definisi polio

18
I. Definisi Polio Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralis yang menular dan disebabkan oleh virus polio. Agen pembawa penyakit ini dinamakan poliovirus, virus tersebut masuk ke tubuh melalui mulut dan menginfeksi saluran usus. Virus ini juga memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan bisa menyebabkan kelumpuhan. Infeksi virus polio terjadi didalam saluran pencernaan menyebar ke kelenjar limfe dan sebagian yang lain menyebar ke sistem saraf. Penyakit polio terdapat tiga macam : 1. Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. 2. Polio paralisis spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembuluh darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala

Upload: aflaha-hikmah-hs

Post on 12-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paper polio

TRANSCRIPT

Page 1: Definisi Polio

I. Definisi Polio

Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralis yang menular dan disebabkan oleh virus

polio. Agen pembawa penyakit ini dinamakan poliovirus, virus tersebut masuk ke tubuh

melalui mulut dan menginfeksi saluran usus. Virus ini juga memasuki aliran darah dan

mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan bisa menyebabkan

kelumpuhan. Infeksi virus polio terjadi didalam saluran pencernaan menyebar ke kelenjar

limfe dan sebagian yang lain menyebar ke sistem saraf.

Penyakit polio terdapat tiga macam :

1. Polio non-paralisis

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.

Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio paralisis spinal

Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk

anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini

dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita

akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki.

Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembuluh darah kapiler pada

dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang

dan syaraf motorik yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala

seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi,

virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang  dan

batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat, menyebar sepanjang serabut

saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan

menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan

otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf

pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi ini disebutacute

flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan

kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut),

disebut quadriplegia.

Page 2: Definisi Polio

3. Polio bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut

terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf

kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata;

saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan

otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu

proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf

yang mengirim sinyal ke Untuk mengetahui, usus, Untuk mengetahui, dan saraf tambahan

yang mengatur pergerakan leher.

Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga

sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan

mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf

kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat

meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam

sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan Untuk

mengetahui untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru.

Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi'

(iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan

mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan

mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian

udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat

menyebabkan koma dan kematian.

Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita.

Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-

paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan

dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen.

Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.

Page 3: Definisi Polio

II. Karakteristik Virus Polio

Berikut ini adalah klasifikasi virus polio

Kelas: Kelas

IV ((+)ssRNA)

Ordo: Picornavirales

Famili: Picornaviridae

Genus: Enterovirus

Virus ini memiliki diameter ±30 nm, tahan pada keadaan asam (pH 3 atau lebih

rendah), dan berbentuk ekosahedral. Virion (partikel penyusun) virus polio terdiri dari

empat proteinkapsid yang berbeda, disebut VP1, VP2, VP3, dan VP4. Genom (materi

genetik) dari virus polio terdiri dari RNA utas tunggal positif (+) yang berukuran

7441 nukleotida.

Virus ini menyebar melaluikontaminasi tinja pada makanan ataupun pasokan air. Untuk

bereplikasi, genom virus akan masuk ke dalam sel inang melaluiendositosissementara

partikel virus lainnya dibuang. Reseptor untuk pengikatan virus ini terletak pada 

epitelium usus manusia. Species virus polio ini terdiri dari 3 serotipe yakni serotipe I

(Brunhilde), serotype2 (Lansing) dan serotipe 3 yakni (Leon).

III. Sejarah

Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan ada benda-benda

Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur-fitur khusus dari kelumpuhan setelah

polio. Polio telah disebut dengan banyak nama-nama yang berbeda, termasuk kelumpuhan

anak-anak, kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan tangan-

tangan), dan spinal paralytic paralysis. Kita sekarang merujuk pada virus dan penyakit

sebagai polio, yang adalah kependekan untuk poliomyelitis dan mempunyai asal usul Yunani:

polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan itis (peradangan).

Page 4: Definisi Polio

IV. Penyebab

Penularan virus terjadi melalui beberapa cara:

Secara langsung dari orang ke orang

Melalui percikan ludah penderita

Melalui tinja penderita.

Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan

saluran pencernaan, lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan

pembuluh getah bening. Polio beresiko terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah:

• Belum mendapatkan imunisasi polio

• Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio

• Kehamilan

• Usia sangat lanjut atau sangat muda

• Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatanamandel

atau pencabutan gigi)

•Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat

melemahkan sistem kekebalan tubuh).

V. Proses Penularan

Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan

saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh

darah dan pembuluh getah bening.

Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:

a. Fekal-oral (dari tinja ke mulut)

Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari

tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.

b. Oral-oral (dari mulut ke mulut)

Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat

lainnya.

Page 5: Definisi Polio

Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada

keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun.

Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan

adanya mikroba lain. Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan,

bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.

VI. Tanda-Tanda dan Gejala-Gejala dari Polio

Tanda-tanda dan gejala-gejala dari polio berbeda tergantung pada luas infeksi. Tanda-

tanda dan gejala-gejala dapat dibagi kedalam polio yang melumpuhkan (paralytic) dan polio

yang tidak melumpuhkan (non-paralytic).

Pada polio non-paralytic yang bertanggung jawab untuk kebanyakan individu-individu

yang terinfeksi dengan polio, pasien-pasien tetap asymptomatic atau mengembangkan hanya

gejala-gejala seperti flu yang ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit kepala, sakit

tenggorokan, dan muntah. Gejala-gejala, jika hadir, mungkin hanya bertahan 48-72 jam,

meskipun biasanya mereka bertahan untuk satu sampai dua minggu.

Paralytic polio terjadi pada kira-kira 2% dari orang-orang yang terinfeksi dengan virus

polio dan adalah penyakit yang jauh lebih serius. Gejala-gejala terjadi sebagai akibat dari

sistim syaraf dan infeksi dan peradangan sumsum tulang belakang (spinal cord).

Ada beberapa gejala kelainan utama dan penyerta pada anak poliomyelitis yang

mungkin dapat dilakukan identifikasi:

1. Kelumpuhan dan/atau pengecilan otot anggota gerak tubuh

2. Kontraktur atau kekakuan sendi, seperti sendi paha melipat ke depan, sendi lutut

melipat ke belakang, sendi telapak kaki jinjir, melipat ke atas, ke luar, ke dalam,

sendi rulang belakang skoliosis.

3. Atropi otot, sehingga kekuatan otot hilang.

4. Pemendekan urat di sekitar sendi, sehingga terjadi deformitas sendi.

Ada beberapa kemungkinan “lebih lanjut” yang terjadi pada anak polio. Kemungkinan

sembuh total 30%, lumpuh tingkat ringan30%, lumpuh moderat/ berat 30%, danmeninggal

dunia (10%).

Page 6: Definisi Polio

Bentuk hambatan atau kelainan fungsi akibat poliomyelitis diantaranya:

1) Kelainan dungsi mobiliras, termasuk kesulitan dari dan ke posisi tengkurap,

telenrang, berguling, duduk, berdiri, jalan

2) Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

3) Kelainan fungsi sosial psikologis, seperti munculnya rasa malu, rendah diri, dan

tidak percaya diri

4) Hambatan dalam aspek ekonomis produktif

Kira-kira 5%-10% dari pasien-pasien yang mengembangkan polio yang melumpuhkan

seringkali meninggal dari kegagalan pernapasan, karena mereka tidak mampu untuk bernapas

sendiri. Itulah sebabya mengapa sangat mendesak bahwa pasien-pasien menerima evaluasi

dan perawatan medis yang tepat. Sebelum era vaksinasi dan penggunaan dari ventilator-

ventilator modern, pasien-pasien akan ditempatkan dalam "iron lung" (ventilator bertekanan

negatif, yang digunakan untuk mendukung pernapasan pada pasien-pasien yang menderita

polio yang melumpuhkan).

Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio, yaitu infeksi subklinis,non-paralitik, dan

paralitik. Kasus yang terbesar merupakan infeksi subklinis yang menempati angka 95%.

1. Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta

erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita

sembuh dari suatu infeksi subklinis. Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung

selama kurang dari 72 jam).

demam ringan

sakit kepala

tidak enak badan

nyeri tenggorokan

tenggorokan tampak merah

muntah.

2. Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)

demam sedang

sakit kepala

kaku kuduk

muntah

diare

Page 7: Definisi Polio

kelelahan yang luar biasa

rewel

nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut

kejang dan nyeri otot

nyeri leher

nyeri leher bagian depan

kaku kuduk

nyeri punggung

nyeri tungkai (otot betis)

ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri

kekakuan otot.

3.Poliomielitis paralitik

demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya

sakit kepala

kaku kuduk dan punggung

kelemahan otot asimetrik

onsetnya cepat

segera berkembang menjadi kelumpuhan

lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena

perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)

peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)

sulit untuk memulai proses berkemih

sembelit

perut kembung

gangguan menelan

nyeri otot

kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung

ngiler

gangguan pernafasan

rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi

refleks Babinski positif.

Page 8: Definisi Polio

VII. FASE-FASE INFEKSI VIRUS

Masa inkubasi virus polio biasanya berkisar 3-35 hari. Gejala umum serangannya

adalah pengidap mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah demam selama 2-5

hari.

Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:

1. stadium akut

Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh

yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi

akibat kerusakan sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran

invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan

bentuk tubuh (deformitas) yang menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang

terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan.

Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak awal sakit.

2. stadium subakut

Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan menghilangnya demam dalam

waktu 24 jam. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan

anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.

3. stadium konvalescent

Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan

otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan

setelah fase akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan

kekuatan otot.

4. stadium kronik

Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.

Organ-organ tubuh yang biasa terkena poliomyelitis adalah :

1. Medula Spinalis (sumsum tulang belakang)

2. Batang otak

3. Cerebrum(otak besar)

Page 9: Definisi Polio

VIII. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk

memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap contoh tinja untuk mencari

poliovirus dan pemeriksaan terhadap darah untuk menentukan titer antibodi. Pembiakan virus

diambil dari lendir tenggorokan, tinja atau cairan serebrospinal. Pemeriksan rutin terhadap

cairan serebrospinal memberikan hasil yang normal atau tekanan, protein serta sel darah

putihnya agak meningkat.

1. Untuk Bayi

a. Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk pada

lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut

menyentuh tempat tidur.

b. Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil pada

telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.

c. Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki

menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.

2. Untuk Anak besar

a. Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.

b. Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami

kelumpuhan tidak bisa melakukannya.

c. Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa melakukannya.

d. Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali. Anak

yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri dengan berpegangan merambat

pada tungkainya.

e. Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

IX. Pengobatan

Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan

penyakit ini. Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa digunakan ventilator. Tujuan

utama pengobatan adalah mengontrol gejala sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan

medis vital untuk menyelamatkan nyawa, teruatma membantu pernafasan mungkin

diperlukan pada kasus yang parah. Jika terjadi infeksi saluran kemih, diberikan antibiotik.

Page 10: Definisi Polio

Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri.

Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat. Untuk memaksimalkan

pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik, pemakaian sepatu

korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.

X. Pencegahan

Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.

Terdapat 2 jenis vaksin polio:

• Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif

• Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup.

Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih

disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi pada penderita gangguan sistem

kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan

kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan

penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.

Dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan

perjalanan ke daerah yang masih sering terjadi polio, sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih

dahulu. Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyakit polio ini, di antaranya:

1. Eradikasi Polio

Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh sebagian besar negara di

seluruh penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun

2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program ERAPO yang pertama dilakukan adalah

dengan melakukan cajupan imunisasi yang memuelutuh.

2. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995, 1996, dan 1997. Imunsasi

polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir

Page 11: Definisi Polio

sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat usia 1,5tahun; 5

tahun; dan usia 15 tahun.

Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan menimbulkan dampak negatif. Bahkan

merupakan satu-satunya program yang efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio.

3. Survailance Acute Flaccidd Paralysis

Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah usia 15 tahun.

Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan apakah karena polio atau bukan. Berbagai

kasus yang diduga polio harus benar-benar diperiksa di laboratorium karena bisa saja

kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio.

4. Mopping Up

Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah 5 tahun di daerah

ditemukannya penderita polio tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

Tampaknya di era globalisasi di mana mobilitas penduduk antarnegara sangat tinggi

dan cepat muncul kesulitan dalam mengendalikan penyebaran virus ini. Selain pencegahan

dengan vaksinasi polio, tentu harus disertai dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan

sanitasi perorangan. Penggunaan jamban keluarga, air bersih yang memenuhi persyaratan

kesehatan, serta memelihara kebersihan makanan merupakan upaya pencegahan dan

mengurangi resiko penularan virus polio yang kembali mengkhawatirkan.

Menjadi salah satu keprihatinan dunia bahwa kecacatan akibat polio menetap tak bisa

disembuhkan. Penyembuhan yang bisa dilakukan sedikit sekali alias tidak ada obat untuk

menyembuhkan polio. Namun sebenarnya orangtua tidak perlu panik jika bayi dan anaknya

telah memperoleh vaksinasi polio lengkap.

Kebutuhan rehabilitasi/ habilitasi bagi anak polioyelitis diarahkan untuk:

1. Menumbuh kembangkan kemampuan agar dapat mengatasi akibat kelumpuhan

2. Menjaga agar kelainan tidak menjadi parah.

Diantara kebutuhan rehabilitasi/ habilitasi bagi anak yang lumpuh karena polio, adalah :

Page 12: Definisi Polio

a. Mengurangi kondisi kontraktur sendi, melenturkan urat yangkaku maupun

memendek, mengatasi otot fleksid, meninglkatkan ruanggerak sendi, melatih fungsi

koordinaso dan lain-lain melalui berbagai bentuk terapi.

b. Pemberian alat bantu khusus sesuai kebutuhan seperti brace pendek, brace oanjang,

skoliosisi, flat foot, sepetu koreksi, splint/bidai.

c. Bimbingan ADL baik dengan ataupun tanpa alat bantu

d. Bimbingan mobilitas, mulaidari posisi tubuh sampai berjalan

e. Bimbingan sosial psikologis untuk menghilangkan dampak negatif kelainan

f. Pendidikan anak dengan orang tua

g. Bimbingan ekonomi produktif

Selain dengan melakukan vaksinasi Polio dan rehabilitasi/ habilitasi, cara lain untuk

mencegah penyakit polio adalahmeningkatkan kebersihan diri dan lingkungan

keluargadengan melakukan cuci tangan bila akan melakukan sesuatu pekerjaan seperti makan

dan menjaga kebersihan alat dan bahan makanan serta minuman