definisi hipertensi
DESCRIPTION
jenis hipertensiTRANSCRIPT
Definisi Hipertensi
Banyak pene l i t i an yang t e l ah mende f in i s i kan h ipe r t ens i be rda sa rkan
uku ran tekanan darah baik sistol maupun diastol . Menurut Price-Wilson, hipertensi
didefinisikansebagai suatu peningkatan tekanan darah sistoloik dan atau diastolic
yang tidak normal.Lebih jelasnya, hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan arteri lebih dari1 4 0 / 9 0 m m H g p a d a o r a n g d e w a s a d a n
s e d i k i t n y a p a d a 3 k a l i p e m e r i k s a a n s e c a r a be ru ru t anpada k in jungan
s e seo rang ke dok t e r . D i agnosa h ipe r t ens i sudah j e l a s padakasusd i mana
t ekanan da rah s i s t o l i k me l eb ih i 160 mmHg dan d i a s to l i c me l eb ih i
95 mmHg. Nilai-nilai ini sesuai dengan definisi konseptual hipertensi, yaitu
peningkatantekanan darah yang berkaitan dengan peningkatan mortalitas
kardiovaskuler lebig dari50%.
Definisi
Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)Optimal < 120 < 80Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99Sub grup : perbatasan 140-149 90-94Tingkat 2 (hipertensi
sedang)160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100Hipertensi sistol
terisolasi≥ 140 Dan < 90
Mengingat pengukuran tekanan darah mudah dilakukan dan karakteristik penduduk Indonesia berbeda dengan penduduk lainnya maka sudah seharusnya Indonesia memiliki klasifikasi hipertensi sendiri.
Etiologi dan Patogenesis
Hipertensi adalah gangguan regulasi pengaturan tekanan darah yang sering terjad iakibat
peningkatan resistensi vaskuler perifer. Cardiac output sering normal
meskipuncardiac output sangat penting dalam hipertensi. Hal ini dapat dijelaskan
oleh fenomenaau to regu l a s i d imana pen ingka t an ca rd i ac ou tpu t akan
menyebabkan pen ingka t an resistensi vaskuler perifer sehingga cardiac output pada
akhirnya akan menurun. Aktivasida r i sy s t em r enn in -ang io t ens in , pen ingka t an
i n t ake sod ium, pen ingka t an r ansangan simpatis juga berperan dalam peningkatan
tekanan darah.Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac output dan resistensi perifer,
peningkatandari salah satu faktor tersebut atau keduanya akan mengakibatkan kejadian
hipertensi.Peningkayan kadar natrium dalam darah yang disebabkan oleh asupan
natriumyang meningkat atau retensi natrium oleh ginjal akan meningkatkan volume cairan
yangseca ra o toma t i s akn men ingka tkan p r e load yang pada akh i rnya akan
meningka tkanca rd i ac ou tpu t (CO = h r x s t r oke vo lume , s t r oke vo lume
d ipenga ruh i o l eh a f t e r l oad , preload dan kontraktilitas otot jantung).Keadaan stress
akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis. Peningkatan simpatisakan mengakibatkan tiga hal
yaitu : 1) Peningkatan volume cairan akibat aktivasi sistemr e n i n - a n g i o t e n s i -
a l d o s t e r o n y a n g a k a n m e n i n g k a t k a n p r e l o a d . 2 ) V a s o k o n s t r i k s i
pembuluh darah yang akan meningkatkan resistensi vaskuler dan
vasokonstriksi jugaakan mengaktifkan sistem renin-angiotensin. 3) Peningkatan
aktivitas simpatis akanmeningkatkan kontraktilitas otot jantung . Ketiga
mekanisme di atas akan meningkatkantekanan darah sebagai akibat peningkatan cardiac
output dan resistensi vaskuler.
JENIS-JENIS HIPERTENSI
1. Hipertensi Primer
Biasanya t imbu l da lam us ia 30 -50 tahun d an cenderung t e tap
a s imptomat ik selama 10-20 tahun mulai dari naiknya tekanan darah.Pada hipertensi
primer tidak jarang satu-satunya gejala adalah peninggian tekanandarah. Kadang-kadang
hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan barutimbul gejalasetelah mendapat
komplikasi pada target organ antara lain: otak, mata, jantung dan ginjal.Gejala seperti sakit
kepal, palpitasi, nokturia, tinitis, cepat marah, suka tidur, sesak nafas,
rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang dapat ditemukan sebagai gejala
klinishipertensi. Adanya kerusan organ merupakan petanda bahwa tekanan darah harus
segeraditurunkan.Pada t ahap awa l h ipe r t ens i , curah jan tung men ingkat
s edangkat tahan per i f er normal dan hal ini menyebabkan peningkatan
aktivitas aktivitas sistem saraf simpatis .P a d a t a h a p s e l a n j u t n y a c u r a h
j a n t u n g k e m b a l i n o r m a l s e d a n g k a n t a h a n a n p e r i f e r men ingka t .
In i l ah yang d inamakan au toregu las i . Pen ingka t an t e rkanan pe r i f e r
pada h i p e r t e n s i p r i m e r t e r j a d i b e r t a h a p d a l a m j a n g k a w a k t u l a m a .
A d a n y a p e r u b a h a n autoregulasi pada hipertensi merupakan penyebab terjadinya
retensi garam oleh ginjal.Etiologi dari hiprtensi adalah poligenik dan polifaktor. Kebanyakan
dari kasusnyaa d a l a h d e f e k h e r e d i t e r d a r i o t o t p o l o s p e m b u l u h
d a r a h y a n g a k a n m e n i n g k a t k a n reaktifitas dari resistensi vena sehingga
meningkatkan tahanan perifer.Perubahan genetik akan berinteraksi denhan lingkungan dalam
neningkatkan tonus vaskuler (meningkatkanresistensi perifer) dan volume darah, sehingga
meningkatkan tekanan darah. Defek yangditurunkan pada hipertensi primer
berhubungan denganeksresi natrium di ginjal, insulindan sensitivitas
terhadap insulin, aktivitas renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf
pusat.
2. Hipertensi akut
Hipertensi akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis akut pasca streptokokus, sindrom
hemolitik uremik, lupus eritematosus sistemik, dan purpura Henoch-Schonlein.
Pemeriksaan air kemih, kadar elektrolit, IgG, IgM, IgA, C3, ASSTO, ANA, sel LE, BUN,
kreatinin serum, dan hematologi, dapat membedakan penyebab hipertensi tersebut.
Krisis hipertensi ialah. keadaan klinik yang gawat yang disebabkan karena tekanan
darah yang meningkat, biasanya tekanan diastolik 140 mmHg atau lebih, disertai
kegagalan/kerusakan target organ. Yang dimaksud target organ disini ialah : otak, mata
(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah.
Batas tekanan darah untuk timbulnya krisis hipertensi, bisa lebih rendah dari 140 mmHg,
misalnya 130 atau 120 mmHg. Hal ini terutama tergantung dari cepatnya kenaikan tekanan
darah
Menurut tingkat kegawatannya, krisis hipertensi dibagi menjadi:
1. Hipertensi gawat (emergency)
2. Hipertensi darurat (urgency)
Hipertensi gawat ialah keadaan klinik yang memerlukan penurunan tekanan darah dalam
waktu kurang dari satu jam. Hipertensi darurat ialah keadaan klinik yang memerlukan
penurunan tekanan darah dalam beberapa jam. Jelas, bahwa tak ada batas yang tajam antara
hipertensi. gawat dan hipertensi darurat, karena tergantung pada penilaian klinik. Istilah
hipertensi maligna (malignant hypertension atau accelerated malignant hypertension atau
accelerated hypertension sering dipakai untuk hipertensi darurat.
PATOFISIOLOGI
Tekanan darah yang sangat tinggi, terutama yang meningkat
alam waktu singkat, menyebabkan gapada target organ.
Jantung
Kenaikan tekanan darah menyebaada ventrikel kiri, sehingga terjadi payah jantung sering
dalam entuk edema paru.
Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai gsirkulasi koroner, makbabkan
insufisiensi koeningkatnya preload menyebabkan kebutuhan iokard meningkat, sehingga
terjadi iskemia miokard yang akut.
pembuluh darah
Pada arteri kecil dan arteriol terjadi nekrosis fibrinoid, yang erperan penting dalam timbulnya
kerusakan target organ.
Penyulit berbahaya yang terjadi pada aorta ialah diseksi orta (istilah lama: aneurisma
disekans). Di sini terjadi robekan ada intima aorta yang disertai masuknya darah kedalam
dinding aorta sehingga intima terlepas dari dindingnya. dari arteriol. Tingkat tekanan darah
yang akan dicapai tak boleh terlalu rendah, karena akan menyebabkan hipoperfusi target
organ.
Untuk menentukan tingkat tekanan darah yang diinginkan, perlu ditinjau kasus demi kasus.
Terutama untuk penderita u dipertahankan pada tingkat yang dengan hipertensi khronis yang
l, tekanan darah tak boleh terlalu ekanan darah dapat diturunkan mencapai tekanan darah
sebelum terjadinya krisis.
2.Pengobatan target organ
meskipun penurunan tekanan darah yang tepat sudah umumnya masih n khusus untuk lainan
target organ yang terganggu. Misalnya pada krisis hipertensi dengan payah jantung kiri akut,
diperlukan pengelolaan khusus termasuk pemberian diuretik, pemakaian obat-obat yang
menurunkan preload dan afterload. Pada krisis hipertensi yang disertai gagal ginjal akut,
diperlukan pengelolaan khusus untuk ginjalnya, yang kadang-kadang memerlukan
hemodialisis.
3.Pengelolaan khusus
Beberapa bentuk krisis hipertensi memerlukan pengelolaan
Jantung
Kenaikan tekanan darah menyeba
ada ventrikel kiri, sehingga terjadi payah jantung sering dalam
entuk edema paru.
Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai g
sirkulasi koroner, mak
menyebabkan insufisiensi ko peningkatnya preload menyebabkan kebutuhan miokard
meningkat, sehingga terjadi iskemia miokard yang akut. pembuluh darah
Pada arteri kecil dan arteriol terjadi nekrosis fibrinoid, yang erperan penting dalam timbulnya
kerusakan target organ. Penyulit berbahaya yang terjadi pada aorta ialah diseksi orta (istilah
lama: aneurisma disekans). Di sini terjadi robekan ada intima aorta yang disertai masuknya
darah kedalam inding aorta sehingga intima terlepas dari dindingnya
Retina
Kelainan retina merupakan penyulit penting pada krisis hipertensi. Pada umumnya terjadi
eksudat, perdarahan, dan papil bentung yang bisa menyebabkan kebutaan.
Ginjal
Pada ginjal bisa terjadi kerusakan progresip karena atrofi iskemik dari nefron. Hal ini
disebabkan karena nekrosis fibrinoid arteriol dan proliferasi sel-sel intima pada arteri
interlobular. Akibatnya ialah menurunnya GFR dan aliran darah ginjal.
Otak
a)Ensefalopati hipertensi
Biasanya ensefalopati hipertensi disertai kelainan retina yang berat. Gejala-gejala
ensefalopati seperti nyeri kepala hebat, muntah, konvulsi, stupor, dan koma disebabkankarena
spasme pembuluh darah otak dan edema otak. Terdapat pula dilatasi arteri-arteri otak dan
nekrosis fibrinogenyang luas. Dilatasi arteri ini disebabkan otoregulasi sirkulasi otak,
sehingga aliran darah otak meningkat dan menyebabkan edema otak.
b)Perdarahan otak
Perdarahan otak biasanya disebabkankarena tekanan darah yang tinggi dan disertai adanya
mikroaneurisma pembuluh darah otak.
PATOGENESIS
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat dengan
mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat sampai
di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam.
Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi
intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada
retina, otak dan ginjal.
Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati
dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya
dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan tekanan
darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan
darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan
tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi
memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak
yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan kenaikan after
load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi
lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi.
Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin
yang menetap atau berkala.
PENGELOLAAN
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah secepat
dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan
biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap
penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya
masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat,
mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang
dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap
tubuh dan efek samping minimal
Krisis hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah
segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tingginyastekanan darah
bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanantdarah.Dibagi menjadi dua :
Hipertensi emergency :situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organstarget akut atau
progresif
Hipertensi urgency : situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam.da
DIAGNOSISDIAGNOSI
Anamnesis : Riwayat hipertensi dan terapinya, kepatuhan minum oat pasien,,tekanan darah
rata – rata, riwayat pemakaian obat – obat simpatomemik dantsteroid, kelainan hormonal,
riwayat penykit kronik lain, gejala – gejala serebral,sjantung, dan gangguan penglihatan
Pemeriksaan fisis : Tekanan darah pada kedua ekstermitas, perababan denyuttnadi perifer,
bunyi jantung, bruit pada abdomen, adanya edema atau tandaapenumpukan punduskopi, dan
status neurologis.penumpukkan cairan, punduskopi, dan status
Laboratorium : sesuai dengan penyakit dasar, penyakit penyerta, dan kerusakan organ
target.organ target.
3. Hipertensi kronik
Hipertens i sekunder adalah d isebabkan o leh proses
penyakit sistemik yangmeningkatkan resistensi vaskuler
perifer. Jika penyebab hipertensi dapat dihentikansebelum terjadi
sebarang perubahan struktural yang permanen, maka tekanan darah
akan kembali normal.
Hipertensi kronik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis kronik, pielonefritis kronik,
uropati obstruktif, penyempitan pembuluh darah ginjal, dan gagal ginjal tahap akhir.
Hipertensi sekunder pada anak dapat pula disebabkan oleh hiperaldosteronisme primer,
sindrom Cushin, feokromositoma, hipertiroid, hiperparatiroid, pengobatan steroid jangka
panjang, neurofibromatosis, sindrom Guillain-Barre, dan luka bakar.
TD >140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelumgestasi 20 minggu
Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20minggu dan menetap setelah 12 minggu
postpartum.
Diagnosis dari preeklamsia berat dapat ditentukan secara klinismaupun laboratorium.
Klinis
Nyeri epigastrik -
Gangguan penglihatan-
Sakit kepala yang tidak respon terhadap terapi konvensional-
Terdapat IUGR -
Sianosis, edema pulmo-
Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau 110 mmHg untuk tekanan darah diastolik (minimal � �
diperiksa dua kali denganselang waktu 6 jam)-
Oliguria (< 400 ml selama 24 jam)
Laboratorium :
Proteinuria (2,0 gram/24 jam atau > +2 pada dipstik)-
Trombositopenia (<100.000/mm3)-
Creatinin serum >1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui telahmeningkat sebelumnya-
Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat)-
Peningkatan LFT (SGOT,SGPT)
5. Hipertensi Benigna
Hipertensi benigna biasanya asimtomatik dan berkembang secara lambat. Perubahan
patologis pada arteri besar dan kecil berupa hipertrofi konsentris di bagian medial tanpa
adanya nekrosis. Pemeriksaan patologis seringkali memperlihatkan hieprtrofi jantung dan
fibrosis dan sklerosis pada ginjal.
6. Hipertensi Terakselerasi
Hipertensi terakselerasi berupa peningkatan TD yang terakhir melebihi tekanan
sebelumnya, disertai dengan danya kerusakan pembuluh darah pada fundus, tetapi tanpa
adanya edema papil.
7. Hipertensi Maligna
Hipertensi maligna sekarang berjumlah kurang dari 1% dari semua hipertensi. Timbul tanda
berupa edema papil, perdarahan, dan eksudat pada retina. TD biasanya lebih dari
200/120mmHg. Biasanya disertai dengan sakit kepala dan munculnya tanda-tandaneurologis
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan timbul iskemia. Keadaan ini
dapat berlanjut menjadi kejang, defisit neurologis yang menetap , koma dan kematia.
Sebagian besar pasien mengalami proteinuria dan secara capat berlanjut menjadi gagal ginjal.
Beberapa mengalami anemia hemolitik mikroangiopati.
Hipertensi maligna seringkali tiba-tiba terjadi pada psien dengan hipertensi yang berlangsung
lama, yang mungkin mempunyai suatu penyebab sekunder seperti stenosis arteri ginjal.
Umur harapan hidup pasien dengan hipertensi maligna yang tidak diobati sekitar 3-4
bulan. Karena fungsi ginjal memburuk secara cepat, penatalaksanaan sesegera mungkin.
Hipertensi maligna jarang terjadi tapi merupakan salah saru jenis tekanan darah tinggi
yang serius. Secara resmi, hipertensi maligna didefinisikan sebagai hipertensi berat
yang terjadi bersama dengan pendarahan internal retina di kedua mata dan
pembengkakan saraf optik di belakang retina. Hipertensi maligna harus diobati dengan
cepat untuk menghindari kerusakan organ yang lebih serius dan, mungkin, menyebabkan
kematian. Semua sistem organ utama beresiko rusak akibat hipertensi ganas.
Organ yang paling beresiko antara lain ginjal, mata, dan otak. Ginjal sangat sensitif terhadap
peningkatan tekanan darah dan kerusakan ginjal permanen adalah komplikasi umum
hipertensi ganas yang tidak diobati. Sebagian besar kerusakan organ ini disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah kecil di beberapa tempat, dan itulah sebabnya pendarahan retina
(yang memiliki pembuluh darah kecil) termasuk dalam kriteria diagnostik untuk hipertensi
ganas.
Seperti tekanan darah tinggi secara umum, penyebab pasti hipertensi ganas belum
sepenuhnya diketahui.
Gejala
Karena hipertensi maligna mempengaruhi sistem organ yang secara langsung sensitif
terhadap tekanan darah (ginjal, mata, otak, sistem kardiovaskular), gejala-gejala penyakit
cenderung menjadi orang-orang yang akan mengasosiasikan dengan masalah-masalah dalam
sistem organ lain. Sebagai contoh, beberapa gejala termasuk: penglihatan buram, nyeri dada,
kejang, urin menurun, kelemahan atau aneh kesemutan / mati rasa di tangan, kaki, atau
wajah, sakit kepala, atau sesak napas.
Pengobatan
Orang dengan hipertensi maligna harus selalu dirawat di rumah sakit. Pengobatan tergantung
pada seberapa serius masalah dalam pasien tertentu, masuk ke ruang Intensive Care Unit
(ICU) mungkin diperlukan. Selama tinggal di rumah sakit, infus obat-obatan adalah fokus
utama terapi. Beberapa obat yang biasa digunakan untuk mengurangi tekanan darah dalam
situasi ini adalah nitroprusside dan nitrogliserin.
Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan
pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi
penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan
gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von Romberg pada
tahun 1891.
Patogenesis
Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada dan di dalam
paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama-kelamaan
pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan
tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan
menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari
jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung
kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga
darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan
tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas.
Gejala dan Tanda
Gejala yang timbul biasanya berupa:
sesak nafas yang timbul secara bertahap
kelemahan
batuk tidak produktif
pingsan atau sinkop
edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)
dan gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis (batuk berdarah)
Hipertensi Arteri Pulmonal biasanya tidak disertai gejala orthopnea (sesak nafas akibat
perubahan posisi) atau Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (sesak nafas pada saat tidur). Gejala-
gejala tersebut biasanya timbul pada Hipertensi Vena Pulmonal.
Rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut dirasakan ditengah-tengah dada seperti
digencet dan diperas dan seringdikacaukan dengan rasa nyeri akibat infark miokard. Bedanya
ialah rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut tidak menjalar ke bahu, ke punggung dan ke
bawah rahang. Biasanyadirasakan retrosternal dalam dan penderita merasa cemasdan takut
akan mati. Rasa nyeri ini timbul akibat pelebaranpembuluh darah secara mendadak.
Prognosis hipertensi
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-mia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial pada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani (Fauci AS et al, 1998).Di Amerika serikat, ras kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan mortalitas empat kali lebih besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi hipertensi pada wanita pre-menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang telah menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok) yang mempercepat proses aterosklerosis meningkatkan angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin (Fauci AS et al, 1998).Faktor Resiko yang Mempengaruhi Prognosis HipertensiFaktor Resiko UtamaHipertensiPerokokObesitas (indeks massa tubuh > 30)Kurang aktivitasDislipidemiaDiabetes mellitusMikroalbuminuria atau GFR < 60 mL/menitUsia (>55 tahun untuk pria; >65 tahun untuk wanita)Riwayat keluarga mengidap penyakit kardiovaskular premature (pria <55 tahun atau wanita 65 tahun)Kerusakan Target OrganJantungHipertrofi ventrikel kiriAngina atau myocard infarkGagal jantungOtakStroke atau TIAPenyakit ginjal kronikPenyakit arteri periferRetinopati