definisi
DESCRIPTION
hgsdfsa kjsfgkas kjgfisuyaf kgusdfauf jghcfsiau kghsdfigsa kkgsafd khgsadfas jhkdzf sakdjfhaTRANSCRIPT
DEFINISI
Sindroma nyeri miofasial merupakan sekumpulan kelainan yang ditandai dengan
nyeri dan kekakuan pada jaringan lunak, termasuk otot, tendon (yang menghubungkan otot
dengan tulang) dan ligamen (yang menghubungkan tulang dengan tulang lainnya). Nyeri dan
kekakuan ini bisa timbul di seluruh tubuh atau terbatas pada daerah tertentu.
EPIDEMIOLOGI
Menurut keterangan para ahli, penyakit ini lebih sering dialami kaum perempuan
dibanding laki-laki. Faktor ketegangan emosional dan stres di duga dapat meningkatkan
risiko penyakit ini. Meskipun tidak berbahaya dan tidak berakibat fatal, tetapi gejala yang
menetap sangat mengganggu penderitanya. Penelitian yang dilakukan oleh Danish (Simon
Strauss, 1999) terhadap 1504 sample yang dipilih secara random dengan usia 30-60 tahun di
temukan 37% pria dan 65% wanita mengalami nyeri sindroma miofasial yang terlokalisir.
Sebuah penelitian di Amerika terhadap 100 sample dan 100 wanita petugas penerbangan
dengan rata-rata umur 19 tahun ditemukan bahwa 45% pria dan 54% wanita mengalami
tenderness otot leher yang lokal disebut juga sebagai latent trigger point.
ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, namun biasanya dipicu oleh:
Stres fisik atau mental
Kurang tidur
Cedera
Pemaparan oleh kelembaban atau dingin
Infeksi tertentu
Artritis rematoid
GEJALA KLINIK
Penyakit ini dikeluhkan oleh penderita dengan nyeri yang dalam pada otot dan fasia
tulang terkait, pada umunya di daerah leher dan punggung, bisa timbulsecara kronik maupun
rekuren. Otot yang terserang menjadi sangat hipersensitif oleh tekanan yang langsung
mengenainya. Indurasi pada otot dan fasia yang terserang sering tidak teraba. Nyeri dirasakan
secara lokal, tetapi sering juga dijalarkan. Nyeri dipicu pada saat emosi, tidak banyak
beraktifitas dan suhu yang relatif dingin. Mereda pada keadaan sebaliknya, yaitu pada
suasana hati yang tenang, banyak beraktifitas dan suhu yang panas.
Smythe dan Moldofsky melaporkan adanya hubungan antara penyakit ini dengan pola
gangguan tidur, seperti insomnia, sering terbangun dari tidur dan kelemahan badan. Penderita
juga mengeluhkan adanya kekakuan pada sendi. Faktor psikologi juga sering menyertai
gejala penyakit ini seperti kecemasan.
PATOFISIOLOGI
Otot levator scapula merupakan otot postural atau otot tonik yang bekerja melakukan
gerakan elevasi bahu. Kerja otot ini akan bertambah berat dengan adanya postur yang jelek,
mikro dan makro trauma. Akibatnya yang terjadi adalah fase kompresi dan ketegangan lebih
lama dari pada rileksasi, terjadinya suatu keadaan yang menyebabkan kelelahan otot yang
cepat (Ferry, 2010).
Trauma pada jaringan baik akut maupun kronik akan menimbulkan kejadian yang
berurutan yaitu hiperalgesia dan spasme otot skelet, vasokontriksi kapiler. Akibatnya pada
jaringan miofascial terjadi penumpukan zat-zat nutrisi dan oksigen ke jaringan serta tidak
dapat di pertahankannya jarak antar serabut jaringan ikat sehingga akan menimbulkan
iskemik pada jaringan miofasial. Dan keadaan iskemia inilah jaringan miofasial akan
menegang, sehingga akan merangsang substansi P hingga menjadi suatu peradangan kronis
yang menghasilkan zat algogen berupa prostaglandin, bradikinin dan serotonin yang dapat
menimbulkan sensori nyeri. Proses radang dapat juga menimbulkan respon neuromuskular
berupa ketegangan otot (Ferry, 2010).
Dalam waktu yang bersamaan pula akan terjadi proses perbaikan jarigan miofasial yang
mengalami kerusakan dengan cara menstimulasi fibroblas dalam jaringan miofasial untuk
menghasilkan banyak kolagen. Kolagen yang terbentuk mempunyai susunan yang tidak
beraturan atau cross unik sehingga terbentuk jaringan fibrous yang kurang elastis. Oleh
karena rasa nyeri umumnya pasien enggan menggerakan bagian tersebut, sehingga berada
pada posisi immobilisasi akibatnya otot akan menjadi kontraktur .
PENATALAKSANAAN
Berdasarkan kedokteran rehabilitasi medik penatalaksanaan sindroma nyeri miofasial:
1.Menghilangkan faktor yang mengkontribusi, seperti defisiensi vitamin sikap dan mekanik
tubuh yang salah/ buruk, variasi anatomik seperti perbedaan panjang tungkai, pemakaian
berlebihan pada otot selama kerja/ vokasional, serta stres psikologis.
2. Pengobatan disfungsi motorik, yang tujuannya adalah mengurangi nyeri, mengembalikan
lingkup gerak sendi (ROM) normal, mengembalikan fungsi neuromuskuler normal, dan
memperbaiki kebugaran.
3. Terapi lokal, seperti spray & stretch menggunakan vapocoolant spray. Semprotan dingin
menimbulkan relaksasi otot yang memudahkan peregangan cukup. Terapi lain adalah
suntikan ke daerah dengan nyeri terhebat atau pada titik picu. Dapat juga dengan suntikan
kering disebut dry needling.31 Cara lain adalah penekanan iskemik (ischemic compression)
untuk mengobati titik picu, dengan teori bahwa penekanan terus-menerus di daerah patologis
menginduksi peningkatan aliran darah ke daerah tersebut saat penekanan dilepas sehingga
mengatasi iskemia pada otot dibawahnya. Tekanan bertahap ditingkatkan sampai sekitar 10
kg (30 lbs) pada jari yang menekan selama 1 menit.