desain penelitian dan desain eksperimen.doc
TRANSCRIPT
RANGKUMAN MATERI KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN POSITIF
DESAIN PENELITIAN DAN DESAIN EKSPERIMEN
OLEH
KELOMPOK 2
DITYA PERMATASARI
ITA YUNI KARTIKA
YUSTINA HIOLA
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
DESAIN PENELITIAN
Setelah mengidentifikasi variabel dalam suatu situasi masalah dan mengembangkan
kerangka teoritis, langkah berikut adalah mendesain penelitian sehingga data yang diperlukan
dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk sampai pada solusi.
PROSES PENELITIAN
Desain penelitian atau rancangan penelitian menurut John Creswell adalah rencana dan
prosedur penelitian yang meliputi dari asumsi-asumsi luas hingga metode-metode rinci dalam
pengumpulan dan analisis data. Desain tersebut melibatkan rancangan keputusan seperti apa
yang seharusnya digunakan untuk meneliti topic tertentu. Misalnya dalam penelitian, para
peneliti perlu mengambil keputusan terkait dengan asumsi-asumsi filosofis yang mendasari
penelitian mereka, prosedur-prosedur penelitian, dan metode-metode spesifik yang akan mereka
gunakan dalam pengumpulan, analisis dan interpretasi data.
DESAIN PENELITIAN
TUJUAN STUDI : Eksploratif, Deskriptif, Pengujuan Hipotesis (Analitis Dan Prediktif), Analisis Studi Kasus
Studi mungkin bersifat eksploratif atau deskriptif atau dilakukan untuk menguji hipotesis.
Studi kasus merupakan penyelidikan studi yang dilakukan dalam situasi organisasi lain yang
mirip, yang juga merupakan metode pemecahan masalah atau untuk memahami fenomena yang
diminati dan menghasilkan pengetahuan lebih lanjut. Sifat studi bergantung pada tahap
peningkatan pengetahuan mengenai topic yang diteliti
Studi Eksploratif
Studi eksploratif (exploratory study) dilakukan jika tidak banyak yang diketahui
mengenai situasi yang dihadapi atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana
masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa lalu. Intinya, studi eksploratif
dilakukan dalam bidang tersebut.
Sejumlah studi kualitatif (yang dikumpulkan melalui kuesioner dan sebagainya) dimana
data diperoleh melalui pengamatan atau wawancara, adalah eksploratif dalam sifatnya. Studi
eksploratif juga dilakukan ketika sejumlah fakta diketahui, tetapi diperlukan lebih banyak
informasi untuk menyusun kerangka teoritis yang kukuh.
Studi Deskriptif
Studi deskriptif (descriptive study) dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu
untuk menjelaskan karakteristik variable yang diteliti dalam suatu situasi. Cukup sering studi
deskriptif dilakukan dalam organisasi untuk mempelajari dan menjelaskan karakteristik sebuah
kelompok karyawan. Studi deskriptif juga dilakukan untuk memahami karakteristik organisasi
yang mengikuti praktek umum tertentu. Tujuan studi deskriptif adalah memberikan kepada
peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena
perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industry dan lainnya.
Studi deskriptif yang menampilkan data dalam bentuk yang bermakna dapat membantu
untuk (1) Memahami karakteristik sebuah kelompok dalam situasi tertentu, (2) Memikirkan
secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi tertentu, (3) Memberikan gagasan untuk
penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, dan/atau (4) Membuat keputusan tertentu yang
sederhana.
Pengujian Hipotesis
Studi yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan
tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan dua atau lebih factor dalam
suatu situasi. Dalam pengujian hipotesis peneliti bergerak melampaui deskripsi variable dalam
suatu situasi ke pemahaman terhadap hubungan antar factor yang diteliti.
Analisis Studi Kasus
Studi kasus meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan
dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Studi kasus sebagai sebuah teknik pemecahan
masalah, tidak sering dilakukan dalam organisasi karena penemuan jenis masalah yang sama
dalam konteks perbandingan dengan yang lainnya adalah sulit, karena keengganan perusahaan
untuk menyingkapkan permasalahan mereka. Namun, studi kasus yang bersifat kualitatif adalah
berguna adalah berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini berdasarkan pengalaman
pemecahan masalah di masa lalu. Hal tersebut juga berguna dalam memahami fenomena
tertentu, dan menghasilkan teori lebih lanjut untuk pengujian empiris.
Tinjauan Tujuan Studi
Keketatan metodologi meningkat saat kita bergerak secara progresif dari studi eksploratif
ke studi pengujian hipotesis, dan dengan itu biaya penelitian juga meningkat. Peningkatan ukutan
sampel, banyak metode pengumpulan data, pengembangan alat ukur yang canggih akan
menambah biaya penelitian meskipun hal tersebut berkontribusi besar bagi keterujian,
keakuratan, ketepatan dan kemampuan untuk generalisasi.
JENIS INVESTIGASI : Kausal Versus Korelasional
Manajer harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi kausal (causal study)
atau korelasi (correlation) untuk menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi. Yang
pertama dilakukan adalah menentukan hubungan sebab akibat yang definitive. Tetapi, jika yang
diinginkan manajer adalah sekedar identifikasi factor-faktor penting yang berkaitan dengan
masalah, maka studi korelasional dipilih.
Studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah disebut
studi kausal (causal study). Jika peneliti berminat untuk menemukan variable penting yang
berkaitan dengan masalah, studi tersebut disebut studi korelasi (correlational study)
TINGKAT INTERVENSI PENELITI TERHADAP STUDI
Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja mempunyai
keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan adalah kausal atau korelasional. Studi
korelasional dilakukan dalam lingkungan alami organisasi dengan intervensi minimum oleh
peneliti dan arus kerja yang normal. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari factor
yang mempengaruhi efektivitas pelatihan (studi korelasional), yang harus dilakukan adalah
menyusun kerangka teoritis, mengumpulkan data relevan, dan menganalisisnya untuk
menghasilkan temuan. Meskipun ada sejumlah gangguan pada arus kerja normal dalam system
saat peneliti mewawancarai karyawan dan menyebarkan kuesioner ditempat kerja, intervensi
peneliti dalam fungsi rutin system adalah minimal jika dibandingkan dengan yang disebabkan
selama studi kausal.
Dalam studi yang dilakukan untuk menentukan sebab-akibat, peneliti mencoba untuk
memanipulasi variable tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi tersebut pada variable
terikat yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti dengan sengaja mengubah variable tertentu dalam
konteks dan mengintervensi peristiwa sejauh peristiwa tersebut terjadi secara normal dalam
organisasi.
SITUASI STUDI : Diatur dan Tidak Diatur
Penelitian organisasi dapat dilakukan dalam lingkungan yang alami, dimana pekerjaan
berproses secara normal (dalam situasi tidak diatur) atau dalam keadaan artificial dan diatur.
Studi korelasi selalu dilakukan dalam situasi tidak diatur sedangkan kebanyakan studi kausal
yang ketat dilaksanakan dalam situasi lab yang diatur.
Studi korelasional yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan. Studi yang
dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat menggunakan lingkungan alami yang sama,
dimana karyawan berfungsi secara normal disebut eksperimen lapangan (field experiment)
Eksperimen yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat yang melampaui
kemungkinan dari setidaknya keraguan memerlukan pembuatan sebuah lingkungan yang
artificial dan teratur, dimana semua factor asing dikontrol dengan ketat. Subjek yang sama
dipilih untuk merespon stimuli tertentu yang dimanipulasi. Studi tersebut dianggap sebagai
eksperimen lab (lab experiment).
UNIT ANALISIS : Individual, Pasangan, Kelompok, Organisasi, Kebudayaan
Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis
data selanjutnya. Jika misalnya pertanyaan berfokus pada bagaimana meningkatkan tingkat
motivasi karyawan secara umum, maka kita memperhatikan individu karyawan organisasi dan
harus menemukan apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan motivasi mereka. Dalam hal
ini unit analisis adalah individu (individual).
Jika peneliti berminat mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa kelompok dua
orang dikenal sebagai pasangan (dyads) akan menjadi unita analisis. Jika pernyataan berkaitan
dengan efektivitas kelompok, maka unit analisisnya adalah pada tingkat kelompok. Kita
mungkin mengumpulkan data relevan dari semua orang yang terbagi atas enam kelompok, kita
akan menjumlahkan data individu kedalam data kelompok untuk melihat perbedaan diantara
keenam kelompok (groups). Bila kita membandingkan departemen yang berbeda dalam
organisasi, maka analisis data akan dilakukan pada tingkat departeme (departemen sebagai unit
analisis).
Adalah perlu untuk memutuskan tentang unit analisis, bahkan saat kita merumuskan
pertanyaan penelitian karena metode pengumpulan data, ukuran sampel, dan bahkan variable
yang termasuk dalam kerangka mungkin terkadang ditentukan oleh tingkat dimana data
dijumlahkan untuk analisis.
HORIZON WAKTU : Studi Cross-Sectional Versus Longitudinal
Studi Cross-Sectional
Sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin
selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.
Studi semacam itu disebut studi one-shot atau cross-sectional.
Studi Longitudinal
Dalam sejumlah kasus, peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau fenomena pada
lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Misalnya peneliti
mungkin ingin mempelajari perilaku karyawan sebelum dan sesudah pergantian manajemen
puncak. Karena data yang dikumpulkan dalam dua batas waktu berbeda (membujur/longitudinal)
melintas suatu periode waktu. Studi semacam itu, jika data variable terikat dikumpulkan pada
dua atau lebih batas waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian, disebut studi longitudinal.
TINJAUAN UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN
Peneliti akan menentukan keputusan yang tepat untuk dibuat dalam desain studi
berdasarkan definisi masalah, tujuan penelitian, tingkat keketatan yang diinginkan dan
pertimbangan biaya. Kadang karena waktu dan biaya, seorang peneliti mungkin terbatas untuk
menyelesaikan kurang dari desain penelitian ideal
DESAIN EKSPERIMEN
Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri
terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat
menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel yang dipilih dan variabel-variabel lain
yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Menurut Arikunto
(2006) eksperimen adalah suatu cara untuk untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan
kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi faktor-faktor lain yang menganggu.
Desain Eksperimen terbagi atas dua kategori yaitu
1. Eksperimen Lab
2. Eksperimen Lapagan
Eksperimen Lab
Eksperimen Lab adalah eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan buatan atau diatur.
Kontrol dan manipulasi paling baik dilakukan dalam situasi buatan (laboratorium), dimana
pengaruh kausal dapat diuji.
Kontrol dan Manipulasi
Kontrol
Kontrol atau pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami
kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel
atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan oleh peneliti.
Manipulasi
Untuk menguji pengaru kausal dari variabel bebas tehadap variabel terikat diperlukan manipulasi
tertentu. Manipulasi secara sederhana berarti bahwa kita membuat tingkat yang berbeda pada
variabel bebas untuk menilai dampak pada variabel terikat.
Mengontrol Variabel Pengganggu yang Mencemari
Ada dua cara untuk mengontrol variabel penggangu yang mencemari, yaitu
1. Memadankan Kelompok
Salah satu cara untuk megontrol variabel pengganggu atauyang mencemari adalah dengan
memadankan atau menjodohkan berbagai kelompok dengan memilih karateristik yang
mengacaukan dan secara sengaja mnyebarkanke semua kelompok.
Contoh:
Jika ada 20 wanita diantara 60 anggota, maka di tiap kelompok akan ditempatkan 5 wanita,
sehingga pengaruh gender disebarkan dalam keempat kelompok.
2. Randomisasi
Cara lain untuk mengontrol variabel penggangg atau pencemar adalah menempatkan 60
anggota secara acak (yaitu tanpa penentuan sebelumnya) ke dalam empat kelompok. Dengan
demikian, dalam randomisasi proses mana orang ditarik (yaitu setiap orang mempunyai
peluang yang diketahui dan sama untuk ditarik) dan penempatan mereka dalam kelompok
mana pun (tiap orang bisa ditempatkan ke dalam kelompok manapun secara acak.
Manfaat Randomisasi
Perbedaan antar pemadanan dan randomisasi adalah bahwa dalam kasus pertama individu
secara sengaja dan sadar disesuaikan untuk mengontrol perbedaan antar anggota kelompok,
sedangkan dalam kasus terakhir, kita berharap bahwa prose randomisasi akan mendistribusikan
ketidaksamaan antarkelompok berdasarkan distribusi normal.
Secara singkat, pemadanan mungkin kurang efektif dibandingkan dengan randomisasi,
karena kita mungkin tidak mengetahui semua faktor yang mungkin dapat mencemari hubungan
sebab-akibat dalam situasi yang dihadapi, dan karena itu gagal dalam memadankan beberapa
faktor penting di seluruh kelompok ketika mengadakan eksperimen. Tetapi, randomisasi akan
menyelesaikan masalah tersebut, karena semua faktor pencemar akan disebarkan ke seluruh
kelompok. Selain itu, bahkan jika kita mengetahui variabel yang mengacaukan, kita mungkin
kita mampu menemukan suatu kecocokan untuk semua variabel tersebut.
Eksperimen Lapangan
Eksperimen lapangan adalah eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami dimana
pekerjaan dilakukan sehari-hari, namun kepada satu atau lebih kelompok diberi perlakuan
tertentu. Dengan demikian, dalam eksperimen lapangan, meskipun mustahil untuk mengontrol
semua variabel pengganggu karena anggota tidak dapat ditempatkan dalam kelompok secara
acak atau cocok, perlakuan tetap bisa dimanipulasi.
Validitas Internal vs Validitas Eksternal
Validitas Internal
Validitas internal mengacu pada keyakinan kita terhadap hubungan sebab dan akibat. Menurut
Kidder dan Judd (1986), dalam penelitian denga validitas internal tinggi, kita relatif lebih bisa
membuktikan bahwa hubungan adalah kausal (yaitu bahwa vaiabel X menyebabkan variabel Y),
sedangkan dalam studi dengan validitas internal rendah, kausalitas sama sekali tidak
disimpulkan. Dalam eksperimen lab dimana hubungan sebab dan akibat dibuktikan, validitas
internal bisa dikatakan tinggi.
Validitas Eksternal
Validitas eksternal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil sebuah studi kausal pada situasi,
orang, atau peristiwa lain. Eksperimen lapangan mempunyai validitas eksternal yang lebih tinggi
(yaitu, hasilnya lebih dapat digeneralisasi pada situasi organisasi lainnya) namun mempunyai
validitas internal lebih rendah (yaitu kita tidak bisa yakin mengenai sampai tingkat apa variabel
X sendiriian menyebabkan variabel Y). Eksperimen lab berlaku kebalikannya.
Terdapat tujuh ancaman utama pada validitas internal adalah pengarug sejarah, maturasi, ped
pengujian, instrumentasi, seleksi, statistik regresi, serta mortalitas.
- Pengaruh Sejarah
Peristiwa atau faktor tertentu yang berdampak pada hubungan variabel bebasdan variabel
terikat mungkin muncul tanpa diduga sementara eksperimen dilakukan, dan sejarah
peristiwa tersebut akan mengacaukan hubungan sebab akibat antara kedua variabel.
- Pengaruh Maturasi
variabel lain yang tidak bisa dikontrol. Pencemaran tersebut disebut pengaruh maturasi
( maturation effect). Pengaruh maturasi merupakan sebuah fungsi dari proses –biologis
dan psikologis-yang berlaku dalam responden sebagai hasil dari perjalanan waktu.
- Pengaruh Pengujian
Pengujian ini untuk menguji atas pengaruh sebuah perlakuan, subjek diberi apa yang
disebut prates(pratest-misalnya sebuah kuesioner singkat untuk mengungkapkan perasaan
dan sikap mereka). Yaitu, pertama-tama dilakukan pengukuran variabel terikat (pratest),
kemudian perlakuan diberikan, dan setelah itu test kedua, disebut pascatest(posttest),
diadakan. Perbedaan antara skor prates dan pascatest kemudian dihubungkan dengan
perlakuan. Tetapi, ketika responden diberi prates, hal tersebut mungkin mempengaruhi
respons mereka dalam pascates, yang akan berdampak merugikan terhadap validitas
internal.
- Pengaruh Instrumentasi
Hal tersebut bisa muncul karena perubahan dalam instrumentasi pengukuran antara prates
dan pascates, dan bukan karena perbedaan dampak perlakuan pada akhirnya.
- Pengaruh Bias Seleksi
Ancaman pada validitas internal juga bisa berasal dari seleksi subjek yang tidak tepat
atau tidak cocok untuk kelompok eksperimen dan kontrol.
- Pengaruh Regresi Statistik
Pengaruh regresi statistik muncul jika anggota yang terpilih untuk kelompok eksperimen
mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel terikat.
- Pengaruh Mortalitas
Faktor pengacau lain pada hubungan sebab-akibat adalah mortalitas atau pengurangan
anggota dalam kelompok eksperimen,kontrol, atau keduanya, saat eksperimen
berlangsung.
VALIDITAS INTERNAL DALAM STUDI KASUS
Bila ada beberapa ancaman terhadap validitas internal, bahkan dalam eksperimen lab
yang dikontrol dengan ketat, maka menjadi sangat jelas mengapa kita tidak dapat menarik
kesimpulan mengenai hubungan kausal dan studi kasus yang menguraikan peristiwa yang terjadi
selama rentang waktutertentu. Kecuali studi esperimen yang di desain dengan baik, yang secara
acak menempatkan anggota pada kelompok eksperimen dan kontrol dan berhasil memanipulasi
perlakuan menunjukkan kemungkinan hubungan kausal, adalah tidak mungkin untuk
mengatakan faktor mana yang menyebabkan faktor lain.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VALIDITAS EKSTERNAL
Pengaruh perlakuan tidak akan sama di lapangan, dan validitas eksternal berkurang. Jadi,
seleksi subjek dan interaksinya dengan perlakuannya juga akan merupakan suatu ancaman bagi
validitas eksternal. Validitas eksternal yang maksimal bisa diperoleh dengan memastikan bahwa,
sedapat mungkin, kondisi eksperimen lab sedekat dan secock mungkin dengan situasi dunia
nyata. Yaitu, pengaruh perlakuan dapat digeneralisasikan pada situasi lain yang mirip dengan
situasi di mana eksperimen lapangan dilakukan.
TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS INTERNAL
DAN EKSTERNAL
Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi validitas internal, terdapat tujuh faktor.
Diantaranya: pengaruh sejarah, maturasi, pengujian, instrumentasi, seleksi, regresi statistik, dan
moralitas. Tetapi, adalah mungkin untuk mengurangi bias tersebut dengan meningkatkan
kecanggihan desain eksperimen.
Ancaman terhadap validitas eksternal bisa diatasi dengan menciptakan kondisi eksperimen
sedekat mungkin dengan situasi di mana hasil eksperimen akan digeneralisasikan.
JENIS DESAIN EKSPERIMEN DAN VALIDITAS INTERNAL
Semakin singkat rentang waktu eksperimen, semakin kecil kemungkinan menghadapi
pengaruh sejarah, maturasi, dan mortalitas. Eksperimen yang berlangsung satu atau dua jam
biasanya tidak menemui kendala dalam hal tersebut. Hanya jika eksperimen dilakukan selama
periode cukup lama, katakanlah beberapa bulan, kemungkinan menghadapi lebih banyak faktor
pengganggu meningkat.
1. Desain Eksperimen Semu
Desain eksperimen semacam ini adalah yang terlemah diantara semua desain, dan hal
tersebut tidak mengukur hubungan sebab-akibat yang sebenarnya. Karena tidak ada
perbandingan antarkelompok, atau pun catatan mengenai status variabel terikat sebelum
perlakuan eksperimen dan bagaimana hal tersebut berubah setelah perlakuan. Karena itu,
desain tersebut disebut sebagai desain eksperimen semu ( quasi-exsperimental design)
2. Prates dan Pascates Desain Kelompok Eksperimen
Pada suatu kelompok eksperimen ( tanpa kelompok kontrol), kita bisa melakukan prates,
memberi perlakuan, dan kemudian mengadakan pascates untuk mengukur pengaruh
perlakuan. Namun, perhatikan bahwa pengaruh pengujian dan instrumentasi dapat
mencemari validitas internal. Jika eksperimen dilakukan selama suatu waktu, pengaruh
sejarah dan maturasi juga mungkin mengacaukan hasil.
3. Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hanya dengan Pascates
Sejumlah desain eksperimen direncanakan dengan kelompok eksperimen dan kontrol,
yang pertama diberi perlakuan, dan yang terakhir tidak. Pengaruh perlakuan dipelajari
dengan menilai perbedaan hasil – yaitu, skor pascates kelompok eksperimen dan kontrol.
4. Desain Eksperimen Murni
Desain eksperimen yang meliputi perlakuan, kelompok kontrol, dan merekam informasi
sebelum dan sesudah kelompok eksperimen diberi perlakuan, disebut sebagai desain
eksperimen ex post facto (ex post facto experimental designs).
- Pra dan Pasca Desain Kelompok Eksperimen dan kontrol
Kedua kelompok –eksperimen dan kontrol_sama-sama mengalami prates dan pascates.
Mengukur perbedaan antara skor prates dan pascates kedua kelompok akan menunjukkan
pengaruh netto dari perlakuan. Kedua kelompok diberi prates dan pascates, dan kedua
kelompok telah diacak: dengan demikian kita bisa berharap bahwa pengaruh sejarah,
maturasi,pengujian, dan instrumentasi telah dikontrol. Melalui proses randomisasi, kita
pun mengontrol pengaruh bias seleksi dan regresi statistik. Namun, mortalitas bisa
menjadi masalah dalam desain ini. Dalam eksperimen yang berlangsung beberapa
minggu, seperti dalam kasus menilai dampak pelatihan pada pengembangan
keterampilan, atau mengukur dampak kemajuan teknologi terhadap efektivitas, beberapa
subjek dalam kelompok eksperimen mungkin keluar, sebelum eksperimen selesei.
- Desain Empat Kelompok Solomon
Untuk memperoleh validitas internal yang lebih tinggi dalam desain eksperimen,
disarankan untuk merencanakan dua kelompok eksperimen dan dua kelompok kontrol
untuk eksperimen. Satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol bisa diberi
prates dan pascates. Dua kelompok lain hanya akan diberi pascates. Desain ini dikenal
sebagai desain empat kelompok solomon (solomon four-group design), mungkin
merupakan yang paling komprehensif dan desain dengan paling sedikit memiliki masalah
validitas internal.
5. Desain Empat Kelompok Solomon dan Ancaman Terhadap Validitas Internal
Jenis Desain Eksperimen Ancaman Utama pada Validitas
Internal
Prates dan pascates dengan hanya
satu kelompok eksperimen
Pengujian, sejarah, maturasi
Pascates dengan hanya satu
kelompok eksperimen dan satu
kelompok kontrol
Maturasi
Prates dan pascates dengan satu
kelompok kontrol
Mortalitas
Desain empat kelompok Solomon Mortalitas
6. Studi Buta Berganda
Jika ketelitian dan ketaatan ekstrem diperlukan dalam desain eksperimen seperti
dalam kasus penemuan obat baru yang dapat berdampak pada kehidupan manusia, studi
buta dilakukan untuk menghindari bias yang mungkin timbul. Jika. Antara peneliti
maupun subjek tidak mengetahui yang sebenarnya, studi tersebut disebut studi buta
berganda (double-blind studies). Karena tidak ada gangguan perlakuan dalam hal apapun,
studi eksperimen ini merupakan yang paling tidak bias.
7. Desain Ex Post Facto
Hubungan sebab-akibat terkadang dibuktikan melalui apa yang disebut desain ex
post facto. Di sini, tidak ada manipulasi variabel bebas dalam situasi lab atau lapangan,
namun subjek yang telah diberi stimulus dan mereka yang tidak diberi, dipelajari.
SIMULASIAlternatif eksperimen lab dan lapangan yang saat ini dipergunakan dalam penelitian
bisnis adalah simulasi. Simulasi dapat dianggap sebagai eksperimen yang dilakukan dalam
situasi yang diciptakan secara khusus yang sangat dekat mewakili lingkungan alami dimana
kegiatan biasanya berlangsung. Simulasi berada diantara eksperimen lab dan lapangan, sejauh
likungan diciptakan secara artifisal tetapi tidak jauh berbeda dari realitas.