derajat ekspulsi spontan

4

Click here to load reader

Upload: feddyfebriyantomanurung

Post on 11-Apr-2016

21 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

deajat ekspulsi

TRANSCRIPT

Page 1: Derajat Ekspulsi Spontan

Derajat Ekspulsi Spontan (tabel 2)

Tidak ada laporan terjadinya ekspulsi dalam periode postpartum tetapi 5/84 wanita (5,95%) kelompok insersi interval mengalami ekspulsi spontan pada periode 3 bulan.

Derajat Perlepasan

Dalam kurun waktu 3 bulan, perempuan melepas Cu-T karena berbagai alasan : Saat post partum – hanya 1/80 (1,25%) perumpuan melepas Cu-T karena terjadi perdarahan yang tak terkontrol oleh karena adanya asam traneksamat, hasil ini mengindikasikan tingkat kepuasan pasien yang tinggi. Dalam insersi interval – 3 perempuan melepas Cu-T karen perdarahan, 2 perempuan karena sakit punggung, 4 perempuan karena mitos masyarakat. Oleh karena itu, derajat kepuasan wanita untuk terus memakai Cu-T lebih tinggi pada postpartum dibandingkan insersi interval.

Persepsi dari Insersi

Insersi lebih mudah dilakukan pada kelompok intra-caesarean, kemudian diikuti oleh kolompok post persalinan plasenta pervaginam dan terakhir pada kelompok insersi interval (Tabel 4). Persepsi dari insersi juga mengindikasikan bahwa insersi Cu-T pada postpartum lebih mudah untuk dokter dan pasien dibandinkan insersi interval.

Diskusi

Lebih banyak keuntungan yang bisa didapat dalam penyediaan kontrasepsi yang efektif dan segera setelah persalinan khususnya negara seperti kita dimana akses masyarakat untuk mencapai pelayanan kesehatan terbatas. Oleh karena itu, kita menggunakan analisis retrospektif dari pengumpulan data secara prospektif pada PPIUCD and insersi interval Cu-T untuk membandingkan hasil jangka pendek dan evaluasi apakah PPIUCD adalah sebuah metode kontrasepsi yang dapat diterima.

Tinjauan Cochrane Database Systemic, 2010 menilai keberhasilan dan tingkat kemudahan dalam pemasangan IUD post-partum. 9 Dalam tinjauan Cochrane dipelajari semua control-acak yang terlibat dalam pemasangan IUD segera setelah post-partum ( dalam kurun waktu 10 menit setelah plasenta lahir). Tinjaun Cochrane berkesimpulan bahwa pemasangan IUD segera setelah post-partum lebih aman dan efektif. Akan tetapi, derajat perlepasan IUD lebih tinggi pada post-partum dibandingkan insersi interval yang hasilnya berbeda dengan penelitian ini. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan tinjauan pemasangan kontrasepsi Intrauterine saat post-partum oleh Nathalie Kappa dkk yang berkesimpoulan bahwa pemsangan IUD segera setalah post-partum lebih aman dibandingkan saat periode post-partum yang lama dan pada insersi interval. Pemasangan IUD segera setelah post-partum menunjukan derajat pelepasan atau ekspulsi yang lebih rendah dibandingkan pemasangan saat periode post-partum yang tertunda, tetapi memiliki derajat ekspulsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan insersi interval.10 Pemasangan segera setelah Sectio-caesaria menunjukkan derajat ekspulsi yang lebih rendah daripada pemasangan segera pada persalinan pervaginam. Terdapat peningkatan derajat ekspulsi pada pemasangan post-partum yang tertunda jika dibandingkan dengan pemasangan segera dan insersi interval. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan adanya ekspulsi pada kelompok pemasangan post-

Page 2: Derajat Ekspulsi Spontan

partum, tetapi terdapat 5 dari 86 (5,95%) wanita yang mengalami ekspulsi spontan dalam kurun waktu 3 bulan (Tabel 2). Sebelum dilakukannya penelitian, dokter yang memasang Cu-T telah menjalani pelatihan dalam pemasangan IUD post-partum yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, pelayanan masyarakat dan FW, Sikkim, dan melakukan kerjasama dengan Divisi Keluarga Berencana pada Pemerintah India. Pelatihan untuk dapat melakukan metode pemasangan Cu-T yang benar pada dokter sangat penting terutama pemasangan post-partum agar derajat terjadinya ekspulsi dapat berkurang. Shukla dkk pada tahun 2012 melakukan penelitan selama 5 tahun tentang pemasangan kontrapsepsi intra-uterin post-plasenta di India Utara untuk mengevaluasi keamanan dan kemudahan dalam pemasangan IUD segera setelah post-partum pada wanita dengan persalinan pervaginam atau secara Sectio-caesaria. 11 Cu-T 200B dipasang segera setelah lahirnya plasenta pada persalinan pervaginam atau Sectio-caesaria. Wanita-wanita ini menjalani followup pada minggu ke-6 dan bulan ke-6 setelah persalinan. Penelitian ini mencakup wanita sebanyak 1317. Sebanyak 1037 (78,7%) datang pada folowup pertama. Derajat ekspulsi pada akhir bulan ke-6 adalah sebanyak 10,68%. Derajat ekspulsi pada pemasangan segera setelah post-partum lebih tinggi daripada insersi interval.

Akkuizu dkk melakukan penelitian untuk membandingkan pemasangan kontrasepsi intra-uterine (Cu-T 380A) segera setelah post-partum dan post-plasenta dengan setelah masa nifas dan insersi interval. 12 Penelitian ini mencakup 130 perempuan (84 post-plasenta dan 46 post-partum) dan kelompok control sebanyak 138 perempuan (62 setelah masa nifas dan 76 interval) yang telah memasang IUD. Perempuan-perempuan ini difollowup pada minggu ke-8, bulan ke-6 dan bulan ke-12, data dianalisis dan didapatkan hasil sebanyak 38,6% kelompok study masih terpasang IUD dan sebanyak 72,3% dari kelompok control (P <0.001). Kelompok yang paling tinggi derajat kontinuitasnya adalah interval, stelah masa nifas dan post-plasenta (P < 0.05). Sebab tersering lepasnya IUD adalaah ekspulsi parsial pada kelompok study (52,6%) dan salah letak (displacement) pada kelompok control (27,8%). Waktu pemasangan IUD yang paling banyak menyebabksan diskontinuitas pemasangan IUD adalah post-plasenta pada kelompok study (55,2%) dan interval pada kelompok kontrol (31,3%). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Sikklim Manipal, Institut Ilmu Kedokteran dengan hasil hanya satu perempuan setelah pemasangan IUD post-partum yang melepas Cu-T karena perdarahan tak terkontrol oleh adanya asam traneksamat, sementara 9 dari 86 (10,71%) wanita melepas Cu-T dalam kurun waktu 3 bulan. Tiga (3) perempuan melepas IUD karena perdarahan, 2 perempuan karena sakit punggung, 4 wanita klarena mitos masyarakat (Tabel 4 dan diagram 1). Mitos yang mengatakan bahwa Cu-T akan mencapai jantung masih beredar di masyarakat dan menjadi halangan dalam pemasangan IUD. Banyak perempuan menolak dipasang IUD saat konseling; banyak perempuan yang telah terpasang IUD juga ingin melapas IUD karena mitos ini. Penelitian ini membantu kita mengerti bahwa edukasi tentang IUD kepada masyarakat sangat perlu dilakukan dan kepercayaan-kepercayaan yang salah harus dihapus. Dengan melakukan hal tersebut kita dapat mengurangi mortalitas ibu terkait aborsi yang tidak aman karena Cu-T adalah kontrasepsi yang baik dan sekali terpasang dapat memberi efek kontrasepsi selama 10 tahun. Celen S dkk di Ankara, Turkey, melakukan penelitian pada 235 perempuan untuk menilai kemudahan, keamanan, keuntungan dan kerugian dari pemasangan IUD segera setelah post-plasenta (74% kasus persalinan pervaginam dan 26% persalinan Sectio-caesaria). 13 Follow up telah dilakukan pada minggu ke-6, bulan ke-6 dan bulan ke-12. Derajat kontinuitas relative tinggi, 87,6% dan 76,3%, pada bulan ke-6 dan 12 secara berturut-turut, setelah pemasangan IUD setelah post-plasenta. Pada penelitian ini, derajat

Page 3: Derajat Ekspulsi Spontan

ekspulsi IUD Cu-T 380A secara kumulatif dalam kurun waktu 1 tahun adalah 12,3%. Persepsi dari insersi menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) dari 0-5 dimana 0 adalah yang termudah dan 5 adalah yang paling sulit juga dievaluasi dalam penelitian ini yang menunjukan bahwa pemasangan Cu-T setelah post-partum lebih mudah daripada kelompok interval. Kelompok intra-caesarean lebih mudah bagi dokter (VAS 0) dan kurang nyeri pada perempuan dalam kondisi anastesi (VAS 0). Pemasangan post vaginal lebih sulit untuk dokter tapi sedikit nyeri dibandingkan insersi interval (Tabel 4). Bukti dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pemasangan Cu-T 380 segera setelah post-plasenta lebih efektif, berguna, aman, sesuai dan murah untuk kontrasepsi dini pada postpartum.

Benang yang terlihat pada Cu-T juga mendapat perhatian pada penelitian ini mengingat dapat dijadikan sebagai indikator posisi intrauterus dan juga cara mempermudah cara pengeluarannya. Benang yang terlihat menjadi masalah pada pemasangan post-partum karena cavitas uterus menjadi lebih besar dan benang terdapat di dalam uterus saat pemasangan, tidak seperti pemasangan pada insersi interval. Nelson dkk 14 di Institut Penelitian Biomedical Los Angeles, Harbor-UCLA, melakukan proyek untuk menguji teknis dalam penempatan IUD copper lewat insisi histerektomi pada persalinan Sectio-caesaria umnuk menjamin bahwa benang terlihat di vagina agar mempermudah dalam pelepasannya. Jahitan yang diikat ke benang IUD terlihat pada pemeriksaan vagina di setiap kasus. Benang IUD yang asli terlihat di vagina pada minggu ke- 6 dan tiap IUD diposisikan pada fundus. Pada penelitian yang dilakukan di Sikkim Manipal, ditemukan bahwa 50% perempuan pada kelompok persalinan pervaginam post-plasenta memiliki benang yang terlihat pada minggu ke-6 dan 89% pada bulan ke-3 sementara pada kelompok intra-caesarean hanya 10% perempuan dengan benang terlihat pada minggu ke-6, akan tetapi 41% pada bulan ke-3 (Tabel 1). Pada insersi interval, semua perempuan memiliki benang yang terlihat kecuali kelompok ekspulsi spontan.