depres i

10
BAB I PENDAHULUAN A. DEFINISI Depresi telah lama dikenal, sejak zaman Hippocrates, yang menyebutkannya melancholi. Gejala-gejala depresi yang dikemukakan sejak zaman Hippocrates sampai sekarang tidak atau sedikit sekali perubahan dari gambaran klinisnya sering sekali yang menonjol adalah gejala somatiknya, misalnya sakit kepala. Keluhan somatik lainnya pada penderita depresi dapat mempengaruhi seluruh tubuh, misalnya pada saluran pencernaan, mulut kering, perut tersa kembung, dan nyeri ulu hati, perut terasa kejang. Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis. Yang disertai perasaan yang sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas . Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma), dan dapat pula suatu kesatuan penyakit nosologik. B. EPIDEMIOLOGI Depresi adalah satu dari penyakit yang sering dijumpai tidak hanya oleh psikiater, tetapi juga oleh dokter-dokter umum. Diperkirakan prevalensi seumur hidup kira-kira 15 %, dan kemungkinan wanita sekitar 25 %.

Upload: nur-halimah

Post on 11-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan depresi

TRANSCRIPT

Page 1: Depres i

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Depresi telah lama dikenal, sejak zaman Hippocrates, yang menyebutkannya

melancholi. Gejala-gejala depresi yang dikemukakan sejak zaman Hippocrates sampai

sekarang tidak atau sedikit sekali perubahan dari gambaran klinisnya sering sekali yang

menonjol adalah gejala somatiknya, misalnya sakit kepala. Keluhan somatik lainnya pada

penderita depresi dapat mempengaruhi seluruh tubuh, misalnya pada saluran pencernaan,

mulut kering, perut tersa kembung, dan nyeri ulu hati, perut terasa kejang.

Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis. Yang disertai perasaan

yang sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada

meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan

berkurangnya aktivitas . Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala

(sindroma), dan dapat pula suatu kesatuan penyakit nosologik.

B. EPIDEMIOLOGI

Depresi adalah satu dari penyakit yang sering dijumpai tidak hanya oleh psikiater, tetapi juga

oleh dokter-dokter umum. Diperkirakan prevalensi seumur hidup kira-kira 15 %, dan

kemungkinan wanita sekitar 25 %.

C. ETIOLOGI

Dasar penyebab yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk mengetahui penyebab dari

gangguan ini. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor

biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat

saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Faktor biologi :

1.Faktor neurotransmitter :

Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling

berperan dalam patofisiologi gangguan mood.

Page 2: Depres i

-Norepinefrin : hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya

regulasi reseptor b-adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi

peran sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan

presinaptik

-reseptor adrenergik a2 dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan

mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Presipnatik reseptor

adrenergik a2 juga berlokasi di neuronserotonergik dan mengatur jumlah serotin yang

dilepaskan.

-Serotonin : dengan diketahui banyaknya efek spesifik serotin reuptake inhibator (SSRI),

contoh; fluoxetin dalam pengobatan depresi, menjadikan serotonin neurotransmitter biogenik

amin yang paling sering dihubungkan dengan depresi.

-Dopamine : walaupun norepinefrin dan serotonin adalah biogenik amin.Dopamine juga

sering berhubungan dengan patofisiologi depresi.

-Faktor neurokimia lainnya : GABA dan neuroaktif peptida (terutama vasopressin dan opiate

endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood .

2.Faktor neuroendokrin

Hipothalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan menerima rangsangan neuronal yang

menggunakan neurotransmitter biogenik amin. Bermacam-macam disregulasi endokrin

dijumpai pada pasien gangguan mood.

3.Faktor Neuroanatomi

Beberapa peneliti menyatakan hipotesisnya, bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan

sistem limbik, ganglia basalis dan hypothalamus.

Faktor Genetik

Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood

adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak

kembar monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10–25%.

Faktor Psikososial

1.Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa

peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode

Page 3: Depres i

gangguan mood. Satu teori menjelaskan bahwa stress yang menyertai episode pertama akan

menyebabkan perubahan fungsional neurotransmitter dan sistem pemberi tanda intra neuronal

yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan seseorang mempunyai resiko yang tinggi

untuk menderita gangguan mood selanjutnya.

2.Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang

khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun

dapat mengalami depresi, walaupun tipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif,

histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.

3.Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud (1917) menyatakan suatu hubungan antara

kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan

kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya

bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang

hilang. E.Bibring menekankan pada kehilangan harga diri. Bibring mengatakan depresi

sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam

dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang

dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.

4.Ketidakberdayaan yang dipelajari : Didalam percobaan, dimana binatang secara berulang-

ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut

akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya.

Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada penderita depresi, kita dapat menemukan

hal yang sama dari keadaan ketidak berdayaan tersebut.

5.Teori Kognitif : Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi. Dia

mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif,

yaitu:

a.Pandangan negatif terhadap masa depan.

b.Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh,

pemalas, tidak berharga.

c.Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi adalah

Page 4: Depres i

reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup yang menyedihkan misalnya, kehilangan orang

yang dicintai, kemunduran finansial, kehilangan pekerjaan, atau penyakit fisik yang serius.

Meyer mengatakan pada depresi, harus dicari hubungan antara pengalaman hidup pasien

dengan peristiwa yang menjadi penyebab. 1,2,4

D. GAMBARAN KLINIS

Gejala utama dari depresi adalah mood yang depresi dan kehilangan minat untuk kesenangan.

Pasien pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung (blue), putus asa, dalam

kesedihan, dan merasa tidak berguna. Kira-kira dua pertiga dari pasien pasien depresi

mempunyai pikiran bunuh diri, dan 10 – 15 % melakukannya.Hampir semua pasien pasien

depresi (97 %) mengeluh berkurangnya energi yang menyebabkan kesulitan menyelesaikan

tugas sekolah dan pekerjaan, dan penurunan motivasi untuk melakukan rencana yang

baru.1,2,3,4

Kira-kira 80 % pasien depresi mengeluh ganguan tidur, terutama bangun terlalu dini, dan

sering terbangun malam hari. Kebanyakan pasien depresi nafsu makannya berkurang dan

kehilangan berat badan. Pada beberapa pasien, nafsu makan dapat bertambah, peningkatan

berat badan, dan tidur yang bertambah. Keadaan depresi yang atipikal ini disebut disforia

histeroid. Keluhan somatik lainnya dapat menyangkut seluruh sistem organ tubuh. Pasien

pasien depresi dengan keluhan somatik, dikatakan kurang menderita depresi, karena mereka

menutupinya dengan keluhan keluhan somatik tersebut. Pasien yang datang dengan keluhan

keluhan somatik sering dilebih-lebihkan, namun sukar untuk digambarkan sebagai suatu

penyakit tertentu. Gangguan psikomotor, dapat dijumpai berupa kelambatan dalam

pembicaraan, daya pikir dan konsentrasi yang lambat.1,3

E.DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis episode depresi berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) tahun 1993 (F 32).1 Untuk menegakkan diagnosa depresi

seseorang, maka yang dipakai pedoman adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala penyerta

lainnya, lama gejaa yang muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang (Rusdi Maslim,

2001). Sebagaimana tersebut berikut ini :4,5,6

1.Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat

-Afek depresi

-Kehilangan minat dan kegembiraan

-Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah yang

Page 5: Depres i

nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

2.Gejala penyerta lainnya: 

-Konsentrasi dan perhatian berkurang

-Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

-Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

-Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

-Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

-Tidur terganggu

-Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-

kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat

dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya

digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresi berikutnya harus

diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33).

1.Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan

-Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas

-Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

-Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung

sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.

-Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

2.Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang

-Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

-Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

-Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

-Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah

tangga.

Page 6: Depres i

3.Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik

-Semua 3 gejala utama depresi harus ada

-Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus

berintensitas berat

-Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin

tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal

demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat

dibenarkan.

-Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau

urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

4.Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di atas,

disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,

kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal

itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh,

atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

F. PENATALAKSANAAN

Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi. Psikoterapi berorientasi-tilikan,

terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku adalah pengobatan psikoterapetik

untuk gangguan depresif berat dan melalui implikasi untuk gangguan depresif ringan. Selain

itu pengobatan dengan psikofarmako dengan mengutamakan antidepresan, terutama yang

mengandung agen serotonergik seperti sertraline (zoloft 50 mg/hari). Obat-obatan yang juga

bisa digunakan :

-Antidepresan trisiklik, contohnya amytriptiline, imipramine.

-Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), contohnya fluoxetine, sertraline

-Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), contohnya meclobemide, tranylcypromine.

-Obat atipikal lainnya, contohnya trazodone, dan bupropion.

Pengobatan antidepresan harus dipertahankan sekurang-kurangnya selama enam bulan atau

lama episode sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi profilaksis dengan

antidepresan adalah efektif dalam menurunkan jumlah dan keparahan rekurensi.

Pengobatan lainnya adalah dengan ECT biasanya digunakan jika (1) pasien tidak responsif

Page 7: Depres i

terhadap farmakoterapi, (2) pasien tidak dapat mentoleransi farmakoterapi, atau (3) situasi

klinis adalah sangat parah sehingga dibutuhkan perbaikan cepat yang terlihat pada ECT.

Walaupun pengobatan ECT adalah terbatas pada ketiga situasi tersebut, cara ini adalah

pengobatan antidepresan yang efektif dan cepat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang

mengalami depresi.