david yodha sitompul_111201113

13
1 Tugas Mata Kuliah Agroindustri Medan, Maret 2014 BUDIDAYA BAWANG DAUN (DAUN PREI) SEBAGAI PROSPEK WIRAUSAHA Dosen Penanggungjawab: Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si. Oleh : David Yodha Sitompul 111201113 Hut 6-C PROGRAM STUDI KEHUTANAN 1

Upload: desrinanmanalu

Post on 08-Apr-2016

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Budidaya Bawang Daun (Daun Prei) Sebagai Prospek Wirausaha

TRANSCRIPT

Page 1: David Yodha Sitompul_111201113

1

Tugas Mata Kuliah Agroindustri Medan, Maret 2014

BUDIDAYA BAWANG DAUN (DAUN PREI) SEBAGAI PROSPEK WIRAUSAHA

Dosen Penanggungjawab:Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.

Oleh :David Yodha Sitompul

111201113Hut 6-C

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

1

Page 2: David Yodha Sitompul_111201113

2

BAB 1

Pendahuluan

1.1. Tujuan Pengembangan proyek

Peluang bisnis bawang daun cukup baik dan cerah karena banyak dibutuhkan oleh

masyarakat, terutama sebagai bahan sayuran dan bumbu penyedap masakan, disamping

sebagai bahan pengobatan (terapi). Dengan demikian, kebutuhan masyarakat terhadap

bawang daun sangat besar dan kesinambungan. Kebutuhan bawang daun ini akan

meningkat terus sejalan dengan kenaikan jumlah peduduk, kenaikan tingkat pendapatan,

kenaikan tingkat pendidikan (pengetahuan) dan kesadaran masyarakat terhadap

pentingnya kesehatan.

Kuatnya pasar bawang daun juga dapat dilihat dari harganya yang relatif murah dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga daya beli masyarakat terhadap

bawang daun sangat kuat. Industri makanan seperti indofood yang memproduksi mie

instan, juga merupakan pasar yang potensialuntuk bawang daun. Dengan adanya

perkembangan industri makanan di Indonesia, serapan pasar terhadap bawang daun

semakin meningkat. Disamping itu, bawang daun juga merupakan mata dagangan ekspor

ke berbagai negara di kawasan Asia dan Eropa.

1.2. Studi Kelayakan Proyek

Dari pengamatan langsung di pasar-pasar tradisional dan modern kebutuhan bawang daun

tiap hari cukup tinggi. Kesimpulan sementara bawang daun cukup laris dan

memasyarakat serta dari segi ekonomi layak untuk dijadikan produk yang akan

dipasarkan dan harganya relatif murah. Dari hasil pengamatan secara langsung bawang

daun juga mempunyai 2 manfaat, yaitu sebagai bahan sayuran yang mengandung nilai

gizi culup lengkap dan untuk bahan pengobatan (terapi)

Perhitungan analisis biaya usaha tani bawang daun adalah sbb :

A. Modal Usaha Tani

Biaya modal usaha tani ini dibagi tiga bagian, yaitu biaya prasarana produksi, sarana

produksi, dan tenaga kerja.

1. Prasarana Produksi

a. Sewa lahan selama 4 bulan Rp 800.000,00

b. Base camp/gudang ukuran 5m x 5m:

1) Bamboo 15 btg @ Rp 4.000,00 Rp 60.000,00

2) Dinding bambu 5 x 1 ,75 m sebanyak 8 ptg

@ Rp 18.500,00 Rp 148.000,00

3) Paku 3,5 kg @ Rp 5.000,00 Rp 17.500,00

2

Page 3: David Yodha Sitompul_111201113

3

4) Tali 15 m @ Rp 600,00 Rp 9.000,00

5) Genting 950 buah @ Rp 300,00 Rp 285.000,00

6) Tenaga kerja 10 HKSP @ Rp 9.000,00 Rp 90.000,00

c. Peralatan:

1) Tangki semprot 2 buah @ Rp 130.000,00 Rp 260.000,00

2) Cangkul 5 buah @ Rp 13.500,00 Rp 67.500,00

3) Sabit 5 buah @ Rp 5.000,00 Rp 22.500,00

4) Gembor 3 buah @ Rp 5.000,00 Rp 15.000,00

5) Ember plastic 4 buah @ Rp 5.000,00 Rp 20.000,00

6) Alat pelubang mulsa 2 buah @ Rp 11.000,00 Rp 22.000,00

7) Gunning pangkas 2 buah @ Rp 15.000,00 Rp 30.000,00

d. Mulsa plastic hitam perak 10 rol@ Rp 250.000,00 Rp 2.500.000,00

2. Sarana Produksi

a. Bibit 4.000 kg @ Rp 1.000,00 Rp 4.000.000,00

b. Pupuk dan obat-obatan:

1) Pupuk harmony BS-1 dan harmony P-1

masing-masing 8 liter @ Rp 17.600,00 Rp 281.600,00

2) Urea 150 kg @ Rp 1.250,00 Rp 187.500,00

3) SP-36 175 kg @ Rp 1.800,00 Rp 315.000,00

4) KCI 150 kg @ Rp 2.500,00 Rp 375.000,00

5) Pupuk daun fosfot-N 2 liter @ Rp 38.000,00 Rp 76.000,00

6) Insektisida (curacron 500 EC)

5 liter @ Rp 156.000,00 Rp 780.000,00

7) Fungisida (antracol) 5 kg @ Rp 60.000,00 Rp 300.000,00

3. Tenaga Kerja

a. Pengolahan tanah I, pembajakan dengan traktor Rp. 200.000,00

b. Pengolahan tanah II, pencangkulan 71 HKSP @Rp.9.000,00

Rp. 639.000,00

c. Pengolahan tanah III, pembentukan bedeng dan parit 100 HKSP

Rp. 900.000,00

d. Pemupukan dasar 15 HKSP Rp. 135.000,00

e. Pengaturan ( merapikan ) bedengan 30 HKSP Rp. 270.000,00

f. Pemasangan mulsa plastik 45 HKSP Rp. 405.000,00

g. Pelubangan mulsa dan penanama 28 HKSP Rp. 252.000,00

h. Penyiangan 90 HKSP Rp. 810.000,00

3

Page 4: David Yodha Sitompul_111201113

4

i. Penyemprotan pupuk daun 16 HKSP Rp. 144.000,00

j. Penyemprotan pestisida 96 HKSP Rp. 864.000,00

k. Pemangkasan bungan dan daun, 32 HKSP Rp. 288.000,00

l. Tenaga pengawas ( mandor )

1 orang selama 4 bulan @ Rp.500.000,00 Rp. 2.000.000,00

Jumlah Rp 17.568.600,00

B. Analisis Pendapatan dan Keuntungan

1. Pendapatan :

146.665 X 90% X 0,325 kg X Rp 1.100,00 Rp 47.189.463,00

2. Biaya Usaha tani Rp 18.303.248,00

3.keuntungan usaha tani Rp 28.886.215,00

Analisis Titik Impas Pulang Modal

BEP Volume Produksi

BEP volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus di hasilkan dalam

usaha tani agar tidak mengalami kerugian.

BEP volume produksi = total biaya produksi ( dalam Rp )

Harga di tingkat petani ( Rp per kg )

= 18.303.248,00

1.100,00

= 16.639 kg

Hasil ini menunjukan bahwa pada saat diperoleh produksi sebesar 16.639 kg bawang

daun, usaha tani bawang daun tersebut tidak menghasilkan keuntungan, namun juga tidak

mengalami kerugian.

BEP Harga Produksi

BEP harga produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan agar

usaha tani mencapai titik impas. Jika harga pasaran ditingkat petani lebih rendah dari

pada harga BEP, usaha tani akan mengalami kerugian. Harga BEP ini merupakan harga

pokok atau harga dasar untuk mengembalikan modal. Agar usaha tani untung, petani

harus menjual produksinya diatas harga dasar ini.

BEP harga produksi = total biaya produksi ( dalam Rp )

Total produksi ( kg )

= 18.303.248,00

42.900 kg

= Rp. 426,50/kg

4

Page 5: David Yodha Sitompul_111201113

5

Hasil ini menunjukan bahwa pada saat harga bawang daun ditingkat petani sebesar

Rp.426,50 usaha tani bawang daun tidak mengalami keuntungan namun tidak juga

mengalami kerugian.

Analisis Kelayakan Usaha Tani ( B/C Ratio )

B/C Ratio = total pendapatan ( dalam Rp )

Total biaya produksi ( dalam Rp )

= 47.189.463,00

18.303.248,00

= 2,57

Nilai B/C ratio sebesar 2,57 menunjukan bahwa dari pengeluaran biaya sebesar

Rp.18.303.248,00 akan diperoleh penerimaan sebesar 2,57 kali dari biaya yang

digunakan. Dengan kata lain, hasil penjualan bawang daun mencapai 257 % dari modal

yang digunakan. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari pada satu, usaha tani dapat dikatakan

layak.

C. Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Modal

ROI = keuntungan usaha tani x 100%

Modal usaha tani

= 28.886.215,00 x 100 %

17.568.600,00

= 164,41 %

Nilai ROI sebesar 164,41 % menggambarkan bahwa setiap pengeluaran modal sebesar

Rp.100,00 akan diperoleh keuntungan sebesar Rp.164,41. Nilai ROI yang tinggi

menunjukan bahwa usaha tani bawang daun tersebut telah sangat efisien.

1.3. Usulan Proyek

Dari studi kelayakan proyek yang telah dilakukan dimana ekspetasi return on equity

diharapkan adalah 257 maka kiranya proyek bawang daun ini layak untuk

dipertimbangkan.

Faktor lain yang juga mendukung layaknya usulan proyek ini adalah kondisi lingkungan

yang sesuai dengan pertumbuhan bawang daun yang dapat memberikan hasil panen yang

tinggi dan bibit/benih mudah didapat hal ini yang menjamin kelangsungan usaha ini

sangat dibutuhkanya bawangg daun oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai

sayuran serta penyedap makanan hal tersebut menjadi pertimbangan untuk mewujudkan

produk ini.

5

Page 6: David Yodha Sitompul_111201113

6

BAB II

Pengembangan Produk

2.1. Konsep Produk

Seperti telah diketahui bersama ada beberapa jenis bawang daun, yaitu bawang bakung

(Allium Fistulosum L), Bawang prei (Alium Ampeloprasum Var.Porrum), bawang kucai

(Alium Schoenoprasum L).

Sedangkan jenis bawang daun yang dipasarkan adalah jenis bawang daun bakung hal ini

mengingat bawang bakung sangat di perlukan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep

produk yang kita tawarkan sebenarnya tidak jauh berbeda dari konsep yang kita tawarkan

oleh pemasar yang lebih dulu. Bawang daun bakung juga dapat digunakan untuk

mengobati borok dan koreng.

2.2. pengembangan produk

Pengembangan produk kedepan untuk produk bawang daun ini mudah mengingat bawang

daun banyak dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sayuran,

penyedap makanan serta pengobatan. Selain itu juga potensial dalam pembuatan industi

makanan seperti mie instan.

2.3 Uji Produk

Setelah kita mampu membuat produk daun bawang maka produk ini perlu di uji coba ke

para calon pelanggan untuk mengetahui kekurangannya. Uji coba ini meliputio taste atau

rasa, dan tidak kalah penting adalah higienisnya, akarnya dapat mengobati borok atau

koreng sehingga laku di pasaran. Di perlukan minimal 15 orang yang berbeda dari tingkat

umur, pekerjaan, tingkat pendidikan serta jenis kelaminnya.

2.4 Persiapan Produksi

Setelah kita mengetahui keinginan konsumen seperti apa maka tahap selanjutnya adalah

persiapan produksi.

Persiapan produksi akan meliputi beberapa aspek, yang paling utama adalah persiapan

SDM, bahan baku tambahan, alat pengolah, tempat produksi, seta yang tak kalah penting

adalah sumber pendanaan.

SDM dalam aspek produksi sangat penting perannya tenaga yang terampil dalam

menanam bawang daun mutlak diperlukan.

Yang tak kalah penting adalah sumber pendanaan, sumber ini dapat diperoleh dari

berbagai macam sumber bisa dari kredit bank atau dari simpanan pribadi. Mengingat

jumlah yang diperlukan besar maka sebaiknya sumber pendanaan lebih baik dari pribadi,

namun apabila dirasa kurang dapat mengajukan permohonan kredit bank dimana saay ini

bank berlomba-lomba memberikan kredit tanpa agunan untuk skala kecil menengah.

6

Page 7: David Yodha Sitompul_111201113

7

BAB III

Marketing Mix

3.1 Penentuan harga

Setelah menentukan posiotoning produk maka langkah yang selanjutnya adalah

penjabaran dari posiotoning tersebut yaitu dengan bauran pemasaran atau yang lebih

terkenal adalah Marketing Mix

Marketing mix untuk produk konsumsi adalah mengikuti kaidah kaidah yang ada, dimana

dalam hal ini strategi penentuan harga, produk/merk,promosi, dan place/tempat/distribusi

haruslah betul-betul berbeda dari produk yang sudah ada, sehingga dalam hal ini betul-

betul ada deferensiasi.

Dalam hal daun bawang dimana target konsumen yang ditetapkan adalah segmen

menengah bawah maka faktor harga menjadi sangat sensitive, untuk itu dalam

menentukan harga betul-betul di pertimbangkan apakah produk kita dengan harga dengan

harga yang tlah ditetapkan dapat terjangkau oleh masyarakat bawah. Dan selanjutnya

adalah apakah dengan harga murah tersebut kita masih mendapatkan untung.

3.2. Promosi

Promosi yang dilakukan langsung ke tengkulak (pedagang besar) dan langsung ke

pembeli. Hal ini mengingat akan keterbatasan dana untuk melakukan promosi Above The

Line yaitu promosi yang menggunakan media cetak dan media elektronik misalnya iklan

di TV, radio, dan koran?majalah.

Sedangkan promosi yang kami lakukan adalah iklan below the line yaitu langsung

bersentuhan dengan konsumen misalnya event-event tertentu, demo masak, dan lain

sebagainya.

3.3. Distribusi/Tempat Penjualan

Lembaga-lembaga pemasaran meliputi (1) tengkulak (2) pedagang pengumpul (3)

Pedagang (grosir) baik yang berada di desa, kecamatan maupun kota (4) Pedagang

pengencer, misalnya pasar umum, supermarket, warung-warung kecil dan lain-lain (5)

industri makanan (6) Eksportir. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut dalam

menjalankan fungsinya membentuk rantai pemasaran hingga ke konsumen.

7

Page 8: David Yodha Sitompul_111201113

8

BAB IV

Uji Pemasaran

4.1. Strategi Penjualan

Dalam hal srategi penjualan akan lebih banyak berkaitan dengan masalah distribusi,

panyajian, dan tempat penjualan. Strategi yang biasanya dianut untuk pemasaran produk

dengan skala kecil, bersifat home industri, berupa makan biasanya adalah menganut

penjualan langsung tanpa perantara, hal ini sangat berlaina dengan produk-produk food

maupun produkl non food yang sudah berskala industri menengah keatas yang suka atau

tidak suka harus meggunakan jasa distributor untuk memasarkannya.

Cara yang kita gunakan adalah dengan pendekatan kepada pembeli langsung. Cara lain

yang digunakan adalah dengan mendatangi indusri-industri seperti mie instan.

4.2. Studi hasil penjualan

Untuk melihat apakah penjualan sukses atau gagal hendaknya kita harus memasang target

penjualan. Target penjualan ini bisa ditentukan tiap bulan. Pada awal-awal kita tidak

boleh memasang target terlalu optimis mengingat produk yang kita jual ini belum banyak

konsumen yang tahu.

8

Page 9: David Yodha Sitompul_111201113

9

BAB 6

Penutup

Dalam melakukan usaha dituntut untuk serius dan fokus. Kita tidak bisa dalam memulai

bisnis itu secara setengah-setengah dan dikerjakan sambil lalu meskipun usaha itu kerja

sampingan.

Kegagalan berusaha sebenarnya bukan disebabkan oleh orang lain melainkan berasal dari

diri kita sendiri dengan demikian ketekunan dalam menjalankannya adalah suatu

keharusan.

Perhitungan-perhitungan yang matang selayaknya dilakukan diawal-awal memulai usaha

karena sekali kita salah dalam perhitungan diawal maka yang terjadi adalah efek berantai

dimana kita akan terus menerus mengalami kesalahan, sementara modal lama kelamaan

tersedot habis.

Sudah sewajarnya apabila kita akan memulai usaha belajar kepada mereka yang lebih

sukses agar kita dapat memilah mana yang pas dan mana yang kurang dengan demikian

kita akan terhindar dari resiko yang lebih besar.

9