dehidrasi
DESCRIPTION
dehidrasiTRANSCRIPT
DEHIDRASI
A. PENGERTIAN
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang
merupakan akibat kehilangan air abnormal (Ramali & Pamoentjak, 1996). Menurut
Guyton (1995), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalancairan tubuh.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan keadaan kehilangan
cairan tubuh.
B. ETIOLOGI
Dehidrasi dapat terjadi karena :
1. Kemiskinan air (water depletion)
2. Kemiskinan Natrium (sodium depletion)
3. Water and sodium depletion terjadi bersama-sama
Dehidrasi primer terjadi karena masuknya air sangat terbatas,akibat :
Penyakit yang menghalangi masuknya air
Penyakit mental yang disertai menolak air atau ketakutan dengan air
(hydrophobia)
penyakit sedemikian rupa,sehingga si penderita sangat lemah dan tidak dapat
minum air lagi
Koma yang terus-menerus
Dehidrasi sekunder atau sodium depletion terjadi karena tubuh kehilangan cairan
tubuh yang mengandung elektrolit. Kekurangan intake garam biasanya tidak
menimbulkan sodium depletion oleh karena ginjal,bila perlu,dapat mengatur dan
menyimpan natrium. Sodium depletion sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui
saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare yang keras.
Penyebab timbulnya dehidrasi bermacam-macam, selain penyebab timbulnya
dehidrasi dapat dibedakan menjadi 2 hal yaitu :
Eksternal (dari luar tubuh )
1. Akibat dari berkurangnya cairan akibat panas yaitu kekurangan zat
natrium;kekurangan air;kekurangan natrium dan air.
2. Latihan yang berlebihan yang tidak diiringi dengan asupan minuman yg cukup.
3. Sinar panas matahari yang panas.
4. Diet keras dan drastis.
5. Adanya pemanas dalam ruangan.
6. Cuaca/musim yang tidak menguntungkan (terlalu dingin).
7. Ruangan ber AC , walaupun dingin tetapi kering.
8. Obat-obatan yang digunakan terlalu lama.
Internal (dari dalam tubuh)
Kehilangan cairan tubuh dapat bersifat :
Normal : Hal tersebut terjadi akibat pemakaian energi tubuh. Kehilangan cairan
sebesar 1 ml terjadi pada pemakaian kalori sebesar 1 kalori. Misalnya keringat.
Abnormal :Terjadi karena berbagai penyakit atau keadaan lingkungan seperti
suhu lingkungan yang terlalu tinggi atau rendah. Pengeluaran cairan yang
banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi pemasukkan cairan yang memadai
dapat berakibat dehidrasi. Misalnya muntah, diabetes, diare dll.
C. KLASIFIKASI DEHIDRASI
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi
1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Gejala :
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
Gejala:
Gelisah, cengeng
Kehausan
Mata cekung
Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke
posisi semula.
Tekanan darah menurun
Pingsan
Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
Kejang
Perut kembung
Gagal jantung
Ubun-ubun cekung
Denyut nadi cepat dan lemah
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan)
Gejala:
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6
popok/hari.
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
D. Derajat Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Bayi 5% 10% 15%
Remaja 3% 6% 9%
Bayi dan anak kecil Haus, sadar, gelisah Haus, gelisah atau
letargis, tetapi iritabel
atau mengantu
Mengantuk, lemah, lunglai,
dingin, berkeringat,
ekstrimitas sianosis, dapat
menjadi koma
Anak yang lebih tua Haus, sadar, gelisah Haus, sadar (biasanya) Biasanya sadar (tetapi pada
tingkat yang menurun),
gelisaha, dingin,
berkeringat, ekstremitas
sianosis, kulit mengkerut
pada jari kaki dan tangan,
kram otot.
E. Jenis – jenis dehidrasi
1. Dehidrasi Hiponatremik
(Na+ < 130 mEq/L)
Lebih banyak Natrium ketimbang air yang hilang dari ruang ekstrasel, atau
kelebihan air yang diberikan
Koreksi kadar Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu
memakai RL atau NS, atau dengan memakai rumus :
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125- kadar Na serum x 0,6 x berat badan; diberikan
dalam 24 jam
2. Dehidrasi Hipernatremia
(Na+ > 150 mEq/L)
Lebih banyak air ketimbang Natrium yang hilang dari ruang ekstrasel, atau
kelebihan natrium yang diberikan à meningkatkan osmolalitas cairan ekstrasel dan
menyebabkan air bergerak keluar sel
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrosa
5%+ ⅟₂ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 meq perhari karena bisa
menyebabkan edem otak.
3. Dehidrasi Hipernatremia
(Na+ > 150 mEq/L)
Lebih banyak air ketimbang Natrium yang hilang dari ruang ekstrasel, atau
kelebihan natrium yang diberikan à meningkatkan osmolalitas cairan ekstrasel dan
menyebabkan air bergerak keluar sel
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrosa
5%+ ⅟₂ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 meq perhari karena bisa
menyebabkan edem otak.
4. Dehidrasi Hipokalemia
(K+ < 3,5 mEq/L)
Penurunan kadar kalium serum dapat diakibatkan oleh distribusi ulang antara
kompartemen kalium intrasel besar dan ruang kalium ekstraseluler yang lebih kecil
Koreksi dilakukan menurut kadar K :
Jika kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan 75 mEq/kgBB peroral perhari dibagi tiga dosis.
Jika kadar K< 2,5 mEq/L, berikan secara drip intravena dengan dosis :
a. 3,5- kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama
b. 3,5- kadar K terukur x BB(kg) X 0,4+1/6x 2 mEq x BB dalam 20 jam berikutnya
F. Pemeriksaan Penunjang :
Kadar natrium plasma darah
Osmolaritas serum
Ureum dan kreatinin darah
BJ urin
Tekanan ventra sentral (central venous pressure)
G. Hasil Laboratorium
Peningkatan hematokrit
2. Peningkatan kadar protein serum
3. Na+ Serum normal (biasanya)
4. Rasio BUN/Kreatinin serum >20:1 (normal=10:1)
5. Berat jenis urine tinggi
6. Osmolalitas urine >450 meq/L
7. Na+ urine <10 meq/L (penyebab dari ekstrarenal)
8. Na+ urine >20 meq/L (penyebab dari renal atau adrenal
H. Komplikasi
Akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi komplikasi karena
dehidrasi antara lain : hipokalemi, kejang, syok, gagal ginjal, sindrom delirium akut dan
malnutrisi.
I. Tatalaksana
1. Tanpa dehidrasi : cairan rumah tangga, ASI
oralit diberikan tiap bab atau muntah dengan dosis :
a. < 1 tahun : 50-100 cc
b. 1-5 tahun : 100-200 cc
c. > 5 tahun : semaunya
2. Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang)
a. Oralit 75 cc/kg/4 jam dilanjutkan pemberian cairan tiap bab
b. Bisa peroral, NGT, parenteral.
3. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan RL atau ringer asetat 100
cc/kgBB :
a. < 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam 1 jam I, 70 cc/kgBB dalam 5 jam
b. > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam I, 70 cc/kgBB dalam 2½ jam
Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien.Jakarta: Salemba Medika.
Kemp, Charles. 2009. Klien Sakit Terminal : Seri Asuhan Keperawatan ed.2. Jakarta: EGC.
Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed. 15 Vol. 1