ded bab 5 penyusunan ded
DESCRIPTION
ded industriTRANSCRIPT
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
BABPENYUSUNAN DED KAWASAN
INDUSTRI
BAB 5.1.DED Kawasan Industri
5.1.a. Zonasi DED Kawasan Industri
Zonasi merupakan pengelompokan pada kawasan industri berdasarkan blok
yang mempunyai aktifitas yang berbeda. Tujuan dari Zonasi adalah melokalisir
Zat Polutan dari Limbah Industri, agar pengelolaan IPAL bisa maksimum
dilakukan, Zonasi juga berkaitan pengelompokan jenis industri berdasarkan tipe
atau kelompok jenis manufakturnya.
5.1.b. Pembagian Zonning Berdasarka Karakteristik Kawasan Industri
yang Dikembangkan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian, kawasan industri sebagai tempat
beraglomerasinya berbagai kegiatan industri manufaktur dengan berbagai
karakteristik yang berbeda, dalam arti kebutuhan utilitas, tingkat polutan maupun
skala produksi, dan untuk tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam penyediaan
infrastruktur dan utilitas, serta tercapainya efisiensi dalam biaya pemeliharaan
serta tidak saling mengganggu antar industri industri yang saling kontradiktif sifat-
sifat polutannya, maka diperlukan penerapan sistem Zoning dalam perencanaan
bloknya, yang didasarkan atas pengelompokan :
Jumlah limbah cair yang dihasilkan
Ukuran Produksi yang bersifat bulky/Heavy
Polusi udara
Tingkat Kebisingan
Tingkat Getaran
Hubungan antara jenis industri
Bab 5 | 1
5
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Sistem Zoning kawasan industri Wongsorejo disusun berdasarkan blok yang
memiliki aktifitas yang berbeda. Dengan blok yang memiliki aktifitas berbeda,
berbagi polutan yang ditimbulkan (limbah, kebisingan dan lain-lainya dapat
diminimalkan potensi gangguanya terhadap blok lain. Sistem Zoning disusun
menjadi blok sebagai berikut :
Bedasarkan hasil penyusunan Masterplan Kawasan Industri Wonorejo Luas
lahan efektif dan infrastruktu adalah sebagai berikut :
Luas Lahan Total(Ha)
Luas Lahan Efektif(Ha)
Luas Lahan Infrstruktur
(Ha)
Luas Lahan Penghijauan
(Ha)486,40 340,48 48,64 97,28
100% 70% 10% 20%
Tabel 4.1. Luasan Lahan di Kawasan Industri Hasil Studi Masterplan
Luas Lahan Efektif(Ha)
Luas Lahan
Industri(Ha)
Luas Lahan Perumahan
(Ha)
Luas Lahan Komersial
(Ha)
Luas Lahan Fasum(Ha)
340,48 264,50 33,70 39,50 3,00
100% 76% 10% 11% 1%
Tabel 4.1. Luasan Lahan Pembagian Blok Pengunaan Lahan Effektif
Hasil Studi Masterplan
Pada pekerjaan DED Kawasan Industri Wonorejo akan dihasilkan kajian zonasi
dengan luas lahan yang berbeda dari hasil studi Masterplan Kawasan Industri
Wonorejo Kabupaten Banyuwangi.
5.1.c. Tahapan Perencanaan dalam DED Kawasan Industri
Dalam perencanaan DED Kawasan Industri Wonorejo dilakukan tahapan-
tahapan kegiatan sebagai berikut :
1. Pembuatan Rencana Zonasi berdasarkan produktifitas lahan
Bab 5 | 2
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Pengelompokan sutau kegiatan yang sejenis pada suatu area (Zoning)
dalam suatu lahan kawasan industri pada umumnya terdiri atas :
a. Lahan Produktif (Komersial)
Lahan Industri/Lahan pabrik
Pergudangan
Pusat Niaga (Bussines Centre) seperti pertokoan,
perkantoran, Hotel dan sebagainya
Area Hunian (perumahan) rumah tinggal, apartemen,
dormintory (asrama)
b. Lahan Tidak Produktif (Komersial)
Fasilitas sosial dan Fasilitas Umum
Pusat Pemerintahan
Area Pendidikan/sekolah : TK, SD, SLTP dan kalau
mungkin SLTA
Area penghijauan : Lapangan olah raga, penghijauan
untuk paru-paru kawasan
Jaringan jalan, jalan utama, Jalan akses, jalan
lingkungan
Jaringan Saluran Drainase/pembuangan air hujan
Jaringan Pongolahan IPAL
2. Menentukan besaran perbandingan antara Produktifitas Lahan
Menentukan besaran perbandingan antara lahan produktif dengan
lahan yang tidak produktif sesuai dengan standar teknis kawasan
industri yang dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Tahun 1997. Standar perandingan lahan komersial (lahan yang dapat
dijual) dengan lahan non komersial (faslitas sosial dan fasilitas umum)
adalah 70%:30%.
3. Membuat tahapan Perencanaan (Masterplan, DED, Review DED)
Tahap ini perlu dilakukan sebagai bahan dalam Penyusunan awal studi
kelayakan (feasibility studi), yang dilanjutkan dengan pembuatan
rancangan Rencana Induk (Masterplan) selanjutya dilanjutkan dengan
pembuatan rancangan Detail Eninering Desain (DED) (Rancangan
Bab 5 | 3
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
detail pelaksanaan keteknisan kawasan) sebagai pedoman teknis
pembangunan fisik di Lapangan.
4. Menyiapkan Studi Kelayakan (Feaseblity Study)
Tahap ini diperlukan untuk menilai apakah rencana kawasan
industritersebut layak dan memberikan keutungan yang dari segi
finansial.
5. Membuat studi AMDAL (Anaisis Mengena Dampak Lingkungan)
Studi ini diperlukan untuk menilai apakah rencana kawasan industri
tersebut tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
sekitar kawasan Industri. AMDAL ini diperlukan sebagai kelengkapan
persyaratan pengurusan surat izin kawasan industri. Kemudahan
diteruskan dengan studi Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
6. Mengurus Perizinan
Pada prinsipnya, pengurusan perizinan tersebut adalah bagian dari
rangkaian kegiatan yang sangat peting, djabarkan secara garis besar
terdiri atas :
Izin lokasi (dari tingkat kabupaten, propinsi sampai dengan tingkat
Pusat)
Izin Pengelolaan Kawasan
Izin Undang-Undang Gangguan
Izin Mendirikan Bangunan dan
Izin-izin lainnya yang dperlukan
5.1.d. Persyaratan Pengembanan Kawasan Industri
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdangan RI Nomor :
50/MPP/Kep/2/1997, pasal 16, tentang pemberian Izin usaha :
Kawasan Industri dan Izn Perluasan Kawasan Industri, menyatakan bahwa
perusahaan kawasan industri wajib melaksanakan standar teknis yang meliputi :
Bab 5 | 4
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
1. Perusahaan Kawasan industri wajib mengalokasikan tanah kawasan industri
menurut ketentuan pengguanan tanah di dalam kawasan industri sebaga
berikut :
1. Kavling komersial adalah kavling yang disediakan oleh Perusahaan
kawasan industri untuk sarana penunjang seperti perkantoran bank
pertokoan/tempat belanja, tempat tinggal sementara, kantin dan
sebagainya.
2. Kavling perumahan adalah kavling yang disediakan oleh perusahaan
kawasan industri untuk perumahan pekerja termasuk fasilitas
penunjangnya seperti tempat olah raga dan sarana ibadah.
3. Fasilitas yang termasuk sarana penunjang lainnya antara lain adalah
pusat kesegaran jasmani (fitnes centre), pos pelayanan
telekomunikasi, saluran pembuangan air hujan, instalasi penyedian air
bersih, instalasi penyediaan tenaga listrik, instalasi telekomunikasi,
intalasi pengelolaan air limbah industri (IPAL Industri) unit pemadam
kebakaran.
4. Prosentasi mengenai penggunaan tanah untuk jalan dan sarana
penunjang lainnya disesuaikan menurut kebutuhan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bersangutan.
5. Prosentase ruang terbuka hijau ditetapkan minimal 10% sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah yang bersangkutan.
2. Ketentuan tentang pemanfaatan tanah untuk bantuan diatur sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Perusahaan Kawasan Industri wajib mengusahakan penyediaan prasarana
& sarana sekurang kurangnya sebagai berikut :
a. Jaringan jalan lingkungan dalam kawasan industri sesuai dengan
ketentuan teknis yang berlaku.
b. Saluran pembuangan air huja (draiase) yang bermuara kepada saluran
pembuangan sesuai dengan ketentuan teknis pemerintah daerah
setempat.
Bab 5 | 5
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
c. Instalasi penyediaan air bersih termasuk saluran distribusi ke setia
kavling industri, yang kapasitasnya dapat memenuhi permintaan yang
sumber airnya dapat berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM)
dan/atau dari sistem yang diusahakan sendiri oleh Perusahaan Kawasa
Indusri.
d. Instalasi peyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik sesuai dengan
ketentuan PLN yang bersumber tenaga listriknya berasal ari PLN
dan/atau dari sumber tenaga listrik yang diusahan sendiri oleh
Perusahaan Kawasan Industri dan atau Perusahaan Industri di dalam
Kawasan industri
e. Jaringan telekomunikasi sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
teknis yang belaku.
f. Sarana pengendalian dampak misalnya: pengolahan limbah industri
penampungan sementara limbah industri, penampungan sementara
limbah padat sesuai dengan keputusan persetujuan AMDAL, RKL, dan
RPL Kawasan Industri
g. Penerangan jalan pada tiap jalur jalan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
h. Unit perkantoran Perusahaan Kawasan Industri/Perusahaan Pengelola
Kawasan Industri
i. Unit Pemadam Kebakaran
j. Perumahan bagi pekerja Industri dengan harga yang terjangkau untuk
Kawasan Industri yang luasnya lebih dari 200 Hektar
5.1.f. Desain Dasar DED Kawasa Industri,Struktur Dasar,
infrastrktur dan
Utlitas
1. Desain Dasar
Desain dasar didasarkan pada data peta topografi skala 1:2.000,
kondisi topografi dan kemiringan lahan akan digunakan sebagai dasar
penyusunan Detail Engineering Desain (DED) Kawasan Industri
Wongsorejo.
Bab 5 | 6
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Sesuai dengan Desain Kriteria yang tefah diuraikan dalam pasal
sebelumnya, diusulkan rata-rata kemiringan tanah (site grading)
sebesar 2% diseluruh area kawasan industri, Kemiringan 2% ini
memungkinkan terjadinya aliran berdasarkan gravitasi, baik untuk
sistem air bersih, air hujan (storm water) dan air buangan (waste
water). Pertimbangan lain dalam penentuan tingkat kemiringan
adalah keseimbangan volume antara galian tanah dan timbunan
tanah. Dalam Desain Dasar Master Plan, telah diindikasikan pula
lokasi instalasi air bersih yang berada di level tanah lebih tinggi
(sisi barat). sementara itu, instarasi pengorahan air kotor berada
dilevel lebih rendah (sisitimur).
Dari hasil Desain Dasar Master plan sebagainnana disajikan dalam
Lampiran 3.4.1.a dan Tabel 3.4.1.b, membagi kawasan industri
menjadi zona - zona letable berupa Kavling Industri, Komersial dan
perumahan.
Kavling lndustri terbagi menjadi Kavling berukuran besar (luas lebih
dari 3 Ha), berukuran sedang (luas 1,5 - 3 Ha) dan berukuran kecil
(luas dibawah 1,5 Ha). Kavling besar terdapat sejurnlah 40 kavling,
kavfing sedang tersedia sebanyak 60 kavling dan kavling kecil
sejumlah 142 kavling.
Perumahan terbagi atas rumah berukuran (tipe) 45 sebanyak 2253
unit, tipe 75 sebanyak 1697 unit dan tipe 90 sejumlah 636 unit.
Komersial meliputi Gudang, Rukan Toko (Ruko), Pusat
Perbelanjaan (Mall), dan Hotel. Jumlah unit Gudang sebesar 319
unit dan Ruko sebanyak 1867 unit.
2. Fase Pembangunan
Bab 5 | 7
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Pembangunan Kawasan Industri Wongsorejo berlangsung selama
15-20 tahun yang diusulkan untuk dilaksanakan dalam 4 fase
secara bertahap {phasing). ldeal- nya pembagian fase
pembangunan diselaraskan dengan rencana skema keuangan
yang disusun dalam Studi Kelayakan atau Rencana Bisnis.
Dari aspek teknis tidak terdapat constraint mencolok pemilihan
zona untuk setiap phasing. Meskipun demikian, satu hal yang harus
dipertimbangkan dengan seksama bahwa fase pertama harus
memasukkan pembangunan infrastruktur utilitas yang meliputi
antara lain infrastruktur listrik, air {termasuk air kotor dan air hujan),
telepon dan gas.
BAB 5.2. Desain Dasar Infrastuktur dan Utilitas
Rancangan Infrastruktur dan utilitas yang dipergunakan dalam
laporan ini, menggunakan Desain Skematik /Desain dasar. Tujuan
penggunaan desain dasar ini adalah untuk memperoleh gambaran biaya
secara globa! atas desain yang direncanakan mesklpun belum
dilakukan perhitungan akurat secara detail desain. Desain Detail
Engineering termasuk dalam lingkup tugas saat ini. Adapun Desain
skematik/ dasar yang disajikan disini adalah :
1. Desain Dasar Jalan, meliputi Jalan Akses, dari Kawasan
Industri ke Jalan Arteri atau Jalan Bebas Hambatan, Jalan
Utama Kawasan dan Jalan Lingkungan
2. Detail Dasar Saluran Drainase dan pedestrian
3. Desain dasar Pagar dan Bangunan pelengkap
4. Desain Dasar Saluran Utilitas
5. Desain dasar Penerangan jalan Umum
Bab 5 | 8
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Prasarana (infrastruktur) merupakan bagian Kawasan tndustri yang
pertama kali harus didesain dan dibangun. setelah desain infrastruktur
memasuki progres yang cukup jauh, desaln utilitas dapat mulai
dikerjakan secara overlapping. Komponen prasarana Kawasan
Industriyang harus didesain secara detailterurai di bawah ini.
1. Pengembangan lahan. Lahan yang ada perlu didesain sedemikian
rupa agar memenuhi kriteria desain sebuah Kawasan lndustri.
pengembangan lahan (site development) merupakan pengolahan
kontur elevasi tanah dan kondisi tanah disesuaikan dengan
rencana elevasi permukaan tanah kavting, jalan dan drainase.
2. Penetapan elevasi tanah juga penting untuk penempatan
bangunana utama dan bangunan penunjang serta fasilitas
pendukung lainnya seperti halaman parkir.
3. Hasil desain detail site development adalah desain pengolahan
lahan berupa penggalian, penimbunan dan pembentukan
permukaan tanah.
4. Desain Jaringan Jalan. secara prinsip, desain jaringan jalan
meliputi desain geometrik dan desain perkerasan jalan. Maksud
dari desain geometrik adalah desain bentuk alinemen vertikal dan
horisontal. Sedangkan desain perkerasan jalan adalah desain
penggunaan material beserta ketebalan setiap lapisan
perkerasan. Direktorat Jendral Binamarga Kementerian pekerjaan
umum telah memiliki Pedoman Desain Geometrik Jalan yaitu
Peraturan No. 13 tahun 1970.
5. Untuk desain perkerasan jalan, dapat digunakan sNl 1732-1ggg-
F. Diluar kedua peraturan di atas, dapat dipertimbangkan
penggunaan Standar lnternasional seperti MSHTO 1993.
6. Desain Drainase. Sistem jaringan saluran air hujan didesain
sedemikian rupa dengan menetapkan suatu jaringan saturan
drainase beserta daerah pengatirannya (catchment area).
Desain detail drainase harus diawali dengan Analisa Hidrologi
Bab 5 | 9
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
khususnya Analisa Debit Banjir (high ftow) Kawasan Industri.
prinsip Analisa Hidrologi yang berlaku adalah limpahan air dari
sungai yang berada di dalam kawasan atau adanya aliran air
permukaan (run off) akibat curah hujan. Apabila data debit air
sungai tidak tersedia, maka analisa debit banjir dilakukan
dengan memanfaatkan data curah hujan. Laporan
Finalpenyusunan Master plan Kawasan Industri Wongsorejo
mencakup Preliminari Analisa Hidrologi memenuhi permintaan
Klien.
5.2.a. Desain Dasar Jalan Akses Kawasan Industri
Desain Jalan pada kawasan Industri meliputi Desain Jalan Akses, dari
Kawasan Industri ke Jalan Arteri atau Jalan Bebas Hambatan, Jalan
Utama Kawasan dan Jalan Lingkungan. Jalan Akses menghubungkan
Kawasan Industri dengan Jalan Arteri ataupun Jalan Bebas Hambatan.
Pada DED Jalan Akses Kriteria desain yang harus dipenuhi adalah
Kemampuan daya dukung jalan lebih dari (>) 10 ton, serta dengan
geomotri jalan yang baik sehingga bisa melaju 30-50 Km/jam.
Pada Dokumen Masterplan Kawasan Industri tidak terlihat adanya Jalan
Akes dari dan ke Kawasan Industri menuju ke Jalan Akes, yaitu menuju ke
jalan Alteri Banyuwangi.
Desain Dasar Perkerasan Jalan Beton untuk Jalan Akses dan Jalan
Utama meliputi :
a. Perkerasan Kaku / Rigid pavement
Rigid Pavement atau perkerasan kaku sudah sangat lama dikenal
di lndonesia. la lebih di kenal pada masyarakat umum dengan
nama Jalan Beton. perkerasan tipe ini sudah sangat lama di
Bab 5 | 10
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
kembangkan di negara - negara maju seperti Amerika, Jepang,
Jerman dll.
b. Definisi
Rigit pavement atau Perkerasan Kaku adalah suatu susunan
konstruksi perkerasan di mana sebagai lapisan atas digunakan
pelat beton yang terletak di atas pondasi atau di atas tanah dasar
pondasi atau langsung di atas tanah dasar (subgrade).
Pada mulanya plat perkerasan kaku hanya di letakkan di atas
tanah tanpa adanya pertimbangan terhadap jenis tanah dasar dan
drainasenya. Ukuran saat itu hanya 5 - 7 inch. Seiring dengan
beban lalu lintas yang semakin bertambah, para engineer akhirnya
mulai menyadari tentang pentingnya pengaruh jenis tanah dasar
terhadap pengerjaan perkerasan terutama sangat pengaruh terhadap
terjadinya pumping pada perkerasan.
Pumping merupakan proses pengocokan butiran - butiran subgrade
atau subbase pada daerah - daerah sambungan (basah atau
kering) akibat gerakan vertikal pelat karena beban lalu lintas yang
mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan bawah tersebut.
c. Jenis-jenis Perkerasan Kaku
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton
perkerasan kaku, perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis sebagai berikut :
1. Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa
tulangan untuk kendali retak.
2. Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan
tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak
digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya
independen terhadap adanya tulangan dowel.
3. Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan).
Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan prosentasi
Bab 5 | 11
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
besiyang relatif cukup banyak (0,02% dari luas penampang
beton).
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan
banyak digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan
beton bertulang menerus. Dalam konstruksinya, plat beton sering
disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya
lapisan aspal beton pada bagian atasnya yang berfungsi sebagai
lapis permukaan.
Dasar Perhitungan jalan dalam Master Plan masih menggunakan
asumsi umum yang biasa dilakukan. Untuk desain yang akurat
akan dilakukan penelitian dan perhitungan didalam Detail
Engineering Desain ( DED ) berikutnya.
5.2.b. Desai Dasar Jalan Lingkungan Kawasan Industri
Desain jalan lingkungan kawasan industri menggunakan kriteria desain
sebagai berikut :
Untuk desain jalan yang direncanakan pada kawasan ini,
mempergunakan jenis type-1, dengan modul lebar 4 m dan panjang
6 meter, menggunkan besi dowel O 16 - 25cm sebagai pengikat
antar modul. Dari hasil Studi rancangan induk/Masterplan, ditentukan
ketebalan lapisan jalan konstruksi beton sbb :
Agregat kelas B ( Sub-Base ) adalah 30 cm
Agregat kelas A ( Base Coarse ) adalah 30 cm, dan
Tebal Lapisan permukaan Beton K-300 adalah 25 cm
5.2.c. Desain Dasar Saluran Drainase
1. Desain Saluran Drainase
Bab 5 | 12
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Drainase merupakan sarana yang berfungsi mengalirkan air
permukaan ke badan air ( sungai, waduk, danau, laut ) atau ke
bangunan resapan buatan.
Tujuan dari sistem saluran drainase ini adalah untuk mencegah
kehancuran konstruksi jalan dengan mengendalikan air pada badan
jalan, baik air permukaan maupun bawah permukaan dan
membuangnya ke badan air.
Desain dasar saluran drainase ini meliputi :
a. Drainase permukaan, yaitu saluran samping jalan,
saturan pada lereng.
b. Drainase bawah permukaan yang dapat mempengaruhi
konstruksi perkerasan jalan dan aspek aspek lingkungan
lain yang mempengaruhi konstruksijalan.
Desain Dasar saluran drainase tepijalan pada laporan ini berupa
saluran dralnase yang menggunakan batu kali. tikuran dimensi
saluran berupa dimensi umum yang biasa dipakai, disesuaikan
dengan ROW Jalan tsb.
Terdapat 4 klasifikasi saluran drainase jalan ini sesuai Row
Saluran drainase adalah :
a. saluran Primer dengan penampang 120 x 120 cm untuk
Row jalan 36 m
b. saluran sekunder dengan penampang 100 x 100 cm
untuk Row jalan 24 rn
c. Saluran Tersier dengan penampang 80 x 80 cm untuk Row
jalan 1g m
d. Safuran Lingkungan dengan penampang 60 x 60 cm
untuk Row jalan 12 m
Bab 5 | 13
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Saluran Drainase harus terpisah dengan dengan jaringan IPAL dan
hanya diperbolehkan bila hasil IPAL dibuang ke saluran drainase bila telah
memenuhi baku mutu.
5.2.d. Desain Dasar Pedestarian dan Zona Hijau
Perencanaan Dasar pekerjaan Pedestrian, menggunakan perkerasan
finishing paving Block. Paving block merupakan salah satu jenis
perkerasan yang terbuat dari campuran pasir dan semen ditambah atau
tanpa campuran lainnya ( abu batu atau lainnya ). Paving block atau blok
beton terkunci menurut Sll.08 19-gg adalah suatu komposisi bahan
bangunan yang terbuat dari campuran semen porttand atau bahan
perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tsb.
Sedangkan menurut SK SNIT-04-1990-F Pavlng btock adalah
segmen segmen kecil yang terbuat dari beton dengan bentuk segi
empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa sehingga
saling mengunci
Dalam pemasangan paving terdapat berbagai macam motif / susunan
pemasangan, beberapa contoh pemasangan adalah sbb :
Gambar Jenis motif pemasangan Paving Jenis pemasangan yang
biasa dilakukan adalah :
Penyusunan miring 45 derajat
Penyusunan Siku
Penysunan bentuk tikar
Penyusunan susun bata
5.2.e. Desain Dasar Jaringan Utilitas, Listrik, Telekomunikasi dan
Gas
Bab 5 | 14
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Utilitas merupakan darah sebuah Kawasan tndustri. Kornponen utilitas
yang memerlukan desain diuraikan di bawah ini, sistem Penyediaan Air
Bersih. prinsip penyediaan air bersih metiputi:
1. Pemanfaatan air permukaan sebagai air baku
2. Secara ernpirik, kebutuhan air baku sebesar 0,55 - o,7s
liter/detik/ha
3. Sistenn distribusi air baku secara gravitasi atau pemompaan
atau kombinasi keduanya
4. Terdapat instalasi pengolahan sesuai kapasitas
Sistem Pengolahan Air Kotor. Sistem ini merupakan sitem pengelolaan
limbah cair dari industri dan domestik. prinsip sistem pengolahan Air
Kotor adalah:
1. Kapasitas pengolahan air limbah berdasarkan data empirik
sebesar 60 - go% air bersih
2. Jaringan pengumpul air limbah menggunakan saluran tertutup
bawah tanah {pipa) dengan bahan PVC atau beton
3. Didesain sesuai undang-undang No. 23 tahun 1g97 tentang
pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sistem Pengolahan Sampah. Sistem pengolahan sampah disarankan
menggunakan teknik pemilahan dan pengumpulan berdasarkan
jenisnya (organik dan non organik). Pengolahan sampah dapat
dikerjakan sendiri oleh pengelola Kawasan Industri atau bekerjasama
dengan pemerintah Daerah setempat.
Bab 5 | 15
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Sistem Pengolahan limbah B3. Limbah B3 (bahan berbahaya dan
beracun) dikelola sedernikian rupa merujuk kepada UU No. 23 tahun
1997 tentang pengeroraan Lingkungan Hidup.
Sistem Kelistrikan. sumber listrik Kawasan Industri dapat diperoteh
melalui sumber dari luar (PLN atau penyedia listrik swasta - IPP) atau
dari pembangkit yang dibangun dan diketola pengelota Kawasan
Industri.
Desain Jaringan Utilitas meliputi desain dengan saluran utilitas adalah :
suatu saluran bawah tanah / gorong gorong bisa berupa pipa buis beton
atau pipa beton bertulang atau box cutvert. Saluran ini merupakan ruang
jalur distribusi keperluan utilitas menuju tiap-tiap lokasi industri, untuk
memudahkan pemasangan ataupun pemeliharaan jalur utilitas tsb.
Dengan jalur utilitas tsb, maka kondisi tingkungan akan lebih aman,
tampak rapih dan bersih dan tidak ada halangan bermacam macam
kabel yang melintas. Adapun jenis utilitas yang dapat dilayani
adalah :
Jalur listrik tegangan menengah dan tegangan rendah r Jalur
distribusi air bersih
Jalur telekomunikasi dan data
Jalur pipa gas, dll
Disain jalur utilitas ini, sama dengan desain jalur pipa air kotor bawah
tanah, setiap 50 meter dibuatkan manhole untuk pekerjaan pemasangan
dan perneliharaan. untuk detail disain sebaiknya dilakukan partisi untuk
memisahkan jenis2 pipa tsb, untuk rnencegah kecelakaan. Misalnya
jalur kabel listrik dipisahkan sendiri, tidak berdekatan
Bab 5 | 16
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
dengan pipa gas, dan kabel telekomunikasi atau data karena akan
terkena interferensi atau induksi listrik yang mengganggu kabel
tersebut.
Jaringan Utititas dibuat dalam sistem Box Culviet yang terdiri dari tiga atau
empat Jalur Kolong terpisah yaitu Jalur Listrik, Telekomunikasi dan Gas,
Jalur Pipa PAM Berada diluar Box Culviet Utilitas agar tidak menyebabkan
Konsleting pada saat terjadi kebocoran.
5.2.f. Desain Dasar Fasilias Pelengkap dan Publik
1. Desain Dasar Banqunan pelengkap dan Publik
Desain Dasar Banqunan pelengkap , yang dimaksudkan dengan
bangunan pelengkap adalah bangunan standar berlantai satu,
yang dipergunakan untuk sarana pelengkap seperti :
Ruang Operator pos Security Kantin pekerja WC Umum Rumah kayawan / petugas, dan lain lain.
Spesifikasi bangunan pelengkap standar adalah :
Pondasi : Pondasi Batu kali menerus
Struktur : Beton bertulang K-l7S
Dinding : Pasangan bata di plester
Plafond : Gypsum rangka metal furing
Kusen : Alluminium setara Alexindo
Finishing : Cat setara Catylac / Vinylex
Rangka Atap : Baja ringan
Penutup atap : Zyncalum
2. Pagar Panel Beton
Bab 5 | 17
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Pagar untuk kawasan Industri ini me,nggunakan pagar panel Beton,
pemilihan ini diambil berdasarkan harga yang relatif rendah dan
kecepatan pemasangannya.
Ketinggian yang dipakai maximal 3,2 meter dengan modul panel 40
cm x 425 cm x 8 susun. Pondasi menggunakan batu kali setiap jarak
modul. Dengan ukuran 50 x 5O x 40 cm kedalaman. Harga satuan
sudah termasuk pemasangan dan pondasi, dan untuk panjang pagar
harga disesuaikan jumlah bentang modul pagar. Gambar tampak dan
potongan rnelintang ada dibawah ini.
3. Desain Penerangan Jalan Umum
A. Funssi peneranqan Jalan
Penerangan jaran disuatu kawasan mempunyai fungsiantara fain :
1. Menghasirkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jaran;
2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan;
3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan,
khususnya pada malam hari;
4. Mendukung keamanan lingkungan;
5. Memberikan keindahan lingkungan jalan.
B. Perencanaan penerangan jaran terkait dengan har-har berikut ini :
1. Volume lalu-rintas, baik kendaraan maupun ringkungan yang
bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll;
2. Tipikal potongan merintang jalan, situasi (lay-out)jalan dan
persimpangan jaran;
3. Geometri jalan, seperti atinyemen horisontat, arinyernen
vertikal, dll;
4. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi
panturan cahaya lampu penerangan;
5. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data
fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik;
Bab 5 | 18
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
6. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan
rain_tain, agar perencanaan sistem lampu penerangan efektif
dan ekonomis;
7. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan
pengembangan daerah sekitarnya;
8. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.
c. Jaiarn perencanaan penerangan jaran antara rain sebagai
berikut :
1. Lebar ruang milik jaran yang bervariasi daram satu ruas jaran;
2. Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan)
tajam;
3. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat
parkir, dil;
4. Jalan-jalan berpohon;
5. Jalan-jalan dengan rebar median yang sempit, terutama untuk
pemasangan rampu di bagian rnedian;
6. Jembatan sempit/panjang, jaran rayang dan jaran bawah
tanah (terowongan);
7. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak
berinterferensi dengan Jalannya.
5.3. Pembangkin Listrik di Kawasan Industri
Salah satu kebutuhan yang paling vitat dalam kawasan industri adalah
kebutuhan energi listrik. Untuk memenuhi permintaan Klien, dalam
Laporan Final pembuatan desain Master Plan Kawasan lndustri
Wongsorejo, disajikan secara khusus uraian ringkas tentang sistem
Pembangkitan Listrik. Uraian ini bersifat Preliminary yang memertukan
pendalaman pada tahap Studi Kalayakan khusus Pembangkit Listrik
dan Desain Detail.
Bab 5 | 19
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
5.3.1 Gambaran Umum Kelistrikan Indonesia
Pertumbuhan ekonomi menuntut tersedianya energi listrik seiring
bertumbuhnya investasi dan industri di tndonesia. Peningkatan energi
listrik di !ndonesia menghadapi masalah yang tidak ringan dengan
berbagai kendala, seperti kondisi geografis sebagai contohnya.
Pada tahun 2014 kapasitas terpasang seluruh pembangkit di
Indonesia sebesar 43 GW lebih (sumber: PT PLN RUPTLL 2013 -
2022), yang dibangkitkan oleh berbagai jenis pembangkit maupun
kepemilikan pembangkit. PT. PLN memproyeksikan pertumbuhan tahun
sebesar 8,40% hingga tahun 2022 mendatang.
PT. PLN telah memprogramkan sejak tahun 2016, mengarapkan peran
swasta dalam penyediaan Tenaga Listrik melalui skema Independent
Power Producer (IPP). Sejan tahun 2014, PT. PLN secara berangsur-
angsur memperlakukan kenaikan tarif listrik yang memberikan beban yang
tidak ringan kepada dunia Industri. Untuk industri berdasarkan SK Tarif
bulan Januari 2015, golongan I (Industri) dikenai tarif antara 1.011,99 –
1.159,30/Kwh.
5.3.1 Tinjauan Jenis Pembangkit Listrik
Di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis pembangkit listrik terbesar di
berbagai daerah, Beberapa referensi mengelompokan pembangkin
menjadi dua jenis, yaitu pembangkit termal dan non termal. Pembangkit
termal adalah pembangkit tenaga listrik yang melibatkan proses panas
(thermal) dalam pembangkitan tenaga listriknya, umumnya tipe
pembangkitan ini membutuhkan bahan bakar yang berasal dari bahan
bakar fosil.
1. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) – Batubara
2. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
3. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Bab 5 | 20
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
4. Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)
5. Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)
6. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
7. Pusat Listrik Tenaga Gasifikasi Batubara (PLTGB)
Sedangkan Pembangkit non thermal sebagai berikut :
1. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
2. Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS)
3. Pusat Listrik Tenaga Angin (Bayu-PLTB)
Jenis pembangkit selain dibedakan dari sistem pembangkitan listrik,
terutama dibedakan dari bahan bakar yang digunakannya. Berdasarkan
data PT. PLN, saat ini mayoritas pembangkit digerakan oleh bahan bakar
batubara (coal).
Dari data PT. PLN tentang pertumbuhan rencana pembangunan
pembangkit, bahwa pembangkit berbahan bakar batu bara masih
merupakan pembangkit utama hingga tahun 2022. sementara itu
pembangkit berbahan bakar miyak - HSD (oil fuel) akan semakin
berkurang, berbahan bakar gas relatif konstan dan berbahan bakar
LNG akan sedikit meningkat hingga tahun 2022.
Data dari berbagai pembangkit listrik yang telah dibangun sebelum
tahun 2010, memperrihatkan adanya pora biaya investasi yang berbeda
untuk setiap jenis pembangkit ristrik.
Diperoteh gambaran bahwa seluruh jenis pembangkit listrik akan
mengalami penurunan nilai investasi seiring dengen besaran daya yang
dibangkitkan, kecuari PLTD, dan PLTMG. sementara itu, investasi
pembangkitan PLTS memiliki titik optimurn pada daya sekitar 500 kW.
Bab 5 | 21
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Investasi pembangkitan terbesar terjadi pada pembangkit PLTA senilai
US$ 5 juta/MW hingga US$ 3 juta/MW untuk range daya antara 100
kw hingga 500 Mw. Besarnya biaya untuk investasi dapat dipahami
karena menyangkut biaya pembangunan bangunan air (dam, intake,
saruran pembawa air dan pipa pesat) termasuk pembebasan lahan.
Jenis pembangkit yang rnemiliki investasi pembangkitan yang lebih
ekonomis dapat dipilih berupa P'LTD, PLTMG atau PLTG. Ketiga jenis
pembangkit ini berada pada range daya yang berbeda. PLTD berdaya
dari 100 KW hingga 10 MW. PLTMG berada pada range daya Lebih
tinggi, muLai dari 5 MW hingga 50 MW. sedangkan PLTG berada
pada koridor daya 20 MW hingga diatas 250 MW.
Salah satu jenis pembangkit yang saat ini banyak menjadi
Pertimbangan para Power Producer untuk diterapkan adalah PLTMG
(gas engine).
Ketersediaan bahan bakar gas aram (naturargas), yang darr
segi ekonomis lebih baik jika dibandingkan dengan bahan
bakar minyak (HSD/MFO/LFO).
Kapasitas unit pembangkitan yang bisa disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pengerjaan, pengoperasian dan pemeliharaan yang relatif
sederhana.
Dapat digunakan untuk pemasok daya pada saat beban
puncak (peaker).
Sistem sebuah PLTMG relatif sederhana, terdiri dari mesin (engine) dan
sistern pendukung (balance of pfant). sebuah PLTMG dimungkinkan
didesain dengan dua macam sumber bahan bakar berupa gas alam atau
Bab 5 | 22
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
minyak (HSD). Beberapa pemasok utama mesin gas ini antara rain GE
Jeanbacher, Caterpilar, Wartsira.
Dalam tinjauan operasional pembangkit listrik, penting untuk
diperlritungkan besar biaya operasr & pemeriharaan (O&M) dan biaya
bahan bakar. Sebuah pernbangkit listrik berbahan bakar gas (PLTG),
komposisi biaya selama life time pembangkit 40 tahun leverised cost
terdiri dari 15% biaya pembangunan, 10% biaya O&M, sedangkan
biaya bahan bakar berkisar 80-90%. PLTG memiliki biaya
pembangkitan (cost of generating electricity) antara US$ 37 - 60/MWh,
dengan mayoritas pembangkit berada pada angka US$ 55/MWh.
5.3.3 Tinjauan pernbangkit Listrik Kawasan Industri
Sejumfah Kawasan Industri di Indonesia memiliki pembangkit sendiri
untuk penyediaan Listrik kawasan.
1. PLTGU Millenium 220 MW, Kawasan Industri Millenium Tangerang.
Saat ini kawasan industri Millenium berlangganan Listrik dengan PT.
PLN sebesar 120MW untuk area yang sudah dikelola sebesar 400 Ha
dari 1800 Ha yang tersedia.
Diperkirakan pada saat PLTGU beroperasi pada tahun 2017,
kebutuhan listrik menjadi diatas 200 MW.
2. PLT6U Ngoro 220 MW, Kawasan Industri Ngoro-Pandaan Jawa Timur
Saat ini Kawasan industri Ngoro bertangganan listrik dengan PT. PLN
sebesar 180 MW. Drperkirakan pada saat PLTGU beroperasi kebutuan
menjadi 220MW.
Bab 5 | 23
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Kerjasama dengan PT. PLN menggunakan System Power Wheeling
dimana PLTGU akan dibangun di Jawa Tengah sedangkan beban
ada di wirayah usaha Ngoro Jawa Timur.
3. Kawasan Industrl Lain :
No. KAWASAN INDUSTRI TIPE PEMBANGKITAN
1 Surabaya Industrial Estate332HA, Rungkut
800 MW-PLTG-PGN
2 Kawasan Industri Gresik 145 HA, Gresik
40.2MW-PLTG-PGN
3 Pasuruhan Industrial Estate500HA, Pasuruan
80MW-PLTG-PGN
4 Maspion Industrial Estate350 HA, Gresik
80MW- PLTG-PGN
5 Kawasan Industri Jababeka 1500 HA, Bekasi
130MW- PLTG-PGN
6 Kawasan Industri Modern 1050 HA, Cikande, Serang
240 MW-PLN
Berdasarkan kondisi lapangan dari pemakaian tenaga Listrik beberapa
Kawasan Industri yang sudah berjaran, dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
Penggunaan Energi listrik diproyeksikan untuk total penggunaan
seluruh luas kawasan industri dan dipergunakan kapasitas
listrik bertahap sesuai pemanfaatan lahan yang terpakai.
Bab 5 | 24
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Pemakaian Kapasitas Listrik untuk suatu Kawasan Industri tidak
dapat disamakan satu sama tain. Banyak faktor yang berpengaruh
terhadap besar kapasitas listrik yg diperuntukan, diantaranya
adalah : 1. Jenis Industri, 2. Luas Kawasan dan 3. umur waktu
beroperasionar-nya Kawasan Industri tersebut. contoh Kawasan
Industri “SIER" Rungkut Surabaya merupakan Kawasan Industri
tertua di Jawa Timur, memiriki jenis Industri Berat, sehingga
dengan luas kawasan 332 HA menggunakan energi Listrik
terbesar di kelasnya.
Pembangkit Tenaga Listrik yang dipakai hampir seluruhnya
menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga gas ( PLTG ), dengan
suppry gas diperoreh melalui perusahaan Gas Negara (PGN )
ataupun PERTAGAS. Kondisi ini disebabkan karena biaya
investasi pembangkit listrik tenaga Gas paling rendah dibanding
biaya investasi pembangkit listrik tenaga lainnya.
Dengan mengambil standar PLN untuk penggunaan listrik
Kawasan industri sebesar 250 KW per Ha dapat dipergunakan
untuk tahap awal suatu Kawasan. Jika Kawasan industri
wongsorejo ini memanfaatkan 25%
Lahan untuk tahap tahap pertama, maka diperlukan energi listrik
sebesar : 486Ha x 70% x 25% x 250 KW = 21.263 KW atau
21,3 MW. sedangkan perkiraan kebutuhan daya listrik Kawasan
lndustri Wongsorejo keseluruhan (486 Ha) akan mencapai 85,2
MW.
Pada tahap pertama Kawasan Industri Wongsorejo beroperasi, listrik
dengan daya 21,3 MW harus siap melayani kebutuhan penyewa
maupun operasional lainnya. Penyediaan daya untuk keperluan listrik
total/sekalrigus (85,2 MW) pada tahap pertama tentu sangat
memberatkan pembiayaan Developer. Dengan demikian, selain
mengupayakan ketersediaannya melalui PT PLN, tahap pertama
Bab 5 | 25
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
penyediaan listrik sebesar 21,3 MW dapat diupayakan dengan
mengaplikasikan generator berbahan miyak (PLTD) atau berbahan
bakar gas (PLTMG).
PLTMG dengan dual fuel systems (minyak dan gas) dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan paling baik dan realistis karena
fleksibel terhadap ketersediaan bahan bakar. Produsen utama seperti
GE Jeanbacher, wartsila, caterpillar, memiliki produk dual fuel engine
dengan range daya antara 2 MW hingga 16 MW.
Saat ini cukup banyak pula perusahaan nasional yang bekerja sama
dengan principal produsen Gas Engine yang dapat berinvestasi dalam
penyediaan listrik Kawasan Industri atau Manufaktur dengan pola
kerjasama tertentu untuk suatu periode tertentu.
Perlu Studi Khusus yang meliputi FS, Masterplan dan DED dan Studi
lingkungan untuk Pembangkitan Listril di Kawasan Industri Wongsorejo
Banyuwangi
5.4. Pengumpulan Data Dasar untuk DED
Dalam penyusunan DED Kawasan Industri diperlukan data dasar untuk
penyusunan DED, data dasar atau data primer diperoleh dengan cara
survei danpengukuran di lapangan.
DED sebuah Kawasan Industri secara prinsip terbagi atas beberapa
bagian besar yang meliputi:
1. Desain Konsep Tata Ruang Zonasi
2. Desain detail prasarana (infrastrukur)
Bab 5 | 26
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
3. Desain detail utilitas
4. Desain detail bangunan
Selain Kegiatan penyusunan DED seperti tersebut di atas, diperlukan
pula penyusunan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
dapat dilakukan setelah Desain Detail. Sebelum desain detail dimulai,
sangat penting untuk melakukan sejumlah penyelidikan di lokasi
Kawasan Industri wongsorejo untuk mendapatkan sejumlah data primer
sebagai input utama desain detail.
Survei, Penyelidikan Di Lokasi Kawasan Industri, Penyelidikan di lokasi
(in-situ) Kawasan Industri Wwongsorejo meliputi beberapa jenis
penyelidikan yang ditujukan mendapatkan parameter utama sebagai
input terhadap desain detail. Jenis penyelidikan ditentukan ofeh
kebutuhan data saat Desain Detail akan dimulai. Meskipun demikian,
secara garis besar penyelidikan in-situ setidaknya meliputi penyelidikan
sebagai berikut:
1. pemetaan Topografi
2. Survey Geologi dan GeologiTeknik
3. Survey Hidrologi dan Hidrometri
5.4.1. pemetaanTopografi
Pembuatan peta topografi yang berisi kontur elevasi tanah harus
tersedia sebelum Desain Detail dimulai. Ketersediaan peta topografi
yang akurat dan Peta Topografi skala 1: 2.000 dan 1: 1.000 dengan
selang kontur 1m atau 0,5m untuk daerah lokasi bangunan atau lokasi
lain yang dipandang perlu.
Pemetaan Topografi dilakukan dengan menggunakan survey Topografi,
Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Survei Topografi Untuk DED
Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri Wongsorejo, Kabupaten
Bab 5 | 27
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, secara umum meliputi pengukuran
kerangka kontrol peta, dengan Referensi Titik Ikat BM (Bench Mark)
diukur dengan metoda Deferensial GPS Survey, selanjutnya dirapatkan
dengan metoda poligon secara trigonometri dengan menggunakan alat
Elektronic Total Stations (ETS), Pengukuran detail peta topografi
dilaksanakan dengan menggunakan ETS. Untuk perapatan titik kontrol
tanah dilakukan Pengukuran Poligon untuk Kerangka Kontrol Pemetaan
Topografi antara Tugu BM dengan pengukuran Jarak dan Sudut
digunakan Peralatan ETS. Selanjutnya pengolahan data hasil survei
topografi dan penggambaran peta topografi dan penampang dari Jalan
Akses digambar dengan Perangkat Lunak Autocad LDD.
Data pengukuran Topografi akan digunakan untuk perencanaan
pengembangan Kawasan Industri, yang meliputi perencanan site layout
Kawasan Industri dan infrastrukturnya, perhitungan volume pekerjaan
tanah dan lainnya.
Peta Topogafi diperlukan untuk perhitungan pekerjaan perataan tanah
atau gradding meliputi galian dan timbunan. Peta topografi juga diperlukan
untuk perencanaan Zonasi, perencanaan infrastruktur dan utiitas dan
lainnya.
5.4.2 Survey Geologi dan GeologiTeknik
Datasekunder terkait dengan data Geologi lokas Rencana Kawasan
Industri Wongsoej Banyuwangi relatif lengkap, namun diperlukan pada
tahap ini data geologi teknik lebih detail untuk Desain Detail, maka dapat
dilakukan survey khusus Geologi. Tujuan pokok survey Geotogi adalah
untuk mendapatkan data primer terkait Geomorphology, struktur Geologi
dan Stratigrafi tokasi Kawasan Industri Wongsorejo. Hasil penting
yang diperoleh adalah Peta Geologi khusus Kawasan Industri
Wongsorejo yang mengidentifikasikan data sebagai berikut:
1. Penyebaran jenis lithologi batuan beserta sifat mekanisnya
Bab 5 | 28
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
2. Daerah yang berpotensiterjadinya ketidakstabilan lereng
3. Struktur 6eologi seperti patahan, rekahan, pelapisan, arah
kemiringan
4. Penampang Geologi khususnya di lokasi bangunan penting
seperti
5. pembangkit listrik, WTP dan WWTP. - 5. Daerah yang
memerlukan penggalian dengan ledakan (blasting)
6. Daerah rembesan air
Jenis penyelidikan Geologi lainnya adalah penyelidikan kondisi
lapisan tanah atau batuan bawah untuk memperoleh gambaran
Stratigrafi batuan.
Survey Geologi Teknik dimaksudkan sebagai cara mendapatkan
informasi kondisi tanah setempat untuk kepentingan penentuan daya
dukung tanah, kestabilan survey Gelogi Teknik dilakukan dengan
menggunakan metoda Pengeboran Sondir.
Pada Tahap perencanaan konstruksi bangunan diperlukan informasi
tentang kekuatan struktur tanah yang menopang pondasi bangunan.
Untuk mendapatkan informasi kekuatan tanah dalam menopang
bangunan diatasnya diperlukan pekerjaan mekanika tanah dalam hal ini
pengeboran dan pengujian SPT.
Pondasi merupakan salah satu elemen bangunan yang mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menyalurkan gaya dari elemen
konstruksi bagian atas ke tanah dasar. Oleh sebab itu, kekuatan pondasi
harus mempertimbangkan kesesuaian antara beban dari konstruksi dan
kemampuan dukung tanah. Bowles (1997: 174) menyatakan ada dua
persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merencanakan pondasi.
Pertama, tanah dasar harus mampu mendukung beban konstruksi tanpa
mengalami keruntuhan geser (shear failure), dan yang kedua penurunan
Bab 5 | 29
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
pondasi yang akan terjadi harus dalam batas yang diizinkan. Hasil
perencanaan pondasi berupa tipe, kedalaman, dan dimensi pondasi
berdasarkan data nilai SPT dapat dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh berdasarkan data sifat fisis dan mekanis dari pengujian
laboratorium. Perhitungan daya dukung pondasi berdasarkan data
laboratorium dapat menggunakan metode Terzaghi atau metode
Meyerhof. Metode perhitungan daya dukung Meyerhof atau Terzaghi
mendasarkan pada nilai phi () dan kohesi c serta berat volume tanah
(gs). Untuk lokasi pengeboran yang mempunyai sampel UDS berupa
tanah lempung juga diuji sifat konsolidasinya, sehingga dapat juga
dihitung potensi penurunan dan lama waktu penurunan yang akan terjadi.
Daya dukung berdasarkan data uji lapangan dapat menggunakan data
SPT seperti disarankan oleh Bowles (1997).
Pelaksanaan pekerjaan pengeboran penyelidikan tanah dan uji Soundir,
SPT dan uji Lab UDS, pengujian SPT Untuk Zona Lokasi Rencana Pabrik,
dan rencana Jalan Akses, sebanyak 4 Titik yaitu pada Zona Lokasi
Rencana Pabrik, pada Lokasi Jalan Ases dilakukan pekerjaan Soundir
SPT sebanyak 2 Titik sepanjang 3Km.
Pemboran ini dilaksanakan dengan sistem Rotari Drilling. Tabung inti (Cor
Barrel) yang digunakan adalah Single Core Barrel Æ 73 mm, panjang 1.50
m. Bit yang dipergunakan adalah Tungsten Carbide Bit untuk
mengangkut serbuk bor (sirkulsai) selama pemboran.
Pengeboran untuk pengujian SPT termasuk dalam pengeboran dalam.
Pengeboran dengan mesin bor dalam yang mampu menembus lapisan
sampai 75 meter. Mata bor yang jenis tungsten (steel bits) 76 mm (NX).
Pengambilan contoh inti pemboran dilakukan dengan peralatan tabung
penginti tipe “double atau barrel” secara kontinu sedalam lubang bor.
Pengambilan contoh tidak terganggu UDS setiap interval 5 m dalam bor.
Selama pemboran dicatat dengan baik dan teliti tentang kondisi dan jenis
Bab 5 | 30
Penyusunan Detail Engineering Design (DED)Kawasan Industri Kabupaten Banyuwangi
tanah/batu yang dituangkan lengkap dalam Bor Log litologi. Uji penetrasi
standard SPT (Standard Penetration Test) pada tiap kedalaman interval 2
m dalam lubang bor. Kedalaman pengeboran tiap titik bor 40 meter atau
setelah 3 kali berturut-turut terbaca nilai SPT N ≥ 50.
5.4.3 Survey Hidrologi dan Hidrometri
Survey Hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan parameter utarna
hidrologi dalam analisa hidrologi sebagai bagian dari Desain Detail
drainase. Survey ini dilaksanakan pada sungai atau saluran air alam
yang terdapat di dalarn Kawasan lndustri wongsorejo. Bersamaan
dengan survey pemetaan Topografi, ditetapkan pula Daerah
pengaliran sungai (catchment area) yang mengalirkan air permukaan
ke sungai. Lingkup survey Hidrologi dan Hidrometri adalah sebagai
berikut:
Tabel V - 03 : Lingkup Survey Hidrologi dan Hidrometri
Jenis Survey Hidrologi Deskripsisurvey
Pengukuran muka air sungai dalarn suatu periode yang panjang.
Data muka air harus diperoleh dalam periode yang panjang (minirnum satu tahun). Kemungkinan data sudah tersedia di Dinas Pekerjaan Umum seternpat.
Pengukuran penampang sungai Profil melintang sungai dibuat untuk setiap jarak interval tertentu sungai. Tujuannya untuk mengetahui penampang basah sungai.
Penetapan debit sungai Debit sungai dapat diperoleh setelah data muka air sungai dan profil melintang sungaitersedia.
Koefisien infiltrasi air masuk ke dalam tanah
Koefisien infiltrasi harus diperoteh untui keperluan analisa hidrologi. Metoda tes mengikuti sejumlah metoda datam disiplin ilmu keairan { constant head atau variable head).
Jenis penutup muka tanah Jenis penutup permukaan tanah diidentifikasi secara visual untuk mengetahui tingkat terserapnya air ke dalam tanah.
Bab 5 | 31