detik 205

126
EDISI KHUSUS DUH GUSTI (SAMPAI KAPAN BERTAHAN DALAM ASAP) EDISI 205 | 2 - 8 NOVEMBER 2015

Upload: republik-indonesia

Post on 27-Jul-2016

231 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Majalah Detik edisi terakhir, Edisi 205, 2 November 2015. Bye...

TRANSCRIPT

  • EDISI KHUSUS

    DUH GUSTI(SAMPAI KAPAN BERTAHAN DALAM ASAP)

    EDISI 205 | 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKELDAFTAR ISI

    Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti, Melisa Mailoa. Bahasa: Habib Rifai, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.

    Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: [email protected] Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769

    Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran: [email protected] Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: [email protected] detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.

    EDISI 205 2 - 8 NOVEMBER 2015

    @majalah_detik majalah detik

    LENSA

    RUMAH

    n FILM PEKAN INIn AGENDA

    Cover: Ilustrasi: Desi Rismayanti

    n BERNAPAS DALAM ASAP

    n RUMAH MULTIFUNGSI YENNY

    n MENJERAT DALANG PENYEBAB ASAPn CHINOOK PUN TAK BERDAYA

    n DARI KAPAL PERANG SAMPAI KANTOR POS n TINGGAL BERHARAP KEPADA HUJANn DERITA ASAP NEGERI TETANGGA

    n SIAGA DAN BERDOA

    n RAMAI-RAMAI PROTES ASAP

    n PENUMPANG TURUN, TAMU BERKURANG

    n PESAN DARI TESSO NILO

    n RINTIHAN KORBAN ASAP

    n DARI MASKER HINGGA SODA KUE

    n SUDAH MEMBARA SEJAK PENJAJAHAN BELANDA

    EDISI KHUSUS ASAP

    SIAGA DAN BERDOA KAMI BERPATROLI 24 JAM SEHARI, SAMPAI

    BERMALAM, UNTUK ANTISIPASI GAMBUT KARENA DI BAWAHNYA MASIH ADA BARA.

    n DAN SATWA PUN MURKA

    n BERAWAL DARI EMPAT BUTIR BENIH

  • SURAT REDAKSI

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    DEAR pembaca setia majalah detik.Lima tahun lalu, tepatnya 3 April 2010, Apple merilis tab-let sentuh bernama iPad. Kehadiran tablet ini disambut dengan euforia oleh semua orang, termasuk para publisher. iPad dielu-elukan sebagai pembawa harapan.

    iPad (disebut) akan menjadi solusi di te-ngah bisnis media cetak yang sedang kri-sis. Dia datang kala media cetak dihadap-kan pada masalah jumlah oplah yang kian menurun karena pembaca ramai-ramai beralih mengkonsumsi bacaan berbasis online.

    Adobe, yang sudah berpengalaman da-lam software publishing cetak, yaitu InDe-sign, lantas hadir dengan solusi publikasi digital. Teknologi Adobe Digital Publis-hing menawarkan pengalaman membaca majalah cetak yang konvensional menjadi lebih interaktif berjalan di atas tablet be-sutan Apple.

    Tidak lama kemudian disusul dengan solusi publikasi digital untuk tablet sistem Android, yang ternyata lebih masif dalam memikat hati pengguna.

    Bersama Adobe, majalah detik ikut terjun mengambil pasar publikasi digital di Indonesia. Majalah detik menjadi satu-satunya majalah digital tanpa versi cetaknya di dunia. Terbit setiap Sabtu, download per edisi hanya dari versi tablet bisa mencapai 65 ribu dalam satu bulan-nya. Download ini bisa disetarakan deng-an oplah jika dalam majalah cetak.

    Tentu ini angka yang sangat fantastis untuk sebuah publikasi digital bergaya majalah. Belum lagi bila ditambahkan dow-nload versi PDF yang juga kami sediakan, yang bila ditotal rata-rata mencapai 300 ribu download per edisi.

    Seperti kita ketahui, pertumbuhan gadget dan teknologi digital sangat pesat dalam lima tahun ini. Lahirnya tablet, gen-carnya varian smartphone, phablet (phone-tablet), hingga wearable gadget membuat perangkat mobile menjadi medium yang

    sangat potensial untuk diisi konten, ter-masuk iklan. Namun sampai pada titik ini, majalah digital tidak dapat mengejar ke-butuhan bisnis dengan hanya mengandal-kan pengukuran berapa banyak down load. Memang, salah satu keunggulan majalah digital adalah bisa dibaca dalam keadaan tanpa Internet (offline) setelah majalah diunduh. Tapi hal itu tidaklah cukup untuk menjadi model bisnis yang terbilang abu-abu, antara cetak dan online.

    Penyajian konten dan iklan saat ini ber-gerak ke arah personalisasi, semua berda-sarkan perilaku dan segmentasi yang tepat sasaran. Konten yang didapat antara satu pengguna Internet dan pengguna yang lain bisa berbeda. Iklan pun demikian.

    Dari perkembangan tersebut, majalah detik sebagai majalah digital yang kuat dengan in-depth kontennya harus ber-ubah. Pengalaman membaca dengan harus mengunduh terlebih dulu tidak lagi dapat dipertahankan, karena sistem publikasi majalah digital tidak dirancang fleksibel dalam menampilkan konten ke-pada pembaca.

    Adobe, sebagai raksasa digital publishing, juga mengubah bentuk solusi teknologi menjadi online reading experience berbasis mobile application: mengedepankan peng-ukuran seberapa banyak konten dibaca, bukan lagi seberapa banyak konten di-download. Perubahan Adobe ini semakin memperkuat keputusan kami.

    Dengan demikian, majalah detik pada edisi 205 menjadi edisi terakhir yang dipub-likasikan detikcom. Namun, karena kami menyadari bahwa konten mendalam khas majalah detik sudah menjadi kebutuhan pembaca, kami akan mempertahankan-nya dalam bentuk penyajian pengalaman membaca yang berbeda. Untuk ini sebuah inovasi sedang kami kembangkan.

    Kepada pembaca yang setia meng-unduh majalah detik hingga usia hampir empat tahun ini, kami mengucapkan terima kasih. Nantikan inovasi selanjutnya dari detikcom! Salam.

    EDISI TERAKHIR(TUNGGU INOVASI SELANJUTNYA)

  • Asap menyelimuti aktivitas warga setiap hari selama berpekan-pekan akibat kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan. Sesak napas, mata perih, dan kehidupan sehari-hari nyaris lumpuh.

    LENSA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR

    BERNAPASDALAM ASAP

  • Kru pesawat berdoa di depan pesawat Hercules sebelum memberangkatkan ribuan prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (27/10). (M. Agung Rajasa/ANTARA FOTO)

    LENSA

  • Warga menjalani aktivitas sehari-hari dengan menembus asap di Sungai Batanghari, Jambi, beberapa waktu lalu. (Beawiharta/REUTERS)

    LENSA

  • Warga berjalan menembus kabut asap di kawasan Tugu Soekarno, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (20/10). (Ronny N.T./ANTARA FOTO)

    LENSA

  • Seniman membuat mural dalam kegiatan "Moral on Mural" di bawah jalan layang di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (10/10). (Dewi Fajriani/ANTARA FOTO)

    LENSA

  • Daftar bayi yang harus menjalani rawat inap akibat terpapar asap di Jakabaring, Palembang, Kamis (29/10). (Hasan Alhabsy/DETIKCOM)

    LENSA

  • Aktivitas belajar-mengajar di salah satu sekolah dasar di Jambi, Rabu (28/10). (Hasan Alhabsy/DETIKCOM)

    LENSA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    NEGERI ASAP BERNAMA INDONESIA

    INI BENCANA ASAP PALING PARAH SEPANJANG SEJARAH.

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    TIDAK ada lagi pemandangan ijo royo-royo di kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Pohon-pohon besar dan semak belukar yang tumbuh lebat di lah-an gambut itu musnah terbakar. Hanya tersisa tunggul-tunggul kayu dan gambut yang ber-ubah menjadi arang menghitam. Asap menguar dari dalam lahan yang mengandung bara api.

    Sekitar 25 personel Manggala Agni, pasukan

    pemadam kebakaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), menyemprotkan air untuk meredam api pada 28 Oktober 2015 itu. Sudah dua bulan mereka berjibaku mela-wan api di kawasan Suaka Margasatwa Keru-mutan bagian timur. Keselamatan jiwa mereka terancam setiap waktu, dari risiko gangguan pernapasan, kejeblos ke lahan gambut, hingga terkaman binatang buas.

    Toh, kebakaran lahan gambut memang sukar

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    dijinakkan. Kerumutan menjadi salah satu titik panas (hotspot) di Riau yang belum sirna hing-ga kini. Asap kebakaran dari lahan itu menjadi salah satu penyumbang kabut asap yang me-ngepung masyarakat Riau tiga bulan terakhir ini.

    Berdasarkan data Badan Nasional Penang-gulangan Bencana (BNPB), jumlah titik api di Riau dari 1 September hingga 29 Oktober 2015

    mencapai 1.744. Sedangkan data Kementerian LHK menyebutkan, dari 1 Januari hingga 29 September jumlah hotspot mencapai 1.831 titik.

    Dari jumlah itu, hotspot paling banyak berada di hutan produksi (469 titik), hutan produksi terbatas (398 titik), kawasan konservasi (264 titik), hutan produksi konvensi (221 titik), dan sisanya hutan lindung.

    Tidak hanya di Riau, kebakaran lahan dan hut-an dalam skala lebih besar terjadi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah. Kebakaran juga melanda hutan di Jawa, Sulawesi, hingga Papua.

    Di Sumatera Selatan, jumlah hotspot yang terekam sejak 1 September mencapai 23.444, sementara di Kalimantan Tengah muncul titik panas sebanyak 23.721 sepanjang dua bulan itu.

    Tidak semua hotspot menjadi penanda la han di suatu hutan terbakar. Namun area hutan yang ludes dilahap api sangat luas. Kemente-rian LHK menyebut 1,6 juta hektare lahan dan hutan telah terbakar.

    Data itu baru kebakaran di Sumatera dan Kalimantan berdasarkan dokumen September

    Seorang anggota Manggala Agni tengah memadamkan api di lahan gambut Suaka Margasatwa Kerumutan.

    CHAIDIR/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    2015. Dari 1,6 juta lahan area terbakar, hampir 40 persennya merupakan gambut yang disu-lap menjadi perkebunan sawit atau eukaliptus. Yang lainnya adalah tanah mineral, ujar juru bicara Kementerian LHK, Eka W. Sugiri.

    Juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menambahkan, 99 persen kebakaran di Suma-tera dan Kalimantan terjadi karena kesengajaan. Perusahaan-perusahaan pemegang konsesi hutan memilih cara cepat dan murah untuk melakukan pembersihan lahan (land clearing).

    Membersihkan 1 hektare hutan secara me-kanis bisa (menghabiskan) Rp 8 juta. Kalau dengan membakar, cukup korek api atau 1 liter bensin, ujarnya. Sedangkan di Jawa, kebakaran lebih

    disebabkan oleh kecerobohan atau ketidakse-ngajaan.

    Luasnya hutan yang terbakar membuat volume asap yang terlempar ke udara cukup besar. Tentu saja Sumatera Selatan dan Kali-mantan Tengah menjadi wilayah yang paling

    parah terkena dampak asap. Awal September, hampir 80 persen wilayah Sumatera tertutup asap. Kondisi yang sama menyusul terjadi di Kalimantan. Akibat tebalnya kabut asap di Kalimantan, satelit bahkan tidak mampu men-deteksi keberadaan hotspot.

    Asap juga menyebar ke Malaysia dan Si-ngapura, hingga aktivitas belajar-mengajar di kedua negara itu sempat diliburkan. Bahkan asap sudah menjangkau Thailand dan Filipina.

    Jarak pandang di Sumatera dan Kalimantan sempat hanya 50 meter, sementara Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di kedua dae-rah itu berulang kali memasuki level tertinggi, yaitu berbahaya (984).

    Sejauh ini, kebakaran hutan dan kabut asap yang ditimbulkannya telah menyebabkan 24 orang meninggal. Adapun warga yang men-derita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lebih dari setengah juta orang.

    Makin pekatnya kabut asap membuat bebe-rapa daerah yang terkena dampak menetap-kan status tanggap darurat. Status tersebut juga diperpanjang beberapa kali karena tingkat

    Membersihkan 1 hektare hutan secara mekanis bisa (menghabiskan) Rp 8 juta. Kalau dengan membakar, cukup korek api atau 1 liter bensin.

    Juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho

    AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    pencemaran udara yang membahayakan.Direktur Wetlands International Indonesia

    Nyoman Suryadiputra mengatakan kebakaran tahun ini merupakan yang terparah di Indone-sia. Emisi gas rumah kaca dari lahan gambut yang terbakar sejak Agustus lalu melebihi emisi gas rumah kaca di Jerman dalam setahun.

    Kita bisa membayangkan, Jerman itu negara industri, emisinya tidak rendah. Tapi kita sudah melampaui emisi Jerman, ujarnya. Versi BNPB, kebakaran hutan telah memasok sekitar 1,1 mi-liar ton karbon dioksida ke udara.

    Sedangkan Direktur Center for International Forestry Research Herry Purnomo mengatakan kebakaran pada 1997/1998 lebih luas dari tahun ini, yakni 9,7 juta hektare. Namun kebakaran pada tahun itu bersifat sporadis. Dan asapnya tidak sehebat sekarang. Ekosistem kita juga lebih buruk dibanding waktu itu, katanya.

    Di Sumatera, untuk pertama kalinya kebakar-an hutan memaksa suku yang tinggal di peda-laman, suku Anak Dalam atau Orang Rimba, mengungsi. Sekitar 20 orang suku di Sarola-ngun, Jambi, berjalan ratusan kilometer untuk menghindari serbuan asap. Mereka melintasi hutan dari Jambi ke Sumatera Barat hingga Riau.

    Makin banyaknya hutan yang terbakar di Papua juga menjadi sorotan tersendiri. Dari seluruh hotspot, 10 persennya berada di Papua. Skala kebakaran itu belum pernah terjadi sebe-

    Presiden Jokowi saat memantau pemadaman kebakaran lahan di Sumatera Selatan.

    HABIBI/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    lumnya. Papua memang wilayah terbaru bagi pengembangan industri perkebunan, ujar juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, Teguh Surya.

    Parahnya kebakaran hutan diperburuk oleh fenomena El Nino yang cukup kuat. Penyim-pangan iklim itu membuat musim kemarau di

    Indonesia lebih panjang dari yang diperkirakan. Hujan dipandang sebagai senjata paling efektif untuk memadamkan kebakaran hutan.

    Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan Indonesia diperkirakan memasuki musim hujan pada bulan Oktober atau November. Namun

    Menteri Koordinator Polhukam Luhut Pandjaitan (tengah) bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (kiri) serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menumpang helikopter untuk meninjau lokasi kebakaran hutan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (24/10).

    AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    hujan baru akan turun pada November-Desem-ber. Secara kasar bergeser satu bulan, katanya.

    Hingga kini, pemerintah terus berupaya memadamkan api dan menanggulangi dampak kabut asap. Namun upaya pemerintah itu di-hadapkan pada berbagai tantangan berat. Ke-

    bakaran baru masih ditemukan. Api juga kerap muncul kembali dari lahan gambut yang telah padam. Berharap pada hujan, tapi kemarau masih berusia panjang.

    CHAIDIR ANWAR TANJUNG (RIAU), ADITYA MARDIASTUTI, IBAD DUROHMAN,

    BAHTIAR RIFAI, LALA LAILATUNNAJAH, SITI HARDIYANTI | IRWAN NUGROHO

    Sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Selatan memadamkan kebakaran lahan gambut di Ogan Ilir, Indralaya, Senin (28/9).

    NOVA WAHYUDI/ANTARA FOTO

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    KEBAKARAN hutan dan lahan yang berkepanjangan pada 2015 tergolong yang terburuk. Bahkan korban pun berjatuhan. Mulai anak yang menderita infeksi saluran pernapasan hingga orang dewasa yang terlu-ka saat memadamkan api.

    Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, kebakaran mencapai puncaknya pada September-Oktober 2015. Berikut ini kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sepanjang 2015.

    INDONESIA TERBAKAR

    JUMLAH TITIK API:A. VERSI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN (JANUARI-SEPTEMBER 2015)

    ACEH 162

    SUMATERA UTARA 331

    SUMATERA BARAT 192

    JAMBI 1.548

    SUMATERA SELATAN 2.314

    LAMPUNG 221BENGKULU 67

    RIAU 1.831KEPULAUAN RIAU 38

    BANGKA BELITUNG 693

    JAWA TIMUR 282

    KALIMANTAN TIMUR 1.246

    SULAWESI BARAT 33

    BANTEN 7

    DKI JAKARTA 1

    JAWA BARAT 117

    YOGYAKARTA 2

    JAWA TENGAH 90

    KALIMANTAN BARAT 2.573

    KALIMANTAN TENGAH 3.126 KALIMANTAN SELATAN 718

    KALIMANTAN UTARA 269

    GORONTALO 35 SULAWESI UTARA 42

    SULAWESI TENGAH 148

    SULAWESI SELATAN 275SULAWESI TENGGARA 125

    B. VERSI BNPB (SEPTEMBER-OKTOBER 2015):

    NTB 43NTT 16

    PAPUA 63

    MALUKU UTARA 2

    MALUKU 6

    UPAYA PENANGGULANGAN

    RP 385 MILIAR dana penanggulangan kebakaran

    22.146 personel aparat dan relawan

    60 ton bahan kimia untuk water-bombing

    19 helikopter water-bombing 4 pesawat

    Tersangka:

    230 perseorangan

    PENANGANAN HUKUM

    Kasus:

    238 kasus

    JUMLAH KORBAN JIWA

    (Juli-Oktober 2015)

    24 orang 12 orang 8 orang 4 orang di Sumatera dan Kalimantan di Gunung Lawu di Ponorogo, Jawa Timur

    17 korporasi

    BAHTIAR RIFAI, SITI HARDIYANTI | OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    CUKUP ANAK HAMBA, YA ALLAH, YANG MENJADI KORBAN ASAP YANG TAK KUNJUNG BERHENTI.

    RINTIHAN KORBAN ASAP

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    TULISAN Rhia Moorlife di Facebook itu begitu menyayat hati. Apalagi dia juga mengunggah foto anaknya, Nabila Julia Rahmadani, yang tengah dirawat intensif di rumah sakit.

    Namun ternyata asap lebih kejam dari du-gaan Rhia. Asap tak cuma melumpuhkan akti-vitas warga, tapi juga telah merenggut nyawa putrinya yang baru berusia 15 bulan itu.

    Nabila mulai batuk-batuk dan muntah dahak karena menghirup udara yang mengandung particulate matter berlebihan. Karena berlang-sung terus-menerus, Nabila pun tumbang.

    Oksigen di dalam tubuhnya berkurang,

    paru-parunya dipenuhi dahak, ujar sang ayah, Ahmad Arbani, yang tak kalah terpukul.

    Nyawa anak yang sedang lucu-lucunya itu pun tak tertolong. Gadis yang awalnya sangat aktif dan ceria itu mengembuskan napas ter-akhir pada 2 Oktober lalu.

    Sebelum Nabila, seorang gadis kecil bernama Muhanum Anggriawati juga meninggal karena asap. Anak perempuan berusia 12 tahun itu meninggal pada 10 September 2015.

    Muhanum sempat dirawat di ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, Pekanbaru, selama empat hari setelah tak sadarkan diri saat bermain di luar rumah.

    Balita korban asap diperiksa di rumah singgah khusus balita Jakabaring, Palembang, Kamis (29/10).HASAN/DETIKCOM

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    Setelah diperiksa, ternyata tenggorokan dan paru-paru Muhanum penuh lendir. Nyawanya tak tertolong meski sudah mendapat perawat-an intensif, kata salah satu kerabatnya, Eka Putra.

    Asap juga merenggut nyawa bayi berusia 28 hari, M. Husen Saputra. Bayi Husen meninggal setelah badannya panas akibat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

    Husen sempat dilarikan ke Rumah Sakit Mu-hammadiyah Palembang. Tapi anak saya sulit tertolong lagi. Kata dokter, dia terkena ISPA,

    ujar sang ayah, Hendra Saputra.Menurut Hendra, sebelum anaknya sakit,

    asap di lingkungan rumahnya memang sangat tebal. Hal itu berlangsung sangat lama, dari sore hingga fajar.

    Meski sudah mencoba menutup rumah ra-pat-rapat, asap tetap masuk melalui sela jende-la dan pintu. Anak saya yang pertama, Nurul, juga kena. Dia demam, katanya.

    Beruntung, Nurul bisa bertahan karena infek-sinya tidak terlalu parah. Saya cuma mau asap ini cepat berakhir. Saya masih sangat kehilang-an dan terpukul, katanya.

    Daftar korban asap masih panjang. Ada Ra-tih, bayi 3 bulan di Jambi, yang divonis terkena bronchopneumonia akut akibat terus-menerus menghirup asap.

    Ada juga Ardina, bocah 6 tahun di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, yang meninggal setelah muntah-muntah dan kejang-kejang. Dokter bilang akibat paparan asap, ujar sang ayah, Utuh.

    Nyawa bayi berumur 15 bulan bernama Latifah Ramadani juga tak tertolong setelah terserang ISPA. Padahal dokter di Palembang

    FOKUSFOKUS

    Seorang petugas mendata anak balita di rumah singgah balita Jakabaring, Palembang, Kamis (29/10). HASAN/DETIKCOM

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    telah merawatnya secara intensif.Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat,

    selama periode 29 Juni 2015 hingga 27 Septem-ber 2015, korban akibat terpapar risiko asap di Provinsi Riau sebanyak 44.871 orang.

    Dari data itu, 37.396 orang terkena ISPA, 656 terkena pneumonia, 1.702 asma, 2.206 orang terkena gangguan mata, dan 2.911 terkena

    gangguan kulit. Korban ISPA terbanyak terjadi di Pekanbaru sebanyak 8.661 orang.

    Dan jumlah itu terus bertambah. Pada akhir Oktober 2015, jumlah korban menembus 61 ribu orang. Diperkirakan jumlah itu akan terus bertambah.

    ISPA merupakan infeksi parah pada bagian sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru. Infeksi ini sering terjadi akibat paparan virus dan bakteri.

    Seseorang yang terkena ISPA akan meng-alami gangguan fungsi pernapasan. Jika tak se-gera ditangani, ISPA bisa menyebar ke seluruh sistem pernapasan tubuh, sehingga tubuh akan kekurangan oksigen.

    Kondisi ini sangat rentan diderita oleh anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sepenuhnya. Selain itu, di-ameter pipa pernapasan anak-anak lebih kecil dibanding orang dewasa.

    Akibatnya, saluran mukosa membengkak dan pipa mengecil, ujar dokter spesialis anak dr Nastiti Kaswandani.

    Pembengkakan ini memudahkan terjadinya sumbatan, sehingga napas menjadi sesak. Apalagi

    Siswa SD di Jambi tetap bersekolah, Rabu (28/10).HASAN ALHABSY/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    jika ditambah lendir, napasnya akan makin sesak.Kuman yang terbawa oleh kabut asap juga

    bisa meningkatkan risiko pneumonia (radang paru-paru). Inilah yang menyebabkan risiko korban anak-anak lebih besar, ujar dokter lu-lusan Universitas Indonesia ini.

    Selain terhadap anak-anak, efek kabut asap rentan terhadap orang dewasa, yakni meng-akibatkan gangguan fungsi paru-paru. Misal-nya mereka yang memiliki riwayat asma atau penyakit paru kronis lainnya. n ADELINE WAHYU | KEN YUNITA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    Sekolah diliburkan akibat pekatnya asapROSSA/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    RAMAI-RAMAI PROTES ASAPASAP YANG TAK KUNJUNG BERLALU MEMBUAT BANYAK ORANG MELONTARKAN PROTES. DARI MARAH-MARAH HINGGA BIKIN MEME LUCU-LUCUAN.

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    KAMI rindu sekolah. Begitu tulisan pada salah satu spanduk yang diba-wa anak-anak di Pekanbaru, Riau, 20 Oktober lalu. Sambil mengenakan masker, anak-anak usia sekolah dasar itu turun ke jalan. Menggelar protes.

    Anak-anak ini mungkin tak paham betul mengapa asap ada di mana-mana. Mereka juga tidak mengerti siapa yang membuat asap ini terus eksis, sehingga membuat napas mereka

    sesak. Mereka ingin asap segera berlalu.Protes lantaran asap yang tak kunjung hilang

    sering dilakukan warga Pekanbaru, Riau, daerah yang terkena dampak asap paling berat. Ribuan mahasiswa di kota itu juga turun ke jalan pada 28 Oktober lalu untuk menuntut pemerintah segera mengatasi asap.

    Warga Jambi dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah, juga marah. Tak cuma mengganggu aktivitas warga, asap telah merenggut banyak

    Ratusan mahasiswa Riau berunjuk rasa sebagai bentuk keprihatinan terhadap bencana asap kebakaran lahan dan hutan di Pekanbaru, Riau, Jumat (23/10).

    ANTARA FOTO

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    nyawa, terutama anak-anak. Kebanyakan korban meninggal terserang infeksi saluran perna-pasan akut (ISPA).

    Kami masih sayang pada Me-rah Putih, makanya saya kibarkan bendera setengah tiang untuk bencana asap dan korbannya, ujar seorang pegawai negeri Pemerintah Provinsi Riau, Zulkar-nain Kadir.

    Bendera itu dikibarkan sete-ngah tiang sebagai bentuk pro-tes terhadap pemerintah daerah dan pemerintah pusat karena tak kunjung menyelesaikan persoal-an asap, yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

    Kemarahan juga ditunjukkan aktivis lingkungan Eropa yang kini tinggal di Palangkaraya, Ka-limantan Tengah, Aurelien Brule, lewat video berdurasi tiga menit. Video pria pendiri Yayasan Kala-

    weit itu menyebar secara viral di Internet.Video diawali dengan aksi pria yang akrab di-

    sapa Chanee itu berjalan hilir mudik di tengah. Di balik masker, napasnya terdengar berat. Chanee marah bukan hanya lantaran anaknya terkena ISPA. Dia juga mewakili ribuan warga yang menangis akibat asap.

    Bapak Presiden, saya marah bukan hanya karena saya aktivis lingkungan. Saya marah sebagai ayah, suami, dan seseorang yang sung-guh mencintai negeri ini, ujar Chanee dalam video penuh emosinya itu.

    Di dunia maya, protes dan kemarahan warga terkait asap juga ramai. Warga Twitter yang geram terhadap pelaku pembakar hutan terus menuliskan tanda pagar (hashtag) #lawan asap dan #efekasap.

    Protes dari negara tetangga Malaysia dan Singapura juga tak kalah keras. Sekelompok warga Malaysia yang menamai diri Solidariti Anak Muda Malaysia berunjuk rasa di depan gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur.

    Mereka memprotes pemerintah Indonesia,

    TWIT

    TER

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    yang dianggap lambat menangani kabut asap sehingga menyebar hingga negara lain. Mereka juga menyerahkan pernyataan tertulis untuk Presiden Joko Widodo melalui Wakil Dubes RI untuk Malaysia, Hermono.

    Surat berjudul Block the Drains, Stop the

    Hazeitu berisi kegelisahan warga negeri jiran itu, yang harus ikut menjadi korban dan meng-hirup asap akibat kebakaran hutan dan lahan gambut sejak 1990-an.

    Di media sosial, pengguna Twitter di Malaysia dan Singapura juga aktif memprotes pemerin-tah Indonesia. Mereka menggunakan hashtag #TerimaKasihIndonesia untuk menyindir Indo-nesia. Mereka juga membuat meme sebagai bentuk protes.

    Dubes Malaysia untuk Indonesia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim turut angkat bicara soal ini. Dia membeberkan kerugian warga Malaysia akibat asap Indonesia.

    Banyak rugi. Beberapa kegiatan, mulai pen-didikan, bisnis, dan banyak lagi, harus terhenti karena asap, ujar Zahrain di kantornya, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

    Menurut dia, saat ini sudah banyak negara bagian di Malaysia tertutup kabut asap. Bah-kan beberapa daerah di pantai barat, seperti Selangor, Malaka, Johor, Perak, dan Sarawak, terkena dampak cukup parah.

    Kabut asap menyelimuti kantor Perdana Menteri Malaysia di Putrajaya, Selasa (6/10).

    OLIVIA HARRIS/REUTERS

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    Sama seperti di Indonesia, asap menyebab-kan sekolah-sekolah diliburkan. Penyakit akibat asap, seperti ISPA dan pneumonia, juga mulai bermunculan. Cukup banyak penyakit yang meningkat, ujarnya.

    Pemerintah dua negeri jiran itu telah mela-yangkan surat protes resmi kepada Indonesia atas ekspor asap. Setelah Malaysia dan Si-ngapura, Thailand mulai kesal terhadap asap yang tak kunjung hilang.

    Bangkok Post melansir, sekelompok warga Songkhla mengunjungi kantor konsulat Indo-nesia untuk menyerahkan surat protes. Mereka menyebut warga negara itu mulai mengalami masalah pernapasan dan alergi.

    Indeks Standar Pencemar Udara telah me-nyentuh level tidak sehat di sejumlah kota di bagian selatan Thailand, seperti Songkhla, Satun, dan daerah destinasi wisata terkenal Phuket.

    Perdana Menteri Thailand Jenderal Prayut Chan-o-cha memerintahkan Menteri Luar Negeri Thailand segera berkomunikasi deng-an negara tetangga lain untuk mencari solusi jangka pendek dan panjang untuk menyelesai-kan masalah asap.

    Asap pembakaran hutan dari Sumatera ini harus dicari solusinya, kata Jenderal Prayuth. n ANGELA ADELINE | KEN YUNITA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    Warga menjalani pemeriksaan medis di Posko Kesehatan Satgas Darurat Asap Riau di Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Riau, Kamis (15/10).

    F.B. ANGGORO/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    ASAP PEKAT KEBAKARAN HUTAN DI SUMATERA DAN KALIMANTAN MENYUSUP KE RUMAH-RUMAH WARGA. BENARKAH SODA KUE MAMPU MENETRALKAN KABUT ASAP?

    DARI MASKER HINGGA SODA KUE

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    T AK cukup menutup mulut dan hidung dengan masker, Yusnita, 40 tahun, warga Tenayan Raya, Pekan-baru, juga menutup setiap lubang angin atau ventilasi udara di rumahnya meng-gunakan kain basah. Kedua anak lelakinya, Ri-zaldi dan Zeily, turut membantu pekerjaan itu.

    Bagian lain di dalam rumah mereka tutup rapat dengan menggunakan terpal plastik dan bahan-bahan lain yang tersedia. Pintu dan jendela pun hanya dibuka seperlunya. Selain menutup setiap lubang, tiga buah kipas angin

    berukuran sedang dengan tabung air di ba-wahnya nyaris tak pernah berhenti berputar di ruang keluarga dan kamar tidur.

    Semua itu dilakukan Yusnita dan jutaan warga lain di Sumatera dan Kalimantan sejak asap kebakaran hutan mulai menebal dalam beberapa pekan terakhir. Kabut asap adalah ancaman serius bagi kesehatan seluruh organ tubuh. Rasa perih di hidung dan mata adalah yang paling dirasakan dan dikeluhkan.

    Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kota Pekanbaru telah masuk dalam level ber-bahaya, sehingga pemerintah setempat me-netapkan status Darurat pencemaran udara dalam bencana asap.

    Kabut asap di Riau

    ANTARA FOTO

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    Kami tutup semua lubang biar asap yang masuk tak terlalu pekat, kata Yusnita.

    Hasil kajian Profesor Doktor Tjandra Yoga Aditama dalam kasus kebakaran hutan pada 1997/1998 menyatakan asap bisa mengiritasi selaput lendir di hidung, mulut, dan tenggo-rokan, menimbulkan radang, serta memuncul-kan reaksi alergi. Asap kebakaran hutan juga menimbulkan infeksi, dari infeksi saluran per-napasan akut (ISPA) hingga pneumonia atau radang paru.

    Kemampuan paru dan saluran pernapasan

    mengatasi infeksi juga berkurang sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi, tulis Tjandra Yoga dalam buku Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Paru dan Pernapasan, terbitan tahun 2000.

    Di Kota Jambi, Ninda dan Niorita tak cuma menutup semua ventilasi dan mengaktifkan mesin penyejuk ruangan, tapi juga menyiapkan mangkuk-mangkuk berisi soda kue (sodium bikarbonat) di tiap sudut ruangan. Katanya, sih, soda kue bisa ikut membantu memurnikan ruangan yang terpapar asap, kata Ninda.

    Meski tak terlalu paham benar proses ki-miawi yang terjadi, ia dan Niorita hanya me-negaskan keluarganya sejauh ini tak merasa

    Soda kue

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    ada keluhan terkait pernapasan. Begitupun dengan kesehatan mata dan kulit. Alham-dulillah tak ada yang terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Pokoknya segala cara yang masuk akal dan tak terlalu rumit dikerjakan, ya, kami lakukan saja, ujar Nio-rita.

    Menurut guru besar Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, I Gede Wenten, soda kue memang bisa membantu mes-ki tak terlalu signifikan. Soda kue, kata dia, cuma bisa digunakan untuk menetralkan gas asam yang berada dalam udara, seperti SO2

    (sulfur dioksida) dan CO2 (karbon dioksida). "Persoalannya, di daerah yang terdampak ka-but asap tersebut kan partikel di udara. Jadi soda kue tidak efektif, tapi bisa membantu sedikit," ujarnya.

    Sementara itu, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dalam siaran pers yang ditandatangani dr M. Arifin Nawas (Ketua Umum PDPI) dan Dr dr Agus Dwi Susanto (Sekretaris Umum PDPI), menyatakan me-nutup jendela dan pintu rumah dengan rapat memang dapat mengurangi jumlah partikel yang masuk rumah atau ruangan. Meski de-mikian, masuknya partikel halus sulit dicegah karena ukurannya sangat kecil.

    Khusus bagi warga yang memiliki mesin penyejuk udara bisa mengaktifkannya tapi dengan mode recirculate.

    Menurunkan kadar partikel di dalam ruang-an juga bisa dilakukan dengan menggunakan air purifier atau air cleaner. Berdasarkan pe-nelitian, air purifier bisa menurunkan partikel di udara dalam rumah sebesar 63-88 persen, tulis PDPI. n ISFARI HIKMAT | PASTI LIBERTI MAPPAPA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    kipas angin dengan tabung air

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    EDG

    AR S

    U/R

    EUTE

    RS

    FOTO

    : AN

    TAR

    A

    DERITA ASAP NEGERI TETANGGA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    KAMI MUNGKIN MENDERITA, TAPI PENDUDUK DI KALIMANTAN JAUH LEBIH MENDERITA.

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    KIRIM asap dibalas masker. Peng-ap dan sumpeknya asap tak mesti membuat hati ikut sumpek. Sudah lebih dari dua bulan langit Singapura, yang biasanya terang, buram oleh asap yang

    dikirim dari kebakaran hutan di Indonesia.

    Kami mungkin menderita, tapi penduduk di

    Kalimantan jauh lebih menderita, kata Cheryl

    Lie, 31 tahun, warga Singapura, beberapa pe-

    kan lalu. Cheryl, yang bekerja sebagai manajer program di Universitas Manajemen Singapura, bersama sang adik, Charlene Lie, 26 tahun, dan seorang teman, Hafizhah Jamel, 26 tahun, memutuskan berbuat sesuatu. Kami tak bisa hanya duduk dalam ruang berpenyejuk udara dan tak melakukan apa pun.

    Lewat Facebook, Twitter, dan jejaring sosial lain, bersama sejumlah teman, Cheryl, Hafizhah,

    Warga mengenakan masker melintas di kincir Singapore Flyer di Marina Bay, Kamis (29/10).

    EDGAR SU/REUTERS

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    dan Charlene menggalang kampanye Lets Help Kalimantan. Hanya dalam beberapa hari mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 26 ribu masker N95standar masker untuk pen-cemaran udara yang direkomendasikan Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH)untuk dikirim ke sejumlah kota di Kalimantan.

    Cheryl, Hafizhah, dan sejumlah relawan dari Singapura terbang sendiri ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, untuk membagikan dan mengajarkan bagaimana memakai masker N95

    dengan benar. Polusi udara di Palangkaraya memang jauh lebih parah ketimbang di Singapura.

    Di Negeri Singa, angka Indeks Standar Polutan (PSI) sempat menyentuh angka 223 pada 14

    September malam. Menurut Badan Nasional Lingkungan Singapura, jika indeks polutan ber-ada pada kisaran 200-300, udara itu sangat tidak sehat dihirup manusia. Di Palangkaraya, indeks polutan sempat melewati angka 1.900, artinya sangat berbahaya bagi kesehatan. Hing-

    ga pekan lalu, indeks polutan di Palangkaraya masih bertahan di atas angka 350.

    Bagi Cheryl, kiriman asap dari Indonesia mungkin tak perlu dibalas dengan kemarahan. Tapi tak sedikit warga Negeri Singa yang kesal bukan kepalang terhadap asap yang datang tak diundang itu. Lihat itu, kata Savir Singh, sopir taksi di Singapura, menunjuk wahana Si-ngapore Flyer yang menjulang tinggi dan tam-pak kabur dikepung kabut asap dari kejauhan. Aku berharap Jakarta juga dibekap kabut asap sehingga pemerintah di sana bakal melakukan sesuatu.

    Gara-gara kabut asap, Kementerian Pendi-dikan Singapura sempat meliburkan semua taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga SMP. Lantaran asap kelewat pekat pula, sebagian nomor dalam Kejuaraan Renang FINA World Cup 2015 di Singapura dibatalkan.

    Perusahaan-perusahaan di Singapura juga punya cara sendiri untuk menghukum peru-sahaan-perusahaan di Indonesia yang diduga punya andil memicu kebakaran hutan. Asosiasi Bank-bank Singapura (ABS) mendesak 158 bank

    KEBIJAKAN KAMI SUDAH JELAS: KAMI TIDAK MEMBAKAR LAHAN KAMI.

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    anggotanya mempertimbang-kan keterlibatan calon debi-turnya dalam kerusakan hut-an dan emisi gas rumah kaca sebelum mengucurkan utang. Beberapa bank besar, seperti DBS, OCBC, dan UOB, ber-janji akan mematuhi anjuran Asosiasi.

    Salah satu perusahaan yang kena hukuman dari perusa-haan-perusahaan di Singapu-ra adalah Asia Pulp & Paper (APP), perusahaan kertas dan bubur kertas milik Sinar Mas. Pada akhir September lalu, Badan Nasional Lingkungan Hidup Singapura (NEA) meng-

    umumkan akan menginvestigasi keterlibatan lima perusahaan dari Indonesia, yakni Rimba Hutani Mas, Sebangun Bumi Andalas Wood Industries, Bumi Sriwijaya Sentosa, Wachyuni Mandira, dan APP, dalam kebakaran hutan.

    Begitu keluar pengumuman NEA, Dewan

    Lingkungan Hidup Singapura (SEC) memutus-kan membekukan sementara sertifikasi hijau yang diberikan pada produk-produk APP hing-ga penyelidikan NEA kelar. Investigasi NEA berbuntut panjang. Puluhan supermarket dan jaringan toko di Singapura, seperti FairPrice, Watsons, dan Sheng Siong, ramai-ramai me-nyingkirkan tisu dan rupa-rupa produk APP dari rak mereka.

    APP membantah tudingan bahwa mereka atau anak per usahaan dan perusahaan pe-masok bahan baku mereka ikut membakar hutan. Kebijakan kami sudah jelas: kami tidak membakar lahan kami.... Kami akan memutus hubungan dengan pemasok yang terlibat pem-bakaran hutan, ungkap APP dalam keterangan tertulis mereka.

    Menurut APP, bisa jadi ada api dalam wilayah konsesi hu tan mereka, tapi bukan mereka pe-micunya. Karena, kadang dalam wilayah kon-sesi ada kampung, ada komunitas warga, ada pula izin tumpang-tindih dengan bisnis lain, se-perti perkebunan karet atau pertambangan.... Siapa bertanggung jawab atas apa, dan siapa

    FOKUSFOKUSFOKUSFOKUSFOKUS

    Udara penuh asap di Singapura pada 29 September (atas), berbeda dengan cuaca cerah di tempat serupa pada 5 Mei lalu.

    EDGAR SU/REUTERS

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    mengelola apa, menjadi tidak jelas, kata Aida Greenbury, Direktur Sustainability APP.

    Muniandy Gunasekaran, 52 tahun, kesal betul dengan asap yang sudah berhari-hari membuat dia sesak bernapas. Warga Sungai Petani, Negara Bagian Kedah, Malaysia, itu melaporkan pemerintah Indonesia yang dia

    anggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kiriman kabut asap itu ke Kepolisian Kepala Batas, Kedah, dua pekan lalu.

    Entah bagaimana dia berhitung, Muniandy menuntut pemerintah di Jakarta membayar ganti rugi senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,35 triliun. Saat dia melapor, angka Indeks Stan-dar Polutan di Kepala Batas, Kedah, mencapai 244 alias sangat tidak sehat jika dihirup.

    Dari hutan di Sumatera dan Kalimantan yang

    Warga Malaysia menunggu pesawat di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Jumat (18/9), akibat status bahaya asap. Mereka dievakuasi pemerintah Malaysia.

    RONY MUHARRMAN/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    terbakar, asap itu berembus sampai jauh. Tak cuma terbang hingga ke negeri jiran Singapura dan Malaysia, kabut asap dari hutan Sumatera dan Kalimantan juga membuat sebagian warga Thailand, Brunei, dan Filipina sesak napas.

    Selama beberapa hari pada awal Oktober lalu, udara di atas Provinsi Phuket di Thailand Selatan buram oleh kabut asap. Demikian pula di Pulau Mindanao dan Pulau Cebu, Filipina. Jangan tanya bagaimana pekatnya asap di Ne-gara Bagian Selangor, Melaka, Langkawi, dan Sarawak, Malaysia. Kementerian Pendidikan

    Malaysia sempat meminta murid-murid sekolah di ne-gara bagian itu dirumahkan lebih dulu.

    Tapi pemerintah Malay-sia tak mau menyalahkan Indonesia. Tak adil untuk menyalahkan Indonesia, kata Ahmad Zahid Hamidi, Wakil Perdana Menteri Malay-sia. Bahkan kita mesti membantu Indonesia mengatasi masalah lintas negara ini.

    Pemerintah di Jakarta memang sempat menolak tawaran bantuan dari sejumlah ne-

    gara untuk memadamkan kebakaran hutan. Padahal, menurut Kesepakatan Negara-negara Anggota ASEAN dalam Polusi Asap Lintas Negara, negara-negara yang meratifikasinyaIndonesia baru meratifikasi pada Januari 2015 dan merupakan negara ASEAN terakhir yang meratifikasiwajib bekerja sama untuk mena-ngani sumber kebakaran. Setelah ditekan se-jumlah negara, barulah sikap Jakarta melunak awal Oktober lalu.

    Bersama Singapura, Australia, Jepang, dan Rusia, Malaysia mengirimkan petugas dan pesawat pemadam kebakaran Bombardier CL-415-MP untuk membantu memadamkan api di hutan Sumatera dan Kalimantan. Singa-pura mengirimkan 34 petugas dan helikopter Chinook. Helikopter ini mampu mengangkut 5.000 liter air. Rusia mengirimkan dua pe-ngebom air Beriev BE-200. Pesawat jumbo ini sanggup menyedot dan mengangkut air hingga 12 ribu liter. Australia menerbangkan pesawat Lockheed L-100-30 ke Sumatera Selatan.

    Singapura tak cuma mengirim bantuan, tapi

    TAK ADIL UNTUK MENYALAHKAN INDONESIA.

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    juga berniat menghukum perusahaan atau individu yang terbukti menjadi pembakar hut-an dan mencemari udara Singapura. Memang hanya Singapura yang punya perangkat per-aturan untuk menghukum perusahaan pelaku pembakaran hutan di negara lain. Parlemen Singapura meloloskan Undang-Undang Polusi Asap Lintas Negara setahun lalu.

    Menurut undang-undang itu, perusahaan atau seseorang di negara mana pun yang terbukti membakar hutan dan menyebabkan pencemaran udara di Singapura akan dijatuhi denda Sin$ 100 ribu atau Rp 966 juta per hari polusi dengan denda maksimum Sin$ 2 juta atau Rp 19,3 miliar. Lima per usahaan, termasuk APP, harus bersiap membayar denda jika me-reka terbukti bersalah menyebabkan kebakar-an hutan. NEA tengah menelisik keterlibatan mereka.

    Eugene Tan, dosen hukum di Universitas Manajemen Singapura, tak yakin hukuman itu bakal efektif untuk memadamkan kebakar-an hutan di Indonesia yang terus berulang. Supaya undang-undang ini bisa diterapkan,

    harus ada kerja sama dari negara tetangga.... Karena bukti, alat utama supaya tuntutan itu berhasil, tak akan ada di Singapura, kata Eu-gene. Supaya pelanggar keder, dia juga meng-usulkan supaya nilai denda dinaikkan.

    SAPTO PRADITYO | THESTAR | CHANNELNEWSASIA | STRAITSTIMES |

    ASIAONE | TODAY

    Puncak gedung Hotel Marina Bay Sands, Singapura, terlihat penuh asap, Senin (5/10).

    EDGAR SU/REUTERS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN MULAI MASIF SETELAH ORDE BARU MENGAVELINGKAN WILAYAH KALIMANTAN DAN SUMATERA KEPADA PARA PENGUSAHA.

    SUDAH MEMBARASEJAK PENJAJAHAN BELANDA

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    HARI masih sore pada 13 Oktober 1972, tapi sebuah mobil yang berge-rak perlahan di sebuah jalan di Kota Singapura sudah menyalakan kedua bola lampu di depannya. Begitu juga dengan gedung-gedung perkantoran dan tiang-tiang lampu penerang di jalan-jalan utama negeri itu, seperti Orchard Road dan Nicoll Highway. Kondisi tersebut terekam dalam arsip foto The Straits Times, melengkapi tulisan bertajuk Haze in Singapore: A Problem Dating Back 40

    Years.Koran terbitan Singapura itu menyebut ka-

    but asap yang membuat jarak pandang amat terbatas di negeri itu merupakan akibat asap kebakaran hutan di Palembang, Sumatera Se-latan. Pemerintah Indonesia menyalahkan para petani lokal yang biasa melakukan pembakar-an saat membuka lahan.

    Tapi beberapa warga Kota Palembang tak banyak yang tahu atau ingat pada peristiwa 43 tahun lalu itu. Maklum, media nasional

    Sebuah pesawat lepas landas dari Bandara Changi, Singapura, di tengah kabut asap pada 7 September 1982.

    DOK. STRAITSTIMES

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    maupun lokal kala itu sepertinya tak ada yang memberitakan segegap-gempita seperti seka-rang. Saya cuma ingat kebakaran hutan hebat seperti sekarang itu, ya, pada 1997, kata Dewi Yuliani, 52 tahun, warga Desa Bukit Lama, Ke-camatan Ilir Barat, Palembang, saat dihubungi melalui telepon Selasa, 27 Oktober 2015.

    Begitu juga dengan Hendra Suteni, 56 tahun. Lelaki berdarah Minang yang sejak 1996 ber-tugas di Pekanbaru itu pun cuma ingat peris-

    tiwa kebakaran hebat terjadi pada 1997/1998. Saya waktu itu sempat kesulitan menda-

    patkan pesawat karena tak ada yang biasa mendarat di Pekanbaru. Kalau kebakaran sebelum itu, saya enggak pernah tahu, ujarnya.

    Sejatinya, cerita soal kebakaran hut-an tercatat terjadi sejak sebelum masa

    kemerdekaan. Kebakaran menjadi perhati-an dalam beberapa aturan yang dibuat oleh

    pemerintah Hindia Belanda saat itu. Seperti dilansir situs Kementerian Kehutanan, ada aturan seperti Reglemen voor het Beheer der Bossen van den lande op Java en Madura 1927,

    yang secara singkat dan lebih populer dengan Bosordanntie voor Java en Madura atau Ordo-nansi Hutan untuk Jawa dan Madura.

    Sebuah laporan berjudul Anthropogenic Fires in Indonesia: A View from Sumatra me-nyebut kebakaran hutan pernah tercatat dalam beberapa tulisan dari para penjelajah Eropa pada abad ke-17 yang mencari Borneo (Kali-mantan), yang dituntun menuju pulau tersebut oleh asap kebakaran yang tercium sampai ber-mil-mil jauhnya di laut. Laporan yang disusun Roderick Bowen, Jean Marie Bompard, Ivan P. Anderson, Philippe Guizol, dan Anne Gouyon itu juga menyebutkan Belanda mencatat se-jumlah kebakaran hutan di Sumatera selama musim kering yang berkepanjangan dari awal abad ke-20 sampai tahun 1940-an.

    Frekuensi kebakaran dan tingkat keparahan-nya meningkat signifikan mulai awal 1980-an. Hal itu terjadi akibat kekeringan yang semakin parah, ditambah penggunaan sumber daya alam dan tanah yang tidak bertanggung jawab. Bowen dan kawan-kawan mencatat terdapat lima kebakaran besar sampai akhir 1990-an.

    Saya cuma ingat kebakaran hutan

    hebat seperti sekarang itu, ya,

    pada 1997.

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    Peristiwa tersebut bertepatan dengan periode El Nino serta memiliki pengaruh terbesar di Kalimantan bagian selatan sampai timur Suma-tera ke utara sejauh Jambi. Kebakaran terhebat terjadi di Kalimantan Timur pada 1982/1983, yang menghanguskan sekitar 3,6 juta hektare hutan.

    Menurut Profesor Doktor Bambang Hero Saharjo, ahli kebakaran hutan dan lahan dari

    Institut Pertanian Bogor, kebakaran hutan dan lahan dari ratusan ribu hingga jutaan hektare baru terjadi setelah ada kebijakan pemerintah Orde Baru untuk mengaveling-ngavelingkan wilayah Kalimantan dan Sumatera kepada para pengusaha lewat skema hak pengusahaan hut-an (HPH).

    Lima tahun kemudian, pada 1987 kembali terjadi kebakaran seluas 66 ribu hektare. Na-

    Sungai Batanghari yang diselimuti kabut asap

    HASAN ALHABSHY/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    mun, pada kenyataannya, kemungkinan luas hutan dan lahan yang terbakar bisa mencapai sepuluh kali lebih luas dari data resmi tersebut. Kebakaran menyebar dari Sumatera bagian barat, Kalimantan, sampai Timor sebelah timur. Kebakaran besar kembali terjadi pada 1991 di lokasi-lokasi yang hampir sama dengan keba-karan pada 1987. Data resmi yang dirilis me-nyebutkan terbakarnya 500 ribu hektare deng-

    an laporan terjadinya asap pada skala lokal.Indonesia kembali dicengkeram kemarau

    panjang pada 1994 dan terjadi kebakaran besar di Pulau Sumatera serta Kalimantan. Asap sebagai akibat terbakarnya lahan gambut terbang sampai Malaysia dan Singapura pada akhir September, yang kemudian mendasari beberapa proyek dan kerja sama internasional dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

    Gelombang panas dan kekeringan pada 1997/1998 menyebabkan kebakaran di seluruh provinsi. Selain kekeringan, ulah sejumlah perusahaan dan petani yang dengan sengaja membakar untuk mempercepat pembersihan ditengarai sebagai penyebab utama meluasnya kebakaran. Bank Pembangunan Asia (ADB) mencatat, sepanjang Mei 1997 sampai Maret 1998, ada 9,7 juta hektare hutan dan lahan yang terbakar.

    Saling lempar dan saling tuduh antara pe-merintah, masyarakat/NGO, dan pengusaha perkebunan berlangsung intens pascakeba-karan dalam kurun waktu tersebut. Hal yang

    Sebuah mobil memakai lampu sorot di jalan yang terang karena kabut tebal pada malam 13 Oktober 1972.

    DOK. STRAITSTIMES

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    jamak ditemukan di masa-masa itu, pembakar-an lahan memang dilakukan untuk membuka perkebunan besar kelapa sawit, di mana terjadi tumpang-tindih dengan masa-masa masyara-kat lokal/adat membuka lahan dengan pemba-karan terbatas.

    Di sisi lain, hukum tidak sepenuhnya ditegak-kan karena belum adanya kebijakan setingkat

    undang-undang yang secara eksplisit meng-hukum dan mendenda personal penyebab kebakaran hutan dan lahan. Setelah kebakaran hutan dan lahan pada 1997/1998 yang sangat hebat, barulah pemerintah Indonesia menge-luarkan beberapa kebijakan untuk merespons kebakaran hutan dan lahan tersebut.

    PASTI LIBERTI MAPPAPA, IBAD DURROHMAN

    Seorang pria mengendarai sepeda dengan latar Singapore Flyer yang diselimuti kabut pada Jumat (23/10).

    EDGAR SU/REUTERS

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN YANG DIATUR DALAM INPRES NOMOR

    16/2011 TAK BERJALAN. BNPB SUDAH MENGELUARKAN RP 500 MILIAR.

    TINGGAL BERHARAPKEPADA HUJAN

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    SALAT istisqa' untuk memohon ke-pada Allah SWT agar hujan segera turun kini giat dilakukan masyarakat di banyak tempat. Hujan diharap-kan bisa mengatasi masalah kekeringan serta kebakaran hutan yang menimbulkan bencana kabut asap di Indonesia. Hal ini pulalah yang dilakukan ratusan prajurit TNI di Pangkalan TNI Angkatan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Provinsi Riau, Selasa, 27 Oktober lalu.

    Di sela pergantian tugas memadamkan api,

    para prajurit menggelar salat istisqa', yang dipimpin Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama TNI Henri Alfiandi. Semo-ga Allah SWT mengabulkan doa kita semua yang hadir saat ini, agar hujan turun, sehingga bencana asap di Provinsi Riau atau provinsi lain segera berakhir, kata Henri.

    Perwira bintang satu itu menyebut segala upaya sudah dilakukan TNI untuk memadam-kan api di kawasan hutan, baik lewat darat maupun udara. Namun api tak bisa benar-

    Sejumlah pegawai negeri Pemerintah Provinsi Jambi, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat menunaikan salat istisqa' di lapangan kantor Gubernur Jambi, Rabu (28/10).

    WAHDI SEPTIAWAN/ANTARA FOTO

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    benar bisa dijinakkan. Tinggal hujan yang kini menjadi tumpuan harapan agar api yang me-lumat jutaan hektare lahan di Sumatera dan Kalimantan segera padam.

    Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkung-an Hidup Malaysia Wan Junaidi Tuanku Jaafar juga meyakini hanya musim hujan yang bisa menghentikan kebakaran hutan di Indonesia, meskipun berbagai upaya, termasuk bantuan dari kalangan internasional, terus diberikan

    untuk mengatasi penyebab bencana kabut asap tersebut.

    Kecuali ada hujan, tak mungkin inter-vensi manusia bisa memadamkan keba-karan tersebut, ujarnya mengakui.

    Awal Oktober 2015, pemerintah Indo-nesia akhirnya setuju menerima bantuan

    asing dalam upaya pemadaman kebakar-an hutan. Bantuan tersebut meliputi enam

    pesawat dari Singapura, Malaysia, dan Aus-tralia. Pesawat-pesawat itu merupakan bagian dari pengerahan 32 pesawat dan helikopter water-bombing serta lebih dari 22 ribu personel.

    Kehadiran pesawat-pesawat bantuan asing

    itu dirasa cukup membantu, seperti Hercules Bomber 32 bantuan pemerintah Australia, yang mampu mengangkut 15 ribu liter air. Tapi pesawat-pesawat bantuan itu ternyata tidak bisa bertugas lebih lama di Indonesia lantaran di negara asalnya kebakaran juga terjadi. Pesa-wat-pesawat itu pun ditarik pulang.

    Apakah bantuan asing itu dianggap signifikan, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin me-nyebut antara ya dan tidak. Sebab, negara-ne-gara pemberi bantuan pun akhirnya mengakui sulitnya memadamkan api di tanah Sumatera, yang sebagian besar berupa lahan gambut. Daya serap air yang luar biasa membuat lahan gambut cepat kering dan, ketika ada gesekan panas, akan mudah terbakar.

    Mereka jadi tahu bahwa memadamkan di lahan gambut luar biasa beratnya. Jadi tak ada lagi cerita-cerita miring, tutur Alex saat menghadiri pertemuan kepala daerah di Istana Negara, Jakarta, Rabu dua pekan lalu.

    Kesulitan yang sama juga dialami pasukan TNI yang dikerahkan untuk memadamkan api di wilayah Sumatera Selatan. Mereka antara

    Mereka jadi tahu bahwa

    memadamkan di lahan gambut luar

    biasa beratnya. Jadi tak ada lagi cerita-

    cerita miring.

    Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    lain dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat, yang bersama Manggala Agni, polisi, re-lawan, dan masyarakat berjibaku memadamkan api. Lebih dari 5.000 orang bahu-membahu, tetapi sang agni belum juga berhenti menyala.

    (Di lahan) gambut, (api) padam di atas, tapi masih membara di bawahnya, ucap gubernur dari Partai Golkar itu.

    Pasukan TNI yang bertugas di Dusun Balak, Desa Tanjung Peranap, Tebing Tinggi, Kabu-paten Meranti, Riau, juga kewalahan lantaran minimnya peralatan dan sulitnya mendapatkan sumber air. Kesigapan para abdi negara itu rupanya tetap tak mampu mengalahkan api yang berkobar sejak tiga pekan lalu di wilayah tersebut.

    Apalagi personel yang melakukan pema-

    Kepala BNPB Willem Rampangilei memaparkan soal bencana asap.

    AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    daman sangat terbatas. Dari Komando Rayon Militer Meranti hanya ada 10 orang, ditambah 15 dari pasukan Marinir TNI AL serta puluhan warga desa. Kebakaran lahan yang awalnya kecil, lantaran peralatan minim, akhirnya malah meluas. Dari awalnya 1-2 hektare menjadi 40

    hektare.Metode bom air dari udara (water-bombing)

    yang dilakukan Badan Nasional Penanggulang-an Bencana juga tak terlalu berpengaruh. Ke-bakaran sudah enam hari sampai sekarang api masih membakar. Peralatan minim membuat kebakaran semakin meluas, dan kita kalah ce-pat dengan luasan kebakaran itu, kata Koman-dan Koramil Meranti, Mayor TNI B. Tambunan, Selasa dua pekan lalu.

    Kepala BNPB Willem Rampangilei mengakui upaya pemadaman lewat udara memang tidak bisa dipastikan efektif untuk memadamkan api. Biaya yang dibutuhkan untuk pemadaman lewat udara juga sangat besar. Untuk water-bombing, dibutuhkan anggaran setidaknya ribuan dolar AS untuk menyewa helikopter. Sewa helikopter untuk water-bombing itu US$ 6.000 per jam, ujar Willem.

    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengingatkan sebuah pepatah, Jika sudah terbakar, api sulit dipadamkan. Pepatah inilah yang selalu dite-kankan oleh BNPB bahwa kebakaran hutan

    Sejumlah prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Asap tiba di Pangkalan Udara Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (10/9).

    FENY SELLY/ANTARA FOTO

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    lebih baik dicegah.Kita punya banyak pengalaman, pencegah-

    an lebih efektif ketimbang pemadaman. Untuk itu, jangan sampai hutan terbakar, tutur Suto-po di kantornya, Senin, 26 Oktober lalu.

    Pencegahan kebakaran hutan sejatinya su-dah tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor

    16 Tahun 2011 tentang Peningkatan Pengen-dalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Inpres itu menyebutkan upaya pencegahan melibatkan 13 kementerian dan lembaga hingga kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota.

    Gubernur yang akan mengkoordinasi bupati/wali kota dalam menetapkan langkah-langkah

    Pembuatan kanal untuk mencegah penyebaran kebakaran hutan di Kalimantan.

    DOK.DETIKCOM

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Se-perti menetapkan status siaga darurat, mem-buat posko, melakukan patroli, memobilisasi daerah, membuat rencana dan prosedur tetap penanggulangan, hingga mengalokasikan dana.

    (Itu semua) sudah diatur, (siapa) melakukan apa, tetapi tidak berjalan, ucapnya.

    Sayang, kebakaran hutan dan lahan yang

    tidak dicegah itu akhirnya menyedot anggaran penanggulangan yang tidak sedikit. Anggaran itu antara lain untuk mengoperasikan belasan helikopter dan membeli bahan kimia untuk wa-ter-bombing, membuat hujan buatan dengan pesa wat terbang, serta memberi bantuan ope-rasional kepada petugas di lapangan, seperti TNI, Kepolisian RI, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

    BNPB juga telah membagikan bantuan pompa apung berbagai ukuran serta ratus-an ribu masker di enam provinsi yang dilanda kebakaran hutan dan kabut asap, yakni Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.

    Maka, tak mengherankan jika sampai saat ini BNPB sudah mengucurkan anggaran penang-gulangan kebakaran hutan mencapai Rp 500 miliar. (Angka itu) diperkirakan masih akan bertambah karena kebakaran hutan dan lah-an masih banyak, begitu kata Sutopo. ADITYA MARDIASTUTI, CHAIDIR TANJUNG (RIAU) | DEDEN GUNAWAN

    Pesawat Lockheed L100-30 Airtanker milik Australia di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/10), bersiap membantu pemadaman kebakaran hutan.

    NOVA WAHYUDI/ANTARA FOTO

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    LEBIH DARI 240 TERSANGKA DITETAPKAN TERKAIT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN. TIGA PERUSAHAAN DIGUGAT PERDATA.

    MENJERAT DALANGPENYEBAB ASAP

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    HUJAN deras mulai turun di berbagai daerah yang terpapar kabut asap pada Senin hingga Rabu pekan lalu. Seperti di beberapa kabupaten di Provinsi Bengkulu, Kota Pekanbaru di Riau, Jambi, juga Palangkaraya di Kalimantan Tengah. Indeks pencemaran udara akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah tempat itu pun menurun drastis.

    Namun, berkebalikan dengan kabut asap yang mulai beringsut, upaya penegakan

    hukum kasus kebakaran hutan dan lahan tidak ikut menyusut. Kepolisian RI terus menelisik dugaan keterlibatan para pelakunya, baik dari perorangan maupun yang berasal dari korporasi. Jumlah tersangka pun bertambah.

    Hingga Senin, 26 Oktober lalu, polisi setidaknya sudah menetapkan 247 tersangka, terdiri atas 230 tersangka perorangan dan 17 berasal dari korporasi, yang diduga melakukan pembakaran hutan dan lahan. Dari jumlah itu, sudah ditahan 82 tersangka perorangan dan 5

    Pasukan TNI membantu memadamkan kebakaran hutan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (28/10).

    DARREN WHITESIDE/REUTERS

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    orang tersangka dari korporasi.Adapun perkara yang masuk ke tahap

    IItersangka dan barang bukti dilimpahkan ke kejaksaansebanyak 63 orang. Namun semuanya masih dari perorangan, belum ada yang berasal dari korporasi. Demikian juga perkara yang dinyatakan lengkap (P-21), bertambah lagi dua tersangka, tapi juga berasal dari perorangan.

    Meski sudah ada tindakan tegas, Manajer Kampanye Hutan Wahana Lingkungan Hidup

    Indonesia (Walhi) Zenzi Suhadi menilai kepolisian masih lebih banyak menjerat pelaku perorangan ketimbang yang berasal dari perusahaan. Ia menyebut, hingga pekan lalu, baru 17 tersangka korporasi yang disidik dari sekitar 400

    laporan kasus pembakaran hutan dan lahan.Kalau melihat data sekarang, masih belum

    signifikan, kata Zenzi di kantornya Selasa pekan lalu.

    Jumlah itu sebenarnya jauh meningkat dari sebelumnya. Merujuk data Walhi pada 2013,

    polisi pernah menyelidiki 123 perusahaan yang diduga terlibat dalam pembakaran hutan dan lahan. Namun hanya 26 korporasi yang masuk ke tahap penyidikan. Dari jumlah itu, yang sampai divonis (pengadilan) hanya dua perusahaan, ujarnya.

    Kendati begitu, penetapan jumlah tersangka yang cukup banyak saat ini, dinilai Zenzi, tidak berarti menunjukkan pemerintahan sekarang lebih baik. Ia meminta publik menunggu hasil proses penegakan hukum yang sedang dilakukan hingga putusan pengadilan.

    Indikator penegakan hukum itu efektif apabila di setiap daerah merata. Artinya, ada (dari korporasi) hutan tanaman industri, ada sawit. Lalu merata di setiap aktor. Artinya, jangan menyasar perusahaan kecil saja tapi grup besar tidak, tuturnya.

    Zenzi juga menganggap penegakan hukum kasus pembakaran hutan efektif apabila berhasil menyasar para aktor intelektualnya. Sebab, selama ini dalang di balik pembakaran hutan dan lahan justru tak pernah tersentuh.

    Namun angin segar datang dari Badan

    Dari jumlah itu, yang sampai divonis (pengadilan) hanya

    dua perusahaan.

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    Reserse Kriminal Markas Besar Polri. Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Anang Iskandar berjanji menuntaskan penyidikan kasus pembakaran hutan dan lahan hingga para pelaku diadili, termasuk terhadap 7 korporasi asing yang ditetapkan sebagai tersangka.

    Kami akan membawa dan memberkas kasus ini ke kejaksaan, dan kejaksaan yang akan memproses ke pengadilan, ucap Anang, Selasa pekan lalu.

    Ketujuh perusahaan penanaman modal asing (PMA) itu adalah PT ASP (Tiongkok) di Kalimantan Tengah, PT KAL (Australia) di Kalimantan Barat, PT IA (Malaysia) dan PT H (Singapura) di Sumatera Selatan, PT PAH dan PT AP (Malaysia) di Jambi, serta PT MBI (Malaysia).

    Komisaris dua perusahaandari 7 PMAtersebut, KBH dari PT PAH dan KKH dari PT AP, juga dijadikan tersangka. Baik korporasi maupun dua komisaris itu terancam dijerat Pasal 116 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kasusnya ditangani polda setempat, kata Anang.

    Upaya pemidanaan terhadap perusahaan terduga penyebab kebakaran hutan dan lahan juga dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian LHK Rasio Ridha Sani, saat dihubungi terpisah, menyebut pihaknya juga tengah melakukan dua upaya penegakan hukum lain, yakni secara administrasi dan perdata.

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    Saksi Ahmad Taufik, Kepala UPTD Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (kanan), menjadi saksi dari PT Bumi Mekar Hijau dalam persidangan gugatan kebakaran lahan pada 2014 di Pengadilan Negeri Palembang, Selasa (22/9).

    NOVA WAHYUDI/ANTARA FOTO

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    Ada 14 perusahaan yang telah dijatuhi sanksi administratif. Yang terberat adalah pencabutan izin konsesi hutan terhadap tiga perusahaan, yakni PT Hutani Sola Lestari di Riau, PT Mega Alam Sentosa di Kalimantan Barat, dan PT Dyera Hutan Lestari di Jambi.

    Adapun 7 korporasi izinnya dibekukan dan 4 lainnya diberi sanksi paksa untuk memperbaiki kinerja pengelolaan hutan nya. Perusahaan juga dipaksa meningkatkan pencegahan serta pengendalian kebakaran hutan. Kegiatan mereka dihentikan sementara hingga bisa memenuhi sanksi tersebut.

    Kepada perusahaan yang dibekukan izinnya maupun yang diberi paksaan oleh pemerintah, lahannya yang terbakar akan diambil alih negara, ujar Rasio, Rabu, 28 Oktober lalu.

    Di luar itu, ada 41 perusahaan lain yang sedang diteropong. Sedangkan proses pidana tengah dilakukan terhadap pemilik 26 lahan konsesi, yang terdiri atas 18 area milik korporasi dan 8 milik perorangan. Jumlah ini akan terus meningkat karena, menurut data satelit kami, ada 413 lahan konsesi terbakar, tutur pria yang

    disapa Roy ini.Di sisi lain, Kementerian LHK sudah

    mengajukan tiga gugatan perdata terhadap perusahaan untuk kasus kebakaran lahan pada 2014. Dua di antaranya sudah masuk persidangan, yakni terhadap PT Bumi Mekar Hijau (BMH) di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, yang digugat pemerintah sebesar Rp 7,9 triliun melalui Pengadilan Negeri Palembang, dan PT Inti Jaya Perkasa di Riau, yang digugat Rp 490 miliar di PN Jakarta Utara. Sedangkan gugatan sebesar Rp 1 triliun terhadap PT NSP baru didaftarkan ke PN Jakarta Selatan.

    Perusahaan yang terkena sanksi administrasi belum tentu bebas dari pidana maupun perdata karena tim kami sedang bekerja, ucap Rasio.

    Gugatan ke PT BMH dilayangkan pada 3 Februari 2015. Perusahaan hutan tanaman industri itu digugat atas kebakaran hutan dan lahan di 531 titik, di area seluas 20 ribu hektare lahan konsesi perusahaan tersebut pada 2014. Perusahaan ini memiliki area konsesi hingga 250.370 hektare di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

    Dalam situs resminya, Walhi menyebut PT

    Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rasio Ridha Sani

    SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    BMH adalah anak perusahaan Asia Pulp and Paper (Grup Sinar Mas). Namun Managing Director PT Sinar Mas, Gandi Sulistiyanto, saat dihubungi Rabu pekan lalu menolak berkomentar soal upaya hukum pemerintah itu. Melalui pesan singkat, Gandi menyebut dirinya sedang rapat. Ia juga membantah kabar bahwa PT BMH merupakan anak perusahaan Sinar Mas.

    Hanya mitra penyuplai bahan baku, kata

    juru bicara Sinar Mas itu. Jawaban senada datang dari Direktur PT Asia Pulp and Paper, Suhendra Wiriadinata. "(PT BMH) itu salah satu pemasok kayu untuk APP," ujar Suhendra.

    Tiga perusahaan yang dicabut izinnya oleh Kementerian LHK juga belum bisa dimintai konfirmasi. Informasi yang diperoleh, ketiga perusahaan itu hanya memiliki kantor di daerah. Direktur Bina Usaha Hutan Alam Kementerian LHK Herry Prijono mengatakan,

    Mahasiswa Riau melakukan unjuk rasa terkait kebakaran hutan di Pekanbaru, Riau, Rabu (28/10).

    RONY MUHARRMAN/ANTARA FOTO

  • EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    dari penelusuran timnya, PT Hutani Sola Lestari di Riau sudah tidak aktif. Sedangkan PT Mega Alam Sentosa malah belum beroperasi. Yang dicabut (adalah) izin amdalnya, ujarnya.

    Adapun PT Dyera Hutan Lestari di Jambi juga ditengarai sudah tidak aktif. Dua nomor

    telepon yang tercantum pada alamat kantornya tak bisa dihubungi. Direktur Yayasan Hijau Fery Kurniawan menyebut kantor perusahaan itu sudah lama sepi. Basecamp-nya bahkan cuma dihuni satu pegawai penjaga lahan.

    JAFFRY PRABU P., HANS HENRICUS, KUSTIAH, SEPTIANA LEDYSIA | DIMTAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR

    Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau memeriksa tiga tersangka pelaku pembakaran lahan di Polda Riau, Pekanbaru, Kamis (22/10).

    WAHYUDI/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    KOLOM

    OLEH: EMMY HAFILD*

    BIODATANAMA: Nurul Almy (Emmy) Hafild

    LAHIR: Petumbukan, Sumatera Utara, 3 April 1958

    PENDIDIKAN:l SD di Petumbukan,

    Sumatera Utaral SMP di Petumbukan,

    Sumatera Utaral SMA di Jakarta

    MERESTORASI GAMBUTSEMUA PIHAK YANG TERLIBAT DALAM KEBAKARAN HARUS MENANGGUNG TIGA

    HUKUMAN: ADMINISTRASI, PERDATA, DAN PIDANA.

    KETIKA terjadi kebakaran hutan di Kalimantan Timur pada 1982/1983, saya sudah terlibat sebagai aktivis lingkungan. Tapi tak ada satu pun media yang melaporkan bencana tersebut. Lalu, pada 1996, Presiden Soeharto mencanangkan pembukaan lahan gambut sejuta hektare di Kalimantan Tengah. Saya ikut menyusun analisis mengenai dampak lingkungan (amdal)-nya. Tapi, saat amdal sedang dibuat, kanalnya sudah dikerjakan oleh Departemen Pekerjaan Umum, sehingga terjadi kesalahan total kanal primer memotong kubah gambut yang sangat dalam. Akibatnya, terjadi pengeringan yang luar biasa pada lahan gambut. Kebakaran hebat pun terjadi pada 1997.

    Ketika Erna Witoelar menjadi Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah pada tahun 2000, saya mengajak dia merayakan Hari Bumi di kawasan eks proyek lahan gambut itu. Di sana pertama kali dirancang sekat kanal dengan melibatkan ahli tanah. Sayang, Erna tak lama jadi menteri seiring dengan jatuhnya Presiden Abdurrahman Wahid. Rencana sekat kanal pun tidak sempat terealisasi.

    Saat menjadi Direktur Greenpeace, pada 2007 saya bersama Rainbow Warrior membuat kemah di Riau dan membuat penyekatan kanal di perkebunan kelapa sawit Duta Palma. Kami mengkampanyekan agar Indonesia melakukan rehabilitasi

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    KOLOM

    dan konservasi karena Indonesia merupakan emitter ketiga gas rumah kaca, yang sebagian besar datangnya dari lahan gambut.

    Ketika bekerja di Kemitraan pada 2008, kami mendorong Provinsi Kalimantan Te-ngah merehabilitasi lahan gambut itu. Kami melakukan konsultasi dengan 223 desa untuk mendapat kesepakatan bagaimana rehabilitasi itu akan dijalankan. Kemudian keluar Inpres Nomor 10 Tahun 2011 mengenai percepatan rehabilitasi lahan gambut sejuta hektare. Ini lintas kementerian, dan ketua hariannya Teras Narang sebagai gubernur. Anggarannya Rp 17 triliun. Ternyata, pada saat kami minta lahan gambut diperbaiki, pemberian izin konversi lahan gambut masih terus jalan.

    Moratorium yang disampaikan Presiden SBY hanya pada lahan-lahan hutan alam yang belum diberi izin. Jadi yang sudah diberi izin masih bebas beroperasi. Lalu keluar lagi peraturan pemerintah mengenai lahan gambut pada 2014 yang melarang pem-bukaan lahan gambut dengan kedalaman lebih dari 40 sentimeter. Jadi, pada saat ada upaya merehabilitasi lahan gambut, ternyata konversi lahan gambut itu tidak pernah berhenti. Tapi ini semua kebijakannya serba tanggung, Inpres Nomor 10 Tahun 2011 itu business as usual. Jadi itu dikerjakan keroyokan berbagai kementerian dan meng-alokasikan anggaran. Kalau itu dijalankan, Kalimantan Tengah tidak terbakar sehebat sekarang. Pulang Pisau akan terselamatkan. Tanyakan kepada Teras Narang kenapa itu tidak jalan.

    lll

    Saya bersama beberapa teman aktivis lingkungan, seperti Chalid Muhammad, Nur Hidayati, Longgena Ginting, dan teman dari Wanadri, bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada 23 Oktober lalu. Kami membahas bagaimana menyelamatkan masyara-

    l Institut Pertanian Bogor (1982)

    l Master dalam bidang Ilmu Lingkungan, Universitas Wisconsin, Madison, Amerika Serikat, 1994

    KARIER:l Koordinator Program

    Lapangan Yayasan Indonesia Hijau, 1982-1984

    l Koordinator Sekretariat Kerja Sama Kelestarian Hutan Indonesia, 1984-1988

    l Koordinator Program untuk isu-isu khusus Walhi and Friends of The Earth Indonesia, 1982-1995

    l Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, 1996-2002

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    KOLOM

    l Sekretaris Jenderal Transparency Internasional Indonesia, 2002-2005

    l Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara, 2005-2008

    l Direktur Program Kemitraan untuk Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan

    l Ketua Badan Pengurus Yayasan Komodo Kita

    kat yang rentan akibat kebakar-an hutan yang dahsyat kali ini. Sekarang 50 juta orang terpa-par asap, 19 orang meninggal, dan yang terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) ada 540 ribu orang, termasuk para balita dan ibu hamil. Mungkin saja 10 tahun ke depan akan ada epidemi ISPA. Belum lagi kerugian ekonomi, yang diperkirakan mencapai Rp 4oo triliun. Berapa bandara yang ditutup sehingga perjalanan warga terganggu.

    Kami juga meminta Presiden melarang semua kegiatan pembukaan lahan di ka-wasan gambut supaya tidak ada lagi kebakaran baru. Sebab, yang terjadi sekarang ini, selalu ada titik api baru karena sangat lemahnya keterlibatan pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan.

    Kami juga menuntut semua pihak yang terlibat dalam menyumbang kebakar-an paling besar, puluhan ribu sampai ratusan ribu hektare, menanggung tiga jenis hukuman: administrasi, perdata, dan pidana. Itu harus kena. Tidak boleh tanggung renteng, tidak boleh hanya satu perusahaannya. Kalau dia satu grup perusahaan, ya grup perusahaannya juga harus menanggung.

    Kami minta penanganan kebakaran ini dilakukan dengan cara luar biasa. Undang-Undang Bencana kita kurang mengatur bencana akibat ulah manusia. Sebab, kalau dikatakan ini bencana, takutnya ini seperti Lapindo, dikatakan ini force majeure se-hingga perusahaan-perusahaan itu bisa bebas, lepas tangan. Karena itu perlu ada perpu, bahwa ini bencana akibat perbuatan manusia dan kondisi kategori force ma-

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    KOLOM

    jeure itu tidak berlaku.Lalu ada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Penge-

    lolaan Lingkungan Hidup, yang masih mengizinkan pembakaran untuk pembukaan lahan untuk mengakomodasi kearifan lokal. Kalau soal ini, aktivis masih terbelah. Saya menganggap, karena ekosistem rawa gambut ini sudah kolaps, pembakaran sekecil apa pun tidak boleh dilakukan. Untuk itu, pemerintah harus memberikan bantuan kepada masyarakat kecil yang hendak membuka lahan.

    Kami juga meminta agar tidak ada izin baru yang dikeluarkan di ekosistem rawa gambut. Di area yang sudah ada izin pun (pembukaan lahan) harus dihentikan dan dicabut izinnya. Untuk jangka panjang, kami minta dilakukan restorasi ekosistem rawa gambut. Kalau tidak, kita akan mengalami hal seperti ini lagi.

    Kanal kita sudah 2 juta kilometer yang dibuat di lahan gambut. Harus ada penye-katan, tata kelola airnya diatur supaya gambut selalu basah, kemudian direhabilitasi dengan penanaman hutan kembali dengan kayu galam dan ramin. Ini pekerjaan besar karena melibatkan beberapa provinsi. Jadi harus integral antara pusat dan daerah.

    Bagaimana respons Presiden Joko Widodo? Di depan kami, Presiden menyatakan akan menindak tegas dan tidak akan peduli siapa pemilik perusahaan yang membakar hutan. Tapi, untuk proses hukumnya, kita harus selalu mengawasi aparat di lapangan, seperti hakim, polisi, dan jaksa. Kemarin saja polisi mengeliminasi salah satu anak perusahaan PT Sinar Mas secara pidana. Jadi perlu jeratan hukuman berlapis pidana, perdata, dan administrasi. Mereka bukan sekali saja membakar, tapi sudah berkali-kali. Kalau tidak ditindak, keterlaluan sekali.

    *Disarikan berdasarkan perbincangan dengan wartawan majalah detik, Pasti Liberti Mappapa, pada Kamis, 29 Oktober 2015.

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    SIAGA DAN BERDOA KAMI BERPATROLI 24 JAM SEHARI, SAMPAI BERMALAM, UNTUK ANTISIPASI GAMBUT KARENA DI BAWAHNYA MASIH ADA BARA.

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    TIDAK ada air, ranting pun jadi. Demi-kian salah satu prinsip para prajurit Tentara Nasional Indonesia yang bertugas memadamkan api di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau.

    Menyadari tidak ada air, para prajurit dari Batalion Zeni Tempur (Yonzipur) 9 Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) TNI Angkatan Darat memutar otak untuk me-

    madamkan api. Yang ada di sekeliling mereka hanya pohon, pohon, dan pohon. Para prajurit lantas memotong ranting-ranting pohon yang belum dilalap api. Ranting-ranting basah itu lalu dipukul-pukulkan pada api hingga padam.

    Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan konservasi gajah. Diperkirakan, 60-80 ekor gajah tinggal di taman nasional ini. Ironisnya, hampir separuh area hutan ini telah

    Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) berusia 37 tahun, Nelson, berjalan mengikuti pawang gajah di Pusat Konservasi Gajah Seblat, Putri Hijau, Bengkulu, Minggu (4/10).

    DAVID MUHARMANSYAH/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    berubah menjadi kawasan kebun kelapa sawit ilegal. Hutan ini dibakar demi membuka lahan untuk ditanami pohon penghasil minyak itu.

    Sejak asap semakin menggila selama tiga bulan ini, gajah-gajah pun marah. Hewan-hew-an liar itu mengamuk, mencabuti pohon-po-hon sawit. Para prajurit sempat cemas, mereka

    bakal diserang gajah-gajah yang sedang marah itu. Namun ternyata, selama satu setengah bulan bertugas, prajurit TNI tidak diganggu gajah-gajah tersebut.

    Kami bersyukur tidak pernah diganggu. Mungkin gajah itu paham, kami tidak sedang merusak hutan, tapi sedang memadamkan api, kata Sersan Kepala F. Toni A., anggota Yonzipur 9 Kostrad yang bertugas di Taman Nasional Tesso Nilo, kepada majalah detik.

    Markas Besar TNI menerjunkan ribuan pra-jurit untuk ikut membantu memadamkan api di sejumlah wilayah di Sumatera. Pasukan ini tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulang-an Kebakaran Hutan dan Lahan.

    Ada 600 prajurit dari Yonzipur 9 yang ditugasi memadamkan api di Riau. TNI juga menempatkan 330 prajurit Kesatuan Kavaleri Kostrad TNI AD dari Jakarta. Dari 330 prajurit ini, sebanyak 140 prajurit bertugas di kawasan konsensi hutan tanaman industri milik PT Bumi Andalas Permai, perusahaan pemasok kayu akasia untuk bahan baku pabrik kertas milik PT OKI Pulp and Paper (anak perusahaan Sinar

    Personel Kostrad menyiapkan perbekalan sebelum diberangkatkan ke Riau di Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, Selasa (22/9).

    ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    Mas Group).Sebanyak 140 prajurit lainnya ditempatkan

    di daerah Pangkalan Lampam. Sedangkan 50 prajurit sisanya bertugas di Sungai Baung Biyuku. Kami berpatroli 24 jam sehari, sampai bermalam, untuk antisipasi gambut karena di bawahnya masih ada bara, kata Mayor (Kava-leri) Andre Henry Masengi kepada majalah

    detik.Menurut Andre, kendala dalam memadam-

    kan api bukan persoalan tidak adanya peralatan berat, melainkan serbuan api yang membakar lahan serta kencangnya embusan angin. Pa-sukannya mengalami kendala lain, yakni jarak pandang akibat pekatnya asap.

    Jarak pandang cuma 5 meter. Kami harus

    Ribuan prajurit TNI mengikuti upacara pelepasan Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/9).

    M AGUNG RAJASA/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    tunggu antara pukul 09.00 WIB dan 10.00 WIB, ujar Komandan Rayon Kavaleri 1 Kostrad ini.

    Para prajurit melakukan segala cara untuk memadamkan api. Sementara Yonzipur 9 menggunakan ranting-ranting pohon untuk memadamkan api, prajurit Kostrad lainnya me-manfaatkan gajah untuk membantu mereka.

    Ada tujuh ekor gajah dari tim gajah Flying Squad milik Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau bersama World Wide Fund for Nature (WWF) Riau yang dinaiki prajurit untuk berpatroli mengelilingi kawasan hutan yang sulit dijangkau kendaraan. Setiap hari tim Kostrad bersama gajah jinak ini menempuh jarak 20 kilometer. Seekor gajah bisa dinaiki 3-4 orang.

    TNI Angkatan Udara juga dikerahkan untuk menyemprotkan air menggunakan pesawat. Di darat, Pasukan Khas TNI Angkatan Udara memadamkan api menggunakan cairan kimia Fire Terminator.

    Zat kimia ini dicampur air, lantas disebarkan di kawasan lahan gambut di Kampar, Riau, oleh pasukan Batalion Komando Paskhas 464 TNI AU pimpinan Letnan Kolonel (Pasukan) Solihin. Campuran 1 liter Fire Terminator dengan 100 liter air ini disemprotkan ke lahan gambut yang di bawahnya masih membara, sehingga api padam dan suhu menjadi lebih dingin.

    Suhu yang sebelumnya 200 derajat Celsius, setelah dipadamkan pakai Fire Terminator, tu-

    Prajurit TNI memadamkan api di lokasi kebakaran hutan di Palangkaraya, Rabu (28/10).

    DARREN WHITESIDE/REUTERS

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    Personel TNI dan Polda Kalimantan Selatan memadamkan sisa bara api pada lahan terbakar di Desa Guntung Damar, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (23/9).

    HERRY MURDY HERMAWAN/ANTARA FOTO

    run menjadi 30-40 derajat Celsius, ujar Koman-dan Satgas Udara Riau, yang juga Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Marsekal Pertama TNI Henri Alfiandi, kepada majalah detik.

    Selain berbagai upaya pemadaman itu, pasukan pun tidak lupa berdoa. Pada Selasa, 27 Oktober 2015, misalnya, ratusan prajurit melaksanakan salat istisqa di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.

    Begitu keluar dari perut pesawat Hercules, para prajurit menanggalkan ransel dan semua peralatan yang dibawa. Mereka berwudu, lalu menunaikan salat zuhur berjemaah, yang dilan-jutkan dengan salat istisqa. Seusai salat meminta hujan itu, Marsekal Pertama TNI Henri Alfiandi berharap hujan turun, sehingga bencana asap di Provinsi Riau dan provinsi lain segera ber-akhir. CHAIDIR ANWAR TANJUNG (RIAU), HANS HENRICUS B.S. ARON (PALEMBANG), M. RIZAL

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    REG

    INA

    SAF

    RI/

    ANTA

    RA

    FOTO

    CHINOOK PUN TAK BERDAYA

    EL NINO HANYA PEMICU.... FAKTOR UTAMA PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN ITU PASTI ULAH MANUSIA.

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    BOCAH Laki-laki itu sudah beberapa bulan lalu diramal bakal kembali datang dan bikin susah. Bahkan, pada Juli lalu, Pusat Prakiraan Iklim di National Oceanic and

    Atmospheric Administration (CPC NOAA)

    menujum, sang bocah alias El Nino dalam ba-

    hasa Spanyol akan terus menguat hingga bul-

    an November-Desember dan buntutnya terus bertahan hingga Februari, bahkan April tahun depan.

    El Nino muncul ketika suhu muka air laut di sepanjang ekuator di tengah dan timur Samud-ra Pasifik menghangat di atas rata-rata. Lahir-nya El Nino selalu diikuti dengan kemunculan konsentrasi udara bertekanan tinggi di belahan barat Pasifik dan konsentrasi udara bertekanan

    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Andi Eka Sakya menjelaskan tentang kekeringan dan El Nino 2015 di kantor BMKG, Jakarta, Kamis (30/7).

    SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    rendah di belahan timur Pasifik. Saat El Nino berulah, Indonesia akan meng-

    alami kemarau panjang lantaran awan hujan tersedot ke arah timur Pasifik. Sebaliknya, pesisir barat Amerika Latin bakal kuyup diguyur hujan badai. Makin kuat El Nino, makin panjang pula kemarau di Indonesia. CPC NOAA meramal, El Nino tahun ini bisa menyamai rekor El Nino pada 1982 dan 1997. Kedua tahun itu tercatat sepanjang sejarah pengukuran sebagai El Nino terkuat.

    Belajar dari sejarah, pemerintah Indonesia juga sudah bersiap-siap sejak beberapa bulan

    lalu untuk mengantisipasi ulah El Nino. Dalam rapat kabinet terbatas pada akhir Juli lalu, Presiden Joko Widodo menitahkan para pembantunya bersiaga menghadapi kemarau panjang. Bukan cuma mereka mesti bersiap menghadapi kekeringan, tapi juga kebakaran hutan, yang sudah jadi hal rutin kala kemarau panjang datang.

    Presiden minta, jika muncul titik api kecil, harus segera dipadamkan. Tidak boleh me-nunggu api membesar, kata Teten Masduki, anggota Tim Komunikasi Presiden, kala itu.

    Presiden, kata Teten, juga minta agar mereka yang membakar hutan ditangkap dan diseret ke pengadilan.

    Tapi, satu-dua bulan kemudian, seperti halnya pada 1997, ribuan hektare hutan di Sumatera dan Kalimantan tandas terbakar. Asap pekat menyelimuti beberapa provinsi, bahkan hingga Singapura, Malaysia, dan wilayah selatan Thai-land. Siapa yang salah?

    El Nino hanya pemicu.... Faktor utama pe-nyebab kebakaran hutan itu pasti ulah manu-sia, kata Profesor Tukirin Partomihardjo, per-iset senior di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Walaupun sudah berbulan-bulan tak jatuh hujan, menurut Tuki-rin, hutan tak mungkin terbakar secara alamiah tanpa bantuan tangan manusia.

    Ada sejumlah kesalahan dari banyak pihak yang membuat kebakaran hutan di Indonesia jadi hal rutin. Secara alamiah, sekalipun di mu-sim kemarau, lahan hutan gambut cenderung lembap dan basah. Lazimnya, seperti spons yang menyerap air, ada banyak sekali air ter-simpan dalam perut lahan gambut. Yang jadi soal, menurut Nyoman Suryadiputra, Direktur

    TAPI MENGAPA KEBAKARAN HUTAN SELALU TERJADI?

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    Wetlands International Indonesia, adalah keti-ka para pemilik duit berniat menjadikan lahan gambut sebagai kebun sawit atau hutan akasia, bahan baku kertas.

    Kedua tanaman ini bukan tanaman lahan basah yang senang air, kata Nyoman. Demi bisa ditanami kelapa sawit atau akasia, lahan gambut harus dikeringkan. Maka dibikinlah

    kanal-kanal untuk menguras air dalam perut lahan gambut. Hal itu pulalah yang dilakukan pemerintah pada masa Presiden Soeharto kala mencanangkan proyek ambisius, proyek perta-nian di lahan gambut sejuta hektare. Panjang kanal-kanal di proyek ini diperkirakan lebih dari 4.500 kilometer.

    Pembukaan lahan gambut untuk perkebun-

    Anggota TNI menyemprotkan air untuk memadamkan api di perkebunan kelapa sawit di Desa Jebus, Muaro Jambi, Rabu (16/9).

    BEAWIHARTA/REUTERS

  • MAJALAH DETIK 2 - 8 NOVEMBER 2015

    EDISI KHUSUS: ASAP & SENGSARA

    an ini makin kencang saat minyak sawit jadi primadona. Pembukaan lahan gambut seram-pangan tanpa pikir panjang seperti inilah yang mencelakakan kita sekarang. Lantaran gambut yang mestinya lembap dan basah dikeringkan, dia jadi gampang sekali terbakar. Lebih celaka lagi, ketika lahan gambut sudah terbakar, luar biasa sulit memadamkannya.

    Nyoman memperkirakan, lapisan gambut

    di Indonesia rata-rata sudah berumur ribuan tahun dengan tebal beberapa meter. Tak aneh, jika gambut itu kering dan terbakar, bom ribu-an liter air dari pesawat jumbo Beriev Be-200s yang dipinjamkan pemerintah Rusia sekalipun sulit memadamkan bara api di lahan gambut. Asap masih terus mengepul. Bom air itu ha-nya membasahi permukaan.... Tidak mungkin dia masuk sampai lapisan dalam gambut, kata Tukirin.

    Bom air dari helikopter Chinook milik peme-rintah Singapura atau dari pesawat Beriev bak menyiramkan air ke padang pasir, langsung le-nyap tanpa bekas. Hampir tak ada gunanya, kata Nyoman. Satu-satunya jalan untuk me-madamkan api di lahan gambut hingga tuntas adalah merendamnya dalam air. Berarti butuh air dalam jumlah luar biasa besar. Jadi apa bo-leh buat, menurut Nyoman, juga Tukirin, Yang bisa memadamkan kebakaran hutan itu hanya hujan.

    Pekerjaan rumah besar bagi pemerintah adalah bagaimana mencegah kebakaran hut-an makin parah dan terulang lagi pada tahun-tahun mendatang. Rupa-rupa peraturan s