definisi dan isi kode etik kebidanan
TRANSCRIPT
definisi dan isi KODE ETIK Kebidanan
Kode Etik Kebidanan
Bidan merupakan suatu profesi kesehatan yang bekerja untuk pelayanan masyarakat dan berfokus pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Keluarga Berencana, kesehatan bayi dan anak balita, serta Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Profesi bidan mempunyai standar tersendiri seperti profesi-profesi lainnya. Standar Profesi ini terdiri dari Standar Kompetensi Bidan Indonesia, Standar Pendidikan, Standar Pelayanan Kebidanan, dan Kode Etik Profesi.
Standar profesi ini, wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap bidan dalam mengamalkan amanat profesi kebidanan. Berikut akan dijelaskan mengenai hal tersebut.
a. Definisi bidan
IBIBidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, di catat ( register ), di beri ijin secara sah untuk menjalankan praktek.
b. Definisi Kode etikMerupakn ciri profesi yang bersumer dari nilai – nilai internal dan external suatu disiplin ilmu dan merupakan komperehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan agi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
c. Kode Etik Bidan1986 Disusun pertama kali1988 Disusun dalam KONAS IBI X Surabaya1991 Disempurnakan dan disahkan dalam KONAS IBI XII di Denpasar BaliIsi Kode Etik Bidan
d. Kode Etik Bidan Indonesia
1. Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
2. Kode Etik Bidan Indonesia
Kewajiban Bidan Terhadap Klien Dan Masyarakat
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajart kesehatannya secara optimal.
Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2) Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien
Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya
1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat
2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri
1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik
2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/definisi-dan-isi-kode-etik-kebidanan.html#ixzz2OztTXhxM
Analisa persamaan kode etik Internasional dan kode etik nasional
waktu kuliah etika prasyarat sebelum uas kita harus bikin makalah tentang nganalisa hasil perbedaan kode etik bidan, dosen yang killer memotivasi gw dua malem suntuk buat bikin makalah ini, dan akhirnya dengan bangganya gw persembahin tulisan gw,, :Dselamat membaca semoga bermanfaat.
Analisa persamaan kode etik Internasional dan kode etik nasional1. hubungan dengan perempuan sebagai klien
· Bagian 1 poin a. “Bidan menghormati hak pilih perempuan berdasarkan informasi
dan meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dari
pilihannya.”
Ada persamaan pada kode etik nasional bagian 1 poin d “setiap bidan dalam
menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien
dan menghormati nilai-nilai yang yang berlaku di masyarakat”.
Pada dasarnya hak asasi perempuan adalah hak asasi manusia. Esensi dari hak
asasi manusia adalah menghormati orang lain siapapun dia tanpa membedakan
ras kulit, kelas, suku, agama dam jenis kelamin. Hak asasi manusia juga di
pahami sebagai menghargai dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan di
manapun ia berada, dan siapapun dia. Hak asasi manusia karenanya tidak
bertentangna dengan moral agama.
· Bagian 1 poin d Kode etik internasional:
“bidan bidan dalam profesinya mendukung dan saling membantu dengan yang
lain, secara aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri”
Berhubungan dengan kode etik nasional bagian 3 poin b
”setiap bidan dalam melaksanankan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun dengan tenaga kesehatan lainnya.”
Manusia merupakan makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri dan
membutuhkan oranglain, bidan disini berusaha sebagai makhluk social yang baik
menjaga kesejawatan dengan saling membantu dan saling mnghormati satu sama
lain sehingga terciptanya dukungna profesi sejawat.
Berkaitan dengan aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri, bagian 1 poin b
“setiap bidan dalam menjalani profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan”. kita juga harus memelihara
citra bidan, dengan menjaga diri, menjaga tingkah laku kita agar kepercayaan
masyarakat terhadap bidan tidak luntur. Jelas sepakat para bidan luar negri dan
bidan di Indonesia perlunya menjadikan citra baik dan menjaga etika di
masyarakat agar kelak masyarakat semakin percaya terhadap bidan dan mau
melaksanakan program pemerintaha yang di usung oleh bidan.
· Bagian 1 Point e Kode etik internasional :
“bidan bekerjasama dengan profesi kesehatan lain, berkonsultasi dan melakukan
rujukan bila perempuan memerlukan asuhan diluar kompetensi bidan” .
Berkaitan dengan konsultasi ini sama dengan pernyataan kode etik nasional
bagian 2 poin b “setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
mengadakan konsultasi dan atau rujukan”
dalam tugas bidan salah satunya terdapat tugas kolaborasi dimana setiap bidan di
perkenannkan untuk melakukan kolaborasi mendukung terciptanya asuhan yang
baik dan tepat. dalam praktiknya , kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan
diagnosis pasien serta bekerjasama dalam dalam penatalaksanaan dan
pemberian asuhan. Masing-masing tenaga kesehatan dapat saling berkonsultasi
dengan tatap muka langsung atau melalui pernyataan melalui tulisan dan tidak
perlu hadir ketika tindakan dilakukan.
Di Indonesia pola kolaborasi menggunakan komunikasi dua arah dan
menempatkan dokter sebagai posisi utama.(konkeb : hal 130)
Dan kaitannya dengan kerjasama bagian 3 poin a “setiap bidan harus menjalin
hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang
serasi”
Itulah mengapa pentingnya menjaga hubungan dengan sejawat agar dalam
proses kolaborasi berjalan lancer.
Hal ini juga termasuk komponen paradigma kebidanan yang mencakup perilaku
professional bidan : yaitu menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama
memberi asuhan kebidanan. Yang juga bagian dari pelayanan kebidan, layanan
rujukan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung jawab kepada ahli/tenaga
kesehatan professional lainnnya untuk mengatasi masalah kesehatan klien diluar
kewenangan bidan dalam rangka menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.
(konkeb hal : 30) dank arena hal ini juga termasuk hak dan kewajiban bidan yang
sudah di atur oleh IBI “ bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada
dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan
pasien. “bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan (50th IBI : hal 84)
Mengenai rujukan berkaitan juga dengan kode etik internasional Bagian 1 poin f
“bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam memeberikan pelayanan”
hal ini memang tidak tercantum dalam kode etik nasional, tetapi masuk pada
peran dan fungsi bidan yaitu peran sebagai pelaksanan, bidan memiliki tiga
kategori tugas yaitu tugas mandiri, kolaborasi, dan tugas ketergantungan dimana
tugas ketergantungan disini adalah perihal rujukan , bahwa bidan memiliki
ketergantungan terhadap institusi atau pun tenaga kesehatan lain untuk
memecahkan kasus kegawat daruratan diluar kemampuan dan kewenangan
bidan, atau sekedar konsultasi atau kolaborasi untuk memecahkan masalah atau
konflik yang ada. Juga tercantum dalam hak dan kewajiban bidan bahwa bidan
wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal balik
dalam memberikan asuhan kebidanan.
sesuai dengan permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal 18 ayat 1 bagian c
“merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan
tepat waktu”
· Bagian 1 poin g “Bidan berkewajiban atas diri mereka sebagai manusia
bermoral , termasuk tugas untuk menghormati diri sendiri.”
Berkaitan dengan kode etik nasional
bagian 1 poin b “setiap bidan yang menjalankan profesi nya menjunjung tunggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.”
Juga sama halnya dengan bagian 4 poin a “setiap bidan harus menjaga nama
baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian
yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat”
Bidan sepakat bahwa profesi mereka adalah profesi yang selalu berinteraksi
dengan masyarakat dan hidup di tengah masyarakat memimpin masyarakat
menuju pencapaian kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi sehingga dalam
kesehariaanya bidan menjadi sorotan masyarakat dan citra seorang bidan adalah
hal yang penting agar masyarakat terutama ibu bersedia menerima asuhan-
asuhan yang akan di berikan bidan guna tercapaianya visi bidan. Bidan juga
harus menjaga perilaku dan etikanya dimasyarakat sebagai bentuk terealisasinya
kode etik bidan.
Kode etik internasional bagian 2 (Praktek kebidanan)
· Bagian 2 poin e “bidan secara aktif mengembangkan intelektual dan profesi
sepanjang karir kebidanan, memadukan pengembangan ini kedalam praktek
mereka.”
Sama halnya dengan kode etik nasional bagian 4 poin b “setiap bidan harus
senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangna ilmu pengetahuan dan teknologi.”
Seiring berkembang pesatnya teknologi dan ilmu baru dalam bidang kesehatan
dan semakin terintegrasinya pelayanan di bidang kesehatan yang merupakan
aspek penting dalam suatu Negara para bidan luar dan dalam negri sadar bahwa
bidan harus senantiasa mengembangkan pengetahuannya agar menciptakan
pelayanan yang bermutu dan aman yang nanti akan di praktikan oleh masyarakat.
Tercermin dalam persyaratan registrasi SIKB bahwa setiap Setahun sekali bidan
harus mengumpulkan SKP dan melakukan pelatihan-pelatihan dengan target skp
tertentu agar ilmu kebidan atau asuhan yang dimiliki adalah asuhan terbaru.
Karena bidan merupakan jabatan professional maka pekerja professional harus
dituntut kecakapan atau keahliannya bukan hanya sekedar hasil dari
pembiasaan rutin tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap.
Jabatan professional menuntut pendidikan, wawasan social yang luas, sepajang
karier mereka.
Sesuai dengna UU kesehatan no 36 th 2009 tentang tenaga kesehatan.
Pasal 27 ayat 2 .
“tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Kode etik internasional bagian 3 (kewajiban profesi bidan)
· Bagian 3 point a
“Bidan menjamin kerahasiaan informasi klien dan bertindak bijaksana dalam
menyebarkan informasi tersebut.”
Sama halnya dengan kode etik nasional bagian 2 poin c
“setiap bidan harus menjaga kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila dimininta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan kepentingan klien”
Hal ini sudah jelas terdapat persamaan bahwa setiap bidan baik di Indonesia atau
di internasional sepakat bahwa rahasia klien merupakan hal yang sensitive dsn
harus dijaga kerahasiannya agar tidak terjadi ketidaknyamanan dan
ketidakpercayaan klien terhadap bidan, dan juga ada kebijaksanaan dan batasan
dalam penyebaran informasi tersebut dimana saat ada kasus pengadilan yang
membutuhkan penjelasan atas kerahasiaan tersebut bidan juga harus
memberikan keterangan agar kasus menjadi jelas hal ini sesuai dengan
permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 18 ayat 1.e
“Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.”
Ini merupakan bagian dari Hak-hak pasien yang harus di penuhi bidan bahwa
pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita,
termasuk data-data medisnya.
· Bagian 3 point.5“Bidan berpartisipasi dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan
kesehatan yang mempromosikan kesehatan perempuan dan keluarga yang
mengasuh anak.”
Sama halnya dengan Kode erik nasional bagian 6 poin b
“ setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA-KB”
Dalam hal ini kode etik bidan internasional sama-sama berpartisipasi dalam
menentukan kebijakan - kebijakan kesehatan yang di atur oleh pemerintah, usaha
mempromosikan kesehatan kepada masyarakat. Upaya promotif dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan individu,keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga
upaya promotif merupakan upaya yang berorientasi “Health Program for human
development”. Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat perlu dilakukan berbagai upaya, salah satunya
adalah dengan meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan
dasar. Semua bentuk pelayanan kesehatan perlu didorong dan digerakkan untuk
menciptakan pelayanan yang prima. Untuk perlu dilakukan peningkatan
manajemen pelayanan kesehatan melalui pendayagunaan tenaga kesehatan
profesional yang mampu secara langsung mengatasi masalah yang khususnya
berkaitan dengan peningkatan pelayanan kebidanan.Upaya promotif dilakukan
bidan untuk meningkatkan kesehatan individu,keluarga, kelompok dan
masyarakat. Juga sebagai sarana bidan memberikan pendidikan kepada
masyarakat melalui promosi kesehatan, ini semua juga dilakukan oleh bidan
nasional dan bidan internasional.
Kode etik internasional bagian 4 (peningkatan pengetahuan dan praktek
kebidanan)
Bagian 4 point b
“ bidan mengembangkan dan berbagai pengetahuan melalui beberapa proses ,
seperti peer review dan penelitian”
Terdapan persamaan dengan kode etik nasional bagian 4 poin c “ setiap bidan
senantiasa berperan serta, dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.”
Penelitian dan kegiatan sejenisnya termasuk peer review juga dilakukan oleh
bidan Indonesia untuk mengembangkan pengetahuannya sehingga dapat
meningkatkan mutu dan citra profesinya. Karena pada dasarnya penelitian
memajukan ilmu pengetahuan dalam kaitan untuk meningkatkan pelayanan dan
untuk kemajuan dalam bidan peneliti itu sendiri.
3.2 Analisa perbedaan kode etik Internasional dan kode etik nasional
Kode etik internasional bagian 1 (hubungan dengan perempuan sebagai klien)
· Poin 1. a. “Bidan menghormati hak pilih perempuan berdasarkan informasi dan
meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dari pilihannya.”
Ada perbedaan pada kode etik nasional bagian 1 poin d “setiap bidan dalam
menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien
dan menghormati nilai-nilai yang yang berlaku di masyarakat”.
Disini kode etik bidan internasional menekankan pada perempuan sebagai
pemegang peran penting dalam focus pelayanan kebidanan sedangkan Indonesia
lebih mengglobal yaitu klien, disini juga kode etik nasional tidak membahas
tentang inform choice kepada klien hanya menghormati hak klien dan
menghormati nilai yang ada di masyarakat.
hal ini juga merupakan cakupan paradigma kebidanan dari perilaku professional
bidan yaitu menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita /ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan
tentang semua aspek asuhan , meminta persetujuan secara tertulis supaya
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri, dan melakukan advokasi terhadap
pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.(konkeb).
Berebeda dengan luar negri kode etik Indonesia tidak mengatur tentang
perjuangan hak-hak perempuan seluas-luasnya hanya berbatas pada asuhannya
pada perempuan dan keluarganya saja.
Dalam menghadapi dunia yang cepat berubah di era reformasi dan kesejagatan,
banyak tantangan yang dihadapi oleh petugas kesehatan, termasuk bidan.
Masyarakat makin terpelajar dan adanya kebebasan bergerak bagi warga dunia
yang dinamik. Salah satu bentuk tuntutan zaman modern ini adalah hak otonomi
pasien untuk turut serta dalam menentukan pilihan bentuk asuhan yang akan di
alaminya dan ikut bertanggung jawab atas hasil pilihannya. Tapi pada
kenyataannya Petugas kesehatan terkadang sukar dan sungkan membagikan
informasi maupun membuat keputusan bersama dengan klien ini memang
bertangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan
bersusah payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan
tindakan dan hasil yang diharapkan dari setiap pilihan.
Dinegara manapun termasuk Indonesia ada hambatan dalam memeberdayakan
wanita mengenai pelaksanaan informed choice ini, misalnya sangat kurang
informasi yang di peroleh ketika wanita mulai hamil dan ada prasangka bahwa
wanita sendiri enggan mengambil tanggung jawab atas keputusan yang nanti
akan ia buat. (50 th ibi : hal 94)
berkaitan dengan bagian 1 poin b “bidan bekerja dengan perempuan, mendukung
hak mereka untuk berpartisipasi aktif dalam memutuskan pelayanan bagi diri
mereka dan kesehatan perempuan serta keluarga di masyarakat”
hal ini juga merupakan cakupan paradigma kebidanan dari perilaku professional
bidan yaitu menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita /ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan
tentang semua aspek asuhan , meminta persetujuan secara tertulis supaya
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri, dan melakukan advokasi terhadap
pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.(konkeb).
Sayangnya di Indonesia lebih menekankan pada asuhan dan lebih luas
cakupannya yaitu klien(umum) dan tidak menitik beratkan kepada perempuan
sebagai subyek utama.
· Poin 1 bagian f “Bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam
memberikan pelayanan dan secara aktif memecahkan konflik yang ada”
Perihal ini memang tidak di cantumkan dalam kode etik nasional padahal ini juga
termasuk sebagai peran bidan sebagai tugas bidan ketergantungan dalam arti
tugas bidan untuk merujuk dan berkonsultasi untuk menyelesaikan keperluan
intervensi yang lebih lanjut. Akan tetapi dalam kode etik nasional tidak
dicantumkan.
· Bagian 1 poin c “Bidan bekerja sama dengan perempuan, pemerintah dan
lembaga donor untuk menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan
kesehatan serta menjamin pengalokasian sumber daya secara adil dengan
mempertimbangkan prioritas dan ketersediaan.”
Ada perbedaan dalam hal ini, alam kode etik bidan nasional bidan tidak bekerja
sama dengan lembaga donor untuk menilai kebutuhan perempuan, dalam hal ini
konteks yang dinilai adalah mengenai kebutuhan perempuan, sedangkan dalam
kode etik bidan nasional menilai kebutuhan tidak hanya kepada perempuan tetapi
juga kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. Bahkan wewenang bidan praktik
dalam memberikan pelayanan terhadap wanita hanya meliputi pelayanan pada
masa pranikatermasuk remaja putri, pra hamil, kehamilan,persalinan ,nifas,
menyusui dan masa antara kehamilan. Bermitra (bekerjasama) dengan
perempuan memang salahsatu paradigm bidan untuk mentukan apa yang di pilih
ibu. Akan tetapi hal tersebut tidak tercantum dalam kode etik nasional. Tetapi
pemerintah dalam hal ini memang sudah mencananggkan apa-apa yang
dibutuhkan oleh ibu yang tercantum dalam permenkes sebagai kewajiban bidan
dalam memberikan asuhan karena setiap pelayanan bidan terdapat batasan yang
sudah di atur dalam peraturan mentri (NO.1464/MENES/PER/X/2010. Pasal 10
tentang pelayanan kesehatan ibu dan pasal 12 tentang reproduksi perempuan)
Kode etik internasional bagian 2 (Praktek kebidanan)
· Bagian 2 poin 1 “ bidan memberikan asuhan bagi perempuan dan keluarga yang
mengasuh anak, dengan rasa hormat atas keberagaman budaya dan berupaya
untuk menghilangkan praktek berbahaya (misal praktek sunat perempuan)”
Pada dasarnya praktik sunat perempuan di Indonesia bersinggungan dengan nilai
agama, MUI menegaskan tidak bisa dihapusnya praktik sunat perempuan karena,
merupakan nilai agama hanya saja sunat disini tidak sampai memotong klitoris,
hanya menggores sedikit sebagai syarat bahwa sudah disunat.
Dalam kode etik nasional memang tidak di jabarkan tentang menghormati atas
keberagaman budaya akan tetapi menghormati nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat sudah tercantum dalam kode etik nasional . para bidan Indonesia
yang memang berasal dari berbagai suku dan memiliki banyak kebudayaan sudah
paham dan akan rasa hormat atas kebergaman budaya, karena dalam paradigma
bidan wanita, lingkungan perilaku, pelayanan kebidanan, keturunan dan asuhan
kebidanan adalah komponen – komponen paradigma kebidanan, para bidan
indonesia sadar bahwa manusia / wanita adalah makhluk bio psikososial kultural
dan spiritual yang unik, dan lingkungan termasuk lingkungan kebudayaan
mengikut sertakan ibu yang berada dalam keluarga dan masyarakat berinteraksi
dalam kebudayaan masyarakatnya. melalui penyuluhan dan pelajaran dari setiap
kasus yang terdapat di masyarakan bidan memberikan pendidikan tidak langsung
atas setiap praktek kebudayaan yang membahayakan sehingga merubah
paradigma masyarakat akan praktek kebudayaan yang membahayakan misalnya
memberikan penyuluhan tentang pemotongan talipusat dengan menggunak
bamboo sudah di hilangkan, Padahal termasuk perilaku professional bidan
menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktik
kesehatan , kehamilan , kelahiran, periode pasca persalinan , bayi baru lahir dan
anak. Akan tetapi dalam kode etik nasional tidak di cantumkan.
Kode etik internasional Bagian 3 kewajiban profesi bidan
· Bagian 3 poin b “Bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka,
terpercaya atas hasil asuhan bagi perempuan.”
Dalam kode etik nasional memang tidak di cantumkan tentang accountability
bidan terahdap pasien, namun sesungguhnya dalam accountability bidan
bertanggung jawab atas tindakan yang diambil untuk pasien, dan bidan
senantiasa mengupayakan asuhan yang aman dan terpercaya bagi ibu karena
merupakan hak dan kewajiban bidan dalam memberikan asuhan sesuai dengan
profesi dengan hak-hak pasien. Dan merupakan kewajiban bidan untuk meminta
ijin tertulis atas tindakan yang dilakukan kepada klien sebagai bentuk pertanggung
jawaban mereka.
Kode etik internasional bagian 4 peningkatan pengetahuan dan praktek kebidanan.
· Bagian 4 poin 3“Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal siswi kebidanan dan bidan.”
Fungsi bidan sebagai pendidik kurang mendapat di Indonesia perihal
penereapannya di lapangan padahal jelas bahwa fungsi bidan sebagai pendidik
diantaranya adalahmemberi bimbingan kepada peserta didik bidan dalam
kegiatan praktik klinik dan di masyarakat, juga mendidik peserta bidan atau
tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidan keahliannya. Peran bidan sebagai
pendidik diantaranya adalam membimbing siswa bidan dan keperawatan serta
membina dukun diwilayah atau tempat kerjanya. Dengan mengkaji kebutuhan
latihan dan bimbingan siswa bidan bahkan menyusun rencana latihan dan
bimbingan sesuai hasil pengkajian, menyiapkan alat dan keperluan latihan
bimbingan peserta latih sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam
membimbing siswa bidan dalam lingkup kerjanya perean sebagai pendidik harus
menilai hasil dan bimbingna yang telah di berikan, ini seharunnya juga berlaku
pada saat praktik di lapangan walaupun bidan tersebut bukan dosen akan tetapi
bukan kah setiap bidan bertanggung jawab terhadap penerus mereka.
Perbedaannya dengan yang di Indonesia adalah para bidan Indonesia
kebanyakan acuh terhadap mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan (mis.
Praktik di rumahsakit)
Kebanyakan tidak sadar bahwa mahasiswa adalah penerus citra profesi mereka,
bukankah praktik kebidanan sebagian besar adalah praktik lapangan yang
membutuhkan bimbingan dan pembiasaan terhadap lingkup kebidanan di
masyarakat.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKASejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua
di dunia sejak adanya peradaban umat manusia
Untuk mengetahui tentang kode etik
Untuk mengetahui tentang kode etik kebidanan