desain layout stasiun yang berintegrasi dengan bandar udara
DESCRIPTION
Studi kasus: Stasiun Bandara Baru YogyakartaTRANSCRIPT
KLASIFIKASI DAN STANDAR PELAYANAN STASIUN
KERETA API BANDARA
A’roof Tito Anggoro
Fakultas Teknik - UGM
Jln. Grafika 2, Kampus UGM,
Yogyakarta, 55281
Telp: (0274) 545675
Danang Parikesit
Fakultas Teknik - UGM
Jln. Grafika 2, Kampus UGM,
Yogyakarta, 55281
Telp: (0274) 545675
Abstract
Construction of one of vital mode transport in province of Yogyakarta is an airport that located in Temon, Kulon
Progo. However, the airport location is quite far from the capital city of Yogyakarta, then the parties are
planning to construct a railway lines and station to airport. The purpose of this study is to get a good facility in
operational and good service when the regulations in Indonesia is not supported to make a good station that
integrates with the airport. First for the classification made by using secondary data from various sources as an
assumptions that generates a large class of station criteria. Then for station facilities, station regulations from
Indonesia will be supported with the standard regulations of the three countries, are UK, USA, and Australia to
meet an international standart station.
Keywords: Airport, Station, Integrate, Classification, Facilities
Abstrak
Pembangunan salah satu terminal moda transportasi yang juga vital di Provinsi Yogyakarta yaitu Bandar Udara
yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Namun lokasi bandar udara yang cukup jauh dari
pusat kota di Yogyakarta, maka pihak terkait merencanakan pembangunan jalur kereta api dan stasiun ke
kawasan bandar udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan fasilitas baik dari sisi operasional
maupun dari sisi pelayanan yang baik disaat peraturan di Indonesia tidak mengatur terkait stasiun yang
berintegrasi dengan bandara. Untuk klasifikasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari berbagai
sumber sebagai asumsi yang menghasilkan kriteria stasiun kelas besar. Lalu untuk fasilitas stasiun dilakukan
penambahan dari peraturan Indonesia dengan standar dari tiga Negara yaitu Inggris, Amerika, dan Australia
untuk memenuhi standar internasional.
Kata Kunci: Bandara, Stasiun, Integrasi, Klasifikasi, Fasilitas
PENDAHULUAN Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian
masyarakat di Indonesia untuk berpergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini oleh PT.
Kereta Api Indonesia (persero) membuat perjalanan darat antar kota menjadi semakin maju.
Untuk lebih memajukan transportasi antar kota ini sudah selayaknya dilakukan peningkatan
di sisi fasilitas yang memadai serta kualitas pelayanan yang semakin baik. Kebutuhan
transportasi murah dan massal di negara yang besar dari sisi wilayah serta jumlah penduduk
seperti Indonesia sangat dibutuhkan. Sudah selayaknya kita sadari bahwa transportasi
memegang peranan penting dalam sendi kehidupan masyarakat saat ini. Oleh karena itu
dengan semakin banyaknya daerah yang membutuhkan transportasi massal sudah selayaknya
dilakukan perluasan daerah cakupan kereta api dengan membangun jalur serta stasiun baru.
Pembangunan salah satu terminal moda transportasi yang juga vital di Provinsi Yogyakarta
yaitu Bandar Udara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo
merupakan dampak dari kondisi bandara eksisting yang ada saat ini yaitu bandara Adi
Sucjipto sudah tidak memenuhi lagi untuk menampung pergerakan para pengguna jasa
penerbangan. Hal ini dapat kita lihat secara kasat mana terjadi over capacity dari sisi
bangunan fasilitas penunjang darat maupun fasilitas penunjang udara. Keadaan bandara yang
kurang tertata dan cendrung berantakan, lalu para calon penumpang yang tidak mendapat
ruang tunggu yang layak , terjadinya kemacetan di jalan akses menuju bandara serta hal
lainnya yang mengganggu kenyamanan penumpang. Maka dari itu dengan keputusan Menteri
Perhubungan Nomor : KP 1164 Tahun 2013, Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya
ditetapkan lokasi Bandara Baru di Palihan, Temon, Kabupaten Kulonprogo. Lokasi persisnya
bandara ini ada di koordinat 7o54’39,20” Lintang Selatan dan 110o4’21,11” Bujur Timur.
Masalah yang terjadi dari pembangunan bandar udara tersebut adalah lokasi bandar udara
yang cukup jauh dari pusat kota di Yogyakarta. Setidaknya membutuhkan waktu 1 Jam untuk
mencapai Ibu Kota Provinsi Yogyakarta tersebut yang berjarak hingga sekitar 45 Km
menurut data dari google maps. Hal ini tentu memberikan dampak negatif bagi para
pengguna jasa pesawat yang datang dan pergi melalui Bandar Udara baru tersebut. Dengan
tidak adanya pilihan transportasi yang layak dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar
udara dengan Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Provinsi menjadi salah satu permasalahan
utama. Meneruskan hal ini maka pihak terkait merencanakan pembangunan jalur kereta api
baru ke kawasan bandar udara yang berlokasi di Kecamatan Temon. Nantinya akan menjadi
penghubung dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar udara dengan Kota Yogyakarta
sebagai Ibu Kota Provinsi sebagai salah satu pilihan moda utama bagi penumpang dan barang
yang akan memasuki Provinsi Yogyakarta.
Dimulai dengan pembangunan jalur rel kereta api baru yang menyambung dari stasiun Wates
ke arah bandar udara di Kecamatan Temon serta pembangunan stasiun baru sebagai tempat
naik turun penumpang dan barang kereta api. Pembangunan stasiun kereta api ini didesain
untuk mencapai mutu pelayanan dan operasi yang sesuai dengan peraturan yang ada
mengingat bandar udara yang dibangun juga dengan standart tersebut. Konsep bangunan
yang modern dengan kelengkapan fasilitas utama dan penunjang, pelayanan dan kenyamanan
penumpang menjadi prioritas utama. Maka dari itu diciptakan stasiun kereta api yang
memiliki fasilitas dari sisi operasi dan pelayanan terbaik setara internasional.
METODE PENELITIAN Perumusan Masalah
Pada tahapan awal dilakukan perumusan masalah terkait dengan pembangunan stasiun
bandara udara baru Yogyakarta. Setelah perumusan masalah, apa yang ingin dibahas dari
permasalahan fasilitas stasiun yang berintegrasi dengan bandara?
• Kelas stasiun yang mempengaruhi bentuk dan system operasi di dalam stasiun,
diperkirakan dengan besarnya pengguna maka akan dirancang dengan kelas terbaik.
• Fasilitas stasiun yang memadai sesuai kelas stasiun dan standar yang mengikuti
standar internasional sama seperti bandara yang akan dibangun.
Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terkait
Pada tahap ini dicari sumber dari berbagai literatur yang ada. Mulai dari peraturan serta
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang menyangkut penelitian, ditambah
peraturan dan perundang-undangan dari berbagai negara lain sebagai bahan pertimbangan
untuk mencapai standar internasional.
Untuk sumber dari Indonesia dipakai berbagai peraturan terkait diantaranya UU 23 Tahun
2007 mengenai Perkeretaapian, PM 29 Tahun 2011 mengenai Persyaratan Teknis Bangunan
Stasiun, PM 33 Tahun 2011 mengenai Klasifikasi Stasiun, PM 48 Tahun 2015 Mengenai
Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang Dengan Kereta Api, ditambah Buku
Standadisasi Stasiun yang dikeluarkan oleh PT KAI tahun 2012.
Sedangkan sebagai bahan refrensi diambil sumber buku desain stasiun kereta api dari
berbagai negara. Diantaranya Guide to Station Planning and Design yang dikeluarkan dari
salah satu penyelenggara perkeretaapian di Inggris yaitu Network Rail, Station Program and
Planning Guidelines yang dikeluarkan oleh penyelenggara perkeretaapian Amtrak dari
Amerika Serikat, dan Railway Station Design Standard yang dikeluarkan oleh Victorian Rail
Industry Operators Group di Australia.
Batasan Masalah
Pada tahap ini ditetapkan pembatasan dalam penelitian ini. dengan memperkecil scoop
penelitian agar lebih fokus dan lebih akurat dalam penyusunannya. Batasan yang dilakukan
antara terdiri dari beberapa hal.
Pada penelitian ini mencakup kebutuhan dari sisi penumpang. Sedangkan untuk barang serta
parkir tidak didesain dengan pertimbangan stasiun ini adalah stasiun khusus mengangkut
pelanggan yang nantinya akan menggunakan moda transportasi pesawat. Sedangkan parkir
akan menggunakan lahan yang dimiliki bandara.
Sesuai dengan PM 33 Tahun 2011. Klasifikasi stasiun ditentukan dengan mengacu peraturan
Indonesia. Dengan perkiraan jumlah penumpang yang besar dan fasilitas yang akan
diaplikasikan, maka ditetapkan kelas stasiun adalah kelas besar.
Pengumpulan Data dan Refrensi
Setelah studi sebelumnya diketahui berbagai langkah desain layout yang baik, dilakukan
pengumpulan data dan refrensi yang mempengaruhi desain layout serta kebutuhan lainnya.
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
• Prediksi jumlah penumpang bandara baru di Yogyakarta. Data ini didapat dari Data
ini didapat dari Pustral UGM dengan maksud untuk memprediksi pertumbuhan
penumpang bandara serta memprediksi jumlah penumpang pengguna kereta dari dan
ke bandara. Data berupa Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 1164 Tahun
2013 tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara Baru Di Kabupaten Kulon Progo
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
• Spesifikasi Kereta Api Woojin, merupakan kereta api yang digunakan di Medan ke
Kuala Namu. Pengetahuan spesifikasi kereta api bandara Kuala Namu dari sisi
panjang kereta dan kapasitas kereta per sekali angkut dapat membantu penyusunan
ruang kereta api kedepannya di kebutuhan fasilitas naik dan turun. Kedepannya data
ini akan dijadikan asumsi penggunaan kereta yang akan dioperasikan di stasiun kereta
api bandara baru Yogyakarta. Data teknis kereta didapat dari PT Railink yang
berkantor di Jakarta Railway Center, Jakarta Pusat.
• Jumlah Pengguna Kereta Api di Stasiun Kuala Namu dan Pengguna Pesawat di
Bandara Kuala Namu. Dengan komparasi data ini dijadikan asumsi berapa presentasi
pengguna kereta bandara di Indonesia saat ini. dengan hasil ini dapat dijadikan acuan
bagi desain layout stasiun dalam merancang kebutuhan ruang dalam stasiun. Data
pengguna kereta api dan bandara di Kuala Namu didapat dari PT Railink yang
berkantor di Jakarta Railway Center, Jakarta Pusat.
• Layout Stasiun Kereta Api Kuala Namu. Data digunakan sebagai referensi untuk
perbandingan dengan peraturan terkait. Layout stasiun bandara yang berlokasi sebagai
stasiun akhir memiliki bentuk emplasmen yang berbeda. Data layout didapat dari PT
Railink yang berkantor di Jakarta Railway Center, Jakarta Pusat.
• Lokasi Dan Masterplan Bandara Baru Yogyakarta. Data Master Plan memberi
gambaran rancangan bandar udara kedepannya yang nanti memberi andil dalam
desain layout termasuk layout stasiun. Sedangkan lokasi bandara baru untuk
memudahkan dalam menilai lokasi stasiun nanti yang rencananya berintegrasi dengan
bandara. Data ini didapat dari Dinas Perhubungan Provinsi Yogyakarta
Penerapan Kebutuhan Stasiun Sesuai Klasifikasi Stasiun
Setelah semua data terkumpul dengan berbagai sumber yang sudah disebutkan sebelumnya.
Dimulai dari penerapan kebutuhan stasiun kereta api sesuai standard Klasifikasi Stasiun
dalam PM 33 Tahun 2011. Pengelompokan kelas stasiun kereta api dalam PM 33 Tahun
2011, dihitung berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai komponen. Kriteria yang
dimaksud adalah:
• Fasilitas operasi dengan maksimum 25 angka kredit
• Jumlah jalur dengan maksimum 20 angka kredit
• Fasilitas penunjang dengan maksimum 15 angka kredit
• Frekuensi lalu lintas dengan maksimum 15 angka kredit
• Jumlah penumpang dengan maksimum 20 angka kredit
• Jumlah barang dengan maksimum 5 angka kredit
Standar Pelayanan Penumpang di Stasiun
Sesuai peraturan yang diterapkan di Indonesia, stasiun kereta api untuk keperluan
pengoperasian kereta api harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan kepentingan
pengoperasian kereta api. Sedangkan dalam keperluan naik turun penumpang setidaknya
harus memenuhi fasilitas yang menunjang seperti berikut:
• Keselamatan
Untuk menunjang stasiun yang baik dibutuhkan parameter keselamatan yang meliputi
Informasi dan fasilitas keselamatan serta Informasi dan fasilitas kesehatan
• Keamanan
Untuk membuat stasiun yang aman dan nyaman dibutuhkan Fasilitas keamanan dan
Petugas keamanan, Informasi gangguan keamanan dan Lampu penerangan yang baik
• Kehandalan/ Keteraturan
Untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa kereta api, dibutuhkan system Layanan
penjualan tiket yang baik
• Kenyamanan
Fasilitas untuk para pengguna kereta api untuk kenyamanan dalam menunggu kereta
api dibutuhkan Ruang tunggu, Ruang boarding, Toilet, dan Mushola yang baik.
• Kemudahan
Untuk mempermudah pengguna jasa, Informasi pelayanan, Informasi gangguan
perjalanan kereta api, Informasi angkutan lanjutan, Fasilitas layanan penumpang,
Fasilitas kemudahan naik/ turun penumpang harus dipersiapkan dengan baik
• Kesetaraan
Memfasilitasi pengguna stasiun berkebutuhan khusus, Fasilitas bagi penumpang
difabel dan Ruang ibu menyusui harus dipersiapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Stasiun Sesuai Klasifikasi Stasiun
• Fasilitas Operasi Stasiun KA
Keberadaan fasilitas operasi stasiun kereta berupa persinyalan, telekomunikasi, dan
instalasi listrik merupakan prasarana utama untuk pengoperasian system kereta api.
Dengan fasilitas operasi yang baik maka tingkat keamanan dan keselamatan stasiun
akan lebih baik.
Peralatan persinyalan digunakan untuk menyampaikan perintah bagi pengaturan
perjalalan kereta api. Pada stasiun ini persinyalan memiliki standar keamanan tinggi
yang memiliki komponen persinyalan elektrik dan didukung dengan semboyan yang
mudah dipahami untuk memberi peringatan maupun petunjuk kepada masinis, marka
yang jelas berupa gambar maupun tulisan sebagai peringatan kondisi tertentu,
pengendali serta pengaman yang baik.
Peralatan Telekomunikasi Dengan tugas utama sebagai alat penyampaian informasi
dan komunikasi bagi kepentingan operasi perkeretaapian, memiliki tingkat keandalan
yang tinggi, mudah dirawat serta dioperasikan. Terdiri dari pesawat telepon, perekam
suara, transmisi, catur daya, sistem proteksi dan peralatan pendukung lainnya.
Instalasi listrik untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga listrik dalam memenuhi
kebutuhan operasional stasiun kereta api. Dalam stasiun yang berintegrasi dengan
bandara ini instalasi listrik mengikuti instalasi yang ada di bandara terkait.
• Jumlah Jalur Kereta Api
Komponen paling kritikal dalam pengoperasian kereta api ini akan ditentukan dengan
berbagai pertimbangan. Data sementara mengenai jalur kereta api hasil survey awal
PT KAI menghasilkan diadakannya dua jalur kereta api dari stasiun kedundang yang
merupakan stasiun pembantu operasi kereta api bandara ke stasiun bandara baru
Yogyakarta. Lalu data layout sementara dari KP 1164 Tahun 2013 menetapkan layout
stasiun memiliki dua jalur di emplasmen stasiun.
Dengan pertimbangan diatas ditetapkan adanya dua jalur kereta api di stasiun bandara
baru Yogyakarta, berletak stasiun akhir, dengan peron dan emplasmen berbentuk
stasiun pulau dimana peron berada diantara dua jalur KA. hal ini dikuatkan dengan
refrensi dari emplasmen yang ada di stasiun Kuala Namu yang memiliki karakteristik
sama, yaitu berintegrasi dengan bandar udara dengan baik.
Gambar 1 rencana lokasi stasiun
• Fasilitas Penunjang
Dengan kelas stasiun besar, stasiun didesain memiliki presentase ruang fasilitas
penunjang sebesar 80% dari luasan ruang fasilitas pengunjung untuk memberikan
kenyamanan selama pengguna jasa menunggu kereta api. Sedangkan untuk ruang
khusus sebesar 20% dari luasan ruang fasilitas pengunjung.
• Jumlah Penumpang di Stasiun
Menurut data dari KP 1164 Tahun 2013, diperkirakan data penumpang yang
menggunakan bandara baru Yogyakarta pada tahap I dari Domestik sebesar 9.132.000
penumpang/tahun dan dari Internasional sebesar 868.000 penumpang/tahun.
Sedangkan pada saat jam sibuk diperkirakan terdapat 3222 penumpang/jam dari
Domestik sedangkan terdapat 632 penumpang/jam dari Internasional.
Dengan asumsi yang diambil dari data pengguna kereta api bandara di stasiun Kuala
Namu, didapatkan sekitar 15% pengguna jasa pesawat yang menggunakan kereta api
dalam waktu dua tahun. Namun dari hasil wawancara dengan PT Railink sebagai
operator stasiun Kuala Namu, stasiun kedepannya mampu menangani pergerakan
sebesar 30% dari pengguna jasa pesawat yang menggunakan jasa kereta api.
Dengan perhitungan sederhana dapat diasumsikan jumlah penumpang di stasiun
bandara baru Yogyakarta dapat mencapai 3.000.000 penumpang/tahun dan melayani
1064 penumpang/jam saat sibuk.
• Frekuensi Lalu Lintas Kereta Api
Dengan data penumpang di stasiun yang ada diatas, sebelumnya dicari dahulu
prakiraan jumlah penumpang kereta api bandara per hari, menurut Amtrak Station
Program and Planning Guide, perkiraan penumpang harian didapat dengan membagi
jumlah penumpang tahunan dengan 270. Formula ini menghasilkan angka lebih tinggi
daripada harian sesungguhnya untuk mengantisipasi pada hari sibuk, dan variasi hari
kerja maupun hari libur serta spesial event. Maka dari itu didapatkan jumlah
penumpang harian adalah 11.111 penumpang/hari.
Dalam asumsi penggunaan kereta api yang sama seperti yang digunakan di kereta
Kuala Namu – Medan yaitu kereta Woojin dari Korea Selatan, memiliki kapasitas 172
penumpang dalam 4 rangkaian kereta sekali jalan. Dengan perhitungan sederhana
didapatkan terdapat 65 kali perjalanan kereta api setiap harinya.
Pelayanan Penumpang di Stasiun
• Keselamatan
Pelayanan yang terdapat dalam peraturan mentri terkait, dari informasi dan fasilitas
keselamatan yang harus disediakan adalah alat pemadam kebakaran, petunjuk jalur
dan prosedur evakuasi, terdapatnya titik kumpul dan adanya nomor telfon darurat.
Untuk informasi dan fasilitas kesehatan, stasiun harus menyediakan perlengkapan
P3K, kursi roda, serta tandu. Ruang kesehatan terbuka selama 24 jam dengan minimal
2 orang penjaga.
Sedangkan untuk memenuhi standard internasional, ditunjang dengan peringatan
melalui audio yang dilakukan petugas saat adanya sarana gerak atau kereta api yang
melintas di stasiun dan berupa garis batas aman peron. Mendesain pergerakan
kendaraan untuk menurunkan kecepatan saat di sekitar stasiun dengan cara
mempersempit ruang gerak di sekitar stasiun dan memberi pagar agar pejalan kaki
lebih aman. Lalu mendesain ruang stasiun sedemikian rupa agar penumpang dapat
menuju titik kumpul dalam waktu sekurang-kurangnya 6 menit dan berjarak kurang
dari 60 m dari pintu darurat. Alarm emergensi harus tersampaikan kepada penumpang
secara visual dan audio. Peringatan visual ditampilkan di layar informasi dengan
pemberitahuan khusus dengan warna yang mencolok. Lalu peringatan visual
ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu konsentrasi masinis kereta api maupun
pengemudi kendaraan sekitar. Sedangkan peringatan audio terdengar jelas dan lebih
keras dengan db diatas standard.
• Keamanan
Untuk memberikan rasa aman bagi pengguna jasa kereta api, dalam PM 48 Tahun
2015 diharuskan tersedianya CCTV di 4 titik penting dan dapat bertambah, petugas
berseragam dan mudah terlihat minimal 13 orang, tersedia stiker berisi telpon/ SMS
pengaduan, dan lampu penerangan dengan intensitas cahaya 250 lux.
Untuk memenuhi standard internasional, ruang tunggu dan ruang sirkulasi publik
harus terlihat dari loket tiket dan terjangkau setiap sisinya dari CCTV. Lalu
penempatan lokasi tempat duduk, lift maupun fasilitas lainnya harus di tempat ramai
dan terbuka dan menghindari penempatannya di titik blind spot. Pintu toilet harus
terlihat jelas dari ruang terbuka tapi tetap menjaga privasi pengguna. Diadakannya
podium tempat petugas keamanan mengawasi setiap ruangan di stasiun dan mampu
memonitori CCTV. Desain pintu masuk dan keluar harus bisa ditutup apabila terjadi
gangguan serta tersedia petugas yang mencek pengunjung dengan Metal Detector atau
dengan Walkthrough Detector, dan penempatan kaca di sudut ruangan agar pengguna
dapat melihat keadaan di sekitarnya.
• Kehandalan/ Keteraturan
Ketentuan tertulis di Indonesia menyebutkan pelayanan tiket maksimal 180 detik per
nama penumpang. Lalu tersedianya informasi terkait tempat duduk serta minimal
tersedia 3 loket tiket.
Dengan standard Negara maju, Untuk mengakomodasi kebutuhan penumpang yang
akan membeli tiket, akan diberikan 2 metode pembelian tiket, melalui loket dan mesin
tiketing. Kedua tiket tetap memiliki pola pelayanan yang sama. Pertama penumpang
membeli tiket dengan memilih melalui mesin tiket dengan pembayaran e-Money
(credit card/ debit card/ prepaid card) atau melalui loket tiket dengan uang cash. Bisa
juga dengan membawa struk bukti pembelian tiket dari agen yang bekerjasama
dengan PT KAI lalu menukarkannya di costumer service. Lalu penumpang akan
mendapatkan kartu berupa Smart Card, kartu tersebut akan dimasukkan ke dalam
gerbang masuk penumpang siap berangkat menuju ke peron.
Gambar 2 Contoh penempatan loket tiket dan loket mesin di Amerika
Loket tiket mempunyai ketentuan harus mudah terlihat dari ruang tunggu dan hall
masuk stasiun, dengan sistem kereta komuter, lamanya pemesanan tiket tidak boleh
lebih lama dari 180 detik/penumpang. Dengan kelas stasiun besar, didesain ruang
memiliki 3 loket tiket. Sedangkan untuk mesin tiket melayani pembelian tiket mandiri
dengan cepat dan membebaskan pengguna dari antrian di loket tiket. Lokasi
penempatan mesin tiket di dekat loket tiket agar pengguna jasa dapat memilih metode
pembelian, dan yang lainnya terdistribusi di dekat ruang tunggu dan pintu masuk
tetapi tidak mengganggu sirkulasi penumpang secara vertikal maupun horizontal.
Ketentuan untuk gerbang tiket tersedia minimal 3 buah untuk menjaga kelancaran
arus penumpang apabila terjadi kerusakan di salah satu gerbang tiket. Tersedianya
gerbang dengan luasan berbeda untuk mengakomodasi penyandang disabilitas atau
dapat digunakan dalam kondisi darurat.
• Kenyamanan
Untuk memberikan kenyamanan kepada pengguna kereta api, untuk standar Indonesia
di PM 48 Tahun 2015 untuk ruang tunggu dan ruang boarding mempunyai ruang
0.6m2/orang.
Tetapi untuk menghasilkan ruang yang nyaman, dalam Station Capacity Assessment
Guidance (2011) disarankan ruang tunggu dan ruang boarding memiliki kepadatan
1m2/orang. Dalam Amtrak Station Program and Planning Guidelines (2013)
ditetapkan kepadatan untuk penumpang duduk 20 sf (square feet)/orang sedangkan
untuk penumpang berdiri 10 sf/orang. Tetapi disini mengambil standar dari Railway
Station Design Strandard and Guidelines (2011) dikarenakan memiliki tingkat
kenyamanan terbaik dan yang mendesain setiap ruang dengan 25 sf/orang dengan
tingkat kepadatan level menengah.
Ketentuan dalam ruang tunggu, dipisahkan dan dikontrol antara ruang tunggu dengan
ruang boarding dengan gerbang tiket untuk kemudahan mengontrol keamanan dan
kenyamanan penumpang yang akan menaiki kereta. Di ruang tunggu didesain
memiliki area duduk, area berdiri yang berlokasi dekat papan informasi dinamis,
ruang tunggu eksekutif bagi penumpang dengan persyaratan khusus, serta ruang retail
sekitar yang bisa dijadikan ruang tunggu. Lokasi ruang tunggu harus strategis dengan
akses mudah menuju toilet, lokasi pembelian tiket, gerbang tiket, dan sebisa mungkin
mampu melihat kereta yang datang dan pergi menuju stasiun. Keberadaan toko
disekitar ruang tunggu dengan pelayanan lebih seperti tersedianya power supply dan
internet untuk melayani pengguna jasa serta tersedianya lounge untuk penumpang
kelas satu dengan fasilitas lengkap dan eksklusif.
Selanjutnya untuk pengadaan kursi di ruang tunggu dan ruang boarding mengikuti
ketentuan harus disediakan kursi setiap jarak perjalanan antar fasilitas mencapai 60 m.
Lokasi penempatan kursi harus jauh dari akses jalan, setidaknya berjarak 500 mm.
Sedangkan untuk kursi yang diletakkan bertolak belakang, diberikan jarak 300 mm
antar kursi agar kepala tidak saling berbenturan, kursi di ruang boarding harus
terdistribusi merata di sepanjang peron untuk mengakomodasi penumpang.
Untuk ketersediaan toilet dalam satu ruang terdapat ruang toilet yang terpisah antara
pria (4 urinoir, 3 WC, 2 wastafel), wanita (6 WC, 2 wastafel), dan toilet khusus untuk
penyandang difabel.
Untuk mensupport kenyamanan pengguna toilet, toilet harus terus dicek kelaikannya
tiap 15 menit dan sekurangnya ada 3 petugas kebersihan. Desain sirkulasi dalam toilet
dibuat lebih lega untuk kemudahan pengguna jasa dalam menggunaka toilet sambil
membawa barang bawaan. Selain itu penempatan toilet harus strategis, terlihat jelas
dari spot penting stasiun seperti ruang tunggu, loket tiket dan tempat petugas
keamanan.
Sebagai masyarakat yang beragama mayoritas islam, disediakan fasilitas mushola
yang terpadu dengan tempat wudhu dengan baik. Tempat wudhu harus terpisah antara
pria dan wanita dan tersedia kran yang mengalir lancar dengan jumlah yang
mencukupi. Ruang sholat disediakan terpisah bagi pria dan wanita, pria bisa
menampung 5 shaf sedangkan wanita dapat menampung 3 shaf. Setiap shaf didesain
berjumlah 10 orang.
• Kemudahan
Pengguna jasa kereta api yang berada di stasiun akan sangat dimudahkan apabila
tersedia informasi yang jelas. Signase yang baik untuk mengarahkan penumpang,
informasi dinamis mengenai stasiun serta informasi gangguan kereta api, ditambah
bantuan dari informasi suara dan rabaan membuat pengguna jasa melakukan
perjalanan dengan nyaman. Pemasangan signase statis lebih melayani sistem
wayfinding menuju fasilitas stasiun dan peron dan info ini tidak pernah berubah.
Signase dan informasi statis lainnya diperuntukkan untuk penumpang untuk
mengetahui dimana mereka, mencari tau mau kemana dan memberikan petunjuk
menuju ke lokasi. Sedangkan pemasangan signase dinamis berganti setiap saat dan
ditampilkan secara elektronik. Informasi dinamis ditempatkan di berbagai titik seperti
titik pembelian tiket, ruang tunggu dan di ruang boarding.
Gambar 3 Sirkulasi masuk dan keluar pengguna stasiun
Untuk mengakomodasi kenyamanan pengguna jasa dalam pergerakannya seperti yang
tersaji pada gambar diatas, pengaturan signase berisikan tanda nama stasiun, akses
menuju dan keluar peron, serta keterangan peron, telpon darurat, info perjalanan
kereta api dan tujuan stasiun, rute yang dapat diakses dan simbol yang mendukung,
penjualan tiket, lift serta eskalator, berbagai fasilitas stasiun seperti ruang tunggu,
toilet dan mushola, rute keluar saat emergensi dan petunjuk arah menuju perpindahan
moda transportasi lain, seperti ke bandara.
Sedangkan untukk pemasangan informasi dinamis berisikan informasi mengenai
nomor peron, tujuan stasiun kereta api, waktu kedatangan dan keberangkatan, info
terkait keterlambatan, stasiun yang dilewati, waktu tibanya kereta di stasiun tujuan,
bisa disisipkan informasi mengenai pelayanan stasiun yang sedang maupun akan
dilangsungkan.
Costumer service menambah kenyamanan pengguna kereta api apabila mereka
kesulitan melakukan transaksi ataupun melakukan pembatalan terkait tiket yang
mereka beli. kecakapan berbahasa asing dibutuhkan oleh staff yang melayani
penumpang disini. Costumer service berdekatan lokasinya dengan lokasi counter tiket
agar bisa langsung melayani penumpang yang memiliki kesulitan.
Dalam peraturan di Indonesia menjelaskan kenyamanan pelanggan didapat dengan
mendesain tinggi peron dari kereta tidak lebih dari 20 cm.
Kemudahan naik dan turun penumpang ditentukan dari desain peron yang baik. Peron
yang baik dedesain atas pertimbangan mengikuti emplasmen dan tampak stasiun
dengan baik. Dipakai peron tipe island. Lalu clearances peron dengan kereta api.
Digunakan clearances 100mm dari dasar peron ke kereta api. Lalu clearances
2100mm dari komponen vertikal di peron terhadap kereta api. Bersumber dari
clearances dari stasiun Kuala Namu yang memakai kereta sama dengan asumsi
stasiun ini. Terakhir tersedianya luasan yang cukup memadai dan lokasi masuk dan
keluar peron terlihat dan nyaman dilewati. Semakin lebar peron maka semakin aman
dikarenakan pengguna jasa lebih baik membawa barang bawaaannya. Ketinggian
peron yang sama dengan kereta membuat aman lebih tenang dan pergerakan lebih
cepat, baik bagi sirkulasi di kawasan boarding.
• Kesetaraan
Bagi penyandang disabilitas, fasilitas yang memudahkan sudah dijelaskan pada poin
sebelumnya. Pada setiap fasilitas, para penyandang disabilitas mendapat perlakuan
khusus. Ditambah kemudahan akses dalam melakukan perjalanan di lingkungan
stasiun dimudahkan dengan difasilitasinya ramp ataupun lift bagi mereka. Untuk ibu
menyusui diberikan privasi berupa ruang khusus yang nyaman untuk kondisi ibu dan
bayi.
KESIMPULAN Dari klasifikasi stasiun yang dipaparkan, terdapat calon penumpang kereta api yang sangat
besar mencapai 3.000.000 orang/ tahun. maka dari itu penentuan kelas stasiun menjadi
stasiun besar sangat baik untuk menunjang dari sisi operasi maupun pelayanan penumpang.
Pemaparan rekomendasi diatas adalah hasil dari pantauan peraturan dan ketentuan di
berbagai negara, yaitu peraturan Indonesia, PM 48 Tahun 2015 mengenai Standar Pelayanan
Minimum Kereta Api, Guide to Station Planning and Design yang dikeluarkan dari salah satu
penyelenggara perkeretaapian di Inggris yaitu Network Rail, Station Program and Planning
Guidelines yang dikeluarkan oleh penyelenggara perkeretaapian Amtrak dari Amerika
Serikat, dan Railway Station Design Standard yang dikeluarkan oleh Victorian Rail Industry
Operators Group di Australia. Terlihat jelas bahwa standar di Indonesia kurang memadai bagi
pelayanan stasiun kereta api yang baik seperti selayaknya stasiun kereta api yang berintegrasi
dengan bandara internasional. Maka dari itu diperlukan studi lebih mendalam dengan
mengacu berbagai negara yang memiliki stasiun kereta api dengan pelayanan terbaik.
DAFTAR PUSTAKA PT Kereta Api Indonesia (Persero). 2013. Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api
Indonesia. PT Kereta Api Indonesia. Bandung
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api. Lembaran Negara RI Tahun 2011,
No. 23. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 2011 tentang Jenis,
Kelas Dan Kegiatan Stasiun Kereta Api. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 33.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 1164 Tahun 2013
tentang Penetapan Lokasi dan Rencana Induk Bandara Baru Yogyakarta. Lembaran
Negara RI Tahun 2013, No. 1164. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api. Lembaran
Negara RI Tahun 2015, No. 48. Sekretariat Negara. Jakarta.
Network Rail. 2011. Guide to Station Planning and Design. London: Network Rail
Victorian Rail Industry Operators Group. 2011. Railway Station Design Standard and
Guidelines. Melbourne: Victorian Rail Industry Operators Group
Amtrak. 2013. Station Program and Planning Guidelines. Montreal: Amtrak