depok, 4-5 november 2008 analisis karakteristik...
TRANSCRIPT
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
ANALISIS KARAKTERISTIK PEJABAT PENATAUSAHAAN
KEUANGAN TERHADAP ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)
Zaenal Fanani Universitas Airlangga Surabaya
Rizka Mudyanti
Didied Poernawan Affandi Universitas Brawijaya
Abstract
The aim of this research is to examine and find out the empirical
evidence of PPK SKPD characteristic analysis (locus of control, work experience, gender, the understanding of system and procedure, equity sensitivity) toward the financial report arranging ethic of SKPD of the local government of Jombang.
The population used in this research is the person of accounting function in local goverment of Jombang that consists of treasurer and PPK SKPD. The samples chosen are 47 PPK SKPD of the local government of Jombang in official department, committee, office subdistrict. The validity of the data was tested by implementing Pearson Product Moment. The reliability of the data was tested by implementing the Cronbach Alpha. The normality of the data was tested by implementing the Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test. Mann Whitney U-Test is used for hypothesis test. Statistic package for Social Sciences (SPSS version 15,0).
The result of the research shows that there is a significant difference between PPK SKPD with the internal locus of control and PPK SKPD with the external locus of control; there is no significant difference between senior PPK SKPD and junior PPK SKPD; there is no significant difference between the male and female PPK SKPD; there is a significant difference between PPK SKPD which are categorized as the benevolents
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01- 1
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
PPK SKPD and the entitleds PPK SKPD toward financial report arranging ethic. Key word: Locus of Control, Work Experience, Gender, Equity Sensitivity, Financial Report Arranging Ethic. I. LATAR BELAKANG Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun
2006 menyatakan secara jelas bahwa entitas pelaporan dan entitas
akuntansi harus menyelenggarakan sistem akuntansi keuangan daerah.
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan
wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban berupa laporan
keuangan, sedangkan entitas akuntansi adalah unit pemerintahan
pengguna anggaran dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan
akuntansi serta menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada
entitas pelaporan. Selaku entitas akuntansi, Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) memiliki pelaku akuntansi yang terdiri dari bendahara dan
Pejabat Penatusahaan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK
SKPD). Tugas PPK SKPD dalam Permendagri Nomor 13 tahun 2006 yaitu
melaksanakan akuntansi SKPD dan menyiapkan laporan keuangan SKPD
yang dijelaskan pada pasal 13 ayat (f) dan (g).
Guna mewujudkan administrasi keuangan yang efektif maka peran
PPK SKPD sangatlah vital dengan kata lain kemampuan dan
kecakapannya dalam menjalankan fungsi akuntansi sangat menentukan
dalam menyusun dokumen Laporan Keuangan SKPD. Berkaitan dengan
pegawai maka efektif tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari
kemampuan individu. Suatu unit kerja yang kemampuan pegawainya
kurang baik dari segi pendidikan maupun dari segi keterampilan akan
menghasilkan output yang rendah. Pemerintah harus memperhatikan
kemampuan pegawainya karena dituntut untuk memiliki akuntabilitas yang
harus mampu menyusun sistem pelaporan yang baik dan mapan
(Mardiasmo, 2002). Para stakeholder sektor publik juga membutuhkan
informasi yang relevan dan handal untuk pengambilan keputusan. Oleh
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 2
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
karena itu, tugas dan tanggung jawab akuntan sektor publik adalah
menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal
organisasi maupun eksternal organisasi. Hal ini dipengaruhi oleh
ketepatan waktu penyelesaian penyusunan laporan keuangan.
Berlakunya Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No. 13 tahun
2006 yang diperbarui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59
tahun 2007, maka pemerintah harus menjalankan program kerjanya
secara akuntabilitas. Faktor yang diperlukan untuk menjalankan hal
tersebut, yaitu kesiapan sumber daya manusia aparat pemerintah.
Sumber daya manusia dan karakter individu aparat pemerintah
menunjang kelancaran pengelolaan keuangan daerah. Salah satu faktor
yang masih harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan di Indonesia adalah menyangkut etika dan sikap positif akuntan
Indonesia (Yulianti, 2005).
Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada
saat ini melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada
profesi ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya praktik-praktik
profesi yang mengabaikan standar akuntansi bahkan etika. Perilaku tidak
etis merupakan isu yang relevan bagi profesi akuntan saat ini. Di
Indonesia, isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan
terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan
publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Ludigdo,1999).
Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis
tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi
mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai
tanggungjawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan
obyektivitas mereka. Analisis terhadap sikap etis dalam profesi akuntan
menunjukkan bahwa akuntan mempunyai kesempatan untuk melakukan
tindakan tidak etis dalam profesi mereka (Fine et al. dalam Husein, 2004).
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan secara terus menerus
berhadapan dengan dilema etik yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai
yang bertentangan. Pembahasan mengenai perilaku dan keinginan untuk
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 3
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
mengubah perilaku atau menciptakan perilaku yang diinginkan, perlu
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut dan
seberapa kuat pengaruh-pengaruh tersebut (Khomsiyah dan Indriantoro,
1998).
Pada sektor publik konflik juga dapat timbul dari kadar
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan. Pengguna laporan
keuangan mengharapkan untuk memperoleh semua informasi yang
mereka butuhkan dari laporan keuangan. Penelitian ini dimaksudkan
untuk melihat prilaku PPK SKPD menyangkut penyusunan laporan
keuangan SKPD untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan
keuangan. Kualitas laporan keuangan SKPD harus diperhatikan karena
merupakan data pokok untuk penyusunan laporan keuangan daerah yang
akan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Penelitian ini dilakukan dengan motivasi sebagai berikut; pertama,
faktor yang masih harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas
pelaporan keuangan pada pemerintah adalah menyangkut etika dan sikap
positif pegawainya. Beberapa bukti empiris tentang faktor-faktor individual
menunjukkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Reiss dan
Mitra (1998) dalam Nugrahaningsih (2005), mengadakan penelitian
tentang efek dari perbedaan faktor individual dalam kemampuan
menerima perilaku etis atau tidak etis. Penelitian Fauzi (2001) yang
membahas tentang Pengaruh Perbedaan Faktor-Faktor Individual Berupa
Locus Of Control, Disiplin Akademis, Pengalaman Kerja dan Equity
Sensitivity terhadap Perilaku Etis Mahasiswa. Keberadaan locus of control
dalam penelitian Indriantoro (2000) yang telah membuktikan bahwa locus
of control merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk
penelitian di Indonesia. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian
Nugrahaningsih (2005), yang meneliti tentang Analisis Perbedaan Perilaku
Etis Auditor di KAP dalam Etika Profesi (studi terhadap peran faktor-faktor
individual: locus of control, lama pengalaman kerja, gender, dan equity
sensitivity). Perbedaan pertama, responden penelitian Nugrahaningsih
(2005) diambil dari auditor sedangkan pada penelitian ini adalah akuntan
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 4
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
pemerintahan yang disarankan dalam penelitiannya, sehingga akan lebih
akurat dan komprehensif. Setiap faktor-faktor individu yang termasuk
locus of control, lama pengalaman kerja, gender, dan equity sensitivity,
masing-masing akan dibedakan terhadap etika penyusunan laporan
keuangan.
Kedua, penelitian ini mengambil variabel etika penyusunan laporan
keuangan dari penelitian Yulianti (2005) tentang Persepsi Mahasiswa
Akuntansi terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan. Terdapat
beberapa perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian Yulianti
(2005). Perbedaan pertama, pada penelitian Yulianti (2005) menggunakan
mahasiswa sebagai responden, sedangkan pada penelitian ini adalah
aparat pemerintah (PPK SKPD). Kompleksitas pada sektor pemerintahan
mendorong peneliti ingin mengetahui apakah prinsip akuntansi yang
tertera pada Standar Akuntansi Pemerintah dan peraturan-peraturan yang
berlaku telah dijalankan, sehingga penelitian ini mencoba menguji etika
penyusunan laporan keuangan yang dilakukan oleh aparat pemerintah
(PPK SKPD). Penelitian Yulianti (2005) menggunakan faktor manajemen
laba, misstate (kecenderungan untuk melakukan salah saji dalam laporan
keuangan), disclosure (pengungkapan laporan keuangan), cost and
benefit, dan responsibility dalam mengukur etika penyusunan laporan
keuangan. Perbedaan kedua pada penelitian ini yaitu, menghilangkan
faktor menajemen laba dalam mengukur etika penyusunan laporan
keuangan karena pada sektor publik atau pemerintahan tidak ada motif
mencari keuntungan (nonprofit motive). Kuisioner yang berhubungan
dengan etika penyusunan laporan keuangan pada penelitian ini
merupakan pengembangan dari penelitian Yulianti (2005). Kalimat dalam
kuisioner mempunyai makna sama dengan penelitian Yulianti (2005),
namun ada perubahan yang disesuaikan dengan keadaan di
pemerintahan.
Ketiga, peneliti juga menggabungkan dengan penelitian Na’im
(1999) tentang Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan
Keuangan : Analisis Empirik Regulasi Informasi di Indonesia. Variabel
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 5
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
ketepatan waktu penyelesaian penyusunan laporan keuangan diambil
juga untuk mengukur etika penyusunan laporan keuangan. Ketepatan
waktu merupakan hal yang penting untuk diuji karena keterlambatan
penyelesaian laporan keuangan SKPD akan menghambat penyusunan
laporan keuangan pemerintah daerah. Informasi laporan keuangan
menjadi tidak relevan jika waktu penyampaian terlambat. Berdasarkan
hasil penelitian di atas, peneliti termotivasi untuk menganalisis
karakteristik pejabat penatausahaan keuangan terhadap etika
penyusunan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Kabupaten Jombang.
Perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : Apakah terdapat perbedaan antara PPK SKPD dengan internal
locus of control dan PPK SKPD dengan external locus of control
terhadap disclosure, cost and benefit, responsibility, misstate, dan
ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan SKPD? Apakah terdapat
perbedaan antara PPK SKPD senior dan PPK SKPD yunior terhadap
disclosure, cost and benefit, responsibility, misstate, dan ketepatan waktu
penyusunan laporan keuangan SKPD? Apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara PPK SKPD pria dan PPK SKPD wanita terhadap
disclosure, cost and benefit, responsibility, misstate, dan ketepatan waktu
penyusunan laporan keuangan SKPD? dan Apakah terdapat perbedaan
signifikan antara PPK SKPD yang termasuk benevolents dan PPK SKPD
yang termasuk entitleds terhadap disclosure, cost and benefit,
responsibility, misstate, dan ketepatan waktu penyusunan laporan
keuangan SKPD?
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kontribusi teoritis
dan kontribusi praktis. Kontribusi teoritis untuk menguatkan penelitian
sebelumnya dan mengembangkan pengetahuan tentang analisis
karakteristik Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD terhadap
etika penyusunan laporan keuangan SKPD. Kontribusi praktis bagi praktisi
akademis yaitu kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini berkenaan
dengan pemahaman dan pengetahuan tentang analisis karakteristik
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 6
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD terhadap etika
penyusunan laporan keuangan SKPD, bagi pihak yang berkepentingan.
Bagi aparat pemerintah yaitu penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi tambahan untuk memperluas wawasan aparat pemerintah
tentang karakter yang harus dimiliki dalam meningkatkan sumber daya
manusia dilingkup pemerintah. Dan bagi peneliti mendayang, dengan
adanya temuan dan keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
II. RERANGKA MODEL PENELITIAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Rerangka Model Penelitian
Peneliti mengajukan model penelitian sebagai berikut, disclosure,
cost and benefit, responsibility, misstate, dan ketepatan waktu
penyusunan laporan keuangan SKPD sebagai variabel yang akan diukur
dan diperbandingkan antara dua kelompok individu (PPK SKPD) yang
memiliki faktor-faktor individual yang berbeda (locus of control, lama
pengalaman kerja, gender, dan equity sensitivity).
Faktor-faktor Individu:
1. Locus of control 2. Lama pengalaman kerja 3. Gender 4. Equity sensitivity
Disclosure, cost and benefit, responsibility, misstate, dan ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan SKPD
Gambar 1. Rerangka Model Penelitian
2.2. Perumusan Hipotesis
Hasil penelitian Reiss dan Mitra (1998) dalam Nugrahaningsih
(2005) menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of control
cenderung lebih tidak menerima tindakan tertentu yang kurang etis,
sedangkan individu dengan external locus of control cenderung lebih
menerima tindakan tertentu yang kurang etis. Berdasarkan teori locus of
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 7
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
control, bahwa perilaku seseorang dalam situasi konflik akan dipengaruhi
oleh karakteristik locus of control-nya. Individu dengan internal locus of
control akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konflik dibanding
dengan individu dengan external locus of control (Muawanah dan
Indriantoro, 2001). Penelitian ini menggabungkan penelitian Yulianti
(2005) tentang etika penyusunan laporan keuangan yang menyatakan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai disclosure, cost and
benefit, responsibility, dan misstate antara mahasiswa baru dan
mahasiswa tingkat akhir. Menambahkan pula variabel dari penelitian
Na’im (1999) yaitu ketepatan waktu laporan keuangan. Berdasarkan
landasan teori tersebut di atas maka peneliti menarik hipotesis dengan
model seperti berikut:
H1: Terdapat perbedaan antara PPK SKPD dengan internal locus of
control dan PPK SKPD dengan external locus of control terhadap
disclosure, cost and benefit, responsibility, misstate, dan ketepatan waktu
penyusunan laporan keuangan SKPD.
Berdasarkan hasil penelitian Nugrahaningsih (2005), dapat
disimpulkan bahwa perilaku etis antara auditor senior dan auditor yunior
akan dipengaruhi oleh lama pengalaman kerja. Variabel pada penelitian
Na’im (1999) yaitu ketepatan waktu laporan keuangan juga digunakan.
Penelitian Yulianti (2005) tentang etika penyusunan laporan keuangan
menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai
disclosure, cost and benefit, responsibility, dan misstate antara
mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat akhir. Oleh sebab itu, peneliti
mencoba mengkaitkannya dengan penelitian ini, namun respondennya
yaitu PPK SKPD. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh pegawai dalam
organisasi berbeda-beda. Hal ini disebabkan setiap pegawai
mempunyai pengalaman dari pekerjaan yang telah diselesaikannya
berulang-ulang. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menarik
hipotesis sebagai berikut:
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 8
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
H2: Terdapat perbedaan antara PPK SKPD senior dan PPK SKPD yunior
terhadap disclosure, cost and benefit, responsibility, misstate, dan
ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan SKPD.
Pengertian jenis kelamin merupakan kodrat yang ditentukan secara
biologis (Trisnaningsih, 2003). Ruegger dan King (dalam Nugrahaningsih,
2005) menemukan bahwa gender merupakan faktor yang signifikan dalam
menentukan perilaku etis dan wanita lebih etis daripada pria dalam
persepsi terhadap situasi etika bisnis. Reiss dan Mitra melakukan
penelitian tentang efek dari perbedaan faktor-faktor individual dalam
kemampuan menerima perilaku etis atau tidak etis. Salah satu hasil
penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih etis dibandingkan pria.
Penelitian Yulianti (2005) membuktikan bahwa karakter individu, dalam hal
ini jenis kelamin hanya memiliki pengaruh pada sikap terhadap
manajemen laba sedangkan faktor-faktor misstate, disclosure,
responsibility tidak terdapat perbedaan signifikan antara pria dengan
wanita. Menambahkan pula variabel dari penelitian Na’im (1999) yaitu
ketepatan waktu laporan keuangan.Berdasarkan hasil penelitian di atas
maka peneliti menarik hipotesis dengan model seperti berikut:
H3: Terdapat perbedaan antara PPK SKPD pria dan PPK SKPD wanita
terhadap disclosure, cost and benefit, responsibility, misstate, dan
ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan SKPD.
Equity berhubungan dengan fairness (keadilan) yang dirasakan
seseoang dibanding orang lain (Sashkin dan Williams dalam Fauzi, 2001).
Equity sensitivity mencoba menjelaskan perbedaan perilaku etis dan tidak
etis yang disebabkan oleh karakteristik individual (Fauzi, 2001). Huseman
(dalam Nugrahaningsih, 2005) menyebutkan pula tiga tipe individual yang
memiliki berbagai tingkat sensitivity to equity, yaitu benevolents, equity
sensitives, dan entitleds. Penelitian Fauzi (2001) menunjukkan bahwa
individu yang termasuk kategori benevolents secara signifikan lebih etis
daripada individu yang termasuk kategori entitleds. Penelitian Yulianti
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 9
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
(2005) tentang etika penyusunan laporan keuangan menyatakan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan mengenai disclosure, cost and benefit,
responsibility, dan misstate antara mahasiswa baru dan mahasiswa
tingkat akhir. Menambahkan variabel dari penelitian Na’im (1999) yaitu
ketepatan waktu laporan keuangan. Berdasarkan landasan teori dan hasil
penelitian tersebut di atas maka peneliti menarik hipotesis seperti berikut:
H4 : Terdapat perbedaan antara PPK SKPD yang termasuk kategori
benevolents dan PPK SKPD yang termasuk entitleds terhadap disclosure,
cost and benefit, responsibility, misstate, dan ketepatan waktu
penyusunan laporan keuangan SKPD.
III. METODA PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan sudut pandang tujuan penelitian, maka penelitian ini
diklasifikasikan sebaga penelitian komparatif. Yaitu membandingkan
antara kelompok internal locus of control dengan external locus of control,
antara lama kerja senior dengan junior, antara jenis kelamin pria dengan
wanita, dan antara benevolents dengan entitleds
3.2. Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan pemahaman yang lebih spesifik terhadap variabel-
variabel penelitian ini, maka variabel tersebut didefinisikan secara
operasional disajikan pada Tabel 1.
3.3. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh orang yang bekerja pada
fungsi akuntansi di Pemerintah Kabupaten Jombang yaitu berjumlah 132
orang. Adapun sampelnya sebanyak 47 orang Pejabat Penatausahaan
Keuangan (PPK) SKPD pemerintah daerah kabupaten Jombang pada
dinas, badan, kantor dan kecamatan. Pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan dengan tehnik purposive sampling. Adapun kriteria
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 10
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
yang digunakan untuk memilih responden adalah sebagai berikut; 1)
Orang yang bekerja pada fungsi akuntansi di Pemerintah Kabupaten
Jombang dan 2) Orang yang bekerja membuat Laporan Keuangan SKPD
(tertera pada Permendagri nomor 13 tahun 2006). Berdasarkan kriteria
sampel di atas, diperoleh distribusi sampel yang ditunjukan dalam tabel 2.
3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengujian instrumen penelitian baik dari segi validitasnya maupun
reliabilitasnya terhadap 47 responden menunjukkan bahwa hasil
instrumen penelitian yang digunakan adalah valid, dimana nilai
korelasinya lebih besar dari 0.3 (Masrun dalam Sugiono, 2002) dan
koefisien keandalannya (Cronbach Alpha) lebih besar dari 0.6 (Sekaran
2003). Untuk selengkapnya hasil uji validitas dan reliabilitas disajikan
Tabel 3.
3.5. Uji Normalitas Teknik uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov
Goodness of Fit Test. Penghitungan uji normalitas distribusi atas untuk
variabel disclosure (X1), cost & benefit (X2), responsibility (X3), misstate
(X4), dan ketepatan waktu (X5) merupakan distribusi normal yang
ditunjukkan oleh nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0.05 sehingga
dilakukan pengujian dengan menggunakan statistik non-parametrik
(Mann-Whitney Test). Untuk selengkapnya lihat Tabel 4.
3.6. Uji Hipotesis Dalam menguji hipotesis digunakan alat uji statistik, yaitu Mann
Whitney U-Test. Uji Mann Whitney U-Test digunakan karena data
penelitian tidak berdistribusi normal. Semua teknik analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS version
15.0 for windows.
Pengambilan keputusan didasarkan pada:
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 11
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
P (Probabilitas)< (taraf signifikansi/α) 0.05 maka Ho ditolak, Ha
diterima
P (Probabilitas) > (taraf signifikansi/ α) 0.05 maka Ho diterima, Ha
ditolak
Atau dapat juga dengan melakukan pembandingan antara -Z hitung dan -Z
tabel dimana:
Jika -Z hitung < -Z tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima
Jika -Z hitung > -Z tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses penelitian ini melibatkan 47 orang sebagai sampel yang
dipilih dalam pengisian kuisioner, dan secara keseluruhan telah menjawab
pertanyaan kuisioner. Sebelum dilakukan analisis data maka akan
dijelaskan deskripsi responden berdasasarkan kusioner yang masuk. Di
Kabupaten Jombang diketahui bahwa usia PPK SKPD berkisar antara 30
tahun sampai dengan 54 tahun . Dari 47 responden lebih dari 50%
responden berusia antara 40 sampai dengan 50 tahun, yang merupakan
usia yang matang untuk melaksanakan tugas.
Jumlah PPK SKPD di Kabupaten Jombang berdasarkan perbedaan
jenis kelaminnya, hampir dapat dikatakan seimbang artinya tidak ada
perbedaan yang menyolok antara pria dan wanita. PPK SKPD yang
berjenis kelamin wanita sebanyak 23 orang atau 49%, sedangkan PPK
SKPD pria sebanyak 24 orang atau 51%. Lama pengalaman kerja ketika
menjadi PPK SKPD dari 47 responden, 30 orang atau 63,8% menyatakan
bahwa bekerja sebagai PPK SKPD lebih dari 2 tahun, sedangkan yang
bekerja menjadi PPK SKPD kurang dari samadengan 2 tahun sebanyak
17 orang atau 36,2%.
4.1. Perbedaan disclosure (X1), cost & benefit (X2), responsibility (X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara internal locus of
control dan external locus of control dengan menggunakan Mann-Whitney Test.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 12
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Pengelompokan data dalam sub bab ini terdiri dari 2 (dua) kelompok,
yaitu internal locus of control dan external locus of control. Hasil uji Mann-
Whitney Test ini secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil ini
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan disclosure (X1) antara
internal locus of control dan external locus of control memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.000 (0.000 < 0.05). Dengan demikian H11a tidak
ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nugrahaningsih (2005) yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan
antara auditor internal locus of control dan auditor external locus of
control. Secara statistik, PPK SKPD internal locus of control cenderung
berperilaku lebih etis daripada PPK SKPD external locus of control. Hal ini
tampak bahwa PPK SKPD dengan internal locus of control lebih sadar
untuk melakukan disclosure dibandingkan PPK SKPD dengan external
locus of control.
Variabel cost & benefit (X2) memiliki nilai probabilitas sebesar
0.000 (0.000 < 0.05). Dengan demikian menunjukkan bahwa H12a tidak
ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nugrahaningsih (2005) yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan
antara internal locus of control dan external locus of control. Jawaban
pertanyaan tentang cost & benefit diukur secara terbalik, artinya sikap
positif ditunjukkan oleh ketidaksetujuan responden. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa PPK SKPD dengan internal locus of control
memandang pengungkapan bukan sebagai beban, melainkan sebagai
suatu keharusan. Oleh karena itu, internal locus of control memandang
biaya yang timbul dari kewajiban pengungkapan informasi adalah sesuatu
hal yang wajar. Jumlah nilai yang semakin tinggi menggambarkan bahwa
PPK SKPD dengan external locus of control menganggap pengungkapan
sebagai beban.
Variabel responsibility (X3) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.000
(. Nilai ini lebih kecil dari 0.05 (0.000 < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
H13a tidak ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nugrahaningsih
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 13
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
(2005) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis yang
signifikan antara internal locus of control dan external locus of control.
Nilai jawaban pertanyaan yang semakin tinggi menunjukkan
kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan responsibility. PPK
SKPD dengan internal locus of control tampak memiliki responsibility yang
lebih tinggi daripada PPK SKPD dengan external locus of control.
Variabel misstate (X4) memiliki memiliki nilai probabilitas sebesar
0.000 (0.000 < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H14a tidak ditolak.
Jumlah nilai yang semakin tinggi menggambarkan kecenderungan yang
lebih rendah untuk melakukan salah saji dalam laporan keuangan
(Yulianti, 2005). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa PPK SKPD
dengan internal locus of control memiliki kecenderungan yang lebih
rendah untuk melakukan salah saji daripada PPK SKPD dengan external
locus of control. Penelitian ini mendukung penelitian Nugrahaningsih
(2005) yang menyatakan bahwa individu dengan internal locus of control
lebih etis daripada individu dengan external locus of control.
Variabel ketepatan waktu (X5) memiliki nilai probabilitas sebesar
0.279 (0.279 < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H15a ditolak artinya.
Menurut Mc. Clelland dalam Liliweri (2004: 217) menyatakan bahwa,
tipologi orang dengan motif prestasi tinggi selalu bekerja keras karena
dimotivasi oleh prestasi dan reward. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara PPK SKPD internal locus of control dan PPK SKPD
dengan external locus of control terhadap ketepatan waktu (X5)
penyusunan laporan keuangan SKPD. Hal ini disebabkan karena
responden hanya berpikir bagaimana cara membuat laporan keuangan
saja dan kurang memperhatikan ketepatan waktu yang berpengaruh
terhadap nilai informasi laporan keuangan yang akan digunakan oleh
instansi. Pola pikir tersebut terjadi pada responden, karena pada sektor
pemerintahan pemberian reward kepada pegawai yang bekerja keras
untuk instansi kurang disosialisasi. Dalam sektor pemerintahan juga tidak
terdapat sanksi jika terlambat dalam penyusunan laporan keuangan.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 14
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
4.2. Perbedaan disclosure (X1), cost & benefit (X2), responsibility
(X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara lama kerja senior dan junior dengan menggunakan Mann-Whitney Test.
Pengelompokan data dalam sub bab ini terdiri dari 2 (dua) kelompok,
yaitu lama kerja senior dan junior. Hasil uji Mann-Whitney Test ini secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 6. Variabel disclosure (X1) memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.817 (0.817 > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
H21a ditolak artinya tidak ada perbedaan yang signifikan disclosure (X1)
antara lama kerja senior dan yunior. Tidak terdapat perbedaan signifikan
tentang disclosure antara PPK SKPD senior dan PPK SKPD yunior karena
masih sama-sama mempelajari peraturan-peraturan yang baru tentang
peningkatan kualitas pelaporan keuangan dan prinsip-prinsip akuntansi.
Meskipun bila dilihat nilai mean rank (jarak rata-rata) tampak terlihat
bahwa disclosure (X1) lama kerja senior lebih rendah (23.68)
dibandingkan yunior (24.56). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Yulianti (2005) yang menyatakan bahwa persepsi antara mahasiswa
tingkat akhir dan mahasiswa baru jurusan akuntansi tidak terdapat
perbedaan untuk melakukan disclosure.
Variabel cost & benefit (X2) memiliki nilai probabilitas sebesar
0.884 (0.884 > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H22a ditolak. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Yulianti (2005) yang menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan signifikan tentang cost & benefit antara
mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat akhir. Pada sektor pemerintahan
tidak terdapat perbedaan signifikan tentang disclosure antara PPK SKPD
senior dan PPK SKPD junior karena masih sama-sama mempelajari
peraturan-peraturan yang baru tentang peningkatan kualitas pelaporan
keuangan dan prinsip-prinsip akuntansi.
Variabel responsibility (X3) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.469
(0.469 > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H23a ditolak artinya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Yulianti (2005) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa baru
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 15
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
dengan mahasiswa tingkat akhir jurusan akuntansi untuk responsibility.
Pada sektor pemerintahan tidak ada perbedaan signifikan antara PPK
SKPD senior dan PPK SKPD yunior karena masing-masing menduduki
posisi dengan melaksanakan tugas, wewenang dan responsibility yang
sama yaitu kepada masyarakat dan pimpinannya.
Variabel misstate (X4) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.848
(0.848 > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H24a ditolak. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian Yulianti (2005) yang menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan signifikan tentang misstate antara mahasiswa baru dan
mahasiswa tingkat akhir. Pada sektor pemerintahan tidak terdapat
perbedaan signifikan tentang misstate antara PPK SKPD senior dan PPK
SKPD yunior karena masing-masing masih mempelajari perubahan
peraturan-peraturan yang mengutamakan prinsip akuntansi.
Variabel ketepatan waktu (X5) memiliki nilai probabilitas sebesar
0.294 (0.294 > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H25a ditolak . Menurut
Mc. Clelland dalam Liliweri (2004: 217) menyatakan bahwa, tipologi orang
dengan motif prestasi tinggi selalu bekerja keras karena dimotivasi oleh
prestasi dan reward. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan
SKPD tidak berjalan dengan semestinya karena pada sektor
pemerintahan reward kurang disosialisasi. Tidak adanya sesuatu yang
dapat dibanggakan oleh PPK SKPD jika dapat menyelesaikan
penyusunan laporan keuangan tepat waktu, sehingga banyak yang
mengesampingkan ketepatan waktu tersebut. Begitu pula tidak adanya
sanksi yang dikenakan pada PPK SKPD yang terlambat menyelesaikan
laporan keuangan SKPD.
4.3. Perbedaan disclosure (X1), cost & benefit (X2), responsibility
(X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara jenis kelamin pria dan wanita dengan menggunakan Mann-Whitney Test.
Pengelompokan data dalam sub bab ini terdiri dari 2 (dua) kelompok,
yaitu jenis kelamin pria dan wanita. Hasil uji Mann-Whitney Test ini secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 7. Semua variabel dalam penelitian ini
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 16
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
yaitu disclosure (X1), cost & benefit (X2), responsibility (X3), misstate (X4),
dan ketepatan waktu (X5) memiliki nilai probabilitas yang lebih besar dari
0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa H31a s.d H35a ditolak artinya tidak
ada perbedaan yang signifikan disclosure (X1), cost & benefit (X2),
responsibility (X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara jenis
kelamin pria dan wanita. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Nugrahaningsih yang menyatakan tidak terdapat perbedaan antara auditor
pria dan auditor wanita dalam berprilaku etis. Penelitian Yulianti (2005)
juga sesuai dengan hasil penelitian ini, yang menyatakan bahwa faktor
disclosure (X1), cost & benefit (X2), responsibility (X3), misstate (X4) tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita. Ketepatan
waktu (X5) penyusunan laporan keuangan juga tidak terdapat perbedaan
signifikan. Perbedaan yang tidak signifikan tersebut menunjukkan bahwa
pada hakikatnya pria dan wanita itu sama, namun perbedaannya adalah
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu ketika menyusun
laporan keuangan.
4.4. Perbedaan disclosure (X1), cost & benefit (X2), responsibility
(X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara benevolents dan entitleds dengan menggunakan Mann-Whitney Test.
Pengelompokan data dalam sub bab ini terdiri dari 2 (dua) kelompok,
yaitu benevolents dan entitleds. Hasil uji Mann-Whitney Test ini secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 8. Variabel disclosure (X1) memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.000 (0.000 < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
H41a tidak ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Nugrahaningsih (2005) yang menyatakan bahwa individu yang termasuk
kategori benevolents cenderung lebih etis daripada individu yang
termasuk kategori entitleds. Tampak bahwa PPK SKPD yang termasuk
benevolents lebih sadar untuk melakukan disclosure dibandingkan PPK
SKPD yang termasuk entitleds.
Variabel cost & benefit (X2) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.000 (0.000 < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H42a tidak ditolak.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 17
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Jawaban pertanyaan tentang cost & benefit diukur secara terbalik, artinya sikap positif ditunjukkan oleh ketidaksetujuan responden. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa PPK SKPD yang termasuk benevolents memandang pengungkapan bukan sebagai beban, melainkan sebagai suatu keharusan. Oleh karena itu, benevolents memandang biaya yang timbul dari kewajiban pengungkapan informasi adalah sesuatu hal yang wajar. Jumlah nilai yang semakin tinggi menggambarkan bahwa PPK SKPD yang termasuk entitleds menganggap pengungkapan sebagai beban.
Variabel responsibility (X3) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.020 (0.020 < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H43a tidak ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nugrahaningsih (2005) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara benevolents dan entitleds. Nilai jawaban pertanyaan yang semakin tinggi menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan responsibility. PPK SKPD yang termasuk benevolents tampak memiliki responsibility yang lebih tinggi daripada PPK SKPD yang termasuk entitleds.
Variabel misstate (X4) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.000 (0.000 < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H44a tidak ditolak. Jumlah nilai yang semakin tinggi menggambarkan kecenderungan yang lebih rendah untuk melakukan salah saji dalam laporan keuangan (Yulianti, 2005). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa PPK SKPD yang termasuk benevolents memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk melakukan salah saji daripada PPK SKPD yang termasuk entitleds. Penelitian ini mendukung penelitian Nugrahaningsih (2005) yang menyatakan bahwa individu dengan yang termasuk benevolents lebih etis daripada individu yang termasuk entitleds.
Variabel ketepatan waktu (X5) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.217 (0.217 > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa H45a ditolak artinya tidak ada perbedaan yang signifikan ketepatan waktu (X5) antara benevolents dan entitleds. Meskipun bila dilihat nilai mean rank (jarak rata-rata) tampak terlihat bahwa ketepatan waktu (X5) benevolents lebih tinggi (27.96) dibandingkan entitleds (22.49). Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan SKPD tidak berjalan dengan semestinya karena pada sektor pemerintahan reward kurang disosialisasi.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 18
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
karakteristik PPK SKPD yang meliputi locus of control, lama pengalaman
kerja, gender, equity sensitivity terhadap etika penyusunan laporan
keuangan SKPD pemerintah kabupaten Jombang. Penelitian ini
dilakukan pada 47 responden yang bekerja sebagai PPK SKPD
Kabupaten Jombang. Hasil pengujian untuk mengetahui perbedaan
masing-masing variabel yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan tentang disclosure (X1), cost &
benefit (X2), responsibility (X3), dan misstate (X4), kecuali ketepatan
waktu (X5) penyusunan laporan keuangan SKPD antara PPK SKPD
dengan internal locus of control dan PPK SKPD dengan external locus
of control. Hasil ini menunjukkan bahwa PPK SKPD internal locus of
control cenderung lebih etis daripada PPK SKPD external locus of
control, namun tidak ada perbedaan diantara keduanya untuk
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Dalam sektor
pemerintahan reward kurang disosialisasi dan tidak terdapat sanksi jika
terlambat dalam penyusunan laporan keuangan. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Nugrahaningsih (2005) yang menyatakan bahwa
internal locus of control cenderung lebih etis daripada external locus of
control.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara PPK SKPD senior
dan PPK SKPD yunior terhadap disclosure (X1), cost & benefit (X2),
responsibility (X3), misstate (X4) dan ketepatan waktu (X5)
penyusunan laporan keuangan SKPD. Hal ini terjadi karena masing-
masing masih mempelajari peraturan yang baru tentang peningkatan
kualitas pelaporan keuangan dan prinsip-prinsip akuntansi. Tidak
adanya perbedaan yang signifikan tersebut sesuai dengan penelitian
Yulianti (2005) yaitu, tidak terdapat perbedaan signifikan antara
mahasiswa tingkat akhir dan mahasiswa baru terhadap disclosure
(X1), cost & benefit (X2), responsibility (X3), misstate (X4). Namun,
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 19
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Nugrahaningsih
(2005) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara
auditor senior dan auditor yunior dalam berprilaku etis.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara PPK SKPD pria dan
PPK SKPD wanita terhadap disclosure (X1), cost & benefit (X2),
responsibility (X3), misstate (X4) dan ketepatan waktu (X5)
penyusunan laporan keuangan SKPD. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian Yulianti (2005) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan
antara pria dan wanita terhadap etika penyusunan laporan keuangan.
Perbedaan yang tidak signifikan tersebut menunjukkan bahwa pada
hakikatnya pria dan wanita itu sama, namun perbedaannya adalah
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu ketika
menyusun laporan keuangan. Hasil ini juga mendukung penelitian
Nugrahaningsih (2005) yang menyatakan tidak ada perbedaan antara
pria dan wanita untuk berprilaku etis.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan tentang disclosure (X1), cost &
benefit (X2), responsibility (X3), dan misstate (X4), kecuali ketepatan
waktu (X5) penyusunan laporan keuangan SKPD antara PPK SKPD
yang termasuk kategori benevolents dan PPK SKPD entitleds. Hasil ini
menunjukkan bahwa PPK SKPD benevolents cenderung lebih etis
daripada PPK SKPD entitleds, namun tidak ada perbedaan diantara
keduanya untuk ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Dalam sektor pemerintahan reward kurang disosialisasi dan tidak
terdapat sanksi jika terlambat dalam penyusunan laporan keuangan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Nugrahaningsih (2005) yang
menyatakan bahwa benevolents cenderung lebih etis daripada
entitleds.
T
5.
5.2. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang tidak
dapat dihindari oleh peneliti. Keterbatasan tersebut tentu saja akan
mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Adapun keterbatasan tersebut
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 20
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
adalah ketidakmampuan peneliti dalam mengontrol subyektifitas dan
faktor-faktor lainnya yang berpengaruh terhadap jawaban yang diberikan
responden. Begitu juga karena waktu penelitian yang singkat maka jumlah
sampel yang digunakan hanya PPK SKPD dan pada satu pemerintah
daerah saja.
5.3. Implikasi Penelitian Dengan beberapa keterbatasan yang ada, implikasi dari penelitian
ini adalah sebagai berikut, 1) tidak hanya menggunakan metode penelitian
kuantitatif, namun dapat menggabungkan dengan metode penelitian
kualitatif dengan wawancara, sehingga dapat menambah argumen-
argumen yang dapat memunculkan karakter yang sebenarnya, 2) Jumlah
sampel diperluas tidak hanya pada PPK SKPD, tetapi juga pada fungsi
akuntansi pemerintah yang lain, sehingga penelitian ini diharap dapat
memberikan hasil yang bisa digeneralisasi secara keseluruhan
Pemerintah Kabupaten Jombang, dan 3) jangka waktu riset dapat
diperpanjang (misalnya selama 1 tahun) dengan jumlah sampel
pemerintah daerah yang lebih besar dan lebih beragam. Perpanjangan
periode penelitian dan penambahan jumlah sampel diharapkan akan
memberikan hasil yang lebih baik dalam proses penyusunan laporan
keuangan.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 21
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Wuryan, 2007, Akuntansi Sektor Publik, Bayumedia, Malang.
Cooper, Donald R dan C. William Emory, 1996, Metode Penelitian Bisnis.
Jilid 1, Erlangga, Jakarta
Dajan, Anto, 1986, Pengantar Metode Statistik, Jilid 1 & 2. LP3ES,
Jakarta.
Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo,1993, Statistik Induktif, BPFE
Yogyakarta.
Fauzi, Achmad, 2001, Pengaruh Perbedaan Faktor-Faktor Individual
terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi. Thesis tidak di
publikasikan. Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Gujarati, D, 1997, Basic Econometrics, 1978, McGraw-Hill, Inc. Sumarno
Zain (penterjemah), Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metode Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 22
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Kartika, Indri dan Provita Wijayanti, 2007, Locus of Control Sebagai
Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku
Disfungsional Audit, (Studi pada auditor pemerintah yang bekerja
pada BPKP di Jawa Tengah dan DIY), Simposum Nasional
Akuntansi X, 26-28 Juli, Makasar.
Keraf, Sony. DR.A, 1998, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant dan Terry D. Warfield, 2002, Akuntansi
Intermediate, Erlangga, Jakarta.
Kuntari,Yeni dan Indra Wijaya Kusuma. 2001, Pengalaman Organisasi,
Evaluasi terhadap Kinerja dan Hasil Karir pada Kantor Akuntan
Publik: Pengujian Pengaruh Gender, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol 16(1), hal 74-8
Kurnia, 2002, Pengaruh Desain Organisasional dan Locus of control
terhadap Perilaku Manipulatif dalam Penetapan Harga Transfer:
Sebuah Eksperimen Semu, Jurnal Akuntansi dan Auditing
Indonesia, Juni, Vol 6 No.1.
Liliweri, Alo, 2004, Wacana Komunikasi Organisasi, Mandar Maju,
Bandung.
Mardiasmo, 2005, Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Martadi, Indiana Farid dan Sri Suranta, 2006, Persepsi Akuntan,
Mahasiswa Akutansi, dan Karyawan Bagian Akutansi Dipandang
dari Segi Gender terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi (Studi Di
Wilayah Surakarta), Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang ,
23-26 Agustus.
Muawanah, umi dan Nur Indriantoro, 2001, Perilaku Auditor dalam Situasi
Konflik Audit: Peran Locus of Control, Komitmen Profesi dan
Kesadaran Etis, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 4 (2), Mei
:133-150.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 23
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Murtanto dan Marini, 2003, Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita
serta Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika Bisnis
dan Etika Profesi Akuntan, Simposium Nasional Akuntansi
Surabaya, 16-17 Oktober.
Na’im, ainun, 1999, Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi Di
Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,Vol. 14, No. 2,
85-100.
Nugrahaningsih, Putri, 2005, Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di
KAP dalam Etika Profesi (Studi terhadap Peran Faktor-Faktor
Individual: Locus of Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender,
dan Equity Sensitivity), Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo,
15-16 September
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 40
Permata Sari, Shinta, 2006, Pengaruh Kapasitas Individu yang
Diinteraksikan dengan Locus of Control terhadap Budgetary Slack.
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus.
Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik,
Cetakan 2. Jakarta: Gramedia.
Sekaran, Uma, 2003, Research Methods for Business: A Skill Building
Approach, Fourth Edition, New York: John Willey&Sons, Inc.
Sugiono, 2002, Metode Penelitian Administrasi, Cetakan Kedelapan.
Alfabeta. Bandung.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 24
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Suwandi dan Nur Indriantoro, 1999, Pengujian Model Turnover Pasewark
dan Strawser : Studi Empiris pada Lingkungan Akuntansi Publik,
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.2 (2), Juli : 173-195.
Trisnaningsih, Sri dan Sri Iswati, 2004, Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat
dari Segi Gender, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 (1),
Januari : 108-123.
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah,
Jakarta
Utami, Wiwik dan Fitri Indriawati, 2006, Muatan Etika dalam Pengajaran
Akuntansi Keuangan dan Dampaknya terhadap Persepsi Etika
Mahasiswa: Studi Eksperimen Semu, Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus.
Yuwono, Sony dkk, 2008, Memahami APBD dan permasalahannya
(Panduan Pengelolaan Keuangan Daerah), Bayumedia, Malang.
Yulianti dan Fitriany, 2005, Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap
Etika Penyusunan Laporan Keuangan, Simposium Nasional
Akuntansi VII Solo, 15-16 September.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 25
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
KUISIONER
SAYA BERHARAP BAPAK/IBU BERKENAN UNTUK MENGISI KUISIONER INI BERDASARKAN KEADAAN YANG SEBENARNYA. KERAHASIAAN TERJAMIN.
A. Isilah keterangan dibawah ini atau beri tanda (centang) pada tempat
yang tersedia sesuai dengan data diri Anda.
Demografi Responden 1. Umur :. . . . . . . . . . Tahun
2. Jenis kelamin : Pria Wanita
3. Berapa lama anda menduduki posisi saat ini?...........Tahun
4. Tingkat Pendidikan
SMU
Diploma (sebutkan D1, D2, D3)
S1
S2
Lain-lain, sebutkan...................
5. Status : Kawin Belum Kawin
Kriteria penilaian: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) tidak pasti, (4) setuju, dan
(5) sangat setuju.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 26
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
NO B.
Etika Penyusunan Laporan Keuangan Berilah tanda silang pada angka yang anda anggap paling tepat untuk mewakili pilihan anda.
SKALA
1. Dibutuhkan pengungkapan Laporan Keuangan lebih lengkap
agar dapat disajikan secara “wajar”
1 2 3 4 5
2. Sisa kas tidak diungkapkan dalam laporan keuangan. 1 2 3 4 5
3. Pengurangan belanja yang sifatnya diskresioner (besarnya
tergantung pada kebijakan dinas seperti pemeliharaan dan
kebersihan) di akhir tahun, harus dilaporkan dalam laporan
keuangan
1
2
3
4
5
4. Anda sangat dibebani dengan keharusan untuk mengikuti
prinsip akuntansi
1 2 3 4 5
5. Anda sangat dibebani keharusan untuk menyajikan laporan
keuangan yang lengkap
1
2
3
4
5
6. Pemendagri 13/2006 dan Standar Akuntansi Pemerintah
mendorong untuk menyajikan informasi lebih banyak
daripada yang dibutuhkan pengguna laporan keuangan
1 2 3 4 5
7. Anda mempunyai tanggung jawab lebih besar kepada kepala
SKPD dibandingkan PPTK (Pejabat Pelaksana Teknik
Kegiatan)
1
2
3
4
5
8. Anda bertanggungjawab atas penyusunan Laporan
Keuangan SKPD untuk kelancaran penyusunan Laporan
Keuangan Daerah sebagai tanggungjawab kepada
masyarakat
1
2
3
4
5
9. Anda harus mengungkapkan berbagai kesalahan dalam
laporan keuangan meskipun merugikan instansi
1
2
3
4
5
10. Pendapatan pegawai selain gaji adalah informasi rahasia
sehingga tidak seharusnya di informasikan kepada publik
1
2
3
4
5
11. Anda tidak akan mengungkapkan informasi di dalam laporan
keuangan jika merugikan instansi
1
2
3
4
5
12. Anda akan memanipulasi data dalam penyusunan laporan
keuangan agar hasilnya menguntungkan instansi
1
2
3
4
5
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 27
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Kriteria penilaian: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) tidak pasti, (4) setuju, dan (5)
sangat setuju.
NO C.
Locus of Control
Berilah tanda silang pada angka yang anda anggap paling tepat untuk mewakili pilihan anda.
SKALA
1. Untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok , koneksi yang
anda miliki lebih penting daripada kemampuan yang anda
punyai.
1
2
3
4
5
2. Bekerja adalah merupakan jatidiri anda 1 2 3 4 5
3. Bila anda tau apa yang anda inginkan dari suatu pekerjaan
maka anda biasa mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan keinginan anda.
1
2
3
4
5
4. Pada umumnya seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaannya bila ia memiliki kemauan .
1
2
3
4
5
5. Bila para pegawai merasa kurang senang terhadap
keputusan yang dibuat oleh pimpinan maka mereka harus
mempertanyakannya.
1
2
3
4
5
6. Pada umumnya untuk mendapatkan pekerjaan yang anda
inginkan tergantung pada nasib.
1
2
3
4
5
7. Besar kecilnya penghasilan (gaji) seseorang sangat
tergantung pada nasib masing-masing.
1
2
3
4
5
8. Pada umumnya orang dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik, jika mereka mau berusaha.
1
2
3
4
5
9. Untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus anda harus
memilliki koneksi
1
2
3
4
5
10. Kenaikan gaji jabatan (promosi) lebih merupakan masalah
nasib bagi seseorang.
1
2
3
4
5
11. Pada umumnya para pimpinan SKPD memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap pegawainya daripada apa yang
mereka bayangkan selama ini.
1
2
3
4
5
12. Kenaikan jabatan (promosi) akan diberikan pada pegawai
yang menunjukkan kinerja yang baik.
1
2
3
4
5
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 28
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
NO C.
Locus of Control
Berilah tanda silang pada angka yang anda anggap SKALA
paling tepat untuk mewakili pilihan anda.
13. Untuk mendapatkan penghasilan yang banyak Anda harus
memiliki koneksi
1
2
3
4
5
14. Untuk menjadi seorang pegawai yang menonjol sangat
tergantung pada nasib.
1
2
3
4
5
15. Seorang yang bekerja dengan baik akan mendapatkan
imbalan yang sesuai.
1
2
3
4
5
16. Perbedaan utama antara orang yang mendapat
penghasilan yang banyak dan orang yang mendapat
penghasilan yang sedikit adalah keberuntungan
1
2
3
4
5
D. Berilah nilai untuk setiap pilihan dalam pernyataan dibawah ini. Setiap
pernyataan mempunyai 2 pilihan dengan total nilai 10. Bagilah nilai
10 tersebut kedalam masing-masing pilihan sesuai dengan porsi
yang paling tepat menurut preferensi anda.
Contoh : 10-0, 9-1, 8-2, .. . . . .2-8, 1-9, 0-10.
# Saya akan memilih patner kerja
. (3) . .untuk keuntungan diri sendiri
. (7) . .untuk keuntungan instansi
Jika dijumlahkan maka nilainya 10
Jika saya bekerja di suatu instansi, maka:
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 29
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
1. Saya akan lebih mementingkan untuk
. . . .membantu orang lain
. . . .berhati-hati untuk kebaikan saya sendiri.
2. Saya akan bekerja dengan giat untuk
. . . .keuntungan instansi
. . . .keuntungan diri saya.
3. Motto hidup saya adalah
. . . .kamu harus memperhatikan dirimu sendiri
. . . .lebih baik memberi daripada menerima
4. Saya akan lebih mementingkan untuk
. . . .mendapatkan sesuatu dari instansi
. . . .memberi sesuatu ke instansi
5. Saya akan lebih peduli tentang
. . . .apa yang saya dapat dari instansi.
. . . .apa yang saya berikan dari instansi.
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01- 30
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Tabel 1. Definisi Variabel
No Variabel Definisi
1 Disclosure, Kecenderungan untuk mengungkapkan
informasi dalam laporan keuangan.
terdiri dari tiga pertanyaan yaitu
pertanyaan nomor 1, 2 dan 3
Yulianti
(2005)
2 Cost and
benefit,
Persepsi mengenai beban untuk
melakukan pengungkapan. terdiri dari
tiga pertanyaan yaitu pertanyaan
nomor 4, 5 dan 6
Yulianti
(2005)
3 Responsibility, Tanggung jawab untuk menyajikan
laporan keuangan. terdiri dari dua
pertanyaan yaitu pada nomor 7 dan 8
Yulianti
(2005)
4 Misstate Kecenderungan untuk melakukan
salah saji. terdiri dari empat
pertanyaan, yang terdapat pada
pertanyaan 9, 10, 11 dan 12
Yulianti
(2005)
5 Locus of
control (LOC)
Cara pandang seseorang terhadap
suatu peristiwa apakah dia dapat atau
tidak dapat mengendalikan peristiwa
yang terjadi padanya. . Perhitungan
internal LOC ditunjukkan oleh nilai
jawaban responden yang lebih besar
dari 3 dan sebaliknya untuk external
LOC diindikasikan oleh nilai jawaban
responden lebih kecil sama dengan 3.
WLCS menggunakan 16 item
pertanyaan dengan 5 poin skala likert
Spector
(1988)
6 Lama
pengalaman
kerja
Jangka waktu (tahun) seorang ketika
bekerja menjadi PPK SKPD
Widiastuti
(2003)
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01- 31
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
7 Gender
Suatu konsep kultural yang berupa
membuat perbedaan (distinction)
dalam hal peran, perilaku, mentalitas,
dan karakteristik emosional antara laki-
laki dengan perempuan. Gender
merupakan variabel dummy dimana
1=laki-laki, 0 wanita
Rahmawati,
2003
8 Equity
Sensitivity
fairness (keadilan) yang dirasakan
seseoang dibanding orang lain.
Seorang individu akan masuk kategori
entitleds apabila nilai < meanscore,
dan kategori benevolents apabila nilai
> meanscor. terdiri dari 5 pertanyaan
dengan nilai ESI berkisar 0-10 untuk
tiap pertanyaan
Huseman
(1985)
Tabel 2. Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Orang yang bekerja pada fungsi
akuntansi di Pemerintah Kabupaten Jombang.
Orang yang tidak bekerja membuat Laporan Keuangan
SKPD (tertera pada Permendagri nomor 13 tahun 2006).
Jumlah responden
132
(85)
47
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 32
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Tabel 3. Hasil Uji Validitas dan reliabilitas
Validitas Variabel
Nome
r Item Korelasi (r) Probabilitas
(p)
Koefisien
Alpha
X11 0.945 0.000
X12 0.378 0.009 Disclosure (X1)
X13 0.760 0.000
0.668
X21 0.999 0.000
X22 0.991 0.000 Cost & benefit (X2)
X23 0.849 0.000
0.880
X31 0.808 0.000 Responsibility (X3)
X32 0.943 0.000 0.653
X41 0.970 0.000
X42 0.924 0.000
X43 0.974 0.000
Misstate (X4)
X44 0.943 0.000
0.952
X51 0.892 0.000 Ketepatan Waktu
(X5) X52 0.959 0.000 0.790
X61 0.318 0.030
X62 0.380 0.008
X63 0.550 0.010
X64 0.370 0.000
X65 0.601 0.000
X66 0.423 0.003
X67 0.527 0.000
X68 0.368 0.011
X69 0.510 0.000
X610 0.527 0.000
X611 0.575 0.000
X612 0.388 0.007
Locus Of Control
(X6)
X613 0.739 0.000
0.750
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 33
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
X614 0.540 0.000
X615 0.409 0.004
X616 0.328 0.024
X71 0.680 0.014
X72 0.578 0.000
X73 0.842 0.000
X74 0.768 0.000
Equity Sensitivity
(X7)
X75 0.412 0.004
0.632
Sumber: Data primer (diolah)
Tabel 4. Uji Normalitas Distribusi
Variabel Positif Negatif K-S Z* 2 tailed
p.**
Disclosure (X1) 0.197 -0.347 2.378 0.000
Cost & Benefit (X2) 0.316 -0.215 2.169 0.000
Responsibility (X3) 0.292 -0.474 3.248 0.000
Misstate (X4) 0.401 -0.246 2.751 0.000
ketepatan Waktu (X5) 0.162 -0.090 2.108 0.000
Sumber data: Data sekunder yang diolah
**2 tailed p. Asymp. Sig. 2-tailed
Tabel 5. Hasil Uji Mann-Whitney Test . Perbedaan disclosure (X1), cost &
benefit (X2), responsibility (X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara internal locus of control dan external locus of control
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 34
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Rata-rata jarak (Mean
Rank) Mann-Whitney
Test
Variabel
Internal external Z hitung Sig.
Disclosure (X1) 27.86 7.72 -4.365 0.000
Cost & Benefit (X2) 20.03 40.78 -4.497 0.000
Responsibility (X3) 27.64 8.61 -5.105 0.000
Misstate (X4) 20.05 40.67 -4.379 0.000
Ketepatan Waktu
(X5) 25.08 19.44
-1.117 0.279
Sumber: Data Primer Diolah
Jumlah data (n) = 47
Nilai Z tabel pada level 5 % dengan jumlah data 47 = 1.960
Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney Test. Perbedaan disclosure (X1), cost &
benefit (X2), responsibility (X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara lama kerja senior dan yunior
Rata-rata jarak (Mean Rank)
Mann-Whitney Test
Variabel
senior yunior Z hitung Sig.
Disclosure (X1) 23.68 24.56 -0.232 0.817
Cost & Benefit (X2) 24.20 23.65 -0.146 0.884
Responsibility (X3) 24.80 22.59 -0.724 0.469
Misstate (X4) 24.27 23.53 -0.191 0.848
Ketepatan Waktu (X5) 22.43 26.76 -1.049 0.294
Sumber: Data Primer Diolah
Jumlah data (n) = 47
Nilai Z tabel pada level 5% dengan jumlah data 47 = 1.960
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 35
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney Test Perbedaan disclosure (X1), cost &
benefit (X2), responsibility (X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara jenis kelamin pria dan wanita
Rata-rata jarak (Mean Rank)
Mann-Whitney Test
Variabel
pria wanita Z hitung Sig.
Disclosure (X1) 24.96 23.00 -0.539 0.590
Cost & Benefit (X2) 22.79 25.26 -0.680 0.497
Responsibility (X3) 24.60 23.37 -0.421 0.674
Misstate (X4) 22.79 25.26 -0.666 0.505
Ketepatan Waktu (X5) 26.33 21.57 -1.201 0.230
Sumber: Data Primer Diolah
Jumlah data (n) = 47
Nilai Z tabel pada level 5 % dengan jumlah data 47 = 1.960
Tabel 8. Hasil Uji Mann-Whitney Test. Perbedaan disclosure (X1), cost &
benefit (X2), responsibility (X3), misstate (X4), dan ketepatan waktu (X5) antara benevolents dan entitleds
Rata-rata jarak (Mean
Rank) Mann-Whitney
Test
Variabel
benevolent
s
entitled
s
Z hitung Sig.
Disclosure (X1) 35.00 19.79 -3.747 0.000
Cost & Benefit (X2) 13.00 28.21 -3.746 0.000
Responsibility (X3) 29.50 21.90 -2.318 0.020
Misstate (X4) 13.38 28.06 -3.544 0.000
Ketepatan Waktu (X5) 27.96 22.49 -1.235 0.217
Sumber: Data Primer Diolah
Jumlah data (n) = 47
Nilai Z tabel pada level 5 % dengan jumlah data 47 = 1.960
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC01 - 36
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 1
FENOMENA ILUSI FISKAL DALAM KINERJA ANGGARAN PEMERINTAH
DAERAH (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Tengah)
Puspa Dewi Ekaristi1
Priyo Hari Adi2
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Abstract
This study aimed to find the tendency the existence of fiscal illusion. Local
governments do manipulations for not maximizing their own revenue(Pendapatan Asli
Daerah) and increasing expenditures, in order to get central government transfer
(Dana Alokasi Umum) in large amount.
The result of this study shows the existence of fiscal illusion after the implementation
of local autonomy. Through income measurement analysis, fiscal illusions exist on
incomes such as local taxation and indirect taxation. While through expenditure
manipulation analysis, fiscal illusions exist on the ratio of national income which is
given by central government to the local government.
Key Words : Autonomy, fiscal illusion, central government transfer,
expenditure manipulation.
1 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Email : [email protected] 2 Staff Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Email : [email protected]
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 2
PENDAHULUAN Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem sentralisasi
menjadi sistem desentralisasi. Bentuk pelaksanaan sistem desentralisasi ditandai
dengan diberlakukannya Otonomi Daerah yang sejalan dengan dikeluarkannya
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
Undang Nomor 25 tahun 1999 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang mengatur tentang Otonomi Daerah dan desentralisasi fiskal
(Adi, 2006)3. Otonomi Daerah mulai dilaksanakan pada awal tahun 2001 dalam
rangka menyelenggarakan urusan pemerintah yang lebih efisien, efektif, dan
bertanggung jawab. Implementasi otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan
berdemokrasi, keadilan, pemerataan dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah serta antar daerah (Sidik dkk, 2002).
Kebijakan otonomi disatu sisi disambut baik oleh sebagian pemerintah daerah
(kabupaten dan kota)4, namun disisi lain justru direspon sebaliknya dikarenakan
belum siapnya daerah memasuki era ini dikarenakan rendahnya kapasitas fiskal
daerah (Adi, 2007 dan Nanga, 2005). Terkait dengan hal itu, pemerintah pusat turut
campur tangan melalui pemberian transfer/bantuan (dana perimbangan) bagi daerah,
yang salah satunya berupa Dana Alokasi Umum (DAU). Transfer antar pemerintah
merupakan fenomena umum yang terjadi di semua negara terlepas dari sistem
pemerintahannya (Kuncoro, 2007). Pemberian dana transfer ini ditujukan untuk
mengatasi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
(disparitas vertikal) dan kesenjangan fiskal antar pemerintah daerah. Daerah
diharapkan mampu mengoptimalkan pengelolaan sumber daya tersebut, sehingga
terjadi peningkatan kapasitas fiskal, ketergantungan terhadap pemerintah pusat
semakin dikurangi dan menjadi semakin lebih mandiri (Sidik dkk, 2002).
Dalam perkembangannya, tingkat kemandirian pemerintah daerah justru tidak
mengalami perkembangan yang berarti, bahkan cenderung mengalami penurunan.
3 Kedua UU ini telah diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 4 Pembahasan selanjutnya dalam artikel, yang dimaksud pemerintah daerah adalah pemerintah kabupaten dan kota.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 3
Penelitian yang dilakukan oleh Susilo dan Adi (2007) dan Setiaji dan Adi (2007)
menunjukkan bahwa tingkat kemandirian daerah dalam era otonomi justru
mengalami penurunan. Pemerintah daerah justru semakin menggantungkan diri pada
DAU daripada mengupayakan peningkatan penerimaan PAD. Penelitian serupa
dilakukan oleh Wibowo (2007) yang menunjukkan terdapat kecenderungan yang
sama dimana dalam komposisi APBD, penerimaan terbesar berasal dari Dana
Alokasi Umum. Penerimaan daerah yang berasal dari Dana Alokasi Umum
menunjukkan jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan
penerimaan yang berasal Pendapatan Asli Daerah berfluktuasi dari tahun ke tahun
bahkan cenderung menurun. Pemerintah daerah cenderung memiliki ketergantungan
yang tinggi terhadap bantuan pemerintah dan menganggarkan peningkatan belanja
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam upaya
meningkatkan PAD.
Fenomena semacam ini oleh Dollery dan Worthington (1999) diindikasikan sebagai
Ilusi Fiskal (fiscal illusion). Logikanya setiap penerimaan pemerintah harus
berdampak terhadap besaran pengeluaran., dan pada gilirannya semakin besar
pengeluaran pemerintah maka pemerintah seharusnya mendapat benefit dengan
meningkatnya penerimaan pemerintah di masa mendatang, misal meningkatnya
kontribusi pajak masyarakat. Artinya terdapat hubungan yang simetris antara sisi
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Apabila kenyataan yang terjadi sebaliknya
(terjadi hubungan yang asimetris) maka dapat dikatakan terjadi ilusi fiskal,
dikarenakan pemerintah pusat ataupun masyarakat ‘tidak menyadari’ bahwa mereka
memberikan kontribusi (baik dana transfer maupun pajak/retribusi daerah) yang
lebih besar dari yang sebenarnya dibutuhkan oleh pemerintah daerah.
Deteksi terhadap ilusi fiskal dapat dilakukan melalui berbagai cara, dua diantaranya
adalah melalui pengukuran pendapatan (revenue enhancement) (Bergstrom dkk,
1973; Dollery dan Worthington, 1999) dan melalui pengukuran dengan memanipulasi
belanja (expenditure manipulation). Melalui pengukuran pendapatan, belanja daerah
pada dasarnya merupakan fungsi dari penerimaan daerah. Belanja merupakan
variabel terikat yang besarannya akan sangat bergantung pada sumber-sumber
pembiayaan daerah, baik yang berasal dari penerimaan sendiri maupun dari transfer
pemerintah pusat. Pertambahan besarnya komponen penerimaan seharusnya
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 4
mempunyai hubungan yang positif, bila terjadi hal yang sebaliknya, maka
diindikasikan terjadi ilusi fiskal.
Sedangkan pengukuran dengan memanipulasi belanja, deteksi terjadinya ilusi fiskal
dilakukan dengan melihat peran/kontribusi masing-masing komponen penerimaan
terhadap peningkatan anggaran sendiri (dhi PAD). Komponen belanja dimanipulasi
(dihilangkan), sehingga diasumsikan sama (citeris paribus) dengan besarnya
penerimaan daerah itu sendiri. Semakin besar penerimaan daerah maka besaran
penerimaan sendiri seharusnya juga menjadi semakin besar. Ghamkar dan Oates
(1996) memberikan fakta empirik bahwa pemberian transfer mendorong peningkatan
pendapatan sendiri (identik dengan PAD). Pemberian transfer menyebabkan
naiknya belanja layanan publik yang pada gilirannya memberikan dampak terhadap
pendapatan sendiri.
Realitas menunjukkan adanya respon asimetris pemberikan transfer (dhi DAU)
terhadap PAD (Kuncoro, 2007). Hal ini memberikan indikasi terjadinya ilusi fiskal.
Merupakan sebuah ilusi dikarenakan peningkatan penerimaan daerah yang tinggi
(dikarenakan mendapat DAU yang besar) untuk membiayai kebutuhan belanja
daerah yang juga semakin tinggi, ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan
kapasitas fiskal daerah yang signifikan (yang ditunjukkan dengan meningkatnya
PAD).
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah dalam pelaksanaan otonomi
daerah ini terjadi perilaku negatif daerah sebagaimana dipaparkan. Apakah terjadi
kecenderungan ilusi fiskal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah
diberlakukannya Otonomi Daerah melalui pengukuran pendapatan maupun melalui
pengukuran dengan memanipulasi belanja daerah ?
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Fenomena Ilusi Fiskal Teori mengenai ilusi fiskal pertama kali dikemukakan oleh seorang ekonom Italia
yang bernama Amilcare Puviani (anonim). Amilcare Puviani menggambarkan ilusi
fiskal terjadi saat pembuat keputusan yang memiliki kewenangan dalam institusi
menciptakan illusi dalam penyusunan keuangan yang mampu merubah perilaku
keuangan. Mueller (1989) sebagaimana dikutip oleh Dollery dan Worthington (1999)
memberikan pengertian definisi ilusi fiskal kontemporer sebagai berikut :
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 5
To bring about an increase in government size, for which citizens are not
willing to pay voluntary, the legislative – executive entites must increase
citizens tax burdens in such a way that citizens are unaware that they are
paying more taxes ..... if tax burdens can be disguished in this way, citizens
have the illusion that the government is smaller than it actually is and
government can grow beyond the levels citizens prefer
Definisi ini mengindikasikan bahwa pemerintah akan melakukan rekayasa terhadap
laporan keuangan sedemikian rupa, sehingga mampu mengarahkan pihak lain pada
persepsi (penilaian) maupun pada tindakan (perilaku) tertentu5. Ilusi fiskal dapat
dideteksi baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluaran. Apabila terdapat
respon yang asimetris terkait dengan penerimaan maupun pengeluaran maka dapat
diindikasikan terjadi ilusi fiskal. Berkaitan dengan hal itu Dollery dan Worthington
(1996) memberikan pengertian lebih mendasar tentang ilusi fiskal sebagai berikut
The concept of fiscal revolves around the proposition that the true cost and
benefit of government may be consistenly misconstrued by the citizenry of a
given fiscal juridictions. ........ The empirical analysis of fiscal illusion has been
directed almost exclusively at revenue side of fiscal equation with corresponding
neglect benefit of public sector activity.
Pendapat yang disampaikan kedua peneliti ini menegaskan bahwa berbagai
penerimaan harus memberikan benefit adanya peningkatan aktivitas layanan yang
pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah itu sendiri. Bila
realitas yang terjadi justru berlawanan maka dapat diindikasikan terjadi ilusi fiskal.
Ilusi fiskal ini terjadi karena asimetri informasi (Hewitt, 1989; Kuncoro, 2007).
Pemerintah pusat tidak memahami sepenuhnya kapasitas fiskal daerah dan situasi
seperti ini justru dimanfaatkan daerah untuk meningkatkan kebutuhan fiskalnya
(meningkatkan belanja) dalam rangka untuk memperoleh dana transfer yang besar
(khususnya DAU).
5 Dalam konteks otonomi daerah, pemerintah daerah melakukan rekayasa terhadap anggaran agar mampu mendorong masyarakat untuk memberikan kontribusi lebih besar dalam hal membayar pajak ataupun retribusi, dan juga mendorong pemerintah pusat untuk mengalokasikan dana perimbangan (khususnya DAU) dalam jumlah yang lebih besar. Upaya yang dilakukan dapat berupa perubahan struktur/ pola belanja, maupun menambah jumlah belanja daerah secara signifikan. Kebutuhan fiskal daerah mengalami kenaikan, daerah mempunyai legitimasi (baca : alasan) untuk menaikkan target penerimaan pajak/retribusi, baik melalui peningkatan tarif ataupun mengeluarkan jenis pajak/retribusi baru
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 6
Logan (1986) menjelaskan tujuan pemberian bantuan transfer untuk meningkatkan
pendapatan, sehingga dalam periode mendatang dapat mengurangi transfer. Hal ini
berarti pemberian transfer seyogyanya mampu mendorong daerah untuk lebih kreatif
dan inovatif dalam pembelajaan daerah sehingga berdampak pada peningkatan
kemandirian daerah (dalam konteks Indonesia, transfer dapat diidentikkan dengan
DAU dan kemandirian daerah ditunjukkan dengan PAD)
Pendapatan Asli Daerah idealnya menjadi sumber utama pendapatan lokal. Sumber
pendapatan lain relatif fluktuatif dan cenderung di luar kontrol (kewenangan)
pemerintah daerah (Sidik, 2002; Bappenas, 2003; Adi, 2006). Pada tahun 2001
terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari 6,95% menjadi 7,33%, namun
kontribusi PAD masih sangat kecil bila dibandingkan dengan transfer DAU yaitu
sebesar 79,14% (Biro Pusat Statistik, 2004; Adi, 2006). Hal tersebut menjadi indikasi
terjadinya ilusi fiskal dalam pemerintah daerah, dimana terdapat kecenderungan
pemerintah daerah tidak berupaya mengoptimalkan PAD, sebagai salah satu cara
agar mendapatkan DAU dalam jumlah yang tetap bahkan dapat meningkat
jumlahnya.
Scholar dalam Picur (2003) mengembangkan lima konsep yang untuk mengetahui
adanya Ilusi Fiskal yaitu kenaikan pendapatan (revenue enchancement), manipulasi
pengeluaran (expenditure manipulation), pengakuan kewajiban (liability recognition),
pemanfaatan hutang (debt utilization), serta penganggaran dan laporan keuangan
(budgeting and financial reporting practices). Pengukuran adanya ilusi fiskal di
Indonesia tidak dapat menggunakan pengakuan kewajiban (liability recognition)
maupun pemanfaatan hutang (debt utilization) karena tidak semua pemerintah
daerah memiliki hutang kepada pihak lain. Demikian halnya pengukuran dengan
menggunakan laporan keuangan tidak dapat dilakukan, mengingat tidak semua
daerah mempublikasikan laporan keuangan. Jadi penelitian ini hanya memfokuskan
pada pengukuran ilusi fiskal dengan Pengukuran Pendapatan (Revenue
Enchancement) dan Manipulasi Belanja (Expenditure Manipulation).
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 7
Deteksi Ilusi Fiskal dengan Pengukuran Pendapatan (Revenue Enchancement) Secara umum (menurut APBD), penerimaan daerah bersumber dari Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Tujuan dari pemberian dana perimbangan yang
berupa Dana Alokasi Umum adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar
pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh
negeri (Simanjuntak, 2002; Sidik dkk 2002; Maimunah, 2006). Dengan peningkatan
standar pelayanan publik, diharapkan PAD juga mengalami peningkatan. DAU yang
besar diharapkan dapat memaksimalkan kinerja pemerintah daerah dalam
meningkatkan PAD baik yang berupa pajak maupun retribusi.
Dollery dan Worthington (1996) mengindikasikan adanya keuntungan yang didapat
pemerintah daerah dengan melakukan ilusi fiskal melalui peningkatan belanja dan
penurunan pendapatan pajak. Oleh karena itu, pemerintah daerah akan
mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat yang lebih besar. Pengukuran
peningkatan belanja dilakukan dengan membandingkan antara anggaran dan
realisasi anggaran DAU, untuk melihat kesesuaian alokasi DAU dengan kebutuhan
daerah.
Untuk melihat adanya indikasi ilusi fiskal dalam anggaran belanja dan untuk
mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya ilusi fiskal, dapat dilakukan
dengan menganalisis pertumbuhan realisasi belanja daerah dibandingkan dengan
realisasi PAD. Pemerintah pusat dapat mengetahui seberapa efektif dana bantuan
yang diberikan untuk meningkatkan PAD, bila dibandingkan dengan belanja daerah.
Penelitian terkait ole Holtz-Eakin dkk (1985) menunjukkan adanya keterkaitan yang
sangat erat antara transfer pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah.
Berbagai kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek lebih ditentukan oleh
transfer yang diterima oleh pemerintah pusat. Idealnya semua komponen
penerimaan daerah mempunyai korelasi yang positif terhadap besarnya belanja
daerah. Peningkatan belanja daerah diharapkan memprioritaskan aspek pelayanan
publik, sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan (peningkatan pertumbuhan
ekonomi) dan pada gilirannya terjadi peningkatan kontribusi pajak maupun retribusi
dari masyarakat
Gemmel dkk (1998) menunjukkan naiknya anggaran belanja daerah sebagai upaya
untuk mendapatkan jumlah transfer yang besar. Diamond (1989) dan Ashworth
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 8
(1995) dalam Gemmel dkk (1998) menemukan terjadinya ilusi fiskal melalui adanya
hubungan yang negatif antara pengeluaran pemerintah dengan pajak tidak langsung
dan rasio pengeluaran yang digunakan untuk belanja.
Deteksi Ilusi Fiskal dengan Memanipulasi Belanja (Expenditure Manipulation) Ilusi fiskal dapat muncul sebagai dampak adanya kepentingan pemerintah daerah
untuk semakin meningkatkan bantuan dari pemerintah pusat dengan cara
meningkatkan anggaran belanjanya, tetapi disisi lain pemerintah daerah tidak
mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki (yang salah satunya diindikasikan dengan
tidak adanya peningkatan PAD yang signifikan). Dalam era otonomi seharusnya
terjadi peningkatan kemandirian daerah, yang ditunjukkan dengan kontribusi PAD
terhadap pembiayaan daerah. Kenyataan menunjukkan justru terjadi penurunan
peran PAD (Setiaji dan Adi, 2007; Susilo dan Adi, 2007).
Nanga (2005) memberikan argumentasi bahwa kebijakan pemberian DAU justru
menimbulkan kemalasan fiskal daerah. Hal ini disebabkan daerah akan
mendapatkan pemberian DAU yang lebih kecil apabila mengalami kinerja fiskal yang
lebih baik (yang ditandai dengan meningkatnya kontribusi PAD). Daerah tentu saja
lebih memilih mengupayakan perolehan DAU yang lebih besar, yang merupakan
dana hibah daripada bekerja ekstra keras agar terjadi peningkatan PAD yang
signifikan dan mendapatkan pengurangan DAU.
Studi yang dilakukan Picur (2003) di Kanada menunjukkan adanya pemisahan pajak
pemerintah federal dengan belanja pemerintah daerah (state/negara bagian) yang
dapat menimbulkan persepsi mengenai pengurangan pajak dan belanja pemerintah
yang lebih tinggi. Dengan adanya pemisahan pajak pemerintah federal dengan
belanja pemerintah daerah, maka dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya ilusi
fiskal dengan meningkatkan pendapatan dan mengurangi belanja. Dollery dan
Worthington (1995) menyatakan bahwa bila transfer pemerintah pusat memiliki
korelasi negatif dengan pendapatan sendiri, maka dapat dikatakan terjadi ilusi fiskal.
Penerima transfer terindikasi tidak optimal dalam mengalokasi belanja yang dapat
mendorong kemauan publik untuk membayar pajak (willingness to pay)
Wagner (1976) memberikan gambaran mengenai ilusi fiskal ke dalam sebuah model
diagram (Dollery dan Worthington, 1996). Model tersebut menjelaskan bahwa
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 9
pemerintah daerah menyusun anggaran pendapatan pajak yang lebih rendah
daripada realisasi penerimaan pajak yang dapat diperoleh. Sehingga dapat terjadi
ilusi fiskal dimana pemerintah pusat mengalokasikan Dana Alokasi Umum untuk
memenuhi kebutuhan belanja yang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah. Hal
tersebut menyebabkan adanya kelebihan penerimaan pajak dari yang dianggarkan
oleh pemerintah daerah (kesalahan penafsiran penerimaan pajak) dan pemerintah
pusat mengalokasikan Dana Alokasi Umum yang lebih besar dari yang dibutuhkan
pemerintah daerah.
Hasil penelitian dari Gemmel dkk (1998) juga menunjukkan hasil yang sama; yaitu
terjadi peningkatan transfer pemerintah pusat yang signifikan, namun disisi lain tidak
diimbangi dengan penerimaan pendapatan sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh
Logan (1986) menunjukkan adanya asimetri informasi, pemerintah daerah
mendapatkan keuntungan dari persepsi yang muncul bahwa penggunaan bantuan
pemerintah untuk peningkatan pelayanan pajak demi meningkatkan PAD.
Semakin meningkatnya peran DAU dalam pembiayaan sebagaimana temuan Setiaji
dan Adi (2007), serta Susilo dan Adi (2007) memberikan indikasi telah terjadi ilusi
fiskal. Tujuan otonomi daerah untuk meningkatkan kemandirian daerah ternyata
belum dapat terwujud sampai dengan saat ini.
METODE PENELITIAN Jenis Data dan Sumber Data Adapun jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
mengenai, yaitu data APBD, data angkatan kerja, pengangguran, PDRB kabupaten
dan kota Kabupaten dan Kota se Jawa-Tengah untuk kurun waktu 1999 – 2000
(sebelum otonomi) dan kurun 2001 – 2004 (setelah otonomi daerah), Sumber data
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Data sebelum otonomi digunakan
sebagai pembanding
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 10
Alat Analisis Ilusi fiskal dengan Pengukuran Pendapatan (Revenue Enchancement) Deteksi terhadap ilusi fiskal dengan pengukuran pendapatan diambil dari model yang
digunakan oleh Borcherding dan Deacon (1972) dalam Gemmel dkk(1998). Adapun
model ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
uLHVDNPYaG r ++++++++= lnlnlnlnlnlnlnlnln 321
dimana:
G = Pengeluaran Pemerintah
Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
= rPnDaerahPengeluara
PDRB
= Jumlah Penduduk N
D = nDaerahPengeluaraDaerahPenerimaan
V = Pajak Tidak Langsung.
H = Herfindahl Concentration Taxes
Herfindahl Concentration Taxes (HTC) terdiri dari beberapa kategori pajak yang
bervariasi seperti: pajak sektor personal, pajak perusahaan, peneriman pajak bukan
dari penduduk dan beberapa pajak dengan kriteria khusus. Dalam penelitian ini
variabel HTC dimodifikasi dengan retribusi daerah mengingat, retribusi daerah ini
merupakan komponen terbesar PAD, selain pajak daerah (lihat Adi, 2005)
L = Pajak Daerah
Jika dalam pengukurannya terdapat variabel penerimaan yang mengalami defisit
maka terindikasi adanya ilusi fiskal. Jadi harus ada hubungan yang positif antara
variabel penerimaan dan variabel pengeluaran (Gemmel dkk, 1998). Dalam
penelitian ini hipotesis diterima jika ada hubungan yang terindikasi ada hubungan
negatif antara variabel bebas dengan variabel terikat.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 11
Ilusi fiskal dengan Memanipulasi Belanja (Expenditure Manipulation)
Pengukuran manipulasi belanja (Expenditure Manipulation) menurut Dollery (1995)
dinyatakan dengan formulasi sebagai berikut :
t
tttt
vUnPgnPgnYPgnnnEg
+++++=
41)'/1(1)'/(Pr'1)'/1(1111 320
δδδδδ
dimana:
Eg = Anggaran Pendapatan Asli Daerah (periode t)
'Pg = Anggaran Dana Alokasi Umum (periode t)
Y = Penerimaan Daerah (periode t)
Pr' = Realisasi Dana Alokasi Umum (periode t)
Rr = Realisasi Pendapatan Asli Daerah (periode t)
U = Pengangguran (periode t)
YPg )'/1( = Rasio dari pendapatan nasional yang diberikan
pemerintah pusat bagi pemerintah daerah
)'/(Pr' Pg = Persepsi Relatif dari pemerintah pusat dan pemerintah
daerah (periode t)
)'/1( Pg = Kepentingan relatif dari Dana Alokasi Umum terhadap
belanja pemerintah daerah (periode t)
Penelitian yang dilakukan oleh Dollery dan Worthington (1995) menyatakan
bahwa variabel (1/Pg)Y, (Pr/Pg) serta (1/Pg) harus memiliki hubungan negatif agar
tidak terindikasi adanya ilusi fiskal. Sedangkan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Logan and Hammes and Wills (Dollery, 1995) menunjukkan variabel U
harus memiliki hubungan yang positif agar tidak terindikasi adanya ilusi fiskal karena
tingkat pengangguran merupakan variasi dari pengeluaran pemerintah.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Ilusi Fiskal dengan Pengukuran Pendapatan Statistik Diskriptif
Data perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata setiap variabel pengukuran
pendapatan setelah otonomi daerah secara keseluruhan lebih besar bila
dibandingkan dengan sebelum otonomi daerah. Tabel 1 menunjukkan penerimaan
pemerintah dari pajak daerah, pajak tidak langsung, dan retribusi daerah setelah
otonomi daerah mengalami peningkatan yang cukup besar. Peningkatan pajak tidak
langsung sebesar 96%, Retribusi daerah sebesar 137%, dan Pajak daerah sebesar
136%. Namun terjadi penurunan rasio pendapatan yang digunakan untuk belanja
sebesar 7%. Dari analisis pembiayaannya, setelah diberlakukannya otonomi daerah
ternyata daerah belum mampu memenuhi kebutuhan belanjanya dengan pendapatan
yang diperoleh yang ditunjukkan dengan penurunan rasio pendapatan yang
digunakan untuk belanja.
Tabel 1 : Statistik Deskriptif Variabel Pengukuran Pendapatan
Sebelum
Otonomi
Daerah
Setelah
Otonomi
Daerah Perubahan
Rerata 93.805 308.601 229%
Minimum 13.124 74.547 468%
Maksimum 203.985 663.888 226%
G (Pengeluaran
Pemerintah)
dalam jutaan rupiah
Deviasi
Standar 41.112 102.691 150%
Rerata 1.171.462 13.357.132 1.040%
Minimum 245.601 263.644 7%
Maksimum 6.521.550 8.423.945 29%
Y (Produk Domestik
Regional Bruto/
PDRB)
dalam jutaan rupiah Deviasi
Standar 1.220.939 1.451.238 19%
Rerata 0,044 0,101 130%
Minimum 0,007 0,012 71%
Maksimum 0,077 0,209 171%
Pr (Rasio
kemampuan
PDRB untuk
memenuhi Deviasi 0,016 0,041 156%
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 13
Pengeluaran) Standar
Rerata 906.471,06 930.386,67 3%
Minimum 116.800 489.368 76%
Maksimum 1.784.094 2.341.730 24%
N ( Jumlah
Penduduk)
Deviasi
Standar 384.871,95 354.319,73 -9%
Rerata 116,798 108,621 -7%
Minimum 15,977 49,189 208%
Maksimum 575,084 201,263 -65%
D (Rasio dari
Pendapatan yang
digunakan untuk
Belanja) Deviasi
Standar 75,022 18,448 -75%
Rerata 588.575 1.155.481 96%
Minimum 17.500 13.153 -24%
Maksimum 12.180.309 28.327.000 133%
V (Pajak Tidak
Langsung) dalam
ribuan rupiah
Deviasi
Standar 1.965.149 4.084.256 108%
Rerata 5.780 13.704 137%
Minimum 1.203 2.744 128%
Maksimum 13.781 47.353 244%
H (Retribusi Daerah)
dalam jutaan rupiah
Deviasi
Standar 2.607 7.569 190%
Rerata 3.665 8.639 136%
Minimum 864 639 -26%
Maksimum 29.312 94.174 221%
L (Pajak Daerah)
dalam jutaan rupiah
Deviasi
Standar 5.293 12.514 136%
Sumber: data sekunder yang diolah
Realitas ini menunjukkan bahwa ada ketidaksesuaian pengalokasian Dana Alokasi
Umum dengan kebutuhan daerah yang terlihat pada peningkatan pendapatan yang
diiringi dengan peningkatan DAU. Sehingga ada indikasi ketergantungan pemerintah
daerah terhadap bantuan dari pemerintah pusat, walaupun pemerintah daerah telah
mampu meningkatkan pendapatannya.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 14
Hasil Analisis Hasil pengujian menunjukkan bahwa data variabel pengukuran pendapatan
memenuhi berbagai kriteria pengujian asumsi klasik, yaitu data berdistribusi normal,
tidak terjadi masalah multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi dan data bebas dari
masalah heterokedastisitas (lihat lampiran 1). Dengan demikian data ini layak untuk
diuji dengan menggunakan pendekatan parametrik multivariat.
Analisis statistik dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan hasil
penghitungan sebagai berikut :
Tabel 2 : Analisis Statistik dengan Regresi Berganda untuk Mendeteksi Ilusi Fiskal dengan Pengukuran Pendapatan
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Durbin-
Watson
1 0,963(a) 0,928 0,924 0,102435 1,642
Unstandardize
d Coefficients Mode
l
B
Std.
Error
t Sig. Kesimpulan
1 (Constant
) 7,799 0,923 8,448 0,000
lnY 0,555 0,050 11,199 0,000 tidak terjadi ilusi fiskal
lnPr 0,565 0,041 13,769 0,000 tidak terjadi ilusi fiskal
lnN 0,114 0,028 4,077 0,000 tidak terjadi ilusi fiskal
lnD -0,382 0,062 -6,200 0,000 terjadi ilusi fiskal lnV -0,055 0,010 -5,385 0,000 terjadi ilusi fiskal lnH 0,127 0,021 6,031 0,000 tidak terjadi ilusi fiskal
lnL 0,132 0,024 5,492 0,000 tidak terjadi ilusi fiskal
Sumber : data sekunder yang diolah
Hasil nilai F tabel adalah 2,01. Karena Probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05
maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi pengeluaran pemerintah.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 15
Angka Adjusted R Square adalah 0,924 menunjukkan 92,4% pengeluaran
pemerintah dapat dijelaskan oleh variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Seberapa besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat memenuhi
Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Penduduk, Rasio dari Pendapatan yang digunakan
untuk Belanja, Pajak Tidak Langsung, Retribusi Daerah, serta Pajak Daerah.
Sedangkan 7,6% dijelaskan oleh variabel yang lain. Standar error of the Estimate
(0,1024) lebih kecil daripada Std Deviation Pengeluaran Pemerintah (0,371), maka
model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor pengeluaran
pemerintah daripada rata-rata pengeluaran pemerintah itu sendiri. Peran seluruh
variabel sangat berpengaruh mengingat bahwa variabel itu merupakan sumber
pendanaan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB, Rasio kemampuan PDRB untuk
memenuhi Pengeluaran, Jumlah Penduduk, Pajak Daerah, serta Retribusi Daerah,
memiliki hubungan yang positif dengan pengeluaran pemerintah. Hal tersebut berarti
ada korelasi antara variabel tersebut dengan pengeluaran pemerintah. Sedangkan
Rasio dari Pendapatan yang digunakan untuk Belanja dan Pajak Tidak Langsung
memiliki hubungan yang negatif, yang berarti tidak ada korelasi antara variabel
tersebut dengan pengeluaran pemerintah. Keseluruhan variabel memiliki pengaruh
signifikan karena nilai signifikansinya ≤ (lebih kecil atau sama dengan) 0,05 .
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi ilusi fiskal setelah
diberlakukannya otonomi daerah. Karena ada variabel yang memiliki korelasi yang
negatif dengan pengeluaran pemerintah, dengan nilai yang signifikan. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan temuan Holtz –Eakin dkk (1985) yang
menunjukkan adanya keterikatan yang erat antara transfer pemerintah pusat dengan
belanja daerah. Realitas menunjukkan sebaliknya , bahwa pemerintah daerah tidak
optimal dalam melakukan alokasi belanja untuk penerimaan DAU.
Hal ini sejalan dengan teori yang telah dikemukakan oleh Gemmel dkk (1998) yang
menyatakan bahwa jika terdapat variabel yang memiliki hubungan yang negatif
pengeluaran pemerintah maka terindikasi adanya ilusi fiskal. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diamond (1989) dan Ashworth (1995)
dalam Gemmel dkk (1998) yang menemukan terjadinya ilusi fiskal melalui adanya
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 16
hubungan yang negatif antara pengeluaran pemerintah dengan pajak tidak langsung
dan rasio penerimaan yang digunakan untuk belanja.
Ilusi Fiskal dengan Memanipulasi Belanja Statistik Diskriptif
Pengukuran manipulasi belanja (Expenditure Manipulation) ini memberikan
gambaran tingkat kesesuaian antara bantuan pemerintah pusat untuk memenuhi
kebutuhan belanja dengan kemampuan daerah dalam memaksimalkan PAD.
Tabel 3 : Statistik Diskriptif Variabel Manipulasi Belanja
Sebelum Otonomi Daerah
Setelah Otonomi Daerah Perubahan
Rerata 10.209 27.581 170%Minimum 3.414 8.138 138%Maksimum 53.335 148.708 179%
Egt (Anggaran Pendapatan Asli Daerah) dalam jutaan rupiah Deviasi
Standar 8.334 19.550 135%Rerata 5,989 1,381 -77%Minimum 1,04 0,965 -7%Maksimum 16,917 2,255 -87%
(1/Pg)Y (Rasio dari pendapatan yang diberikan kepada Pemerintah daerah) Deviasi
Standar 2,218 0,168 -92%Rerata 0,97919 0,999 2%Minimum 0,239 0,851 256%Maksimum 9,05 1,081 -88%
(Pr/Pg) (Persepsi relatif dari Pemerintah pusat kepada Pemerintah daerah)
Deviasi Standar 0,996 0,0344 -97%Rerata 6,721 x 10-11 0,434 x 10-11 -94%Minimum 2 x 10-11 0,3 x 10-11 -85%Maksimum 15,6 x 10-11 1 x 10-11 -93%
(1/Pg) (Kepentingan relatif dari DAU terhadap belanja Pemerintah daerah) Deviasi
Standar 2,6343 x 10-11 0,1597 x 10-11 -94%Rerata 21.501,81 27.515,37 28%Minimum 2.891 5.539 92%
U (Pengangguran)
Maksimum 63.037 82.503 31% Deviasi
Standar 13.810,03 16.841,02 22%Sumber: data sekunder yang diolah
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 17
Setelah otonomi daerah terjadi peningkatan yang cukup besar pada anggaran
Pendapatan Asli Daerah sebesar 170%. Data perhitungan menunjukkan bahwa ada
penurunan (1/Pg)Y (rasio pendapatan yang diberikan kepada pemerintah daerah)
setelah otonomi sebesar 77%, yang menunjukkan bahwa kebutuhan Dana Alokasi
Umum yang dianggarkan pemerintah daerah meningkat setelah diberlakukannya
otonomi daerah. Hal tersebut berarti Pendapatan Nasional yang dianggarkan untuk
dialokasikan bagi pemerintah daerah juga meningkat.
Selain itu juga terjadi penurunan tingkat kepentingan relatif DAU yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan belanja dari sebesar 94%. Artinya prosentase
penggunaan DAU untuk memenuhi kebutuhan belanja mengalami penurunan,
karena pemerintah daerah mampu memenuhi kebutuhan belanjanya melalui PAD
yang dihasilkan. Terkait dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan
PAD masih tidak mampu memenuhi belanja karena adanya peningkatan belanja,
sehingga perlu adanya bantuan pemerintah pusat yang berupa DAU.
Realitas ini memberikan menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum yang diberikan
pemerintah daerah mampu menjadikan insentif bagi pemerintah daerah dalam
meningkatkan PAD, namun peningkatan PAD tidak mampu mengurangi
ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan dari pemerintah pusat. Karena
pada kenyataannya pemerintah daaerah masih tetap membutuhkan DAU untuk
memenuhi kebutuhan belanja, walaupun telah mengalami peningkatan PAD.
Hasil Analisis
Setelah memenuhi berbagai kriteria asumsi klasik (lihat lampiran 2), kemudian
dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan regresi berganda sebagai mana
tersaji dalam tabel 4. Hasil nilai F tabel adalah 21,807 dengan nilai probabilitas
(0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk
memprediksi Anggaran Pendapatan Asli Daerah. Angka Adusted R Square adalah
0,442 menunjukkan 44,2% Anggaran Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh
variabel Rasio dari pendapatan Rasio dari pendapatan yang diberikan kepada
Pemerintah daerah, Persepsi relatif dari Pemerintah pusat kepada Pemerintah
daerah, Kepentingan relatif dari DAU terhadap belanja Pemerintah daerah, serta
Pengangguran. Sedangkan 55,8% dijelaskan oleh variabel yang lain. Standar error of
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 18
the Estimate (0,3645) lebih kecil daripada Std Deviation Pengeluaran Pemerintah
(0,4880), maka model regresi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor
Anggaran PAD daripada rata-rata Anggaran PAD itu sendiri
Tabel 4 : Analisis Statistik dengan Regresi Berganda untuk Mendeteksi Ilusi Fiskal dengan Memanipulasi Belanja
Mode
l
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regressi
on 11,589 4 2,897
21,80
70,000(a)
Residual 13,419 101 0,133
Total 25,007 105
Unstandardized
Coefficients t Sig.
Model
B
Std.
Error
Kesimpulan
1 (Constant
) -0,847 3,877 -0,219 0,827
ln(1/Pg)Y 2,204 0,346 6,376 0,000 terjadi ilusi fiskal ln(Pr/Pg)
-1,829 1,036 -1,765 0,081tidak terjadi ilusi
fiskal
ln(1/Pg) -0,896 0,166 -5,404 0,000
tidak terjadi ilusi
fiskal
lnU 0,056 0,081 0,687 0,494
tidak terjadi ilusi
fiskal
Sumber : data sekunder (diolah)
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa rasio dari pendapatan yang diberikan
kepada pemerintah daerah dan Pengangguran, memiliki hubungan yang positif
dengan anggaran Pendapatan Asli Daerah. Hal tersebut berarti ada korelasi antara
variabel tersebut dengan Anggaran Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan Persepsi
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 19
relatif dari Pemerintah pusat kepada Pemerintah daerah, dan Kepentingan relatif dari
DAU terhadap belanja Pemerintah daerah memiliki hubungan yang negatif, yang
berarti tidak ada korelasi antara variabel tersebut dengan Anggaran PAD. Hanya
variabel Pengangguran yang tidak memiliki pengaruh signifikan, sedangkan variabel
yang lain memiliki pengaruh yang signifikan karena nilai signifikansi < 0,05.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi ilusi fiskal dalam era
otonomi daerah. Karena variabel rasio dari pendapatan pemerintah (DAU) yang
diberikan kepada Pemerintah daerah ((1/Pg)’Y) memiliki korelasi positif dengan
anggaran PAD dengan nilai yang signifikan. Hal ini sejalan dengan teori yang telah
dikemukakan oleh Dollery dan Worthington (1995) yang menyatakan bahwa jika
terdapat variabel DAU yang memiliki hubungan yang positif dengan Anggaran PAD
maka terindikasi adanya ilusi fiskal . Hasil ini menunjukkan bahwa pemerintah
berupaya memaksimalkan belanja tetapi disisi lain tidak diimbangi dengan
optimalisasi penerimaan PAD. Hal ini bisa jadi memberikan sinyal tidak produktifnya
alokasi sumber pembiyaan yang dibiayai oleh pemerintah pusat ini.
Penelitian ini sejalan dengan studi Picur (2003) yang menunjukkan bahwa
pemerintah sengaja melakukan manipulasi belanja pemerintah untuk menciptakan
ilusi fiskal dan mendapatkan keuntungan dari ilusi itu. Keuntungan yang didapat
berupa alokasi DAU yang tinggi untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah
dalam menghasilkan Pendapatan Asli Daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Logan (1986) juga mengindikasikan hal yang serupa
dimana pemerintah daerah mendapatkan keuntungan dari persepsi yang muncul dari
penggunaan bantuan pemerintah untuk peningkatan pelayanan pajak demi
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari pajak. Temuan penelitian ini juga
konsisten dengan penelitian Dollery dan Worthington (1996) yang mengindikasikan
adanya keuntungan yang didapat pemerintah dengan melakukan ilusi fiskal melalui
peningkatan belanja dan penurunan pendapatan pajak, sehingga bisa memperoleh
transfer dalam jumlah yang lebih besar. Hasil penelitian ini memberikan indikasi
adanya informasi yang asimetris yang diterima oleh pemerintah pusat dari
pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini juga mendukung temuan Setiaji dan Adi (2007), serta Susilo dan
Adi yang menunjukkan tidak adanya perubahan kemandirian daerah dalam era
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 20
otonomi daerah. Daerah justru lebih mengupayakan untuk mendapatkan DAU dalam
jumlah yang besar, namun upaya ini tidak diimbangi dengan pemanfaataan yang
optimal untuk belanja layanan publiiknya
SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN PENELITIAN MENDATANG Simpulan dan Implikasi Penelitian ini membuktikan bahwa adanya ilusi fiskal dalam APBD kabupaten dan
kota se Jawa Tengah. Jadi untuk menentukan seberapa besar Dana Alokasi Umum,
pemerintah pusat perlu memperhatikan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pendapatan dan belanja pemerintah daerah. Dari sisi pendapatan,
ilusi fiskal terdeteksi dari adanya korelasi negatif belanja daerah dengan ratio
pendapatan yang digunakan untuk belanja dan pajak tidak langsung. Hal ini
memberikan indikasi tidak optimalnya pemanfaatan penerimaan daerah, baik yang
berasal dari transfer (DAU) maupun dari penerimaan sendiri (PAD). Daerah
terindikasi berupaya untuk mendapatkan dana transfer dalam jumlah besar dengan
cara meningkatkan jumlah belanja., namun demikian pemanfaatan penerimaan
daerah ini tidak optimal.
Terkait dengan belanja daerah, pemerintah pusat perlu lebih mempertimbangkan
tingkat kebutuhan pemerintah daerah terhadap DAU. Karena hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara ratio pendapatan dan Anggaran
PAD. Hal tersebut berarti pemerintah daerah mengalami peningkatan DAU walaupun
telah mampu meningkatkan PADnya.
Dalam penyusunan APBD termasuk didalamnya Anggaran Dana Alokasi Umum,
pemerintah daerah perlu mengetahui dan mempertimbangkan sektor apa saja yang
perlu dikembangkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya, seberapa
besar belanja daerah, serta kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhan belanja.
Dengan memperhatikan komponen tersebut diharapkan dapat terjadi keseimbangan
dalam penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, sehingga tidak terjadi
kesenjangan fiskal antar daerah, serta pemerintah daerah mampu mewujudkan
kemandirian daerah dan meminimalisasi terjadinya ilusi fiskal
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 21
Keterbatasan dan Penelitian Mendatang Penelitian ini hanya meliputi sampel yang terbatas yaitu pemerintah kabupaten
dan kota se Jawa Tengah sehingga belum dapat digunakan untuk mengindikasikan
adanya kecenderungan ilusi fiskal setelah diberlakukannya otonomi daerah secara
keseluruhan di Indonesia. Penggunaan sampel dengan cakupan wilayah yang lebih
luas diperlukan agar diperoleh daya generalisasi yang lebih luas.
Selain itu, penelitian ini hanya memfokuskan pada pengukuran ilusi dengan
Pengukuran Pendapatan (Revenue Enchancement) dan Manipulasi Belanja
(Expenditure Manipulation). Penggunaan variabel pengukuran ilusi fiskal yang lebih
perlu dilakukan agar diperoleh gambaran fenomena ilusi fiskal secara lebih luas.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 22
DAFTAR PUSTAKA Adi, Priyo Hari. 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Derah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali). Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang 23-26 Agustus 2006. ____________. 2007. Kemampuan Keuangan Daerah dalam Era Otonomi dan Relevansinya dengan Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali). 1st National Accounting Conference. Departemen Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dollery, Brian dan Andrew Worthington. 1995. Federal Expenditure and Fiscal Illusion: an Australian Test of The Flypaper Hypotesis. Publius: Journal of Federalism 25(1):pp.23-34. _________________________________. 1996. The Empirical Analysis of Fiscal Illusion. Journal of Economic Surveys: pp. 261-297. _________________________________. 1999. Fiscal Illusion and The Australian Local Government Grants Process: how stickly is the Flypaper effect. Kluwer Academic Publishers. Public Choise 99: 1-13,1999. _________________________________. 1999. Fiscal Illusion at The Local Level: An Empirical Test Using Australian Municipal Data. The Economic Record 75(228): pp. 37-48. Gemmell, N., Oliver Morrissey dan Abuzer Pinar. 1998. Taxation, Fiscal Illusion and The Demand for Government Expenditures in The UK: a Time-Series Analysis. School of Economic Discussion Paper 98/10. ________________________________________. 1998. Fiscal Illusion and The Demand for Local Government Expenditures in England and Wales. School of Economic Discussion Paper 98/19. http://www.sikd.djapk.go.idGhamkar, Shama dan Wallace Oates. 1996. Asymetries in the Response to Increases and Decreases in Governmental Grants : Some Empirical Evidence. National Tax Journal. Hal : 510 - 512 Hammes, David L. Dan Douglas T. Wills. 2007. Fiscal Illusion and The Grantor Government in Canada. Economic Inquiry; Oct 1987; 25, 4;ABI/INFORM Global 2007. Hewitt, Daniel dan Dennis R. Heffley. 1989. Unfolding the Flypaper: The Effects of Intergovernmental Grants in an Open Local Economy. IMF Working Paper No. 89/58.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 23
Holtz-Eakin, Douglas. Harvey S Rosen dan Schuyler Tilly. 1985. Intertemporal Analysis of State an Local Government Spending: Theory and Test. Journal of Urban Economics. . Kuncoro, Haryo. 2007. Tinjauan Literatur Ekonomi Politik Pengaruh Transfer pada Kinerja Keuangan Sektor Publik. Logan.R.R 1986. Fiscal Illusion and The Grantor Government. Journal of Political Economy Maimunah, Mutiara. 2006. Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten atau Kota di Pulau Sumatera. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang 23-26 Agustus 2006. Nanga, Muana. 2005. Analisis Posisi Fiskal Kabupaten/Kota di NTT: Adakah Posisi Fiskal Pasca Otda Lebih Baik? Jurnal Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Picur, Ronald D. 2003. CFO as Budget Magician: Fiscal Illusion in Public Finance. Government Finance Review. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah __________________________________, Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan Sidik, Dr. Machfud, Dr. B. Raksaka Mahi, Dr. Robert Simanjuntak, Dr. Bambang Brodjonegoro. 2002. Dana Alokasi Umum: Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit Kompas. Supramono. 2007. Sebuah Catatan: Peluang dan Domain Studi Perilaku Pengelolaan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Undang-Undang Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Wibowo, Sri Muktiono. 2007. Dampak APBD terhadap Perkembangan Ekonomi Lokal. Konferensi Penelitian Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik Pertama. Wirawan, Setiaji dan Priyo Hari Adi. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah : Apakah Mengalami Pergeseran ?. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 24
LAMPIRAN 1 PENGUJIAN ASUMSI KLASIK UNTUK VARIABEL PENGUKURAN PENDAPATAN Uji Normalitas
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Dependent Variable: lnG
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Uji Heteroskedastisitas
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
-6
-4
-2
0
2
4
Regre
ssion
Stud
entiz
ed Re
sidua
l
Dependent Variable: lnG
Scatterplot
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 25
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
lnY
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
lnG
Dependent Variable: lnG
Partial Regression Plot
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
lnPr
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
lnG
Dependent Variable: lnG
Partial Regression Plot
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
lnN
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
lnG
Dependent Variable: lnG
Partial Regression Plot
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 26
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
lnD
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
lnG
Dependent Variable: lnG
Partial Regression Plot
-3 -2 -1 0 1 2 3 4
lnV
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
lnG
Dependent Variable: lnG
Partial Regression Plot
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
lnH
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
lnG
Dependent Variable: lnG
Partial Regression Plot
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 27
-2 -1 0 1 2
lnL
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
lnG
Dependent Variable: lnG
Partial Regression Plot
Kesimpulan : Tidak terjadi masalah heterokedastisitas dikarenakan data tersebar
dan tidak terkumpul dalam area tertentu
Uji Autokorelasi dan Multikolinearitas
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 0,963(a) 0,928 0,924 0,102435 1,642
Model
Collinearity
Statistics
Toleran
ce VIF
Kesimpulan
1 (Constant
)
lnY 0,070
14,26
3
Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
lnPr 0,142 7,058
Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
lnN 0,312 3,202 Tidak terjadi masalah
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 28
multikolinearitas
lnD 0,816 1,226
Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
lnV 0,385 2,598
Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
lnH 0,592 1,689
Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
lnL 0,231
0,231 Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 29
LAMPIRAN 2 : PENGUJIAN ASUMSI KLASIK UNTUK VARIABEL MANIPULASI BELANJA Uji Normalitas
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Dependent Variable: lnEgt
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Uji Heterokedastisitas
-2 -1 0 1 2 3 4 5
Regression Standardized Predicted Value
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regre
ssion
Stud
entiz
ed Re
sidua
l
Dependent Variable: lnEgt
Scatterplot
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 30
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
lnB1
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
lnEgt
Dependent Variable: lnEgt
Partial Regression Plot
-0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10
lnB2
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
lnEgt
Dependent Variable: lnEgt
Partial Regression Plot
-0.6 -0.4 -0.2 0.0
lnB30.2 0.4 0.6 0.8
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
lnEgt
Dependent Variab
Partial Regression Plot
le: lnEgt
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 31
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
lnB4
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
lnEgt
Dependent Variable: lnEgt
Partial Regression Plot
Kesimpulan : Tidak terjadi masalah heterokedastisitas dikarenakan data tersebar
dan tidak terkumpul dalam area tertentu
Uji Autokorelasi dan Multikolinearitas
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 0,698(a) 0,487 0,456 0,365583 1,991
a Predictors: (Constant), lnB4, lnB2, lnB1, lnB3
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
Kesimpulan
1 (Constant
)
ln(1/Pg)Y 0,988 1,012
Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
ln(Pr/Pg) 0,987 1,013 Tidak terjadi masalah
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSA02 - 32
multikolinearitas
ln(1/Pg) 0,513 1,950
Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
lnU 0,518 1,929
Tidak terjadi masalah
multikolinearitas
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 1
VARIABEL ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI
(Studi Empiris Pada Pemerintahan Kabupaten di Pulau Madura)
Denovita Dwi Ellyana Achyar Redy Ardi Hamzah
Universitas Trunojoyo
Abstract
The purpose of this research are (1) to gave to empirical evidence that performance
expectancy, effort expectancy, sosial factors, fit to task and conditions which
fasilitating user will effect level of usage of information system, and (2) to gave to
empirical evidence that interest to usage of information system will effect using
information system. The respondents of the research are employment that using
information technology system in finishing it job. Data has gathered by questionnaires
and documentation. Sample total is 50 respondent. The result of research with partial
regression indicate that variables of antecedent namely performance expectancy,
effort expectancy, and conditions which facilitating using information system
significantly effect on interest using information system, while social factors and fit to
task not significantly effect on interest using information system. The result of research
with partial regression indicate that variable of consequence namely using information
system significantly effect by interest using information system.
Key words: performance expectancy, effort expectancy, social factors, fit to task,
fasilitating user, usage of information system
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 2
1. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia tengah mengalami perubahan kehidupan berbangsa
dan bernegara dari sistem pemerintahan sentralistik menuju ke sistem pemerintahan
yang demokratis dan menerapkan perimbangan kewenangan pusat dan daerah.
Perubahan yang tengah terjadi tersebut menuntut terbentuknya pemerintahan yang
bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efisien dan
efektif. Dalam upaya tersebut dilakukan beberapa hal untuk mengembangkan
penyelenggaraan pemerintahan. Salah satunya adalah berbasis elektronik dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien, dengan
mengimplementasikan sistem informasi pada instansi pemerintahan (e-government).
Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan
proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan
teknologi informasi.
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup adanya (a) pengolahan
data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik;
dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat
diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. Begitu
banyak fenomena yang cukup menarik di era globalisasi dan informasi saat ini, salah
satunya adalah begitu hebatnya laju perkembangan dan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi pada semua aspek kehidupan manusia. Begitu pula dalam
sektor publik sangat dibutuhkan sekali sistem informasi karena pemanfaatan teknologi
informasi khususnya pengelolaan informasi dan transaksi elektronik mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan kinerja pada organisasi/instansi pemerintahan
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mempercepat pelaksanaan
e-government.
Berbagai literatur menyatakan bahwa pemanfatan teknologi informasi penting
bagi organisasi, baik pada sektor publik maupun sektor swasta karena dapat
meningkatkan kinerja organisasi dan merupakan alat potensial untuk menciptakan
daya saing. Sebagai suatu instansi pelayanan publik dan sejalan dengan tuntutan
masyarakat akan adanya transparansi, partisipasi, akuntabilitas publik, dan keadilan
(good governance), maka dengan mengakomodasikan kebutuhan informasi yang
dapat dipublikasikan kepada masyarakat luas berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsinya maupun publikasi lain yang terkait. Namun demikian, hal ini tidak hanya
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 3
ditujukan sekedar memenuhi kebutuhan sebagai sarana hubungan masyarakat dan
membangun citra tetapi agar lebih menjadikan masyarakat memahami, peduli, dan
mendukung upaya-upaya untuk mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance), meningkatnya pelayanan publik, dan terwujudnya iklim
yang mencegah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Untuk mengembangkan sistem manajemen dan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah
harus segera melaksanakan proses transformasi menuju e-government.
Pengembangan tersebut guna menuju pada kemandirian pemerintah daerah, salah
satunya pemerintahan daerah yang ada di Pulau Madura. Untuk menuju
pemerintahan daerah yang dinamis dan bertanggung jawab serta mewujudkan
pemberdayaan dan otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata, maka diperlukan
suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, ekonomis (value for money) dan
profesionalisme. Penggunaan sistem informasi yang semula menggunakan sistem
informasi manual kemudian diharapkan dengan adanya reformasi menjadi sistem
teknologi informasi. Kebutuhan adanya teknologi informasi dan jaringan lebih terasa
pada pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini dikarenakan tuntutan untuk mengelola
daerahnya dengan baik agar dapat memiliki daya saing dan menghasilkan
pendapatan daerah yang tinggi serta pada akhirnya dapat mensejahterakan
masyarakatnya. Dengan lahirnya UU No 32 tahun 2004 dan UU No 33 tahun 2004,
juga menuntut suatu pengendalian dan mengarahkan pembangunan masyarakat
secara umum. Dilain pihak, masyarakat juga berharap pemerintah dapat
meningkatkan pelayanannya baik dari segi kecepatan, ketepatan dan kemudahan
dalam pemberian informasi dan layanan publik.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, teknologi komputer bermanfaat untuk
berbagai keperluan, tidak terkecuali keperluan pengolahan informasi dalam organisasi
pemerintahan. Untuk itu, perkembangan teknologi komputer diharapkan dapat
membantu tersedianya informasi yang akurat tersebut untuk pengambilan keputusan
secara tepat. Tentu saja agar teknologi komputer dapat bermanfaat sesuai dengan
yang diharapkan, perlu adanya kesesuaian antara motivasi pengguna dengan tujuan
pemanfaatan teknologi komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
pada setiap penyelenggaraan pemerintah merupakan kebutuhan yang mendesak
dalam rangka mendukung pertukaran data dan informasi serta penyaluran berita
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 4
secara cepat, tepat dan akurat. Pada akhirnya, pemanfaatan sistem informasi ini
diharapkan dapat meningkatkan kinerja aparatur.
Beberapa penelitian terkait dengan pemanfaatan minat sistem informasi dan
penggunaan sistem informasi, pernah dilakukan oleh Primasari, Waspodo, dan
Rahman (2008), Handayani (2007), Fatmasari (2006), dan Wibowo (2004). Ketiga
peneliti tersebut melakukan penelitian pada instansi sektor privat dengan hasil yang
berbeda-beda. Penelitian terkait dengan pemanfaatan minat sistem informasi dan
pengunaan sistem informasi dengan obyek sektor publik masih begitu jarang
dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud meneliti kembali dan
mengembangkan penelitian sebelumnya dengan menambahkan variabel lain pada
instansi pemerintahan khususnya pemerintahan daerah di Pulau Madura.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk memberikan bukti empiris bahwa
ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, faktor sosial, kesesuaian tugas dan kondisi-
kondisi yang memfasilitasi pemakai akan mempengaruhi tingkat pemanfaatan sistem
informasi, dan (2) Untuk memberikan bukti empiris bahwa minat pemanfaatan sistem
informasi akan mempengaruhi penggunaan sistem informasi.
2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1. Sistem Informasi Menurut Hall (2001:7) sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur
formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan
kepada para pemakai. Dalam sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi,
hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna
informasi. Kriteria dari sistem informasi antara lain, fleksibel, efektif dan efisien.
Teknologi informasi merupakan bagian dari sistem informasi dan teknologi informasi
merujuk pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah
informasi. Dengan kata lain, sistem informasi merupakan suatu perangkat kerja dalam
mengubah data menjadi informasi yang melalui 3 bagian antara lain input
(mengumpulkan), proses (menganalisis) dan output (mengumumkan hasil), yang
dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan. Proses tersebut diperlukan
bagi instansi untuk mencapai tujuannya.
Pertumbuhan instansi yang lebih kompleks membawa sistem informasi
akuntansi menjadi lebih luas, yang tidak hanya melibatkan bidang akuntansi saja,
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 5
tetapi juga bidang-bidang lain untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem informasi akuntansi yaitu (Jogiyanto dalam
Merianjaya, 2004): 1. analisis tingkah laku; 2. metode kuantitatif; dan 3. teknologi
komputer. Faktor-faktor tersebut didasari dengan berbagai teori dalam mengadopsi
teknologi informasi. Teori perilaku (behavioral theory) banyak digunakan untuk
mengkaji proses adopsi teknologi informasi oleh pengguna akhir (end users),
diantaranya adalah Theory of Reason Action (TRA), Theory of Planned Behaviour
(TPB), Task-Technology Fit Theory (TTF), dan Technology Acceptance Model (TAM).
TRA adalah suatu teori yang berhubungan dengan sikap dan perilaku individu dalam
melaksanakan kegiatan (Handayani: 2007). TRA telah berhasil memprediksi dan
menjelaskan perilaku pada berbagai wilayah kajian. Teori tersebut paling sering
digunakan sebagai model teoritis dalam sistem informasi.
TPB merupakan perluasan dari TRA, yaitu dengan penambahan variabel
perceived behavioral control selain perilaku dan norma subyektif, untuk menerangkan
situasi dimana individu tidak memiliki pengendalian terhadap perilaku yang
diinginkannya (Ajzen dalam Hermana: 2007). Peneliti lain sudah menggunakan model
yang didasarkan pada teori kognitif yang dikembangkan oleh Badura untuk menguji
pengaruh computer self-efficacy, ekspektasi hasil, minat atau perhatian, serta
kecemasan terhadap penggunaan komputer (Hermana: 2007). TTF yaitu kesesuaian
antara kemampuan teknologi dengan tuntutan pekerjaan, atau kemampuan teknologi
untuk mendukung pekerjaan. TAM merupakan model penelitian yang paling luas
digunakan untuk meneliti adopsi teknologi informasi. TAM menganggap bahwa 2
keyakinan individual, yaitu persepsi manfaat (perceived usefulness) dan persepsi
kemudahan penggunaan (perceived easy of use), adalah pengaruh utama untuk
perilaku penerimaan komputer.
Model atau teori yang paling mutakhir adalah Unified Theory of Acceptance
and Use of Technology (UTAUT). UTAUT Model yang dikemukakan oleh Venkatesh
et., all, merupakan model yang disusun berdasarkan teori-teori dasar mengenai
perilaku pengguna teknologi dan model penerimaan teknologi yaitu TRA, TAM, TPB,
Motivational Model, Model Pemanfaatan Personal Computer, Teori Difusi Inovasi, dan
Social Cognitive Theory (SCT). Model ini terdiri dari 4 variabel sebagai determinant
terhadap tujuan dan penggunaan teknologi informasi yaitu ekspektasi kinerja,
ekspektasi usaha, pengaruh sosial, dan kondisi pendukung; serta 4 variabel sebagai
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 6
moderator antara determinan dengan tujuan dan penggunaan teknologi informasi,
yaitu jenis kelamin, usia, pengalaman, dan voluntariness.
Ekspektasi kinerja (performance expectancy) didefinisikan sebagai tingkat
dimana seorang individu meyakini bahwa dengan menggunakan sistem akan
membantu dalam meningkatkan kinerjanya. Venkatesh dalam Hermana 2007
mengungkapkan bahwa konsep ini menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya
yang berkaitan dengan perceived usefulness, motivasi ekstrinsik, job fit, keuntungan
relatif (relative advantage). Manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan ini
dengan productivity (produktivitas), job performance atau effectiveness (kinerja tugas
atau efektivitas), importance to job (pentingnya bagi tugas), dan overall usefulness
(kebermanfaatan secara keseluruhan).
Ekspektasi usaha (effort expectancy) merupakan tingkat kemudahan
penggunaan sistem yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu
dalam melakukan pekerjaannya. Faktor sosial diartikan sebagai tingkat dimana
seorang individu menganggap bahwa orang lain menyakinkan dirinya bahwa dia
harus menggunakan sistem baru. Kesesuaian tugas adalah konstruk yang disebut
kecocokan tugas dengan teknologi atau Task-Technology Fit (TTF), yaitu kesesuaian
antara kemampuan teknologi dengan tuntutan pekerjaan, atau kemampuan teknologi
untuk mendukung pekerjaan. Pemanfaatan teknologi informasi menunjukkan
keputusan individu untuk menggunakan atau tidak menggunakan teknologi informasi
dalam menyelesaikan serangkaian tugasnya. Kondisi yang memfasilitasi penggunaan
sistem informasi sebagai faktor-faktor obyektif yang dapat mempermudah melakukan
suatu tindakan, seperti misalnya adanya rasa nyaman dalam bekerja. Penggunaan
sistem informasi yang telah dikembangkan mengacu pada seberapa sering pengguna
memakai sistem informasi. Semakin sering pengguna memakai sistem informasi,
biasanya diikuti oleh semakin banyak tingkat pembelajaran (degree of learning) yang
didapat pengguna mengenai sistem informasi.
Penelitian Sebelumnya Penelitian terkait dengan pemanfaatan sistem informasi telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Primasari, Waspodo dan Rahman (2008) menguji variabel
anteseden implementasi sistem informasi keuangan daerah dan konsekuensinya.
Hasil penelitian menunjukkan variabel anteseden dan konsekuensi berpengaruh
terhadap sistem informasi keuangan daerah. Istianingsih dan Wijanto (2008) menguji
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 7
pengaruh kualitas sistem informasi, kualitas informasi dan persepsi pengguna
terhadap pengguna software akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas
sistem informasi berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi pengguna dan
kepuasan pengguna akhir software akuntansi. Handayani (2007) menguji beberapa
faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sistem informasi dan penggunaan sistem
informasi. Dengan sampel dari karyawan departemen akuntansi dan keuangan pada
industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang
digunakan adalah multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan ekspektasi
kinerja, ekspektasi usaha, faktor sosial, dan kondisi-kondisi yang memfasilitasi
pemakai terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan sistem
informasi. Disamping itu, minat pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap penggunaan sistem informasi.
Fatmasari (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
teknologi informasi. Sampel penelitian adalah dosen dan karyawan dari lima fakultas
yang ada di Universitas Bina Dharma yang menggunakan teknologi informasi berbasis
komputer. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara variabel kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang dan kondisi yang
memfasilitasi terhadap pemanfaatan teknologi informasi, baik secara parsial maupun
secara simultan. Wibowo (2004) melakukan penelitian untuk membuktikan secara
empiris hubungan antara teknologi informasi dengan kinerja individual. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja individual, sedangkan kesesuaian tugas dan teknologi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja individual.
2.3 Hipotesis Penelitian Mengacu pada landasan teori dan penelitian sebelumnya, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh terhadap minat pemanfaatan
sistem informasi
H2 : Ekspektasi usaha mempunyai pengaruh terhadap minat pemanfaatan
sistem informasi
H3 : Faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap minat pemanfaatan sistem
informasi
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 8
H4 : Kesesuaian tugas mempunyai pengaruh terhadap minat pemanfaatan
sistem informasi
H5 : Kondisi yang memfasilitasi pemakai mempunyai pengaruh terhadap
minat pemanfaatan sistem informasi
H6 : Minat pemanfaatan sistem informasi mempunyai pengaruh terhadap
penggunaan sistem informasi
2.4 Desain Penelitian Secara skematis, desain penelitian untuk menggambarkan alur permasalahan
serta model pengujiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Desain Penelitian
Ekspektasi Kinerja
Ekspektasi Usaha
Faktor Sosial
Kesesuaian Tugas
Kondisi yang memfasilitasi
Pemakai
Minat Pemanfaatan
Sistem Informasi
Penggunaan Sistem Informasi
Regresi
3. Metodologi Penelitian 3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Bagian Keuangan Pemerintah
Kabupaten di Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan
Sumenep) yang dalam hal ini berkaitan dengan adanya implementasi Sistem
Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Penentuan sampel dilakukan dengan metode
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03 - 9
purposive sampling. Persyaratan menjadi responden adalah pegawai yang
menggunakan sistem teknologi informasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dapat
pula yang menggunakan teknologi informasi berbasis komputer untuk
mengidentifikasi, memperoleh, mengintegrasikan dan mengintepretasikan data dalam
menjalankan tugasnya. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden.
3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Metode untuk
mengumpulkan data yaitu metode survei melalui penyebaran kuisioner. Sumber data
yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui dinas atau instansi terkait
yaitu Pemerintahan Kabupaten yang ada di Pulau Madura.
3.3. Definisi Variabel Operasional dan Pengukuran Variabel Untuk melakukan pengujian atas hipotesis yang diajukan, variabel-variabel
yang diteliti perlu diukur. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan Sistem Informasi. Variabel ini ditentukan oleh persepsi individu dan
sikap menuju perilaku, misalnya tekanan atau norma sosial (TRA). TAM
menjelaskan bahwa penerimaan teknologi komputer oleh pemakai ditentukan oleh
dua faktor kunci yaitu perceived usefulness (kebermanfaatan) dan perceived ease
of use (kenyamanan).
2. Ekspektasi Kinerja (performance expectancy) didefinisikan sebagai tingkat dimana
seorang individu meyakini bahwa dengan menggunakan sistem akan membantu
dalam meningkatkan kinerjanya. Variabel ini diukur dengan konstruk yang terdiri
dari perceived usefulness, motivasi ekstrinsik, job fit, keuntungan relatif (relative
advantage), productivity (produktivitas), job performance atau effectiveness
(kinerja tugas atau efektivitas), importance to job (pentingnya bagi tugas), dan
overall usefulness (kebermanfaatan secara keseluruhan).
3. Ekspektasi Usaha (effort expectancy) merupakan tingkat kemudahan penggunaan
sistem yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam
melakukan pekerjaannya. Ekspektasi usaha diukur dengan tiga konstruk yang
membentuk konsep ini antara lain: kemudahan penggunaan persepsian (perceived
ease of use), kemudahan penggunaan (ease of use), dan kompleksitas.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 10
4. Faktor Sosial merupakan tingkat dimana seorang individu menganggap bahwa
orang lain menyakinkan dirinya bahwa dia harus menggunakan sistem baru.
Pengukuran variabel ini didasarkan atas norma subyektif, faktor sosial dan image.
5. Kesesuaian Tugas yaitu kesesuaian antara kemampuan teknologi dengan tuntutan
pekerjaan atau kemampuan teknologi untuk mendukung pekerjaan. Variabel ini
diukur berdasarkan konstruk kecocokan tugas.
6. Kondisi-kondisi yang Memfasilitasi Pemakai didefinisikan sebagai faktor-faktor
obyektif yang dapat mempermudah melakukan suatu tindakan dan mempunyai
pengaruh pada karyawan.
7. Variabel Minat Pemanfaatan Sistem Informasi adalah keyakinan seseorang akan
kegunaan sistem informasi akan meningkatkan minat mereka dan pada akhirnya
individu tersebut akan menggunakan sistem informasi dalam pekerjaannya.
3.4. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripif
statistik. Analisis ini untuk mengetahui nilai minimum, maksimum, rata-rata dan
standar deviasi dari variabel-variabel penelitian. Selain itu juga digunakan analisis
regresi. Analisis ini untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Sebelum dilakukan analisis regresi, maka dilakukan uji validitas,
reliabilitas dan asumsi klasik. Uji validitas diukur dengan menggunakan korelasi
antara skor item pertanyaan dengan total skor item pertanyaan. Uji reliabilitas diukur
dengan menggunakan nilai Cronbach Alpha. Uji asumsi klasik meliputi normalitas,
autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Normalitas diukur dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05, maka
dapat dikatakan normal. Autokorelasi dilihat dari nilai Durbin-Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut DW dalam model regresi
berdasarkan nilai DW yaitu terletak diantara du dan 4 – du. Multikolinearitas dapat
dilihat melalui nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off
multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,01 atau sama dengan nilai VIF > 10.
Heterokedastisitas diuji dengan uji glesjer. Jika nilai signifkan lebih dari 0,05, maka
data terbebas dari heteroskedastisitas.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 11
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Analisis Deskriptif
Dari 50 responden yang berpartisipasi sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
yaitu sebanyak 36 orang (72%). Dari 50 orang responden mayoritas tingkat
pendidikan responden adalah Sarjana Strata 1 (satu) yaitu sebanyak 41 orang (82%).
Ditinjau dari masa kerjanya, responden yang berpartisipasi sebagian besar memiliki
masa kerja < 5 tahun yaitu sebanyak 36 orang (72%), secara ringkas hal ini dapat
dilihat pada tabel 4.1. sebagai berikut ini.
Tabel 4.1. Statistik Data Responden
Tingkat Pendidikan Gender Masa kerja
SLTA D3 S1 S2 Lk Pr
< 5
tahun ≥ 5 tahun
Jumlah
Responden 6 2 41 1 36 14 36 14
Sumber: Data Primer Diolah (2008)
Adapun gambaran umum tentang tanggapan responden mengenai variabel-
variabel penelitian secara rata-rata ditunjukkan dalam tabel 4.2. berikut ini.
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian
Variabel-Variabel
Penelitian Mean
Ekspektasi Kinerja 6.197
Ekspektasi usaha 6.513
Faktor Sosial 4.097
Kesesuaian Tugas 6.210
Kondisi yang memfasilitasi 5.680
Minat Pemanfaatan SI 5.871
Penggunaan SI 5.125
Sumber: Data Primer Diolah (2008)
Berdasarkan tabel 4.2. statistik deskriptif menunjukkan nilai mean semua
variabel penelitian berada di atas nilai rata-rata 3,5. Ini menunjukkan kecenderungan
jawaban responden pada semua variabel penelitian adalah cukup tinggi.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 12
4.2. Uji Validitas, Reliabilitas dan Asumsi Klasik Hasil uji validitas dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor setiap konstruknya. Hasil pengujian dengan Pearson
Corellation menunjukkan validitas pada skor masing-masing butir dengan skor
totalnya. Hasil uji reliabilitas dengan Cronbach Alpha menunjukkan data adalah
reliabel. Normalitas diuji dengan Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian menunjukkan
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data dapat dikatakan normal. Autokorelasi
dilihat dari nilai Durbin-Watson (DW). Hasil pengujian menunjukkan nilai DW terletak
diantara du dan 4 – du, ini menunjukkan bahwa data tidak terkena autokorelasi.
Multikolinearitas dilihat dari nilai VIF dan nilai tolerance. Hasi pengujian menunjukkan
tidak satu pun variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance
kurang dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar
variabel bebas dalam model regresi ini. Heteroskedastisitas diuji dengan uji glesjer.
Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data
terbebas dari heteroskedastisitas.
4.3. Analisis Regresi Hasil pengujian dengan regresi untuk variabel anteseden pemanfaatan sistem
informasi dapat ditunjukkan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Regresi untuk Variabel Anteseden Pemanfaatan Sistem Informasi
Variabel Bebas Koefisien Regresi thitung Sig Konstanta 19.386 1.761 .085 Ekspektasi Kinerja* .552 3.325 .002 Ekspektasi Usaha** .943 -2.161 .036 Faktor Sosial .067 1.133 .263 Kesesuaian Tugas .246 .724 .473 Kondisi yang memfasilitasi* 1.362 3.012 .004 Variabel terikat = Pemanfaatan SI R (koefisien determinasi) = 0.255 R2 = 0.575 Fhitung = 4.353 N = 50 Standard Error = 11.009
Sumber: Data Primer Diolah (2008)
Sig. α = 0,01*; α = 0,05**
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 13
Berdasarkan tabel 4.3. tersebut, nilai R2 sebesar 0,255, artinya sebesar 25,5%
variasi minat pemanfaatan SI dapat dijelaskan dari lima variabel independen yaitu
ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, faktor sosial, kesesuaian tugas, dan kondisi
yang memfasilitasi pemakai. Sedangkan sisanya sebesar 74,5% dijelaskan oleh
sebab-sebab lain diluar model. Penyebab lainnya dimungkinkan seperti adanya faktor
pengalaman, usia, jabatan, dan adanya pelatihan-pelatihan komputer. Karena dalam
perspektif teori sumber daya manusia menurut Martiningsih (2008), adanya pelatihan
komputer yang bertujuan untuk memutakhirkan kemampuan pegawai (pengetahuan
dan keterampilan) dapat meningkatkan minat pemanfaatan SI karena dengan
kemampuan tersebut dapat meningkatkan kinerjanya.
Dari tabel 4.3. tersebut diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y1 = 2,769 + 0,447X1 – 0,404X2 + 0,077X3 + 0,070X4 + 0,389X5 + ε
Ini menunjukkan nilai Y1 = 2,769 jika variabel independen yaitu X1, X2, X3, X4, dan X5
dianggap konstan. Jika variabel X1 mengalami kenaikan satu satuan dengan
menganggap variabel X2, X3, X4, dan X5 dianggap konstan, maka nilai Y1 akan
mengalami peningkatan sebesar 0,447 satuan. Jika variabel X2 mengalami kenaikan
satu satuan dengan menganggap variabel X1, X3, X4, dan X5 dianggap konstan, maka
nilai Y1 akan mengalami penurunan sebesar 0,404 satuan. Jika variabel X3
mengalami kenaikan satu satuan dengan menganggap variabel X1, X2, X4, dan X5
dianggap konstan, maka nilai Y1 akan mengalami peningkatan sebesar 0,077 satuan.
Jika variabel X4 mengalami kenaikan satu satuan dengan menganggap variabel X1,
X2, X3, dan X5 dianggap konstan, maka nilai Y1 akan mengalami peningkatan sebesar
0,070 satuan. Jika variabel X5 mengalami kenaikan satu satuan dengan menganggap
variabel X1, X2, X3, dan X4 dianggap konstan, maka nilai Y1 akan mengalami
peningkatan sebesar 0,389 satuan. Jika variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 mengalami
kenaikan satu satuan, maka nilai Y1 akan mengalami peningkatan sebesar 0,579
satuan.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel X1, X2, X3, X4, dan X5
terhadap Y1, dapat dilihat dari nilai signifikansi dari masing-masing variabel bebas.
Apabila nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka pengaruh variabel
tersebut adalah signifikan. Berdasarkan pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa variabel
ekspektasi kinerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pemanfaatan SI,
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 14
maka dengan demikian H1 diterima. Hal ini menandakan bahwa untuk meningkatkan
minat pemanfaatan SI, maka dapat dilakukan dengan menanamkan keyakinan bagi
para pemakai SI. Dengan memanfaatkan SI akan membantu meningkatkan kinerja
mereka. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Venkatesh et al dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007).
Pada variabel ekspektasi usaha nilai siginifikansi sebesar 0,002. Ini
menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap minat
pemanfaatan SI, maka H2 diterima. Hal ini berarti responden (pegawai) akan
memanfaatkan SI apabila mereka merasa bahwa sistem informasi tersebut mudah
dan tidak memerlukan upaya, seperti misalnya tenaga dan waktu yang banyak dalam
mengoperasikannya. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Venkatesh et al dan Handayani (2007). Pada variabel faktor sosial menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,263. Ini menunjukkan bahwa faktor sosial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap minat pemanfaatan SI karena nilai sig melebihi 0,05, maka
hasil ini menolak H3. Hal ini berarti responden merasa bahwa lingkungan sosial
disekitar responden seperti teman sekerja, pimpinan, orang tua, pasangan dan
organisasi (atau bahkan tekanan sosial seorang supervisor kepada bawahannya
untuk menggunakan TI) tidak mempengaruhi mereka dalam memanfaatkan SI, begitu
juga dalam status sosial mereka. Hal ini diduga karena perangkat daerah (responden)
lebih memiliki minat dalam memanfaatkan SI secara pribadi tanpa harus dipengaruhi
oleh lingkungan sekitarnya. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Venkatesh et al dan Handayani (2007).
Begitu juga pada variabel kesesuaian tugas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,473. Ini menunjukkan bahwa kesesuaian tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat pemanfaatan SI karena nilai signifikansi melebihi 0,05, maka hasil ini menolak H4. Hal ini berarti responden merasa bahwa adanya kecocokan atau tidak antara tugas-tugas yang dibebankan dengan teknologi pada instansi pemerintahan tersebut tidak mempengaruhi mereka dalam memanfaatkan SI. Hal ini dimungkinkan responden lebih menekankan pada tingkat kecepatan terhadap pemanfaatan SI itu sendiri, agar lebih efisien terhadap waktu yang telah ditentukan. Pada variabel kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terbukti mempunyai pengaruh siginfikan terhadap minat pemanfaatan SI, dengan nilai signifikansi sebesar 0,004, maka H5 diterima. Adanya rasa nyaman dalam bekerja merupakan contoh faktor yang membuat responden memutuskan untuk memanfaatkan SI dalam
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 15
menyelesaikan pekerjaannya. Dengan semakin banyaknya infrastruktur (sarana dan prasarana) organisasi dan teknis yang ada, maka responden akan semakin cenderung memanfaatkan SI.
Hasil pengujian dengan regresi untuk variabel konsekuensi pemanfaatan sistem informasi dapat ditunjukkan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Regresi untuk Variabel Konsekuensi Pemanfaatan Sistem Informasi
Variabel Bebas Koefisien
Regresi thitung Sig
Konstanta 3.243 2.085 0.042
Minat Pemanfaatan
SI** 0.361 9.584 0.000
Variabel terikat = Penggunaan SI
R (koefisien determinasi) = 0.650
R2 = 0.657
Fhitung = 91.862
N = 50
Standard Error = 100.938
Sumber: data diolah (2008)
Sig. α = 0,01*
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.4. tersebut, nilai R2 sebesar 0,650, artinya sebesar 65,0% variasi penggunaan SI dapat dijelaskan dari variabel independen minat pemanfaatan SI. Sedangkan sisanya sebesar 35% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model, seperti misalnya adanya faktor kebutuhan pemakai. Berdasarkan tabel 4.4. tersebut persamaan regresi linear adalah sebagai berikut:
Y2 = 3,243 + 0,361Y1 + ε Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel Y1 terhadap variabel Y2, dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel bebas dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka pengaruh variabel tersebut adalah signifikan. Ini mendukung hipotesis H6. Hal ini membuktikan bahwa responden mempunyai minat serta motivasi yang tinggi untuk memanfaatkan sistem yang ada pada instansi tersebut, yang selanjutnya diharapkan penggunaan sistem akan mencapai hasil yang maksimal.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 16
5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan serta bukti-bukti empiris yang diperoleh,
maka penelitian ini dapat di ambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh
terhadap minat pemanfaatan SI terbukti adanya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,002.
2. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh
terhadap minat pemanfaatan SI terbukti adanya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,036.
3. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa faktor sosial berpengaruh terhadap
minat pemanfaatan SI adalah tidak terbukti. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,263.
4. Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa kesesuaian tugas berpengaruh
terhadap minat pemanfaatan SI adalah tidak terbukti. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai signifikansi sebesar 0,473.
5. Hipotesis kelima yang menyatakan bahwa kondisi-kondisi yang memfasilitasi
pemakai SI berpengaruh terhadap minat pemanfaatan SI terbukti adanya. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,004.
6. Hipotesis keenam yang menyatakan bahwa minat pemanfaatan SI berpengaruh
terhadap penggunaan SI terbukti adanya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,036.
5.2. Keterbatasan Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain sebagai berikut:
1. Keterbatasan waktu tidak memungkinkan peneliti untuk menambah lokasi
penelitian khususnya di Pulau Madura.
2. Adanya keterbatasan pada objek penelitian yaitu hanya pada Bagian Keuangan
Pemerintah Daerah yang ada di pulau Madura saja.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 17
5.3. Saran Berdasarkan pada kesimpulan dan keterbatasan, maka beberapa saran untuk
penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Dapat mempertimbangkan untuk menggunakan variabel penelitian yang berasal
dari faktor intrinsik pemakai SI. Hal ini perlu dilakukan karena sebagai pemakai SI
justru mereka yang menentukan apakah suatu SI dapat beroperasi dengan baik
sehingga menghasilkan manfaat bagi pemakai dan institusi yang menyediakannya.
Selain itu level jabatan kemungkinan juga dapat mempengaruhi hasil penelitian
oleh sebab itu penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan level manajer
sebagai responden.
2. Dapat mempertimbangkan untuk menambahkan objek penelitian, yakni tidak
hanya pada Bagian Keuangan Pemerintah Daerah saja, seperti misalnya pada
SKPD lain atau pada instansi pelayanan publik lainnya, baik itu di Pulau Madura
maupun di luar Pulau Madura atau bahkan di Indonesia yang berkaitan dengan
persepsi seseorang dalam pemanfaatan SI dan penggunaan SI.
3. Dapat mempertimbangkan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penellitian
tidak hanya dalam sektor publik, seperti pada sektor syariah baik pada instansi
yang ada di Pulau Madura maupun di Indonesia.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 18
DAFTAR PUSTAKA
Alhusin, Syafri. 2003. Aplikasi Statistik Praktis Edisi 2 Edisi Revisi. Jogjakarta: Graha
Ilmu
Anonim. “Penyebaran Informasi Publik Depkominfo”, Rabu, 26 Desember 2007,
Website Resmi Badan Pengembangan Sistem Informasi Dan Telematika
Daerah Provinsi Jawa Barat © 2006
______. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Transaksi Elektronik Bersifat
Terbuka. https://www.aptel.depkominfo.go.id/download/RPP_TE.doc (diakses
8 Januari 2008)
Bodnar, George H. dan William S. Hopward. 2003. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi
ke-delapan Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Effendi, Taufiq. 2005. “Membangun Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa
Menuju Good Governance, Clean Government, dan Bebas KKN”. Pidato Ilmiah
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara disampaikan pada Wisuda
Sarjana dan Diploma 2005 Universitas Darul ‘Ulum Jombang. (Mimeographed)
Fatmasari. 2006. Pengaruh Kesesuaian Tugas, Konsekuensi Jangka Panjang dan
Kondisi yang Memfasilitasi terhadap Pemanfaatan Teknologi Informasi.
Universitas Bina Darma. (Perpustakaan Pusat Universitas Gunadarma. On line)
Ghozali. 2001. Statistik Multivariat SPSS. Semarang: BP Universitas Diponegoro
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research 1 Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Hall, James A. 2001. Sistem Informasi Akuntansi Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat
Handayani, Rini. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Pemanfaatan Sistem Informasi Dan Penggunaan Sistem Informasi (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). STIE Atma
Bhakti Surakarta. Simposium Nasional Akuntansi X.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 19
Hermana, Budi. 2007. Model Adopsi Tekhnologi. Blog Archive (diakses 16 Januari
2008)
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Istianingsih dan Wijayanto, Setyo Hari. 2008. Pengaruh Kualitas Sistem Informasi,
Perceived Usefulness, dan Kualitas Informasi Terhadap Kepuasan Pengguna
Akhir Sotware Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Jogiyanto. 2005. Sistem Teknologi Informasi: Konsep Dasar teknologi Informasi,
aplikasi, pengembangan dan Pengelolaan Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Jumaili, Salman. 2005. Kepercayaan Terhadap Teknologi Sistem Informasi Baru
Dalam Evaluasi Kinerja Individual, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo,
hal. 722-735
Komara, Acep. 2005. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Sistem
Informasi Akuntansi, Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, hal. 836-848
Lestari, Baiq Anggun H. dan Zulaikha. 2007. Pengaruh Information Technology
Relatedness Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Knowledge Management
Capability Sebagai Variabel Intervening (Kajian Empiris Pada Perusahaan
Perbankan Di Jawa Tengah). Universitas Mataram. Simposium Nasional
Akuntansi X.
Martiningsih, Ida. 2008. “Bab 6 Pembahasan”.
www.damandiri.or.id./file/idamartiningsihunairbab6.pdf (diakses 16 Januari
2008)
Merianjaya, Andry Syamkar. 2004. Pengaruh Kualitas Informasi Terhadap Kepuasan
Para Pengguna Sistem Informasi Pada PT. Telkom Tbk, Skripsi Sarjana tak
diterbitkan, Universitas Airlangga Surabaya.
Primasari, Dona, Waspodo, Lego, dan Rahman, Syaiful. 2008. Variabel Anteseden
dan Konsekuensi Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop Depok, 4-5 November 2008
Bridging the Gap between Theory and Practice PSAC03- 20
Radityo, Dody dan Zulaikha. 2007. Pengujian Model DeLone and McLean Dalam
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen (Kajian Sebuah Kasus).
Universitas Diponegoro. Simposium Nasional Akuntansi X
Romney, Marshal B. dan Paul John Steinbart. 2004. Accounting Information System
9th Edition (buku satu). Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Setiawan, R. Haryo. 2006. “Penerapan Teknologi Komunikasi Dan Jaringan Integrasi
Pada Pelaksanaan Otonomi Daerah Kota Malang Guna Mewujudkan Good
Governance”, Skripsi Sarjana tak diterbitkan, Universitas Airlangga Surabaya.
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta
Thompson, R.L., Higgins, C.A, and Howell, JW. 1991. Personal Computing: Toward a
conceptual Model of Utilization. MIS Quarterly, March, Vol.15, no.1, pp. 124-
143
Venkatesh V and M.G. Morris. 2000. Age Differences in Technology Adoption
Decisions: Implications for a Changing Workforce. Personnel Psychology, 53,
2000, 375-403
Wibowo, Agung Nur. 2007. Pengaruh Faktor Kesesuaian Tugas-Teknologi Dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Auditor. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. (UMS Digital Library. http://www.google.co.id,
diakses 16 Januari 2008)
Widiatmoko, J.. 2004. Faktor Motivasional Dan Faktor Anteseden Dalam Pemanfaatan
Teknologi Komputer. STIE Stikubank Semarang
Wilkinson, Joseph W. 1992. Sistem Akunting dan Informasi Edisi ketiga Jilid tiga.
Jakarta: Binarupa Aksara