desain penelitian kuantitatif
TRANSCRIPT
DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF
Pendahuluan
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai
suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas
rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan
penlitian. Dalam rancangan pereperencaan dimulai dengan megadakan
observasi dan evaluasi rerhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan
diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian
yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat
percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel,
prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data
yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Secara umum desain atau metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam penelitian sering sulit
dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui
validitasnya, dapat di uji melalui pengujian reliabilitas dan obyeksitas. Pada
umumnya kalau data itu reliabel dan obyektif, maka terdapat kecendrungan
data tersebut akan valid. Metode penelitian pendidikan dapat diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan
tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menggunakan angka-angka. Angka-angka tersebut
digunakan sebagai representasi dari informasi yang didapatkan dalam
penelitian.
Data yang didapatkan selama penelitian disajikan dalam bentuk
angka, statistik dan sebagainya yang kemudian dianalisa dan disimpulkan.
Jadi penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bersifat deduktif, yakni dari
khusus ke umum atau bersifat menggenaralisasi data-data yang didapatkan
di lapangan kepada sebuah kesimpulan umum.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Disebut sebagai penelitian positivistik adalah karena penelitian ini
hanya mendasarkan kepada fakta-fakta positif yang didapatkan di lapangan
penelitian. Data yang berupa angka-angka yang telah dirumuskan dijadikan
sebagai informasi akurat dalam penelitian.
Kesimpulan yang dideduksi dari angka-angka yang didapatkan dari
penelitian adalah kesimpulan yang positif yang tentu saja dengan memenuhi
prosedur-prosedur pengambilan kesimpulan dalam penelitian kuantitatif.
Kesimpulan yang diambil dari metode dan rumus yang valid, meski ternyata
kesimpulan tersebut tidak sesuai dengan sikap pada masyarakat, maka
kesimpulan tersebut tetap valid, karena ia diambil dari data yang positif.
Kesalahan yang mungkin terjadi adalah dalam menentukan indikator,
instrumen atau sampel.
Ciri-ciri Penelitian Kuantitatif
Terdapat beberapa ciri yang dapat dilihat dari desain penelitian
kuantitatif, seperti :
1. Cara samplingnya berlandaskan pada asas random.
2. Instrumen sudah dipersiapkan sebelumnya dan di lapangan tinggal pakai.
3. Jenis data yang diperoleh dengan instrumen-instrumen sebagian besar
berupa angka atau yang diangkakan.
4. Teknik pengumpulan datanya memungkinkan diperoleh data dalam jumlah
banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5. Teknik analisis yang dominan adalah teknik statistik.
6. Sifat dasar analisis penelitian deduktif dan sifat penyimpulan mengarah ke
generalisasi.
Langkah-langkah Penelitian Kuantitatif
Pada prinsipnya penelitian kuantitatif adalah untuk menjawab
masalah. Masalah adalah penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan
apa yang terjadi sesungguhnya. Dari hal tersebut maka kita dapat
melakukan beberapa langkah penelitian untuk menjawab masalah tersebut,
antara lain :
1. Tahap Konseptual (Merumuskan dan membatasi masalah, meninjau
kepustakaan yang relevan,mendefinisikan kerangka teoritis, merumuskan
hipotesis).Tahap ini termasuk merenungkan, berpikir, membaca, membuat
konsep, revisi konsep, teoritisasi, bertukar pendapat, konsul dengan
pembimbing, dan penelusuran pustaka. Mengeksploitasi, perumusan, dan
penentuan masalah yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif dimulai dengan
kegiatan menjajaki permasalahan yang akan menjadi pusat perhatian
peneliti dan kemudian peneliti mendefinisikan serta menformulasikan
masalah penelitian tersebut dengan jelas sehingga mudah di mengerti.
2. Fase Perancangan dan Perencanaan (memilih rancangan penelitian,
mengidentifikasi populasi yang diteliti, mengkhususkan metode untuk
mengukur variabel penelitian, merancang rencana sampling, mengakhiri dan
meninjau rencana penelitian, melaksanakan pilot penelitian dan membuat
revisi). Mendesain model penelitian dan paramater penelitian. Setelah
masalah penelitian diformulasikan maka peneliti mendesain rancangan
penelitian, baik desain model maupun penentuan parameter penelitian, yang
akan menuntun pelaksanaan penelitian mulai awal sampai akhir penelitian.
3. Mendesain instrumen pengumulan data penelitian. Agar dapat melakukan
pengumpulan data penelitian yag sesuai dengan tujuan penelitian, maka
desain instrumen pengumpulan data menjadi alat perekam data yang sangat
penting di lapangan.
4. Fase Empirik (pengumpulan data, penyiapan data untuk analisis).
Mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
5. Fase Analitik (analisis data, penafsiran hasil). Mengolah dan menganalisis
data hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari lapangan diolah dan
dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang diantaranya
kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
6. Fase Diseminasi, mendesain laporan hasil penelitian. Pada tahap akhir,
agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh
masyarakat luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk
laporan hasil penelitian.
Secara sederhana penelitian kuantitatif dapat digambarkan pada skema
berikut :
http://4.bp.blogspot.com/-8oY0CsOj68U/TZxQWiVW8sI/AAAAAAAAACY/DtCLRwmHmVA/s1600/langkah+penelitian+kuantitatif.png
Penggunaan Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif dapat digunakan apabila :
1. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas.
2. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi.
3. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang
lain.
4. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.
5. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena
yang empiris dan dapat diukur.
6. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas
pengetahuan, teori dan produk tertentu.
Penelitian Kuantitatif Eksperimen
Metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas.
Secara umum, metode penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi
besar, yaitu eksperimental dan noneksperimental.
Dalam pengertian ilmiah, penelitian eksperimental berarti penelitian
yang dilakukan dengan membandingkan dua kelompok sasaran penelitian
dengan memberikan kondisi yang ketat untuk mendapatkan selisih antara
dua kelompok tersebut.
Penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis
dan logis untuk menjawab pertanyaan: “jika sesuatu dilakukan pada kondisi-
kondisi yang dikontrol dengan teliliti, maka apakah yang akan terjadi?”.
Dalam hal ini, peneliti merekayasa stimulus, perlakuan dan kemudian
mengobservasi pengaruh yang timbul.
Penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang
dirancang secara khusus guna membangkitan data yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian yang menggunakan rancangan
percobaan dianggap sebagai jenis penelitian yang paling diinginkan oleh
seorang peneliti. Yang dimaksud dengan percobaan ialah bagian penelitian
yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian. Satu kelompok
diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompol lagi dikendalikan pada
suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Karena itu
kelompok kedua ini disebut sebagai kelompok pengendali, kelompok kontrol
atau kelompok pembanding. Selisih antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan
kepada kelompok perlakuan itu.
Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu : Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.
1. Pre-Experimental Design
Desain ini belum merupakan desain yang sesungguhnya, karena masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Jadi hasil eksperimen tidak semata-mata dipengaruhi oleh
variabel independen. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya variabel
kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
2. True Experimental Design
Dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Ciri utama dari desain ini yaitu sampel
yang digunakan untuk kelompok kontrol diambil secara random dari populasi
tertentu.
3. Factorial Experimental Design
Desain faktorial merupakan modifikasi dari True Experimental Design, yaitu
dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang
mempengaruhi perlakuan terhadap hasil.
4. Quasi Experimental Design
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Sampelnya tidak diambil secara random,
melainkan ditentukan oleh peneliti.
Penutup
Sebuah penelitian tentunya harus dirancang dan direncanakan terlebih dahulu. Dalam penelitian kuantitatif, pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian. Selain hal-hal tersebut, peneliti juga harus memikirkan teknik, instrumen, dan kelengkapan penelitian lainnya yang diperlukan dalam penelitian kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung : Alfabeta.
Syaodih, Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda Karya.
Metode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian Kuantitatif
A. Pengantar
Metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum, metode
penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu eksperimental dan
noneksperimental. Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi eksperimen kuasi, subjek
tunggal dsb. Sedangkan noneksperimental berupa deskriptif, komparatif, korelasional,
survey, ex post facto, histories dsb.
Makalah ini membatasi pembahasan metode penelitian kuantitatif pada tiga aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah bagian dari noneksperimental, yaitu deskriptif, historis,
dan ex post facto.
Ada beberapa istilah yang sering dirancukan di dalam penelitian. Istilah tersebut adalah
pendekatan, ancangan, rencana, desain, metode, dan teknik. Di dalam makalah ini
disinggung mengenai perbedaan istilah tersebut untuk didiskusikan dan dicarikan
simpulan bersama-sama.
B. Pembahasan
1. Berbagai istilah di dalam penelitian
Secara umum, jenis penelitian berdasarkan pendekatan analisisnya dibedakan
menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan ini lazim juga disebut sebagai
pendekatan, ancangan, rencana atau desain.
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu
proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian
meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Dalam rancangan
pereperencaan dimulai dengan megadakan observasi dan evaluasi rerhadap penelitian
yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan
hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi prose membuat prcobaan ataupun
pengamatan serta memilih pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling,
instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil
penelitian.
Metode penelitian lebih dekat dengan teknik. Misalnya, penelitian dengan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dengan kata lain, metode deskriptif
tersebut dapat dikatakan juga sebagai teknik deskriptif.
2. Penelitian Deskriptif
2.1 Pengertian
Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena
tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan
klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu
standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli meamakan metode ini dengan
nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini juga diselidiki kedudukan
(status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara satu faktor dengan faktor
yang lain. Karenanya mentode ini juga dinamakan studi kasus (status study).
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar
sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat diteliti
masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat
perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian dinamakan secara umum
sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang dijangkau, adalah waktu
sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan
responden.
2.2 Tujuan
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki.
2.3 Ciri-ciri Metode Deskriptif
Untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini
berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.(secara harafiah)
Mencakup penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental.
Secara umum dinamakan metode survei.
Kerja peneliti bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena-fenomena,
tetapi :
o menerangkan hubungan,
o menguji hipotesis-hipotesis
o membuat prediksi, mendapatkan makna, dan
o implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan
o Mengumpulkan data dengan teknik wawancara dan menggunakan
schedule qestionair/interview guide.
2.4 Jenis-jenis Penelitian Deskriptif
Ditinjau dari segi masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam
meneliti, serta tempat dan waktu, penelitian ini dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
Metode survei,
Metode deskriptif berkesinambungan (continuity descriptive),
Penelitian studi kasus
Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas,
Penelitian tindakan (action research),
Peneltian perpustakaan dan dokumenter.
2.5 Kriteria Pokok Metode Deskriptif
Metode deskriptif mempunyai beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas kriteria
umum dan khusus. Kriteria tersebut sebagai berikut:
1. kriteria umum
o Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu
luas.
o Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
o Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan
merupakan opini.
o Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai
validitas.
o Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian
dilakukan.
o Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam
mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta serta study
kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya
dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu
telah dikembangkan.
2. Kriteria Khusus
o Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai
(value).
o Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai
masalah status
o Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap
variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manupulasi
terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.
2.6 Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif
Dalam melaksanakan penelitian deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering
diikuti adalah sebagai berikut:
1.1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada
kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang
ada.
2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari
penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah.
3. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan
masalah yang ingin dipecahkan.
4. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit
maupun implisit.
5. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik
pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
6. Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang
telah dikumpulkan. Kuranggi penggunaan statistik sampai kepada batas-
batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.
7. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi
sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi
khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
8. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-
hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk
kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
9. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu
dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam
bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverivikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah
berkembang baik, maka kerangka analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model
matematika.
3. Penelitian Historis (Historical Researc)
3.1 Pengertian dan Tujuan
Tujuan penelitian histories adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memferivikasi, serta mensistensiskan bukti-bukti untukmenegakkan
fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian itu
berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.
Contoh penelitian histories adalah studi mengenai praktek “bawon” di daerah
pedesaaan di Jawa Tengah, yang dimaksud memahami dasar-dasarnya diwaktu yang
lampau serta relevansinya untuk waktu kini; studi ini dimaksudkan juga untuk mentest
hipotesis bahwa nilai-nilai social tertentu serta rasa solidaritas memainkan peranan
penting dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan. Ciri yang menonjol dari penelitian
histories adalah;
1. Penelitian histories lebih bergatung pada data yang diobservasi orang lain dari
pada yang diobsevasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh
kerja yang cermat yag menganalisis keotentikan, ketepatan, dan peningnya
sumber-sumbernya.
2. Berlainan dengan anggapan yang popular, penelitian haruslah tertib ketat,
sistematis, dan tutas; seringakali penlitian yang dikatakan sebagai suatu
penelitiaan histories hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak
reliable, dan berat sebelah.
3. Penelitian histories tergantung kapada dua macam data, yaitu primer dan
datasekunder. Data primer dipoleh dari sumberprimer, yaitu si peneliti (peneliti)
secara langsung meakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang
dituliskan. Dan data sekunder diperoleh dan sumber skunder, yaitu peneliti
melaporkan hasil obsevasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari
kejadian aslinya. Dianatara kedua sumber itu, sumber primer dipandang sebagai
memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prioritas dalam
pengumpulan data.
4. Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik
eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan dokumen relic itu
otentik, sedang kritik internal menanyakan apabila data itu otentik, apabila data
otentik, apabila data tersebut akurat dan relevan. Kritik internal harus menguji
motif, keberat sebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mngkin melebih-
lebihkan atau mengabaikan sesuatu da memberikan informasi yang terpalsu.
Evaluasi kritis inilah yang menyebbkan penelitian histories itu sangat tertib-ketat,
yang dalam bayak hal lebih disbanding dari pada studi eksperimental.
5. Walaupun penelitian histories mirip dengan penelaahan kepustakaan yang
mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan
histories adalah tuntas, mencari informasi dan sumber yang lebih luas. Penelitian
histories jga menggaliinformasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum
dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-
bahan tak diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
1.
1. Langkah Pokok Untuk Melaksanakan Penlitian Histories Atau
Rancangan Penelitian Historis
Definisi masalah. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri:
1. Rumusan tujuan penelitian dan jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan
memberi arahdan focus bagi kegiatan penelitian itu.
2. Kumpulan data, denganselalu mengingat perbedaan anatara sumber primer dan
sumber sekunder.
3. Suatu keterampilan yangsangat penting dalam penelitian histories adalah cara
pencatatan data: dengan system kartu atau dengan system lembaran, kedua-
duanya dapat dilakukan.
4. Evaluasi data yng diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal.
4. Rancangan Ex Post Facto
4.1 Pengertian Ex Post Facto
Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan after the fact. Artinya,
penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai
restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali
terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Dalam pengertian
yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto
adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas
terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami.
Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya
telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung,
sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti
ingin melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya
sesuatu.
4.2 Perbandingan Antara Ex post Facto dengan Eksperimen
Dalam beberapa hal, penelitian ex post facto dapat dianggap sebagai kebalikan dari
penelitian eksperimen. Sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama
kemudian diberi perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan dua
kelompok yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan tersebut.
Studi ex post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang dianggap
sebagai akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki ke
belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya.
Penelitian ex post facto memiliki persamaan dengan penelitian eksperimen.
Logika dasar pendekatan dalam ex post facto sama dengan penelitian eksperimen,
yaitu adanya variabel x dan y. Kedua metode penelitian tersebut membandingkan dua
kelompok yang sama pada kondisi dan situasi tertentu. Perhatiannya dipusatkan untuk
mencari atau menetapkan hubungan yang ada di antara variabel-variabel dalam data
penelitian. Dengan demikian, banyak jenis informasi yang diberikan oleh eksperimen
dapat juga diperoleh melalui analisis ex post facto.
Dalam penelitian eksperimen, pengaruh variabel luar dikendalikan dengan
kondisi eksperimental. Variabel bebas yang dianggap sebagai penyebab dimanipulasi
secara langsung untuk meminimalkan pengaruh terhadap variabel terikat. Melalui
eksperimen, peneliti dapat memperoleh bukti tentang hubungan kausal atau hubungan
fungsional di antara variabel yang jauh lebih menyakinkan daripada yang dapat
diperoleh menggunakan studi ex post facto.
Peneliti dalam penelitian ex post facto tidak dapat melakukan manipulasi atau
pengacakan terhadap variabel-variabel bebasnya. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan dalam variabel-variabelnya sudah terjadi. Peneliti dihadapkan kepada
masalah bagaimana menetapkan sebab dari akibat yang diamati tersebut. Furchan
(383:2001) menyatakan bahwa dengan tidak adanya kemungkinan peneliti untuk
melakukan manipulasi atau pengacakan.
Contoh perbedaan antara penelitian ex post facto dengan eksperimen adalah
sebagai berikut. Sebuah penelitian berjudul Pengaruh Kecemasan Siswa pada Waktu
Mengerjakan Ujian Terhadap Hasil Ujian Mereka dapat didekati dengan dua metode,
yaitu eksperimen dan eks post facto.
1) Pendekatan Eksperimen
Dalam judul di atas terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam judul di atas adalah kecemasan siswa dan ujian nasional.
Variabel terikatnya adalah hasil ujian.
Ciri dari penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi terhadap variabel bebas. Dari
kondisi di atas, variabel bebas dapat dimanipulasi menjadi cemas dan tidak cemas.
Konkritnya, sebuah kelas terdiri dari kelas A dan B. Masing-masing kelas dimanipulasi
kondisinya menjadi kelas A menjadi kelas yang cemas, sementara kelas B menjadi
kelas yang netral (pengendali).
Pengkondisian kelas dapat dilakukan dengan memberikan sugesti kepada kelas A
bahwa ujian yang diberikan akan berpengaruh terhadap kenaikan kelas. Artinya, siswa
yang memiliki nilai yang rendah bisa dimungkinkan tidak naik kelas. Sementara kelas B
dikondisikan netral. Dengan pengertian bahwa ujian di kelas B hanyalah untuk
mengukur kemampuan pemahaman terhadap suatu kompetensi tanpa adanya
pengaruh dari hasil dengan kenaikan kelas.
Setelah kelas sudah terkondisikan, maka diberikan soal dengan tingkat kuantitas
dan kualitas kesulitan yang sama. Pada waktu yang bersamaan, lembar jawaban
dikumpulkan bersama dan dilakukan pengoreksian terhadap hasil jawab dari kelas A
dan B. Apabila terjadi perbedaan nilai, semisal, nilai kelas A lebih tinggi daripada kelas
B, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kecemasan ternyata mampu
meningkatkan nilai ujian. Anggapan lain, bahwa dengan adanya kecemasan membuat
siswa semakin berpacu untuk mendapatkan yang terbaik.
2) Pendekatan Ex post Facto
Hal penting dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap
variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan melihat
situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi. Artinya, kelas
tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan
perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya. Dari hasil tersebut, dilakukan klasifikasi
antara siswa yang memiliki nilai tinggi dengan siswa yang memiliki nilai rendah.
Kemudian dihubungkan antara kecemasan dengan hasil nilai. Misalnya ditemukan
kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata dikerjakan oleh siswa yang memiliki
kecemasan. Oleh karena itu, pengaruh kecemasan siswa memang berpengaruh
terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih baik.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini tentu saja memiliki kekurangan. Dari
kasus di atas dapat terlihat satu celah kelemahan bahwa bisa jadi adanya faktor ketiga
selain kecemasan yang membuat nilai ujian meningkat. Hal ini dimungkinkan adanya
faktor ketiga, yaitu kecerdasan. Selain kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa
kecemasan adalah situasi lain, sedangkan kecerdasan menjadi penunjang utama.
1.1. Kekurangan Pendekatan Ex Post Facto
Pendekatan ex post facto memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
Oleh karena tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas, maka sukar untuk
memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-
benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
1. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan
kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk
menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
2. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda,
tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan
oleh lain sebab pada kejadian lain.
3. Apabila saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar
untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
4. Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidaklah mesti
memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat.
5. Menggolongkan-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya
golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan
persoalan-persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan
tak mantap.
6. Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subyek
secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai
kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel
bebas adalah sangat sukar.
1.
1. Keunggulan Penelitian dengan Pendekatan Ex Post Facto
Metode ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu
metode eksperimental, tak dapat digunakan. Apabila tidak selalu mungkin untuk
memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki
hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila pengontrolan terhadap semua
variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah
interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
Apabila control di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak
praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan.
Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-
sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada
perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu. Perbaikan-perbaikan
dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-
akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.
C. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga metode penelitian kuantitatif
memiliki perbedaan jika ditilik dari tujuannya. Perbedaan tersebut tampak sebagai
berikut.
1.1.
i.
1. Penelitan deskriptif yang biasa juga disebut dengan
penelitian survay adalah penelitian yang mencoba Untuk
membuat pencandraan/gambaran secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada suatu
obyek penelitian tertentu
2. Penelitian historis untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara sistematis dan obyektif,dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesakan bukti-
bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan
yang kuat
3. Penelitian ex post facto bertujuan untuk melacak kembali,
jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab
terjadinya sesuatu.