada

masyarakat tetapi tidak dihitung secara makro.

Berdasarkan pada persepsi masyarakat ditemukan bahwa kegiatan dan usaha

diving maupun snorkeling membutuhkan kemampuan penyelam yang berkualitas.

wisatawan saat ini yang menyelam di Tulamben dan Pemuteran dominan sudah

mendapatkan sertifikat penyelam, akan menjadi kenggotaan dari sebuah lembaga

penyelam. Wisatawan yang ke Bali 90,8% sudah memiliki sertifikat penyelam dari

berbagai asosiasi penyelaman dan sudah menjadi keanggotaan dari asosiasi penyelam.

Bahkan 28% wisatawan disertifikasi oleh PADI, dan 20% oleh CMAS. Apabila

diperhatikan pola usaha dan sertifikasi dari aktivitas diving dan snorkeling, memang

secara umum akan memberikan proses yang cukup panjang. Wisatawan yang menjadi

anggota dari lembaga sertifikasi luar negeri, sehingga pengeluaran wisatawan di Bali

akan kembali lagi ke negara pemberi ijin atau sertifikat. Selain itu, alat dan piranti dari

diving merupakan perlengkapan standar penyelaman di datangkan dari luar.

2. Persepsi Wisatawan terhadap Pentingnya Kualitas Lingkungan dan Jasa Wisata

Diving di Pemuteran dan Tulamben

Kualitas layanan jasa wisata diving juga harus diukur persepsi wisatawan saat ini

dari kodisi lingkungan, pengalaman dan pemahamam akan tingkat kepuasan dari para

wisatawan. Dalam penelitian ini pengukuran kepuasan digunakan indikator yang bersifat

persepsi menyeluruh terhadap pengalaman yang diperoleh selama melakukan wisata

diving. Indikator tersebut adalah 1) diving menjadi pilihan utama berwisata, 2)

pengalaman yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan, 3) secara keseluruhan

lingkungan diving di Bali sesuai harapan, 4) secara keseluruhan layanan yang diberikan

sesuai harapan, 5) secara keseluruhan kebutuhan akan diving terpenuhi, dan 6) secara

keseluruhan senang diving di Bali. Berdasarkan indikator tersebut diketahui bahwa

wisatawan yang diving di Bali dominan memberikan persepsi terbaik pada layanan sesuai

dengan harapan. Pengukuran indikator kepuasan oleh wisatawan diukur secara

keseluruhan, sehingga pengamatan yang spesifik dari indikator layanan tidak secara detail

diukur oleh wisatawan. Pada sisi lain, Aksu, et al (2010), Bosque, et al (2009), Musa, et

al, (2006), menyatakan pentingnya pengukuran pengalaman wisatawan kedatangan

sampai akhir wisatawan melakukan diving. Produk wisata diving harus dilakukan dan

dirasakan oleh wisatawan sendiri. Untuk kepentingan peningkatan kepuasan pada

layanan, maka diperlukan pengukuran yang lebih lengkap tingkat kepuasan wisatawan

pada kinerja layanan yang diperoleh selama berwisata di Bali. Untuk hal tersebut

penelitian ini melengkapi tingkat kepuasan wisatawan dengan mengukur kesenjangan

harapan dan persepsi wisatawan selama diving di Bali. Untuk menentukan kepuasan

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 6: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

6

wisatawan dengan menggunakan 17 indikator kepuasan dari Musa, et al (2006) dan

Cronin, et al (2000).

Pandangan yang dirasakan para pelaku diving mengenai kondisi lingkungan lokal

sangat beragam. Kepuasan merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan

komitmen, dana, dan sumber daya manusia. Agar dapat bertahan hidup, destinasi harus

mampu menciptakan pertukaran yang berkesinambungan yang dibangun melalui tingkat

kepuasan dengan mencari kesenjangan harapan dan persepsi (Hasan, 2013: 108).

Kesenjangan ini akan menunjukkan apabila harapan lebih besar dari persepsi maka

wisatawan kecewa atau tidak puas; jika harapan sama dengan persepsi maka wisatawan

mengalami konfirmasi harapan; jika harapan wisatawan lebih rendah dari persepsi maka

wisatawan puas.

Dalam penelitian ini pengukuran kepuasan digunakan indikator yang bersifat

persepsi menyeluruh terhadap pengalaman yang diperoleh selama melakukan wisata

diving. Indikator tersebut adalah 1) diving menjadi pilihan utama berwisata, 2)

pengalaman yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan, 3) secara keseluruhan

lingkungan diving di Bali sesuai harapan, 4) secara keseluruhan layanan yang diberikan

sesuai harapan, 5) secara keseluruhan kebutuhan akan diving terpenuhi, dan 6) secara

keseluruhan senang diving di Bali. Berdasarkan indikator tersebut diketahui bahwa

wisatawan yang diving di Bali dominan memberikan persepsi terbaik pada layanan sesuai

dengan harapan. Pengukuran indikator kepuasan oleh wisatawan diukur secara

keseluruhan, sehingga pengamatan yang spesifik dari indikator layanan tidak secara detail

diukur oleh wisatawan. Pada sisi lain, Aksu, et al (2010), Bosque, et al (2009), Musa, et

al (2006), menyatakan pentingnya pengukuran pengalaman wisatawan kedatangan

sampai akhir wisatawan melakukan diving. Produk wisata diving harus dilakukan dan

dirasakan oleh wisatawan sendiri. Untuk kepentingan peningkatan kepuasan pada

layanan, maka diperlukan pengukuran yang lebih lengkap tingkat kepuasan wisatawan

pada kinerja layanan yang diperoleh selama berwisata di Bali. Untuk hal tersebut

penelitian ini melengkapi tingkat kepuasan wisatawan dengan mengukur kesenjangan

harapan dan persepsi wisatawan selama diving di Bali. Untuk menentukan kepuasan

wisatawan dengan menggunakan 17 indikator kepuasan dari Musa, et al (2006) dan

Cronin, et al (2000).

Kepuasan merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen,

dana, dan sumber daya manusia (Suardana, 2015). Agar dapat bertahan hidup, destinasi

harus mampu menciptakan pertukaran yang berkesinambungan yang dibangun melalui

tingkat kepuasan dengan mencari kesenjangan harapan dan persepsi (Hasan, 2013: 108).

Kesenjangan ini akan menunjukkan apabila harapan lebih besar dari persepsi maka

wisatawan kecewa atau tidak puas; jika harapan sama dengan persepsi maka wisatawan

mengalami konfirmasi harapan; jika harapan wisatawan lebih rendah dari persepsi maka

wisatawan puas. Apabila dikomparasikan antara harapan wisatawan sebelum melakukan

wisata dengan persepsi setelah melakukan wisata diving, maka diketahui besaran

kesenjangan yang terjadi antara harapan dan persepsi yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 7: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Gambar 1. Perbandingan Nilai Harapan dan Nilai Persepsi Wisatawan

Tingkat kepuasan dapat ditunjukkan dengan selisih nilai persepsi dan harapan

yaitu sebesar 0,10 dengan kinerja 3,948 yang berarti puas. Hal ini menunjukkan bahwa

destinasi diving di Bali telah mampu memenuhi layanan sesuai harapan wisatawan. Dari

dua puluh indikator yang ada, hal yang perlu mendapat perhatian adalah pada

aksesibilitas menuju lokasi penyelaman pada beberapa tempat yang kurang baik seperti

Padangbai dan Tulamben.

4. KESIMPULAN

Karakteristik wisatawan yang menyelam di Bali adalah penyelam pemula

“picnikers” dengan usia muda, dengan tingkat pendidikan tinggi. Pola kunjungan

wisatawan adalah repeater dengan length of stay 4--5 hari dan waktu menyelam rata-rata

1--2 jam, dan penyelaman open water. Pengeluaran wisatawan rata-rata per hari adalah

sebesar US$ 850,74 untuk Off-peak Season, US$ 945,77 untuk Mid-season, dan US$

976,81untuk Peak-season, dan ketika ditambahkan dengan total pepulasi pengguna

tahunan, angka ini menjadi perkiraan minimum dari total pengeluaran tahunan nyata para

wisatawan sebesar US$456,6 juta per tahun. Dampak ekonomi keseluruhan dari

wisatawan berkisar dari US$ 49,5 juta hingga US$132,2 juta per tahun. Nilai dari

pengeluaran nyata wisatawan sebesar US$ 35,5 juta per tahun dan memberikan kontribusi

kepada pendapatan asli daerah.Tulamben dan Pemuteran.

Tindakan untuk mengatasi dampak negatif dari pembangunan pariwisata yang

tidak di atur dengan baik terhadap lingkungan hidup di Kawasan Tulamben harus segera

dilakukan. Pada penelitian ini hanya mengidentifikasi pola pengeluaran wisatawan yang

berpengaruh terhadap nilai ekonomis ekosistem bawah laut. Selanjutnya akan dilengkapi

juga dampak yang ditimbulkan dari pariwisata terhadap aspek sosial masyarakat di

kawasan pesisir Tulamben dan Pemuteran. Hal ini penting, karena masyarakat sebagai

pelaku dan penyangga keberlanjutan ekosistem lautan di wilayahnya.

Ucapan terimakasih

Terimakasih diucapkan kepada Kemenristekdikti RI, Rektor Unud Unud melalui LPPM,

dan Dekan Fakultas Pariwisata atas bantuan dana dan alat penelitian ini.

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 8: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

8

5. DAFTAR PUSTAKA

Antara, M. (1999). Linkages Between Tourism and Agriculture in Bali, Indonesia: A

Social Accounting Matrix Aprroach, Sustainable Tourism: The Balinese

Perspective. Denpasar Bali. 1-9.

Aksu, Akın Ebru Tarcan İçigen and Rüya Ehtiyar. (2010). A Comparison of Tourist

Expectations and Satisfaction: A Case Study from Antalya Region of Turkey.

Turizam. Volume 14, Issue 2. pp. 66-77.

Amir, and Jiddawi. ( 2007). Dolpin Tourism and Community Participation In Kizimkazi

Village Zanzibar. Journal of Development Studies. Vol.43. No.2, 340-359,

ISSN 0022-0388. February 2007. New York. Rotledge, Taylor and Francis.

Bosque, Ignacio Rodrı´Guez del and He´ctor San Martin, Jesus Collado and Maria del

Garcia de los Salmones. (2009). A Framework for Tourism Expectations.

International Journal of Cultural, Tourism and Hospitality Research. Vol 3. No

2. pp 139-147.

Brooks, T.M., Mittermeier, R.A., Fonseca, G.A.B.d., Gerlach. J. Hoffmann, M, lamoreux,

J.F. Mittermeir, C.G. Pilgrim, J. D dan Rodrigues, A.SL. (2006). Global

Biodiversity Conservation Priorities Science, 313. pp 58-61.

Clason,D.L. dan Dormody, T.J. (1993). Analyzing Data Measured by Individual Likert-

Type Items, Journal of Agriculture Education 35, Halaman 31-35.

Costanza, R., d’Arge, R. deGroot. Farber,. Grasso., hannon., Limburg. Naeem, O,Neil,

Paruelo, Raskin, Sutton, Belt. (1987). The Value of the World’ Ecosytem Service

and natural Capital Nature, 387. pp 253-260.

Cronin, J.J. and Taylor S.A. (1992). Measuring Service Quality: A Reexamination and

Extension. Journal Of Marketing. 56 (July), pp. 55-68.

De-Veaux, R.D.,Velleman,P.F., dan Block, D.E., (2009), Intro Stats 3rd

Edition, Perason

Education, Boston.

Dmitrovic, Tanja., Cvelbar, Ljubica Knezevic., Kolar, Tomaz, and Brecic, Maja

Makovec. (2008). Conceptualizing tourist satisfaction at the destination level,

International Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research, Vol. 3, No.

2, pp. 116-126.

Hasan, Ali. (2013). Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Yogyakarta: CAPS.

Hanley. N., Spash, C dan Walker., L. (1995). Problem in Valuing the Benefits of

Biodiversity Protection, Environmental and Resource Economics 5. pp 249.

Margules, T.P. Mustika, Ponting, J. (2014). Kajian Pengeluaran langsung (Direct

Expenditure) dalam Hubungannya dengan Kontribusi Jasa Ekosistem terhadap

Perekonomian Lokal di Tulamben dan Pemuteran, Bali, Indonesia.

Mc Kercher, B. (1993). Some Fundamental Truths About Tourism: Understanding

Tourism Sicial and Environmental Impacta, Journal of Sustainable Tourism 1. pp

8-14.

Musa, G., Kadir, S.A., & Lee, L. (2006). Layang-layang: an Empirical Study on SCUBA

Divers’ Satisfaction. Tourism in Marine Environments, 2 (2). pp 89-102.

Nunes, P. dan Bergh, J.v.d. (2001). Economic Valuation of Biodiversity: Sense or

Nonsense, Ecological Economics. 39. pp 203-222.

Suardana . (2015). Motivasi, Kepuasan, Kepercayaan, dan Loyalitas Wisatawan Diving di

Bali, Disertasi. Universitas Udayana.

Toh. R.K Khan, H., dan Erawan SD. (2004). Research Note Bomb Blasts in Bali: Impact

on Tourism, Tourism Analysis 9. pp 219-224.

Turner, W.R. Brandon K. Brooks, T.M. Costanza, R. Fonseca. G.A.Bd. and Portela, R.

(200). Global Coversation of Biodiversity and Ecosystem Service, BioScience 57,

pp. 868-873.

Um, Chon, S. K., and Ro, Y.( 2006). Antecedent of Revisit Intention. Annals of Tourism

Research. Vol. 33. No.4, pp 1141-1158.

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 9: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 10: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

DAMPAK PENGELUARANWISATAWAN MENYELAM

TERHADAP PEREKONOMIANMASYARAKAT PESISIR BALI

by Wayan Suardana

FILE

TIME SUBMITTED 15-JUL-2017 09:27AM

SUBMISSION ID 830921278

WORD COUNT 3546

CHARACTER COUNT 22102

SUARDANA_HUMANIORA.PDF (453.61K)

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 11: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 12: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 13: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 14: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 15: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 16: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 17: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 18: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 19: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 20: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

%16SIMILARITY INDEX

%10INTERNET SOURCES

%5PUBLICATIONS

%13STUDENT PAPERS

1 %62 %13 %14 %15 %16 %17 %18 %19

DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAMTERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT PESISIR BALIORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

Submitted to Udayana UniversityStudent Paper

digilib.unila.ac.idInternet Source

www.developpement-durable.gouv.frInternet Source

www.zef.deInternet Source

Submitted to iGroupStudent Paper

Submitted to University of HullStudent Paper

Submitted to Napier UniversityStudent Paper

Submitted to Segi University CollegeStudent Paper

www.emrbi.org

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 21: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

%110 %111 %112 %113 %114 %1

EXCLUDE QUOTES OFF

EXCLUDEBIBLIOGRAPHY

OFF

EXCLUDE MATCHES < 1%

Internet Source

sedac.ciesin.columbia.eduInternet Source

Submitted to Heriot-Watt UniversityStudent Paper

www.ceeapla.uac.ptInternet Source

www.academia.eduInternet Source

Submitted to University of South AustraliaStudent Paper

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version

Page 22: DAMPAK PENGELUARAN WISATAWAN MENYELAM TERHADAP

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANALEIV(ffT IA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Kampusilp Bukit Jimbaran, Bali Email : [email protected] Web : lppm.unud.ac.id Telp / Fax : (0361) 703367

PIAGAM PENGHARGAANNo : I 4 t 6/UN.t 4.2/PNL.O3.OO/2Ot 6

Diberikan Kepada :

SftsAqATPEMAKALAH

SEMINAR NASIONAL SAINS dan TEKNOLOGI III(SENASTEK iltl zot6

"lnovasi Humaniora, Sains dan Teknologiuntuk Pembangunan Berkelanjutan"

I 5- I 6 Desember 2O t 6 di Patra Jasa Bali Resort and Villa'sKuta, Badung, Bali

ffiMahardika,Mj rToI. Lrr. r4 I (ieoe wlanarolK-Nrp. 19600318 198503 I 001

@GCreated in Master PDF Editor - Demo Version

Created in Master PDF Editor - Demo Version