definisi

16

Click here to load reader

Upload: fitri-wahyuni-putri

Post on 10-Aug-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Definisi

Definisi

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar

tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang

dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan

sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan.

Penyebab

Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran sel-selnya

bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya yang bertambah

dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang mendasari proses itu ada 4 hal utama.

1. Gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan) atau jaringan

tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista tiroglosus atau tiroid lingual).

2. Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit tiroiditis

Hashimoto.

3. Gangguan metabolik (misal, defisiensi iodium) serta hyperplasia, misalnya pada struma koloid

dan struma endemik.

4. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma – sejenis tumor

jinak – dan adenokarsinoma, suatu tumor ganas.

Klasifikasi

1. Berdasarkan fisiologisnya :

a. Eutiroid aktivitas kelenjar tiroid normal

b. Hipotiroid aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal

c. Hipertiroid aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan

2. Berdasarkan klinisnya :

a. Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)

Difusa    :  endemik goiter, gravida

Nodusa   :  neoplasma

b. Toksik (hipertiroid)

Difus      :  grave, tirotoksikosis primer

Page 2: Definisi

Nodusa  :  tirotoksikosis skunder

3. Berdasarkan morfologinya :

a. Struma Hyperplastica Diffusa

Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut ataupun

relatif). Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi selama

pubertas, pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar

menjadi hiperplasi untuk menghasilkan tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak

untuk memenuhi kebutuhan supply iodine yang terbatas.  Sehingga terdapat vesikel

pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan koloid pucat. Vaskularisasi kelenjar juga

akan bertambah. Jika iodine menjadi adekuat kembali (diberikan iodine atau

kebutuhannya menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides atau

kelenjar akan menjadi fase istirahat.

b. Struma Colloides Diffusa

Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan excessive akan

tiroksin oleh karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas, laktasi, kehamilan,

stress, dsb.) atau defisiensi iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan

kembali normal dengan mengalami involusi. Sebagai hasil vesikel distensi dengan

koloid dan ukuran kelenjar membesar.

c. Struma Nodular

Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelae dari

struma colloides. Struma noduler dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan excessive

yang lama dari tiroksin. Ada gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi

pada masing-masing periode kehamilan, laktasi, dan emosional (fase kebutuhan).

Sehingga terdapat daerah hiperinvolusi, daerah hiperplasi dan daerah kelenjar

normal. Ada daerah nodul hiperplasi dan juga pembentukan nodul dari jaringan

tiroid yang hiperinvolusi.

Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk

memberikan kebutuhan akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan sekresi, golongan

lain istirahat untuk aktif kemudian. Pada struma nodular, kebanyakan folikel

berhenti ambil bagian dalam sekresi sehingga hanya sebagian kecil yang mengalami

hiperplasi, yang lainnya mengalami hiperinvolusi (involusi yang

berlebihan/mengecil)

Diagnosis

Page 3: Definisi

1. Anamnesa

a. Penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher depan bagian tengah

b. Usia dan jenis kelamin : nodul tiroid timbul pd usia < 20 tahun atau > 50 tahun dan

jenis kelamin laki-laki resiko malignancy tinggi (20-70%).

c. Riwayat radiasi daerah leher & kepala pada masa anak-anak malignancy 33-37%

d. Kecepatan tumbuh tumor. Nodul jinak membesar lama (tahunan), nodul ganas

membesar dengan cepat (minggu/bulan)

e. Gangguan menelan, sesak nafas, suara serak & nyeri (akibat penekanan/desakan

dan/atau infiltrasi tumor sebagai pertanda telah terjadi invasi ke jaringan atau organ

di sekitarnya)

f. Asal dan tempat tinggal (pegunungan/pantai)

g. Benjolan pada leher, lama, pembesaran

h. Riwayat penyakit serupa pada keluarga

i. Struma toksik  :

Kurus, irritable, keringat banyak

Nervous

Palpitasi

Hipertoni simpatikus (kulit basah dingin & tremor)

j. Struma non-toksik :

Gemuk

Malas dan banyak tidur

Gangguan pertumbuhan

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan kepala

sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar m. sternokleidomastoideus

relaksasi sehingga tumor tiroid mudah dievaluasi.

Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa

komponen berikut :

Lokasi : lobus kanan, lobus kiri, ismus

Ukuran : besar/kecil, permukaan rata/noduler

Jumlah : uninodusa atau multinodusa

Bentuk : apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler lokal

Page 4: Definisi

Gerakan : pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut

bergerak

Pulsasi : bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan

b. Palpasi

Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di

belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan. Beberapa hal

yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi :

Perluasan dan tepi

Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba

trachea dan kelenjarnya.

Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan

Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih dalam

daripada musculus ini.

Limfonodi dan jaringan sekitar

c. Auskultasi

Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan

adanya hipertiroid.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan kadar TSH, T3 total, Free T4, dan T4 total.

2. Radiologi

Thorax adanya deviasi trakea, retrosternal struma, coin lesion (papiler), cloudy

(folikuler).

Leher AP lateral evaluasi jalan nafas untuk intubasi pembiusan.

3. USG

Dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis

belum dapat dipalpasi. Di samping itu, dapat dipakai untuk membedakan nodul yang

padat atau kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsy

aspirasi jarum halus.

4. Scanning tiroid (pemeriksaan sidik tiroid)

Memakai uptake I131 yang didistribusikan ke tiroid untuk menentukan fungsi tiroid. 

Normalnya uptake 15-40 % dalam 24 jam. Bila uptake > normal disebut hot area,

sedangkan jika uptake < normal disebut cold area (pada neoplasma)

Page 5: Definisi

5. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)

Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara

pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis suspek maligna ataupun benigna.

Penatalaksanaan

1. Konservatif/medikamentosa

a. Indikasi :

Usia tua

Pasien sangat awal

Rekurensi pasca bedah

Pada persiapan operasi

Struma residif

Pada kehamilan, misalnya pada trimester ke-3

b. Struma non toksik  :  iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl

c. Struma toksik   :

Bed rest

PTU 100-200 mg  (propilthiouracil)

Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada

sintesis dan akhir dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin

(T4). Diberikan dosis 3x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila

menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis maintenance 2 x 5 mg/hari selama

12-18 bulan.

Lugol 5 – 10 tetes

Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi

vaskularisasi serta kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum

operasi. Namun sekarang tidak digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih

baik dalam mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10

mg/hari selama 14 hari.

Iodium (I131)

2. Radioterapi

Menggunakan I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan

obat anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pasien pada awal

penyakit atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan

Page 6: Definisi

hipotiroid rekuren. Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-

anak.

3. Operatif

a. Isthmulobectomy , mengangkat isthmus

b. Lobectomy,  mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram

c. Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat

d. Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri.

e. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan

sebaliknya.

f. RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi

yang bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis eksterna dan

interna, m. sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta kelenjar ludah

submandibularis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : Dari Sel ke Sistem, 2nd ed. EGC : Jakarta.

2. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 11th ed. EGC : Jakarta.

3. Murray, Robert K., et al. 2003. Biokimia Harper, 25th ed. EGC : Jakarta.

4. Marijata. 2006. Pengantar Bedah Klinis. FK UGM : Yogyakarta.

Tiroid Struma Nodusa (Gondok) Author: Meillyssa CH on 28.6.10 Pada kondisi tertentu, kelenjar tiroid dapat mengalami kelainan berupa pembesaran kelenjar. Satu dari sepuluh manusia di dunia ini mengalami kelainan tersebut namun tidak semua penderita merasakan keluhan yang berarti. Bagi mereka yang mengalami kelainan ini, tidak perlu khawatir berlebihan namun jangan pula menyepelekan. Umumnya pasien akan datang ke dokter jika benjolan ini sudah sangat besar. Benjolan ini dikenal dalam istilah kedokteran sebagai struma (nodul tiroid) dan masyarakat lebih mengenalnya sebagai penyakit gondok. Pembesaran kelenjar tiroid ini sangat bervariasi, dari tidak terlihat sampai besar sekali.

Sebagian besar benjolan yang terjadi merupakan gangguan bersifat jinak dan dalam frekuensi yang lebih kecil berupa kelainan bersifat ganas. Belum diketahui secara pasti mengapa dapat terbentuk benjolan/nodul. Namun ada 3 faktor utama yang dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid seperti kekurangan asupan yodium, faktor genetik, dan proses autoimun.

Page 7: Definisi

Selain itu ada penyebab lain yang dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok ini diantaranya kista, infeksi, kelainan hormon, dan tumor (jinak atau ganas).

Secara keseluruhan struma lebih sering terdapat pada wanita daripada pria. Jenis struma yang dapat terjadi di daerah tiroid yaitu :

Nodul koloid merupakan jenis benjolan yang paling sering terjadi yang berasal dari jaringan tiroid yang normal dan dapat muncul sebagai satu nodul atau lebih. Meskipun dapat bertambah besar, nodul jenis ini tidak menyebar ke daerah di luar kelenjar tiroid. Selain jenis nodul koloid, jenis jinak yang lain adalah adenoma folikular.

Kista tiroid merupakan jenis nodul yang terisi oleh cairan seluruhnya. Namun ada juga jenis kista tiroid yang berisi gabungan antara cairan dengan komponen yang solid dan dikenal sebagai kista kompleks. Biasanya kista yang terdiri dari cairan bersifat jinak sedangkan jenis kista kompleks cenderung ke arah ganas.

Nodul inflamasi terjadi akibat proses radang yang lama (kronik) pada kelenjar tiroid. Biasanya tidak nyeri namun ada juga jenis yang menimbulkan nyeri yang disebut subakut tiroiditis. Nodul jenis itu juga dapat timbul setelah melahirkan (postpartum tiroiditis).

Kanker tiroid merupakan jenis struma yang belum diketahui penyebabnya namun diduga karena faktor radiasi atau paparan zat berbahaya lainnya pada tubuh. Pada umumnya benjolan berukuran besar, terasa nyeri dan tidak nyaman. Gejala lain yang dapat timbul berkaitan dengan penyebarannya seperti sulit menelan, suara serak, dan sesak napas. Meskipun demikian, benjolan yang kecil bukan berarti terbebas dari kemungkinan kanker dan perlu dilakukan pemeriksaan jaringan untuk mengetahui hal ini. Penderita kanker tiroid berada dalam kisaran usia 20-40 tahun. Mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah menderita kanker tiroid, memiliki risiko yang lebih besar.

Nodul yang terjadi akibat fungsi berlebihan kelenjar tiroid disebut juga dengan toksik adenoma. Fungsi berlebihan itu mengakibatkan produksi hormone tiroksin meningkat sehingga metabolisme tubuh juga meningkat.

Nodul yang muncul pada kondisi tiroid normal dan belum diketahui penyebabnya, biasanya bersifat jinak dan tidak mengakibatkan keganasan.

Pembagian struma dapat terdiri dari struma non-toksik difusa, struma non-toksik nodusa, struma toksik difusa, dan struma toksik nodusa. Istilah toksik dan nontoksik merujuk adanya perubahan dari segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid (aktif menghasilkan hormone tiroid sehingga berlebihan) dan hipotiroid (produksi hormone tiroid kurang). Sedangkan istilah nodusa dan difusa lebih kepada bentuk pembesaran kelenjarnya.

Struma Nodusa (toksik dan non-toksik)Struma nodusa ditandai dengan membesarnya sebagian dari kelenjar tiroid. Pembesaran tersebut ditandai dengan benjolan di leher yang bergerak pada saat menelan, bisa tunggal atau lebih. Dari segi fisiologisnya, nodusa terbagi atas toksik dan non-toksik. Dinamakan nodusa toksik bila kelenjar aktif menghasilkan hormon tiroid sehingga produksinya berlebihan. Sebaliknya bila kelenjar tiroid tidak aktif menghasilkan hormon tiroid disebut dengan nodusa non-toksik. Jenis nodusa-non toksik paling banyak ditemukan di Indonesia

Walau sebagian struma nodusa tidak mengganggu pernapasan karena menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trachea (batang tenggorokan) jika

Page 8: Definisi

pembesarannya ke samping. Sayangnya kelainan ini sering tidak disertai keluhan sehingga pasien umumnya dating saat nodul sudah begitu membesar dan mungkin menjadi ganas. Diperlukan pendeteksian lebih cermat guna mengetahui jenis toksik/non-toksiknya sekaligus untuk menentukan ganas tidaknya struma tersebut. Ini penting dilakukan untuk menentukan teknik pengobatan apa yang akan diambil. Pada struma nodusa ganas, terapi tidak cukup dengan pemberian obat atau operasi seperti halnya pada pengobatan struma nodusa jinak. Mungkin juga diperlukan tindakan operasi beserta radiasi yang dilakukan setelahnya untuk memastikan semua sel ganas sudah mati agar tidak terjadi kekambuhan.

Struma nodusa jinak bukannya tanpa risiko, meski tidak terlalu mengganggu namun suatu saat harus dilakukan evaluasi apakah bias menjadi ganas atau tidak. Beberapa struma jinak memang mungkin menjadi ganas bila tidak dipantau.

Struma Difusa (Toksik dan Non-Toksik)Bila pada struma nodusa benjolannya terlokalisir, maka pada struma difusa seluruh kelenjar gondok dapat mengalami pembesaran (seakan terjadi pembesaran leher). Struma difusa toksik merupakan kelainan nomor dua yang paling sering ditemukan di Indonesia. Pada individu yang lebih muda, gejala yang umumnya terlihat adalah jantung berdebar-debar dengan denyut jantung cepat sekali, gemetaran, keluar keringat dingin banyak, sering buangair besar, dan badan kurus meski banyak makan.

Bila bergejala, maka perlu diberikan terapi secara bertahap. Tahap pertama terapi bertujuan untuk secepat mungkin mengembalikan hormon tiroid menjadi normal. Selanjutnya setelah hormon normal, pengobatan ditujukan untuk mencegah dan mengembalikan siklus hormonnya. Kemudian dilanjutkan terapi mencegah kekambuhan.

PemeriksaanUntuk menentukan jenis kelainan yang terjadi, apakah termasuk golongan jinak atau ganas, terdapat berbagai pemeriksaan yang dapat dilakukan. Pemeriksaan ini meliputi anamnesis (wawancara), pemeriksan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan (USG dan CT-scan), dan biopsi (BAJAH/FNAB).

AnamnesisPada pemeriksaan ini terdapat 3 hal utama yang dieksplorasi yaitu :

1. Adakah gangguan fungsi kelenjar tiroid2. Adakah kecurigaan proses keganasan3. Bagaimana kecepatan pertumbuhan nodul tiroid tersebut.

Pada anamnesa awal, harus diketahui apakah ada gejala-gejala toksik atau tidak. Gejala toksik ditandai dengan berdebar, gemetar (tremor), banyak keringat, lekas lelah, sukar tidur, emosi yang labil, rambut rontok dan berat badan menurun. Selain itu kadang diikuti oleh buang air besar (diare). Pada nodul non-toksik biasanya tidak ada keluhan kosmetik (kekhawatiran akan timbuknya keganasan) atau mekanik penekanan di daerah leher.

Kecurigaan adanya proses keganasan secara klinis pada penderita struma nodusa (nodul tiroid) apabila ditemukan adanya :

Riwayat pernah terpapar radiasi Pembesaran nodul tiroid yang relatif cepat tanpa rasa nyeri

Page 9: Definisi

Nodul yang keras Adanya gejala-gejala seperti suara serak, penekanan pada tenggorokan dan

kerongkongan, dan sukar bernapas Foto leher menunjukkan adanya perkapuran atau kalsifikasi di dalam jaringan tiroid Adanya pembesaran kelenjar getah bening leher yang menyertai nodul tiroid Adanya tanda metastasis (penyebaran sel kanker) di paru pada roentgen dada yang

menyertai nodul tiroid. Adanya perdarahan di dalam nodul atau disertai kelainan tiroiditis akut/subakut.

Pemeriksaan Fisik Dokter akan mengawali pemeriksaan secara fisik dengan memeriksa benjolan tersebut. Penderita diminta menelan ludah. Jika benjolan terdapat pada tiroid maka akan ikut bergerak naik, jika benjolan berada di tempat lain maka tidak akan ikut bergerak. Tanda lainnya ialah konsistensi nodul keras dan melekat ke jaringan sekitar, serta terdapat pembesaran kelenjar getah bening di leher. Pada tiroiditis , jaringan di sekitar nodul terasa nyeri dan kadang kala berfluktuasi karena adanya abses/pus, sedangkan jenis nodul tiroid lainnya biasanya tidak memberikan kelainan fisik kecuali benjolan di leher.

Untuk memudahkan pendekatan diagnostik, berikut ini merupakan kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada nodul tiroid jinak tanpa menghilangkan kemungkinan adanya keganasan yaitu :

Riwayat keluarga dengan tiroiditis Hashimoto atau penyakit tiroid autoimun Riwayat keluarga dengan nodul tiroid jinak atau goiter Gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme Nyeri dan kencang pada nodul Lunak, rata, dan tidak terfiksir Multinodular tanpa nodul dominant dan konsistensi sama

Kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan ke arah keganasan tiroid yaitu :

Usia kurang 20 tahun atau lebih dari 70 tahun mempunyai prevalensi tinggi keganasan pada nodul yang teraba.

Nodul pada pria mempunyai kemungkinan 2 kali lebih tinggi menjadi ganas dari wanita

Keluhan disfagia dan suara serak Riwayat radiasi pengion pada saat kanak-kanak Padat, keras, tidak rata dan terfiksir Limfadenopati servikal Riwayat keganasan tiroid sebelumnya

Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kelainan kadar hormon tiroksin (T4), triiodotironin (T3), dan tiroid-stimulating hormone (TSH). Umumnya pada kelainan nodul tiroid non-toksik, hasil pemeriksaan hormone tiroid T3-T4 adalah normal tapi kadang disertai dengan kadar TSH yang relative tinggi. Hal tersebut menunjukkan gambaran hipotiroid yang

Page 10: Definisi

bersifat relative dan biasanya ditemukan untuk endemik Goiter. Pada hipertiroid, ditemukan kadar TSH yang rendah serta peningkatan T3 dan T4.

Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid tetap normal. Meski begitu, abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/hipotiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar antibodi anti tiroid peroksidase dan antibodi anti-tiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Antibodi itu positif terdapat pada hampir 85% penderita penyakit Hashimoto.

Harga pemeriksaan ini relatif mahal sehingga dokter tidak akan memeriksa jika tidak terdapat indikasi. Peninggian atau penurunan kadar hormon tersebut mengindikasikan adanya kelainan pada tiroid atau pada organ yang mengontrol tiroid. Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan kelainan yang terjadi berupa keganasan atau kelainan jinak.

Pemeriksaan PencitraanPencitraan pada nodul tiroid tidak dapat menentukan jinak atau ganas tetapi dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tiroid tersebut cenderung jinak atau ganas. Modalitas pencitraan yang sering digunakan pada nodul tiroid ialah sidik (scanning) tiroid dan USG. Pemeriksaan ini juga diperlukan untuk membantu penentuan tindakan operasi jika diperlukan.

Modalitas pencitraan lain seperti computed tomographic scanning (CT-Scan) dan MRI tidak dianjurkan pada evaluasi awal nodul tiroid karena selain tidak memberikan keterangan berarti untuk diagnosis, selain itu biaya yang dikeluarkan juga akan sangat mahal. CT-scan dan MRI diperlukan bila ingin mengetahui perluasan struma substernal (di bawah tulang rusuk) atau terdapat kompresi trachea (penekanan pada tenggorokan).

Untuk menentukan isi nodul berupa cairan atau padat maka dapat digunakan ultrasonography (USG). Selain itu digunakan untuk membedakan antara nodul solid dan kistik. Bila hasil USG memberikan gambaran solid (padat) maka selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan scanning tiroid. Gambaran USG pada nodul tiroid dapat bervariasi, mulai dari gambaran kista murni dengan dinding tipis sampai kista bersepta (bersekat) yang tumbuh secara papilifier (tumor berjonjot) dan berdinding tebal ataupun gambaran nodul padat, yang semuanya memiliki makna berbeda.

Pemeriksaan scan tiroid dilakukan untuk membantu menentukan diagnosis. Penderita disuntikkan zar radioaktif kemudian dievaluasi di daerah mana zat radioaktif tersebut diserap. Pada kelainan tiroid, biasanya terjadi penyerapan zat radioaktif dan pengeluaran hormone berlebihan yang tampak pada pemeriksaan berupa “hot nodule”. Bentuk lain adalah “warm nodule” yang berarti fungsi tiroid normal sedangkan jika terjadi kerusakan maka terbentuk “cold nodule”. Pada hot nodule biasanya terjadi kelainan jinak. Kelainan ganas dapat bermanifestasi sebagai warm nodule atau cold nodule.

Pemeriksaan scan tiroid tidak dapat menggantikan pemeriksaan histopatologis (mikroskopis) untuk menegakkan diagnosis pasti. Pemeriksaan scanning dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk, dan besar kelenjar tiroid.

Pemeriksaan BiopsiPemeriksaan biopsi jaringan dilakukan jika masih belum dapat ditentukan diagnosis, jenis kelainan jinak atau ganas. Pemeriksaan patologi anatomi merupakan standar baku untuk sel tiroid dan memiliki nilai akurasi paling tinggi. Setelah diambil contoh jaringan, dilakukan

Page 11: Definisi

pemeriksaan menggunakan mikroskop sehingga dapat ditentukan dengan pasti jenis sel yang ada. Pemeriksaan biopsi dapat menggunakan jarum saja, atau dilakukan operasi untuk mengambil contoh jaringan yang lebih besar untuk lebih memastikan diagnosis.

Terkadang sulit mendapat jaringan tumor yang memadai oleh karena itu pengerjaan teknik Biopsi Aspirasi dengan Jarum Halus (BAJAH/FNAB) harus dilakukan oleh operator yang sudah berpengalaman. Di tangan operator yang terampil, BAJAH dapat menjadi metode yang efektif untuk membedakan jinak atau ganas pada nodul soliter atau nodul dominan dalam struma multinodular. BAJAH mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifitas 92%. Bila BAJAH dikerjakan dengan baik maka akan menghasilkan angka negatif palsu kurang dari 5% dan angka positif palsu hampir mendekati 1%.

Hasil BAJAH dibagi menjadi 4 kategori yaitu jinak, mencurigakan (termasuk adenoma folikular, Hurtle dan gambaran sugestif tapi tidak konklusif  seperti karsinoma papilar tiroid), ganas (termasuk karsinoma papilare, anaplastik dan metastasis) dan tidak adekuat.

Terapi Supresi TiroksinSalah satu cara meminimalisasi hasil negatif palsu pada BAJAH ialah dengan terapi supresi TSH dengan tiroksin. Rasionalisasi supresi TSH berdasarkan bukti bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk fungsi tiroid dan pertumbuhannya. Cara ini diharapkan dapat memisahkan nodul yang memberikan respon dan tidak. Pada kelompok nodul yang tidak memberikan respon maka kemungkinan untuk menjadi ganas menjadi lebih besar. Tetapi dengan adanya reseptor TSH di sel-sel karsinoma tiroid maka terapi ini juga akan memberikan pengecilan nodul.

Ini terbukti dari 13-15% pasien karsinoma tiroid mengecil dengan terapi supresi. Oleh karena itu tidak ada atau adanya respon terhadap supresi TSH tidak dengan sendirinya secara pasti menyingkirkan keganasan.