dasar teori tpha

7
Dasar Teori 1. Pengertian Uji Treponemal dan Non-Treponemal Uji treponemal merupakan uji yang spesifik terhadap sifilis, karena mendeteksi langsung Antibodi terhadap AntigenTreponema pallidum. Biasanya uji ini digunakan untuk mengkonfirmasi uji non-treponemal (non spesifik) dan untuk menilai respon bakteri treponemal tersebut. Pada uji treponemal, sebagai antigen digunakan bakteri treponemal atau ekstraknya, misalnya Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA),Treponema Pallidum Particle Assay (TPPA) , dan Treponema Pallidum Immunobilization(TPI). Walaupun pengobatan secara dini diberikan, namun uji treponemal dapat memberi hasil positif seumur hidup. Uji non-treponemal adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid (lipoidal like antigen) Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. Uji ini akan menjadi negatif 1-4 minggu setelah pertama kali memberi hasil positif (seiring dengan pengobatan atau menyembuhnya lesi), sehingga hanya digunakan untuk melihat keberhasilan pengobatan terhadap penyakit sifilis. Uji non-treponemal meliputi VDRL (Venereal disease research laboratory), USR (unheated serum reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan TRUST (toluidine red unheated serum test). 2. Penyakit Sifilis

Upload: bintang-utami

Post on 24-Nov-2015

184 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Dasar Teori1. Pengertian Uji Treponemal dan Non-TreponemalUji treponemal merupakan uji yang spesifik terhadap sifilis, karena mendeteksi langsung Antibodi terhadap AntigenTreponema pallidum. Biasanya uji ini digunakan untuk mengkonfirmasi uji non-treponemal (non spesifik) dan untuk menilai respon bakteri treponemal tersebut. Pada uji treponemal, sebagai antigen digunakan bakteri treponemal atau ekstraknya, misalnyaTreponema Pallidum Hemagglutination Assay(TPHA),Treponema Pallidum Particle Assay (TPPA), danTreponema Pallidum Immunobilization(TPI). Walaupun pengobatan secara dini diberikan, namun uji treponemal dapat memberi hasil positif seumur hidup.

Uji non-treponemal adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid (lipoidal like antigen) Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. Uji ini akan menjadi negatif 1-4 minggu setelah pertama kali memberi hasil positif (seiring dengan pengobatan atau menyembuhnya lesi), sehingga hanya digunakan untuk melihat keberhasilan pengobatan terhadap penyakit sifilis. Uji non-treponemal meliputi VDRL (Venereal disease research laboratory), USR (unheated serum reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan TRUST (toluidine red unheated serum test).

2. Penyakit Sifilis

Sifilis yang mempunyai nama lain Great pox, lues venereum, dan morbus gallicus merupakan suatu penyakit kronik dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dapat ditularkan melalui kontak seksual dan dari ibu ke janin. Penyakit ini juga mempunyai stadium remisi dan eksaserbasi. Di Indonesia insidensinya 0,61% dengan penderita terbanyak adalah stadium laten, disusul stadium 1 yang jarang, dan yang langka adalah sifilis stadium II.

Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan akuisita (dapatan). Sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis dini (sebelum 2 tahun), lanjut (setelah 2 tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut 2 cara, yaitu secara klinis dan epidemiologik. Menurut klinis sifilis dibagi menjadi 3 stadium: Stadium I, stadium II, dan stadium III. Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi: Stadium dini menular (dalam dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium I (9-90 hari), stadium II (6 minggu-6 bulan atau 4-6 bulan setelah muncul lesi primer, dan stadium laten dini (dalam 2 tahun infeksi). Stadium lanjut tak menular (setelah dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut (lebih dari 2 tahun), dan stadium III (3-20 tahun).

Ada juga yang memasukkan sifilis kardiovaskular dan neurosifilis dalam kelompok lanjut. Sifilis primer merupakan stadium dimana organisme penyebab sifilis masuk ke dalam tubuh. Gejala awal tidak selalu tampak. Setelah mengalami masa inkubasi selama 10-90 hari, akan terjadi chancre, yaitu lesi lepuh kecil berukuran sekitar 13 mm. Chancre bisa terdapat pada genital, mulut, dada dan rectal3. Pengenalan Umum Bakteri Treponema pallidumTreponema pallidum tidak dapat ditumbuhkan di laboratorium atau di medium biokimia lain. Namun Treponema pallidum dapat ditumbuhkan pada makhluk hidup (hewan coba) yaitu digunakan testis kelinci.

Treponema pallidum dapat dilihat di mikroskop lapangan gelap. Warnanya pucat, bentuknya halus dan memiliki koil (gulungan) sehingga terlihat spiral. Panjangnya bervariasi mulai dari 6 sampai 15 m dan panjang koilnya mulai dari 0.09 sampai 0.18 m. Setiap bakteri memiliki sekitar 8 sampai 20 koil. Adanya enzim hialuronidase pada permukaan bakteri memungkinkannya untuk menimbulkan respons inflamasi dan menyebar selama infeksi primer.

Infeksi oleh Treponema pallidum menyebabkan inflamasi di tempat inokulasinya dan menyebar selama infeksi primer. Penyakit sifilis, jika tidak ditangani, dapat mengalami tiga fase: primer, sekunder, dan tersier (pada beberapa literatur disebut sebagai fase I, II, dan III). Di antara fase II dan III dapat terjadi fase laten. Fase primer dan sekunder sangat menular dan umumnya berlangsung sekitar 2 sampai 4 tahun. Periode laten dapat berlangsung selama 5 sampai 50 tahun.

Masa inkubasi penyakit sifilis adalah 9 sampai 90 hari. Secara umum, luka pertama di daerah genital muncul 3 minggu setelah pajanan. Pembesaran kelenjar getah bening di salah satu atau kedua paha dapat terjadi hingga 5 minggu setelah infeksi. Tes serologi baru dapat digunakan setelah 5.5 sampai 6 minggu, makula muncul pada minggu ke-8, lesi papular muncul pada bulan ke-3 dan kondiloma pada bulan ke 6.4. Teknik pemeriksaan TPHA

Diagnosis dapat ditegakkan dengan berbagai cara, antara lain dengan menemukan Treponema pallidum pada pemeriksaan lapangan gelap, penggunaan PCR untuk mengidentifikasi molekul asam nukleat bakteri, pemeriksaan cairan serebrospinal serta penggunaan uji serologi. Untuk uji serologi sendiri baru akan memberikan hasil 1 -4 minggu setelah infeksi. Berdasarkan jenisnya, uji serologi dapat dibagi menjadi uji non-treponemal dan uji treponemal.Treponema Pallidum Hemagglutination (TPHA) merupakan suatu pemeriksaan serologi untuk sifilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap awal atau primer) sifilis. Manfaat pemeriksaan TPHA sebagai pemeriksaan konfirmasi untuk penyakit sifilis dan mendeteksi respon serologis spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut atau akhir sifilis. Untuk skirining penyakit sifilis biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila hasil reaktif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi (Vanilla, 2011).

TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat apakah adanya antibodi terhadap treponema. Jika di dalam tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan menjadi negatif setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-bakteri yang lain selain keluarga treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi positif (Anonim, 2013).

Pemeriksaan TPHA dilakukan berdasarkan adanya antibodi Treponema Palidum yang akan bereaksi dengan antigen treponema yang menempel pada eritrosit sehingga terbentuk aglutinasi dari eritrosit-eritrosit tersebut (Vanilla, 2011).Selain Test TPHA dilakukan juga test VDRL (Venereal Desease Research Laboratory). Test VDRL dilakukan juga sebagai tindakan skrining awal. Di laboratorium petugas akan mengambil sampel cairan dari tubuh Anda. Kuman Treponema pallidum ini awalnya berkembang biak di tempat masuknya. Bisa dari saluran kencing atau luka infeksi. Kemudian sebagian kuman akan masuk menyerang kelenjar getah bening yang berdekatan dan peredaran darah. Maka biasanya pemeriksaan dilakukan dengan mengambil cairan jaringan dari lesi, kelainan kulit dan darah.Keunggulan metode TPHA untuk pemeriksaan Sifilis dibandingkan metode lain:1. Teknik dan pembacaan hasilnya mudah, cukup spesifik dan sensitive (dapat mendeteksi titer titer yang sangat rendah)2. Bakteri lain selain dari familyTreponematidak dapat memberikan hasil positif

Namun, metode TPHA memiliki beberapa kekurangan, antara lain.

1. Harganya mahal2. Pengerjaannya membutuhkan waktu inkubasi yang lama, hampir 1 jam.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan TPHA antara lain :1. Jangan menggunakan serum yang hemolisis karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.2. Serum atau plasma harus bebas dari sel darah dan kontaminasi mikrobiologi3. Jika terdapat penundaan pemeriksaan, serum disimpan pada suhu 2-80C dimana dapat bertahan selama 7 hari dan bila disimpan pada suhu -200C, serum dapat bertahan lebih lama.

4. Serum atau plasma yang beku sebelum dilakukan pemeriksaan harus dicairkan dan dihomogenkan dengan baik sebelum pemeriksaan.5. Reagen harus disimpan pada suhu 2-80C jika tidak digunakan dan jangan disimpan di freezer.6. Uji TPHA menunjukkan hasil reaktif setelah 1-4 minggu setelah terbentuknya chancre.7. Dalam melakukan pemeriksaan harus menyertakan kontrol positif dan kontrol negativeDaftar Pustaka

Tonny,Arman,2013.Pemeriksaan Sifilis.online.http://armantonnynasution.blogspot.com/2013/02/pemeriksaan-sifilis-methode-tpha.html (diakses tanggal 12 April 2014)

Apriani,Nila.2011.Uji TPHA Uji Treponemal.online.http://nillaaprianinaim.wordpress.com/2011/09/28/uji-tpha-uji-treponemal/ (Diakses tanggal 12 April 2014)Vanilla, Prima. 2011. Treponema pallidum. Diakses dari : http://primavanilla.blogspot.com/2011/06/treponema-pallidum-penyebab-penyakit.html. Diakses tanggal 17 Mei 2013