daslintan

44
BAB III PENYAKIT TANAMAN I. I. DEFINISI ATAU ISTILAH Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil manfaatnya, dapat ditinjau dari dua sudut (pandangan) : 1. Sudut BIOLOGI yang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain. 2. Sudut EKONOMI yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain. Sedang penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofit Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya. Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :

Upload: idson-kamal

Post on 11-Aug-2015

74 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

daslintan

TRANSCRIPT

Page 1: daslintan

BAB IIIPENYAKIT TANAMAN

 

I. I.      DEFINISI ATAU ISTILAH

Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil

manfaatnya, dapat ditinjau dari dua sudut (pandangan) :

1. Sudut BIOLOGI yang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis

seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain.

2. Sudut EKONOMI yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia

seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.

Sedang penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian

tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.

Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong

dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat.

Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofit

Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum

atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi

sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan

seterusnya.

Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :

1. Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya.

2. Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya.

1. 1.    Infeksi adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya.

2. 2.    Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang.

Akibatnya adanya infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadang-kadang

merupakan rangkaian yang disebut syndrom. Pada gejala itu sering kita jumpai

adanya tanda, misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-

peristiwa di atas terjadilah :

3. 3.    Periode (masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan

timbulnya gejala yang pertama. Namun demikian di dalam praktek sering

dihitung mulai dari inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala

pertama tersebut hingga waktunya menjadi jauh lebih panjang.

Page 2: daslintan

4. 4.    Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai

reaksi tanaman yang terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat

inokulasi.

Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan

penyakit. Di samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu

perkembangan patogen dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus

ini biasanya dapat dibedakan menajdi :

1. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan

jaringan hidup tanaman inangnya.

1. 1. Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan

dengan jaringan hidup tanaman inangnya .

Berdasarkan kondisi sel yang dipakai sebagai sumber makanannya maka

parasit atau patogen dapat dibedakan menjadi :

1. Patofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang masih hidup.

2. Pertofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang dibunuhnya

lebih dahulu.

Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh patogen,

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau

penurunan ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-

lain.

2. Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal

dari dalam artinya bersifat genetis atau bawaan.

Berdasarkan ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi :

1. Endemi (Enfitosis) yaitu penyakit yang selalu timbul dan menyebabkan kerugian

yang cukup berarti.

2. Epidemi (Epifitosis) yaitu penyakit yang timbulnya secara berkala dan

menimbulkan kerugian yang cukup berarti.

3. Sporadis yaitu penyakit yang timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan

kerugian yang berarti.

Page 3: daslintan

Tanggapan tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari

tanaman inang tersebut dan dapat dibedakan menjadi :

1. Tahan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang oleh

patogen.

2. Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh

patogen, jadi merupakan lawan dari tahan.

3. Toleran apabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen

yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi

kemampuan produksinya.

Bentuk yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebut Kekebalan sedang

bentuk ekstrem dari toleran disebut Inapparency, artinya dalam keadaan yang

bagaimanapun juga tetap memiliki sifat tersebut.

ARTI PENYAKIT TUMBUHAN BAGI MASYARAKAT

Pada tahun seribuan di Eropa timbul penyakit pada manusia yang banyak

menyebabkan kematian. Penyakit itu disebut Ergotisme. Penyakit ini ternyata

disebabkan karena penderita memakan roti yang terbuat dari tepung rogge atau rye

(Secale coreale), yang terserang oleh jamur Clavicopes purpurea. Jamur ini

menghasilkan racun pada tepung yang tidak rusak meskipun sudah dimasak

menjadi roti, hingga masih tetap menyebabkan kematian bagi manusia yang

memakannya.

Pada tahun 1845 timbul penyakit pada kentang yang disebut bercak daun (late

blight) yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans di Eropa dan Amerika.

Penyakit ini di Irlandia selama tahun 1845-1860 menyebabkan bahaya kelaparan

dan kematian sebanyak satu juta penduduk yang meliputi 1/8 dari seluruh jumlah

penduduk negara tersebut sedang yang 1,5 juta terpaksa mengadakan emigrasi ke

negara lain.

Pada tahun 1880 timbul penyakit pada kopi yang disebut penyakit karat daun

disebabkan oleh jamur Homileia vastatrix. Jamur ini memusnahkan kopi jenis

Arabica yang juga dikenal sebagai kopi Jawa. Untuk mengatasi penyakit ini

perkebunan kopi di Philipina diganti menjadi kebun kelapa sedang di Srilangka

diganti menjadi perkebunan teh. Di Indonesia perkebunan kopi tetap dipertahankan,

Page 4: daslintan

sebagai ganti jenis Arabica mula-mula ditanam kopi Liberica, tetapi jenis ini hancur

juga lalu diganti dengan jenis Robusta. Jenis yang terakhir ini meskipun mutu

bijinya lebih rendah tapi produksinya lebih tinggi sehingga nilai ekonominya

hampir sama saja. Sekarang ini jenis kopi Arabica hanya terdapat di daerah yang

tinggi saja seperti di Ijen dan Toraja. Sekarang dicoba menanam hibrida antara kopi

Arabica dengan Robusta untuk menaikkan mutu biji dan mempertahankan

produksi, yang disebut kopi jenis Arabusta. Tetapi usaha ini banyak mengalami

kesukaran.

Pada permulaan abad 19 timbul penyakit pada tebu yang disebut penyakit

sereh oleh virus Nanus sachori. Sebelum dapat diketahui dengan pasti patogen ini

sempat menjadi teka-teki antara penyakit fisiologis dan penyakit parasiter. Penyakit

ini pertama-tama diatasi dengan menanam bibit yang berasal dari pegunungan yang

dikenal dengan tebu import. Tetapi cara ini banyak mengalami kesukaran hingga

perkebunan tebu hampir saja gulung tikar. Untuk mengatasi bahaya yang gawat ini

pemerintah mendirikan tiga kali balai penelitian tebu, yang akhirnya balai

penelitian yang ada di Pasuruan menemukan jenis tanah yang terkenal dengan nama

POJ (Proefstation Ost Java). POJ ini merupakan hasil persilangan antara tebu

(Sacharum offisinarum) dengan glagah (Sacharum spontaneum). Hibrida inilah

yang menyelamatkan perkebunan tebu itu.

Pada tahun 1850-an timbul penyakit pada padi yang disebut penyakit mentek

yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang ribuan

hektar sawah dan menimbulkan kerugian ribuan ton, tetapi akhirnya ditemukan

jenis yang tahan. Penyakit tersebut sekarang diduga sama dengan penyakit tungro

yang disebabkan oleh virus.

Pada abad terakhir ini timbul penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem

Degeneration) yang disebabkan oleh makhluk semacam bakteri. Penyakit ini sangat

merugikan karena selain memperkecil ukuran buah jeruk juga mengurangi

jumlahnya, bahkan akhirnya dapat mematikan tanaman jeruk. Penyakit ini belum

dapat diatasi dengan cara apapun. Salah satu usaha untuk memperpanjang umur

ekonomi adalah dengan cara infus menggunakan antibiotika Oxy tetracicline, sebab

cara eradikasi tidak dapat dilaksanakan di Indonesia ini.

Page 5: daslintan

Beberapa tahun terakhir ini timbul penyakit cacar daun cengkeh (CDC) yang

disebabkan oleh jamur Phylosticta sp. Di Lampung meskipun baru beberapa tahun

boleh dikata hampir memusnahkan perkebunan cengkeh di sana. Dalam tahun

1982/1983 saja di propinsi tersebut menghabiskan biaya pengendalian sebesar 9

milyar rupiah. Penyakit ini sudah terdapat di propinsi-propinsi yang lain seperti

Jawa Barat, Jawa Tengah dan lain-lain.

 

RANGKUMAN.

Ilmu Penyakit Tumbuhan adalh ilmu yang mempelajari kerusakan yang

disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti

Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus.

Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.

Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut

ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk mempelajari

Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang

penting.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan

kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan

oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu

menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan

oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.

2. GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN

Di dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) sebelum

seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam,

terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit.

Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu

diketahui dengan baik.

Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat

dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang

terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di

Page 6: daslintan

tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang

menunjukkan gejala primer.

Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat

dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :

a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya

kerusakan pada sel atau matinya sel.

b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena

terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).

c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena

pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).

A. Tipe Nekrotis meliputi :

1. 1.    Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu

tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke

dalam ruang antar sel.

2. 2.   Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian

tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau.

3. 3.   Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati,

sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat

atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang

tidak teratur bentuknya.

4. 4.   Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang

karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis.

5. 5.   Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya

istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan

keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan

busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau

mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi

kering disebut busuk kering.

6. 6.   Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda

(semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat.

Dibedakan menjadi dua yaitu :

Page 7: daslintan

- Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul

di atas permukaan tanah.

- Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul

di atas permukaan tanah.

7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan

karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah

yaitu :

- Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.

- Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan.

- Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.

8. Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya

akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering,

berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh

sehingga terlihat bagian kayunya.

9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut

menjadi layu.

10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas

ke batang.

11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun,

yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.

 

B. TIPE HIPOPASTIS meliputi

1. 1.   Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai

daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.

2. 2.   Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya

pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya.

3. 3.   Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian

yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada

daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin

banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang

menguning disebut voin clearing.

Page 8: daslintan

4. 4.   Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak

disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan

terjadinya penyimpangan bentuk.

5. 5.   Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi

pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun

berdesak-desakan membentuk suatu karangan.

C. TIPE HIPERPLASTIS meliputi

1. 1.   Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga

pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu.

2. 2.   Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus

berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk

seperti spiral.

3. 3.   Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas

pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak,

karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).

4. 4.   Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-

kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi

sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi.

5. 5.   Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan

yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila

salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala

mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian.

6. 6.   Pembentukan alat yang luar biasa :

a. a.    Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.

b. b.   Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang

daun.

7. 7.   Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan

yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam).

8. 8.   Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang

berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting

segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.

Page 9: daslintan

9. 9.   Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum

waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat

tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari

sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.

10. 10.                    Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau

samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat.

Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas

(internodia) batang, daun pada tunas baru.

11. 11.                    Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada

jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini

dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.

Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :

a. a.    Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia

tumbuhan.

b. b.   Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan

atau binatang.

 

RANGKUMAN

Pada umumnya tanaman yang sakit akan menunjukkan gejala yang khusus.

Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat

adanya serangan suatu penyebab penyakit. Seringkali beberapa penyebab penyakit

menunjukkan gejala yang sama sehingga dengan memperhatikan gejala saja, tidak

dapat ditentukan diagnosis dengan tepat. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya

tanda (sign) dari penyebab penyakitnya.

Gejala dalam garis besarnya dapat dibedakan menjadi tiga tipe gejala pokok,

yaitu gejala-gejala nekrotik, hyperplastik dan hiplastik. Dari masing-masing tipe

gejala pokok ini dapat dibedakan menjadi gejala-gejala yang lebih khusus lagi.

 

3. PENYEBAB PENYAKIT

Penyebab penyakit (pathogen) tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua

kelompok besar, yaitu kelompok biotik atau organis yang biasa disebut parasit dan

Page 10: daslintan

kelompok abiotik atau anorganik yang biasa disebut fisiopat. Parasit yang paling

penting adalah tumbuhan tingkat tinggi, jamur, virus dan nematoda, sedang fisiopat

ada yang berasal dari dalam tumbuhan sendiri dan ada yang datangnya dari luar

tanaman.

A. A.   Tumbuhan Tinggi Parasitik

Tumbuhan tinggi parasitik dapat dibedakan menjadi dua golongan :

1. 1.    Tumbuhan Setengah Parasitik dan

2. 2.    Tumbuhan Parasitik Sejati.

B. B.   Jamur

Jamur adalah jenis tumbuhan yang tumbuhnya berupa thallus (belum ada

defferensiasi menjadi akar, batang dan daun), tidak berklorofil dan mempunyai inti

sejati. Kedua sifat terakhir untuk membedakan dengan Gangang dan Bakteri.

Bagian vegetatif jamur berupa benang-benang halus tumbuh memanjang

bercabang-cabang, bersekat atau tidak disebut hifa (hyphae), kumpulan dari hifa-

hifa ini disebut miselium (micelium). Berdasarkan ada tidaknya sekat, hifa

dibedakan menjadi coenocytis (yang tidak bersekat) dan celluler (yang bersekat).

Miselium dapat membentuk berkas memanjang dan mempunyai lapisan luar

yang liat dan keras. Berkas semacam ini disebut rhizomorf. Ada pula jamur yang

membentuk alat untuk beristirahat atau bertahan disebut sclerotium, yaitu suatu

massa hifa yang rapat/padat, sel-selnya memendek dan membesar serta berisi

banyak cairan.

PERKEMBANGBIAKAN

Jamur dapat berkembang biak secara asexual maupun sexual. Pembiakan

asexual : pada Phycomycetes pembiakan asexual dengan pembentukan

sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam kantong yang disebut

sporangium. Sporangiospora yang dapat bergerak disebut spora kembara (zoospora)

sedang yang tidak dapat bergerak disebut aplanospora. Pada golongan yang lebih

tinggi dengan membentuk konidi yaitu spora yang dibentuk dengan fragmentasi

dari ujung hifa. Ujung hifa disebut conidiophor (penduduk konidi). Conidiophor ini

dapat tersebar, bebas satu sama lain, tetapi ada juga yang terdapat di dalam tubuh

buah tertentu. Bentuk tubuh buah ini bermacam-macam, diantaranya :

Page 11: daslintan

- Pycnidium : tubuh buah yang berbentuk bulat/botol, yang mempunyai lubang

untuk keluarnya konidi, yang disebut ostiole.

- Acervulus : tubuh buah yang bentuknya seperti cawan..

- Sporodochium : tubuh buah yang bentuknya seperti acervulus, tetapi stroma

dasarnya menonjol keluar.

- Coremium : tubuh buah yang seperti sporodochium tetapi tangkai konidinya

membentuk suatu berkas yang panjang.

Pembiakan sexual : pada kelas Phycomycetes, pembiakan sexual berlangsung

dengan persatuan antara dua gamet yang sama baik ukuran maupun sifat

morfologinya. Proses persatuan ini disebut Isogami, sedang gametnya disebut

Isogamet. Pada kelas yang lebih tinggi tingkatannya terjadi persatuan antara dua

gamet yang berbeda ukuran dan sifat morfologinya. Proses perstuannya disebut

Anisogami atau Heterogami, sedang gametnya disebut anisogamet atau

heterogamet.

Gamet yang kecil dianggap sebagai jantan disebut antheridium, sedang yang

besar dianggap sebagai gamet betina disebut oosphere yang dibentuk di dalam

oogonium. Antheridium dapat melekat di samping oogonium disebut paragynus,

atau melekat pada pangkal oogonium disebut amphigynus. Pembiakan sexual pada

Ascomycetes terjadi dengan persatuan dua inti (kariogami) yang berbeda jenisnya

di dalam tubuh buah yang disebut ascoma (ascocarp). Hasil dari persatuan ini akan

terbentuk ascus dan dari ascus ini akan dibentuk ascospora yang pada umumnya

berjumlah delapan. Seperti halnya dengan konidi, ascus letaknya dapat tersebar

tetapi dapat pula terkumpul dalam tubuh buah tertentu, misalnya.

- Apothecium : tubuh buah yang berbentuk cawan/pinggan yang terbuka, ascus

terletak pada permukaannya.

- Perithecium : tubuh buah berbentuk bulat/botol dan pada ujungnya mempunyai

lubang (ostiole) untuk keluarnya spora.

- Cleistothecium : tubuh buah berbentuk bulat/botol tapi tidak mempunyai

ostiole.

Pada kelas Basidiomycetes pembiakan sexual terjadi dengan pembentukan

basidiospora yang berasal dari persatuan dua inti (kariogami) yang berbeda jenis,

Page 12: daslintan

kemudian mengadakan pembelahan secara meiosis. Basidiospora dibentuk di luar

basidium dan mempunyai tangkai yang disebut strigma. Pada umumnya setiap

basidium membentuk 4 basidiospora. Hymenium yang membentuk basidium

biasanya terdapat dalam tubuh buah yang dapat berbentuk payung, bola, rak, gada

dan lain-lain.

TAXONOMI

Jamur dibagi menjadi empat kelas yaitu :

Phycomycetes : jamur yang hifanya tidak bersekat, berbentuk tabung yang berisi

plasma dengan banyak inti.

Ascomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual

dengan membentuk ascus yang menghasilkan ascospora.

Basidiomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual

dengan membentuk basidium yang menghasilkan basidiospora.

Deuteromycetes (Fungsi Imperfecti) : jamur yang hifanya bersekat dan hanya

berkembang biak secara asexual saja.

Kelas Phycomycetes : dari kelas ini ada tiga ordo yang penting yaitu ordo

Chytridiales, ordo Peronosporales dan ordo Mucorales.

Ordo Chytridiales adalah ordo yang hifanya tidak berkembang sempurna.

Salah satu anggotanya yang penting adalah Synchytrium endobioticum, penyebab

penyakit kutil (wart) pada kentang.

Ordo Peronosporales adalah ordo yang hifanya berkembang sempurna dan

perkembangbiakan asexual dengan cospora. Ordo ini mempunyai dua familia yaitu

Pythiacae dan Peronosporacae. Familia Pythiacae percabangan konififornya

aympodial dan tidak berbeda dengan hifa somatisnya. Famili ini mempunyai dua

genus yaitu Pythium, yang mempunyai sporangium bulat. Pada perkecambahan

secara tidak langsung protoplast sporangium keluar dan membentuk gelembung

(vesicle) selanjutnya mengalami deferenciasi membentuk zoospora di luar

sporangium. Genus kedua adalah Phytopthora, yang sporangiumnya berbentuk

bulat telur, pada perkecambahan secara tidak langsung protoplast sporangium

mengalami deferenciasi di dalam sporangium dan membentuk zoospora yang

keluar melalui lubang yang disebut papillum yang terdapat pada ujung sporangium.

Page 13: daslintan

Genus ini merupakan genus yang sangat penting karena anggotanya banyak yang

menjadi penyebab penyakit yang terpenting pada berbagai komoditi, seperti P.

infestans, P. nicotianse, P. parasitica, P. palmivora dan lain-lain. Familia

Peronospora menimbulkan penyakit yang dikenal dengan downy mildew (tepung

palsu). Konidiofor mempunyai percabangan monopodial dan jelas berbeda dengan

hifa somatis. Familia ini mempunyai beberapa genus antara lain Soleospora yang

anggotanya S. maydis, S. philippinensis; Plasmopora yang anggotanya P. viticola;

Peronospora yang anggotanya P. tabacina penyebab penyakit jamur biru (blue

mold) pada tembakau di Amerika.

Ordo Mucorales mempunyai hifa yang berkembang sempurna dan

perkembangbiakannya dengan zygospora. Familianya adalah Mucoracae, kurang

penting bagi penyebab penyakit pada tanaman hidup di lapangan, tetapi sangat

penting bagi penyebab penyakit lepas panen atau di dalam industri. Genus yang

penting, Rhizopus mempunyai rhizoid pada pangkal konidiofornya dan sangat

penting dalam pembuatan tempe. Sedang Mucor tidak mempunyai rhizoid pada

pangkal konidiofornya dan sangat penting dalam pembuatan tape.

Kelas Ascomycetes : dibagi menjadi dua kelas berdasarkan ada tidaknya

ascoma, yaitu sub kelas Protoascomycetes (Hemiascomycetidae) yang tidak

mempunyai ascoma dan Euascomycetes yang mempunyai ascoma.

Sub kelas Protoascomycetes tidak penting dari segi penyakit tumbuhan, tetapi

salah satu anggotanya yaitu Sacoharomycetes penting dalam industri pembuatan

alkohol.

Sub kelas Euascomycetes dibagi menjadi tiga seri berdasarkan macam

ascomanya yaitu seri Plectomycetes yang ascomanya Cleistothecium, seri

Pyrenomycetes yang ascomanya Perithecium dan seri Discomycetes yang

ascomanya Apothecium.

Seri Plectomycetes dibagi menjadi tiga ordo yaitu Erysiphales yang hifa dan

konidinya hialin, ordo Myriangiales yang hifa dan konidinya berwarna kelam dan

ordo Aspergillales yang hifa dan konidinya dapat berwarna kelam maupun hialin.

Anggota Erysiphales yang penting adalah Oidium, misalnya O. tabaci, O.

heveae dan O. citri. Anggota Myriangiales misalnya Parodiella spegasinli sedang

Page 14: daslintan

anggota dari Aspergillales adalah genus Aspergillus yang mempunyai columella

dan genus Penicillium yang tidak mempunyai columella (gelembung). Kedua genus

ini sangat penting untuk penyakit lepas panen dan beberapa di antaranya dapat

mengeluarkan racun (toxin) yang berbahaya bagi konsumen substratnya. Seri

Pyrenomycetes mempunyai tiga ordo yaitu Sphaeriales yang anggotanya banyak

yang menjadi penyebab penyakit akar misalnya Rosellinia arcuate, Rosellinia

bunodes ; ordo Hypocreales yang sebagian besar hifanya berubah menjadi

klamidospora misalnya Ustilaginoidea virens; ordo Dothideales yang salah satu

anggotanya menjadi penyebab penyakit pada karet yang sangat membahayakan

yaitu Dothidella ulei.

Kelas Basidiomycetes : dibagi menjadi dua sub kelas berdasarkan ada

tidaknya sekat di dalam basidia yaitu sub kelas Homobasidiomycetidae atau

Holobasidiomycetidae yang basidianya tidak bersekat dan sub kelas

Heterobasidiomycetidae atau Hemibasidiomycetidae yang basidianya bersekat.

Sub kelas Hemibasidomycetidae dibagi menjadi tiga ordo yaitu ordo

Ustilaginales atau jamur api karena menyebabkan penyakit yang gejalanya gosong

dengan miselium di dalam jaringan setelah tua akan berubah menjadi

klamidospora; ordo Uredinales atau jamur karat karena gejala penyakit yang

ditimbulkannya berwarna seperti karat (merah orange); ordo Auriculales yang

mempunyai basidia dan sterigma yang panjang, umumnya hidup secara saprofitis

hingga kuran penting bagi segi penyakit tumbuhan.

Ordo Ustilaginales berdasarkan letak sporidia (basidiospora) pada basidia

(promiselia) dibagi menjadi dua famili, yaitu Ustilaginaceae yang sporidianya

terletak pada sisi lateral promiselianya misalnya Ustilago maudis, U. sacohari dan

familia Tilletiaceae yang sporidianya terletak pada ujung terminal dari

promiselianya misalnya Tilletia horrida.

Ordo Uridinales merupakan kelompok jamur yang penting karena banyak

menjadi penyebab penyakit terpenting pada bermacam-macam tanaman dengan

ciri-ciri :

1. 1.    Miselliumnya mengandung tetes-tetes minyak yang berwarna kuning,

2. 2.    dalam daur hidupnya yang lengkap mempunyai lima macam spora,

Page 15: daslintan

3. 3.    berupa parasit obligat yang tumbuhnya intercelluler dan mengambil

makanannya dengan haustoria,

4. 4.    Teliospora bila berkecambah membentuk promiselia.

Macam-macam spora yang terdapat dalam daur hidup yang lengkap :

Tanda Tubuh Buah Spora TingkatO Pycnia/Spermogonia Pycniospora/Spermatina ClusterI Aecia/Aecidia Aeciospora/Aecidiospora ClusterII Uredinia/Uredosori Urediospora/Uredospora Red rustIII Telia/Teleutosori Teliospora/Teleutospora Black rustIV Promoselia Sporodia/Basidiospora --

 

Dua genus dari ordo Uredinales yang sangat penting di Indonesia adalah

Puccinia yang menimbulkan banyak penyakit penting misalnya P. graminis, P.

polysora, P. arachidis dan genus Hemilela yang uredosporanya menyerupai

segmen jeruk, bagian yang cekung halus dan bagian yang cembung kasar misalnya

H. vastatrix.

Ordo Auricularies, salah satu anggotanya yang terkenal adalah jamur kuping

atau Auricularia auriculariales yang bentuk tubuh buahnya seperti telinga

berwarna coklat atau kehitaman dan enak dimakan, yang di daerah Surakarta

merupakan salah satu ciri dari suatu makanan khas yaitu timlo.

Sub kelas Holobasidiomycetidae yang hanya mempunyai satu sari penting

yaitu Humenomycetes dengan beberapa familia pentingnya, yaitu : Corticiaceae

yang tubuh buahnya resupinat artinya melekat pada substratnya, salah satu

anggotanya Corticium salmonicolor atau jamur upas; Exobasidiceae yang tubuh

buahnya dibentuk di bawah epidermis dan bila spora masak menekan epidermis

hingga pecah, salah satu anggotanya adalah Exobasidium vexans penyebab

penyakit cacar daun teh (blister blight) terutama di tempat-tempat yang sangat

lembab; Polyporaceas yang tubuh buahnya mempunyai banyak pori-pori dan dapat

beumue sangat panjang, misalnya Ganoderma pseudofereum yang menjadi

penyebab penyakit akar merah anggur pada bebrapa tanaman juga Poria

hypolateritia yang menjadi penyebab penyakit akar merah bata dan Fomes lignosis

penyakit akar putih yang banyak menimbulkan masalah pada perkebunan karet;

Agaricaceae umumnya hidup saprofitis meskipun ada juga yang parasitis misalnya

Page 16: daslintan

Armillaria mellea yang merupakan penyebab penyakit akar dan kanker belah pada

batang, Volvariella volvacea yang merupakan jamur yang enak dimakan dengan

nama daerah jamur merang atau straw mushroom dan paling banyak diusahakan di

beberapa negara tropik; Hydnaceae yang paling kurang penting dibanding dengan

familia yang lain, salah satu anggotanya Hericium coralloides yang banyak terdapat

pada tonggak kayu-kayuan. Kelas Deuteromycetes atau Fungsi Imperfecti :

kelompok jamur ini dianggap tidak sempurna (imperfect) karena tidak berkembang

biak secara sexual atau mungkin belum dijumpai perkembangbiakan sexualnya.

Apabila kelak di kemudian hari dijumpai perkembangbiakan sexualnya maka

dipindahkan ke kelas yang sesuai, sebagai contoh Cercospora diubah menjadi

Mycosphaerelia masuk ke kelas Ascomycetes juga Oidium diubah menjadi

Erysiphe.

Kelas ini dibagi menjadi empat ordo berdasarkan ada tidaknya tubuh buah

dan konidia, yaitu ordo Phomales yang tubuh buahnya piknidium, ordo

Melanconiales yang tubuh buahnya acervulus, ordo Moniliales yang tidak punya

tubuh buah dan ordo Mycelia Sterilia yang tidak membentuk konidia.

Khusus untuk jamur ini pembagian dari ordo ke taxon di bawahnya

berdasarkan konidianya. Sifat dari konidia yang digunakan untuk dasar pembagian

adalah warna menjadi hylosporae yang berwarna hialin dan phaeosporae yang

berwarna kelam/gelap; berdasarkan bentuk sel menjadi scolecosporae yang

berbentuk benang, helicosporae yang berbentuk spiral dan staurosporae yang

berbentuk bintang; berdasarkan jumlah sel menjadi amerosporae yang bersel satu,

didymosporae yang bersel dua, phragmosporae yang jumlah selnya lebih dari dua

tetapi sekatnya hanya melintang dan dictyosporae yang jumlah selnya lebih dari

dua dengan sekat melintang dan membujur. Kadang-kadang yang digunakan tidak

hanya satu misalnya dapat warna dan jumlah sel seperti Phaeophragmise,

Hylodictyae.

Ordo Phomales yang hylasporae misalnya Phoma sabdariffeae penyebab

penyakit busuk pangkal batang pada rosela, Phylosticta sp. penyebab penyakit

cacar daun cengkeh; yang phaeodymae misalnya Diplodia natalensis penyebab

penyakit blendok pada jeruk, Botryodiplodia theobromae penyebab kematian

Page 17: daslintan

ranting coklat; yang scolacosporae misalnya Septoriapli penyebab penyakit bercak

daun pada seledri.

Ordo Melanconiales yang hylosporae Colleototrichum dan Gloeosporim yang

menyebabkan penyakit antraknose pada beberapa buah-buahan; yang

phaeophragmiae misalnya Pestalotia (Pestalozzia) yang konidinya mempunyai satu

atau dua bulu cambuk seperti P. palmarum penyebab penyakit bercak daun pada

palm.

Ordo Moniliales yang hylosporae Oidium heveae penyebab penyakit embun

tepung pada karet sedang pada tembakau O. tabaci; yang Phragmosporae

Tiricularia orysea penyebab penyakit busuk leher atau hampat atau patah buku

pada padi, Helminthosporium heveae penyebab penyakit bercak daun pada karet;

yang dictyosporae Alternaria solani penyebab penyakit bercak daun pada tanaman

yang tergolong Solanaceae; yang Scolecosporae Cercospora nicotianae penyebab

penyakit patik pada tembakau. Selain itu ada jamur yang konidinya dua macam

disebut makro dan mikrokonidi, yaitu jamur Fusarium misalnya F. nonilioforme

penyebab penyakit bakanas pada padi, F. moniliforme var subglutinanas penyebab

penyakit pokah bunga pada tebu.

Ordo Mycelia sterilia mempunyai dua genus yang penting, yaitu Rhizoctonia

yang aklerotiumnya tidak berdinding misalnya R. solani penyebab penyakit patah

rebah pada persemaian beberapa tanaman dan genus Sclerotium yang

sklerotiumnya berdinding kuat misalnya S. rofsii juga penyebab penyakit patah

rebah pada persemaian beberapa tanaman.

 

C. C.   BAKTERI

Bakteri meliputi divisio Schizophyta dan kelas Schizomycetes. Sifat

utamanya terdiri dari satu sel, berkembang biak terutama dengan membelah dan

tidak mempunyai inti sejati. Kelas Schizomycetes mempunyai lima ordo yaitu

Eubacteriales, Chlamydobacteriales, Myxobacteriales, Spirochaetales dan

Actimycetales. Ordo yang terakhir ini karena tidak memnuhi semua sifat-sifat

bakteri pada umunya sekarang disendirikan menjadi Actimycetes Like Bacterium

Page 18: daslintan

(ALB). Diduga ALB ini merupakan peralihan dari baketri ke jamur karena

thallusnya sudah sperti benang, tetapi intinya bukan inti sejati.

Genus-genus pada bakteri yang penting adalah xanthomonas yang hanya

mempunyai satu flagellum atau bulu cambuk atau monotrich, misalnya X.

campestris penyebab penyakit busuk hitam pada kobis, X. ccryxae penyebab

penyakit kresek pada padi, X. malvacearum penyebab penyakit bercak daun

bersudut (angular leaf spot) pada kapas. Genus Pseudomonas yang mempunyai satu

atau beberapa flagellum atau bulu cambuk disebut lophotrich, misalnya

Pseudomonas pseudozoogloeae penyebab penyakit karat hitam pada daun

tembakau. Erwinia adalah genus yang mempunyai bulu cambuk banyak atau

peritrich, misalnya E. carotovora penyebab penyakit busuk basah pada beberapa

sayuran, juga E. aroidea. Genus bacterium adalah genus yang sifatnya sementara

(temporer), artinya bila sudah jelas semua sifatnya mungkin dipindah ke genus

yang lain seperti misalnya Bacterium celebence dipindah jadi Xanthomonas

celebensis, Basterium musae dipindah menjadi Pseudomonas musae tetapi

Bacterium albilinears penyebab penyakit blendok pada tebu masih tetap tidak

dipindah ke genus yang lain.

Dari ordo Actimycetales salah satu anggotanya yang penting adalah

Streptomyces scabies penyebab penyakiit kudis (scab) pada umbi kentang.

D. D.   VIRUS

Virus hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup dan disebut parasit yang

biotroph. Secara kimiawi virus terdiri dari nucleoprotein, suatu persenyawaan dari

asam inti dan putih telur.

Asam inti pada virus dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu RNA atau

Ribo Nuclei Acid yang terdapat pada virus yang menyerang tumbuhan dan DNA

atau Deoxy Nuclei Acid yang terdapat pada virus yang menyerang hewan dan

bakteri.

Putih telur virus umumnya terdiri dari Purine dan Pyrymidine. Derivat dari

Purine adalah Adenine dan Guanine, sedangkan derivat dari Pyrimidine adalah

Cytosine dan Thymine yang mengikat DNA serta Cytosine dan Uracil yang

mengikat RNA.

Page 19: daslintan

Pada virus yang berbentuk batang ternyata di dalamnya terdapat rongga

sebesar 9,0 nm. Asam inti pada virus tersebut berupa nucleotida yang membentuk

spiral dan setiap tiga nucleitida mengikat satu unit putih telur.

Virus sebenarnya bentuknya macam-macam. Tetapi kita tidak dapat

mengadakan determinasi hanya berdasarkan bentuk atau morfologi saja, sebab di

samping satu virus bentuknya dapat berubah-ubah juga ada beberapa virus yang

bentuknya sama. Secara garis besar bentuk virus dibedakan atas bulat (coccus),

batang pendek (bacillus), batang biasa dan benang (filamen).

Virus dapat menular dari suatu tanaman ke tanaman lain dengan berbagai

cara antara lain secara mekanis, melalui biji, dengan penyambungan atau

penempelan dan yang paling umum melalui vektornya yang dapat berupa serangga,

nematoda, jamur, bakteri dan tumbuhan tinggi parasitis. Virus yang ditularkan oleh

vektor serangga dapat dibedakan menjadi nonpersisten artinya begitu dihisap oleh

serangga segera dapat ditularkan ke tanaman lain, tetapi daya infektifnya cepat

habis dan yang persisten artinya agar dapat ditularkan ke tanaman lain memerlukan

waktu di dalam tubuh serangganya, tetapi kalau sudah ditularkan daya infektifnya

lama bahkan ada yang dapat diturunkan ke anak cucunya.

Virus dapat di-inaktifkan dengan berbagai cara, antara lain dengan suhu baik

rendah maupun tinggi atau pembekuan serta pemanasan; radiasi dengan sinar X,

sinar UV, sinar radioaktif; dengan getaran ultrasonik; dengan penyimpangan;

dengan tekanan tinggi; dengan pengenceran; dengan perubahan pH dan bahan atau

senyawa yang berasal dari organisme lain.

Virus dapat diberi nama menurut SMITH yaitu berdasarkan nama dari

tanaman inangnya dan bila pada tanaman itu terdapat banyak virus maka untuk

membedakan virus satu dengan virus yang lain dengan menggunakan nomer.

Sedang menurut HOLMES pemberian nama seperti pada organisme lain, misalnya

Marmor saccaari sama dengan Saccjarum virus 1, Galla fijlensis sama dengan

Saccharum virus 2 dan seterusnya.

Virus yang dianggap sebagai suatu ordo dibagi menjadi tiga sub ordo

berdasarkan organisme yang diserangnya, yaitu sub ordo Phaginae yang menyerang

bakteri, Phytophaginae yang menyerang tumbuhan dan Zoophaginae yang

Page 20: daslintan

menyerang hewan. Dari sub ordo Phytophaginae ada beberapa genus yang penting

misalnya Marmor antara lain M. tabaci yang menyerang tembakau, M. theobromae

yang menyerang coklat, M. arachidis yang menyerang kacang tanah; genus Corium

misalnya C. solani yang menyerang Solanaceae; genus Nanus misalnya N. sacchari

yang menyerang tebu; genus Ruga misalnya R. tabaci yang menyerang tembakau;

genus Rimocortium misalnya R. psorosis penyebab penyakit psorosis pada tanaman

jeruk.

E. E.   NEMATODA

Nematoda meskipun termasuk hewan tapi biasa kiita golongkan sebagai

penyebab penyakit karena gejala dan cara penyerangannya mirip dengan patogen

lainnya. Nematoda boleh diartikan sebagai cacing silindris yang tidak bersegmen

(unsegmented roundworm) meskipun sebenarnya nematoda berarti menyerupai

benang (threadlike). Namun demikian nematoda ini sangat berbeda dengan cacing

yang lain. Nematoda mempunyai sejumlah spesies yang sangat banyak.

Nematoda ada yang bersifat saprofitis dan ada yang bersifat parasitis pada

berbagai organisme lain seperti serangga, ikan, burung, manusia, tumbuhan

termasuk jamur dan bakteri bahkan juga terhadap nematoda yang lain.

Daur hidup nematoda pada umumnya sebagai berikut :

1. 1.    nematoda betina meletakkan telurnya dlam tanah atau di dalam tanaman

inangnya,

2. 2.    telur yang menetas menghasilkan larva,

3. 3.    larva ini berkembang melalui empat tingkatan,

4. 4.    setelah larva terakhir terbentuklah nematoda dewasa yang dapat dibedakan

menjadi jantan dan betina.

Namun demikian banyak nematoda yang hermaprodit, bahkan ada jenis yang

jantannya tidak pernah dijumpai.

Nematoda yang menyerang tanaman adalah parasit obligat, oleh karena itu

telurnya harus diletakkan di dalam atau di dekat tanaman inangnya hingga segera

setelah menetas langsung mendapatkan makanannya. Di samping itu banyak telur

nematoda yang untuk penetasan telurnya memerlukan rangsangan dari tanaman

Page 21: daslintan

inangnya, dengan demikian sangat membantu kelangsungan hidupnya. Larva

nematoda tidak mampu bergerak lebih dari 1-2 kali dari telurnya setelah menetas.

Nematoda parasit pada tanaman dapat dibedakan menjadi ectoparasit dan

endoparasit. Nematoda ectoparasit misalnya genus Trichodorus, Longidorus dan

Xiphinema. Ketiga nematoda ini selain menjadi patogen pada tumbuhan juga

menjadi vektor virus yang menyerang tumbuhan.

Nematoda endoparasit ada dua golongan yaitu yang dapat berpindah tempat

dan yang menetap. Keduanya dapat dibedakan menjadi yang sebagian tubuhnya

tenggelam ke dalam jaringan tanaman iang dan yang seluruh tubuhnya tenggelam

ke dalam tumbuhan inangnya. Nematoda endoparasit yang dapat berpindah dan

seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman, misalnya genus Radopholus,

Ditylenchus dan Aphilenchus sedang yang hanya sebagian tubuhnya yang

tenggelam dalam tanaman, misalnya genus Hoplolainus, Hellicotylenchus dan

Rotylenchus.

Nematoda endoparasit yang menetap dan seluruh tubuhnya tenggelam ke

dalam tanaman inangnya misalnya Meloidogyne dan Heterodera sedang yang

hanya tenggelam sebagian tubuhnya ke dalam tanaman inangnya misalnya

Rotylenchus dan Tylenchulus.

 

RANGKUMAN

Penyebab penyakit atau patogen dapat dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu Biotik (parasit) dan Abiotik (fisiopat). Kelompok biotik terdiri dari Tumbuhan

tinggi parasitik, yang dapat bersifat parasit sejati dan setengah parasit; Jamur yang

terdiri dari jamur yang hifanya coenocystis yaitu Phycomycetes, dan jamur yang

hifanya celluleer. Jamur ini dapat dibedakan menjadi jamur yang

perkembangbiakannya hanya secara sexual saja yaitu Deuteromycetes atau fungsi

Imperfecti dan jamur yang perkembangbiakannya secara asexual dan sexual. Jamur

ini dapat dibedakan menjadi yang perkembangbiakannya sexual dengan ascospora

yaitu Ascomycetes dan yang dengan basidiospora yaitu Basidiomycetes. Bakteri

terdiri dari lima ordo tetapi yang penting untuk penyakit tumbuhan hanya ordo

Eubacteriales dan Actiomycetales. Genus bakteri yang penting adalah

Page 22: daslintan

Xanthomonas, Pseudomonas, Erwinia, Bacterium dan Streptomyces. Virus adalah

mikroorganisme sub mikroskopis yang terdiri dari senyawa nucleoprotein, yang

tersusun dari asam inti dan putih telur. Virus dapat diberi nama menurut SMITH

yaitu berdasarkan tanaman inang yang diserangnya dan menurut HOLMES yaitu

sesuai dengan pemberian nama organisme lainnya. Virus dapat disebarkan dan

ditularkan serta di-inaktifkan dengan berbagai cara. Nematoda adalah cacing

silindris yang tidak bersegmen, ada yang hidupnya secara saaprofitis dan ada yang

parasitis. Yang parasitik dapat dibedakan menjadi ecto dan endoparasit. Yang

Endoparasit ada yang dapat berpindah tempat dan ada yang menetap, keduanya

dapat dikelompokkan menjadi yang tubuhnya tenggelam ke dalam tanaman inang

sebagian saja dan yang tenggelam seluruhnya.

 

4. PERKEMBANGAN PENYAKIT

A. A.   Konsep Segitiga Penyakit

Berkembangnya suatu penyaklit pada suatu tanaman terjadi dari interaksi

tiga faktor yang terkenal dengan Konsep Segitiga Penyakit. Interaksi tiga

faktor itu adalah :

I I = inang

P = pathogen

P L L = lingkungan

Faktor tanaman inang dipengaruhi oleh :

Jenis atau varietas tanaman yang menjadi inang suatu penyakit

Stadia rentan tanaman inang tersebut serhadap suatu penyakit.

Faktor pathogen dipengaruhi oleh :

Jumlah inokulum/propagul.

Ras virulensi

Stadia pathogen

Sedangkan lingkungan yang berpengaruh pada perkembangan penyakit

meliputi :

Abiotik yaitu suhu, kelembaban, cahaya matahari, pH (keasaman)

Page 23: daslintan

Biotik misalnya adanya mikro organisme antagonis atau organisme yang mungkin

mengeluarkan racun yang dapat menghambat pertumbuhan pathogen

Terjadinya penyakit pada suatu tanaman apabila tiga faktor tersebut dalam

keadaan :

Inang yang rentan.

Pathogen yang virulen.

Lingkungan yang cocok

 

 

B. B.   Epidemi

Epidemi yaitu meningkatnya penyakit dalam suatu populasi tumbuhan

yang rentan. Terjadinya epidemi apabila :

Terdapat sejumlah besar inang yang rentan

Inokulum dalam keadaan virulen yang berlebihan.

Kondisi lingkungan yang cocok yang berlangsung dalam waktu relatif cukup

lama.

Untuk menghindari terjadinya epidemi di suatu daerah dapat diusahakan

dengan peramalan epidemi. Yaitu pendugaan dari kejadian yang akan datang,

secara sederhana menceritakan sesuatu penyakit yang akan datang.

Metode yang digunakan dalam peramalan didasarkan pada :

a. a.    Kondisi cuaca selama bulan-bulan antar waktu tanam terutama yang

berpengaruh terhadap ketahanan hidup dari inokulum.

b. b.   Kondisi cuaca selama masa tanam.

c. c.    Banyaknya penyakit pada tanaman.

d. d.   Banyaknya inokulum pathogen di udara, tanah dan bahan tanaman.

Pada peramalan epidemi peranan pengamatan penyakit tanaman dalam

metode pengendalian sangat penting baik pengamatan secara langsung dan

tidak langsung maupun pengamatan dalam kaitan dengan pengendaliannya.

Dengan adanya peramalan ini dapat dilakukan usaha-usaha untuk tidak

terjadinya epidemi dengan mengantisipasi faktor-faktor yang mendukung

terjadinya epidemi tersebut.

Page 24: daslintan

 

5. KONSEP PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

Konsep pengendalian penyakit tanaman meliputi :

1. 1.    Prinsip pengendalian yaitu pedoman atau pegangan dari suatu tindakan

pengendalian.

2. 2.    Strategi pengendalian merupakan perencanaan atau managemen pelaksanaan

dari usaha pengendalian.

3. 3.    Taktik Pengendalian yaitu ilmu pengetahuan khusus yang digunakan untuk

tujuan praktek pengendalian.

4. 4.    Aplikasi Pengendalian yaitu prosedur pengendalian yang dapat dilaksanakan

di lapangan.

PRINSIP PENGENDALIAN

Pengendalian penyakit tanaman pada prinsipnya digolongkan menjadi :

1. 1.    EKSKLUSI yaitu usaha mencegah masuknya penyakit ke daerah baru.

2. 2.    ERADIKASI yaitu menurunkan, menginaktifkan atau membasmi pathogen.

3. 3.    PROTEKSI yaitu usaha memberi perlindungan pada tanaman atau

menghalangi terjadinya kontak antara inang dengan pathogen.

4. 4.    RESISTENSI yaitu usaha untuk mengurangi perusakan penyakit melalui

inang dengan membuat ketahanan pada inang tersebut.

 

PRINSIP STRATEGI Teknik/Taktik1. Ekslusi (mencegah) Prohibisi (larangan) Karantina  Intersepsi (menghalangi) Karantina

Uji kesehatan tanaman  Eliminasi (menghapus) Sertifikasi

Disinfeksi2. Eradikasi (membasmi) Removal (pemindahan /

penghapusan)Pemeriksaan perkebunan/kebun buah

  Eliminasi (menghapus) Membinasakan inang alternatif

    Pemeliharaan organisme antagonis

    Meniadakan makanan pokok

  Destruksi (membinasakan)

KimiaApi

Page 25: daslintan

Pengerjaan tanah3. Proteksi(perlindungan) Mencegah infeksi Penggunaan fungisida  Menghindarkan infeksi Modifikasi lingkungan    Modifikasi cara bercocok

tanam4. Resistensi (ketahanan) Mengembangkan

tanaman tahan SeleksiHibridikasi

    Irradiasi  Proteksi silang Mengurangi virulensi

 

Aplikasi pengendalian yang dapat diterapkan di lapangan :

A. A.   Pada Taktik Karantina

1. 1.    Dengan pelarangan pemasukan bahan perbanyakan tanaman darai luar

negeri atau luar daerah. Misalnya : Penyakit darah pada pisang yang

disebabkan Pseudomonas celebensis yang diatur dalam Lembaran Negara No

532 tanggal 10 September 1921 yang isinya melarang membawa perbanyakan

tanaman pisang dari daerah Sulawesi, untuk mencegah penyebaran penyakit

tersebut.

2. 2.    Pemeriksaan di perbatasan terhadap lalu lintas tanaman. Untuk

menghalangi masuknya penyakit ke daerah baru.

B. B.   Taktik Pengendalian dengan Uji Kesehatan Tanaman dilakukan dengan

penggunaan biji yang bebas penyakit misalnya perlakuan biji jagung dengan

Ridomil untuk membebaskan dari penyakit bulai Sclerospora maydis.

C. C.   Taktik Pengendalian Sertifikasi. Aplikasinya di lapangan dilakukan dengan:

1. 1.    Pemberian sertifikat tanaman sehat.

2. 2.    Menghilangkan tanaman berpenyakit.

D. D.   Taktik Pengendalian dengan Desinfeksi. Aplikasinya di lapangan dengan :

1. 1.    Perlakuan biji dengan bahan kimia misalnya biji kapas yang dicelup

Subimat untuk mematikan Xanthomonas malvacearum penyebab penyakit

bercak daun bersudut.

2. 2.    Perlakuan dengan air panas, misalnya biji kubis yang dicelup air panas 50 0C selama 30 menit untuk mengatasi Xanthomonas campestris penyebab

penyakit busuk hitam.

Page 26: daslintan

E. E.    Taktik Pengendalian dengan Pemeriksaaan pada Kebun Pemeliharaan

Tanaman maupun Kebun-kebun Buah, dengan aplikasi pengendalian :

1. 1.    Deteksi pada cabang-cabang terinfeksi.

2. 2.    Membinasakan tanaman terinfeksi.

F. F.    Taktik Pengendalian Pembinasaan Inang Alternatif dilakukan aplikasi

pengendalian dengan membinasakan gulma inang yaitu gulma-gulma yang

mungkin menjadi inang dari suatu penyakit.

G. G.  Taktik Pengendalian dengan Pemeliharaan Antagonis. Dilakukan aplikasi

pengendalian dengan menggunakan tanaman antagonis sebagai tanaman sela

misalnya tanaman Tagetus sp. atau penggunaan organisme antagonis terhadap

patogen misalnya Trichoderma sp.

H. H.   Taktik Pengendalian dengan Meniadakan Makanan Utama. Aplikasinya di

lapangan dilakukan dengan pergiliran tanaman yaitu menanam tanaman digilir

dengan tanaman yang bukan menjadi inang dari penyakit utama.

I. I.      Taktik Pengendalian Secara Kimia. Aplikasinya dilakukan dengan :

1. 1.    Fumigasi tanah dengan bahan kimia misalnya untuk nematoda puru akar.

2. 2.    Eradikasi dengan bahan kimia.

J. J.    Taktik Pengendalian dengan Api. Aplikasi pengendaliannya dilakukan

dengan :

1. 1.    Membinasakan tanaman terinfeksi dengan dibakar. Misalnya penyakit

kanker pada tanaman jeruk.

2. 2.    Membinasakan tanaman alternatif.

3. 3.    Membinasakan tanaman residu.

K. K.   Taktik Pengandalian dengan Pengerjaan Tanah. Aplikasinya dengan

menghilangkan tanaman terinfeksi.

L. L.    Taktik Pengendalian dengan Pengembangan Fungisida. Aplikasinya

dilakukan dengan :

1. 1.    Penyemprotan tanaman dengan fungisida.

2. 2.    Penghembusan tanaman dengan fungisida.

M. M.  Taktik Pengendalian dengan Modifikasi Lingkungan. Aplikasi

pengendaliannya dengan :

Page 27: daslintan

1. 1.    Pemotongan dahan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban

misalnya penyakit cacar daun teh.

2. 2.    Mengurangi tajuk tanaman agar sinar matahari cukup.

3. 3.    Mengubah pH tanah agar tidak sesuai dengan kebutuhan pathogen,

misalnya penyakit kudis pada kentang dengan pemberian belerang untuk

menurunkan pH, menaikkan pH dengan pengapuran untuk mengatasi penyakit

akar gada pada kubis.

N. N.   Taktik Pengendalian dengan Modifikasi Cara Bercocok Tanam. Aplikasinya

dilakukan dengan :

Tanggal penanaman yang diatur. Misalnya penanaman jagung dimajukan untuk

menghindari Sclerospora maydis penyebab penyakit bulai sehingga pada waktu

musim penghujan datang saat penyakit bulai berkembang, tanaman jagung sudah

cukup tahan terhadap penyakit.

O. O.  Taktik Pengendalian Seleksi. Aplikasinya dilakukan dengan pemuliaan

selektif.

P. P.   Taktik Pengendalian Hibridisasi. Aplikasinya dilakukan dengan pemuliaan

silang.

Q. Q.  Taktik Pengendalian Irradiasi. Aplikasinya dilakukan dengan mutasi

terinduksi.

R. R.   Taktik Pengendalian dengan Pengurangan Virulensi. Aplikasinya dilakukan

dengan ketahanan terinduksi. Misalnya tanaman tembakau terhadap penyakit layu

Pseudomonas solanacearum. Tanamn tembakau diperlakukan/diinokulasi dengan

Psudomonas solacearum dari strain yang lemah (a virulen) sehingga tanaman akan

terlindungi bila Psudomonas solacearum dari strain yang kuat (virulen)

menyerang.