dangdut “sebuah dilema panggung kehidupan”

7
DANGDUT “SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN” oleh: Rengga Satria Dari sebuah sudut Kota Jakarta, irama gendang bersahutan dengan cengkok biduan. Tubuh molek yang lentur meliak- liuk menarik hati para penonton. Syair-syair bertemakan realitas kaum kusam bersenandung mengisi rongga-rongga kehidupan malam. Rupiah demi rupiah diraihnya dari para penonton yang “menyawer”. Terkadang colekan jahil risih menggelitik tubuh. Namun tak sedikitpun irama berhenti, mungkin hal tersebut sudah begitu lumrah bagi para biduan tersebut. Sementara itu jari-jari menari di udara. Penuh suka cita para penonton larut dalam irama dendang dan hembusan angin malam. Sejenak peluh berubah menjadi tawa. Lelah seminggu bekerja pun kini telah terhapus sudah. Hanya ada riang dan canda tawa yang mengganti luka dan harapan yang sirna .

Upload: rengga89

Post on 19-Jan-2016

264 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Dari sebuah sudut Kota Jakarta, irama gendang bersahutan dengan cengkok biduan. Tubuh molek yang lentur meliak-liuk menarik hati para penonton. Syair-syair bertemakan realitas kaum kusam bersenandung mengisi rongga-rongga kehidupan malam. Rupiah demi rupiah diraihnya dari para penonton yang “menyawer”. Terkadang colekan jahil risih menggelitik tubuh. Namun tak sedikitpun irama berhenti, mungkin hal tersebut sudah begitu lumrah bagi para biduan tersebut.Sementara itu jari-jari menari di udara. Penuh suka cita para penonton larut dalam irama dendang dan hembusan angin malam. Sejenak peluh berubah menjadi tawa. Lelah seminggu bekerja pun kini telah terhapus sudah. Hanya ada riang dan canda tawa yang mengganti luka dan harapan yang sirna .

TRANSCRIPT

Page 1: DANGDUT  “SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN”

DANGDUT“SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN”

oleh: Rengga Satria

Dari sebuah sudut Kota Jakarta, irama gendang bersahutan dengan cengkok biduan. Tubuh molek yang lentur meliak-liuk menarik hati para penonton. Syair-syair bertemakan realitas kaum kusam bersenandung mengisi rongga-rongga kehidupan malam.

Rupiah demi rupiah diraihnya dari para penonton yang “menyawer”. Terkadang colekan jahil risih menggelitik tubuh. Namun tak sedikitpun irama berhenti, mungkin hal tersebut sudah begitu lumrah bagi para biduan tersebut.

Sementara itu jari-jari menari di udara. Penuh suka cita para penonton larut dalam irama dendang dan hembusan angin malam. Sejenak peluh berubah menjadi tawa. Lelah seminggu bekerja pun kini telah terhapus sudah. Hanya ada riang dan canda tawa yang mengganti luka dan harapan yang sirna .

Page 2: DANGDUT  “SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN”
Page 3: DANGDUT  “SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN”
Page 4: DANGDUT  “SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN”
Page 5: DANGDUT  “SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN”
Page 6: DANGDUT  “SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN”
Page 7: DANGDUT  “SEBUAH DILEMA PANGGUNG KEHIDUPAN”