dampak penindasan pada perempuan poskolonial india dalam...

22
1067 Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism dan Aktivitas Skin Bleaching Era Brilliana Largis – 071012008 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRACT Perempuan poskolonial di India menghadapi permasalahan pelik dikarenakan tingginya aktifitas skin bleaching pada masyarakat yang tidak mempunyai warna kulit putih (coloured atau non-white). Hal ini menunjukkan adanya preferensi dan penghargaan yang lebih tinggi terhadap kulit putih (Colorism), yang tidak hanya dicerminkan dalam pandangan masyarakatnya, tetapi juga embedded dan reinforced dalam struktur sistem hirarki sosialnyaMelalui analisis Double colonization/oppression dan Internalized Oppression diketahui bahwa tingginya aktifitas skin bleaching merupakan akibat dari adanya double oppression yang diinternalisasi secara meluas oleh masyarakat poskolonial India, sehingga turut mengubah struktur sosial ekonomi India. Selain itu, munculnya colorism dan adanya aktivitas skin bleaching di India merupakan hasil interaksi gabungan dari faktor endogeneous dinamika sistem patriarki masyarakat India dan faktor exogenous kolonialisasi Inggris dan diperkuat oleh adanya globalisasi. Kata-kata kunci: Perempuan India, Patriarki, Skin bleaching, Double Oppression, white supremacy, Internalized Oppression, Colorism, Stratifikasi sosial. Postcolonial Indian women now faced with a complicated problem of high color bleaching activities by the nonwhite women. This research examined that there are some tendencies to prefer White or lighter skin color over black or darker one or colorism. These were not only showed in Indian people general view but also embedded and reinforced in their social hierarchy structure As the result of Double oppression and Internalized oppression analysis, it was found that pervalence of colorism and skin bleaching was the result of widened and prolonged oppression and further internalized by people in India for centuries, therefore affected their postcolonial behavior (endogenous factor), including embedded in their social economical structure. Another finding of this writing also found that Globalization was also related as one of the exogenous enforcing factor of those phenomenon. Keyword: India Women, Patriarchy, Skin Bleaching, Double oppression, white supremacy, internalized oppression, colorism, Social stratification

Upload: dangduong

Post on 12-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

1067

Dampak Penindasan Pada PerempuanPoskolonial India Dalam Colorism dan Aktivitas

Skin Bleaching

Era Brilliana Largis – 071012008

Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

ABSTRACT

Perempuan poskolonial di India menghadapi permasalahan pelikdikarenakan tingginya aktifitas skin bleaching pada masyarakat yang tidakmempunyai warna kulit putih (coloured atau non-white). Hal inimenunjukkan adanya preferensi dan penghargaan yang lebih tinggi terhadapkulit putih (Colorism), yang tidak hanya dicerminkan dalam pandanganmasyarakatnya, tetapi juga embedded dan reinforced dalam struktur sistemhirarki sosialnyaMelalui analisis Double colonization/oppression danInternalized Oppression diketahui bahwa tingginya aktifitas skin bleachingmerupakan akibat dari adanya double oppression yang diinternalisasi secarameluas oleh masyarakat poskolonial India, sehingga turut mengubah struktursosial ekonomi India. Selain itu, munculnya colorism dan adanya aktivitasskin bleaching di India merupakan hasil interaksi gabungan dari faktorendogeneous dinamika sistem patriarki masyarakat India dan faktorexogenous kolonialisasi Inggris dan diperkuat oleh adanya globalisasi.

Kata-kata kunci: Perempuan India, Patriarki, Skin bleaching, DoubleOppression, white supremacy, Internalized Oppression, Colorism, Stratifikasisosial.

Postcolonial Indian women now faced with a complicated problem of highcolor bleaching activities by the nonwhite women. This research examined thatthere are some tendencies to prefer White or lighter skin color over black ordarker one or colorism. These were not only showed in Indian people generalview but also embedded and reinforced in their social hierarchy structure Asthe result of Double oppression and Internalized oppression analysis, it wasfound that pervalence of colorism and skin bleaching was the result of widenedand prolonged oppression and further internalized by people in India forcenturies, therefore affected their postcolonial behavior (endogenous factor),including embedded in their social economical structure. Another finding ofthis writing also found that Globalization was also related as one of theexogenous enforcing factor of those phenomenon.

Keyword: India Women, Patriarchy, Skin Bleaching, Double oppression,white supremacy, internalized oppression, colorism, Social stratification

Page 2: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1068 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Adanya fenomena global 20 tahun terakhir yaitu Skin bleachingmerupakan fenomena yang walaupun telah lama ada, tetapi barumenjadi suatu isu yang penting untuk dibahas ketika aktivitas tersebutdilakukan oleh hampir sebagian masyarakat dunia ketiga yang memilikikulit berwarna, dan memiliki sejarah kolonial Eropa atau hubungandekat dengan Amerika Serikat yang menunjukkan adanya hubunganerat antara skin bleaching dan sejarah penjajahan atau kolonialisasi.

Aktivitas pemutihan kulit menurut WHO (World Health Organization)secara umum dilakukan oleh masyarakat di Asia dan Afrika Tengahmempunyai potensi efek samping yang serius dan fatal. PenggunaanProduk-produk Skin bleaching ini walaupun mempunyai kemungkinanmembahayakan bagi tubuh, masih banyak dilakukan dan mengalamipeningkatan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu ukuran kekuatankeinginan atau preferensi dari penggunanya, yang dalam hal ini adalahmasyarakat kulit berwarna di negara dunia ketiga,untuk memiliki kulityang putih atau cerah daripada warna kulit asli (native), yang merupakan salah satu bentuk persepsi tentang hirarki warna kulit atauadanya colorism yang erat hubungannya dengan sejarah kolonialisasidan penindasan.

Tingginya penggunaan produk pemutih kulit di dunia ditunjukkandengan meningkatnya jumlah jenis dan juga penjualan produk - produktersebut. Joanne memaparkan pada tahun 2005, terdapat 62 produkpemutih kulit baru yang dikeluarkan dipasar Asia Pasifik, dimanahingga 2009 bertambah hingga rata-rata 56 produk baru lain. MontajulaSuvattanadilok mengatakan bahwa berdasarkan Analisis IndustriGlobal, produk pemutih atau pencerah kulit mengalami peningkatanpenjualan dari waktu ke waktu dalam pasar kosmetik global. Pada tahun2012, produk ini meningkat sebanyak 2 milliar penjualan di pasarAsia-Pasifik. Amina Mire juga menambahkan, di pasar dunia produkpemutih kulit tahun 2009 mempunyai nilai sebesar US$18 Milliar, yangdipasarkan khususnya pada perempuan dengan kulit berwarna (womenof color) di Asia Pasifik, walaupun penggunaannya dilakukan oleh baikperempuan dan pria, akan tetapi perempuan secara umum mempunyaitingkat penggunaan yang lebih tinggi dari laki-laki. Penjualan ataupromosi tentang kulit putih ini telah dipasarkan di Asia sejak 10-20tahun terakhir dengan Market Share pada produk tersebut semakinmeningkat khususnya produk dari Jepang dan China pada 5-10 tahunterakhir.

India merupakan salah satu pasar terbesar bagi produk pemutih ataupencerah kulit didunia dengan estimasi 60-65% dari pendudukperempuannya menggunakan produk pemutih atau pencerah kulit,dengan konsumen terbesar adalah perempuan berumur 16-35 tahun.Setiap thaun lebih dari 250 ton krim pemutih dikonsumsi oleh

Page 3: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1069

masyarakat India, dan pada 2010 AC Nielsen mengatakan bahwapenjualan krim pemutih mencapai AS$432 juta, dan pada 2012 menjadiAS$ 634 juta. Produk pemutih atau pencerah kulit di India masuk dalamkategori FMCG (Fast Moving Consumer Goods) dalam Personal CareProducts, yang berdasarkan data pada Market Survey di India mengenaisektor tersebut, menunjukkan bahwa produk pemutih atau pencerahmempunyai porsi yang cukup besar sebanyak 56% atau Rs 11.75 Milliardari total keseluruhan sektor perawatan kulit yang mempunyai nilaiRs.21 Milliar (Lihat Gambar 1 ).

Pentingnya pembahasan mengenai hubungan antara poskolonialismedan penggunaan produk pemutih atau pencerah kulit untuk merubahwarna kulit, merupakan pembahasan yang penting, dimana menurutJemma Pierre Pemutihan kulit atau segala tindakan yang menjunjungwhiteness seharusnya dimasukkan dalam pembahasan mengenaistruktur global karena adanya perbedaan dan kekuasaan atau sebagaibentuk Hirarki dunia dalam ras, ideologi whiteness sebagai sebuahpower yang mempengaruhi kondisi Sosial politik bahkan sampai ke areayang kecil atau detail dalam kehidupan masyarakat dunia. Memutihkanatau mencerahkan warna kulit sebagai fenomena yang global,menunjukkan bahwa masih terdapat isu mengenai diskriminasi warna

Gambar 1 Besar Market Share dari Skin Bleaching Product di India 2008

Page 4: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1070 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

kulit (Colorism), hal ini berhubungan erat dengan penjajahan masakolonial dan perbudakan atau oppression masa lalu.

Memutihkan atau mencerahkan warna kulit sebagai fenomena yangglobal, menunjukkan bahwa masih terdapat isu mengenai diskriminasiwarna kulit (Colorism), hal ini berhubungan erat dengan penjajahanmasa kolonial dan perbudakan atau oppression masa lalu. Oleh karenaitu penelitian ini bertujuan melihat latar belakang kondisi sejarah danbagaimana hal tersebut mendorong adanya aktivitas penggunaanpemutih kulit (Skin bleaching) yang terjadi di masyarakat khususnyaperempuan dunia ketiga, yang dalam hal ini difokuskandi India.

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini umumnyamenggunakan kerangka pemikiran poskolonial feminis dengan konsepdouble colonization atau Double Oppression untuk menjelaskanfenomena yang dialami oleh perempuan dunia ketiga. Feminismedibawah kerangka poskolonialisme menganggap bahwa patriarki danimperialisme merupakan bentuk dominasi dan penindasan(Oppression) yang sama terhadap pihak yang lebih lemah terutamaperempuan . Konsep double colonization atau double oppression inidialami oleh perempuan negara kolonial yang mempunyai identitastidak berkulit putih (non-white) atau colored women, sehingga dalamsistem patriarki ditindas karena posisinya sebagai perempuan (beingwomen) dan ditindas dalam sistem kolonial karena bukan merupakankulit putih (being non-white) atau merupakan bagian dari negara yangdikoloni (colonized people).

Sistem Patriarki tradisional India yang dipengaruhi oleh agamadan adat budayanya membentuk masyarakat dengan sistem stratifikasisosial yang kuat sehingga muncul kelas-kelas dan simbol dan karakterpembedaannya masing-masing yang nantinya mempengaruhibagaimana penilaian terhadap kecantikana akan kulit putih bertahandalam masayarakatnya secara khusus. Berubahnya kondisi sejarahmasyarakat patriarki India berdampak terhadap posisi perempuandalam masyarakat India karena mempengaruhi struktur dan nilai sosialpada saat itu. Perubahan tersebut akan menjelaskan bagaimana bentukstratifikasi sosial dalam sistem patriarki masyarakat India yangmempengaruhi bagaimana perempuan dipandang, diperlakukan,dikontrol dan ditindas, baik dalam masyarakat India awal pre-kolonial,kolonial, dan poskolonial. Sehingga pada dasarnya pembahasan padabab ini akan meliputi 3 hal yaitu bentuk sistem patriarki, kondisiperempuan India, dan juga adanya tendensi terhadap kulit putih ataucerah.Perubahan dari ketiga masa tersebut kemudian akan dapatmenjelaskan bagaimana proses sejarah patriarki memiliki hubunganerat dengan fenomena yang terjadi dalam masyarakat poskolonial India

Page 5: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1071

khususnya perempuan sehingga memiliki tendensi pada kulit putih ataucolorism.

Sistem patriarki Di India disimbolkan dengan menunjukkan secaraimplisit bahwa posisi perempuan lebih inferior dari laki-laki melaluiaktivitas atau ritual-ritual, budaya dan adat yang ada. Posisi dan peranperempuan di India mengalami penurunan dan bentuk oppression darisistem patriarki adalah ketika hak-hak politis mereka dicabut,munculnya child marriage, adanya anggapan pada saat itu dimanakeberadaan anak perempuaan dianggap sebagai sumberketidakberuntungan atau misery, tidak diijinkan mereka untukmempelajari Vedas dan ikut serta dalam ritual agama . Perempuan jugadisamakan sebagai bagian dari properti dalam Epics, smritis, Puranas,yang dapat ditukarkan dengan properti lain, yang merupakan ciri ciridari sistem kepemilikan pribadi atau private property dari sistempatriarki. Hukum Brahmanical juga mengatakan adanya larangankepemilikan atas properti apapun bagi perempuan kecuali beberapabarang yang didapatkan ketika menikah. Adanya larangan untukmenikah kembali bagi perempuan janda, dan adanya pandangan danperlakuan sosial yang buruk bagi janda.

Adanya budaya sati, child marriage, Dowry system, Parda, Devdasidandipandang sebagai alat untuk menjaga kemurnian (purity) dari kastamereka dengan sistem endogamyuntuk mempertahankan suksesipatrinial dan juga ketakutan bangsa Arya karena jumlah mereka yangkecil akan berasimilasi dengan populasi lokal dan kehilangan identitasmereka yang superior. Ritual dan adat tersebut pada umumnyamerupakan bentuk dari subordinasi dan oppression sistem patriarkikasta terhadap perempuan tradisional India. Walaupun terdapatpenghargaan terhadap warna putih daripada hitam pada masa tersebut,akan tetapi belum cukup krusial untuk menunjukkan adakecenderungan pada pemilihan kulit putih atau whiteness secara rasialper se, karena masyarakat India pada masa itu lebih cenderungdipersatukan oleh agama yang mengedepankan purity daripada ras.Akan tetapi bisa dikatakan pada zaman tersebut telah ada bentukstratifikasi sosial yaitu kasta yang memberikan privilege terhadapkelompok masyarakat tertentu yaitu bangsa pendatang Indo-Aryan danmereka berusaha membatasai privilege tersebut dengan metode-metodeadat atau aturan agama seperti endogamy, sati, dsb. Akan tetapi haldiatas menunjukkan bahwa sistem patriarki di India sangat memilikipengaruh tentang status dan peran perempuan termasuk dalammengkonstruksi nilai apa yang paling dihargai oleh masyarakat padamasa itu, yang menguntungkan dan menunjukkan maskulinitas laki-lakiIndia termasuk pada standar perempuan sebagai property.

Page 6: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1072 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Preferensi terhadap kulit putih sendiri lebih banyak ditekankan dandiperjelas dengan masuknya Inggris ke India diawali sekitar abad ke 17 ,yang bertahan selama hampir 200 tahun mempengaruhi adanya doublecolonization terhadap perempuan India. Hal ini dikarenakan masuknyakolonial Inggris yang membawa sistem White Supremacy sebagaibagian dari ideologi dan sistemnya dalam melakukan eksploitasi danpenindasan di sebuah wilayah, bangsa, dan masyarakat non-white yangdidasarkan pada kepemilikan kulit putih, terang atau memilikiketurunan Eropa. White supremacy merupakan sebuah ideologi yangmeligitimasi adanya kolonialisasi Eropa terhadap bangsa non-white,karena konstruksi mereka terhadap perbedaan rasial biologis dimanakolonial Eropa yang berkulit putih lebih superior dari colonizednon-white yang lebih inferior. Sebagai suatu sistem dan ideologi untukmempertahankan dan memperkuat posisi kolonial Eropa, keberadaanwhite supremacy memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat,termasuk masyarakat non-white yang dikoloni melalui cara merekaberfikir, merasakan, berperilaku, atau beraktifitas, sehinggamenguntungkan secara ekonomi, politik dan sosial bagi kulit putih. Halini kemudian berdampak pada misi civilizing mereka, sehingga jugaturut membawa nilai-nilai supremasi kulit putih seperti keuntungan danstandar ideal kecantikan pada perempuan.. Hal inilah yang kemudianmenjadi faktor pendorong Double colonization perempuan India darikolonialisasi Inggris, dimana kemudian pemaksaan sistem dan ideologiwhite supremacy merubah pandangan perempuan India atas adanyasuperioritas kolonial Inggris yang berkulit putih dan turut sertamenegakkan, mempertahankan serta menerima hal tersebut.

Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized salah satunyaadalah dengan menyebarkan nilai-nilai, ide, budaya yang mereka bawasebagai pihak yang superior (Civilizing Mission). Hal ini berhubunganerat dengan adanya teori Darwin dalam survival of the fittest dimanamasyarakat kolonial Inggris mempercayai bahwa bangsa Eropa dalamhal ini Kolonial Inggris berkulit putih merupakan makhluk yang palingfittest setelah selesksi alam di dunia dan mereka memiliki kewajibanuntuk menyebarkan ide, nilai, budaya mereka ke orang-orang yangterbelakang atau inferior. Hal ini didukung juga oleh Rudyard Kiplingdalam tulisannya tahun 1899 yang berjudul The Whites Man’s Burdensebagai bentuk pandangan kolonial eropa dalam hal ini Inggris terhadapmasyarakat yang dianggap inferior lain. The Whites Man’s Burdenmerupakan bentuk dari adanya ideologi White Supremacy dari Inggrisdimana merupakan bentuk legitimasi dari adanya eksploitasi danpendindasan terhadap wilayah, bangsa dan masyarakat yang tidakberkulit putih oleh mereka yang berkulit putih atau memiliki keturunanEropa. Konstruksi dari white supremacy ini dilakukan dalam banyaksegi dari kehidupan, termasuk dalam kebiasaan, pendidikan dan nilaibudaya Kolonial Inggris. Salah satu bentuk paling umum

Page 7: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1073

mempertahankan dan menyebarkan white supremacy adalah melaluiChristianity yang membenarkan adanya whiteness merupakan simbolkebaikan the light, moralitas dimana Blackness mencerminkan sesuatuyang gelap,terkutuk dan amoral dan jahat (Manichaeism). Selain itujuga kolonial Inggris menjunjung adanya Rasisme, obsesi terhadapkebersihan dan juga turut membawa komoditas mereka sebagai bentuksimbol pengetahuan dan superioritas budaya mereka, dalam hal initermasuk Toiletries. Hal ini yang kemudian nantinya menjadi awal darimasuknya komoditas-komoditas Inggris ke India pada masyarakatPoskolonial termasuk Skin Bleaching Prosuct sebagi bentuk daricommodity racism.

Sehingga dapat dikatakan untuk menjelaskan tentang faktor yangmenyebabkan kulit putih atau terang lebih disukai oleh masyarakat diIndia, double colonization dapat menjelaskan mengenai bagaimanasejarah patriarki sebagai faktor endogenous dan kolonialisasi Inggrissebagai faktor exogenous membentuk pemikiran mengenai kecantikanperempuan di India. Akan tetapi konsep double colonization ini tidakmenjelaskan secara langsung bagaimana faktor sejarah baik kolonisasipatriarki dan kolonialisasi Inggris, menjadi faktor pendorong aktivitasskin bleaching. Akan tetapi konsep ini lebih menjelaskan faktor yangmenyebabkan pandangan, pemikiran, perspektif masyarakat Indiasehingga lebih menghargai, memilih, dan memandang kulit putih atauterang lebih cantik atau superior dibandingkan warna kulit aslinya,sehingga nantinya menjadi motivasi adanya perilaku skin bleaching.

Hal ini dapat dilengkapai dengan menggunakan konsep dari pemikiranPostkolonial lain juga menyatakan bahwa pengalaman tertindas dalamjangka waktu yang lama dan secara turun-temurun dapatmengakibatkan individu menginternalisasikan inferioritas yang merekadapatkan dari penjajahan. Poskolonialisme berbicara tidak hanyamengenai kondisi negara dan masyarakat koloni setelah kolonialisasiberakhir tetapi juga membicarakan mengenai proses dan dampak yangditinggalkan oleh kolonialisasi atau karena adanya dekolonialisasi baikdalam segi sosial, budaya, ekonomi dan politik . Hal ini dapat dijelaskanmelalui konsep Internalized Oppression yang menggabungkanbagaimana tindakan penindasan dari kolonial dapat mengubahpsikologi bangsa yang dijajah sehingga mengubah pemikiran,tindakan,perilaku, serta kondisi fisik dan mental pihak yang dijajah.

Kolonialisasi yang terinternalisasi secara bertahap menurut fase kolonialFanon mempunyai dampak yang besar terhadap psikologis dari pihakyang dijajah. Pencemaran dan ketidakadilan secara berkelanjutan yangdialami oleh masyarakat terjajah biasanya mengakibatkan kepadatimbulnya self-doubt, kebingungan terhadap identitas, dan perasaan

Page 8: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1074 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

inferior. Memmi menambahkan bahkan seringkali masyarakat terjajahakan mempercayai bahwa inferioritas adalah identitas asli mereka.Dimana Freire melanjutkan bahwa identitas yang inferior tersebutnantinya akan menimbulkan keinginan untuk menghilangkan identitasdiri mereka tersebut dan berusaha untuk mejadi sama atau lebih sepertipara kolonialnya yang lebih superior. Keinginan untuk mendapatkanpenampilan atau kulit yang putih atau lebih terang merupakan salahsatu bentuk penindasan yang diinternalisasikan atau internalizedoppression, dimana David berusaha melihat fenomena skin bleachingsebagai akibat dari faktor sejarah dan kondisi sosiopolitik kontemporer,bukan dari segi individual. Hal inilah yang kemudian membentukperilaku colorism pada masyarakat India. Colorism diartikan sebagaimenilai atau berprasangka (prejudice) berdasarkan hirarki tingkatterang atau putihnya warna kulit, yang biasanya dilakukan olehmasyarakat dalam (intra) ras tertentu.

Konsep ini kemudian dapat menjelaskan dan melengkapi konsep doubleoppression/colonization dengan menjelaskan bagaimana penghargaanmereka terhadap kulit putih diwujudkan dalam tindakan skin bleachingsebagai implemntasi real akibat dari internalized oppression.Internalized oprression menjelaskan proses psikologis perilakucolorism yang menjelma kedalam aktivitas skin bleaching dalamlingkungan masyarakat poskolonial sekarang. Konsep ini dapatmenjelaskan proses berubahnya pemikiran atau ide tentang kulit putihatau terang menjadi suatu aktivitas yaitu skin bleaching, serta jugadapat menjelaskan eksistensinya pada masyarakat poskolonial masakini.Colorism sendiri pertama kali muncul dalam tulisan Alice Walker yangdiartikan sebagai perlakuan yang merugikan (prejudicial) atau istimewa(preferential) terhadap individu tertentu dalam ras yang samaberdasarkan warna kulitnya. Menurut Verna Keith, Imani Franklin, danNakano GlennColorism pada intinya didefinisikan sebagai adanyaperlakuan istimewa (Privilege) atau khusus terhadap warna kulit yanglebih terang daripada warna kulit yang lebih gelap berdasarkan hirarkigradasi warna kulit yang biasanya terjadi dalam kelompok intrarasialdan interrasial tertentu. Sejarah dari munculnya colorism erathubungannya dengan adanya dengan sikap rasisme kolonial dalamperdagangan dan dalam memperlakukan slave African American sertadalam pembagian pekerjaan mereka. Buruh diambil secara paksa daritempat tinggal mereka dan didistribusikan ke negara lain yangmerupakan daerah kekuasaan kolonial, yang melalui warna kulit merekamerupakan salah satu bentuk penanda identifikasi mereka sebagaiindividu yang dapat dimanfaatkan tenaganya oleh kolonial yang berkulitputih. Paham rasisme kolonial kulit putih kemudian membuat merekamerasa lebih superior dari mereka yang berkulit gelap, dimana asosiasinegatif menjadi identik dengan kuilit gelap memudahkan warna kulit

Page 9: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1075

sebagai instrumen subjugasi Afrika kolonial. Dalam perdagangan buruh,mereka yang memiliki keturunan Eropa atau berkulit lebih terang lebihmempunyai harga yang lebih tinggi dari keturunan asli yang tidakberkulit putih. Dalam pembagaian pekerjaan buruh yang kulitnya lebihterang, akan lebih dipilih sebagai pelayan rumah atau pelayan pribadikarena lebih dipandang menarik secara estetika (aestheticallyappealing) dan dianggap lebih superior dalam menangani pekerjaannyadari buruh yang lain dengan kulit lebih gelap. Sehingga buruh dengankulit yang lebih terang, memiliki kemungkinan untuk mendapatkanposisi domestik, skill, makanan dan pakaian yang lebih baik,kesempatan pendidikan yang lebih tinggi, dan diperlakukan lebih baikoleh majikannya. Pada masyarakat India yang colorism status sosialkhususnya perempuan menjadi banyak bergantung pada warna kulitnyasebagai bentuk sumberdaya atau aset. Hal inilah yang kemudianmembuat masyarakat India dengan sistem Pigmentocracy.Pigmentocracy merupakan terminologi yang menunjukkan adanyamasyarakat yang menentukan kekayaan dan status sosial berdasarkanwarna kulit. Terdapat banyak macam pigmentocracy dalam masyarakatdunia dengan karakteristik masing-masing, akan tetapi secara umummereka lebih menghargai individu dengan warna kulit yang terang ataucerah.

Kecenderungan colorism masyarakat India menurut Imani Franklintelah tampak dan mengakar sejak anak-anak, yang diungkapkan dalamobservasinya pada 2010 di sebuah sekolah di Tamil Nadu, dimana 29murid berumur 10-17 tahun, 24-nya memilih kulit yang lebih terangatau putih. Signifikansi warna kulit juga kemudian tampak pada hasilpenelitian lain yang membuktikan di India sebelum diatur dan dilarangdalam undang-undang tahun 1961, Mas Kawin atau mahar (Dowry)yang diberikan kepada calon suami dari pihak calon istri akan lebihbesar atau lebih banyak jika calon Istri tidak mempunyai kulit yangterang atau putih. Selain itu juga adanya kecenderungan memilih kulityang lebih terang dan putih, serta pentingnya karakter tersebut dalamiklan perjodohan (Matrimonial Ads) yang dilakukan oleh HindustanTimes yang mengatakan bahwa 2.8% pria dan 13.5% perempuanmenyertakan warna kulitnya yang putih atau terang dalam iklantersebut. Menunjukkan adanya tradisi India yang memberikan privilegeatau keistimewaan pada individu yang berkulit terang atau putih danjuga mempromosikan prejudice berdasarkan warna kulit.Motivasi dari adanya kecenderungan pada kulit putih atau cerah yangditunjukkan masyarakat India, dijelaskan oleh Imani mengatakan, kaumperempuan melakukannya tidak hanya untuk kecantikan tetapi jugasebagai cara untuk mendapatkan keuntungan sosial dan ekonomi atausebagai bentuk social capital. Keuntungan ini dapat berupamempermudah persaingan dalam mencari pekerjaan yang

Page 10: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1076 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

mengedepankan penampilan fisik, serta prospek masa depan dalam halpernikahan dengan laki-laki yang memiliki status sosial yang tinggihingga terjadinya mobilisasi status sosial. Robinson juga mengatakanbahwa dari penelitiannya tentang skin bleaching tujuan daridilakukannya hal tersebut adalah; pertama, merupakan indikator statussosial dan social capital di masyarakat. Kedua, memiliki kulit yang putihatau cerah tidak hanya dianggap lebih cantik tetapi juga merupakan asetindividu. Ketiga, kulit yang lebih cerah dan putih mempunyai efekterhadapdiri sendiri (self-image), dan juga popularitas dalam peers,courtship, pernikahan, rumah tangga, ekonomi, pendidikan, dan jugakesehatan. Keempat, secara umum mempunyai kulit yang lebih putihatau cerah meningkatkan kesempatan hidup (life chances) danprivilege.

Adanya keuntungan baik secara sosial ataupun ekonomi yangdidapatkan karena kepemilikan kulit putih atau cerah, tidak hanyaberada dalam taraf perspektif masyarakat tetapi juga ada dalam tatananstruktural institusi sosial ekonomi masyarakatnya. Hal ini merupakanhasil dari interaksi proses sejarah masyarakat India, dimana standarkecantikannya tidak saja dipengaruhi oleh standar western akan tetapijuga berinteraksi dengan nilai budaya lokal India dalamimplementasinya. Standar kulit putih tersebut menjadi bentuk dari asetbagi perempuan India untuk melakukan mobilitas sosial dalammasyarakat patriarkinya. Perempuan India tampak masih bergantungpada peran laki-laki dalam melakukan mobilitas sosial, serta masihdigunakannya kecantikan dalam hal ini warna kulit sebagai karakter danobjektifikasi yang menentukan nilai perempuan.Whitenessas acommodity atau social capital menurut Cheryl Harris merupakansebuah komoditas, aset properti, dan bukti dari usaha dari masyarakatnon kulit putih untuk pass sebagai kulit putih dan mendapatkanprivilege eksklusif yang sama. Slavery dan kolonialisme mendukungadanya konstruksi whiteness sebagai property karena melambangkanmastership, superioritas. Pada perkembangannya dalam masaposkolonial mereka dengan kulit gelap kemudian menerima bahwastandar kecantikan dan aset dalam kehidupan sosial adalah denganmenjadi lebih putih, menyebabkan desire of whiteness dan berusahauntuk mendapatkan hal tersebut melalui skin-bleaching.

Bentuk dari Colorism dalam tulisan ini fokus pada adanya Skinbleaching. Sebagai bentuk nyata dari adanya Colorism, skin bleachingmerupakan manifestasi colorism kedalam sebuah aktivitas atau kegiatanyang nyata. Skin bleachingdalam tulisan ini didefinisikan mengikutidefinisi Blay, Charles dan Amina Mire sebagai tindakan yang disengajauntuk mengubah warna kulit alami seseorang menjadi relatif atausubstantif menjadi berwarna lebih terang melalui penggunaan bahankimia pemutih kulit baik dalam bentuk krim, pill, sabun, ataupun lotion.

Page 11: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1077

Atau definisi yang lebih ilmiah oleh Imani Franklin dimana mengatakanbahwa Skin bleachingadalah penggunaan produk dermatologis,kosmetik, atau produk Degpimentation rumahan yang mencegahproduksi melanin dan atau menghapus lapisan atas dari epidermis.Dalam Kerangka pemikiran poskolonial feminis, skin bleaching dapatdikatakan sebagai bentuk dari bargain kaum perempuan terhadappenindasan yang didapatkan dari kaum yang dominan. Deniz Kandiyotimenyatakan terdapat bentuk patriarchial bargain untuk menjelaskanadanya strategi perempuan yang berada dalam penindasan sistempatriaki untuk memaksimalkan keamanan atau mengoptimlakan pilihanhidup mereka. Perempuan merespon atas dominasi laki-laki secaraberbeda dimana hal tersebut bergantung pada kesempatan yangditwarkan dalam sistem patriarki tersebut. Respon tersebut dapatberupa kolaborasi, dimana perempuan menjadi guardian dari nilai adatdan budaya patriarki tersebut, atau dapat juga dalam bentuk perilakutertentu yang dapat menguntungkan tanpa memunculkan konflik, baiksecara pasif maupun aktif. Dimana perempuan India, baik dalamperiode dominasi patriarki tradisional, kolonial maupun poskolonial,melakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai bentuk bargain merekaagar posisi mereka didentifikasi oleh pihak dominan dan sekaligusmencerminkan penerimaan atas kondisi mereka. Sehingga perempuanposkolonial India dalam sistem patriarki poskolonial yang cenderungcolorism berusaha melakukan bargain melalui strategi skin bleachingsehingga dapat diidentifikasi oleh sistem dominan tersebut danmendapatkan keuntungan tertentu.

Skin bleaching sering disamakan dengan aktifitas Tanning yaitumenggelapkan warna kulit baik secara alami maupun dengan bantuankimia atau mesin. Akan tetapi kedua hal ini merupakan hal yangberbeda, dimana skin bleaching memiliki arti yang lebih dalam danlebih merupakan bentuk aktifitas yang melalui proses kompleksinteraksi antara sejarah, kelas sosial, posisi perempuan serta jugaadanya globalisasi. Sedangkan Tanning lebih merupakan simbol leisure,dan salah satu bentuk aktifitas temporer yang muncul pada kalangankulit putih. Lois Banner menjelaskan dalam tulisannya mengenaimunculnya Tanning merupakan tren yang diawali oleh ikon fashionCoco Chanel tahun 1920andianggap sebagai bentuk leisure activitiesseperti olahraga dan sensual beach behavior, serta juga bagaimanamereka memandang pale skin merupakan mereka yang bekerja indoordi pabrik, bukan mereka yang bersenang-senang atau memiliki waktudan sumber daya untuk melakukan aktivitas leisure seperti Tanning.Tan skin merupakan tanda dari leisure not labor. Ditambahkan olehAyu Saraswati yang meneliti tentang warna kulit di Indonesia dan AS,juga mengatakan bahwa tanning lebih merupakan hal yangberhubungan dengan postmodern playfullness, menunjukkan

Page 12: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1078 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

temporaritas keinginan untuk mengubah warna kulit,tidak secarapermanen. Adanya segi playfullness sebagai bentuk aksesori fashion,merupakan bentuk perhiasan (adornment) yang dapat dipakai ataudilepas dengan mudah, kemampuan mereka untuk mengontrol gradasiwarna kulit mereka. Tanning tidak menandakan adanya keinginanperempuan kulit putih mengubah asal ras mereka. Mereka tidak melakukan tanning untuk terlihat half black, akan tetapi untuk terlihatwhite but with a tan. sedangkan mereka yang non kulit putihmengubah warna kulit menjadi lebih putih untuk mengubah persepsiorang lain mengenai ras atau keturunan mereka, agar mereka terlihathalf-white. White women masih memiliki dan mendapatkan privilegemereka walaupun tanpa tanning, sedangkan non-white harusmengubah warna kulit mereka untuk mendapatkan privilege tersebut.Ditambah lagi dalam aktivitas skin bleaching terdapat adanya sejarahatau konsep white supremacyyang mempengaruhi sebagian besarmasyarakat non-Eropa atau poskolonialis di dunia. Sedangkan tanningtidak berarti terdapat bentuk dari brown atau dark supremacy. Salahsatu bentuk analisis paling mudah menurut Imani Franklin adalahdengan melihat cara produsen mempromosikan kedua produk, dimanatanning pada umumnya ditujukan untuk enhance daripada correctwarna kulit mereka. Sehingga dari segi terminologi sendiridigunakannnya kata Tan daripada dark atau black menunjukkan bahwatidak adanya keinginan untuk merubah warna kulit menjadi black ataudark melainkan tan atau bronze.

Sevagai salah satu pengukur megenai tingginya aktivitas skin bleachingtersebut adalah dengan melihat jumlah penjualannya dari tahunketahun di India. Berdasarkan data pada Market Survey di Indiamengenai sektor tersebut, menunjukkan bahwa produk pemutih ataupencerah mempunyai porsi yang cukup besar sebanyak 56% atau Rs11.75 Milliar dari total keseluruhan sektor perawatan kulit yangmempunyai nilai Rs.21 Milliar. Survey ini juga kemudian mengatakanbahwa 90% dari perempuan di India mengkategorikan produk pemutihatau pencerah kulit sebagai produk yang sangat dibutuhkan (highlyneeded), dan pada tahun 2006 mempunyai nilai produk sebanyak Rs. 12Milliar dengan pertumbuhan pertahunnya mulai dari 10-15 % pada 5tahun terakhir (Lihat Gambar 2).

Page 13: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1079

Produsen dari produk pemutih kulit di India dikuasai oleh perusahaanmultinasional Hindustan Unilever Limited (HUL) yang memiliki besarmarket share sebanyak 76% dengan penjualan produk skin bleachingbermerk Fair and Lovely(lihat Gambar 3).

Selain dalam produk pemutih kulit, dermatologist dan beauticians turut juga diuntungkan dengan adanya fenomena skin bleaching ini,dimana menurut Olivera (2001) di Mumbai saja terdapat 50-60 kasuskesehatan yang berhubungan dengan pemutihan kulit. Beauty servicesyang juga mendapat keuntungan dari fenomena ini juga mengatakankonsumennya rela membayar $9-$18 dalam satu kali konsultasi. Perrymenambahkan bahwa telah muncul sekitar 60.000 salon kecantikan

Gambar 3 Dominasi HUL dalam pasar Skin Bleaching Product di Indiadengan Fair & Lovely sebagai produk yang paling banyak dikonsumsi

Gambar 2 Perkembangan Penjualan Produk skin bleachingdi India tahun 2009-2012

Page 14: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1080 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

yang menawarkan pemutihan kulit di India. Sehingga bisa dikatakanterdapat peningkatan dalam industri kosmetik pemuth kulit pada 10tahun terakhir baik dalam penjualannya, macam produknya, jumlahprodusen, target pasar, dan juga bentuk pelayanan jasa dalam sektorskincare.

Hal ini juga menjadikan pandangan perempuan India bahwa halanganbagi mereka untuk melakukan mobilitas sosial adalah produksi melanindikulit mereka atau keadaan fisik mereka, bukan struktur kekuasaaninstitusional dari sosialnya. Salah satu bentuk pergerakan yangmenentang atau mengkritisi adanya colorism adalah Shobhan Bantwal(2006) yang mempertanyakan tentang standar kecantikan padamasyarakat India yang colorism. Pada tahun 2002, The All IndiaDemocratic Women’s Association mengirimkan petisi mereka terhadap HUL untuk dicabutnya iklan yang mempromosikan Fair &Lovely yangdianggap mendukung adanya colorismdi India. Setelah diusungnyamasalah ini ke National Human Rights Commission dan juga Ministry ofInformation and Broadcasting di India, iklan tersebut kemudiandilarang dan dicabut oleh HUL pada 2003. Kemudian juga mulaimunculnya kampanye WOW (Women of Worth) melalui artis IndiaNandita Das, yang menyatakan kekhawatirannya mengenai konsumsiskin bleaching product dan colorism di India. Melalui gerakannya yangdisebut sebagai Dark Is beautiful, melalui wawancara email yangpenulis lakukan, Nandita Das menyatakan bahwa keberadaan colorismdi India memiliki dampak yang cukup besar dalam kehidupansehari-hari rakyat India, sehingga Das ingin menyuarakan adanya haltersebut dan empower para perempuan di India. Das juga menyatakanbahwa memiliki kulit yang putih atau terang dalam dunia entertainmentkhususnya, memiliki tingkat kepentingan yang cukup tinggi, terutamadalam memerankan masyarakat dengan status sosial tinggi, dimanamenurutnya media India memiliki andil yang cukup banyak dalammempromosikan colorism.

Colorism dan aktifitas skin bleaching dapat dikatakan terjadi hampirdiseluruh bagian dunia, khususnya negara-negara yang memiliki sejarahkolonialisme dan imperialisme. Munculnya aktivitas skin bleachingsecara global ini selain didorong oleh faktor sejarah juga didorong olehadanya globalisasi terutama globalisasi pasar dan informasi. Adanya colorism dan rasisme preferensi terhadap kulit putih akibat dari prosessejarah kolonial memberikan kesempatan atau dasar bagi para pelakuekonomi yang banyak berasal dari negara kolonial Eropa,memanfaatkannya sebagai dasar komoditas dan menguatkannyakembali pada era poskolonial. Melalui bantuan globalisasi ekonomi,transportasi dan juga informasi, nilai superior western seperti rasismedan colorism reinforced dan dikomodifikasi dalam bentuk industrimodern produk kecantikan. Perusahaan produk kecantikan kemudian

Page 15: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1081

membangun pangsa pasar internasional melalui ekspor dan investasisecara langsung, yang pada akhirnya tidak saja menjual produkkecantikannya akan tetapi juga membentuk dan menyebarkan persepsitentang standar kecantikan secara global. Sehingga bisa dikatakan halini merupakan perpotongan antara adanya global market dan globalinformation yang membentuk konvergensi atau homogenisasi daristandar ideal dari kecantikan (homogenization of beauty ideals andpractices) di seluruh dunia.

Awal mula dari muncul dan meningkatnya industri produk kecantikanini terutama yang menjual produk pemutih kulit menurut Wiegmanberhubungan dengan adanya penggunaan Scientific Racismsebagai alatuntuk melegitimasi adanya slavery dan penjajahan teritori dalam whitesupremacy oleh kolonial Eropa. Industri kosmetik global atau produkkecantikan modern (dengan skala pabrik dan marketing brand) sendirimemang berawal atau berasal dari Eropa dan Amerika Utara pada awalabad ke-19, walaupun penggunaan produk kecantikan telah ada sejaklama. Dimana perbedaannya terdapat pada akses terhadap beautyproducts tersebut dimana pada masa sebelum produksi modern,aksesnya hanya terbatas pada kalangan elit yang memiliki pendapatan,posisi sosial yang tinggi, dan juga high leisure activity. Hal ini kemudianberubah karena industrialisasi membuat aksesnya terbuka bagi lapisanmasyarakat manapun sebagai akibat dari diproduksi dan dipasarkansecara massal, serta didukung dengan adanya peningkatan transportasi,informasi, media dan juga kondisis ekonomi dunia.Kemudian denganadanya revolusi industri dan peningkatan dalam sektor ekonomi,metode civilizing mission kolonial berubah menjadi commodityracismyaitu dimana penggunaan komoditas sebagai simbol civilizationoleh bangsa Eropa, dan mempermudah penerimaan hal tersebutkeseluruh pihak, tidak hanya mereka yang memiliki tingkat literasi yangtinggi. Salah satu bentuk dari commodity racism Inggris dalammempromosikan superioritasan kulit putih dan mengasosiasikannyadengan kebersihan adalah melalui komoditas sabun. Produk sabun dariInggris dan AS seringkali mengklaim bahwa penggunaan produk sabundari mereka akan memutihkan kulit dari masyarakat non-white yangberarti meberikan civilzation terhadap mereka.

Posisi perempuan poskolonial India dipengaruhi dan dibentuk olehproses penindasan sistem patriarki dan kolonialisme yang panjang dancukup lama, sehingga menyebabkan terjadinya internalisasi yangmempengaruhi perilaku dan pemikiran mereka hingga saat ini. Analisisyang telah diuraikan sebelumnya membahas mengenai bagaimanaproses penindasan patriarki dan kolonial pada bab II sehinggaberdampak pada masyarakat poskolonial India, khususnya perempuanyang menunjukkan adanya colorism dan tingginya aktivitas skin

Page 16: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1082 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

bleaching pada bab III. Sehingga bisa disimpulkan bahwa hipotesisyang diajukan penulis sesuai dengan hasil dari analisis yang ada, bahwapenindasan terhadap perempuan poskolonial di India merupakan hasildari adanya double oppression, baik secara endogen yaitu patriarki lokalIndia dan secara eksogen yaitu kolonial Inggris, yang diinternalisasikansehingga menyebabkan adanya perubahan pemikiran, perilaku danstruktur masyarakat poskolonial India yang cenderung colorism dalammenilai perempuannya terutama dalam hal objektifikasi kecantikansehingga menyebabkan perempuan India melakukan aktivitas skinbleaching. Selain itu, hasil analisa juga menunjukkan adanya faktoreksogen lain yaitu adanya peran globalisasi dalam mengintensifikasi danmenyediakan produk skin bleaching bagi perempuan poskolonial India.Kesimpulan-kesimpulan ini didasari dengan adanya beberapa hasil darianalisis berikut:

Pertama, dalam membahas penindasan terhadap perempuanposkolonial India, terdapat hubungan erat antara perubahan sistempatriarki, struktur stratifikasi masyarakat, yang mempengaruhi posisiperempuan India. Dimana proses sejarah berubahnya bentuk sistempatriarki akan mempengaruhi siapa yang akan menduduki stratifikasitertinggi dalam masyarakat dan kemudian mendapatkan hegemoni,kekuasaan dalam mengkonstruksikan posisi bagaimana perempuanditindas dan diobjektifikasi, bagaimana seharusnya peran perempuandalam periode tersebut, serta dimana posisi perempuan dalammasyarakat. Posisi perempuan dalam masyarakat kemudian dapatmenunjukkan tantangan apa dan strategi apa yang dilakukan olehperempuan India untuk menghadapi posisi mereka, dan menjelaskanalasan perilaku atau respon mereka dalam lingkungan sosialnya.

Dari sistem patriarki tradisional dengan struktur kasta, posisi sosialyang paling tinggi dan yang dianggap paling maskulin adalah laki-lakikasta Brahmins Indo Aryan, yang kemudian memiliki kekuasaan danhegemoni dalam mengkonstruksi nilai superior dalam masyarakatmelalui ritual agama dan penekanan pada nilai purity dalam kastasehingga perempuan dengan kasta tertinggi merupakan simbolmaskulinitas sekaligus superioritas kasta Brahmins, sehingga bisadikatakan nilai tertinggi standar kecantikan dipegang oleh mereka.Sedangkan pada masa patriarki kolonial, keberadaan kasta menjadilebih terbuka, dimana terdapat pergeseran aktor dalam posisisuperioritas dan maskulinitas patriarki lokal menjadi kolonial yangmenduduki posisi sosial yang tertinggi. Kolonial Inggris memilikihegemoni dan kekuasaan dalam mengkonstruksi nilai yang ada, yaitumelalui Civilizing mission dalam white supremacy. Hal ini kemudianberpengaruh kemudian terhadap posisi perempuan India, yang semakinjatuh ke posisi kelas sosial paling bawah karena double oppressions,dimana standar nilai perempuan tertinggi dipegang oleh white colonial

Page 17: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1083

women. Perubahan-perubahan tersebut kemudian mempengaruhiposisi perempuan poskolonial, penindasan yang kemudiandiinternalisasi menjadi sebuah perilaku dan pemikiran menyebabkanmasyarakat poskolonial India menggunakan kecantikan sebagai bentukaset dalam mobilitas sosial atau yg disebut sebagai pigmentocracy.

Kedua, Double colonization dan internalisasi penindasan menyebabkanperempuan poskolonial India, berusaha untuk melakukan bargainterhadap posisinya, dimana mereka menerima anggapan inferioritasmereka, dan berusaha untuk menjadi lebih superior denganmenginternalisasi nilai-nilai dari pihak dominan dimana dalampenelitian ini fokus pada kecantikan warna kulit tertentu. Standarkecantikan yang berubah menurut kelompok dominan menyebabkandiinternalisasikannya oleh masyarakat poskolonial India bahwa cantikmerupakan simbol superioritas, dimana standarnya merupakan warisankolonial white supremacy kulit putih adalah yang paling bernilai tinggi.Hal inilah yang kemudian menyebabkan munculnya penghargaan danpreferensi terhadap kulit putih atau Colorism dalam masyarakatposkolonial India.

Ketiga, Colorism yang muncul dalam masyarakat India secara luasmenjadikan hal tersebut terimplementasi dalam struktur sosialmasyarakat India, sehingga warna kulit tertentu yaitu kulit putih atauterang menjadi bentuk aset, modal dalam meningkatkan kehidupan danmobilitas sosial perempuan India, baik dalam pekerjaan, pendidikan,ataupun pernikahan. Hal ini menyebabkan keinginan perempuan Indiauntuk menjadi lebih putih relatif tinggi karena adanya keuntungan atauprivilege sosial, yang kemudian membuat aktivitas skin bleachingmenjadi inevetable.

Keempat, colorism tidak hanya terjadi di India, tetapi hampir seluruhnegara poskolonial atau yang memiliki sejarah dan dipengaruhi olehnegara kolonial Eropa. Dimana hal inilah yang kemudian dijadikan ataudimanfaatkan oleh pebisnis kolonial Eropa untuk memanfaatkancolorism dan rasisme sebagai dasar untuk memproduksi produkpemutih kulit. Dan dengan adanya dukungan ekspansi ekonomi,globalisasi ekonomi, informasi dan transportasi, menjadikan industriproduk pemutih kulit ini mengglobal serta memfasilitasi aktivitas skinbleaching secara massal.

Sehingga melalui analisis dan eksplorasi panjang penindasanperempuan poskolonial India tersebut, menunjukkan bahwa dalammasyarakat poskolonial, perilaku dan fenomena yang terjadi tidak hanyadibentuk dan dipengaruhi oleh sejarah kolonial saja, tetapi juga terdapatinteraksi dengan nilai lokal budaya asli negara tersebut.

Page 18: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1084 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Daftar Pustaka

Buku:Ashcroft, Bill & Gareth Griffiths & Helen Tiffin. “The post-colonial

studies reader”Ed. Ashcroft,Griffiths & Tiffin ,London: Routledge, 1995 Ashcroft, Bill & Gareth Griffiths & Helen Tiffin. “Postcolonial studies:the

keyconcept second edition” Ed. Ashcroft, Griffiths, Tiffin ,London:

Routledge, 1995 David,E.J.R. “Internalized Oppression: The Psychology of Marginal

Groups”. Ed.E.J.R David ,New York: Springer, 2014Moeloeng,Lexy J. “Metodologi Penelitian Kualitatif” ,Bandung: Remaja

Rosdakarya,1996Nakamura, Hajime. “Ways Of Thinking of Eastern Peoples: India, China,

Tibet,Japan”University Of Hawaii Honolulu :East west Center, 1971.Silalahi,Ulber . “Metode Penelitian Sosial” ,Bandung: Rafika Aditama,

2009Thapar,Romila. “The Penguin History of Early India: from the origins to

AD 1300”London: Penguin Groups, 2002.

Jurnal Akademik:Ambedkar,Babasaheb. “Reservation In India” 2002 [pdf] dalamHttps://www.ambedkar.org/News/reservationinIndia.pdf (diakses pada

20Maret 2014)Baker, Walter. “The Practice of Femicide in Postcolonial India and the

Discourse ofpopulation Control within Nation State” State University Of New York

Press. Albany, 2005 Bhattacharya, Shilpi “the desire for whiteness: can law and economics

explain it?”,Columbia journal od Race and Law 2 No.1 ,2012Blay, Yaba A. & Christopher A.D. Charles. “Skin bleaching and Global

WhiteSupremacy”The journal of Pan African Studies 4 no.4 ,2011 Carey, Simon .“The legacy of British Colonialism in India Post 1947”

New ZealandResearch of Economy Foundation NZREF Vol 2. 2012.

Page 19: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1085

Chitnis, Varsha & Danay Wright, “The legacy of colonialism: law andwomen’s right

in India” University of Florida Levin College of Law ,2007.Deane, Tamishnie “A brief history of discrmination in India” University

of SouthAfrica, 2009Deshpande, Manali S. “History of The Indian Caste System and It’s

Impact on IndiaToday” Senior Project Paper California Polytechnic State University

2010Devi,Paladugu Parvathi. “Empowerment of rurual scheduled caste

women: Status of women in India, historical background” Department of Scientific

Socialism: Acharya Nagarjuna University 2013.Franklin,Imani. “Living in A Barbie World: Skin Bleaching and the

preference fro Fair Skin In India, Nigeria, and Thailand” Center For Democracy,

Development, and the Rule of Law ,Standford University, 2012 Fokuo,J. Konadu. “The Lighter side of Marriage: Skin Bleaching in Post

ColonialGhana”African and Asian Studies 8, 2009. Gayathridevi, “women, society and gender in India historical, functional

andfuturistic perspectives” Identifying the Elements of Heritage of

Development Thinking in India Project Paper, 2012Gull,Raashida. “Of Feminism, Colonialism and Nationalism in India:

Drawing ARelationship”, The International Journal of Social Sciences Vol 19 No.1

Januari 2014.Hall, Ronald E. “The Bleaching Syndrome Among People of Color:

Implication ofSkin Color for Human Behavior in the Social Environment”, Journal of

Human Behavior in the Social Environment Vol.13 (3) 2006.Hall, Alicia V. “body image as a function of colorism:testing a

theoretical model”Graduate school theses and dissertations University of South

Florida.,2003.Hasan,Mahmudul. “The Orientalization of Gender”, The American

Journal of IslamicSciences 4 No.22 ,2009 Howard, Angelique. “The prevalence and effecs of colorism within the

africanamerican community.” California State University, ,Sacramento, 2006Hunter, Margaret L. “Buying Racial Capital: skin-bleaching and

cosmetic surgery in

Page 20: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1086 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

a globalized world”, Journal of Pan African Studies 4,no.4 ,2011 Hunter,Margaret L. “If You are Light You Are Alright: Light skin color as

socialcapital for Women of Color”, Gender and Society 16 no.2 ,2002Iyer,Laksmi .“the long-term impact of colonial rule: evidence from

India”,Boston:Harvard Business School, 2003Johnson, Pamela s. & Jennifer A. Johnson, “The Oppression of Women

In India”Violence Against Women Vol.7 No. 9 September 2001.Jones, Geoffrey. “Globalization and Beauty: A Historical and Firm

Perspective”Instutute Of American Studies EuRamerica Vol.41 No.4, 2011.------------------ “Blonde and Blue-eyed? Globalizing beauty,

c.1945-c1980”Economic History Review Vol.6. No.1, 2008.

Keith,Verna M. “A colorstruck World: Skin tone, Achievement andself-esteem

among African American Women” ,2010Lundin,Ingela. “Double Oppression in the color purple and wide

sargasso sea. Acomparison between the main characters celie and Antoinette”

Humanitiesand Social Sciences ,2008Lynn, Richard. “Pigementocracy: Racial Hierarchies in the Carivvean

and LatinAmerica” University of Ulster. The occidental Quarterly vol.8 no.2

Summer 2008.Mire, Amina. “The Scientification of Skin Whitening and the

EntrepreneurialUniversity-Linked Corporate Scientific Officer”, Canadian Journal Of

Science, Mathematics, And Technology Education 12, no. 3 ,2012Morton, Stephen. “Gayatri Chakravrty Spivak” British Library of

CongressRoutledge:London, 1972Parameswaran, Radhika & Kvitha Cardoza, “Melanin on the Margins:

Advertisingand the Cultural Politics of Fair/Light/White Beauty in India”

Journalism and Communication Monographs Vol 11. No.3 Autumn,2009.

Pierre,Jemima. “’I Like Your Colour!’ Skin bleaching and Geographies ofRace in

Urban Ghana”, Feminist Review 90 ,2008Ray, Suranjita. “Understanding Patriarchy” Human Rights, Gender &

EnvironmentCourse,University of Delhi ,2008

Page 21: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam Colorism danAktivitas Skin Bleaching

Jurnal Analisis HI, September 2014 1087

Robinson, Petra Alaine. “Skin bleaching in Jamaica: A Colonial Legacy”,,Dissertasiion paper, Texas: A&M university, 2011Rondilla, Joanne L. “Colonial Faces: Beauty and Skin Color Hierarchy in

thePhilippines and the U.S.”, U.C. Berkeley Ethnic Studies ,2012 Roselle, Laura & Sharon Spray, “Scholarly Literature and The

Literature Review”, dalam Research and Writing in International Relations,

,New York: Pearson Longman, 1997.Saraswati,L. Ayu. “Why beauty matters to the postcolonial nation’s

masters: readingnarrativesof female beauty in Pramoedya’s Buru Tetralogy”,Feminist Formations 3 No.2 , 2011.Sahu,Ramakant & Poornima Saxena, Sapna Johnson. “Heavy Metals in

cosmetics”Centre forscience and environment ,2014 Stanely, Samuel & Santosh Kumari, “Position of women in Colonial Era”International Journal of Education Research and Technology, Vol 1 [2]

December 2010.Suradkar, Santosh Pandhari “Idea of Emancipation and discourse on

caste in colonialwestern India (Maharashtra)” Center for historical studies, Jawaharlal

Nehru University, 2011.Suvattanadilok, Montajula. “skin whitening products purchasing

intentionanalysis”Research Journal Of Business Management ,2013

Websites:B i a s u t t i . “ R a c e ” , H u m a n o g e o g r a p h y , 1 9 5 9 ,

http://debitage.net/humangeography/race.ht ml#Biasutti1959,(diakses pada 19 Maret 2014)

CIA, “The World Factbook: India” ,CIA, N.d,https://www.cia.gov/library/publications/theworld-factbook/geos/in.h

tml ,(diakses pada 20 Maret 2014)Classzone, “Chapter 27: The Age of Imperialism”, dalam World History

Ed.McDougal Littell Classzone, 2002 diakses dalam

http://www.classzone.com/books/wh_survey/index.cfm , (pada 24Maret 2014)

Mire,Amina. “Pigmentation and Empire” New Black Magazine, 14Agustus 2010,

http://www.thenewblackmagazine.com/view.aspx?index=2382 ,(diakses 12 Maret 2014)

Page 22: Dampak Penindasan Pada Perempuan Poskolonial India Dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahic443d9e59bfull.pdf · Selain itu kedatangan kolonial Inggris yang civilized

Era Brilliana Largis

1088 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Narayan, Adi & Matthew Boyle, “Unilever Wagers Billions on IndiaEconomic

Revival” 2013. Dalamhttp://www.bloomberg.com/news/2013-05-02/unilever-wagers-billions-on-india-economic-revival.html (diakses pada 24 Mei 2014)

Oxford Dictionary, [online] http://www.oxforddictionaries.com/

Sumber lain:Pradityo, Sapto. “Putih Tak Selalu Lebih Cantik” Majalah Detik Edisi

14-20 April,2014 [pdf] d a l a m

http://majalah.detik.com/cb/ba5b094b3d97265a652191014ee11620/2014/20140414_MajalahDetik_124.pdf ,(diakses pada 14 April2014)

Italian Trade Commission. “the cosmetic & personal care sector inIndia”, Market

Research ,2008Ministry of Health and Family Welfare Government of India, “Gender

Equality andWomen’s Empowerment in India” National Family Health Survey

2005-2006 Das, Nandita, Interview Email oleh Penulis. 26 Juli 2014