depok data base assigment
TRANSCRIPT
ANALISA KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DEPOK BERDASARKAN DATA SEKUNDER YANG ADA
Muhammad Fauzi Pohan 0906605744
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kota Depok merupakan kota yang berbatasan langsung dengan sebelah Selatan provinsi DKI Jakarta. Kota Depok merupakan kota yang berfungsi sebagai kota penyangga dari kegiatan ekonomi kota Jakarta atau yang disebut juga daerah sub-urban. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk dan arus urbanisasi ke kota Jakarta menjadikan sebagian penduduknya memilih untuk tinggal di daerah sub-urban dengan tetap bekerja di dalam kota Jakarta. Hal tersebut berdampak terhadap perkembangan kehidupan di kota Depok, sehingga kepadatanpenduduk dan kebutuhan hidup di kota Depok semakin meningkat pula. Peningkatan jumlah penduduk tersebut sejalan dengan peningkatan perekonomian masyarakat. Tetapi pertumbuhan perekonmian tersebut tidak di imbangi dengan kemajuan pada sistem transportasi kota depok. Kemajuan perekonomian masyarakat meyebabkan kebutuhan akan transportasi masyarakat kota depok pun meningkat, masyarakat
membutuhkan sarana transportasi yang murah, cepat dan nyaman. Oleh karena itu banyak masyarakat kota depok yang beralih ke kendaraan pribadi dari pada angkutan umum dalam hal ini ankutan kota (angkot). Penghasilan awak angkot di Depok anjlok mencapai sekitar 40 persen. Masyarakat Depok memilih sepeda motor karena selain relatif mudah cara pemilikannya juga dapat mempercepat perjalanan mereka. Dalam satu keluarga bisa ada tiga sepeda motor yaitu untuk keperluan suami, istri dan anak,. Kondisi ini akibat setiap hari didera kemacetan lalulintas sehingga banyak warga beralih ke sepeda motor sebagai alat transprotasi. Berkurangnya jumlah penumpang dan banyaknya angkot ilegal (angkot yang tidak mempunyai trayek) yang beroperasi mengakibatkan pengasilan anjlok menjadi permasalahan tersendiri bagi usaha angkutan
UNIVERSITAS INDONESIA
3
kota (angkot) di Depok khususnya angkot D-02. Sehingga perlu pembahasan mengenai jumlah angkot optimum yang beroperasi di kota Depok.
1.2.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kebutuhan angkutan kota si kota Depok terhadap jumlah penumpang yang ada. Untuk mengetahui karakteristik pemilihan moda masyarakat kota depok
1.3.
Batasan Penelitian Tidak dilakukan pembahasan meneganai dampak terhadap lalu-lintas Pembahasan hanya pada angkot di kota Depok
UNIVERSITAS INDONESIA
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perencanaan Transportasi Ada beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang hingga saat ini dan yang paling populer adalah Model Perencanaan transportasi Empat Tahap (Four Step Models). Keempat model tersebut antara lain :
1. Sebaran perjalanan (Trip Distribution = D) yaitu pemodelanyang memperlihatkan jumlah (banyaknya) perjalanan/yang bemula dari dari suatu zona asal yang menyebar ke banyak zona tujuan atau sebaliknya jumlah (banyaknya)
perjalanan/yang datang mengumpul ke suatu zona tujuan yang tadinya berasal dari sejumlah zona asal.
2. Pilihan Moda Transportasi (Mode Choice = MS) Tahapan ini berfungsi untuk menghitung dan memperkirakan jumlah arus orang dan barang yang menggunakan alat angkut (kendaraan) tertentu dari zona asal ke zona tujuan. Di sini, arus kendaraan (alat angkut) tidak ikut dihitung karena objek yang diperkirakan adalah para pemakai kendaraan yaitu orang dan barang. Dalam analisi pilihan moda, alat angkut (kendaraan) diistilahkan dengan moda transportasi.
UNIVERSITAS INDONESIA
5
3. Bangkitan Perjalanan (Trip Generation = G) Bangkitan perjalanan berfungsi menghitung dan menganalisis
pengetahuan mengenai berapa jumlah pergerakan atau perjalanan pelaku transportasi (kendaraan, orang, dan barang) yang
meninggalkan satu zona ke zona lain, juga mencari tahu factor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pergerakan atau perjalanan yang demikian itu.
Arus Kendaraan (orang), yang meninggalkan zona asal
Arus Kendaraan (orang), yang dating ke zona tujuan
JARAK
Zona Kawasan yang berfungsi sebagai tempat asal seperti pemukiman atau sejenisnnya
Zona Kawasan yang berfungsi sebagai tujuan tempat orang orang beraktifitas
Gambar. 2.1 Ilustrasi Bangkitan Perjalanan
4. Pilihan Rute (Route Choice = A) Pada tahapan ini memperlihatkan alternatif-alternatif pilihan jalur gerak (rute tempuh) yang menghubungkan tempat asal tujuan, sehingga arus orang, kendaraan dan barang yang akan melakukan
UNIVERSITAS INDONESIA
6
pergerakan akan meghadapi dua atau lebih pilihan rute. Namun, secara umum rute yang dipilih adalah rute yang terbaik (the best route). Rute terbaik ini memiliki cirri-ciri berupa jarak terdekat, waktu tersingkat, dan biaya termurah.
2.2.
Angkutan Umum Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama (orang banyak),
kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama, mempunyai arah dan tujuan bersama, serta terikat dengan peraturan trayek yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan dan para pelaku perjalanan harus wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan tersebut apabila angkutan umum ini sudah mereka pilih. Salah satu angkutan umum yang adalah angkot.
2.3. Angkutan Kota Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia, berupa mobil jenis minibus atau van yang dikendarai oleh seorang supir dan kadang juga dibantu oleh seorang kenek. Tugas kenek adalah memanggil penumpang dan membantu supir dalam perawatan kendaraan (ganti ban mobil, isi bahan bakar, dan lain-lain). Setiap jurusan dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka. Angkutan Kota sebenarnya cuma diperbolehkan berhenti di haltehalte/Tempat perhentian bus tertentu, namun pada praktiknya semua supir angkot akan menghentikan kendaraannya di mana saja untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Pelanggaran lain yang dilakukan adalah memasukkan orang dan barang bawaan dalam jumlah yang melebihi kapasitas mobil, dan pintu belakang yang tidak ditutup sama sekali atau tidak ditutup dengan rapat. Pelanggaranpelanggaran seperti ini biasanya diabaikan oleh aparat karena sistem penegakan hukum yang lemah. Tarif angkot biasanya ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat, namun orang yang menumpang jarak pendek atau anak sekolah biasanya membayar lebih
UNIVERSITAS INDONESIA
7
sedikit. Hal ini tidak dirumuskan dalam peraturan tertulis, namun menjadi praktik umum. Semua angkot di Indonesia memiliki plat nomor berwarna kuning dengan tulisan warna hitam, sama dengan kendaraan-kendaraan umum lain.
UNIVERSITAS INDONESIA
8
BAB III Bahan dan Metode Peneletian
3.1.
Bagan Alir Penelitian Agar penelitian lebih sistematis maka pada bab ini dijelaskan mengenai
tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. Yang
di cetak biru merupakan pembahasan materi ini.MULAI
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
Survey Pendahuluan Penumpang Lokasi Penelitian
Metode Pengumpulan DataDATA PRIMER Desain Kuisioner Desain Form Traffic Counting Penentuan Jumlah Sample DATA SEKUNDER Data-data kota Depok Jumlah Angkutan yang beroperasi
Survey Utama Tabulasi DataKarakteristik Responden Analisa Jumlah Angkot
SELESAI
Gambar 3.1. Skema Tahapan Penelitian
UNIVERSITAS INDONESIA
9
3.2.
Lokasi Penelitian Depok merupakan wilayah kecamatan dan pada tahun 1982 status
pemerintahannya menjadi Kota Administratif, Kabupaten Bogor. Seiring dengan perkembangannya yang cukup pesat, pada tanggal 27 April 1999, Depok resmi menjadi Kotamadya atau Kota. Secara geografis kota depok terletak
padakoordinat 601900 602800 Lintang Selatan dan 10604300 10605500 Bujur Timur dengan elevasi antara 50 140 meter diatas
permukaan laut, sedangkan batas-batas wilayah Kota Depok adalah : Sebelah Utara : Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta Sebelah Timur : Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor Sebelah Selatan : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor Sebelah Barat : Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Gambar 3.2. Peta Kota depok
UNIVERSITAS INDONESIA
10
3.3.
Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa,
terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa (50,66%) dan perempuan 678.193 jiwa (49,34%), Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong padat, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Dalam kurun waktu 5 tahun (2000 2005) penduduk Kota Depok mengalami peningkatan sebesar 447.993 jiwa. Pada tahun 1999 jumlah penduduk masih dibawah 1 juta jiwa dan pada tahun 2005 telah mencapai 1.374.522 jiwa, sehingga perkembangan rata-rata 4,23 % per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka migrasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai jumlah 1.610.000 jiwa dan kepadatan penduduk mencapai 7.877 jiwa per km2. . Meningkatnya jumlah penduduk Kota Depok disebabkan tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok sebagai akibat pesatnya pengembangan kota yang dapat dilihat dari meningkatnya pengembangan kawasan perumahan. Berdasarkan perkembangan tersebut diperkirakan jumlah penduduk yang datang ke Kota Depok pada waktu mendatang akan meningkat, seiring dengan semakin banyaknya operasional kegiatan jasa dan niaga yang berkembang pesat.
Gambar 3.3. Grafik jumlah penduduk Kota Depok
UNIVERSITAS INDONESIA
11
3.4.
Kendaraan Pertumbuhan kendaraan bermotor di kota Depok sebesar 8% per/tahun.
Baik roda dua maupun roda 4. Berikut ini data kendaraan di kota depok :Tabel Data Kendaraan Perwilayah (Ribu Unit) Wilayah Jumlah Jakarta Timur 773,16 Jakarta Selatan 1.602,37 Jakarta Barat 1.652,39 Jakarta Pusat 1.112,75 Jakarta Utara 625,45 Depok 402,44 Tangerang 1.421,02 Bekasi 1.076,19 Sumber: Polda Metro Jaya, 2008
3.4.
Angkutan kotaKode Tarayek D.01 D.02 D.03 D.04 D.05 D.06 D.07 D.07A D.09 D.10
No
Lintasan Trayek
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Terminal Depok - Depok Dalam PP. Terminal Depok - Depok II Tengah / Timur PP. Terminal Depok - Sawangan Terminal Depok - Beji - Kukusan PP. Terminal Depok - Citayam PP. Terminal Depok - Pasar Cisalak PP. Terminal Depok - Rawa Denok PP. Terminal Depok - Pitara - Citayam PP. Terminal Depok - Studio Alam - Kali Mulya PP Terminal Depok - Parung Serab - Kalimulya PP.
161 579 552 170 376 339 46 74 41 69
UNIVERSITAS INDONESIA
12
11 12 13 14 15 16 17 18 19
D.11 D.15 D.21 D.25 D.26 D.27 (35) (69) (107)
Terminal Depok - Kelapa Dua - Palsigunung PP. Terminal Depok - Simpangan - Limo PP. Term.Sub Sawangan - Bedahan - Duren Seribu PP. Term.Sub Sawangan - Curug - Pondok Petir PP. Term.Sub Sawangan - Citayam PP. Perum Arco - Sawangan - Cinangka PP. Pasar Cisalak - RTM - Akses UI - Palsigunung PP. Pasar Cisalak - Pekapuran - Leuwinanggung PP. Pasar Cisalak - Gas Alam - Leuwinanggung PP. KOTA DEPOK
145 4 21 33 23 14 16 86 122 2,871
UNIVERSITAS INDONESIA
13
BAB IV ANALISA
4.1.
Analisa Pertumbuhan KendaraanPertambahan jumlah kendaraan, baik yang dimiliki oleh penduduk
kota Depok atau pun yang melintas di kota Depok. Dari tabel 2 kita dapat melihat jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki oleh penduduk kota Depok adalah sekitar 12.514 buah, yang didominasi oleh sepeda motor dengan jumlah 10.451 buah. Ini menunjukkan bahwa sudah banyak penduduk kota Depok yang lebih memilih menggunakan sepeda motor sebagai kendaraannya dalam mencapai lokasi yang diinginkan. Dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang digunakan berarti kapasitas jalanpun menjadi lebih kecil, dan dampak kemacetan akan semakin terasa.
4.2.
Analisa Jumlah Angkot
Pertambahan armada angkot yang tidak terkendali. Saat ini jumlah angkot dalam kota Depok yang sudah terdata ada sekitar 2.871 buah angkot (tabel angkot). Jumlah ini sudah termasuk terlalu banyak bagi kota yang memiliki luas 200,29 km2. Terbukti dari jumlah penumpang yang di angkut, ada banyak angkot yang hanya mengangkut satu dua penumpang saja dalam operasinya. Hal ini sangatlah tidak efektif, karena selain pemborosan dalam hal energi (bensin), juga berpengaruh pada kapasitas jalan yang semakin kecil.
UNIVERSITAS INDONESIA
14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan 1. Pertumbuhan kendaraan kendaraan di kota depok sabgat tinggi, yaitu sebesar 8% per tahun 2. Jumlah angkot di kota depok sangat banyak, tidak sebanding dengan jumlah penumpang yang diangkut, sehingga perlu pengurangan atau pengalihan trayek ke trayek yang masih memerlukan tambahan armada.
5.2.
Saran 1. Mobil pribadi diisi minimal 3 orang. Sistem ini sebaiknya tidak hanya diberlakukan pada jalan 3 in 1, melainkan juga di jalan-jalan umum. Dengan berkurangnya jumlah pengemudi maka kapasitas jalan akan semakin bertambah dan kemacetan dapat dihindari.
2. Jumlah angkutan umum dibatasi pada satu trayek yang melebihi kuota/jumlah dari angkutan tersebut. Jika terdapat trayek yang sudah melebihi kuotanya, maka sebaiknya kelebihan trayek tersebut diallihkan ke trayek lain yang membutuhkan. Sehingga akan mengatasi masalah kemacetan dan realisasi angkutan umum akan tetap stabil, sesuai dengan yang telihat pada tabel
UNIVERSITAS INDONESIA
15
REFERENSI
1. www.depok.go.id. 2. www.wikipedia.org/wiki/Kota_Depok 3. Fidel, Miro. 2005. Perencanaan Transportasi Untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi. Erlangga. Jakarta.
UNIVERSITAS INDONESIA