darmanto ambarita_111201118

Upload: desrinanmanalu

Post on 13-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pemanfaatan Sirih Sebagai Pembasmi Hama

TRANSCRIPT

Tugas Mata Kuliah Agroindustri Medan, Maret 2014PEMANFAATAN SIRIH SEBAGAI PEMBASMI HAMA

Dosen Penanggungjawab:Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.Oleh :Darmanto Ambarita111201118Hut 6-C

PROGRAM STUDI KEHUTANANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA2014

PENDAHULUAN

Pestisida (sida, cide = racun) sampai kini masih merupakan alat utamayang digunakan dalam pengendalian hama. Karena sifatnya sebagai racun itulah maka selama manusia menggunakan pestisida masalah "buah simalakama" selalu saja menghantui kita.Tidak digunakan kita rugi, menggunakannya kita juga rugi, karena pada hakikatnya tidak ada pestisida yang benar-benar "target specific".Jenis-jenis insektisida modern yang dikembangkan dari racun hasil alami dan kini populer seperti piretroid sintetik masih sangat beracun bagi semua jenis ikan, sehingga penggunaannya akan sangat mempengaruhi rantai makanan. Apalagi jika piretroid memiliki sifat persisten seperti halnya hidrokarbon-berklor (HK) atau organoklorin (misalnya DDT, chlordane, dieldrin dsb.).Belum lagi kita berbicara mengenai dosis atau takaran banyaknya bahanaktif pestisida yang seringkali digunakan secara berlebihan. Memang dosis yang besar memberikan peluang kematian yang lebih pasti bagi hama tetapi juga kerusakan yang lebih besar bagi sistem kehidupan alam. Di antara racun kimia biosida yang digunakan manusia, dan di antara bahan-bahan kimia beracun yang digunakan untuk pengelolaan pertanian, bangunan dan kesehatan masyarakat, golongan pestisida merupakan bagian yang paling besar.Dapat ditarik kesimpulan bahwa pestisida merupakan kelompok bahan kimia beracun yang paling banyak digunakan dalam lingkungan hidup manusia dewasa ini.Kebijaksanaan penggunaan pestisida seharusnya hanya merupakan salah satu strategi manajemen dalam konteks pengendalian hama terpadu [integratedpest management; IPM atau pendalian hama secara terpadu yang lazim disingkat 2 PHT]. Dalam konteks IPM hama bangunan, penggunaan pestisida (mencakupinsektisida dan fungisida) hanya merupakan salah satu di antara berbagai cara yang dapat dilakukan, seperti sanitasi lingkungan, penggunaan kayu awet dsb. Karena pestisida adalah racun yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme bukan sasaran (non target organisms), penggunaannya harus didasarkan atas pertimbangan ekologis yang sangat bijaksana, dan hanya merupakan taktik yang bersifat darurat, dalam arti bahwa keadaan memaksa kitauntuk menggunakannya pada suatu saat tertentu sambil menunggu cara-cara lain yang lebih aman, dan dengan pertimbangan keselamatan manusia dan kelestarian lingkungan [lingkungan hidup]; pelestarian lingkungan.Penggunaan daun sirih sebagai pengendalian hayati terhadap kumbangbubuk beras dimaksudkan agar hama dalam penyimpanan benih dapat dikendalikan. penggunaan insektisida dari bahan alami ini juga diharapkan dapat menggantikan insektisida dari bahan kimia karena penggunaan insektisida kimia hanya akan mencemari lingkungan dan menimbulkan resistensi pada hama tersebut. Pemanfaatan bahan botani sebagai insektisida untukmelindungi hasil panen selama penyimpanan, telah lama dikenal di Indonesia, bahkan penggunaan bahan botani ini telah dilakukan jauh sebelum penemuan pestisida tradisional.hal ini karena bahan botani mengandung alkaloid yang bersifat racun terhadap serangga.RUMUSAN MASALAH1. Apa saja manfaat sirih sebagai pestisida nabati?2. Kandungan daun sirih sehingga dapat digunakan pestisida nabati3. Peluang penjualan pesttisida nabati

MANFAAT SIRIH SEBAGAI PESTISIDA NABATIJenis-jenis tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati merupakan hasil penggalian/pencarian dari beberapa desa pada enam provinsi di kepulauan Sumatera, yaitu Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Barat, Bangka Belitung, dan Sumatera Utara. Pendekatan pencarian ini berdasarkan penggunaannya dalam pengendalian hama tanaman, hama ternak dan racun ikan secara tradisional oleh masyarakatPenggunaan daun sirih sebagaipengendalian hayati terhadap kumbang bubuk beras dimaksudkan agar hama dalam penyimpanan benih dapat dikendalikan. Penggunaan insektisida dari bahan alami ini juga diharapkan dapat menggantikan insektisida dari bahan kimia karena penggunaan insektisida kimia hanya akanmencemari lingkungan dan menimbulkan resistensi pada hama tersebut.Pemanfaatan bahan botani sebagai insektisida untukmelindungi hasil panen selama penyimpanan, telah lama dikenal di Indonesia, bahkan penggunaan bahan botani ini telah dilakukan jauh sebelum penemuan pestisida tradisional.hal ini karena bahan botani mengandung alkaloid yang bersifat racun terhadap serangga.Insektisida tumbuhan memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimilikioleh insektisida sintetik.Di alam, Insektisida tumbuhan memiliki sifat yang tidak stabil sehingga memungkinkan dapat didegradasi secara Selain dampak negatif yang ditimbulkan pestisida sintetik seperti resistensi, resurgensi dan terbunuhnya jasad bukan sasaran.Dewasa ini harga pestisida sintetik relatif mahal dan terkadang sulit untuk memperolehnya. Di sisi lain ketergantungan petani akan penggunaan insektisida cukup tinggi.

KANDUNGAN DAUN SIRIHKandungan kimia yang dimiliki daun sirih antara lain minyak atsiri,alkaloid, kadimen, eugenol, eugenol metal eter, kariopilen dan etilbrenskatenin. Selain itu, daun sirih juga mengandung zat samak, enzim diastase, gula dan vitamin A . Minyak atsiri dari daun sirih segar sepertiga bagian terdiri dari fenol dan alkaloid yang memiliki daya pembunuh bakteri, antioksidan, fungisida serta anti jamur. Minyak atsiri dari daun sirih mempunyai efek insektisida terhadap lebih dari 30 jenis serangga dibandingkan denganpiperazine phosphate dan hexyl resorchinolpada konsentrasi yang sama. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih (Pipper betle L) terhadap kematian dari kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae L).Daun sirih hutan mengandung bahan aktif fenol dan kavokol. Pestisida nabati daun sirih hutan efektif untuk mengendalikan hama pengisap. Cara pembuatan pestisida nabati daun sirih hutan adalah sebagai berikut:- Tumbuk hingga halus 1 kg daun sirih hutan segar + 3 umbi bawang merah + 5 batang serai.- Tambahkan 8-10 liter air + 50 g detergen, aduksampai tercampur rata dan menjadi larutan.- Saring larutan dan semprotkan larutan tersebut kepertanaman.Banyaknya dampak negatif dari penggunaan insektisida kimia memunculkan penelitian baru dalam pengendalian vektor yang lebih aman, sederhana, dan berwawasan lingkungan.Pengendalian menggunakan insektisida nabati (bioinsektisida) dari ekstrak tumbuhan adalah salah satunya. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliacea, Annonaceae, Astraceae, Piperaceae dan Rutaceae Daun sirih (Piper betle L.) termasuk dalam famili piperaceae (sirih-sirihan) yang mengandung minyak atsiri dan senyawa alkaloid.Senyawa-senyawa seperti sianida, saponin, tanin, flafonoid, steroid, alkanoid dan minyak atsiri diduga dapat berfungsi sebagai insektisidaKandungan kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, , eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula, pati dan asam amino. Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada fenol biasa).Peningkatan konstrasi ini menyebabkan senyawa aromatic yang ada dalam minyak atsiri dari daun sirih menjadi lebih pekat sehingga tidak disukai kumbang bubuk beras (Boonde.E, 2003).Selain itu, Heyne (1987), mengungkapkan bahwa kovikol yang merupakan salah satu senyawa turunan fenol dari minyak atsiridaun sirih memiliki daya insektisida 5 kali lebih kuat dibandingkan piperazinephosphate dan dapat menjadi toksik jika konsentrasinya pekat atau tinggi.Tingginya mortalitas ini juga disebabkan karena ekstrak daun sirih mampu meluruhkan lapisan chitin penyusun kutikula serangga (Kartosoepoetra, 1987).Diketahui daun sirih mengandung minyak atsiri yang dapat menghambat respirasi mitokondria serangga.Zat ini juga dapat bersifat racun yang kerjanya menghambat aktifitas respirasi sehinggan menyebabkan kematian secara lambat apabila masuk melalui saluran pencernaan (Prijono, dkk, 1997).PELUANG PEMANFAATAN PESTISIDA NABATISejalan dengan meningkatnya pemahaman masyakat dunia tentang produk pertanian yang ramah lingkunan dalam beberapa decade ini, maka salah satu kebutuhan dasar manusia adalah makanan yang berkualitas, sehat dan aman dikonsumsi, terhindar dari pencemaran bahan kimia beracun seperti pestisida. Untuk menghasilkan makan yang sehat dan bergizi antara lain dapat melalui gerakan pertanian organik, yang melarang penggunaan pestisida kimia sintetis menggantinya dengan pestisida nabati dan cara pengendalian alami lainnya. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan penggunaan pestisida nabati yang bersahabat dengan lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia.Kebutuhan pestisida nabati saat ini tidak terbatas kepada bidang pertanian, tetapi sudah meluas kepada ke arah hama rumah tangga, seperti pengendalian nyamuk. Hal ini ditunjang oleh beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa pestisida nabati dapat digunakan untuk mengendalikan hama pemukiman. Saat ini anti nyamuk demam berdarah dengan bahan aktif dari tanaman (pestisida nabati) melalui kerja sama dengan perusahaan nasional yang bergerak di bidang ini. Pestisida nabati juga akan digunakan sebagai bahan pembersih lantai, kaca, antiseptik dan lainnya untuk kebersihan di rumah tangga, rumah sakit, gedung perkantoran mulai menarik perhatian swasta lingkungan.

DAFTAR PUSTAKAHeyne,K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.Kartosopoetra, A.G., 1987. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Bina Aksara JakartaDalimartha, S, 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara, JakartaSoenandar, M. Aeni, M.N. dan Raharjo, A. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik, Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Sudarmo, S. 2005. Cara Praktis Pembuatan Pestisida Nabati Aman dan Ramah Lingkungan dengan Teknik Pengujian Sederhana. Yogyakarta: Kanisius.