desensitisasi
DESCRIPTION
desensitisasiTRANSCRIPT
RESUME TINDAKAN DESENTISASI
Disusun Oleh :
Tara Delphinia 04114707022
PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2013
1
I. INFORMASI KASUS
Data Pribadi Pasien
Nama Pasien : Hana Betel Kartina
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 6 Februari 1989
Umur : 24 tahun
Suku : Batak
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Kristen
Alamat Tetap : Jlbn. Pangeran ayin no. 40 Kenten
Telepon : 085758740103
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Mahasiswi
Peserta Asuransi : -
Dokter Keluarga : -
Diagnosa : Hipersensitif dentin pada gigi 14, 34, 33, 44, 45
pada bagian labial gigi
Etiologi : Kesalahan penyikatan gigi → Resesi Gigi
Tindakan : Desensitisasi
Prognosis : Baik
Anamnesa
Pasien mengeluhkan gigi depan bawah dan gigi atssnya ngilu saat minum-
minuman dingin sejak beberapa bulan yang lalu. Semakin lama semakin tajam
ngilunya sehingga pasien ingin giginya dirawat agar tidak ngilu lagi.
2
Riwayat Kesehatan Umum
Kesehatan pasien secara umum baik.
Riwayat Kesehatan Gigi
- Pasien pernah mencabut gigi belakang bawah
- Pasien pernah menambal gigi belakang bawah
Pemeriksaan Gigi
Interdental Hygiene Index (HYG) pasien sebelum menyikat gigi 33 % dan
setelah menyikat gigi 81 %. Probe Bleeding Index (PBI ) pasien baik yaitu 0,11.
Data ini menunjukkan bahwa kebersihan mulut pasien baik.
Hasil pemeriksaan klinis kunjungan pertama pasien mengeluhkan rasa
ngilu di gigi 14, 34, 33, 44, 45. Hipersensitif terutama pada permukaan labial gigi.
3
Gambaran klinis
Pada daerah servical gigi terlihat gingivanya mengalami
penurunan (resesi),
Terlihatnya akar gigi.
Pemeriksaan Vital sign :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Pupil mata : Normal
Pemeriksaan Radiografik
Pemeriksaan radiografik dengan foto Panoramik terdapat kerusakan
tulang alveolar horizontal pada gigi dan kerusakan tulang alveolar vertical pada
gigi
Gambar 1.Gambaran radiologi
Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan ekstra oral : Tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan intra oral
Bau Mulut : Tidak ada
Bibir : Normal
Lidah : Normal
4
Dasar Mulut : Normal
Palatum : Normal
Oropharyngeal : Normal
Saliva : Normal
Kel.Limfe : Normal
Frenulum : Normal
Habit, parafungsi : Tidak Ada
Kontak prematur : Tidak ada
Etiologi
Etiologi dari kasus ini adalah kesalahan penyikatan gigi. Penyikatan gigi
yang dilakukan terlalu keras sehingga menimbulkan trauma pada gingiva yang
mengakibatkan turunnya gingiva pada daerah servikal gigi.
Diagnosa
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografis dan
etiologi, maka diagnosa dari kasus ini adalah Hipersensitivitas dentin pada gigi
14, 34, 33, 44, 45 dengan resesi gingival kelas III menurut Miller yaitu Resesi
tepi jaringan meluas sampai atau keluar garis mukogingiva. Terdapat kerusakan
tulang dan jaringan lunak di daerah interdental, atau keadaan gigi malposisi.
Prognosa
5
Secara keseluruhan, pasien mempunyai sikap kooperatif yang sangat
tinggi, memiliki motivasi yang tinggi, pasien juga mau menerima edukasi,
instruksi kontrol plak, dan pasien mempunyai latar belakang sosial yang baik.
Pada prognosis individu, hipersensitif dentin pasien disebabkan oleh resesi
gingiva oleh penyikatan gigi yang kurang baik, dengan pemberian edukasi yang
baik tentang tata cara penyikatan gigi yang baik dan pemberian fluokal untuk
mengurangi ngilu pada gigi tersebut di harapkan hasil perawatan yang baik.
II. RENCANA PERAWATAN
6
(tidak berhasil) (berhasil)
III. PENATALAKSANAAN
7
Fase I (Etiotropik) Kontrol Plak (Edukasi, Motivasi, Instruksi) Scalling dan root planning Desensitisasi
EvaluasiKontrol plak
Fase IV (Kontrol Berkala) Recall at time Maintenance Kontrol Plak dan Scalling Pemeriksaan klinis ulang, radiologi dan casting
Fase II (Bedah)Retreatment fase I Kontrol Plak (Edukasi, Motivasi,
Instruksi) Scalling dan root planning Desensitasi
ReevaluasiKontrol plak
Fase III (Restorasi) Pro Konservasi : Restorasi gigi 47,35. Pro Prostodonsi Pro Orthodonsi
ReevaluasiPem. subjektif dan objektif
Setelah diagnosa ditegakkan, pasien diberikan edukasi, motivasi, dan
instruksi mengenai pemeliharaan gigi dan kebersihan mulut, serta penyikatan gigi
yang baik. kemudian dilakukan pengaplikasian bahan desensitasi topical fluor
(fluokal) pada bagian servical gigi yang mengalami resesi dan ngilu. Yang
selanjutnya akan dilakukan kontrol sebanyak 3 kali. Yang dilakukan saat kontrol
adalah kontrol desensitasi, aplikasi bahan desensitasi, pemeriksaan Papila
Bleeding Indeks (PBI), Foto intra oral, pemeriksaan poket, dan pemeriksaan
HYG.
1. Alat dan Bahan yang digunakan:
- Alat :
a. Kaca mulut
b. Sonde
c. Ekskavator
d. Nirbeken, probe WHO
- Bahan :
a. Aquadest
b. Kapas / cotton pellet
c. Fluocal
d. Disklossing solution
2. Persiapan Pasien
8
a. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut
b. Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi dengan menggunakan teknik
penyikatan gigi metode modifikasi stilman.
3. Persiapan operator
a. Memakai handscoen dan masker
b. Menghitung dan mengukur PBI, HYG, Pocket dan tes hipersensitifitas
dentin
4. Persiapan Asisten
a. Menyediakan peralatan yang diperlukan untuk melakukan perawatan
desentisasi
b. Melakukan dokumentasi dan pencatatan
5. Langkah kerja
a. Persiapan, Hitung PBI,HYG,Pocket deep, dan tes hipersensitifitas
b. Melakukan tindakan isolasi/ membersihkan, keringkan permukaan gigi
yang akan dirawat.
c. Perawatan dilakukan menggunakan cairan fluokal, untuk
hipersensitifitas yang disebabkan oleh resesi gingival :
- Menggunakan cotton pellet yang dijepitkan pada pinset untuk
mengambil bahan
- Oleskan pada permukaan gigi yang telah dikeringkan, biarkan 1-2
menit
- Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur selama 1 jam
d. Jika menggunakan semen ionomer kaca pada bagian gigi yang abrasi
9
- daerah permukaan gigi yang akan dirawat dibersihkan dan
dikeringkan
- aplikasikan semen ionomer kaca pada bagian yang diperlukan
6. Instruksi pasca desentisasi
a. Penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan desentisasi seperti :
potassium nitrat, stronsium nitrat
b. Penggunaan sikat gigi yang lembut dan menyikat gigi dengan teknik
yang tepat dan kekuatan ringan
c. Menjaga kebersihan mulut
7. Kontrol
Kontrol pertama (30 januari 2014 )
PBI = 0 (ringan)
HYG Sebelum 81,4% ( sedang )
HYG sesudah 92,5 % ( baik )
Dilakukan aplikasi bahan desensitasi ( Fluocal® )
Edukasi pasien
Kontrol kedua ( 25 Feburari 2014 )
PBI = 0 (ringan )
HYG Sebelum 85 % (baik )
HYG Sesudah 92,5 % ( baik )
Dilakukan aplikasi bahan desensitasi ( Fluocal® )
Edukasi pasien
Kontrol ketiga ( 22 April 2014 )
10
PBI = 0 (ringan)
HYG Sebelum 92,5 % ( baik )
HYG Sesudah 100 % ( baik )
Edukasi pasien
Tabel Kontrol Desensitasi
Sebelum aplikasi bahan desensitasi ( 24 Januari 2014 )
Kontrol pertama ( 30 Januari 2014 )
Kontrol kedua ( 25 Februari 2014 )
11
Tes Hipersensitif 14 33 34 44 45
Sondasi + + + + +
Air syringe + + + + +
CE + + + + +
Stress bite _ _ _ _ _
Perkusi _ _ _ _ _
Tes Hipersensitif 14 33 34 44 45
Sondasi - + - - +
Air syringe - + - - +
CE + + - + +
Stress bite _ _ _ _ _
Perkusi _ _ _ _ _
Kontrol ketiga ( 22 April 2014 )
Untuk desensitisasi di klinik, bahan yang paling banyak digunakan adalah
fluorida yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta yang bisa digunakan
adalah campuran sama banyak natrium fluorida, kaolin dan gliserin. Bahan lain
dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di klinik yang adalah
kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang mengandung preparat fluorida
telah pula diproduksi. Sebagai contoh Duraphat® yang berbentuk varnish yang
mengandung 50 mg natrium fluorida, dan Fluocal® berupa cairan yang
mengandung 1 gr natrium fluorida.
12
Tes Hipersensitif 14 33 34 44 45
Sondasi - - - - -
Air syringe - - - - -
CE + + - + -
Stress bite _ _ _ _ _
Perkusi _ _ _ _ _
Tes Hipersensitif 14 33 34 44 45
Sondasi - - - - -
Air syringe - - - - -
CE - - - - -
Stress bite _ _ _ _ _
Perkusi _ _ _ _ _
IV. PEMBAHASAN
Hipersensitivitas dentin adalah rasa sakit (dentinalgia) terjadi pada
dentin akar gigi yang terbuka karena adanya rangsangan dan luar seperti taktil,
panas, dingin, kimiawi serta osmotik. Stimulus yang diterima merupakan
perubahan yang biasa terjadi pada keadaan normal dari rongga mulut namun dapat
menimbulkan ketidaknyamanan berupa rasa sakit yang singkat dan tajam.
Hipersensitivitas dentin dapat terjadi spontan bila akar gigi terbuka karena resesi
gingiva dan dapat lebih parah setelah tindakan bedah periodontal tertentu. Resesi
gingiva dapat terjadi secara fisiologis karena bertambahnya umur, tetapi sering
pula terjadi secara patologis karena terjadinya abrasi gingiva akibat kesalahan
penyikatan gigi atau karena terjadinya kelainan periodontal.
Hipersensitivitas dentin dapat terjadi apabila tubuli dentin terbuka karena
adanya karies, fraktur, penyakit periodontal, atau instrumentasi periodontal.
Trauma oklusi juga seringkali menjadi penyebab hipersensitivitas dentin.
Hipersensitivitas dentin disebabkan oleh dua faktor, yaitu transmisi rasa sakit
melalui dentin terbuka dan ambang rasa sakit yang rendah akibat vasodilatasi
kapiler yang kronis atau peradangan lokal.
Mekanisme terjadinya hipersensitivitas dentin dikaitkan dengan dua teori
berikut, yaitu teori hidrodinamika dan teori neural. Teori hidrodinamika menurut
Brannstrom dinyatakan bahwa stimulus atau perangsang dari permukaan luar
dentin dihantar oleh mekanisme hidrodinamik berupa pergerakan cairan yang
cepat didalam tubulus dentin sampai ke processus odontoblast yang menjorok ke
tubulus dentin, untuk kemudian diteruskan ke ujung saraf pada pulpa gigi. Arah
gerakan cairan tubulus dentin tergantung perangsangnya. Perangsang dingin
menyebabkan cairan menyusut sehingga cairan bergerak ke arah pulpa, sebaliknya
perangsang panas menyebabkan cairan ekspansi ke arah permukaan luar. Cairan
dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada tekanan osmotik cairan
tubulus dentin (misalnya gula) akan menarik cairan tubulus dentin ke arah cairan
dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi. Sedangkan menurut teori neural,
13
hipersensitivitas dentin dikarenakan meningkatnya eksitabilitas saraf-saraf
interdentin.
Desensitisasi hipersensitivitas dentin merupakan suatu usaha untuk
menghilangkan atau mengurangi terjadinya rasa sakit akibat adanya rangsangan.
Desensitisasi didasarkan atas teori yang menyatakan bahwa rangsangan melalui
dentin yang terbuka, yang melebihi daya tahan fisiologis akan menimbulkan rasa
sakit. Salah satu pertahanan fisiologis terhadap iritasi pulpa adalah terbentuknya
dentin sekunder. Selain pembentukan dentin sekunder, kalsifikasi dentin
peritubuler juga meningkat sehingga terjadi penyumbatan dentin peritubuler
Penyumbatan dentin peritubuler secara alamiah oleh kristal-kristal kalsium
merupakan pertahanan fisiologis gigi untuk mengurangi hipersensitivitas dentin.
Hal ini karena penyumbatan akan menghambat pergerakan cairan dalam tubulus
dentin; dan sesuai dengan teori hidrodinamika, berkurangnya pergerakan cairan
dalam tubulus dentin akan mengurangi rasa sakit yang akibat adanya rangsangan.
Jadi, tujuan dari desensitisasi adalah untuk menghambat pergerakan cairan dalam
tubulus dentin Salah satu cara untuk menghambat pergerakan cairan dalam
tubulus dentin adalah dengan cara merangsang mineralisasi dentin peritubuler
sehingga saluran dalam tubulus dentin mengecil dan aliran cairan dalam tubulus
dentin menjadi berkurang. Cara lain untuk menghambat pergerakan cairan dentin
yaitu dengan menutup orifice pembuluh dentin.
Berdasarkan siapa yang menggunakan, bahan desensitisasi dibedakan atas
bahan yang digunakan oleh dokter gigi di klinik dan bahan yang digunakan oleh
pasien di rumah. Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya, bahan desensitisasi
dibedakan atas bahan yang kerjanya menyumbat atau memperkecil diameter
tubulus dentin dan bahan yang menurunkan eksitabilitas saraf-saraf interdentin.
Untuk desensitisasi di klinik, bahan yang paling banyak digunakan adalah
fluorida yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta yang bisa digunakan
adalah campuran sama banyak natrium fluorida, kaolin dan gliserin. Untuk
pemakaiannya, permukaan gigi terlebih dulu diisolasi dan dikeringkan. Pasta
kemudian digosok-gosokkan dengan bantuan alat dental, misalnya burnisher,
14
selama 1 - 2 menit ke permukaan akar gigi yang sensitif. Setelah itu, permukaan
gigi dibilas dengan air hangat.
Bahan lain dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di
klinik adalah kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang mengandung
preparat fluorida telah pula diproduksi. Sebagai contoh Duraphat® yang
berbentuk pernis yang mengandung 50 mg natrium fluorida, dan Fluocal® berupa
cairan yang mengandung 1 gr natrium fluorida.
Bahan yang digunakan pada kasus hipersensitivitas ini adalah fluokal.
Fluokal ini berguna sebagai profilaksis karies dan hipersensitifitas dentin.
Kandungannya berupa cairan yang mengandung 1gr Natrium fluorida.
Pengaplikasian bahan ini dengan cara mengisolasi gigi yang akan diaplikasikan
fluokal, kemudian dengan menggunakan cotton pellet fluokal dioleskan ke bagian
gigi tersebut selama 1-3 menit.
Desensitisasi di klinik bisa juga dilakukan dengan kalsium hidroksida
yang dapat mengurangi eksitabilitas saraf. Kalsium hidroksida diaplikasikan ke
permukaan akar gigi yang hipersensitif, kemudian ditutup dengan pembalut
periodontal selama satu minggu.
Pada kasus hipersensitivitas dentin karena permukaan gigi yang abrasi,
semen ionomer kaca diaplikasikan untuk menutup dentin yang terbuka pada
bagian servikal gigi yang mengalami abrasi akibat kesalahan dalam menyikat gigi.
Semen ionomer kaca yang digunakan adalah semen ionomer kaca tipe VI yang
biasanya digunakan untuk pit dan fisur sealent karena lebih banyak mengandung
fluor yang dapat membantu pembentukan dentin sekunder.
Bahan desensitisasi untuk dipakai oleh pasien sehari-hari di rumah adalah
berupa pasta gigi khusus, yaitu:
1. Pasta gigi dengan aksi kerja menyumbat tubulus dentin.
Beberapa pasta gigi khusus telah dipasarkan untuk desensitisasi oleh
pasien sendiri. Bahan desensitisasi yang terkandung dalam pasta tersebut
ada yang berupa stronsium klorida (Sensodyne®), natrium
monofluoroposfat (Colgate®) dan formaldehid (Thermodent®)
2. Pasta gigi dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf.
15
Pasta gigi khusus dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf
mengandung kalium nitrat (Denguel®)
3. Pasta gigi dengan aksi ganda.
Karena seringnya desensitisasi dengan bahan yang mempunyai aksi
tunggal (menyumbat tubulus dentin saja atau mengurangi eksitabilitas
saraf saja) tidak berhasil mengurangi hipersensitivitas, belakangan ini
dipasarkan pula pasta desensitisasi dengan aksi ganda. Salah satu pasta
dengan aksi ganda mengandung kalium nitrat dan natrium
monofluoroposfat (Sensodyne-F®). Pasta desensitisasi yang ada
dipasarkan di kota-kota besar di Indonesia saat ini adalah Sensodyne® dan
Sensodyne-F®.
Kesalahan pemilihan sikat gigi yang kasar dan teknik yang salah juga
merupakan penyebab yang sering menyebabkan resesi yang selanjtnya
menyebabkan hipersensitifitas gigi. Syarat desain sikat gigi ideal adalah :
a. Tangkai, nyaman dipegang dan stabil, pegangan sikat cukup lebar dan cukup
tebal
b. kepala sikat, jangan terlalu besar, untuk dewasa maksimal (25-29mm x 10mm)
anak-anak (15-24mmx8mm), dan balita (18mmx7mm)
c. Tekstur bulu sikat gigi. Tidak merusak jaringan lunak dan jaringan keras rongga
mulut. Kekakuan bergantunng diameter dan panjang filament elastisitasnya
(hard,medium,soft)
Cara menyikat gigi ada banyak, namun teknik roll atau modifikasi stillman
yang sangat dianjurkan karena sederhana,efisien, dan dapat menjangkau semua
bagian termasuk interproksimal. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi,
jauh dari permukaan oklusal atau bidang kunyah, ujung bulu sikat mengarah ke
apeks atau ujung akar, ujung bulu sikat ini masuk kedalam sulkus gusi, hal ini
16
bertujuan untuk pembersihan di dalam sulkus dan daerah interproksimal serta
pemijatan gusi.
17
V. KESIMPULAN
Hipersensitif dentin dapat digambarkan sebagai rasa sakit yang
berlangsung pendek dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya
rangsangan terhadap dentin yang terpapar. Rangsangan tersebut antara lain taktil
atau sentuhan, kimiawi, uap dan rangsangan panas atau dingin. Walaupun rasa
sakit yang timbul hanya dalam jangka waktu pendek, namun dapat membuat
makan menjadi sulit dan akhirnya mempengaruhi kesehatan rongga mulut jika
tidak dirawat.
Etiologi dari hipersensitif dentin kasus ini adalah kesalah penyikatan gigi
yang menyebabkan resesi gingiva pada daerah servical gigi dan menyebabkan
akar pada gigi tersebut tidak terlindungi oleh gingival dan mengakibatkan dentin
tersebut terpapar dengan udara luar yang menyebabkan hipersensitifitas dentin.
Pada kasus ini penatalaksanaan hipersensitif dentin dilakukan berdasarkan
tingkat keparahannya, resesi gingival kelas III menurut Miller yaitu Resesi tepi
jaringan meluas sampai atau keluar garis mukogingiva. Terdapat kerusakan tulang
dan jaringan lunak di daerah interdental, atau keadaan gigi malposisi. Perawatan
yang dilakukan pada pasien berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana
perawatan dan pasien melakukan kontrol rutin perawatan. Selain itu instruksi dan
edukasi dijalankan oleh pasien dengan kooperatif.
Palembang,
Disetujui oleh Dosen Pembimbing,
drg. Melanie Cindera Negara
18