dampak un

5
DAMPAK UJIAN NASIONAL TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN KITA Oleh: Ika Ardiyani, S.Pd. – SMP N 2 Eromoko Istilah Ujian Nasional tidak asing lagi di telinga kita. Sebagian setuju dengan pelaksanaan Ujian Nasional ini dan sebagian lagi tidak. Di tengah perbedaan pendapat ini, pemerintah bertahan untuk tetap melaksanakan Ujian Nasional dengan alasan UN dapat digunakan sebagai tolok ukur kualitas pendidikan di Indonesia. Namun kenyataannya, Ujian Nasional banyak memberikan dampak negatif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Dampak negatif yang dapat dirasakan diantaranya adalah: 1. Siswa Memiliki Pemahaman Konsep yang Rendah Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran drilling, untuk mempersiapkan para siswanya menghadapi dan mengerjakan soal-soal UN, dimana para siswa dilatih untuk mengerjakan sejumlah soal yang diduga akan keluar dalam ujian. Melalui metode ini guru mengharapkan para siswa terbiasa menghadapi soal ujian, dan menguasai teknik-teknik dan trik mengerjakan soal yang dihadapi (smart solution). Pembelajaran dengan model ini jelas tidak bermakna, membuat pemahaman konsep siswa rendah, siswa cenderung tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah, sehingga ketika

Upload: t-pujo-e

Post on 13-Jan-2015

1.989 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak un

DAMPAK UJIAN NASIONAL TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN KITA

Oleh: Ika Ardiyani, S.Pd. – SMP N 2 Eromoko

Istilah Ujian Nasional tidak asing lagi di telinga kita. Sebagian setuju

dengan pelaksanaan Ujian Nasional ini dan sebagian lagi tidak. Di tengah

perbedaan pendapat ini, pemerintah bertahan untuk tetap melaksanakan Ujian

Nasional dengan alasan UN dapat digunakan sebagai tolok ukur kualitas

pendidikan di Indonesia. Namun kenyataannya, Ujian Nasional banyak

memberikan dampak negatif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Dampak

negatif yang dapat dirasakan diantaranya adalah:

1. Siswa Memiliki Pemahaman Konsep yang Rendah

Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran drilling, untuk

mempersiapkan para siswanya menghadapi dan mengerjakan soal-soal UN,

dimana para siswa dilatih untuk mengerjakan sejumlah soal yang diduga akan

keluar dalam ujian. Melalui metode ini guru mengharapkan para siswa

terbiasa menghadapi soal ujian, dan menguasai teknik-teknik dan trik

mengerjakan soal yang dihadapi (smart solution). Pembelajaran dengan

model ini jelas tidak bermakna, membuat pemahaman konsep siswa rendah,

siswa cenderung tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam

memecahkan masalah, sehingga ketika dihadapkan pada soal dengan

pola/model yang berbeda mereka tidak mampu mengerjakannya.

Dengan adanya UN, maka pembelajaran cenderung hanya

mengembangkan ranah kognitif, pada penguasaan pengetahuan, dan

mengesampingkan ranah lain yang sebenarnya tidak kalah pentingnya untuk

menghasilkan individu-individu yang utuh dan berkarakter, yaitu ranah

afektif dan psikomotorik.

2. Memprioritaskan Pelajaran Tertentu dan Mengabaikan Pelajaran Lain

Tidak semua mata pelajaran diujikan secara nasional. Mata pelajaran

yang di-UN-kan pada tingkat SMP antara lain mata pelajaran Matematika,

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPA. Pembatasan mata pelajaran yang

diujikan dalam UN, berakibat pada fokus proses pembelajaran di sekolah

Page 2: Dampak un

hanya ditekankan pada penguasaan mata pelajaran tersebut, sedangkan mata

pelajaran lain dianggap hanya sebagai pelengkap. Hal ini menyebabkan

terjadinya diskriminasi terhadap mata pelajaran lain, seolah-olah mata

pelajaran lain diabaikan. Selama berbulan-bulan menjelang Ujian Nasional

siswa fokus mempelajari 4 mata pelajaran yang diujikan secara nasional

tersebut. Para siswa dan bahkan orang tua lebih memusatkan perhatiannya

terhadap mata pelajaran yang akan di UN-kan, terutama pada siswa kelas

akhir.

3. Banyak Terjadi Kecurangan

Karena adanya penentuan kelulusan secara nasional dan tuntutan

kelulusan yang tinggi, baik terhadap prosentase/jumlah siswa yang

dinyatakan lulus, maupun besarnya nilai yang diperoleh para siswa,

mendorong sekolah untuk melakukan berbagai upaya dan strategi untuk

mencapainya. Menghalalkan segala cara demi bisa mencapai kelulusan.

Sekolah yang mampu meluluskan siswanya dengan prosentase yang tinggi

dengan nilai UN yang tinggi, dianggap sebagai sekolah yang berkualitas.

Setiap sekolah menginginkannya dan berbagai upaya dilakukan untuk

mencapai posisi tersebut. Namun sayang, tidak sedikit oknum guru dan

kepala sekolah melakukan upaya-upaya yang tidak terpuji. Untuk

mewujudkan itu, tidak jarang upaya-upaya yang tidak fair dilakukan oleh

oknum guru dan kepala sekolah untuk mencapai target kelulusan yang

setinggi-tingginya.

Dalam rangka untuk mendapatkan kelulusan yang tinggi, sekolah

membentuk “Tim Sukses” supaya memenuhi standar pelayanan minimal

pendidikan (SPM Kepmendiknas 053/U/2001) (Salamudin, 2005); Guru

merekayasa nilai, mendongkrak (mark up) nilai ujian sekolah; bahkan Guru

memberikan kesempatan kepada siswa ‘menyontek’ Kasus di beberapa

sekolah, guru, terutama untuk mata pelajaran yang diujikan secara nasional

seperti matematika, bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan IPA, dengan

berbagai modus memberi kunci jawaban kepada siswa. Caranya dengan

membuat tim untuk membetulkan jawaban-jawaban siswa. Kondisi seperti ini

Page 3: Dampak un

jelas jauh dari nilai-nilai kejujuran dalam pendidikan yang seharusnya

menjadi bagian yang harus dikembangkan di sekolah. Bila ini berlanjut, bisa

dibayangkan generasi seperti apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan kita.

Secara tidak langsung, pendidikan di Indonesia mencetak suatu generasi

pembohong, yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

4. Hasil UN tidak Reliable dan Tidak Adil

Ketidak adilan bisa dilihat dari proses pembelajaran yang dialami

siswa di satu sekolah dengan sekolah lainnya yang jauh berbeda. Para siswa

yang mengikuti proses pembelajaran dengan situasi dan kondisi yang sangat

jauh berbeda diuji dengan cara dan alat yang sama. Di satu sisi, siswa belajar

di sekolah yang memiliki fasilitas yang lengkap dan dilayani oleh SDM yang

jumlah dan kualitasnya sangat memadai. Tentu saja siswa yang belajar di

sekolah dengan fasilitas lengkap dapat mencapai hasil yang optimal. Namun

di sisi lain, siswa yang menjalani proses pembelajaran yang serba seadanya,

bahkan gedungnya pun hampir roboh hasilnya pun kurang optimal.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan UN dalam dunia

pendidikan harus segera direvisi secepatnya jika tidak ingin mental generasi

penerus rusak akibat UN dan bertentangan dengan pembelajaran berkarakter

yang sedang digalakkan sekarang ini. Hasil Ujian Nasional harus benar-benar

bisa dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan seseorang.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan

antara lain:

1. Sebaiknya nilai UN tidak digunakan untuk menentukan kelulusan sebab

akan memicu terjadinya kecurangan-kecurangan hanya karena

menginginkan peserta didiknya lulus semua.

2. Semua mata pelajaran yang dapat diujikan secara nasional hendaknya

dimasukkan sebagai mata pelajaran UN agar tidak ada mata pelajaran yang

dianaktirikan.

3. Pemerintah harus mengusahakan agar fasilitas, sarana dan prasarana yang

ada di sekolah-sekolah baik yang berada di daerah pinggiran maupun

perkotaan memadai dan seimbang sehingga hasil UN reliable dan adil.

Page 4: Dampak un