decoupling amerika serikat, tiongkok dan indonesia · 2020. 9. 7. · kedua, tiongkok secara...

16
0 Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia Komisi Hukum, Pertahanan, Dan Keamanan PPI Dunia, PPI Brief No. 7 / 2020 Penulis: Pasha Aulia Muhammad, Wasisto Raharjo Jati, Sudharmono Saputra

Upload: others

Post on 21-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

0

Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok

dan Indonesia

Komisi Hukum, Pertahanan, Dan Keamanan PPI

Dunia, PPI Brief No. 7 / 2020 Penulis: Pasha Aulia Muhammad, Wasisto Raharjo Jati,

Sudharmono Saputra

Page 2: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

1

“…AS tentu saja mempertahankan opsi, dibawah berbagai kondisi, untuk

berpisah secara penuh dari Tiongkok. ”

- Presiden Donald Trump1

RINGKASAN EKSEKUTIF

• Decoupling AS-Tiongkok adalah sebuah keadaan yang dapat mengubah tatanan dunia

global

• Decoupling AS-Tiongkok bukanlah sesuatu yang terjadi tiba-tiba, tetapi memiliki latar

belakang sejarah sebelumnya

• Decoupling AS-Tiongkok dapat memiliki efek yang besar terhadap globalisasi dan

berpotensi memecah dunia kembali ke berbagai sphere of influences yang didominasi

oleh satu negara atau blok yang kuat

• Terpecahnya kembali dunia ke sphere of influences ini tidak akan terlihat persis seperti

dunia pada masa perang dingin

• Indonesia perlu untuk mulai memikirkan ulang posisinya dan strateginya di dunia yang

berubah, dikarenakan efek dari decoupling ini bisa berefek besar ke Indonesia

Latar Belakang

Ketegangan antara AS dan Tiongkok telah menarik perhatian di tanah air. Mantan Wakil Ketua

DPR, Fadli Zon misalnya, mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia sebaiknya “…jangan

ikut campur” jika AS dan Tiongkok berperang.2 Nur Meianti (2020) juga menulis di kolom

opini salah satu media nasional mengenai decoupling antara AS dan Tiongkok dan apa yang

harus dilakukan Indonesia (Nur Meianti, 2020).

Bukan hanya ketegangan antara AS dan Tiongkok saja yang menjadi perhatian, ketegangan

antara Tiongkok dan Indonesia dalam isu tertentu juga masih sangat hangat. Jika kita melihat

1 Trump, Donald J. 2020. Twitter. Juni 18, 2020.

https://twitter.com/realDonaldTrump/status/1273706102023237633?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etwe

etembed%7Ctwterm%5E1273706102023237633%7Ctwgr%5E&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.dw.com%2F

en%2Fcomplete-decoupling-from-china-remains-an-option-says-trump%2Fa-53866003. 2 Vebriyanto, Widian. “Jika China Dan Amerika Jadi Perang, Baiknya Indonesia Menunggu Durian Runtuh.”

Rmol.Id, 27 Juli 2020, politik.rmol.id/read/2020/05/27/436529/jika-china-dan-amerika-jadi-perang-baiknya-

indonesia-menunggu-durian-runtuh.

Page 3: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

2

contoh yang lebih spesifik, kebijakan pemerintah Indonesia juga baru-baru ini memprotes

klaim maritim Tiongkok di Laut Cina Selatan dengan merujuk kepada keputusan arbitrase

internasional yang memenangkan Filipina melawan Tiongkok ketika Filipina membawa

masalah sengketa wilayah di Laut Cina Selatan ke arbitrase internasional. Keputusan Indonesia

untuk merujuk kepada keputusan arbitrase tersebut mendapat perhatian yang luas dari pihak

luar.3 Ini hanya merupakan salah satu contoh kenapa isu decoupling Tiongkok dan AS dapat

memiliki efek langsung ke Indonesia.

Kebangkitan ekonomi-politik Tiongkok di kawasan regional Asia Timur menimbulkan

beberapa kekhawatiran beberapa negara tetangganya, seperti Vietnam, dan Filipina, dan juga

negara-negara sekutu Amerika Serikat di Asia seperti Korea Selatan, Jepang, dan Republik

Tiongkok (Taiwan). Amerika Serikat dan negara sekutunya merasa dengan semakin

berpengaruhnya Tiongkok akan berdampak pada instabilitas kawasan.

Hal ini tidak terlepas dari pandangan AS bahwa politik luar negeri Tiongkok semakin ekspansif

dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Klaim Laut Cina Selatan secara unilateral

dengan cara militerisasi di daerah tersebut adalah salah satu contoh nyata bentuk kebijakan luar

negeri Tiongkok yang dianggap agresif oleh AS.4 Oleh karena itulah, beberapa negara tetangga

merasa terancam kepentingan regional ekonomi-politiknya, misalnya saja perdagangan

maupun eksplorasi sumber daya laut seperti sumber daya perikanan dan migas lepas pantai.

Hadirnya Tiongkok sebagai kekuatan global baru (revisionist power) tersebut secara langsung

menantang Amerika Serikat sebagai sebagai kekuatan global yang telah eksis (super power).

Rivalitas dua negara besar tersebut telah menimbulkan berbagai perang proksi (proxy war)

dalam bentuk kebijakan perdagangan, keterlibatan operasi militer, maupun bentuk aliansi

ekonomi global. Kondisi ini menarik apabila bisa dilanjut dalam analisa akademis, bagaimana

klaim dan rivalitas kedua negara itu berlangsung?

Policy Brief ini bertujuan untuk memberikan pembaca sekilas mengenai alasan dari retak dan

memanasnya hubungan antara AS dan Tiongkok, efeknya di kawasan di Asia, dan langkah apa

yang bisa dilakukan Indonesia dalam situasi ini.

3 Laksmana, Evan A. 2020. “Why Indonesia Invokes the Philippines’ South China Sea Arbitration Win.” South

China Morning Post. Juni 2, 2020. https://www.scmp.com/week-asia/opinion/article/3087017/why-indonesia-

wont-let-beijing-forget-philippines-south-china-sea. 4 Mattis, Jim. Summary of the 2018 national defense strategy of the United States of America. Department of

Defense Washington United States, 2018. Hal 1.

Page 4: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

3

Decoupling Dan Rivalitas AS-Tiongkok

Dalam analisa hubungan internasional, decoupling secara sederhana diartikan sebagai

pengurangan ketergantungan ekonomi dan teknologi pada suatu negara, yang kemudian

memicu adanya inovasi untuk mandiri (Wei, 2019:550). Hal tersebut menunjukkan kalau suatu

negara secara psikologis memiliki daya getar (deterrence factor) melalui kemdanirian ekonomi

dan teknologi. Hal tersebut tentunya menimbulkan pro dan kontra mengingat globalisasi kini

telah mengajak semua negara untuk membangun interdependensi satu sama lain. Adanya

kepentingan ekonomi nasional yang ekspansif adalah salah satu bentuk nyatanya. Amerika

Serikat maupun Tiongkok sama-sama memiliki kepentingan akan pemenuhan kebutuhan

dalam negerinya. Namun rivalitas keduanya kemudian membentuk adanya hubungan kurang

harmonis antar keduanya.

Hubungan antara dua kekuatan global yang tengah merenggang telah memunculkan spekulasi

berbagai pdanangan. Kondisi tersebut mengingat kedua negara merupakan negara produsen

dan konsumen terbesar di dunia yang memiliki dampak secara global. Kedua negara juga

sebenarnya telah memiliki hubungan ketergantungan satu sama lain. Namun terkadang pula

relasi kedua negara tersebut menjadi fluktuatif karena isu-isu sensitif.

Decoupling antara AS dan Tiongkok ini membuat khawatir banyak pihak. Johnson dan Gramer

(2020) berargumen bahwa terakhir kali terjadi pemisahan besar antara negara-negara besar

seperti ini pada 1914, perang besar berkecamuk selama 30 tahun. Menariknya, pemisahan besar

ini juga terjadi bersamaan dengan berakhirnya gelombang pertama globalisasi (1870-1914).5

5 Chdany, Laurence, dan Brian Seidel. "Is Globalization’s Second Wave about to Break?’." Brookings Institute Global Views 4 (2016).

Page 5: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

4

Sumber: Global Economics dan Development at Brookings.

“Perhitungan berdasarkan IMF 2015, Lane dan Milesi-Ferretti 2013, Maddison 2001, Maddison

Project 2015, McKeown 2004, McKeown 2010, Riley 2009, U.N. 1999, U.N. 2015a, U.N. 2015b,

UNCTAD 2015, A.S.Biro Sensus 1975, Bank Dunia 2015, Bank Dunia 2016, dan WTO 2016. Ekspor

barang dagangan dan capital stock asing disini merupakan dolar dalam nilai pasar sebagai bagian

dari pendapatan global yang dinyatakan dalam dolar internasional,d an karena itu akan berbeda

dengan yang dikutip di tempat lain” (Chdany dan Seidel, 2016: 3)

Hubungan antara AS dan Tiongkok tidak selalu tegang seperti ini. Semenjak Amerika

menormalisasi hubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1979, hubungan

Tiongkok dan America Serikat menghangat. Bahkan isu yang dipandang kontroversial seperti

insiden Tianamen 1989 pun dalam jangka panjang tidak memecah hubungan AS dengan

Tiongkok, dan terbatas sebagai sekedar simbol pelanggaran HAM di Tiongkok yang kadang

diungkit kembali oleh Amerika (Xuenying, 2016:215 dan 228-229). Walaupun begitu, masalah

domestik Tiongkok di Hongkong, Tibet, maupun Xinjiang sering kali menjadi titik perdebatan

panas Amerika Serikat dan Tiongkok. Hal itu masih ditambah pula masalah pelanggaran HAM

yang senantiasa diungkit oleh Amerika Serikat.

Page 6: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

5

Pada awal dekade 2000-an, santer terdengar istilah “Chimerica”, untuk mendeskripsikan

hubungan erat dan interdependensi ekonomi antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang

menopang dan mendorong ekonomi dunia (Ferguson & Schularick, 2007). Namun hubungan

dekat ini pada akhirnya mendingin, hingga puncaknya dengan munculnya isu decoupling

antara Tiongkok dan Amerika Serikat.

Perspektif Amerika Serikat

Analisa decoupling dari Amerika Serikat memperlihatkan tendensi kembalinya Amerika

Serikat untuk beraliansi dengan Uni Eropa atau malah mungkin Rusia untuk membendung

pengaruh global Tiongkok. Adanya hubungan fluktuatif terhadap Tiongkok membuat Amerika

Serikat untuk berupaya membangun kemitraan strategis dengan negara-negara yang berpotensi

menjadi kekuatan global. Terlepas dari isu Krimea, Amerika Serikat sepertinya enggan untuk

menanggapinya. Mungkin saja salah satu pertimbangan AS adalah untuk tetap membuka opsi

aliansi dengan Rusia untuk menghadang laju Tiongkok.

Ketegangan antara AS dan Tiongkok ini sedikit banyak diawali oleh ketegangan di bidang

perdagangan antara AS dan Tiongkok, tetapi setelah itu mulai menjurus ke arah persaingan

antar negara yang lebih luas. Mattis, J. (2018) dalam Rangkuman Strategi Pertahanan Nasional

Amerika Serikat 2018 menyatakan bahwa era “persaingan antar negara” adalah perhatian

utama bagi keamanan AS, dan bukan lagi terorisme.6

Bagi Amerika Serikat, kebangkitan Tiongkok tersebut memberikan dua sinyal elemen

penting:

Pertama, Tiongkok ingin menunjukkan diri sebagai salah satu kekuatan global yang muncul

dari kawasan regionalnya sendiri. Asia Timur selama ini dikenal sebagai kawasan strategis

karena aktivitas aktif perdagangan internasional dan juga potensi perikanan dan sumber daya

migas bawah laut. Kedua faktor itu yang mendorong Tiongkok untuk bisa tampil sebagai

kekuatan global baru (revisionist power).

Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan”

Amerika Serikat dan negara sekutunya di Asia Timur. Adapun negara sekutu Tiongkok seperti

Korea Utara tidaklah cukup kuat sebagai zona penyeimbang (buffer zone) antara Jepang dan

6 Mattis, Jim. Ibid.

Page 7: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

6

Korea Selatan. Hal itu juga yang memicu Tiongkok untuk menyeimbangkan pendulum

keseimbangan kekuatan global di kawasan, atau malah mungkin mendominasi kawasan Asia

Timur secara geopolitik.

Perspektif Tiongkok

Analisa decoupling dari Tiongkok memperlihatkan kalau itu lebih ditujukan pada membangun

kemdanirian diri. Hal tersebut mengingat Tiongkok yang memiliki kapasitas untuk

memproduksi dan membeli produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan daya konsumerisme

masyarakat Tiongkok yang besar. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah aliansi

Tiongkok dengan negara-negara lain seperti halnya BRICS maupun Belt Road Initiative telah

membuat kekuatan diplomasi Tiongkok bertambah kuat. Dengan mempertimbangkan aspek

tersebut, tampaknya bukan hal sulit bagi Tiongkok melepaskan diri dari Amerika Serikat.

Ada dua hal yang menjadi perhatian Tiongkok

Pertama, posisi AS di kawasan. Bagi Tiongkok sejak lama keberadaan AS di kawasan adalah

sebuah tantangan yang harus dihadapi. Dari segi keamanan, AS sudah sejak lama menunjukkan

bahwa keamanan Republik Tiongkok (Taiwan) merupakan salah satu hal yang merupakan

kepentingan AS.7 Hal ini adalah hal yang membuat Tiongkok lama gusar. Zhao (2012:45)

misalnya beragumen bahwa salah satu penyebab menegangnya hubungan AS dengan Tiongkok

pada tahun 2010 adalah ketika AS menjual senjata kepada Taiwan.

Selain itu, kekuatan angkatan laut AS dan keberadaan AS di kawasan bisa saja digunakan untuk

membatasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok dengan mengontrol akses Tiongkok ke sumber

energi dan pasar internasional.8 Walaupun AS sejauh ini belum pernah menggunakan kekuatan

militernya untuk membatasi akses Tiongkok ke kedua hal tersebut, sikap AS yang sangat

kombatif ketika menghadapi upaya salah satu perusahaan Tiongkok, Huawei, untuk mengikuti

tender infrastruktur 5G di berbagai negara bukan tidak mungkin membuat ketakutan Tiongkok

kalau AS bisa saja menggunakan kekuatan militernya untuk membatasi akses Tiongkok ke

energi dan pasar dengan menggunakan kekuatan militer.

7 Zablocki, Clement J. 1979. “United States-Taiwan Relations Act.” Cia.Gov. https://www.cia.gov/library/readingroom/docs/CIA-RDP85-00003R000100050016-5.pdf. Hal. 5 8 Yunheng, Zhou. 2011. “ ’Lun Zhongmei Zhijian De Haiquan Maodun’ (On Sino-US Sea Power Conflict).” Xidanai

Guoji Guanxi (Contemporary International Relations), no. 2.

Page 8: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

7

Kedua, Tiongkok juga merasa perlu untuk menaikan kemampuan teknik dan teknologi basis

manufakturnya. Inilah salah satu alasan kenapa Tiongkok meluncurkan program “Made in

China 2025.”9 Walau slogan ini akhirnya dicabut kembali oleh Tiongkok akibat protes AS yang

menganggap program menggunakan kebijakan-kebijakan yang akan merugikan industri AS

demi membuat Tiongkok maju10, programnya sendiri tetap ada11. Aksi AS yang merespons

dengan sangat kuat kebijakan ini meningkatkan kecurigaan Tiongkok kepada AS, yang

dianggap berusaha menahan agar Tiongkok tidak menyalip AS.

Efek decoupling ke kawasan di Asia Tenggara dan Asia Timur

Laut Cina Selatan

Kawasan lautan ini akan menjadi salah satu titik sentral decoupling. Tiongkok secara garis

besar akan berupaya mempertahankan kepentingannya di kawasan ini melalui penguatan

armada angkatan laut. Sementara itu di sisi lain, Amerika Serikat beserta para sekutunya akan

berupaya menghadang laju Tiongkok tersebut dengan berbagai macam latihan operasi militer.

Dengan kata lain, decoupling ini akan menambah intens rivalitas antara Amerika Serikat dan

Tiongkok di kawasan. Mungkin saja aktivitas militer dari kedua belah pihak akan terus naik di

kawasan ini. Tanda-tanda dari hal ini sudah mulai terlihat.

Tiongkok pada 2020 misalnya mengirim kapal induknya ke kawasan Laut Cina Selatan untuk

melakukan latihan militer.12 AS sendiri melakukan reorganisasi besar-besaran marinirnya agar

dapat beroperasi dengan lebih mudah di lingkungan kepulauan di Pasifik, seperti misalnya (tapi

tidak terbatas di) pulau-pulau dan karang di Laut Cina Selatan.13

Laut Cina Timur

Kawasan lautan ini mungkin menjadi menjadi bagian dari perang proksi sekutu Amerika

Serikat yakni Korea Selatan dan Jepang maupun sekutu Tiongkok yakni Korea Utara. Kondisi

tersebut sangat memungkinkan terjadinya konflik bersenjata sewaktu-waktu. Tiongkok sendiri

9 Liu, Kerry. "Chinese manufacturing in the shadow of the China–US trade war." Economic Affairs 38.3 (2018) 10 Lee, John. End of Chimerica: The passing of global economic consensus dan the rise of US--China strategic 136 technological competition. Australian Strategic Policy Institute. Hal. 2 11 Wei, Lingling. "Beijing Drops Contentious 'made in China 2025' Slogan, but Policy Remains; U.S. has Slammed Program as a Subsidy-Stuffer to Advance China as Global Technology Leader at U.S. Expense." Wall Street Journal (Online), Mar 05 2019, ProQuest. Web. 14 Juli 2020. 12 Global Times. 2020. “Chinese Aircraft Carrier Liaoning Conducts Exercises in South China Sea: PLA Navy Spokesperson.” Global Times. April 13, 2020. https://www.globaltimes.cn/content/1185471.shtml. 13 Cancian, Mark F. 2020. “The Marine Corps’ Radical Shift toward China.” CSIS. Maret 25, 2020. https://www.csis.org/analysis/marine-corps-radical-shift-toward-china.

Page 9: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

8

juga sudah berupaya untuk menunjukkan pengaruhnya di wilayah Laut Cina Timur yang

diklaim sebagai wilayah Tiongkok dengan memproklamasikan adanya ADIZ di Laut Cina

Timur yang mewajibkan semua pesawat yang melintas di kawasan untuk memberi notifikasi

terlebih dahulu kepada otoritas Tiongkok.14

Selain itu, laut Cina Timur juga merupakan lokasi dari Republik Tiongkok (Taiwan). Tiongkok

baru-baru ini baru saja menghilangkan rujukan ke “reunifikasi secara damai” dalam laporan

tahunan Perdana Menteri RRT Li Keqiang.15 Di sisi lain, AS juga baru-baru ini memperkuat

undang-undang baru yang memperkuat dukungan AS terhadap posisi internasional Taiwan.16

Jika Tiongkok berusaha untuk mempersatukan kembali Tiongkok dengan Taiwan dengan cara

paksa, maka AS bisa saja mengintervensi.

Salah satu intervensi yang bisa dilakukan AS, selain dengan intervensi langsung di kawasan

ini atau di Taiwan dengan asset militernya, bisa saja dengan melakukan “karantina” atau

blokade terhadap arah transportasi energi dan pasar ke Tiongkok yang melewati Selat Malaka

atau mengawal konvoi kapal negara lain di kawasan melalui laut lepas ke energi dan pasar,

sesuatu yang mungkin, bergantung pada situasi, bisa merugikan Tiongkok pada keadaan krisis.

Karantina seperti ini pada masa damai pernah digunakan oleh AS pada masa Krisis Rudal

Kuba.17 Pengawalan sendiri pada masa damai pernah dilakukan di Teluk Persia pada masa

Perang Irak-Iran melalui Operasi Ernest Will.18 Hal ini bisa berpotensi menyeret Indonesia ke

tengah ketegangan antara AS dan Tiongkok.

Korea Utara

Tiongkok diperkirakan dalam posisi netral dalam kasus Korea Utara ini. Adanya persetujuan

atas sanksi tambahan dari PBB kepada Korea Utara membuktikkan kalau Tiongkok “sedikit

14 Ministry of National Defense The People’s Republic of China. 2013. “Announcement of the Aircraft Identification Rules for the East China Sea Air Defense Identification Zone of the P.R.C.” November 28, 2013. https://web.archive.org/web/20131128215834/http://eng.mod.gov.cn/Press/2013-11/23/content_4476143.htm. 15 Huang, Kristin. 2020. “Chinese Government Drops References to ‘Peaceful’ Taiwan Reunification.” South China Morning Post. Mei 22, 2020. https://www.scmp.com/news/china/politics/article/3085700/chinese-government-drops-references-peaceful-reunification. 16 116th Congress. 2020. “Text - S.1678 - 116th Congress (2019-2020): Taiwan Allies International Protection dan Enhancement Initiative (TAIPEI) Act of 2019.” Congress.Gov. Maret 26, 2020. https://www.congress.gov/bill/116th-congress/senate-bill/1678/text. 17 Naval History dan Heritage Commdan. 2020. “The Naval Quarantine of Cuba.” Mei 8, 2020. https://www.history.navy.mil/research/library/online-reading-room/title-list-alphabetically/n/the-naval-quarantine-of-cuba.html. 18 Froehlich, Paul. 1988. “In Harm’s Way.” All Hdans Magazine of the US Navy, Maret 1988. https://www.navy.mil/ah_online/archpdf/ah198803.pdf. Hal 4-11

Page 10: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

9

melepas tangan” terhadap Korea Utara. Namun untuk kepentingan strategis lainnya, Tiongkok

akan membantu Korea Utara dalam hal lainnya seperti pertahanan seandainya ada konflik

terbuka. Hal ini mengingat Tiongkok memandang Korea Utara sebagai zona penyangga

terhadap keutuhan wilayahnya. Jika Tiongkok misalkan tidak membantu Korea Utara, berat

kiranya bagi Tiongkok untuk menghadapi pasukan AS langsung di perbatasan Tiongkok.19

Indonesia Mengayuh di Antara Banyak Karang

Terhadap potensi konflik yang akan melanda ke depan, Indonesia sebenarnya tidak terlalu

terkena dampak konflik terbuka antara Tiongkok dan Amerika Serikat, selama konflik ini tidak

bergerak menuju arah konflik bersenjata. Namun demikian, Indonesia tetap riskan bisa terjebak

diantara kedua kekuatan ini, atau bahkan menjadi salah satu tempat konflik kedua kekuatan

Pertama, salah satu efek tidak langsung dari decoupling AS dan Tiongkok adalah mungkin

munculnya blok perdagangan yang dipelopori dua negara kekuatan global tersebut. Yang

dimaksud dengan munculnya blok perdagangan disini bukan hanya melingkupi blok

perdagangan seperti misalnya area perdagangan bebas yang eksklusif, tetapi juga ekosistem

teknologi berbeda dan tidak kompatibel. Misalnya, teknologi 5G. Jika laju berpisah Tiongkok

dan AS terus bergerak dalam tren ini, maka bukan gtidak mungkin kalau teknologi 5G dari

Tiongkok dan teknologi 5G dari atau yang didukung oleh AS tidak akan kompatibel dengan

satu sama lain.

AS pada 1998 melarang komponen AS untuk diluncurkan oleh Tiongkok, yang secara praktis

membuat industri luar angkasa Tiongkok tidak bisa meluncurkan sebagian besar satelit di

dunia.20 Di masa depan, dengan Tiongkok yang dengan gencar memasarkan teknologinya,

bukan tidak mungkin banyak negara akan terjebak dalam ekosistem teknologi AS atau

Tiongkok karena teknologi dari kedua negara ini tidak bisa digunakan bersamaan, baik karena

alasan teknis maupun alasan hukum.

Selain itu, bisa saja internet akan terbelah dua antara internet yang mengikuti nilai-nilai

Tiongkok dan nilai-nilai AS. Tiongkok saat ini mulai mengekspor teknologi dan keahlian

pemantauan internet kepada konsumen diluar Tiongkok.21 Bukan tidak mungkin, jika suatu

19 Bennet, Bruce W. 2013. “Preparing for the Possibility of a North Korean Collapse.” Rdan Corporation. Hal xvii 20 Mitsuru, Obe, dan Yifan Yu. 2020. “SpaceX Success Had Asian Start-Ups Dreaming of the Stars.” Financial Times. Juli 12, 2020. https://www.ft.com/content/8351b52a-78ba-4148-b4e8-4e11b7919126. 21 Mozur, Paul, Jonah M Kessel, dan Melissa Chan. 2019. “Made in China, Exported to the World: The Surveillance State.” The New York Times, April 24, 2019. https://www.nytimes.com/2019/04/24/technology/ecuador-surveillance-cameras-police-government.html.

Page 11: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

10

negara menggunakan teknologi pemantauan internet dari Tiongkok, perusahaan teknologi dari

Barat dapat berupaya untuk menggunakan teknologi untuk menjamin agar nilai-nilai yang

dibawa perushaan tersebut, seperti misalnya nilai privasi komunikasi, tidak terganggu atau

direbut dengan penggunaan teknologi pemauntauan internet dari Tiongkok.

Kedua, dilihat secara militer, Indonesia berbatasan dengan selat Malaka dan selat Lombok.

Kedua selat ini digunakan Tiongkok dan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan

Republik Tiongkok (Taiwan) untuk mengakses suplai energi di Timur Tengah dan pasar bagi

produk mereka. Jika terdapat ketegangan di kawasan yang menyebabkan salah satu saja dari

negara di sepanjang rute pelayaran kapal dari Teluk Persia atau Terusan Suez ke Asia Timur

untuk melakukan aksi yang dapat dipandang oleh Tiongkok atau negara Asia Timur lainnya

menarget arus transportasi mereka ke sumber energi dan pasar, maka mereka bisa saja

mengunakan kekuatan militer untuk berusaha untuk membuka akses transportasinya kembali.

Hal ini bisa saja menarik Indonesia ke dalam permainan geopolitik atau bahkan konflik dimana

Indonesia bukan hanya menjadi salah satu pemain, tetapi juga menjadi medan perang negara-

negara tersebut.

Dalam konteks ini, Indonesia perlu untuk meninjau kembali politik bebas aktifnya untuk bukan

hanya menyinergiskan kepentingan nasional di tengah kompetisi global tersebut, tetapi juga

agar Indonesia tidak terjebak di tengah pusaran ketegangan di antara Tiongkok, AS, dan negara

lain di kawasan, agar Indonesia tidak bernasib seperti Polandia atau Belgia di Perang Dunia

Kedua, yang relatif lebih lemah dari kekuatan besar di kawasan dan berusha mempertahankan

kedaulatannya, tetapi pada akhirnya malah menjadi korban.

Hal konkretnya mungkin Indonesia berperan sebagai pelopor kekuatan negara menengah

(middle power) yang berhak untuk bersuara di tengah rivalitas kedua negara itu. Suara

Indonesia sebagai negara yang strategis di Asia Tenggara itu akan diperhatikan oleh Tiongkok

maupun Amerika Serikat. Walaupun demikian, Indonesia juga perlu mempertimbangkan untuk

meningkatkan kemampuannya agar tidak dipandang militer dalam konflik militer.

Mencapai MEF adalah salah satu langkah konkret menuju arah tersebut, tetapi langkah lainnya

untuk semakin memperkuat posisi Indonesia, entah dengan menjalin hubungan kerjasama

Page 12: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

11

bilateral atau multilateral yang kuat dengan negara-negara lain dan/atau memperkuat potensi

militer Indonesia sangat diperlukan.

Pertanyaan yang dihadapi pemangku kebijakan Indonesia kedepan bisa jadi adalah pertanyaan-

pertanyaan berikut:

- Langkah apa yang bisa diambil Indonesia agar mendapat keuntungan maksimal dari

decoupling AS dan Tiongkok?

- Sejauh apa Indonesia harus dekat atau menjaga jarak dengan kekuatan dan negara-

negara di kawasan, seperti ASEAN, tetapi juga termasuk AS dan Tiongkok, baik dari

segi ekonomi, teknologi, maupun militer?

- Langkah apa yang harus dilakukan Indonesia untuk memperkuat posisi militernya

dalam atmosfer decoupling AS dan Tiongkok? Sejauh apa langkah yang harus diambil

Indonesia?

- Apa ada langkah atau opsi yang mungkin terlalu berat untuk diambil Indonesia? Jika

ya, apakah asumsi yang mendasari perhitungan tersebut perlu dipikirkan kembali?

Kesimpulan

Jika decoupling pada akhirnya terus berlanjut, relasi dependensi antara Amerika Serikat dan

Tiongkok berubah menjadi hubungan rivalitas. Hal tersebut berpotensi menimbulkan konflik

terbuka maupun perang proksi di level regional maupun internasional. Kondisi ini tentu saja

akan menganggu, jika tidak memutus, relasi interdependensi semua negara yang telah terbina

dalam globalisasi. Indonesia dapat berperan sebagai pelopor kekuatan menengah bisa

mereduksi dampak konflik itu dan berperan sebagai orator kepentingan negara kawasan

terhadap rivalitas kedua negara global itu.

Di sisi lain, Indonesia, karena posisi strategisnya, bisa saja menjadi korban dari perang proksi

ataupun konflik terbuka diantara AS, Tiongkok, dan negara di kawasan. Karena itu, penting

bagi Indonesia untuk mulai memikirkan bagaimana posisi terbaik yang bisa mempertahankan

posisi dan mengamankan kedaulatan bangsa, baik melalui diplomasi maupun melalui

meningkatkan kapasitas militer dan ekonomi.

Page 13: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

12

DAFTAR PUSTAKA

1. 116th Congress. 2020. “Text - S.1678 - 116th Congress (2019-2020): Taiwan Allies

International Protection dan Enhancement Initiative (TAIPEI) Act of 2019.”

Congress.Gov. Maret 26, 2020. https://www.congress.gov/bill/116th-congress/senate-

bill/1678/text.

2. Bennet, Bruce W. 2013. “Preparing for the Possibility of a North Korean Collapse.”

Rdan Corporation

3. Cancian, Mark F. 2020. “The Marine Corps’ Radical Shift toward China.” CSIS. Maret

25, 2020. https://www.csis.org/analysis/marine-corps-radical-shift-toward-china.

4. Chdany, Laurence, dan Brian Seidel. "Is Globalization’s Second Wave about to

Break?’." Brookings Institute Global Views 4 (2016).

5. Ferguson, Niall, dan Moritz Schularick. "‘Chimerica dan the global asset market boom."

International Finance 10, no. 3 (2007): 215-239.

6. Froehlich, Paul. 1988. “In Harm’s Way.” All Hdans Magazine of the US Navy, Maret

1988. https://www.navy.mil/ah_online/archpdf/ah198803.pdf.

7. Global Times. 2020. “Chinese Aircraft Carrier Liaoning Conducts Exercises in South

China Sea: PLA Navy Spokesperson.” Global Times. April 13, 2020.

https://www.globaltimes.cn/content/1185471.shtml.

8. Hu, XueYing. "Legacy of Tiananmen Square Incident in Sino-US Relations (post-2000)."

East Asia 33, no. 3 (2016): 213-232.

9. Huang, Kristin. 2020. “Chinese Government Drops References to ‘Peaceful’ Taiwan

Reunification.” South China Morning Post. Mei 22, 2020.

https://www.scmp.com/news/china/politics/article/3085700/chinese-government-drops-

references-peaceful-reunification.

10. Johnson, Keith, dan Robbie Gramer. 2020. “The Great Decoupling.” Foreign Policy. Mei

14, 2020. https://foreignpolicy.com/2020/05/14/china-us-pdanemic-economy-tensions-

trump-coronavirus-covid-new-cold-war-economics-the-great-decoupling/.

11. Laksmana, Evan A. 2020. “Why Indonesia Invokes the Philippines’ South China Sea

Arbitration Win.” South China Morning Post. Juni 2, 2020. https://www.scmp.com/week-

asia/opinion/article/3087017/why-indonesia-wont-let-beijing-forget-philippines-south-

china-sea.

Page 14: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

13

12. Lee, John. End of Chimerica: The passing of global economic consensus dan the rise of

US--China strategic 136 technological competition. Australian Strategic Policy Institute.

Hal. 2

13. Liu, Kerry. "Chinese manufacturing in the shadow of the China–US trade war." Economic

Affairs 38.3 (2018)

14. Mattis, Jim. Summary of the 2018 national defense strategy of the United States of

America. Department of Defense Washington United States, 2018.

15. Ministry of National Defense The People’s Republic of China. 2013. “Announcement of

the Aircraft Identification Rules for the East China Sea Air Defense Identification Zone

of the P.R.C.” November 28, 2013.

https://web.archive.org/web/20131128215834/http://eng.mod.gov.cn/Press/2013-

11/23/content_4476143.htm.

16. Mitsuru, Obe, dan Yifan Yu. 2020. “SpaceX Success Had Asian Start-Ups Dreaming of

the Stars.” Financial Times. Juli 12, 2020. https://www.ft.com/content/8351b52a-78ba-

4148-b4e8-4e11b7919126.

17. Mozur, Paul, Jonah M Kessel, dan Melissa Chan. 2019. “Made in China, Exported to the

World: The Surveillance State.” The New York Times, April 24, 2019.

https://www.nytimes.com/2019/04/24/technology/ecuador-surveillance-cameras-police-

government.html.

18. Naval History dan Heritage Commdan. 2020. “The Naval Quarantine of Cuba.” Mei 8,

2020. https://www.history.navy.mil/research/library/online-reading-room/title-list-

alphabetically/n/the-naval-quarantine-of-cuba.html.

19. Nur Meianti. 2020. “OPINI: Bagaimana Indonesia Memposisikan Diri Di Era

Decoupling.” Liputan6.Com, Juni 14, 2020.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4279085/opini-bagaimana-indonesia-

memposisikan-diri-di-era-decoupling.

20. Trump, Donald J. 2020. Twitter. Juni 18, 2020.

https://twitter.com/realDonaldTrump/status/1273706102023237633?ref_src=twsrc%5Etf

w%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1273706102023237633%7Ctwgr%5E&r

ef_url=https%3A%2F%2Fwww.dw.com%2Fen%2Fcomplete-decoupling-from-china-

remains-an-option-says-trump%2Fa-53866003.

21. Wei, Li. "Towards Economic Decoupling? Mapping Chinese Discourse on the China–US

Trade War." The Chinese Journal of International Politics 12, no. 4 (2019): 519-556.

Page 15: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

14

22. Wei, Lingling. "Beijing Drops Contentious 'made in China 2025' Slogan, but Policy

Remains; U.S. has Slammed Program as a Subsidy-Stuffer to Advance China as Global

Technology Leader at U.S. Expense." Wall Street Journal (Online), Mar 05 2019,

ProQuest. Web. 14 Juli 2020.

23. Yunheng, Zhou. 2011. “ ’Lun Zhongmei Zhijian De Haiquan Maodun’ (On Sino-US Sea

Power Conflict).” Xidanai Guoji Guanxi (Contemporary International Relations), no. 2.

24. Zablocki, Clement J. 1979. “United States-Taiwan Relations Act.” Cia.Gov.

https://www.cia.gov/library/readingroom/docs/CIA-RDP85-00003R000100050016-

5.pdf.

25. Zhao, Xiuye. "Chinese Perception of the US Strategic Position in East Asia: An Analysis

of Civilian dan Military Perspectives." American Intelligence Journal 30, no. 1 (2012): 45-

54.

Tentang Penulis

Wasisto Raharjo Jati, biasa dipanggil Wasis, telah

menjadi staf peneliti di Pusat Penelitian Politik – LIPI sejak

tahun 2014. Gelar sarjana strata satu (S-1) Politik dan

Pemerintahan diraih dari Universitas Gadjah Mada (UGM)

pada tahun 2012. Sekarang ini dia sedang menempuh

pendidikan strata dua (S-2) di Program Master of Political

Science di the Australian National University (ANU).

Page 16: Decoupling Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia · 2020. 9. 7. · Kedua, Tiongkok secara psikologis merasa terancam kedaulatannya dengan “kepungan” Amerika Serikat dan negara

15

Pasha Aulia Muhammad terlahir di Bandung pada 21 Juni

1999. Penulis saat ini masih berada pada tahun ketiga dari

empat tahun total waktu pendidikan Bachelor (S-1) Political

Science and World Politics di National Research University

Higher School of Economics St. Petersburg Filial.

Penulis juga sempat mendapat kehormatan untuk mengikui program pertukaran pelajar

Erasmus selama satu semester di University College London School of Slavonic and East

European Sciences (UCL SSEES). Selain itu, penulis juga aktif di berbagai aktivitas

ekstrakurikuler, seperti MUN misalnya, baik sebagai delegate maupun chair, dan berpartisipasi

aktif di berbagai organisasi dan menjadi sukarelawan di berbagai kegiatan baik di dalam

maupun di luar negeri, seperti misalnya di Permira Rusia, AIESEC Rusia, KMI-REET, dan

KNPI.

Sudharmono Saputra, S.H., M.H., lahir di Tanjung Karang

tanggal 12 Maret 1991. Jenjang pendidikan dasar ia tempuh

di SDN 2 Rawa Laut, Bandar Lampung dan SMPN 1 Bandar

Lampung. Adapun jenjang pendidikan menengah di SMAT

Krida Nusantara Bandung dan SMA N 9 Bandar Lampung.

Kemudian, ia menempuh kuliah di Fakultas Hukum

Universitas Lampung dan melanjutkan jenjang Magister

Hukum Bisnis di Universitas Gajah Mada.

Saat ini, ia telah menyelesaikan pendidikan LLM International Commercial Law di

Bournemouth University. Sampai saat ini, ia tercatat sebagai Advokat pada Organisasi Advokat

PERADI dan juga tercatat sebagai Kurator dan Pengurus pada Organisasi AKPI.