data tugas sosiologi lingkungan

7
BAB I PENDAHULUAN : MEMAHAMI SOSIOLOGI LINGKUNGAN A. Lingkungan Dalam Kajian Ilmu Sosial Seperti pemahaman kita tentang sosiologi secara umum ,sosiologi linkungan masih masih mngkaji tentang kehidupan social (social life). Pengertian sosiologi secara konvensional, yakni sebagai ilmu yang murni membicarakan hubungan antarmanusia tanpa memasukkan variable lingkungan. Hal ini memunculkan tanggapan bahwa sosiologi bisa dikatakan terlambat menanggapi perkembangan kajian-kajian lingkungan. Padahal ilmu social lain, secara ilmu hukum telah melakukan ini dengan mengkaji aturan Dan huukum lingkungan. Ekonomi mengatakan bahwa persoalan lingkungan muncul pada manusia berasal dari metabolisme fisik manusia modern. Tahun 1970, para filosof menegaskan kajian pada wilayah etika. Kemudian di akhir 1970 ilmuwan politik menyelidiki tentang proses pemerintah dan pembangunan kapasitas institusional. Pertengahan awal 1980 psikologi masuk pada kajian tentang kesadaran ekologis, (ecological awareness) dan perilaku personal terhadap persoalan lingkungan. Pada tahun 1975-1980, sosiologi baru mulai meneliti tentang pergeseran nilai yang dianggap benar dari materialis ke orientasi nilai post

Upload: ridho-muhari

Post on 22-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

yyy

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN :MEMAHAMI SOSIOLOGI LINGKUNGAN

A. Lingkungan Dalam Kajian Ilmu SosialSeperti pemahaman kita tentang sosiologi secara umum ,sosiologi linkungan masih masih mngkaji tentang kehidupan social (social life). Pengertian sosiologi secara konvensional, yakni sebagai ilmu yang murni membicarakan hubungan antarmanusia tanpa memasukkan variable lingkungan. Hal ini memunculkan tanggapan bahwa sosiologi bisa dikatakan terlambat menanggapi perkembangan kajian-kajian lingkungan. Padahal ilmu social lain, secara ilmu hukum telah melakukan ini dengan mengkaji aturan Dan huukum lingkungan. Ekonomi mengatakan bahwa persoalan lingkungan muncul pada manusia berasal dari metabolisme fisik manusia modern.Tahun 1970, para filosof menegaskan kajian pada wilayah etika. Kemudian di akhir 1970 ilmuwan politik menyelidiki tentang proses pemerintah dan pembangunan kapasitas institusional. Pertengahan awal 1980 psikologi masuk pada kajian tentang kesadaran ekologis, (ecological awareness) dan perilaku personal terhadap persoalan lingkungan. Pada tahun 1975-1980, sosiologi baru mulai meneliti tentang pergeseran nilai yang dianggap benar dari materialis ke orientasi nilai post materialis. Ilmuwan sosiologi waktu itu belum menyadari untuk menjadikan kajian-kajian tersebut sebagai cabang sosiologi. Selain itu, dari sisi internal sendiri memang ada barrier di kalangan sosiolog untuk bisa mengembangkan sosiologi lingkungan.Begitu semangatnya para pendiri sosiologi (Durkheim,Weber,dan Marx) menjadikan sosiologi sebagai ilmu yang otonom, berakibat terhadap analisis social yang terpisah dari determinisme biologis. Sosiologi Durkheim bersifat polemic berlawanan untuk menjelaskan fenomena kebudayaan dan social dengan meringkas keduanya sebagai sebab individu, biologis, dan geografis.

Kelompok sosiologi yang beraliran antirediksionis berupaya menembangkan secara disiplin sosiologi lingkungan, tetapi para pemikir sosiologi klasik bersifat ambivalen tentang peran alam dan factor lingkungan dalam membentuk proses dan struktur social. Perkembangan yang cukup bagus ketika lingkungan dikenal secara luas sebagai persoalan social adalah di amerika sejak tahun 1960 (polusi, kualitas air, dan limbah beracun). Riley Dunlap dan William Catton menyatakan para sosiolog mengabaikan mendalami variable fisik dan lingkungan sebab mereka secara tidak sadar mengikuti paradigm keilmuan yang mencegah mereka untuk melakukan itu.

1. Antara HEP dan NEPKelahiran sosiologi lingkungan ditandai dengan menyatakan bahwa paradigma sosiologi klasik tentang hubungan manusia dan alam tidak lagi relevan. Paradigma lama itu dikenal sebagai Human Exceptionalism Paradigm (HEP) yang memiliki gagasan bahwa : Humans are so unique among species that we are exempt from the power of environmental forces.Ilmuwan sosiologi meyakini bahwa manusia memang berbeda dengan makhluk lain, baik tumbuhan maupun binatang. Manusia bisa mengontrol dan menciptakan kebudayaan. Riley Dunlap dan William Catton mengubah pandangan ini dengan mengakui kemampuan lingkungan fisik memengaruhi kehidupan manusia. Atau dengan kata lain, ada beberapa keterbatasan manusia ketika berhadapan dengan lingkungan biofisik.Sosiologi lingkungan menerima lingkungan fisik sebagai sesuatu yang berpengaruh langsung maupun tidak terhadap kehidupan social. Paradigma baru ini oleh mereka di sebut sebagai New Enviromental Paradigm (NEP). Akan tetapi, paradigma tersebut kemudian di ubah menjadi New Ecological Paradigm untuk menegaskan dasar ekologis suatu masyarakat.

Tabel Perbandingan antara HEP dan NEPNo.Pandangan tentang Manusia dan LingkunganHEPNEP

1.Asumsi tentang sifat manusiaManusia bersifat unik dan berbeda dengan makhluk lain karena mendapatkan warisan budaya. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan manusia dipengaruhi oleh factor social, dibandingkan factor lahir, mereka dapat dirubah secara social dan perbedaan yang mengganggu dapat di singkirkan.Manusia memiliki perkecualian, tetapi tetap merupakan satu di antara banyak spesies yang saling bergantung dalam ekosistem.

2.Asumsi tentang sebab socialDeterminan utama manusia adalah faktor social dan budaya.Manusia tidak hanya dibentuk oleh kekuatan social dan budaya, tetapi juga sebab, akibat, dan arus balik keterhubungan dalam jaringan alam.

3.Asumsi tentang konteks masyarakatLingkungan social dan buadaya merupakan konteks utama, sementara lingkungan biofisik kurang relevan.Manusia tergantung lingkungan biofisik yang terbatas dan menekankan pengekangan kuat atas kehidupan manusia.

4.Asumsi mengenai persoalan masyarakatKarena kebudayaan bersifat kumulatif maka seluruh masalah social akan dapat terpecahkan.Walaupun temuan-temuan manusia memperluas keter-batasan kapasitas, hukum ekologi tidak dapat dicabut.

Sumber : Buttel (1987), Harper (2004)

Sembilan tahun setelah pendirian sosiologi lingkungan, Frederick Buttel mencoba menelusuri apakah ada arah di luar NEP yang dikembangkan para sosiolog lingkungan. Dalam tulisan F. Buttel (1996) dinyatakan bahwa sosiologi lingkungan bisa dikembangkan dari sosiologi pedesaan. Bahkan ia menegaskan bahwa silsilah sosiologi lingkungan baik beberapa atau keseluruhan merupakan keahlian khusus dalam sosiologi pedesaan.Sosiolog lingkungan banyak berasal dari sosiologi pedesaan seperti : D. Morisson, D. Field, R. Burdge, S. Albrecht, W. Andrews, W. Burch, W. Catton, R. Dunlap, A. Schnaiberg, R. Gale, dan W. Firey.Kemudian dinyatakan oleh Butel, Field, dan Burch bahwa kajian kajian sosiologi lingkungan merupakan pengembangan dari sosiologi sumber daya alam (natural resources sociology) yang mengkaji taman dan waktu luang, manajemen tanah umum, perencanaan penggunaan tanah, dan sejenisnya. Kajian-kajian tersebut menjadi permulaan displin pada tahun 1970. Demikian juga, tradisi studi komunitas yang berkembang tahun 1950 dan 1960 telah memfokuskan pada komunitas yang bergantung pada sumber daya (resources dependent communities).Dalam konteks ini berkembang tema-tema penelitian mengenai sosiologi sumber daya, lingkungan,dan perilaku social. Semua tema tersebut ditekuni dari penelitian tentang gerakan social, perilaku kolektif, perspektif opini public pada paham lingkungan modern, dan isu manajemen sumber daya.Kali ini, sosiologi lingkungan kontemporer mengkaji ekologi manusia (human ecology) sebagaimana dikembangkan oleh pengikut aliran neo Durkheiman. Kesimpulannya adalah, sekalipun human ecology tidak berkembang di sosiologi pedesaan, disiplin itu tetap memengaruhi sosiologi lingkungan.Kembali ke Buttel, lima wilayah utama sosiologi lingkungan menurutnya menyebabkan kemunculan beragam pendekatan pada sosiologi lingkungan, seperti berikut ini :1. Sosiologi lingkungan seperti dinyatakan Dunlap dan Catton2. Gerakan lingkungan yang diilhami oleh pemanasan global dan perubahan lingkungan. Dalam konteks ini, penyebab beralihnya sosiolog untuk memberikan perhatian pada substratum ekologis-material dari struktur social dan kehidupan social.3. Pelebaran kajian kebudayaan (cultural studies) pada sosiologi yang mengutamakan diskursus seperti: moderenitas, postmodernitas, masyarakat berisiko (risk society), dan modernisasi ekologis.