desain kincir angin sumb u horizontal bersudu tiga
DESCRIPTION
HASTTRANSCRIPT
Makalah Fisika Energi
Desain Kincir Angin Sumbu Horizontal BerSudu
Tiga
Oleh :
1. Laudy Brian Angkasa M0211044
2. Leila Rizki M0211046
3. Lindha Jayanti M0211048
4. Kemas Farozi M0211042
5. Yarti M0211076
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi baru terbarukan pada tahun 2008 telah menjadi isu penting.
Ketika dunia dilanda krisis global yang meliputi krisis energi, krisis
keuangan dan krisis lingkungan, situasi tersebut telah mendorong semua
pihak untuk melakukan usaha mencari alternatif pemanfaatan energi,
khususnya pengembangan energi listrik konvensional menuju energi listrik
berbasis pada energi baru terbarukan (EBT).
Menurut Blueprint Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan
oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun
2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan
akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi
pada tahun tersebut.
Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61
tahun dan batubara 147 tahun. Sementara tingginya kebutuhan migas tidak
diimbangi oleh kapasitas produksinya menyebabkan kelangkaan sehingga
di hampir semua negara berpacu untuk membangkitkan energi dari
sumber-sumber energi baru dan terbarukan. Salah satu yang dipilih adalah
energi angin (Ikhsan and Hipi, 2011)
Kapasitas turbin angin dunia telah mencapai 198 GW tahun 2010.
Untuk jangka panjang pemanfaatan energi angin dunia dapat mencapai
lima kali produksi energi global atau 40 kali permintaan listrik dunia saat
ini. Indoensia sebagai negara tropis dengan geografis yang luas dengan
penduduk yang menyebar dari pantai, daratan dan pegunungan. Pada saat
ini Indonesia telah menginstalasi turbin angin dengan kapasitas 1,4 MW
dengan turbin angin berkapasitas 50 watt–10 kilowatt, diameter blade
trubin angin 0,8-7,5 meter diinstalasi pada daerah kecepatan angin zone I
(2,5-4,0) m/s, Zone II (4,0-5,0) m/s dan zona III (> 5 )m/s (Anonim, 2011)
. Pengembangan energi angin di Indonesia telah dicanangkan dapat
mencapai 5 MW on grid dan 250 MW off grid tahun 2005-2025 (Robandi,
2006;DJLPE, 2004;Anonim, 2009).
Penelitian mengenai tenaga angin sudah dilakukan di beberapa
daerah. Penelitian mencakup penelitian geografis, geologis serta topografi
dari lingkungan tersebut. Selain mengenai lingkungan pendukung
pembangkit listrik tenaga angin , penelitian juga dilakukan untuk
mendesain turbin angin. Penelitian mengenai desain turbin angin ini
berkaitan dengan konversi energi mekanik untuk dijadikan energi listrik.
Pada makalah ini akan disampaikan mengenai desain turbin angin sumbu
horizontal bersudu tiga serta analisa terhadap perhitungan daya dan
efisiensi dari desain angin yang telah dibuat.
B. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari makalah ini adalah pembuatan
desain kincir angin sumbu horizontal bersudu tiga, mekanisme kerja dari
desain kincir angin sumbu horizontal bersudu tiga serta analisa
perhitungan daya serta efisiensi yang dihasilkan dari desain kincir angin
tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam malkalah ini adalah:
1. Bagaimana desain kincir angin sumbu horizontal bersudu tiga ?
2. Bagaimana mekanisme kerja dari desain kincir angin sumbu
horizontal bersudu tiga ?
3. Bagaimana analisa perhitungan nilai daya dan efisiensi dari desain
kincir angin sumbu horizontal bersudu tiga ?
D. . Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Membuat desain kincir angin sumbu horizontal bersudu tiga.
2. Menjelaskan mekanisme kerja dari desain kincir angin sumbu
horizontal bersudu tiga.
3. Menguraikan analisa terhadap perhitungan nilai daya dan efisiensi dari
desain kincir angin sumbu horizontal bersudu tiga.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Dapat membuat desain kincir angin sumbu horizontal bersudu tiga.
2. Dapat menjelaskan mekanisme kerja dari desain kincir angin sumbu
horizontal bersudu tiga
3. Dapat menganalisa perhitungan nilai daya dan efisiensi dari desain
kincir angin sumbu horizontal bersudu tiga.
BAB II
DASAR TEORI
A. Turbin Angin
Sistem tenaga angin adalah sebuah sistem yang mengkonversi
energi kinetik pada angin menjadi energi mekanis, atau dalam bentuk
energi lainnya. Sistem tenaga angin atau yang lebih dikenal dengan wind
turbines merupakan sistem konversi, dimana energi mekanik kemudian
diubah ke dalam bentuk listrik .
Turbin angin (Wind Tubines) bekerja dengan prinsip yang
sederhana. Energi pada angin berputar pada dua atau 3 propeller seperti
sudu mengelilingi sebuah rotor. Rotor di hubungkan pada poros, rotor
terhubung ke poros utama, yang berputar dengan generator untuk
menghasilkan listrik. Turbin angin adalah sistem konversi energi yang
memanfaatkan energi kinetik angin sebagai daya. Arus angin pada rotor
dari turbin angin, menyebabkan rotor berputar pada poros. Daya poros
yang dihasilkan dapat digunakan untuk kerja mekanik.
B. Kelebihan Dari Sistem Konversi Tenaga Angin Wind Turbine.
Kelebihan dari Sistem energi tenaga angin ini adalah ramah
lingkungan, karena hanya memanfaatkan prinsip kerja mekanis saja, bebas
dari polusi dan anginnya dapat digunakan secara gratis.
C. Jenis dari Turbin Angin
Turbin angin (wind turbines) di klasifikasikan menjadi dua jenis
umum yaitu sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Secara umum pada
mesin sumbu horizontal sudunya berotasi pada sumbu yang paralel ke
tanah. Sedangkan sumbu vertikal memiliki sudu yang berotasi sejajar ke
tanah.
Gambar 1. Turbin sumbu vertikal dan turbin sumbu horizontal
Bagian dari Turbin Angin :
1. Nacelle , meliputi komponen-komponen kunci dari turbin angin,
termasuk gearbox dan generator listrik .
2. Tower dari turbin angin membawa/menyangga nacelle dan rotor.
Secara umum,tower yang lebih tinggi memilki kelebihan, karena
kecepatan angin bertambang saat berada lebih jauh dari tanah atau
lebih tinggi dari tanah .
3. Sudu rotor menangkap energi angin dan mentransfer tenaganya ke
hub rotor.
4. Generator mengubah energi mekanik dari poros ke energi listrik .
5. Gearbox meningkatkan kecepatan rotasi dari poros untuk generator
Gambar 2. Bagian-Bagian dalam Turbin Horizontal dan Vertikal
A. Turbin Angin Sumbu Horizontal (Horizontal Axis Wind Turbine)
Turbin sumbu horizontal merupakan desain turbin angin yang
paling umum digunakan. Pada dasarnya , agar paralel dengan tanah ,
sumbu pada rotasi sudu (blade) adalah paralel pada aliran angin .
Horizontal axis wind turbines biasanya mengutamakan rotor-rotor yang
menyerupai baling-baling pesawat terbang ,yang mana beroperasi pada
prinsip aerodynamic yang sama. aliran udara di atas airfoil berbentuk
baling menciptakan gaya angkat yang menyalakan rotor. Nacelle dari
turbin angin sumbu horizontal menampung gearbox dan generator. Turbin
angin horizontal dapat ditempatkan pada tower-tower untuk memanfaatkan
angin yang lebih tinggi dari tanah.
Rotor– Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)
Untuk menghasilkan gaya angkat, bentuk airfoil harus lebih
diutamakan agar terdepan, sehingga ujung tombak keseluruhan
menghadap sekitar ke arah aliran udara. Efek ini dijelaskan dengan
menggunakan kecepatan rasio ujung atau tip-speed-ratio (TSR) :
TSR=ΩRv
(1)
Dimana Ω kecepatan angular dari rotor , R adalah jarak antara
sumbu dari perputaran dan ujung dari sudu dan V adalah kecepatan angin .
D. Daya Energi Angin
Energi yang dimiliki oleh angin dapat diperoleh dari persamaan
(Himran Syukri, 2006):
W = ½ ρAv³ (2)
Dimana:
W = Energi angin (Watt)
ρ = Kerapatan udara (Kg/m3)
A = Area penangkapan angin (m2)
V = Kecepatan angin (m/s)
Persamaan di atas merupakan sebuah persamaan untuk kecepatan
angin pada turbin yang ideal, dimana dianggap energi angin dapat
diekstrak seluruhnya menjadi energi listrik. Namun kenyataannya tidak
seperti itu. Jadi terdapat faktor efisiensi dari mekanik turbin angin dan
efisiensi dari generator sendiri.
E. Gaya Aerodinamik
Bentuk sudu turbin angin menyerupai airfoil yang memanjang dari
permukaan poros rotor sampai ujung dari sudu tersebut. Airfoil adalah
bentuk aerodinamik yang dianggap sangat efektif untuk menghasilkan
gaya angkat (lift). Bagian pangkal sudu dicengkeram oleh hub dengan
menggunakan baut. Jari-jari sudu adalah jarak sudu dari permukaan poros
rotor sampai ujung dari sudu. Pada sudu turbin angin akan terjadi tegangan
geser pada permukaaannya saat terkena udara. Distribusi tegangan geser
pada permukaan sudu ini dipresentasi dengan adanya gaya tekan (drag)
yang arahnya sejajar dengan arah aliran fluida dan gaya angkat (lift) yang
arahnya tegak lurus dari arah aliran fluida.
Gambar 3. Penampang Sudu (Wind Turbines, Erich Hau)
Drag merupakan gaya yang berasal dari energi angin yang
mendorong lurus sudu searah gerakan angin. Gaya drag digunakan oleh
turbin. Lift selalu bekerja pada sudut airfoil yang mengarahkan sudu
terangkat akibat gerakan angin.
Gambar 4. Fenomena drag dan lift ( Books.html, Hugh Piggott)
Drag and lift coeffisient (koefisien gaya tarik dan gaya angkat)
dilambangkan dengan CD dan CL. Besarnya CD dan CL bergantung dari
bentuk melintang sudu yang digunakan dan sudu serang (α).
FD=12
CD ρ U 2 A
FL=12
CL ρ U 2 A (3)
Dimana :
FD adalah gaya drag (N)
FL adalah gaya lift (N)
ρ adalah densitas udara (kg/m3),
A adalah luas penampang sudu (m2)
U adalah kecepatan angin (m/s)
F. Power Coeffisient dan Tip Speed Ratio
Betz’s memudahkan teori momentum pada sudu turbin secara
pemodelan aliran dua dimensi. Aliran udara menyebabkan defleksi airfoil.
Gerakan dari angin menggerakkan sudu menimbulkan gerak putar pada
sudu (Spin).
Power Coeffisient (Cp) adalah perbandingan gaya yang dihasilkan
secara mekanik pada sudu akibat gaya angin terhadap daya yang
dihasilkan oleh gaya lift pada aliran udara.
C p=PP0
=14
ρ A(v1
2−v12 ) (v1+v2 )
12
ρ A v3
C p=PP0
=12
¿ (4)
Dimana :
Cp adalah koefisien daya
P adalah Daya mekanik yang dihasilkan rotor (watt)
P0 adalah Daya mekanik total yang terkandung dalam angin yang melalui sudu (watt)
ρ adalah massa jenis udara ( 1,225 kg/m3 pada level laut)
A adalah luas penampang bidang putar sudu (m2)
V1 adalah kecepatan aliran udara sebelum melewati sudu rotor (m/s)
V2 adalah kecepatan aliran udara setelah melewati sudu rotor (m/s)
Energi pada spin akan mengurangi proporsi penggunakan energi
total pada aliran. Power coefficient bergantung pada rasio antara
komponen energi gerak putar sudu dan gerak rotasi pada aliran udara.
Rasio ini didefinisikan sebagai kecepatan tangensial sudu rotor terhadap
kecepatan aksial atau kecepatan angin dan didefinisikan sebagai tip speed
ratio (λ) secara umum pada kecepatan tangensial dari ujung sudu.
Tip speed ratio , λ= uvw
= kecepatan tangensial dariujung sudukecepapatan angin
atau tip speed ratio , λ=π dn60 v
(5)
Dimana :
d adalah diameter sudu(m)
n adalah putaran rotor atau sudu (rpm)
v adalah kecepatan angin (m/s)
Gambar 5. Kurva hubungan Tip-speed ratio (λ) terhadap Rotor coeffisient (CPR )
pada berbagai jumlah sudu (Wind Turbines, Erich Hau)
G. Daya Rotor
PR = Cp ρ2 Vw ³A (6)
Atau
PR = Cp η ρ2 Vw ³A (7)
Dimana :
A adalah luas sudu(m2)
Vw adalah kacepatan angin (m/s)
Cp adalah koefisien angin
Ρ adalah densitas udara ( 1,225 kg/m3),
PR adalah daya rotor (watt)
η adalah efisiensi elektrik dan mekanik (biasanya 90%)
Gambar 6. Kurva hubungan antara tip-speed ratio terhadap rotor power
coefficient (CPR) berbagai jenis turbin angin(Wind Turbines, Erich
Hau)
Torsi rotor dapat dihitung dengan menggunakan koefisien torsi ( CQ)
M = CQ ρ2 Vw ²A R (8)
Dimana R adalah parameter referensi. Terdapat hubungan antara koefisien
daya rotor dan koefisien torsi.
CP=λ CQ (9)
Kurva daya rotor dan kurva torsi adalah gambaran karakteristik dari
konfigurasi rotor
Gambar 7. Kurva hubungan koefisien momen terhadadap tip speed ratio pada
berbagai jumlah sudu (Wind Turbines, Erich Hau)
Parameter utama yang mendominasi penjelasan tentang CP adalah :
1. Jumlah sudu
2. Chord length distribution of blade (panjang garis chord sudu)
3. Karakteristik aerodinamik
4. Twist variation (variasi melintir) dari sudu.
H. Daya Angin
Daya angin yang dapat ditangkap dan diekstrak oleh sistem turbin
angin sumbu horisontal dirumuskan sebagai berikut (Laks et al., 2009)
P=12
ρair C p A r vW3 (10)
Dari rumus tersebut diketahui bahwa daya angin selain bergantung pada
kecepatan angin juga bergantung pada nilai Cp. Semakin besar nilai Cp
maka semakin besar pula daya yang dapat diolah oleh turbin angin.
Besaran Cp merupakan fungsi dari tip speed ratio [λ] dan sudut pitch [θ],
sehingga persamaan (1) dapat ditulis menjadi (Pintea et al., 2010; Gary,
2001).
P=12
ρair C p A r vW3 (11)
Sedangkan λ sendiri dirumuskan sebagai berikut :
λ=ωv
R (12)
Jika ω adalah konstan sesuai set point yang diinginkan dan R blade
adalah konstan, maka Cp hanya akan bergantung terhadap v dan θ. Oleh
karena v tidak dapat dikontrol maka θ dijadikan variabel yang dikontrol
sebagai kompensasi perubahan kecepatan angin (v) untuk memperoleh
daya yang diharapkan.
Untuk memperoleh θ yang sesuai dengan kebutuhan, maka
dilakukan pengambilan data dengan kecepatan angin (v) tetap (konstan).
Hubungan antara daya angin dan kecepatan sudut (RPM) shaft
ditunjukkan oleh persamaan 4, dengan produksi daya berbanding lurus
dengan kecepatan sudut rotor blade (Ghanim et al., 2009; Laks et al.,
2009; Gary, 2001)
P=τaero ω (13)
Produksi daya angin yang ditangkap oleh sebuah horizontal axis
wind turbine HAWT dapat diturunkan melalui persamaan energi kinetik
angin yang bergerak dengan kecepatan tertentu kearah sumbu x,
persamaan energi untuk udara yang melintas pada turbin angin
ditunjukkan oleh persamaan 5 dan 6.
U=12
m vw2=1
2(ρair A r x) vw
2 (14)
Daya adalah turunan energi terhadap waktu ;
P=dUdt
=12
ρair ρair vw2 dx
dt=1
2ρair Ar Aw
3
P=dUdt
=12
ρair Ar vw2 dx
dt=1
2ρair A r vw
3 (15)
Gambar 8. Tube angin yang melewati turbin angin
Hubungan kecepatan angin pada tube angin yang melintas turbin
angin secara ideal:
V₂ = V₃ =23
V₁ V₄ = 13
V₁
A₂ = A₃ = 23
A₁ A₄ = 13
A₁ (16)
Untuk mengetahui seberapa besar daya yang dapat diekstrak oleh
turbin angin dihitung berapa selisih daya angin sebelum dan sesudah
melintas turbin angin. Gambaran ekstraksi daya angin dapat dijelaskan
melalui sebuah conture tube yang dilalui angin bergerak dengan kecepatan
v yang melintas pada turbin angin. Pada keadaan tersebut kecepatan angin
nilainya berkurang berbanding lurus dengan jarak blade turbin angin.
Tekanan angin yang melintas pada turbin akan naik akibat ruang gerak
yang tersedia semakin sempit.
Pada keadaan ini energi kinetik angin oleh turbin angin diubah
menjadi energi rotasional atau daya angin (Pwin). Pada jarak tertentu
kecepatan angin kembali pada kecepatan awal. Fenomena tersebut
diakibatkan oleh ruang gerak yang meluas. Daya angin yang diekstrak oleh
turbin angin sebagai berikut (Gary, 2001).
P=P1−P4=12
ρair ( A1 v13−A4 v4
3 )=12
ρair (89
A1 v13) (17)
Untuk mempermudah perhitungan, persamaan (17) diubah ke
dalam bentuk lain yang menggunakan variabel A2 atau terkait dengan luas
area sapuan turbin angin sebagai berikut:
P=12
ρair¿ (18)
Pada persamaan 18. terdapat konstanta 16/27 atau = 0.593 yang
selanjutnya disebut koefisien Betz. Nilai tersebut menyatakan efisiensi
maksimum dari sebuah turbin angin atau koefisien power (Cp).
I. Prinsip Kerja Turbin Angin Jenis HAWT (Horizontal Axis Wind
Turbines).
Energi angin dihasilkan dengan mengkonversi energi kinetik
melalui proses gesekan kedalam bentuk yang lebih berguna seperti listrik
dan energi mekanik .Turbin angin beroperasi dengan prinsip sederhana.
Energy pada angin memutar dua atau tiga baling-baling, seperti sudu
mengelilingi rotor. Rotor terhubung pada batang, dimana memutar
generator dan kemudian menghasilkan listrik .
Turbin angin merupakan mesin yang memiliki rotor dengan tiga
baling-baling sudu. Sudu ini di susun secara spesifik secara horizontal
untuk mendorong angin, sehingga menghasilkan listrik. turbin angin
ditempatkan pada area yang memiliki kecepatan angin tinggi, untuk
memutar dusu lebih cepat sehingga rotor dapat mentransmisikan listrik
yang dihasilkan ke generator. Setelah itu listrik yang dihasilkan disuplai ke
stasiun yang berbeda melalui grid.
Berdasarkan ketentuan lebih tinggi kamu pergi, akan semakin
dingin dan lebih banyak sirkulasi udaranya. Ketentuan ini di apikasikan
dengan membangun turbin pada ketinggian, dimana untuk memanfaatkan
sirkulasi udara pada ketinggian untuk menggerakkan turbin lebih cepat.
Turbin angin menjulang pada sebuah menara untuk menangkap energi.
Pada ketinggian 100 feet (30 Meter) atau lebih diatas tanah, turbin angin
dapat memanfaatkan angin lebih cepat dan turbulensi angin yang sedikit.
turbin angin dapat digunakan untuk menghasilkan listrik untuk perumahan
atau bangunan, atau juga dapat dihubungkan ke grid listrik untuk distribusi
listrik yang merata / lebih luas .
Berikut adalah display dari desain kincir angin menggunakan
software Solidworks 2010, dimana desain kincir angin yang dibuat adalah
Desain Kincir Angin Sumbu Horizontal dengan Tiga Sudu.
Gambar 9. Desain Kincir Angin Sumbu Horizontal dengan Tiga Sudu
Gambar 10. Gambar desain Komponen untuk Assembly atau Tower dari Kincir
Angin Sumbu Horizontal dengan Tiga Sudu .
Gambar 11. Gambar Desain Rotor atau Nacelle dari Kincir Angin Sumbu
Horizontal dengan Tiga Sudu .
Gambar 12. Gambar Desain Sudu dari Kincir Angin Sumbu Horizontal dengan
Tiga Sudu .
J. ANALISA DATA DESAIN KINCIR ANGIN DAN PERHITUNGAN
1. Bahan desain kincir Angin : Karbon
2. Densitas Udara (ρ ¿ : 1,151 kg/m3 (Ikhsan dan Hipi, 2011 )
Tabel.1. Data rata-rata kecepatan angin dibeberapa daerah di Indonesia (Pusat Meteorologi dan Geofisika, 2000)
No Nama Daerah Kecepatan rata-rata (m/s)1 Blang Bintang 3,52 Tanjung Pinang 3,753 Tanjung Pandang 4,354 Pondok Betung 3,75 Margahayau 4,36 Rendole/Pati 5,37 Semarang 3,98 Iswahyudi 5,159 Kalianget 4,1510 Denpasar 4,0311 Pasir Panjang 4,9512 Kupang/Penfui 5,7513 Waingapu 3,65
Tabel. 2. Data desain kincir angin sumbu horizontal sudu tiga
No Besaran Satuan dalam cgs Satuan dalam SI1 Massa sudu 39,36 gr 0,03936 kg2 Massa Rotor 65,35 gr 0,06535 kg
Massa Total (Sudu + Rotor) 104,71 gr 0,10471 kg3 Volum Blade 5046,01 mm3 50,46 x 10-7 m3
4 Volum Rotor 8377,58 mm3 83,77 x 10-7 m3
5 Luas Blade 3401,69 mm2 0.00340169 m2
6 Luas Rotor 2199,11 mm2 0,00219911 m2
7 Tinggi Tower 230,15 mm 0,23015 m8 Diameter Rotor 20 mm 0,02 m9 Tinggi Rotor 20 mm 0,02 m10 Diameter Stator 40 mm 0,04 m11 Tinggi Stator 50 mm 0,05 m12 Panjang Ujung Atas sudu 5 mm 0,005 m13 Panjang Body sudu 100 mm 0,1 m14 Panjang Ujung Bawah sudu 10 mm 0,01 m
2 x (Panjang total sudu) 230 mm 0, 23 mDiameter Kincir ( 2 x panjang total sudu + Diameter Rotor)
250 mm 0, 25 m
A. Daya Angin
W =12
ρ A v3 (19)
W =¿Energi Angin (Watt)
ρ = densitas udara (kg/m3)
A = Luas daerah penangkapan angin (m2)
V=¿ Kecepatan angin (m/s)
Tabel.3. Perhitungan nilai daya ideal angin dengan variasi kecepatan angin dibeberapa daerah di Indonesia dengan perbesaran diameter kincir sebesar 50 kali.
No Nama DaerahKecepatan
Angin (m/s)
Densitan udara
(kg/m³) Diameter kincir (m)
Daya angin (watt)
1 Blang Bintang 3.5 1.151 12.5 3029.24
2 Tanjung Pinang 3.75 1.151 12.5 3725.84
3Tanjung Pandang 4.35
1.151 12.5 5815.64
4 Pondok Betung 3.7 1.151 12.5 3578.78
5 Margahayau 4.3 1.151 12.5 5617.40
6 Rendole/Pati 5.3 1.151 12.5 10518.59
7 Semarang 3.9 1.151 12.5 4191.06
8 Iswahyudi 5.15 1.151 12.5 9650.54
9 Kalianget 4.15 1.151 12.5 5049.80
10 Denpasar 4.03 1.151 12.5 4624.29
11 Pasir Panjang 4.95 1.151 12.5 8569.30
12 Kupang/Penfui 5.75 1.151 12.5 13431.78
13 Waingapu 3.65 1.151 12.5 3435.65
Dari hasil perhitungan daya angin pada Tabel. 3 di atas
menunjukkan bahwa nilai daya ini dipengaruhi oleh densitas udara (ρ ¿,
luas daerah penangkapan angin oleh kincir yang dipengaruhi oleh diameter
kincir (A=π ( D2
¿2) serta kecepatan angin. Pada desain ini dilakukan
perhitungan daya angin, dengan data nilai kecepatan angin yang
diperoleh dari Tabel.1. Dari Tabel. 1 terlihat bahwa nilai kecepatan rata-
rata di wilayah Indonesia berkisar antara 3,5 m/s sampai 5,75 m/s. Untuk
nilai densitas yang digunakan adalah sebesar 1,151 kg/m3. Pada desain ini
nilai diameter dari kincir anginnya adalah sebesar 0,25 m. Desain ini
dibuat dengan perbandingan 1:50 dari ukuran sebenarnya. Dimana nilai
perbesaran ini dapat divariasi bergantung pada desain daya yang akan
dihasilkan, serta harus memperhitungkan nilai kecepatan angin yang ada.
Nilai perbesaran ini hanya untuk menghitung daya angin, daya kincir serta
efisiensi kincir jika diasumsikan kincir ditempatkan pada suatu daerah
yang memiliki kecepatan angin seperti ditunjukkan pada Tabel. 1.
Pada Tabel.3 terlihat bahwa nilai daya angin yang
dihasilkan berkisar antara 3029.24 m/s sampai 13431.78 m/s. Nilai daya
terkecil dihasilkan dari nilai kecepatan angin terkecil sebesar 3,5 m/s.
Sedangkan nilai daya angin terbesar dihasilkan dari nilai kecepatan angin
terbesar yaitu 5,75 m/s. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar
kecepatan angin, serta densitas udara semakin besar pula nilai daya angin
yang dihasilkan.
B. Torsi
Diperoleh dengan menggantungkan sistem pengereman dengan
mengantungkan beban pada rotor yang berputar :
Q=F xr (20)
Q = Torsi (Nm)
F= Gaya pembebanan (N)
r = Jari-jari rotor (m)
m = massa sudu (beban) (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
C. Daya kincir
P=Q x ω (21)
P = Daya kincir (watt)
Q= torsi (Nm)
ω = Kecepatan angular (rad/s) (ω=2 πn /60)
n = kecepatan putaran per menit (diukur dengan menggunakan
tachometer)
D. Efsiensi Kincir
Perbandingan antara daya output dan input dari kincir angin :
η=dayakincirdaya angin
x 100 % (22)
Tabel.4. Data Kinerja kincir angin dengan variasi kecepatan angin
menggunakan perbesaran massa sudu serta jari-jari rotor sebesar 50 kali.
NoNama Daerah
Kecepatan
Angin (m/s)
Putaran kincir (rpm)
pembebanan (kg)
jari-jari rotor (m)
Daya kincir (watt)
Daya angin (watt)
efisiensi
kincir (%)
1Blang
Bintang3.5
260 5.904 0.5 788.79 3029.24 26.04
2Tanjung Pinang
3.75280 5.904 0.5 849.47 3725.84 22.79
3Tanjung Pandang
4.35325 5.904 0.5 985.99 5815.64 16.95
4Pondok Betung
3.7275 5.904 0.5 834.29 3578.78 23.31
5 Margahayau 4.3 320 5.904 0.5 970.82 5617.40 17.28
6 Rendole/Pati 5.3 350 5.904 0.5 1061.83 10518.59 10.09
7 Semarang 3.9 290 5.904 0.5 879.81 4191.06 20.99
8 Iswahyudi 5.15 345 5.904 0.5 1046.67 9650.54 10.85
9 Kalianget 4.15 315 5.904 0.5 955.65 5049.80 18.92
10 Denpasar 4.03 305 5.904 0.5 925.31 4624.29 20.01
11Pasir
Panjang4.95
335 5.904 0.5 1016.33 8569.30 11.86
12Kupang/Penfui
5.75360 5.904 0.5 1092.17 13431.78 8.13
13 Waingapu 3.65 265 5.904 0.5 803.96 3435.65 23.40
Dari Tabel.4 di atas menunjukkan bahwa nilai kinerja kincir
dipengaruhi oleh nilai daya angin serta daya kincir. Nilai daya kincir
ini dipengaruhi oleh torsi serta kecepatan angular dari kincir. Untuk
kecepatan angular besarnya ditentukan dari ω=2 πn60
rad/s . Dimana n
merupakan kecepatan putaran kincir / menit (rpm). Nilai n ini
seharusnya diukur dengan menggunakan tachometer, karena dalam
desain ini tidak dapat dilakukan pengukuran nilai n terhadap besarnya
kecepatan angin, maka diasumsikan nilai n adalah berkisar dari 260 -
360 rpm. Besarnya nilai kecepatan putar kincir ini sebanding dengan
besarnya kecepatan angin yang ada .
Sedangkan nilai torsi sendiri bergantung pada massa beban dari
rotor (massa sudu), serta jari-jari rotor. Karena dalam desain ini
digunakan tiga sudu, maka massa dari bebannya menjadi tiga kali massa
sudu dengan perbandingan 1:50 dari ukuran sebenarnya.
Efisiensi dari sebuah kincir dapat digunakan untuk menentukan
besarnya power coefficient (CP). CP adalah gaya yang dihasilkan secara
mekanik pada sudu akibat gaya angin terhadap daya yang dihasilkan
oleh gaya lift (gaya angkat) pada aliran udara.
Berdasarkan teori nilai Cp maksimum sebesar 0,593, hal ini
menunjukkan bahwa maksimum daya angin yang dimanfaatkan oleh
kincir adalah sebesar 60 %. Pada Tabel.4 nilai efisiensi yang diperoleh
berkisar antara 8 m/s sampai 26 m/s.
E. Perhitungan Daya dan efisiensi Kincir Angin dengan GUI
Gambar 1. Tampilan perhitungan sederhana daya dan efisiensi kincir angin dengan GUI
Gambar 2. Tampilan hasil Perhitungan daya dan efisiensi kincir angin dengan GUI
K. Kesimpulan
1. Telah dapat di desain alat konversi energi angin , yaitu Kincir Angin
Sumbu Horizontal dengan Tiga Sudu (Horizontal Axis Wind Turbin ,
with 3 blades ). Desain dikerjakan dengan menggunakan Software tiga
dimensi yaitu Solidworks 2010. Desain Kincir terdiri dari tiga
komponen utama , yaitu bagian Tower atau Assembly yang digunakan
untuk menopang kincir angin dan bagian konversi angin ke dalam
energi listrik, kemudia bagian Nacelle yang digunakan untuk
mengkonversi energi angin menjadi listrik ,dan bagian sudu atau
baling-baling yang berfungsi menangkap angin.
2. Prinsip Kerja dari HAWT 3 Blades ini sangat sederhana , dengan
memanfaatkan Angin dimana energi potensial pada angin akan diubah
kedalam bentuk mekanis untuk memutar ketiga sudu, sudu
mengelilingi dan terbubung langsung dengan rotor. Rotor terhubung
pada batang , yang kemudian memutar generator , dimana generator ini
merupakan komponen yang dapat mentransmisikan energi mekanik
yang dihasilkan kemudian diubah kedalam energi listrik. Energi listrik
yang dihasilkan dapat langsung di salurkan ke grid jika kincir angin di
buat dalam sekala besar atau di suplai ke dalam perumahan .
3. Analisa perhitungan untuk desain HAWT 3 Blades, digunakan
beberapa data, dimana untuk data ukuran dari HAWT 3 Blades
merupakan ukuran hasil desain yang telah ditentukan, kemudian untuk
data kecepatan angin dan variabel bebas lainnya di luar komponen
desain HAWT 3 Blades,merupakan data referensi yang digunakan
untuk memperkirakan daya yang akan dihasilkan melalui desain
HAWT 3 Blades yang telah di desain. Untuk perhitungan variabel-
variabel dalam kincir angin, seperti daya listrik yang dihasilkan, telah
di persiapkan Software GUI. Dari hasil desain yang telah dibuat
dengan menggunakan data referensi untuk kecepatan angin di berbagai
daerah di Indonesia dapat disimpulkan bahwa Daya yang dihasilkan
oleh desain HAWT 3 Blades di pengaruhi densitas udara (ρ), luas
daerah penangkapan angin oleh kincir yang dipengaruhi oleh diameter
kincir ¿ serta kecepatan angin. Berdasarkan referensi rata-rata
kecepatan angin di Indonesia berkisar antara 3,5 m/s sampai 5,75 m/s,
dengan nilai densitas yang digunakan yaitu sebesar 1,151 kg/m3,
diameter kincir angin pada desain yang telah dibuat sebesar 0,25 m.
Desain HAWT 3 Blades dibuat dengan perbandingan 1:50, nilai
tersebut dapat divariasikan sesuai dengan desain daya yang dihasilkan
dan memperhitungkan nilai kecepatan angin lokal. Dari hasil
perhitungan dengan desain yang telah dibuat diperoleh kesimpulan
bahwa semakin besar kecepatan angin, serta densitas udara maka
semakin besar pula nilai daya angin yang dihasilkan. Dan nilai kinerja
dari kincir angin dipengaruhi oleh nilai daya angin serta daya kincir.
Nilai daya kincir dipengaruhi oleh Torsi serta kecepatan angular kincir.
Untuk kecepatan angular besarnya ditentukan dariω=2 πn60
rad/s.
Dimana n merupakan kecepatan putaran kincir / menit (rpm).
diasumsikan nilai n adalah berkisar dari 260 - 360 rpm. Besarnya
nilai kecepatan putar kincir ini sebanding dengan besarnya kecepatan
angin yang ada. Nilai torsi sendiri bergantung pada massa beban dari
rotor (massa sudu), serta jari-jari rotor. Efisiensi dari sebuah kincir
dapat digunakan untuk menentukan besarnya power coefficient (CP). CP
adalah gaya yang dihasilkan secara mekanik pada sudu akibat gaya
angin terhadap daya yang dihasilkan oleh lift forces (gaya angkat) pada
aliran udara.
Daftar Pustaka
Anonim.(2009). World Energy Report 2009, Charles-de-Gaulle-Str.5 (53113)
Bonn Germany, [email protected].
Anonim.(2011). Renewable energy.19 Februari 2011. Wikipedia, Renewable
energy from wikipedia,the free encyclopedia,//Renewable_energy.htm.
A.Pintea, D.Pepescu, P.Borne.(2010). Moeling and control of wind turbines,
12 th sysmposium Large Scale systems Theory and App, France hal-
00512206 Version 1.
David G.Wilson, et.al.(2008). Optimized active aerodynamic blade control for
load alleviation on large wind turbines, AWEA Windpower 2008
conference & exhibition, Houston,Texas,
DJLPE.(2004). National Energy Policy 2005-2025 Indonesia, Directorate General
of electricity and Energy using, Jakarta.
Ghanim Putrus, at al.(2009) .Maximum power point tracking for variable-speed
fixed-pitch small wind turbines, CIRED 20th International converence on
electrican engineering, paper 0542, Prague 8-11.
Helen, Markou and Torben J.Larsen.(2009). Control Stategies for operation of
pitchregulated turbines above cut-out wind speeds, Riso-DTU,
Denmark,PSO-project.
Ikhsan,Ikhwanul and Hipi,Akbar.(2011). Analisis Pengaruh Pembebanan
Terhadap Kinerja Kincir Angin Tipe Propeller Pada Wind Tunnel
Sederhana. Tugas akhir, Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
J. H. Laks, L. Y. Pao, and A. D. Wright.(2009). Control of Wind
Turbine:Past,Present, and Future, US National Science Foundation(NSF
Grant CMMI-0700877).
R.Ata, and Y.Kocyigit.(2010).An adaptive neuro-fuzzy inference system approach
for prediction on tip speed ratio in wind turbines, Expert systems with
Application 37 (2010) 5454-5460, Elsevier.
Robandi I.(2006). Desain Sistem Tenaga Modern.Andi Offset:Yogyakarta.