daun coklat
DESCRIPTION
teori kakaoTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tumbuhan Daun Coklat
1. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisi o : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Subclaas : Dialypetalae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
2. Morfologi
1. Daun
Berdasarkan percabangannya, daun kakao bersifat
dimorfisme, yakni tumbuh pada dua tunas (ortotrop dan
plagiotrop). Daun yang tumbuh pada tunas ortotrop, tangkai
daunnya berukuran 7,5 – 10 cm, sedangkan yang tumbuh pada
tunas plagiotrop berukuran sekitar 2,5 cm. tangkai daun kakao
berbentuk silinder dan bersisik halus. Sudut daun yang dibentuk
adalah 30 - 80° terhadap batang/cabang tempat tumbuhnya,
tergantung pada tipenya.
Pada pangkal dan ujung tangkai daun terjadi pembesaran dan
sering disebut sebagai persendian daun (articulation). Dengan
adanya persendian ini, daun kakao mampu membuat gerakan
sebagai respon terhadap arah datangnya sinar matahari.
Ciri-ciri morfologi daun secara umum adalah sebagai berikut:
Helai daun berbentuk bulat memanjang (oblongus), ujung daun
meruncing (acuminatus), dan pangkal daun runcing (acutus).
Susunan tulang daun menyirip dan menonjol ke permukaan
bawah helai daun.
Tepi daun rata, daging daun tipis, tetapi kuat seperti perkamen
Daun dewasa berwarna hijau tua, tergantung pada kultivarnya
dengan lebar 10 cm dan panjang bias mencapai 30 cm.
Permukaan daun licin/mengkilap.
Pertumbuhan daun pada cabang plagiotrop berlangsung
serempak, tetapi berkala. Walaupun belum memiliki klorofil, daun
muda tersebut banyak mengandung pigmen antosianin, karoten,
dan xantofil sehingga warna daunnya cenderung merah atau oranye
(tergantung pada kultivar). Klorofil baru akan mulai terbentuk
setelah daun mencapai ukuran yang sempurna, yakni setelah
berumur 3-4 minggu. Setelah masa bertunas selesai, kuncup-
kuncup daun kemudian akan kembali dorman selama periode
tertentu.
Ujung kuncup daun yang dorman tertutup oleh sisik (scales) dan
stipula. Daun pada tunas ortotrop tersusun menurut rumus 3/8,
sedangkan pada cabang plagiotrop menurut rumus 1/2.
Ketebalan daun tanaman coklat turut dipengaruhi oleh
intensitas cahaya yang diterimanya, yakni terkait dengan
keberadaan klorofil. Daun yang barada di bawah naungan berat
akan berukuran lebih luas dan lebih hijau, tetapi lebih tipis
daripada daun yang mendapat cahaya penuh.
2. Batang dan Cabang
Dari aspek tunas vegetative,
tanaman kakao memiliki sifat seperti
halnya daun, yakni dimorfisme, artinya
mempunyai dua bentuk tunas
vegetative. Tunas yang arah
pertumbuhannya ke atas disebut tunas
ortotrop, sedangkan tunas yang arah
pertumbuhannya ke samping disebut
plagiotrop, cabang kipas atau fan.
Pada ujung tunas, stipula,
kuncup ketiak daun, serta tunas daun
juga tidak berkembang lagi. Dari ujung perhentian tersebut,
selanjutnya tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya
condong kesamping membentuk sudut 0-60° terhadap bidang
horizontal. Cabang-cabang itu disebut cabang primer yang bersifat
palgiotrop. Dari cabang primer akan tumbuh cabang sekunder,
sementara dari cabang sekunder akan tumbuh cabang tersier dan
seterusnya yang semuanya bersifat plagiotrop.
Dari tunas plagiotrop, biasanya hanya tumbuh tunas-tunas
plagiotrop, tetapi terkadang juga dapat tumbuh tunas ortotrop. Pada
tanaman coklat dewasa, sepanjang batang pokok tumbuh banyak
wiwilan (tunas air/chupon) yang bersifat ortotrop sehingga pasti
akan membentuk jorket. Tunas air menyebabkan tanaman kakao
berbatang ganda dan memiliki tajuk yang bersusun hingga
tanamannya tinggi.
3. Akar
Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh
cepat, yakni mencapai 1 cm pada umur 1 minggu, 16-18 cm pada
umur satu bulan, dan 25 cm pada umur tiga bulan. Laju
pertumbuhannya kemudian melambat dan untuk mencapai panjang
50 cm diperkirakan memakan waktu dua tahun. Kadalaman akar
tunggang menembus tanah dipengaruhi oleh kondisi air tanah dan
struktur tanah.
Tanaman kakao memiliki system perakaran yang dangkal
karena sebagian besar akar lateral berkembang dekat permukaan
tanah yaitu pada jeluk 0-30 cm.
4. Bunga
Tanaman kakao asal benih mulai berbunga setelah berumur
tiga tahun. Perkembangan bunga kakao bersifat kauliflori, yakni
bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun. Tempat
tumbuh bunga perlahan-lahan akan membesar dan menebal
membentuk bantalan bunga.
Bunga coklat mengikuti rumus K5C5A5+5G(5) yang
berarti bunga tersusun atas 5 daun kelopak bunga yang tidak terkait
satu sama lain, 5 daun mahkota, 1o tangkai sari (tersususn dalam 2
lingkaran) masing-masing tersiri dari 5 tangkai sari dan 5 daun
buah yang bersatu.
Ciri-ciri umum dari morfologi bunga kakao adalah sebagai
berikut:
Berwrna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat
terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga
ini khas untuk setiap kultivar
Tangkai bunga kecil, tetapi panjang dengan ukuran 1-1,5
cm.
Daun mahkota berukuran panjang 6-8 mm dan terdiri dari
dua bagian, yakni dibagian pangkal menyerupai kuku
binatang dan dibagian ujung berbentuk lembaran tipis
berwarna putih yang fleksibel.
Benang sari pada lingkaran luar disebut staminodia bersifat
steril, sedangkan 5 benang sari di lingkaran dalam bersifat fertile
(stamen). Letak benang sari berhadapan dengan daun mahkota.
Sepuluh benang sari tersebut bersatu pada pangkalnya. Tangkai
sari yang fertile membengkok keluar sehingga kepala sari
tersembunyi di dalam “mangkuk” yang dibentuk oleh mahkota
bunga.
Struktur bunga kakao. Staminodes (a), pistil (b), stamen (c), petal
(d), dan sepal (e).
Bunga pada tanaman coklat memiliki kelamin dua
(hermaproditus), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari
maupun putik. Bunga ini seringkali dinamakan bunga lengkap,
karena mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak (calyx)
dan mahkota (corolla). Kelopaknya (calyx) berwarna putih dengan
panjang 6-8 mm. kelopak ini berguna sebagai pelindung bunga.
Mahkota bunganya (corolla) mempunyai panjang 8-9 mm. Benang
sarinya (stamen) berbentuk periuk. Stamodia berwarna ungu tua.
Bakal buahnya (ovarium) beruang banyak (multilocularis) yaitu
bakal buah yang tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan
dan membentuk banyak sekat-sekat sehingga terjadi banyak ruang-
ruang. Warna bunganya adalah merah.
5. Buah dan biji
Bentuk buah dan warna kulit buah sangat bervariasi,
tergantung pada kultivarnya. Namun pada dasarnya hanya ada dua
macam warna yaitu:
Buah yang ketika muda berwrna hijau/hijau agak putih, bila
sudah masak berwarna kuning, dan
Buah yang ketika masih muda berwarna merah, bila sudah
masak berwarna oranye.
Permukaan kulit buah ada yang halus da nada yang kasar,
tetapi pada dasarnya kulit buah beralur 10 yang letaknya berselang-
seling.
3. Kandungan Kimia
Tanaman kakao kaya akan senyawa-senyawa kimia, antara lain :
asam asetat, alanin, alkaloid, arginin, asam askorbat, asam askorbat
oksidase, beta-karoten, kafein, katekin, katekol, selulosa, asam sitrat,
kumarin, sianidin, epigalokatekin, glukosa, glikosida, epikatekin,
leusin, lipase, nitrogen, asam hidroksifenil asetat, polifenol-oksida,
polifenol, asam stearat, sukrosa, tannin
Kulit buah kakao mengandung theobromin sekitar 0,4% b/b dan
kalium 3-4% b/b dalam sampel kering, pigmen kakao (campuran dari
flavanoid terpolimerasi atau terkondensasi meliputi antosianidin,
katekin, leukoantosianidin) yang kadang berikatan dengan glukosa,
karbohidrat berbobot molekul besar (polisakarida) dan berbobot
molekul rendah (monosakarida). Kulit buah kakao mengandung
polisakarida meliputi pektin, gom, dan selulosa
Selain itu coklat mengandung komponen fitokimia yang membantu
melawan radikal bebs yang dihasilkan oleh proses dalam tubuh,
terutama ketika sel dalam tubuh menggunakan oksigen untuk
menghasilkan energy. Sekitar 60% polifenol dalam bentuk
procyanidin, yang termasuk kelas flavonoid.
Polifenol kakao sebagai antioksidan menurut penelitian Arts dan
kawan-kawan tahun 1999 di Belanda, cokelat merupakan contributor
yang signifikan terhadap kandungan flavonoid dalam diet. Dalam
penelitian lain juga telah membuktikan manfaat procyanidin terhadap
kesehatan manusia.
Penelitian telah membuktikan kalau antioksidan dalam kakao
sangat stabil dan biasa dimetabolisme oleh tubuh. Biji kakao
mengandung 10.000 miligram per 100 gram antioksidan flavonol.
Artinya cokelat mengandung 10% konsentrasi kadar antioksidan.
Inilah membuat kakao merupakan sumber antioksidan terkaya
dibanding yang lain.
Secara garis besar, biji cokelat mengandung lemak 31%,
karbohidrat 14% dan protein 9%. Protein cokelat kaya akan asam
amino triptofan, fenilanalin dan tyrosin. Meski cokelat mengandung
lemak tinggi namun relative tidak mudah tengik karena coklat juga
mengandung polifenol 6% yang berfungsi sebagai antioksidan
pencegah ketengikan. Cokelat juga mengandung karbohidrat (pati dan
bermacam-macam gula), lemak, protein, kalium, magnesium, kalsium,
natrium, zat besi, krom, dan vitamin A, B1 (tiamin), B2 (riboflavin),
D, dan E, juga mengandung kafein dan phenyletilamine.
Senyawa Polifenol
Polifenol adalah suatu senyawa yang mempunyai beberapa gugus
hidroksil (-OH) pada cincin aromatiknya. Polifenol kakao utamanya
flavonoid mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami (6).
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol alam yang dalam
tumbuhan merupakan aglikon mengandung 15 atom karbon yang
terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh
rantai linier terdiri dari 3 atom C6 dan 3 atom karbon sehingga
mempunyai struktur dasar C6-C3-C6. Setiap atom C6 yang merupakan
cincin benzene yang dihubungkan dengan tiga karbon (C3) rantai
alifatis yang dapat pula membentuk cincin ketiga. Susunan ini dapat
menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid,
1,2-diarilpropan atau isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau
neoflavonoid (25).
Gambar 1. Struktur Polifenol
4. Kegunan
Selain memperbaiki fungsi peredaran darah, cokelat sebagai
sumber zat bioaktif antioksidan polifenol, khususnya flavonoid
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Biji cokelat mengandung
banyak monomer epicatechin (flavonol), dan molekul procyanidin
(bentuk polimer). Fungsi flavonoid pada pada cokelat juga sebagai
antioksidan melalui mekanisme penangkapan senyawa radikal bebas
dan menghambat oksidasi enzim-enzim, seperti lipoxygenase. Dalam
hal ini procyanidin adalah penangkap radikal bebas yang efektif.
Selain memiliki efek antioksidan, cokelat juga mampu merangsang
system kekebalan tubuh, dengan memproduksi lebih banyak sitokin
(protein yang diproduksi sebagai bagian dari system imun tubuh)
B. Uraian Tumbuhan Keji Beling
1. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisi o : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Subclaas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Family : Acanthaceae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes sripus
2. Morfologi
Keji beling tumbuh liar di hutan, tepi sungai, tebinh-tebing dan
sering ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan atau taman.
Tanaman ini terdapat dari Madagaskar sampai Indonesia, yang tumbuh
pada ketinggian 50 m sampai 1.200 m pdl.
Tumbuhan semak ini memiliki tinggi 0,5-1 m. batang beruas,
berbentuk bulat, bercabang-cabang, berambut kasar dan berwarna
hijau. Percabangan yang menyentuh tanah akan keluar akar sehingga
bias dipisahkan dari tanaman induk. Daun tunggal, bertangkai pendek,
dengan letak berhadapan. Helaian daun lanset memanjang atau hamper
jorong, tepi bergerigi atau beringgit, ujung meruncing, pangkal
runcing, kedua permukaan kasar, pertulangan menyirip, panjang 9-18
cm, lebar 3-8 cm, dan berwarn hijau. Perbungaan majemuk, berkumpul
dalam bulir padat. Mahkota bunga berbentuk corong, terbagi 5,
panjang 1,5-2 cm, berambut dan berwarna kuning. Buah berbentuk
gelendong, berisi 2-4 biji. Biji bulat, pipih, kecil-kecil, berwarna
coklat. (Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 4; 38-40)
Kulit luar berwarna ungudengan bintik-bintik hijau dan apabila
menjadi tua berubah menjadi coklat.Daun ngokilo berbentuk bulat
telur, pada tepinya bergerigi dengan jarak agak jarang, berbulu halus
hampir tak kelihatan. Panjang helaian daun (tanpatangkai) berkisar
antara 5 - 8 cm (ukuran normal) dan lebar daun kira-kira 2 -5 cm.
Tumbuhan ini mudah berkembang biak pada tanah subur,
agak terlindung dan di tempat terbuka.
Syarat tumbuh:
a. Iklim
Ketinggian tempat: 1 m-1000 m di atas permukaan laut
Curah hujan tahunan: 2.500 mm-4000 mm/tahun
Bulan basah (diatas 100 mm/bulan): 8 bulan-9 bulan
Suhu udara : 200-250°C
Kelmbapan: sedang
Penyinaran : sedang
b. Tanah
Tekstur : pasir sampai liat
Drainase : sedang
Kedalaman air tanah : 25 cm dari permukaan tanah
Kedalaman perakaran : 5 cm dari permukaan tanah
Kemasaman : 5,5-7
(Daftar Tananam Obat Indonesia)
3. Kandungan Kimia
Daun keji beling mengandung saponin, flavonoid, glikosida, sterol,
golongan terpen,lemak dan mineral (kalium dengan kadar tinggi, asam
silikat, natriun, kalsium). Kalium bersifat diurretik kuat serta dapat
melarutkan batu yang terbentuk dari garam kalsium oksalat dan
kalsium karbonat pada kandung empedu, kandung kencing dan ginjal.
Asam silikat dapat merangsang lambung sehingga penderita sakit
lambung (gastritis) tidak dapat meminum rebusan tanaman ini.
(Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 4; 39)
4. Kegunan
Tanaman keji beling diambil daunnya yang diolah menjadi simplisia
atau sebagai daun segar, digunakan sebagai bahan racikan jamu atau
obat-obat tradisional. Sebagai tanaman obat, keji beling bisa
menyembuhkan beberapa jenis penyakit antara lain batu ginjal, batu
empedu,diabetes,ambeien,kholesterol,sembelit,dll.
Kalium pekat yang terkandung dalam keji beling bisa meluruhkan batu
ginjal dan batu empedu. Unsur-unsur yang terkandung dalam daun keji
beling yang bersifat diuretic dapat memperlancar sekresi gula dalam
darah, menghancurkan gumpalan kholesterol dalam darah, membantu
memperlancar proses pembuangan tinja yang keras sehingga bisa
berfungsi sebagai pencahar. Disamping itu kandungan anti racun yang
disinyalir terdapat dalam daun keji beling dapat menyembuhkan sakit
akibat gigitan ular berbisa atau semut hitam.
Daun keji beling dapat digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit sebagai berikut:
1. Batu ginjal
Cuci 50 g daun keji beling, 7 batang meniran segar dan 7
lembar daung ungu sampai bersih, lalu rebus dengan 4 gelas air
sampai menjadi 2 gelas. Setelah dingin, saring air rebusan dan
minum tiga kali sehari masing-masing 2/3 gelas.
2. Batu kandung kencing
Cuci segenggam daun keji beling dan 1 tongkol jagung
muda, lalu rebus dengan 2 liter air bersih sampai tersisa 1 liter.
Setelah dingin saring air rebusan dan minum pada pagi hari dan
sore hari masing-masing ½ gelas.
3. Batu kandung empedu
Cuci 5 lembar daun keji beling segar, 7 lembar daun ungu
segar, sampai bersuh, lalu rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 2
gelas air. Air rebusan diminum seperti teh.
4. Kencing kurang lancer
Cuci 25 g daun keji beling segar sampai bersih kemudian
direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, saring
air rebusan lalu minum sekaligus. Lakukan pada pagi hari atau
siang hari.
5. Kencing manis
Rebus 40 g daun keji beling segar, dengan 6 gelas air
sampai air tersisa 3 gelas (untuk 3 hri). Setelah dingin saring air
rebusan dan diminum tig kali sehari masing-masing 1 gelas.
6. Sembelit
Cuci setengah genggam daun keji beling segar sampai
bersih, lalu rebus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin, saring air rebusan dan minum dua kali sehari masing-msing
½ gelas.
7. Wasir
Rebus 40 g daun keji beling segar, dengan 6 gelas air sampai air
tersisa 3 gelas (untuk 3 hri). Setelah dingin saring air rebusan dan
diminum tig kali sehari masing-masing 1 gelas.
(Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2;21-22)
Selain itu keji beling juga dapat mengobati tumor, diabetes
mellitus, lever, kolesterol, maag,kena bias ulat dan semut hitam.
Contoh pemanfaatannya untuk penyakit tumor, diabetes mellitus
dan lever daun keji beling mentah dan segar 3 lembar dimakan
sebagai lalapan setiap hari dan secara teratur.
(Daftar Tanaman Obat Indonesia)
DAFTAR PUSTAKA
Panggabean, T. Wahyudi, T.R dan Pujiyanto. Panduan Lengkap Kakao.Penebar
Swadaya:Jakarta.2008
Hariana,Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Swadaya:
Jakarta.2008.
Dalimartha,Setiawan.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4 Volume 4.Puspa
Swara:Jakarta.2006
Tim CoData Indonesia. Daftar Tanaman Obat Indonesia.2000
Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putman, J. E., Jacbsen, L. B., Nicols, D. E., and
McLaughlin, J. L. Brine Shrimp : A Comvenient general Bioassay
For Active Plant Constituents. Plant Medica : 1982
Darmono, dkk. Sensitivitas Metode Bioautografi Kontak dan Agar Overlay dalam
Penentuan Senyawa Antikapang. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
Jakarta: 2008
Khurniasari, D. W.. Potensi antikanker Senyawa Bioaktif Ekstrak Kloroform Dan
Metanol Makroalgae Sargassum duplicatum J. Agardh. Skripsi,
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Jogjakarta:
2004
Wag man , G .H . dan We i ns t e in , M. J . 1973 . Chr oma tog rap hy o f
An t ib io t i c s . Journal of Chromatography, Elsifier, scientic
Publishing company: New York
Zweig,G.and J.R.Whitaker, Paper Chromatography and Electrophoresis,volume
2, Academic Press, New York and London.1971