dewan perwakilan rakyat -...

25
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapat Rapat Ke Sifat Rapat Dengan Hari I Tanggal Pukul Tempat Rapat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Anggota yang hadir Nama Anggota Pimpinan Pansus Pemilu: 2007-2008 I Rapat Kerja XII (Keduabelas) Terbuka Menteri Dalam Negeri, Menteri Sekretaris Negara & Menteri Hukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB- selesai Ruang Rapat Eks Komisi I DPR Rl (KK.I/Gd. Nusantara) Drs. Ferry Mursyidan Baldan I Ketua Pansus Pemilu Suroso, SH/Kabagset Pansus Pemilu Pembahasan DIM RUU Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD 38 dari 50 orang anggota Pansus Pemilu 12 orang ljin 1. Drs. Ferry Mursyidan Baldan/F-PG/Ketua 2. DR. Yasona H. Laoly, SH, MS/F-PDIP/Waket 3. DR. H.B. Tamam Achda, M,Si /F·PPP/Waket 4. Ignatius Mulyono/F-PD/Waket 5. DR. lr. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc/F-PAN/Waket Fraksi Partai Golkar : Fraksi Kebangkitan Bangsa : 6. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa 29. Drs. H. Saifullah Ma'Shum, M.Si 7. Drs. H.A. Mudjib Rochmat 30. Hj. Badriyah Fayumi, Lc 8. Mustokoweni Murdi, SH 9. Dr. Mariani Akib Baramuli, MM 10. Ora. Chairun Nisa, MA 11. Drs. TM. Nurlif 12. Drs. Simon Patrice Morin 13. H. Hardisoesilo 14. H. Muhammad Sofhian Mile, SH, MH 15. H. Asep Ruchimat Sudjana 16. Rambe Kamarul Zaman, M.Sc.

Upload: others

Post on 07-Jan-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS

RUU TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapat Rapat Ke Sifat Rapat Dengan

Hari I Tanggal Pukul Tempat Rapat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara

Anggota yang hadir

Nama Anggota

Pimpinan Pansus Pemilu:

2007-2008 I Rapat Kerja XII (Keduabelas) Terbuka Menteri Dalam Negeri, Menteri Sekretaris Negara & Menteri Hukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB- selesai Ruang Rapat Eks Komisi I DPR Rl (KK.I/Gd. Nusantara) Drs. Ferry Mursyidan Baldan I Ketua Pansus Pemilu Suroso, SH/Kabagset Pansus Pemilu Pembahasan DIM RUU Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD 38 dari 50 orang anggota Pansus Pemilu 12 orang ljin

1. Drs. Ferry Mursyidan Baldan/F-PG/Ketua 2. DR. Yasona H. Laoly, SH, MS/F-PDIP/Waket 3. DR. H.B. Tamam Achda, M,Si /F·PPP/Waket 4. Ignatius Mulyono/F-PD/Waket 5. DR. lr. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc/F-PAN/Waket

Fraksi Partai Golkar : Fraksi Kebangkitan Bangsa : 6. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa 29. Drs. H. Saifullah Ma'Shum, M.Si 7. Drs. H.A. Mudjib Rochmat 30. Hj. Badriyah Fayumi, Lc 8. Mustokoweni Murdi, SH 9. Dr. Mariani Akib Baramuli, MM 10. Ora. Chairun Nisa, MA 11. Drs. TM. Nurlif 12. Drs. Simon Patrice Morin 13. H. Hardisoesilo 14. H. Muhammad Sofhian Mile, SH, MH 15. H. Asep Ruchimat Sudjana 16. Rambe Kamarul Zaman, M.Sc.

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

Fraksi PDI Perjuangan : 17. Alexander Litaay 18. Tjahjo Kumolo, SH 19. Pataniari Siahaan 20. Nursuhud 21. Drs. Eka Santosa

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan : 22. Drs. H. Hasrul Azwar, MM · 23. Ora. Hj. Lena Maryana Mukti 24. Lukman Hakim Saifuddin

Fraksi Partai Demokrat : 25. DR. Syarief Hasan, SE, ME, MBA 26. DR. Benny Kabur Harman, SH 27. lr. Agus Hermanto, MM

Fraksi Partai Amanat Nasional : 28. H. Totok Daryanto, SE

Anggota yang berhalangan hadir (ljin) : 1. DR. Sutradara Gintings 2. Jacobus Mayong Padang 3. lrmadi Lubis 4. Hj. Tumbu Saraswati, SH 5. Drs. H. Akhmad Muqowam 6. Drh. Jhonny Allen 7. Abdillah Toha, SE

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera : 31. Agus Purnomo, S.IP 32. Drs. Almuzzammil Yusuf 33. Mustafa Kamal, SS 34. H. Jazuli Juwaini, MA

Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi :

Fraksi Partai Bintang Reformasi : 35. H. Bachrum R. Siregar, SE

Fraksi Partai Damai Sejahtera : 36. Pastor Saut M. Hasibuan

8. Patrialis Akbar, SH 9. lr. Tjatur Sapto Edy, MT 10. Drs. H. Ali Masykur Musa, M.Si 11. H.A. Effendy Choirie, M.Ag. MH 12. Prof. DR. Moh. Mahfud MD 13. Prof. DR. M. Ryaas Rasyid, MA 14. Drs. Ali Mochtar Ngabalin, M.Si

KETUA RAPAT (DRS. FERRY MURSYIDAN BALDAN): Pak Menteri Dalam Negeri dan segenap jajarannya, Bapak, lbu Anggota Pans us yang terhormat.

ljinkan saya mencabut skors dan rapat kita lanjutkan kern bali.

(SKORS DICABUT PUKUL 19.45 WIB)

Yang terhormat Menteri Dalam Negeri dan segenap jajarannya, Yang terhormat Bapak, lbu Anggota Pansus.

Mungkin sebagian dari ternan-ternan sedang entah istirahat, entah laporan tetapi berhubung Komisi II khususnya setelah selesai menghasilkan 7 sebagaimana pesan Pak Mendagri, sudah dirangking, Pak. Jadi yang tidak dapat rangking itu karena membangun permusuhan dalam tanda petik di forum Komisi II, di forum Komisi II dia bilang "Stop pemekaran." Akhirnya 0 (nol) tidak ada satu anggotapun yang memilih. Tetapi akhirnya 7. Tetapi perempuan bergembira karena 2 (dua) yang wajib. Kalau surat suara tidak mencantumkan pilihan minimal 2 itu surat suaranya batal. Kita dapat 3 (tiga).

Pelajaran di situ saya kira dari Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan bahwa tidak perlu sanksi ternyata. Tidak ada sanksi di Undang-undang 22. Jadi kesungguhan dari pihak politisi laki-laki dan Pemerintahan yang notabene laki-laki, itu sudah sangat serius soal ini. Jangan diragukan lagi.

Baik, lbu dan Bapak sekalian, Sebagaimana agenda kita, jadi kita akan melanjutkan pembicaraan hal yang berkaitan

dengan sistem Pemilu, saya kira kita akan melanjutkan putaran. Saya kira silakan fraksi-fraksi nanti memperdalam atau menambahkan dari seluruh rangkaian item-item yang berkaitan dengan

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

Pemilu diantaranya adalah penamaan sistemnya, kemudian dapil, jumlah kursi dapil DPRD sampai kemudian pencalonan, kemudian prosentase pengajuan calon, kemudian sisa suara, kemudian penetapan calon terpilih kaitannya dengan ET dan parameter treeshold saya kira juga bisa disampaikan.

Agendanya lbu, Bapak sekalian, Kalau malam ini kita belum bisa menyelesaikan seluruhnya kami Pimpinan tadinya berpikir

untuk menggunakan waktu di akhir minggu ini. Tetapi kami tahu bahwa lbu, Bapak sekalian adalah para wakil rakyat yang concern pada konstituen. Waktu akhir minggu akan digunakan ke konstituen untuk membagi-bagi THR, Pak Menteri. Jadi kita tahu betul jadwal itu, apalagi Pak Lukman. Kemudian kami tawarkan mungkin hari Senin siang, kita akan coba selesaikan. Mudah­mudahan hal itu yang kita bisa sudah selesaikan.

Sebagai bahan provokasi saja bahwa ternan-ternan parpol sudah selesai, sudah melemparkan semua masalah-masalah yang belum disepakati ke Panja pada tadi sore, Pak Menteri. Kalaupun ini nanti kita bisa menambah 1 hari, hari Senin. Baru setelah itu kita panjakan, target kita untuk menyelesaikan seluruh rangkaian rapat kerja Pansus kita bisa capai sebelum reses khususnya sebelum Hari Raya ldul Fitri.

Disetujui ini, ya, kalau Senin kita masih? Senin siang jam 14.00. itu yang terakhir. Nanti kita coba konstruksikan beberapa termasuk

itu perlu penyisiran.

Baik, Jbu-Bapak sekalian, Kemudian berlanjut kepada putaran pembicaraan. Saya persilakan dari fraksi-fraksi untuk

memulai tambahan atau pengembangan atau pendalaman dari apa yang telah disampaikan kemarin, hal yang berkaitan dengan sistem Pemilu dengan materi-materi yang berkait sampai dengan penentuan calon terpilih dan kaitan dengan sisa suara, dan sebagainya.

Silakan dari F-PG.

DRS. CHAJRUN NISA, MAIF·PG: Assalaamu'alaikum warahmatu/laahi wabarakaatuh.

Pimpinan Pansus, Bapak Menteri dan seluruh jajarannya.

Saya akan menyampaikan hal-hal yang terkait dengan yang sudah disampaikan oleh team yang terdahulu kemarin. Nanti mungkin akan ditambahkan juga oleh ternan-ternan Fraksi Golkar yang lainnya.

Yang pertama yaitu masalah nama calon dalam daftar bakal calon, ini adalah terkait dengan sistem Pemilu yang disampaikan oleh ternan terdahulu bahwa sistem yang kami ajukan dari Fraksi Partai Golkar adalah sistem proporsional, terbuka, terbatas.

Oleh karena itu kita menyampaikan bahwa daftar bakal calon ini bukan urutan abjad akan tetapi adalah dengan nomor urut. Oleh karena itu nomor urut, jadi bukan abjad sebagaimana yang disampaikan dari Demokrat kemarin. Untung saja Pak Agus ini namanya A begitu, jadi dia A. Kami juga mengkhawatirkan nanti kalau abjad semua akan diganti namanya dengan huruf A begitu biar abjad A semua. Abdullah atau Pak Akil atau siapa begitu. ltu yang pertama.

Kemudian, selanjutnya adalah jumlah bakal calon yang diajukan adalah sebanyak­banyaknya adalah 150% dari jumlah kursi. lni tidak lain adalah kita lebih memberikan ruang yang cukup bagi partai politik dalam mengakomodir calon-calonnya atau kader-kadernya.

Saya kira akan ditambahkan dengan ternan yang lain.

H. MUHAMMAD SOFHIAN MILE, SH/F-PG: T erima kasih. Saya belum buka buku tetapi saya masih ingat alur pembicaraan semalam. Jadi untuk itu

saya pertama memberi apresiasi terhadap ternan-ternan fraksi yang sudah menyampaikan pendapat-pendapatnya semalam. Bagi Partai Golkar penghargaan ini adalah karena Partai Golkar juga menganggap bahwa apa-apa yang dikemukakan oleh fraksi-fraksi yang lain tentunya memiliki

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

alasan yang kuat dan bisa kita arnbil langkah-langkah yang kornprornistis untuk bisa rnenyatukan pendapat dalarn rnernbicarakan DIM ini.

Yang pertarna soal sistern Pernilu. Bagi karni sebetulnya proporsional dengan rnenarnbah kata terbatas di situ dirnaksudkan agar supaya rnernang partai rnaish rnerniliki kontrol terhadap anggota legislatif yang ada. Meskipun prinsip-prinsip bahwa wakil rakyat itu adalah pilihan rakyat yang rnurni, tetapi karena peserta Pernilu adalah partai sehingga ada kekuatan partai yang perlu kita beri penghargaan di situ. Oleh karena itu rnernberi penghargaan terhadap partai adalah dengan rnenarnbah kata terbatas di situ. Jadi ada kornpetensi partai di dalarn rnenentukan calon­calon terpilih itu.

Yang kedua, prinsip penghernatan atau kalau ternan-ternan PDIP sernalarn rnenyarnpaikan bahwa ini adalah yang berkaitan dengan political cost. Golkar rnenyoroti ini dari sisi penentuan daerah pernilihan. Bagairnana seorang calon anggota legislatif itu di dalarn kunjungan­kunjungannya atau di dalarn rnengernban tugas-tugas dia sebagai wakil rakyat, dia bisa lebih didekatkan secara geografis dengan rakyat yang rnernilihnya.

Oleh sebab itu ada pikiran-pikiran yang rnungkin rnasih bisa kita diskusikan secara bersarna-sarna agar supaya rnenyangkut daerah pernilihan ini kita terbuka untuk bisa ditarnbah dengan prinsip tentunya tidak dikurangi.

Oleh karena itu Partai Golkar rnenyarnpaikan bahwa pilihan atau konsep 3 sarnpai dengan 6, itu pun konsep yang rnernang kita tawarkan dengan perhitungan-perhitungan bahwa ada upaya atau ada kernungkinan untuk bisa dilakukan penarnbahan daerah pernilihan. Untuk ini saya kira prinsip-prinsip seperti ini bagi Partai Golkar rnasih bisa ada ruang untuk kita diskusikan secara bersarna-sarna.

Saya kira itu tarnbahan saya, rnenarnbah dari lbu Chairunnisa tadi. Terirna kasih.

DRS. SIMON PATRICE MORIN/F-PG: Jadi saya kira tadi sudah disinggung soal daerah pernilihan. Saya kira kita dalarn Pernilu

yang akan datang, kita rnernang dari waktu ke waktu kita ingin rnernbangun suatu sistern. Tetapi di sini saya kira kita perlu rnengkaji dengan baik terutarna yang daerah pernilihan dengan jurnlah anggota dari 3 (tiga)-6 (enarn). Saya kira apa yang diusulkan ini karena pengalarnan kita selarna ini, hal tersebut saya kira akan rnernentingkan untuk calon itu sernakin dikenal di daerah pernilihan.

Kernudian hal yang berikut adalah soal sisa suara. Saya kira sisa suara ini juga rnenjadi hal yang sangat penting karena pengalarnan kita di daerah pada Pernilu yang lalu ada calon yang sebenarnya rnestinya sekarang ada di dalarn gedung tetapi tidak berada di dalarn gedung karena secara itu sedernikian rupa sehingga katakanlah dengan rnenggunakan bilangan pernbagi pernilih, sesudah itu katakanlah pernenang dengan suara yang besar, suaranya habis. Pernenang berikut walaupun suaranya tidak rnencapai 1 (satu) kursi tetapi juga rnendapat 1 (satu) kursi dan seterusnya sehingga Fraksi Golkar di dalarn DIM yang diajukan diharapkan bahwa pernbagian atau soal perhitungan sisa suara ini sebaiknya diselesaikan pada level daerah kalau rnernang ini bisa kita diskusikan.

Karni juga rnelihat bahwa dari fraksi-fraksi lain ada juga usul untuk bagairnana calon yang betul-betul rnenghirnpun dana yang cukup untuk dapat hak untuk duduk di lernbaga perwakilan. Jadi saya kira hal yang rnenyangkut sisa suara ini rnenjadi hal yang penting yang kiranya kita diskusikan rnungkin sarnpai kepada suatu exercise bagairnana hal itu bisa kita lakukan pada pernilihan yang akan datang.

Dernikian tarnbahan dari saya. Hal lain yang saya kira juga perlu adalah soal surat suara. Saya kira Golkar juga

sebenarnya juga sudah siap dengan satu konsep rnengenai bagairnana surat suara itu bisa kita buat dengan Golkar dalarn rnenyusun DIM pakai prinsip efisien dan efektif. Sehingga kita harapkan juga bahwa surat suara ini juga akan sangat rnudah. Makanya ini ada kaitannya juga dengan daerah pernilihan. Bahwa dengan daerah pernilihan yang jurnlah anggota yang dicalonkan itu antara 3 (tiga)-6 (enarn) itu akan sangat rnernudahkan untuk rakyat itu betul-betul rnernilih calon yang dikenal. Tidak sekedar rnelihat daftar yang panjang lalu dia bingung lalu kernudian sudahlah asal kita rnernilih. Saya kira kira-kira seperti itu. Tidak pakai abjad karena kernarin. Jadi contoh saja.

Jadi hal ini ada di dalarn DIM karni yang rnudah-rnudahan akan bisa didiskusikan juga. Jadi caranya sangat efisien. Coblosnya sekali coblos sudah selesai. Jadi boleh ditanda garnbar

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

atau difoto dan nama calon. Foto juga tidak harus pasfoto. Mungkin ada yang mau gayanya sedikit ada yang merokok barangkali dengan memegang rokok barangkali itu juga bisa.

Demikian beberapa tambahan dari kami dan kami tidak mau menyita waktu sehingga fraksi yang lain dapat menyampaikan pikirannya.

T erima kasih.

PASTOR SAUT M. HASIBUAN/F-PDS: Terima kasih, Pimpinan dan Bapak-bapak Menteri yang bertambah hari bertambah rajin

Bapak-bapak Menteri ini. Dibandingkan dengan Anggota DPR, jadi memang menteri-menteri panutan ini.

Sebetulnya hal-hal ini telah dibahas tadi malam. lni terlalu panjang membahas suatu bisa berulang-ulang jadi bisa lupa. Oleh karen a itu seperti kami kemukakan tadi malam maka sebaiknya hal ini dibawa ke Panja saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih, PDS. Bahwa kita dengan penilaian kepada menteri yang dianggap rajin itu

disampaikan karena ada Ketua Fraksi Demokrat, biasanya tidak pernah ada. Baik selanjutnya PDIP.

PATANIARI SIAHAAN/F-PDIP: Terima kasih, Pimpinan. Dalam rangka partisipasi urun rembuk pemikiran mengenai penyusunan sistem Pemilu,

tidak ada salahnya kami memberikan tambahan-tambahan argumentasi dan pikiran mengenai sistem politik di Indonesia saat ini.

Terhadap judul memang usul PDIP biarlah sistem proporsional, terbuka, terbatas. Perlu mungkin kami sampaikan Bapak-lbu sekalian kenapa dikatakan seperti ini karena memang kita mau sistem proporsional sesuai Ketentuan Undang-undang Dasar pasal 22 ayat (3) dan tampak jelas dalam pemahaman konstitusi kita memang kita menempatkan partai politik sebagai pilar demokrasi. Oleh karena itu dikandung maksud bahwa rekrutmen pemimpin, agregasi, artikulasi, manajemen konflik masyarakat itu semuanya diselesaikan di partai politik. Oleh karena itu peran partai politik sangat penting. Dalam konteks ini tentu partai politik harus sehat, harus mempunyai good governance.

Dalam posisi seperti ini posisi partai politik sangat penting artinya harus ada orang-orang yang mengurus partai politik dengan baik. Sehingga pada saat nanti para pemimpin bangsa maju ke kancah publik mereka sudah terlatih di dalam partai-partai politiknya.

Dengan demikian sistem Pemilu proporsional dengan kata terbuka dimaksudkan bahwa daftar calon semua dilampirkan terbuka.

Dengan terbatas dimaksudkan bahwa masih ada kewenangan daripada partai politik sebagai suatu lembaga politik yang mempunyai tugas melakukan agregasi, artikulasi, melakukan seleksi rekrutmen para calon bangsa. Dalam konteks ini menjadi sangat relevan judul sistem Pemilu tersebut. Oleh karena bagaimanapun sistem politik kita memanfaatkan partai politik sebagai satu wadah dalam pelaksana aksi politik. Dan tampak nyata dari berbagai kewenangan­kewenangan yang ada dalam lembaga-lembaga negara dari mulai Presiden, DPR, maupun BPK maupun Mahkamah Agung sangat kelihatan bahwa peran politik sangat besar. Oleh karena itu dia harus kokoh dan kuat. Yang kita harapkan partai politik dengan sungguh-sungguh melaksanakan agregasi, artikulasi dan hadir dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Jadi kita mengharapkan partai politik tidak lagi seperti dulu menggunakan sistem floating mass bahwa partai politik hanya pengurus setiap 5 tahun hanya membujuk para pemilih untuk memilih calon-calonnya. Hal ini membuat masalah terbatas ini menjadi satu hal yang sangat penting yaitu bagaimana terbatas tafsirkan bahwa setiap partai politik juga berhak dan punya kewenangan untuk menjaring para kadernya untuk ditempatkan sebagai pasukan-pasukan alam terbaik dalam menjalankan garis politiknya.

Garis politik partai politik tentu adalah mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana digariskan pada Undang-undang Dasar 1945. terkait dengan hal tersebut Bapak, lbu sekalian, menjadi kurang relevan mempertentangkan antara partai politik dengan masyarakat.

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

Partai politik dengan masyarakat harus merupakan kesatuan yang tidak bisa dipertentangkan. Jadi kami kurang sepaham kalau mempertentangkan antara pilihan partai politik ala berarti pilihan rakyat. Memang dalam kondisi sekarang ada masalah-masalah yaitu kinerja partai politik yang belum baik. Tetapi kita musti memahami bersama memang ada proses tertundanya proses politik yang baik selama ini oleh karena sistem pemerintahan kita di masa lalu. Sekarang ini adalah reformasi partai politik lagi membangun budaya politiknya, membangun sistem ke dalam bagaimana agar mereka itu bisa menciptakan kader bangsa yang baik sebagaimana kehendak rakyat.

Tetapi menjustifikasi, memvonis langsung partai politik adalah partai politik, rakyat adalah rakyat, ini menjadi hal yang sangat serius dan mendasar dalam pemahaman sistem politik kita. lni menambahkan kenapa memang diperlukan calon-calon yang terbuka. Tetapi yang terbatas sebuah partai politik tidak berkenan menentukan para calon-calonnya.

Berbagai masalah yang timbul dalam partai politik seperti yang dilihat tadi malam, misalnya masalah-masalah kurang terbukanya, kurang demokratisnya partai politik itu ekses yang tidak bisa dijadikan suatu ketentuan hipotesis untuk ke depan. Dan juga sangat tidak tepat memberikan hukuman kepada partai politik terhadap yang baru akan terjadi ke depan. Justru cambuk-cambuk masyarakat selama ini kontrol kami pikir akan memberikan tekanan kepada partai politik untuk dalam menentukan calonnya juga tidak berpraktek KKN ataupun seperti yang keluar tadi malam.

Merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama Pemerintah juga yang dibangun dari sistem politik seperti ini juga tidak terperangkap ke dalam pada posisi suara orang luar, tidak ikut dalam proses politik yang ada. Sehingga dengan konteks seperti ini menjadi masalah juga pada saat usul Pemerintah adalah terbanyak, dengan demikian terbanyak otomatis akan timbul permasalahan. Di satu sisi walaupun kita belum masuk, akan ada persoalan-persoalan mengenai persyaratan atau keinginan memasukkan kader perempuan ke dalam calon-calon. Secara hipotesis bisa dikatakan kalau perempuan diadu dengan secara terbuka, dengan pengalaman masih kurang dengan laki-laki, tidak akan bisa masuk. Sehingga perlu affirmative action, perlu rekayasa agar perempuan bisa masuk. ltu hanya mungkin jika kita menggunakan sistem yang namanya nomor urut tentunya.

Persoalan nomor urut tadi yang dikhawatirkan tinggal membuat atau seperti bagaimana bahwa haruslah secara demokratis terbuka buat umum. Mungkin ini sudah ada dalam Undang­undang Nomor 12/2003 itu mung kin perlu lebih dijabarkan lebih tegas karena pikiran ini juga setiap partai tidak berani bermain-main karena langsung masyarakat akan antipati.

Sebetulnya dalam proses yang lalu di Undang-undang Nomor 12/2003 dikatakan "Penentuan calon dilakukan secara demokratis terbuka sesuai adil partai."

Diberbagai partai sebetulnya itu terbuka tetapi memang banyak pers tidak ikut. lni yang kami pikir kita luruskan sehingga sistem politik kita baik tetapi tidak dengan menganggap bahwa ini suatu dosa. Saat ini dosa sampai seumur hidup. Saya pikir ini bukan itu sistem kita. Karena partai politiklah yang akan melahirkan para pemimpin bangsa ke depan agar sistem politik demokrasi akan tercapai.

Terkait dengan masalah calon tadi kami sampaikan, memang kami usulkan nomor urut dengan catatan bahwa pemilihan nomor urut harus berdasrakan demokratis dan terbuka dalam setiap partai. lni mungkin yang perlu kita kendalikan. Kalau perlu di sini ditentukan bahwa "Tidak boleh terjadi praktek KKN, tidak boleh membayar, dan sebagainya." Kalau membayar dengan uang bisa langsung dikenakan tindakan pidana. Sebetulnya sangat mungkin kalau undang-undang menyatakan bahwa proses pencalegan dalam partai harus bayar, dan sebagainya itu bisa dijadikan sebagai acuan kalau menu rut undang-undang boleh karen a kita kan ju pro of law (semua berdasarkan undang-undang) sehingga partai politik pun akan tunduk kepada undang-undang. Hal ini kami pikir bisa kita usir dengan cara-cara yang elegan.

Terkait dengan masalah daerah pemilihan, ada pemikiran-pemikiran dulupun setahu kami daerah pemilihan yang ditentukan oleh KPU sebetulnya juga kan trial and error, itu kan hanya coba-coba dalam beberapa hal sehingga tentu dibutuhkan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap daerah pemilihan tersebut.

Konteks yang kita alami saat ini terkait daerah pemilihan adalah mengenai apakah dengan jumlah selama ini yang 3 (tiga)-12 (dua belas), kami ingatkan Pemerintah sebetulnya karena Pemerintah ini kan birokrasi sama juga, sebetulnya tahun 2003 Pemerintah usulnya 3 dan 9. Tetapi perdebatan Pemilu saat ini termasuk pada saat Panja dimana Pak Ferry ketuanya, partai

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

dihitung-hitung dinaikkan menjadi 3 (tiga)-12 (dua belas). Jadi dulupun Pemerintah 3 (tiga)-9 (sembilan) usulnya. Saya pikir kita harus bukalah semua ini masalah-masalah yang terjadi.

Tetapi setelah terjadi 3 (tiga)-12 (dua belas) ada permasalahan. Salah satu kritik daripada masyarakat kepada DPR adalah sejauhmana derajat keterwakilan Anggota DPR dikaitkan dengan dukungan pemilihnya. Sehingga kami mengusulkan jikalau diperkecil jumlah seat daerah pemilihan otomatis kompetisi di dalam daerah pemilihan akan lebih ketat dan lebih sedikit suara yang terbuang atau suara real akan menjadi nyata dengan calon yang ada.

Dengan konteks seperti ini kita akan berusaha supaya paling tidak ada suatu prosentase jumlah suara. Artinya janganlah Anggota DPR mungkin pemilihnya hanya 5000 orang apa 3000 orang sementara ratio kita gunakan paling tidak DPR mewakili 400.000 orang. Hanya saya pikir musti kita lihat, jangan lihat sepotong-sepotong satu persatu dahulu agar memang calon Anggota DPR nanti didukung oleh rakyat dan dia mempunyai representasi yang kokoh.

Selain itu dengan membuat daerah pemilihan yang baru dengan jumlah seat ini otomatis aspirasi politik per daerah itu akan lebih tampak karena irisan-irisan politik yang lebih tajam untuk maju ke atas sehingga kalau kita bikin terlampau besar wilayahnya tentu saja aspirasinya adalah aspirasi average (rata-rata). Tetapi kalau aspirasi average sudah dibikin di daerah otomatis ke atasnya semakin kecil. Kalau kita bikin di bawah lebih besar mungkin usul kami 3 (tiga)-7 (tujuh), ini pun masih akan terakomodir berbagai kepentingan partai-partai dan dalam konteks ini kami usulkan surat pemilihan tetapi ada perubahan-perubahan. Karena merupakan fakta yang saya pikir tidak bisa dibantah, Pemerintah bisa melihat sendiri data kependudukan, terjadi juga mutasi penduduk, terjadi perubahan jumlah penduduk sehingga otomatis peta penduduk pada tahun 2003 tentulah tidak sama dengan peta penduduk pada tahun 2009. Menganggap sama peta tersebut sama dengan kondisi menurut kami juga bukan suatu cara melihat yang cerdas.

Soal masalah penerimaan atau pendapatan partai politik, justru di sini kita mengatakan bahwa ini merupakan tantangan massa partai politik untuk mereka sama-sama betul semakin merakyat, semakin aktif sehingga otomatis wakil tersebut adalah yang layak.

lni merupakan beberapa pertimbangan sistem Pemilu mengenai daftar urut, kemudian mengenai juga daerah pemilihan, dan mengenai jumlah seat di dalam daerah pemilihan. Sehingga dengan konteks seperti demikian, masalah persoalan-persoalan hubungan partai politik dengan rakyat akan terselesaikan nanti dengan adanya kombinasi, mix tentunya yaitu dengan persyaratan ada nomor urut tetapi ada limitasi persyaratan bahwa di bawah nomor urut pun kalau mendapatkan prosentase tertentu dia bisa menjadi. Sehingga kita bisa mempertemukan hal-hal ini karena ini kan proses-proses kita lalui secara gradual, tidak secara drastis.

lnilah beberapa hal tambahan terhadap pandangan tadi mala. Mengenai masalah jumlah calon yang diusulkan Golkar tadi, pad a prinsipnya kami bisa memahami walaupun kami mengambil size 20, mung kin juga metode ini ada bagusnya juga bahwa paling tidak setiap calon atau setiap kader politik itu bukan kader yang tiba-tiba muncul, kader yang tiba-tiba keluar dari karung. Tetapi mungkin kalau sudah ikut pencalonan sebelumnya pun tidak masuk dengan 150% sudah dikenal lama-lama bisa membangun reputasi dan sebagainya. Sehingga mungkin suatu bentuk transparansi sikap menunjukkan keinginan menjadi politisi dari awal sebagai pengabdian sehingga politisi itu politik bukanlah kerja sambilan kalau bisnis lagi macet, kalau pekerjaan sudah tidak ada baru politik, kalau dia sudah maju lagi kembali menjadi tidak betul saya pikir.

Jadi kita sama-samalah membangun negeri ini dimana setiap warga kita diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memilih pengabdiannya. Mau menjadi TNI, mau menjadi PNS, mau menjadi politisi, pedagang, semua kita berikan. Sehingga dengan demikian struktur masyarakat kita menjadi lebih baik.

Untuk ini kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak, lbu sekalian atas perhatian terhadap tambahan keterangan dari Fraksi PDI Perjuangan yang nanti akan ditambahkan oleh ternan-ternan lain.

Sekian, terima kasih. Mohon maaf kalau ada hal-hal yang tidak berkenan Bapak, lbu sekalian.

KETUA RAPAT: Ya, terima kasih. PDIP? Cukup dulu? Silakan, Pak Nur Suhud.

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

NUR SUHUD/NUR SUHUD: Terima kasih, Pimpinan. Kami coba menambahi sedikit tentang bagaimana menetapkan calon terpilih. POl

Perjuangan mengusulkan bahwa penetapan calon terpilih bukan semata-mata dari suara terbanyak sebagaimana yang dikatakan oleh Pembicara sebelumnya mesti ada limitasi. Tidak menutup kemungkinan calon di bawahnya apabila mencapai bilangan pembagi tertentu, dia juga akan bisa terpilih melewati calon yang nomornya di atasnya. Apa sebab? Karena mesti kita diskusikan ulang. Benarkah kalau rakyat memilih bisa kita tafsirkan sebagai kadaulatan rakyat? Apa sih perbedaan di masyarakat kita antara kedaulatan rakyat dengan kedaulatan pasar? Jangan-jangan rakyat ketika memilih bukan karena kedaulatan rakyat tetapi kedaulatan pasar yang terjadi. Sehingga di beberapa kasus itu pernah diteliti oleh beberapa lembaga bahwa beras menentukan arah pilihan. Atau jalan dibangun aspal juga bisa menentukan arah pilihan. Kita mesti berpikir ulang di sini apa visi yang mau dibangun oleh bangsa ini dan bagaimana rekrutmen kepemimpinan. Kita tidak bisa sekedar latah menteorikan atau memaksakan teori-teori tentang kedaulatan rakyat yang belum tentu relevan sama sejarah sosial kita. Bukan berarti POl Perjuangan akan menolak dengan suara terbanyak tetapi tahapnya kapan suara terbanyak itu pasti kita terapkan di dalam menentukan calon terpilih.

Kami menganggap untuk saat ini pola proporsional terbatas dengan daftar calon terbuka dan memakai nomor urut serta penetapan calon terpilih ditentukan oleh limitasi itu bentuk yang paling ideal sehingga kedaulatan partai itu juga pasti ada.

Apa sebab? Karena partai-partai terus terang sampai saat ini sebenarnya dalam transisi juga membangun partai setelah puluhan tahun kita tidak pernah hid up dalam partai yang ideal.

lnilah era baru mencoba bagaimana masyarakat kita mengorganisir diri dengan baik lewat salah satunya adalah bentuk kepartaian dan kita juga melakukan tahap uji, kapan kedaulatan rakyat itu benar-benar ada dan kapan sebenarnya kedaulatan pasar itu yang seoalah-olah adalah kedaulatan rakyat itu bisa kita relatifisir.

ltu tambahan dari kami sehingga kami tetap berketetapan bahwa pola limitasi itu yang diusulkan oleh Fraksi POl Perjuangan dan pada waktunya ketika pendidikan politik sudah berjalan dengan baik dan partai berjalan dengan baik, juga birokrasi berjalan dengan baik. Pada saat itulah kedaulatan rakyat itu benar-benar terjadi dan faktor penting yang tidak boleh kita lupakan adalah apabila tradisi bisnis di Indonesia juga bisa berjalan dengan baik.

Terima kasih, Pimpinan.

PATANIARI SIAHAAN/F·PDIP: Tambah sedikit, Pimpinan. Maaf. Ada yang kurang tadi. Kami pikir yang disampaikan oleh ternan kami ternyata terlewat juga. Yaitu ada masalah

yang serius dan mendasar dengan tidak memberikan kesempatan kepada pimpinan partai politik yang dipilih oleh anggota secara demokratis berperan dalam nomor urut menjadi persoalan ke depan. Dengan demikian oleh karena pimpinan-pimpinan partai tersebut tidak digaji menjadi persoalan juga ke depannya secara manusiawi, kita khawatir lama-lama tidak akan mengurus partai. Kalau suara terbanyak saya lebih bagus bagaimana membangun jaringan saja, lama-lama sistem kepartaian akan berubah tidak proporsional. Sedangkan kita bersepakat sistem politik kita menempatkan partai politik sebagai demokrasi yang menentukan arahnya bangsa. Sehingga ini sebagai tambahan, kita harus pikirkan juga secara sistem tidak hanya bagian-bagian karena Pemilu adalah bag ian daripada sistem politik, tidak hanya menentukan suara terbanyak kami pikir.

lni berbeda dengan kontes-kontes artis yang penting suara terbanyak, terima sms. Saya pikir tidak begitu mereduksi masalah-masalah kita.

Sekian. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Parlemen Idol nanti ya. Baik, terima kasih. Selanjutnya dari PBR.

H. BAHRUM R. SIREGARIF·PBR: Terima kasih, Pimpinan. Kemarin sudah disampaikan. Saya menambahkan dari ternan saya yang kemarin. Pertama mengenai DIM 59 yaitu terkait dengan nama sistem Pemilu, menurut hemat kami

walaupun di DIM kami itu tetap sebagaimana usulan Pemerintah, tetapi ini sangat terkait sekali

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

dengan penentuan calon terpilih. Apabila sistem penentuan calon terpilih nanti sudah ketemu, baru kita sistemnya nanti akan bisa kita rumuskan. Apakah kita mau terbuka penuh, ataukah terbuka tertutup, atau berdasarkan nomor urut, jadi itu sangat erat. Dalam hal ini Fraksi PBR sangat menghargai apa yang disampaikan pertama-tama oleh rekan kami dari Fraksi Golkar bahwa hal ini akan bisa kita kompromikan. Jadi kompromi inilah nanti bagaimana yang terbaik. ltu saya pegang kata-katanya Saudara Sofhian Mile bahwa itu bisa dikompromikan.

Untuk daerah pemilihan dari PBR sebagaimana kemarin kami ajukan bahwa Undang­undang Nomor 12 masih sangat relevan digunakan yaitu tetap daerah pemilihan hanya saja kita tidak kaku di situ karena ada beberapa daerah yang telah dimekarkan dan itu juga telah diundangkan. Tentunya beberapa bagian dari daerah itu perlu ada harmonisasi; apakah pemekaran kabupaten; perlu diharmonisasikan. Tetapi sesuai dengan yang kemarin itu tidak serta merta harus dibongkar semua. Mana yang celah-celah sedikit mari kita kompromikan kita perbaiki.

Kemudian surat suara kami sependapat dengan apa yang diusulkan pad a gambaran lama, pada satu kotak untuk memudahkan para pemilih.

Kemudian mengenai jumlah calon, walaupun pada awalnya diminta tetap tetapi dari revisi DIM, jumlah calon itu kami ajukan tetap 100% saja, tidak lebih dari 100%.

Kemudian kami menggarisbawahi mudah-mudahan apa yang disampaikan oleh saudara saya Pataniari Siahaan bukan untuk saya pribadi, tadi disampaikan bahwa jangan-jangan masuk parpol karena sudah tidak ada kerjaan lain, kebetulan saya sudah pensiun tetapi saya masuk parpol bukan karena kerjaan. Masih banyak kerjaan saya. Karena saya ingin mengabdi melalui jalur ini. Jadi tolong itu jangan dikembangkan karena setiap orang yang masuk partai politik musti keinginannya adalah mengabdi pada bangsa dan negara. Bukan karena tidak ada kerjaan. Kebetulan kena ke saya. Apa karena saya pensiun terus dibilang tidak ada kerjaan? Banyak kerjaan saya. lni mohon maaf ini. Saya bukan tersinggung tetapi agak terusik sedikit.

Terima kasih. Wassa/aamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Pak Bachrum. Selanjutnya saya persilakan dari PPP.

LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN/F-PPP: Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Kami menegaskan kembali sikap kami pada kemarin malam itu bahwa berkaitan dengan

sistem Pemilu, jadi memang kami bertitik tolak dari pemahaman kami tentang konstitusi dimana di sana dinyatakan bahwa "Kedaulatan itu hakekatnya di tangan rakyat dan dlaksanakan menurut ketentuan Undang-undang Dasar". Jadi berkaitan dengan pemilihan Presiden itu konstitusi sudah menggariskan bahwa rakyat bisa langsung memilih siapa Presidennya.

Namun berkaitan dengan anggota DPR memang partai politiklah sebagai peserta Pemilu. Meskipun demikian, meskipun partai politik sebagai peserta Pemilu tetapi bagaimanapun juga esensi dari kedaulatan itu tetap ada di tangan rakyat. Oleh karenanya kami berpandangan bahwa dalam memilih anggota DPR pun meskipun peserta Pemilu itu adalah partai politik tetapi jangan sampai kemudian partai politik bisa mereduksi sedikit banyaknya kedaulatan yang ada di tangan rakyat itu.

Oleh karenanya menyangkut sistem Pemilu ini kami sejalan dengan usulan Pemerintah karena kami berpandangan bahwa memang pada akhirnya biarlah rakyat pemiloih itu sendiri yang menentukan siapa wakil-wakil yang dia kehendaki dari sekian banyak calon yang diusulkan oleh partai politik.

Jadi kewenangan partai politik itu berhenti sampai ketika dia mendaftar, menginventarisasi kader-kader terbaiknya yang dia dudukkan dalam calon anggota legislatif itu. Tetapi siapa diantara calon-calon, diantara kader-kader terbaik partai itu yang dipilih oleh rakyat, biarlah rakyat itu sendiri yang menentukan. Sehingga proporsional dengan daftar calon terbuka itu sesuai dengan cara pandang seperti ini.

Kalau ada yang tadi seperti memperhadapkan antara kedaulatan rakyat dengan kedaulatan pasar misalnya, betul bahwa sebagian masyarakat kita masih karena kebutuhan dan satu dan lain hal sehingga kemudian pilihan-pilihan itu lebih didasarkan pada persoalan-persoalan kebutuhan ekonomi semata. Tetapi saya pikir biarlah rakyat diberikan kesempatan untuk belajar, untuk bertanggung jawab terhadap pilihan yang dia miliki, terhadap hak yang dia miliki. Jadi

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

penggunaan hak itu juga harus diberikan kesempatan untuk dididik supaya penggunaan hak itu juga bertanggung jawab. Selama rakyat tidak diberikan kesempatan seperti itu maka kemudian rakyat tidak pernah bertanggung jawab terhadap penggunaan haknya itu.

Jadi memang dalam tahap-tahap tertentu istilah kedaulatan psar itu memang bisa sedikit banyaknya mempengaruhi. Tetapi pada akhirnya kami yakin rakyat juga memiliki kearifannya tersendiri dalam menggunakan haknya itu. Jadi, esensi dari kedaulatan rakyat bagi kami itu jauh lebih penting daripada kemungkinan-kemungkinan pendistorsian terhadap hal ini.

Yang kedua, kami punya persoalan. Saya tidak tahu di partai lain. Tetapi pengalaman selama ini berdasarkan nomor urut itu, itu juga selain persoalan kedaulatan rakyat juga persoalan internal partai.

Partai tidak akan pernah besar karena kemudian sistem ini tidak membuat kader-kader partai membangun partai secara bertanggung jawab. Bagi mereka-mereka yang duduk di nomor 1 (satu), itu artinya sudah ada jaminan bahwa dia akan menjadi anggota DPR sehingga tidak perlu bekerja. Artinya tidak perlu turun ke bawah, ke rakyat untuk menjelaskan program-program partai itu seperti apa. Jadi tidak pernah berkampanye. Karena sudah dijamin 'Saya nomor 1 (satu)'. 'Saya tidurpun, saya pasti jadi.' Sementara yang nomor 2 (dua), nomor 3 (tiga), nomor 4 (empat) yang tidak punya peluang untuk menjadi juga tidak pernah mau turun untuk menjelaskan program­program partai karena dia menganggap bahwa saya jungkir balik sekalipun, saya tidak akan pernah bisa menjadi anggota dewan. Karena pasti itu akan diduduki oleh yang nomor 1 (satu).

Jadi walhasil, baik nomor 1 (satu), maupun nomor-nomor setelahnya tidak ada yang kerja menjelaskan program partai. Hal seperti ini juga tidak mendidik partai untuk bisa berkembang ke arah yang lebih baik. ltulah argumen kami menyangkut siste.

Menyangkut dapil, prinsip dasarnya kami berpandangan bahwa sebaiknya tidak berubah dari Undang-undang Nomor 12/2003 karena supaya ini sekali lagi pembelajaran terhadap para anggota DPR itu sendiri, wakil-wakil rakyat agar dia berkesempatan juga bertanggung jawab terhadap konstituennya. Kalau dapil-dapil itu berubah lagi maka misalnya contohnya saya, anggota DPR, ketika nanti Pemilu 2009 itu adalah masa dimana saya dievaluasi oleh konstituen saya. Apakah saya itu amanah atau tidak? Begitu. Konstituen saya di dapil saya akan mengevaluasi apakah saya layak dipilih kembali. Tetapi kalau kemudian dapil saya berubah, lalu bagaimana evaluasi itu bisa dilakukan? Bagaimana konstituen bisa mengevaluasi para wakil-wakil rakyat dalam 5 tahun yang sudah berlangsung selama ini.

Jadi ini juga bagi kami sistem termasuk di dalamnya dapil menurut saya jangan mudah berubah. Karena kalau dapil itu selalu berubah ini akan tidak mendidik. Tidak saja rakyat tetapi juga wakil-wakilnya untuk mempertanggungjawabkan amanah 5 tahun serlama ini yang telah dimandatkan oleh rakyat itu. Kecuali kalau ada persoalan yang sangat mendasar misalnya berkaitan dengan pemekaran daerah. Saya pikir ini tidak terhindarkan. Tetapi sejauh tidak ada persoalan yang mendasar, kami berpandangan sebaiknya daerah pemilihan itu tetap sebagaimana yang lalu sehingga kemudian secara sistemik ini bisa berjalan, kontinuitasnya bisa terjaga.

Hal-hal yang lain saya pikir tidak ada persoalan yang mendasar bagi kami prinsipnya kami sejalan dengan apa yang diusulkan oleh Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih, PPP. Selanjutnya PKS.

DRS. ALMUZZAMMIL YUSUF/F-PKS: Terima kasih, Pimpinan. Pak Mendagri dan Mensesneg, beserta jajarannya, Yang saya hormati teman-teman Pansus.

lni kita diminta untuk mengulangi lagi apa yang kita sampaikan kemarin. Beberapa pain telah disampaikan oleh teman-teman terdahulu. Saya kira yang terkait dengan proporsional terbuka murni yang sudah kami nyatakan, kami mendukung DIM dari Pemerintah karena saya kira roh reformasi kita ini termasuk ketika kita merubah Undang-undang Dasar 1945 adalah roh check and balances.

Check and balances dalam konteks lembaga-lembaga negara sudah kita wujudkan munculnya Komisi Yudisial, penguatan BPK untuk memeriksa keuangan, dan lain-lain. Roh check

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

and balances untuk partai itu adalah rakyat. Oleh karena itu ketika partai menyusun orang-orang terbaiknya untuk muncul ke publik maka check and balances berikutnya adalah siapa yang dikehendaki untuk mereka pilih itu adalah suatu kombinasi yang akan menimbulkan kehidupan politik yang sehat.

Kita tidak menutup mata bahwa partai-partai bisa tumbuh menjadi tokoh-tokoh besar, Godfather, yang menentukan segalanya. Kita tidak bisa menafikkan itu di dalam partai. ltu hanya bisa dicek oleh masyarakat. Anda boleh senang si A tetapi kami senang si B.

Kalau itu tidak kita tumbuhkan itu akan terus membuat partai ini ketergantungan kepada tokoh-tokoh tidak bergantung pada suatu iklim check and balances itu. lni adalah realita yang berkembang.

Oleh karena itu kami menganggap penting memposisikan partai untuk memilih keder terbaik dan memposisikan rakyat untuk memilih yang terbaik menurut mereka. lnilah pilihan pada proporsional terbuka. Sehingga terhindar oligarki partai. Partai hanya ditentukan oleh sebagian orang yang bisa menentukan segalanya.

Juga pada konteks persoalan bangsa kita saat ini. Ketika kita memutuskan proporsional terbuka sesungguhnya kita sedang membangun suatu kader-kader partai yang harus mempunyai loyalitas yang besar kepada partainya. Kalau tidak dia tidak akan terpilih dalam list partai. Tetapi pada saat yang sama kita sedang membangun kader-kader yang dipaksa mamu tahu persoalan masyarakat. Karen a tanpa itu dia tidak akan mendapat dukungan dari publiknya.

Persoalan bahwa memang ada kedaulatan rakyat bisa menjadi kedaulatan pasar saya kira juga itu kita tidak tutup mata tetapi juga bukan dikatakan kalau rakyat kita tutup hak pilihnya kemudian semua akan berlangsung dengan baik karena ternyata juga nomor kursi juga menjadi jualan di dalam partai. ltu juga tidak bisa kita nafikkan. Jadi sama kalau bicara soal uang, soal beras, untuk rakyat beras, nomor 1 partai itu dana. Dana kursi dari nomor kursi.Jadi ini memang persoalan masa transisi kita ini.

Oleh karena itu saya kira untuk kondisi kita saat ini pilihan tepat untuk memilih pada proporsional terbuka murni. Kalau pimpinan partai, ini juga untuk mengomentari saya kira dalam rangka mempertajam, saya kira diskusi kita hari ini memang lebih bagus ini karena debatnya lebih asyik.

Tentang pimpinan partai kalau mereka tidak terpilih, saya kira sesungguhnya pimpinan partai itu lebih punya peluang untuk populer ketimbang dia bukan pimpinan. Hari-hari mereka itu tampil kok di media massa. Kalau toh dia bukan orang DPR. Sebagai apa dia bisa tampil. Jsutru kalau dia bukan pimpinan partai dia susah tampil.

Jadi kekhawatiran pimpinan partai bersaing dengan non pimpinan partai saya kira itu tidak perlu dikotomikan karena pimpinan partai punya ruang untuk tampil. Kalau non pimpinan partai dia harus cari ruang itu. Apakah dia sebagai pengusaha tampil, atau dia sebagai pendidik dosen, atau dia sebagai apa. Jadi masing-masing bersaing dengan kompetensinya pada masyarakat.

Oleh karena itu kami tetap pada dukungan kami untuk DIM yang diajukan Pemerintah, proporsional terbuka murni. lni untuk tentang sistem Pemilu kita.

Yang kedua terkait dengan DIM 1035, 1039, dan seterusnya tentang Keputusan Menang oleh KPU. ltu dengan mudah tentunya. Kalau DIM suara terbanyak ini kita sepakati tentu KPU dengan mudah menentukan itu. ltu tidak akan menjadi masalah. Yang kemarin saya sebutkan menjadi masalah adalah DIM 1059 ketika KPU harus memutuskan kalau suara sam a, walau peluang itu kecil tetapi tetap ada, jika suara sama dicari suara yang paling tersebar. lni ruang perdebatan.

Oleh karena itu, itu terjawab pada DIM 371 ketika berbagai fraksi berbicara tentang bukan abjad tetapi party list, list partai yang menentukan. 1 (satu), 2 (dua), dan selanjutnya. Ketika itulah berlaku, ketika sama persis nomor urut 2 dengan nomor urut 10 sama persis angkanya ketika itulah party list berlaku dan itu tidak mengalahkan suara rakyat. Rakyat ingin dua-dua ini maju. Tetapi harus satu yang maju. Maka partai memilih. Siapa? Nomor urut yang ada di atasnya. Oleh karena itu ini bisa diselesaikan pad aDIM 371 dan banyak partai sudah masuk di situ.

Kami tidak masalah walaupun kami mengatakan tetap pada DIM ini, abjad, tetapi ketika kita sinkronkan dengan DIM 1059 kami kira usulan berbagai fraksi di DIM 371 itu menjawab persoalan DIM 1059. Selesai itu DIM 1059 tidak perlu diperdebatkan soal tersebar atau tidak. Urutanlah itu yang berpengaruh pada waktu itu.

Berikutnya Pimpinan soal dapil. Kami sudah sampaikan kemarin, kami berpegang pada Undang-undang Nomor 12/2003. Mengapa? Karena sesungguhnya kita pada saat membicarakan

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

Undang-undang Pemilu pada saat ini, kita tidak sedang berbicara merubah total. Kita sedang merevisi terbatas apa yang baik, apa yang bisa kita teruskan, kita teruskan; yang memang harus kita ubah, kita ubah. Saya kira itu semangat kita.

Oleh karena itu ketika kita berbicara tentang dapil, kita sudah punya pengalaman. Aparat penegak hukum punya pengalaman. KPU, KPUD punya pengalaman, partai-partai punya pengalaman. Kenapa harus kita ubah? Bahwa ada daerah-daerah tertentu karena pemekaran atau yang disebutikan Pemerintah ada 8 dapil provinsi dipaksa, tidak bisa ini melanggar undang­undang. 14 dapil kabupaten/kota, ya itu saja yang diubah. Tidak seluruh. ltu saja yang diubah. Disesuaikan termasuk pemekaran-pemekaran tadi. Jadi kami tetap berpegang pada Undang­undang Nomor 12/2003 tentang daerah pemilihan dan itu tadi yang sudah disampaikan oleh ternan-ternan terdahulu inilah punya konstitensi untuk reward and punishment.

Kepada Anggota DPR atau DPRD yang sudah menjadi anggota dewan,mencalonkan kembali 2009, reward and punishment di situ diukurnya. Jangan enak-enak saja. Orang yang selama ini tidak turun ke bawah diubah lagi, ya sudah mulai dari nollagi. Rakyat tidak punya track record (rekam jejak) yang baik. Tetapi kalau orang yang sudah tidak kita ubah lagi dapilnya dia punya rekam jejak. lni orang tidak pernah turun selama ini, sehingga dapat sanksi di itu, di masyarakat.

Berikut tentang DIM 369 tentang prosentase calon, kami sepakat kami menurunkan bukan dari 150% tetapi 120% untuk tidak mubazir kertas suara kita dan juga mempermudah bagi pemilih. Saya kira tidak usah 150 tetapi cukup 120%.

Tentang cara pencoblosan saya kira nanti ternan saya Pak Agus akan cerita, melengkapi saya. Tentang DPP, DIM 1035, 1039, 1043 saya kira itu sudah hal yang normal. Pembagian tidak ada masalah saya lihat.

Demikian Pimpinan, mungkin tambahan untuk cara pencoblosan.

AGUS PURNOMO, SIP/F-PKS: Bismil/aahirrahmaanirrahiim. Assalaamu'alaikum warahmatu/laahi wabarakaatuh. Yang kami hormati semua menteri dari Pemerintah. Kita menambahi DIM yang 59. Jadi asumsi dasarnya adalah bahwa undang-undang itu

dibuat untuk kita melakukan engineering terhadap yang diatur. Partai selama ini memang masih ada masalah atas nama transisi. Tetapi kemudian kita memang harus memaksa partai untuk supaya dia menjalankan fungsi-fungsinya. Kalau kita pakai proporsional terbatas itu kira-kira partai kelakuannya masih tetap-tetap saja seperti kemarin. Karena itu kita proporsional terbuka dengan harapan bahwa dia melakukan elite recruitment sekaligus dia juga melakukan manajemen konflik karena kalau proporsional terbuka itu mungkin ada konflik. Kalau partai tidak pernah punya pengalaman mengalami konflik bagaimana dia mengatur konflik yang lebih besar di level negara. Kira-kira begitu. Jadi mengurusi tern pur antar aleg saja tidak becus apalagi mengurusi tern pur antara DPR dan eksekutif.

Kemudian yang lain pendidikan politik. Jadi kalau misalnya partai itu melakukan rekrutmen tetapi tidak dididik ini kan kemudian menjadi mekanismenya yang berlangsung mekanisme pasar tadi, kedaulatan pasar dalam arti yang tadi itulah. Yang dekat dengan pimpinan itu kemudian dia punya peluang lebih besar. Masalah probability seat itu.

Jadi yang terakhir memang ini tantangan bagi orang-orang DPP. Kita memahami bahwa pada masalah ketidakpastian itu membuat kita tidak nyaman. Jadi kalau pakai nomor urut itu orang-orang DPP lebih nyaman daripada tidak pakai nomor urut. ltu kita sangat paham dan kita sangat empati dengan PDIP dan Golkar. Tetapi saya kira orang-orang DPP itu punya kemampuan komunikasi politik yang lebih dibandingkan dengan yang lain.

Saya kira kita sama-sama merasakan kalau lagi turun ke daerah itu kita bisa lihat kayak apa begitu. Saya kira itu bagian dari cara kita untuk menambahkan orang-orang destruktur supaya mereka itu semuanya itu tumbuh. Jadi kemampuan rekrutmen a//y-nya tumbuh, kemampuan manajemen konfliknya tumbuh, kemampuan pendidikan politik tumbuh, kemampuan komunikasi politik tumbuh sebagaimana yang disampaikan Pak Pata tadi.

Jadi ini hanya bisa mungkin efektif kalau proporsional terbuka murni. Kalau proporsional tertutup itu jadi aleman orang DPP itu. Jadi kigrik bahasa Jawanya itu. Saya dari Jawa Tengah.

Kira-kira itulah yang menjadi alasan kenapa kita harus, jadi siap tempur. Orang DPP itu insya Allah menang. Duitnya juga lebih banyak setelah masuk DPR.

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

Yang lainnya tentang kartu suara. Masalah kartu suara mungkin atas nama efektivitas. Jadi ini sebenarnya urusan kartu suara berkaitan dengan masalah daerah pemilihan.

Jadi pada saat daerah pemilihan itu ditambah yang pasti itu adalah efisiensi tidak berlaku karena film untuk kartu suara pasti akan bertambah. Jadi kalau kemarin 62 daerah pemilihan itu KPU mempersiapkan film untuk 62 daerah pemilihan untuk pusat, kurang lebih. Jadi untuk pusat itu ada 62-an, itu ada 62 film yang kemudian dicetak di Jakarta filmnya setelah itu kemudian baru didistribusikan ke daerah atau dicetak, di pusat didistribusikan.

Kalau 120 itu ada 120 film. Jadi kemudian 120 film dan kemudian akan didistribusikan ke 120 daerah pemilihan. Di tingkat provinsi nanti sama. Jawa Tengah itu 36 atau 37 kabupaten. Kemarin itu cuma mungkin 6 atau 10 daerah pemilihan.

Kalau 10 daerah pemilihan filmnya itu 10. Tetapi kalau kemudian nanti per kabupaten itu menjadi 34. itu dalam konteks cost economy-nya itu sudah pasti akan tambah. Apalagi kalau berwarna. Dan apalagi kalau dicetak di Jakarta itu ratio yang berikutnya adalah ratio tentang angkutan, distribusi dan sebagainya yang kemarin kita dengan daerah pemilihan segitu saja bermasalah apalagi dengan daerah pemilihan yang segini. Jadi segini dan segitu beda sedikit­sedikit saja.

Kira-kira inilah gambaran kenapa, jadi dapil itu tetap saja atas nama efektivitas, efisiensi. Jadi tentang masalah yang menyangkut konsistensi antar cara daerah pemilihan pusat, cara pemilihan di tingkat I dan cara pemilihan di daerah tingkat II saya kira itu bisa kita koreksi bareng­bareng.

Tetapi inilah tambahan masukan dari kita. Jadi mohon maaf kalau sedikit menyinggung­menyinggung. Tetapi kalau kita menganut proporsional terbuka murni itu bukan karena kita mengikuti mekanisme pasar tetapi kita membuat partai itu lebih kuat dan kita partai itu punya kelaslah untuk mengatur bangsa yang namanya Republik Indonesia itu.

Kira-kira begitu Ketua. Terima kasih. Wassa/aamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

IR. AGUS HERMANTO, MM/F-PD: Assalaamu'a/aikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Yang kami hormati Pimpinan dan seluruh Anggota Pansus. Yang kami hormati Pak Menteri beserta seluruh jajarannya.

Kemarin buku 1 dan buku 2 sudah saya sampaikan, sekarang tidak akan saya sampaikan. Nanti seperti kaset rusak yang diputar itu-itu juga. Sehingga saya langsung ke buku 2 dan 3 yaitu yang dimulai dari DIM 923.

Jadi dari buku 2, 3 ini yang kami soroti adalah mulai dari DIM 1034, 1035 di situ ada BPP (Bilangan Pokok Pembagi) itu. Di sini dibedakan bahwa kami usulkan bahwa BPP itu tentunya tidak sama. Ada BPP nasional untuk tingkat DPR Rl, kemudian BPP provinsi untuk tingkat DPRD provinsi dan BPP kabupaten/kota untuk kabupaten dan kota. lni supaya kita tidak membingungkan nanti BPP yang mana. Sehingga lebih jelas terlihat bahwa BPP itu memang tidak semuanya BPP. Yang jelas BPP nasional, BPP provinsi dan BPP kabupaten dan kota. ltu sampai dengan DIM 1035 dan yang selanjutnya juga sampai DIM 1039.

Yang terakhir yang agak penting yaitu DIM 1059. Seperti kita sampaikan dahulu apabil suara di dalam perolehan itu sama karena kita dari awal konsisten mengusulkan kita tidak ingin seperti yang disampaikan oleh Pemerintah melalui abjad, kita adalah urutan yang ditentukan oleh DPP dengan jelaslah terlihat kalau yang menentukan DPP tentunya pada saat yang sama tentunya DPP yang akan menentukan yang berarti sesuai dengan urutan yang disiapkan oleh DPP pada saat pendaftaran tersebut. Sehingga memang urutan itu tidak hanya melihat daripada tempatnya saja. Tetapi manakala suara yang diperoleh sama di sini adalah merupakan suatu hal yang sangat diperlukan bahwa memang urutan yang ditentukan oleh DPP itu ditentukan sebagai tentunya yang mendapatkan kursi.

Demikian yang saya sampaikan. Kurang lebihnya saya mohon maaf. Wabillaahittaufik wal hidayah. Wassa/aamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

DR. SYARIEF HASAN, SE, ME, MBA/F-PD: Yang terhormat para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

Kami dari Fraksi Demokrat hanya ingin menambahkan sesuatu hal menyangkut masalah jumlah kursi. Perlu untuk kita tekankan bersama bahwa konsistensi dalam suatu peraturan juga menjamin setiap calon legislatif itu untuk tujuan untuk mendapatkan haknya sebagai yang untuk dipilih.

Yang kedua bahwa dalam menentukan jumlah kursi kita harus memperhatikan juga treatemnt tentang opportunity yang sama terhadap semua partai yang akan terjun pada Pemilu yang akan datang. Sehingga tentunya kita juga harus memperhatikan opportunity yang sama pada partai-partai (mohon maafj yang baru muncul ataupun partai-partai yang baru ikut Pemilu. Sehingga kalau opportunity itu dibatasi dengan perolehan kursi yang akan diu bah lagi, hla ini akan menyebabkan opportunity itu akan cenderung pada partai-partai yang sudah established sudah sekian puluh tahun. Untuk itu kami menginginkan supaya disamping daripada kesempatan untuk memberikan sesuatu opportunity yang sama tentunya kami melihat bahwa apabila undang-undang tersebut tidak diubah ini akan menimbulkan sesuatu sebaliknya cost eficiency bukannya high cost tetapi efisiensi karena apa yang sudah dilakukan oleh Anggota DPR yang selama ini melakukan sosialisasi ke daerah akan mendapatkan hasilnya pada Pemilu yang akan datang.

Dengan demikian dari sudut pandang yang kami sampaikan tersebut kami menginginkan supaya hal ini tetap kepada Peraturan Undang-undang Nomor 12 sebelumnya. Tidak merubah kursi tetap dalam posisi range antara 3 (tiga) sampai 12 (dua belas).

Saya pikir itu, Pimpinan yang kami hormati. Mudah-mudahan dapat bermanfaat. T erima kasih.

HJ. BADRJYAH FAYUMI, LC/F-KB: Terima kasih, Pimpinan. Para Menteri yang saya hormati.

Mengenai sistem Pemilu, kami memandang ini sebagai satu hal yang saling terkait satu sama lain dan juga tidak bisa dipisahkan dari apa yang menjadi mazhab, kami yaitu mazhab one person one vote one value. Dalam hal ini kami kebetulan banyak sama dalam pemikirin dalam DIM yang disampaikan Pemerintah juga sama dengan tadi apa yang telah disampaikan oleh rekan kami terdahulu dari Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Keadilan Sejahtera. Tetapi barangkali sedikit kami ingin mengelaborasi tentang mengapa Fraksi Kebangkitan Bangsa memilih sistem Pemilu yang demikian dengan berbagai konsekuensinya.

Sistem proporsional dengan daftar calon terbuka kita pilih sebagai sistem yang lebih meningkatkan, lebih merupakan upaya pendekatan aspirasi partai dengan aspirasi rakyat karena saat ini kita juga sedang mengalami deparpolisasi, kemudian juga secara global bahkan kita mengalami tantangan mengenai demokrasi representattif. Jadi apa yang kita tawarkan, sistem proporsional dengan daftar calon terbuka ini sebagai upya untuk mendekatkan apa yang menjadi aspirasi partai dekat dengan aspirasi rakyat.

Selama ini sesungguhnya kalau kita mau jujur juga, calon-calon yang terpilih dan sekarang menjadi Anggota DPR Rl saja sebagian terbesar calon urut yang pertama sebetulnya 70% juga adalah yang memperoleh suara yang terbanyak. Jadi kalau misalnya ini ditegaskan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka sbeetulnya konfigurasi ini juga tidak banyak berubah. Selama ini partai sudah relatif cukup tajam untuk membidik siapa yang dikehendaki rakyat. Tetapi karena selama ini sistem yangkita bangun sistem yang heavy-nya pada policy partai jadi tampaknya kurang memberikan porsi kepada rakyat. Jadi oleh karena itu dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka sebetulnya ini menjadi titik masuk yang bisa membuktikan bahwa partai itu bisa aspiratif terhadap rakyat. Dan sesungguhnya dalam konstelasi saat ini, itu sudah relatif terpenuhi. Kita tinggal meyakinkan dan kita semua mesti yakin juga untuk lebih memberikan kedaulatan ditangan rakyat.

Kita meyakini bahwa partai-partai memiliki kualifikasi dan bisa untuk membaca suara rakyat sehingga calon-calon yang ditawarkannya pun adalah juga calon-calon yang kira-kira dinilai sebagai sama baiknya oleh partai sehingga mana yang dianggap sama baik oleh partai itu dan kemudian mana yang itu dipilih oleh rakyat, itulah yang kemudian menjadi pilihan bersama.

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

Jadi dengan cara ini kami berpandangan, partai tidak dengan sendirinya kemudian kehilangan otoritas. Justru ini tantangan untuk partai yang secara lebih global adalah tantangan bagi penguatan demokrasi representatif. ltu mengenai sistem proporsional dengan daftar calon terbuka.

Include di dalam ini soal keterwakilan tentu saja, kami ingin menggarisbawahi apa yang sudah menjadi perbincangan kemarin bahwa keterwakilan perempuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa kita yang memang mesti terakomodasi, mesti juga menu rut SKB mesti kita sepakati sebagai sebuah affirmative action yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. 30% sebetulnya juga masih sangat sedikit. Tetapi itulah batas minimal kira-kira sebagian dari warga bangsa ini bisa memberikan kontribusi di dalam proses-proses penentuan nasib rakyat yang tentunya menyangkut nasib mereka juga.

Kemudian hal yang lain, kami juga berpendapat bahwa prinsipnya adalah seperti yang disampaikan Pemerintah,kami berprinsip jangan ada suara yang hilang sehingga entah DIM-nya nomor berapa. Saya kira karena DIM-nya berserakan dimana-mana tetapi saya mencoba mencatat prinsip itu memang perlu untuk menjadi pedoman kita bersama.

Kemudian mengenai daerah pemilihan. Daerah pemilihan kami berpikiran dan berpandangan dan setelah juga mendengarkan dari para pelaksana di daerah, daerah pemilihan ada baiknya dan kami pikir memang lebih baik untuk tetap karena untuk memberikan pemantapan dan di daerah itu juga akan menjadi kesulitan. Seandainya daerah pemilihan diubah, terutama DPRD Tingkat I ataupun DPRD Tingkat II atas dasar apa perubahan itu. Kalau atas dasar kewilayahan misalnya kemudian kebetulan ada satu wilayah tertentu dengan tipikal masyarakat tertentu dan yang lain dengan tipikal masyarakat lain itu nanti atas dasar apa lagi kemudian itu dipilah-pilah. lni akan menimbulkan kerumitan bagi penyelenggara di daerah dan sekaligus merupakan kerumitan juga bagi bakal calon legislatif yang akan dimajukan oleh partai karena masih berada pada bayang-bayang daerah pemilihan yang belum jelas.

Berkaitan dengan suara terbanyak, kami tidak merasa khawatir kalau yang dipilih adalah calon terpilih adalah mereka yang mendapatkan suara terbanyak dengan pandangan tadi bahwa partai kita percaya punya kearifan, punya kebijaksanaan untuk bisa menyerap aspirasi masyarakat sehingga siapapun yang terpilih diantara calon-calon yang dihadirkan partai kepada masyarakat, itulah yang terbaik.

Untuk menghindari jangan sampai kemudian misalnya ada "Beli kucing dalam karung" atau ada orang "yang penting asal terkenal" kita mencoba membuat aturan pada sisi lain yaitu calon yang bisa diajukan sebagai caleg adalah mereka yang aktif menjadi pengurus partai, memiliki tanda anggota partai, paling tidak bisa 2 tahun, bisa 3 tahun dalam arti supaya partai tidak hanya menjadi ajang untuk lompatan-lompatan atau tadi istilahnya orang yang tidak punya kerjaan. Partai adalah pilihan pengabdian, tadi ada kan yang muncul seperti itu. Jadi insya Allah lah dengan memberikan suara terbanyak partai-partai yang memiliki idealisme ideologi tertentu juga dia tidak akan dengan gampang walaupun kemungkinan besar dia akan terpilih kalau dicantumkan tetapi jika memang dianggap tidak bisa mempresentasikan partai pada tingkat pemikiran visi, jangan dicalonkan saja. Kan kira-kira seperti itu. lni akan membangun kompetisi yang sehat diantara para kader partai sekaligus juga bisa memberikan punishment kepada mereka yang sudah duduk atau menduduki posisi tertentu tetapi tidak mau bekerja untuk rakyat.

Hal lain yang mungkin sifatnya teknis tetapi sangat penting kami sangat prihatin dengan hasil Pemilu yang lalu dimana sangat banyak sekali suara-suara yang rusak. Karena itu kami mengusulkan kertas suara nanti itu dibuat yang sederhana dengan nanti mungkin ada beberapa simulasinya barangkali tidak saat ini, tetapi intinya kalau misalnya orang mencoblos salah satu nama ya sudah dengan sendirinya bisa dipartainya. Mungkin bisa dalam bentuk horizontal atau apapun lah tetapi yang penting prinsip kita adalah menghindari suara yang rusak karena kasihan rakyat mungkin hari itu sudah tidak bekerja kemudian mencoblos coblosnya ternyata tidak sah juga. Kasihan juga yang kampanye sudah terpilih kemudian tidak terpilih lagi.

ltu barangkali beberapa hal yang ingin kami sampaikan dan mungkin Pak Ali Masykur Musa, doktor kita yang baru kemarin ujian terbuka, silakan Pak Ali untuk memberikan tambahan.

DR. H. All MASYKUR MUSA, M.SJIF-KB: Saya mohon maaf kepada Pemerintah dan kawan-kawan yang terhormat Pansus Pemilu

karena 3 kali atau 3 minggu saya tidak mengikuti karena konsentrasi sedikit yang kemarin pagi saya harus didapuklah. Katakanlah begitu.

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

Pimpinan dan Pemerintah yang saya hormati, Pertanyaannya 1, bagaimana sistem keterwakilan kita itu harus di-arrange atau di-design.

Setelah keterwakilan dalam sebuah Pemilu, paling tidak harus menjawab 3 hal yang Pertama adalah the degree of compotitiveness-nya baik internal maupun eksternal. Artinya internal partai itu harus jelas derajat kompetisinya sehingga dengan demikian tidak boleh ada sebuah sistem nanti mulai pencalonan, pencoblosan sampai penentuan calon jadi itu orang yang tidak bekerja tetapi jadi. Orang yang di-droping oleh kedekatan-kedekatan tertentu oleh e/itisme dalam sebuah partai kemudian dia jadi. Tidak pernah ada apresiasi dirinya, kompetisi dirinya, kaderisasi dirinya di dalam sebuah partai itu. Yang pertama, jadi kompetisinya.

Kemudian yang Kedua adalah the degree of representativisme. Jadi derajat keterwakilannya itu. Keterwakilan itu nanti harus diukur hubungan antara anggota DPR yang terpilih dengan yang memilih. Apakah kualitas seseorang yang menjadi anggota dewan, misalkan pertanyaannya anggota dewan yang hanya dipilih kira-kira 10% dari total pemilih dalam sebuah pemilihan, dia pas tidak mewakili sebuah komunitas yang harganya kursi kira-kira 90% dari dirinya. lni yang kedua.

Yang Ketiga, harus menjawab apa yang saya sebut dengan accountabi/ity-nya, pertanggungjawabannya baik kepada partainya. lni hubungannya dengan Undang-undang Partai Politik karena partai politik masih diberi peluang untuk melakukan recalling. Kemudian juga hubungannya dengan siapa yang mencalonkan. Tadi didefinisikan calonnya itu dijawab apakah oleh partai atau oleh abjad. Karena ini berhubungan dengan akuntabilitas kepada partai, maka terhadap siapa yang mencalonkan di huruf ketiga terakhir itu adalah partai. T eta pi kern bali kepada urutan lima yang keatas, siapa yang menentukan pilihan? Rakyat! Partailah yang akan menjadi pemilik Restoran Padang. Jadi setelah disajikan sedemikian rupa ada 5 calon atau 100, PKB mengusulkan 100 calon. Tidak usah 120 dari sebuah daerah pemilihan karena itu lebih rumit. Jadi seleksinya nanti internal saja. Rakyat yang menentukan. Partailah yang membuat pintu gerbang, pintu masuknya dipilih, dicoblos oleh rakyat, kemudian ditentukan oleh rakyat, tinggal pilih makanan apa? Rendangnya atau dendeng balado, itu terserah rakyat. Partai yang menyajikan. lni yang saya katakan akuntabilitasnya akan terjawab baik kepada partai maupun kepada rakyat yang memilih. Jangan sampai terjadi distorsi keterwakilan. Seseorang dipilih sedikit tetapi dialah yang jadi. Padahal the majority voter itu adalah kepada orang yang lain.

lni yang berkaitan dengan pertanyaan pertama tentang kita itu membangun sistem kepartaian yang kayak apa. 3 (tiga) hal itu yang harus dijawab dengan elaborasi-elaborasi yang disampaikan oleh Yang terhormat Saudara Badriyah dan kawan-kawan terdahulu yang sudah menyampaikan.

Terakhir, karena tadi sudah banyak, lebih elaboratif saya lebih filosofis kalau boleh dikatakan, kalau tidak ya anggap saja tidak. Yang terakhir jawaban terhadap ini apa sistem kita. Sistem kita adalah sistem proporsional dengan calon terbuka.

Pertanyaan kosakata, frase utamanya adalah proporsional. Sehingga dengan demikian harus dikurangi sedikit mungkin suara-suara yang hangus. ltu nanti jawabannya adalah diteknis pencoblosan yang simpel saja, tidak usah 2 kali. Gambarnya 1 kotak, 1 nama atau toto sekalian kalau perlu sampingnya itu adalah gambar partai coblos sekali. Coblos partainya bagi orang yang tahunya partai sah tetapi dalam 1 kotak. Orang yang senang orangnya karena cantik misalkan atau karena handsome katakan, ya sah. Simpel begitu saja.

Kaitannya jangan sampai terjadi terlalu banyak suara yang hangus karena itu FKB mengusulkan ukuran penentuan calon jadi itu harus ada ukurannya. Kalau kami mengusulkan kalau memang sisa suara tidak mencapai BPP di take over pada daerah pemilihan yang lebih tinggi. Jadi misalkan dapil Jawa Tengah II dapat 1,4 dari sebuah kursi. Yang 4-nya itu kita take over pada provinsi dulu. Sehingga dengan demikian nanti di-collect antar dapil itu kemudian tambahlah sebuah kursi itu. lnilah makna dari sebuah sistem proporsional bukan sistem distrik. Kalau distrik itu the winner takes all. Tetapi kalau proporsional menghargai one person one vote one value. Paradigma seperti itu yang menurut saya perlu kita persamakan persepsinya kecuali kita memang memilih sistemnya distrik.

Jadi 2 hal itu kerangka besarnya tetapi teknis elaboratifnya sudah disampaikan oleh ternan saya yang terdahulu.

Demikian Pimpinan. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami. Wassa/aamu'alaikum warahmatul/aahi wabarakaatuh.

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

WAKIL KETUA (DR. IR. HJ. ANDI YULIANI PARIS, M.SC): Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Yang terhormat Pak Menteri Dalam Negeri, Pak Menteri Sekretaris Negara.

Sebelum ke DIM saya mau menyampaikan bahwa hari ini saya sangat berbahagia bahwa 3 (tiga) anggota KPU adalah perempuan. ltu akan memberikan multiplier efek terhadap perpolitikan di Indonesia termasuk juga anggota KPU di provinsi dan kabupaten/ kota nantinya. ltu harapan kita.

Terkait dengan sistem Pemilu dimana DIM PAN adalah proporsional terbuka murni. Proporsional terbuka murni sama dengan asumsi yang disampaikan oleh PPP tadi bahwa sebaiknya masyarakat itu diberikan tanggung jawab terhadap hak yang telah digunakannya. Ketika dia telah memilih/menentukan tentu dia akan punya tanggung jawab. Tentunya pilihan-pilihan itu kita akan serahkan kepada rakyat.

Dari Pemilu 2004, kita jumpai bahwa ternyata hampir 75% anggota DPR yang sekarang ini duduk adalah yang mendapatkan suara terbanyak, Pak Menteri. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran bahwa dengan proporsional terbuka murni itu memperhadapkan kedaulatan rakyat dan kedaulatan pasar.

Kedua, terkait dengan daerah pemilihan baik DPR dan DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, kami tetap kembali pada Undang-undang Nomor 12 dengan alasan bahwa ini adalah revisi terbatas undang-undang ini.

Ketika kita selalu membicarakan bagaimana hubungan antara konstituen dengan wakilnya, kita sudah memulai di Pemilu 2004. namun ketika kita akan merubahnya di Pemilu 2009 ini akan terjadi misalnya terjadi perubahan jumlah kursi. lni terkait juga dengan jumlah kursi di masing­masing daerah pemilihan yang diusulkan oleh Fraksi Golkar dan PDIP tentunya akan terjadi keguncangan hubungan antara konstituen dengan orang yang telah dipilihnya pada Pemilu 2004.

Seperti yang disampaikan oleh PKS tadi hubungan ini perlu dipelihara dan kemudian diperhadapkan kembali pada Pemilu 2009 apakah orang-orang yang telah mereka pilih pada Pemilu 2004 dan sekarang duduk di DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota, memang benar sudah memegang amanah dan tanggung jawab yang dipercayakan oleh pemilihnya pada tahun 2004.

Kemudian secara teknis mengenai jumlah kursi, pada Pemilu 2004 untuk DPRD kabupaten/kota itu ada 2040 jenis kertas suara. KPU bekerja lebih lama daripada KPU yang sekarang akan bekerja. KPU yang sekarang akan bekerja itu akan bekerja ± 17 bulan. Ketika harus diubah jumlah kursinya 3 (tiga)-6 (en am) berarti akan ada 2 kali lipat jenis kertas suara untuk DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi dan DPR Rl. lni akan menyangkut soal teknis juga.

Saya loncat ke DIM tentang jumlah calon yang diajukan, kalau kita menggunakan alasan mengurangi jumlah kursi per daerah pemilihan dengan alasan supaya lebih fokus pemilih, itu bukan jawabannya. Jawabannya adalah mengurangi jumlah calon yang diajukan di dalam masing­masing daerah pemilihan oleh masing-masing partai.

Oleh sebab itu Fraksi PAN mengajukan 100% saja. Ternyata faktanya dari 100% calon yang diajukan atau 120% pada Pemilu 2004, yang bekerja itu misalnya ada 12 orang calon, itu hanya nomor 1 sampai 4 yang melakukan kampanye. Yang dibawahnya itu hanya vote gather saja. Dipasang namanya kemudian untuk mencari suara dan suatu saat mungkin akan mundur atau apalah. ltu praktek-praktek yang sebelumnya.

Oleh sebab itu 100% ini sebagai juga jawaban ketika orang mengatakan pemilih harus fokus supaya tidak banyak sebaran-sebaran suara yang hilang ketika harus memilih pada rentang 1-12 calon misalnya. Oleh sebab itu kita tetap pad a us ulan 100% sehingga sesuai usulan Fraksi Golkar efektif dan efisien.

Kemudian untuk cara mencoblos. Cara mencoblos kami sepakat dengan sebenarnya Fraksi Golkar tetapi tidak semuanya yang diusulkan Golkar kami tidak sependapat jadi kami juga terima yang baik, yang reasonable, sehingga cara mencoblos dengan yang disimulasikan tadi itu cukup baik. Artinya tidak ada efek fisiologis bahwa ketika kita memilih nomor 1 seperti contoh Pemilu 2004 atau memilih gambar partai itu akan diambil oleh nomor 1. lni juga bagus sebagai pendidikan politik ke rakyat.

Kembali ke alasan ke jumlah kursi per daerah pemilihan, kami tetap sepakat 3-12 dalam konteks gender. 3 bulan sebelum DIM ini dibuat, kami pernah bertemu dengan ternan-ternan perempuan anggota DPRD kabupaten/kota dan provinsi dari berbagai partai, termasuk partai-

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

partai yang sudah lama ikut Pemilu, saya tidak menyebutnya partai besar karena partai besar itu relatif kapan starting point-nya ikut Pemilu. Belum tentu besar terus.

Jadi ternyata ini juga tidak ramah gender kalau 3-6 kursi per daerah pemilihan. Otomatis ketika jumlah kursi yang sangat kecil diperebutkan satu daerah pemilihan partai akan menempatkan kalau kita juga tidak sepakat dengan proporsional terbuka murni akan menempatkan calon-calon pada nomor urut 1 ,2-nya itu adalah kemungkinan besar laki-laki ketika kompetisi sangat ketat. Oleh sebab itu dengan alasan ketiga yang kami sebutkan tadi kami tetap sepakat kembali kepada Undang-undang Nomor 12, 3 sampai 12 kursi per daerah pemilihan.

Saya pikir itu. Jadi kembali bahwa PAN ingin tetap proporsional terbuka murni dengan 100% calon. Kemudian penentuan calon terpilih adalah dengan yang mendapatkan suara terbanyak.

Terima kasih Pimpinan.

DR. MARIANI AKIB BARAMULI, MM/F-PG: Seperti kemarin yang Pak Mensesneg katakan ini harus satu tarikan nafas. Jadi dari

Golkar ini belum sampai nafasnya di atas. Jadi harus menyampaikan itu sehingga seluruhnya bisa tersampaikan dengan baik.

Kami masih ada ketinggalan tentang perolehan kursi partai politik. Jadi Golkar ini ada mengusul usul baru. Pada DIM 1034 itu yang kami maksudkan untuk mengatur ini agar meningkatkan derajat keterwakilan dengan menyelesaikan angka BPP. Jadi ada usul baru oleh Golkar yaitu perolehan alokasi kursi untuk setiap partai politik peserta Pemilu itu dengan membagi jumlah suara sah yang diperoleh dari partai politik yang dibagi dengan BPP.

Jumlah kursi DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten dibagi habis dimasing-masing daerah pemilihan. Selanjutnya apabila perolehan suara suatu partai politik sama atau lebih besar dari BPP dimasing-masing dapil maka sisa suara paarpol tersebut akan digunakan dalam memperhitungkan perolehan kursi tahap berikutnya. Apabila masih terdapat sisa kursi di daerah pemilihan maka kursi tersebut diberikan kepada partai politik yang memiliki sisa suara terbesar yang perolehan suaranya sudah dikonversi menajdi kursi. Jadi prinsipnya semua sisa suara itu dikonversi menjadi kursi.

Selanjutnya apabila masih terdapat sisa kursi di satu daerah pemilihan dan tidak ada partai politik yang memiliki sisa suara setelah dikonversi menjadi kursi, maka kursi tersebut diberikan kepada partai politik yang memperoleh suara terbesar. lni usul Partai Golkar sehingga ini mungkin tentu perlu walaupun tadi dikatakan ini sudah biasa tetapi saya pikir ini perlu juga dimasukkan ke dalam pembahasan lebih lanjut.

Tarikan nafas berikutnya tentunya kami juga ingin menyampaikan bahwa khususnya mengenai calon terpilih. Di dalam DIM 1052 itu Golkar memberikan tambahan kalimat bahwa "Calon terpilih anggota DPR, DPD ditetapkan oleh KPU dengan ketentuan calon minimal memperoleh prosentase tertentu dari BPP atau bilangan calon terpilih". Kaitan dengan ini maka ini terdapat pada DIM 1056 dimana calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan perolehan suara calon sekurang-kurangnya 25-50% BPP dari satu partai politik dan satu daerah pemilihan sehingga sistem pemilihan kita, bahkan dari Golkar itu bahwa proporsional terbuka terbatas. Terbatasnya ini kita memberikan batasan terhadap blangan tadi. Kalau 1 kandidat, jadi tidak semudah itu nomor 1, nomor 2, nomor 3 itu tidak turun mengkampanyekan dirinya karena kita memberikan batasan-batasan. Kalau dia diam-diam saja maka dengan batasan-batasan ini, dia bisa lewat.

Jadi, Oleh karena itu dengan cara seperti ini kita juga tidak langsung dari proporsional seperti yang lalu langsung dengan terbuka bebas tetapi kita minta suatu graduasi, gradual, agar masyarakat juga bisa kita didik secara perlahan-lahan. Jadi ada angka pembatas. Jadi tidak serta merta dengan angka bilangan pembagi yang dengan angka suara terbanyak tanpa batasan.

Dengan demikian bahwa ada kewenangan partai di nomor 1, nomor 2, tentunya ini tidak semudah itu tadi. Dia harus turun. Kalau tidak turun maka nomor 3, nomor 4, nomor 5 itu bisa melewati dia.

Kemudian terakhir ini mengenai dapil. Saya ini dari Sulawesi Selatan sama dengan lbu Andi mempunyai 14 kabupaten. Saya satu dapil. lni saya tidak bisa diantara gunung dan lembah, kita belum bisa sampai 2 hari dalam satu perjalanan. Berapa lama kita harus berada di kabupaten dalam kunjungan kerja, ini juga mungkin bisa merupakan satu pemikiran-pemikiran sehingga kita tidak seperti yang lalu. Kita pun mungkin dalam kesempatan kita sudah berapa tahun di sini

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

mungkin ada dapil kita yang mungkin kita lewat saja. Rakyat situ tidak tahu. Oleh karen a itu Partai Golkar menghendaki agar keterwakilan kita terhadap pemilih-pemilih kita lebih dikenal, lebih efektif efisien dan lebih terwakili rakyat itu kalau memang dapilnya agak diperkecil.

Memang kita tidak perlu khawatir bahwa selama ini kita tidak dianggap sebagai orang­orang yang turun itu tidak dikenal, karena dengan sekarang pun ini dengan jumlah dapil yang begitu luas itu kita tidak mampu untuk menjadi representatif yang bagus untuk rakyat kita. Oleh karena itu kami tetap memposisikan diri untuk memperkecil dapil tersebut.

Demikian, Pak Ketua. Wassa/aamu'a/aikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

PATANIARI SIAHAAN/F-PDIP: Pimpinan. Sebelum ke Pemerintah tadi kami dengar banyak salah tangkap mengenai usul dapil kami

mungkin kami lengkapi sedikit lagi supaya Pemerintah bisa menangkap maksudnya. Sebagaimana kami sampaikan tadi hanya sedikit saja, Pak Pimpinan dan Pemerintah

yang kami hormati, rekan anggota Pansus. Tadi kami dengar banyak komentar, yang kami takut mis/ip. Jadi pada saat kami

mengusulkan dapil tambah, ada bayangan ... artinya agak mirip yang disampaikan Golkar tadi. Artinya bagaimana dapil ini kan ada keterkaitan luas wilayah dan jumlah penduduk. Kan begitu cara menghitungnya. Musti ada proporsinya apa dasanya. Misalnya kita katakan kalau kami mengusulkan katakan 3-7. Kalau hitungan 1 kursi itu 400.000 orang berarti paling tidak 1 dapil 3 juta orang. ltu maksudnya seperti itu. Jadi tidak jadi pindah misalnya sekarang Si A, dia tadinya daerah pemilihannya 1 provinsi, 12 kabupaten. Dapil di dalam provinsi itu juga dikembangkan. Jadi bukan ada sama sekali baru, tidak.Toh,dia sudah dikenal juga disitu, tetapi akan lebih intensif waktu dia untuk ke daerah.

lni juga terkait dengan masalah realita sistem daripada persidangan DPR. Kunjungan kami ke luar negeri dan macam-macam misalnya di Perancis itu seorang anggota DPR itu dalam setahun paling tidak 50 kali turun ke daerah. Indonesia ini paling tinggi hanya 4 kali setiap masa reses dan waktunya yang ditanggung hanya 10 hari. ltu kan sudah jelas kita tahu hal seperti ini, tahu persoalan rakyat tidak mengenal orangnya, jarang turun katanya padahal ada masalah coverage demokrasi masalah penduduk.

Jadi maksud kami dapil tadi ini konteks sebetulnya. Bukan membuat dapil baru di provinsi lain. Tetapi dalam provinsi itu juga sehingga rentang komunikasi dan coverage-nya menjadi mungkin dilaksanakan oleh karena waktu reses itu sendiri, juga tidak akan mungkin 1 bulan atau lebih karena ada kunjungan kerja, macam-macam.

lni maksud kami pada saat kita apply ke dalam prakteknya, fakta ini harus menjadi kenyataan karena ini kenyataan yang ada.

Jadi kita juga jangan diawang-awang seolah-olah ini dapil ini lepas daripada, kondisi dapil ini kan menemukan orang untuk bekerja di DPR supaya mewakili aspirasi daerahnya. Untuk ini waktu yang tersedia kan juga tidak mencukupi.

lni fakta-fakta seperti ini, itu maksudnya. Jadi dapilnya itu di provinsi itu juga bukan di provinsi lain. Tetapi coverage-nya menjadi lebih seimbang atau konkritnya kita sepakati luas wilayah apa 3 kabupaten. Misalnya di Jawa rata-rata 3 kabupaten. Penduduk 3 jutaan. Misalnya kayak Bandung, Surabaya, itu berapa dapil. Tetapi luar Jawa itu kan sangat luas, Pak. Transportasi ini contoh-contoh ini maksudanya kenapa kami mengusulkan dapil itu tentu tidak dipaksakan semua ditambah, sesuai dengan kondisi demografi dan pertambahan penduduk yang ada.

Ada daerah sekarang Bapak, lbu sekalian, kalau lihat data Depdagri kemarin, itu ada yang bertambah penduduknya 2 juta lebih. Dan kita tahu sekarang penduduk muda, pemilih-pemilih muda yang dulu tidak ikut sekarang akan bertambah luas. lni menjadi masalah. lni sebenarnya melengkapi saja tadi agar tidak salah pengertian dengan alasan nanti soal dapil baru tidak dikenal, bagaimana, bukan itu maksudnya. Tetap daerahnya itu juga cuma coverage-nya menjadi lebih kecil tetapi tetap ada ratio penduduk dan luas wilayah.

Sekian. Terima kasih. Hanya kami tambahkan.

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

MUSTAFA KAMAL, SS/F-PKS: Bismil/aahirrahmaniirrahiim. Jadi ini juga sebuah fakta yang kita temukan kemarin di kunjungan ke Bali, lalu juga ke

KPU bahwa tentang daerah pemilihan ini mereka berpendapat sebaiknya memang tidak berubah. Persoalannya bukan sekedar memperkecil tetapi juga ternyata di daerah itu ada hal-hal yang lebih dalam lagi yang harus kita kaji. Jadi ada perbedaan adat istiadat, perbedaan wilayah, batas-batas, dan sebagainya dan itu diskusinya panjang. ltu bisa memunculkan friksi-friksi sosial dan itu membuat suasana tidak kondusif untuk Pemilu itu sendiri.

Jadi persoalan membagi kembali daerah pemilihan itu kecuali karena ada pemekaran atau hal-hal yang sangat khusus itu sebaiknya dihindari karena akan memunculkan ketegangan di tingkat lokal. Secara politis itu tidak mudah. ltu menurut Wakil Gubernur Bali yang kebetulan dari PDIP.

Lalu kemudian yang kedua kami temukan di KPU dan saya juga kurang setuju dengan Bapak itu tadi ya itu kan trial and error. Tetapi secoba-cobanya KPU saya kira juga serius mereka melakukan sebuah exercises di sana dalam rangka pembuatan dapil.

Jadi mereka mengatakan bahwa jangan terlalu mudah berubah supaya ada sistem yang mapan. KPUD-KPUD itu dia sudah punya sebuah kerangka kerja dengan dapil yang lama dan itu merupakan sebuah aset yang juga harus kita pelihara supaya terjadi efisiensi dalam kerja. Kita tinggal melanjutkan saja. ltu pertimbangan yang disampaikan oleh rekan-rekan kita di KPU yang saya kira juga harus dihargai karena mereka sudah terjun di lapangan dan kebetulan saya juga pernah di KPU tahun 1999, bahwa upaya untuk menyusun daerah pemilihan dan memeliharanya itu bukan suatu yang mudah. Jadi mudah-mudahan itu juga bisa dijadikan pertimbangan dan diberi penghargaan.

Terima kasih, Pak Ketua.

AGUS PURNOMO, SIP/F-PKS: Jadi mungkin bagus kalau perubahan dapil menyesuaikan dengan sensus penduduk. ltu

saya kira alasannya sangat rasional karena dari situ kita langsung tahu pada setiap daerah. Sensus kan 10 tahun. Jadi mungkin kita berpikir nantilah 2014 kita atur-atur lagi. Kira-kira begitu.

Terima kasih.

AGUN GUNANDJAR SUDARSA/F-PG: Saya memulai dengan sebuah fakta juga apakah kita berani mengatakan bahwa sistem

yang kita terapkan selama ini dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 merupakan sebuah sistem yang terbaik. Saya yakin kita bersepakat akan menemukan fakta-fakta di lapangan ada ketidakadilan itu. Contoh Partai Kebangkitan Bangsa. Pemenang ketiga jumlah suara tetapi perolehan kursinya yang keenam. ltu fakta.

Yang kedua, fakta juga, rakyat bertanya kenapa jumlah suara kami 440.000 kursinya 2? Kenapa di dapil yang sama dia memperoleh 60.000 kursinya 1? Kalau 440.000 berbanding 60.000 sebetulnya bukan 1 berbanding 2. ltu fakta! Sering diistilahkan hadir di parlemen itu joke-nya "Kamu kan tidak ada kaki dan tangan" karen a dia tidak memenuhi angka bilangan pembalik.

Artinya Ketua, apa yang diusulkan oleh Fraksi Partai Golkar sebagai partai yang tertua, sebagai partai yang berpengalaman, ingin membangun sebuah sistem Pemilihan Umum yang kita juga menyepakati pada akhirnya setiap 5 tahun kita melakukan revisi. Revisi-revisi yang kita lakukan adalah dalam rangka melengkapi dan menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang terjadi di masa lalu.

Sekarang saya masuk apa korelasinya antara penentuan calon terpilih dengan daerah pemilihan kalau kita kaitkan dalam sebuah sistem Pemilihan Umum.

Kita konsisten dalam usulan Pemerintah sistem Pemilu kita adalah sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Artinya sesungguhnya secara teoritis, dia telah menggabungkan 2 sistem yang cukup populer, yang cukup ekstrim satu sama lain saling berbeda dan masing-masing juga punya kelemahan. Sebut saja sistem proporsional. Yang dominan itu peran partai. Dalam sistem distrik yang dominan adalah rakyat. Dalam sistem proporsional penentuan calon terpilih berdasarkan nomor urut. Sistem distrik menggunakan pilihan suara rakyat, the winner takes all.

Jumlah kursi untuk proporsional itu berkusi jamak. Jumlah kursi untuk sistem distrik berkursi tunggal. Artinya dari fakta yang saya katakan tadi bagaimana 440.000 dengan yang 60.000 maka Golkar telah menetapkan oke sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Kami

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

tidak menganut sistem proporsional dengan daftar calon tertutup. Karena kalau menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon tertutup itu namanya betul-betul sistem proporsional. Tetapi kami menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka artinya kami juga menganut sistem distrik. Korelasi kepada pilihan seperti itu maka kita dituntut adanya konstitensi berpijak. Harus ada peran partai, dan juga harus ada peran rakyat.

Dengan dasar pemikiran itulah kami menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka terbatas. Nah, terbatas inilah yang areal itu untuk mempertemukan tarik menarik antara kepentingan partai dengan kepentingan rakyat. Maka implementasi dari itu semua masuk ketika daftar calon daerah pemilihan, maka daerah pemilihan itu tidak bisa jumlahnya terlalu besar. Karena kalau terlalu besar itu namanya sistem proporsional.

Dengan gagasan pemikiran itu maka kami menggunakan proporsional terbatas. Kalau kemarin 12, kami mengusulkan maksimal sekarang 6 karena penentuan calonnya dengan daftar calon terbuka. Tetapi kami menggunakan terbatas makanya diturunkan menjadi 6. Kalau benar­benar daftar calon terbuka, Golkar siap jumlah kursinya 1. Pilihannya itu saja. Karena terbatas kami bikin 6. Kalau benar-benar mau terbuka ayo, kursinya 1. Kan begitu, Pak Ketua, ya, sistem proporsional dengan daftar calon terbuka, kursi yang diperebutkannya 1. ltu suara terbanyak, baru betul.

Dengan gagasan pemikiran itu, Pak Ketua, sehingga penentuan calon terpilih di areal terbatas itulah yang mari kita diskusikan untuk mempertemukan 2 kutub ekstrim antara sistem proporsional dengan sistem distrik.

Demikian, Pimpinan. T erima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Demikian Pemerintah kita sudah mendengarkan putaran pembicaraan tentang sistem

Pemilu dengan keterkaitannya dan malam ini kita semakin memperjelas bagaimana kita.

DR. H. All MASYKUR MUSA, M.SIIF·KB: Pimpinan. Apa boleh tambah kalau misalkan.

KETUA RAPAT: Saya belum ngomong, Pak Ali. Memperjelas apa yang dimaksudg dengan pola konstituen

dengan pola hubungannya, kemudian bagaimana membangun semangat atau konstruksi kompetisi yang ada, kemudian mempermudah pemilih, kemudian tidak ada suara yang hilang juga menggambarkan multi partai. Saya kira ini bagian-bagian elaborasi dari yang pemikiran pertama. Sebagian dari pendapat ini juga sudah pernah diujikan oleh sebagian fraksi-fraksi melalui anggotanya di Komisi II kepada calon anggota KPU. Untung saja anggota KPU tidak terjebak sehingga mereka menyatakan netral saja. ltu urasan Bapak-bapak, bukan urusan KPU. KPU ditanya bagaimana dapil yang ini apakah sudah ini dan sebagainya. ltu saya kira perkembangan bagaimana ini menjadi sebuah hal yang memang menjadi sesuatu yang ingin kita diskusikan lebih jauh. Saya akan memberikan sebetulnya kesempatan kepada Pemerintah untuk merespon.

Pak Ali ada yang mau disampaikan, ditambahkan? Silakan, Pak Doktor.

DR. H. All MASYKUR MUSA, M.SIIF·KB: Kalau diperkenankan. Pimpinan yang saya hormati sebetulnya saya tidak ingin menambah penjelasan dengan

sebuah prinsip yang saya, FKB sampaikan di depan. Tetapi begitu Pak Agun, saudara saya menyebutkan PKB hati saya menjadi gatal.

Sebetulnya yang paling signifikan itu bukan terletak di dapil ketika harus melihat sebuah keadilan sistem Pemilu. Meskipun dalam pandangan FKB dapil yang sudah ada itu mencukupi sebagai dasar untuk kita melaksanakan Pemilu 2009. Tetapi esensi menurut kami tetap kembali pad a of of of itu kalau berkaitan dengan sistem proporsional.

Jadi kalau disinggung FKB perolehannya hampir 11 juta kursinya 52 tetapi fraksi yang lain di bawah tetapi kursinya sama, lebih atau di bawahnya, itu terletak pada teknis penentuan dan

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

penghitungan suara. Sebetulnya itu. Jadi bukan terletak pada dapil. Menurut pandangan FKB begitu.

Paradigma seperti itulah yang harus kita benahi kalau memang kita komitmen bahwa ini proporsional berikanlah harga itu sesuai dengan perolehan, keadilan. Tetapi kalau memang kita memilih sistem distrik yang menjadi sistem yang akan kit akembangkan ke depan, tentu selisih 1 suarapun dia akan mengambil bahkan mengambil seluruh kursi yang ada itu.

Dalam konteks dapil teorinya kan 3; geografisnya ketemu, adat istiadat atau kulturnya ketemu, yang kedua adalah asas keadilan keterwakilan. Artinya jumlahnya jangan sampai jomplang.lni yang kedua.

Jadi dengan demikian selama dapil yang ada atau dapil yang lama yang ada itu masih bisa mempertemukan ketiga hal itu geografisnya bisa dan mampu terjangkau dengan enak, bagus kemudian tidak terjadi class cultural dan penduduknya juga tidak terlalu jomplang, membelahnya geografis itu kena maka biarkan saja tidak usah diutak utik. Kecuali memang secara fundamental perlu ada harmonisasi. Tetapi prinsipnya yang ada sudah bisa menjadi dasar pijak.

Kunci perolehan suara bagi sebuah partai saya sampaikan lagi bukan terletak di dapil tetapi adalah range atau interval keterwakilan. Sehingga kemarin disebutkan 325 sampai 425 itu range-nya terlalu besar. ltulah mengapa fraksi kami PKB katakan di Jawa begitu kuat, tetapi di luar Jawa belum kuat sehingga dengan demikian harga di Jawa terlalu besar dan terlalu numpuk di situ.

ltulah yang saya katakan tadi, untuk kembali ke rasa keadilan dapil tetap itu tetapi ada perubahan walaupun itu sedikit dengan mengacu pada 3 hal, tetapi teknik untuk penghitungan suara itu harus di-take over kepada yang lebih tinggi sehingga dengan demikian ini asasnya dalah mewakili. Sehingga dengan demikian suara yang hangus itu tidak terlalu banyak. Karena ini proporsional. Proporsional itu adalah menghargai hak dan suara kecuali kita memang distrik.

Pimpinan demikian. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Saya kira memang menarik dari mulai jumlah kursi DPR yang diperebutkan dan

bagaimana sistem atau cara merebutnya, bagaimana ruang-ruang itu kita bagi menjadi ruang kompetisinya, daftar calon dan kemudahan. Saya kira itu yang terelaborasi pada putaran kedua pada malam ini.

Saya persilakan Pemerintah.

PEMERINTAH: Terima kasih. Menarik memang. Kembali pada hari kemarin kita dan memang ini kalau kita tambah 2-3

putaran memang juga akan berkisar di situ juga. Oleh sebab itu kami ingin mempertegas kembali Pemerintah tentang sistem ini. Sebetulnya esensi yang ingin kita capai itu adalah sebuah demokrasi yang berkualitas dengan tidak mendistorsi pilihan-pilihan rakyat tersebut dan tererosi karena intervensi dari partai politik.

Kita bersepakat bahwa kita sudah ingin melepaskan hal-hal yang berkaitan dengan katakanlah atau sejak reformasi kita sudah sepakat bahawa seluruh harus sudah kedaulatan itu ditangan rakyat. ltulah kenapa kemudian DPD pun kita pilih langsung oleh rakyat.

Oleh sebab itu maka menurut pandangan kami tidak boleh ada satu paradoks di dalam penerapan sistem ini. Tadi banyak hal yang kita dari satu sisi, kita menginginkan bahwa kualitas demokrasi di mana rakyat memilih. Tetapi di satu sisi kita juga ingin ada tangan partai politik yang ingin menentukan juga terhadap siapa kemudian yang akan duduk di dalam kursi manakala BPP­nya tidak tercapai.

Oleh sebab itu maka Pemerintah beranggapan bahwa yang pertama yang terpenting adalah tugas partai politik dalam hal ini yang harus kita sama-sama menyiapkan kader yang terbaik dan rakyat memilih kader tersebut yang telah dipersiapkan oleh partai politik. Sekecil apapun suara yang telah ditetapkan dipilih oleh rakyat, kita hargai manakala kita dia masuk di dalam ring yang sudah kita tetapkan dan itu harus kita hargai dan tidak perlu kita distorsi kemudian kita kembalikan kepada partai politik. Bukan berarti partai politik tidak memiliki tangan di dalam

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

sistem demokrasi di mana keterwakilan ini harus betul-betul merupakan representasi yang kuat dari rakyat. Bukan berarti tidak ada. Karena partai politik pun di sini mempersiapkan kader.

Pemerintah artinya tidak rigid di dalam hal apakah ini sistem abjad atau partai politik saja yang menentukan urutannya karena esensinya bukan di situ. Esensinya adalah terletak pada rakyatlah yang harus memilih siapapun, urutan berapapun dia yang di dalam list itu, rakyat memilih dan dalam hal ini tidak boleh hak rakyat itu di distorsi oleh hal-hal yang bersifat, katakanlah kepentingan-kepentingan partai politik.

Partai politik telah menyalurkan kewajiban dan haknya itu menyusun kader-kader terbaiknya dan membuat peace yang untuk kemudian dipilih rakyat. Barangkali kalau kita sepakat ini maka sistem kita ini bisa berjalan. Artinya tidak ada satu paradoks tidak perlu dipertentangkan antara bagaimana nanti partai politik tidak ada lagi kader-kader partai politik yang mau mengurusi partai. Tidak perlu demikian. Karena toh pada akhirnya masyarakat akan memberikan penilaian­penilaian terhadap kader-kader yang memang mau bekerja. Kalau kita menganggap bahwa dengan demikian tidak ada yang mengurusi partai, tetapi kalau partai kemudian otomatis mendapatkan kursinya pada urutan pertama maka partai pun akan tidak bersemangat mengurus partai itu untuk melakukan kerja.

Studi banding kami ketika kami dulu di Jerman itu, panjang sekali memang. Mereka menemukan sebuah sistem yang kemudian dia mengenal dengan sistem kombinsai tersebut. Kita barangkali baru 2 kali dalam arti Pemilu kita yang kita laksanakan dengan katakanlah mencoba untuk memperbaiki kualitas demokrasi kita ini. Oleh sebab itu maka sistem ini kalau menurut pandangan Pemerintah adalah sistem yang cukup baik.

Yang kedua adalah kita menghindarkan katakanlah menghindarkan terjadinya penurunan pada tingkat kepercayaan publik terhadap katakanlah partai politik maupun wakil-wakil rakyat yang ada di DPR. Sebagai warga partai tentu hal ini sangat mencemaskan karena kritikan-kritikan yang menganggap bahwa tidak sepenuhnya ini merepresentasikan pilihan rakyat.

Oleh sebab itulah maka memang penting bagi kita bahwa seluruhnya itu adalah memang dipilih oleh rakyat dan sistemnya adalah sistem yang sebagaimana kami sebutkan tadi yaitu sistem terbuka.

Terhadap urutan itu tidak terlalu substansial, bisa kita kompromikan. Apakah mau abjad, atau partai politik mau mengurut. Bukan di situ esensi daripada kualitas demokrasi ini.

Yang kedua barangkali soal dapil karena ini satu tarikan nafas. Soal dapil ini memang ada 2 variabel yang memang bisa membuat dapil itu berubah. Variabel pertama adalah geografinya dan variabel kedua adalah jumlah penduduknya. Sepanjang ini tidak signifikan terlalu satu perubahan maka tidak ada argumentasi yang cukup kuat mengatakan kita untuk melakukan sebuah perubahan terhadap apa yang sudah kita lakukan pada tahun 2004 kemarin.

Oleh sebab itu maka yang 2004 kemarin itu masih cukup kuat argumentasinya untuk kita pertahankan pada tahun 2009 ini karena tidak ada satu variabel-variabel lain yang melakukan perubahan-perubahan yang cukup signifikan kecuali apabila memang ada pemekaran-pemekaran yang itupun sudah dikonsider di dalambencana alam dan sebagainya.

Yang lainnya tidak ada sesuatu. Apalagi kalau kita kaitkan dengan hal-hal yang berkaitan misalkan dengan kesulitan-kesulitan teknis. Kesulitan teknis itu akan bisa kita jawab dengan teknis pulan. Yang paling penting adalah variabel tadi itu tidak terganggu sehingga mengakibatkan dia diperlukan untuk penciutan ataupun pelebaran.

Kalau kita melihat di dalam negara-negara baik negara berkembang yang baru melakukan demokrasi ataupun negara-negara yang sudah panjang melakukan demokrasi, jarang sekali terjadi perubahan-perubahan dapil. Karena itu memang rakyat harus mengenal betul siapa-siapa yang menjadi calonnya. Bahkan di dalam negara demokrasi yang sudah mapan bukan barang baru bahwa seorang anggota DPR terpilih berulang-ulang karena memang itulah reward yang diberikan rakyat kepada mereka. Atau barangkali juga ada orang yang berkali-kali maju di daerah itu dan tidak pernah menang karena itulah punishment yang diberikan rakyat kepada mereka.

Oleh sebab itu maka sistem seperti ini akan memperkuat kualitas demokrasi kita ke depan. Jadi variabel itu saja yang kita pegang. Sepanjang variabel itu tidak berubah, kita pertahankan. Nanti kalau variabel itu berubah kita liha kembali.

T erima kasih.

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

AGUS PURNOMO, SIP/F·PKS: Ketua, kalau bisa interupsi untuk statement. Jadi itu alasan yang disampaikan cukup menarik karena berbeda dengan draft terutama

yang di provinsi dan di kabupaten. Jadi kalau di pusat tidak alasan yang signifikan untuk berubah kenapa harus berubah. Sarna juga, kenapa kemudian di provinsi, kalau tidak ada alasan untuk berubah kenapa berubah. Sarna juga dengan di kabupaten. Saya kira itu untuk konfirmasi. Apakah statement ini berlaku untuk keseluruhan? Tetapi saya anggap bahwa ini adalah official statement.

Kira-kira begitu. Terima kasih, Ketua.

KETUA RAPAT: lni karena konfirmasi daerah pemilihan untuk DPR itu konsisUtidak berubah dengan

argumen tadi. Tetapi ketika untuk DPRD provinsi dan DPRD kota di naskah RUU-nya berbeda. ltu yang saya kira juga minta dikonfirmasi itu ada di dalam DIM 207, 208 dan 231, 232. itu juga saya kira dikonfirmasi oleh Saudara Agus tadi berkaitan dengan 231, 232 itu dapil kabupaten/kota; 207, 208 itu dapil DPRD provinsi.

Silakan.

PEMERINTAH: Jadi sebetulnya itu kalau kita lihat memang sesuatu yang tidak begitu berubah. Kalau kita

lihat dapil DPRD provinsi berbasis kabupaten/kota secara utuh akan menghindari terjadinya penyimpangan dalam penentuan besar alokasi pada setiap dapil sebagaimana yang kemarin itu terjadi. Kalau konstruksi dapil DPRD provinsi dipertahankan seperti pada Undang-undang 12/2003 peluang penyimpangan sebagaimana dilakukan oleh KPU pada Pemilu 2004 akan terulang kembali. Kasus 8 dapil yang meliputi Provinsi Kabupaten Riau di dapil IV 21 kursi padahal range­nya 312. Lalu KPU menentukan yang mana ini sehingga terjadi satu pertentangan yang cukup tajam di daerah tersebut bahkan terjadi konflik dan sebagainya bisa menimbulkan suatu gangguan yang besar.

Demikian juga di daerah DIY 14 kursi dan Yogyakarta IV 16 kursi. lnilah yang saya katakan tadi itu memang tidak bisa kita katakanlah menyelesaikan ini, Pemerintah itu mengusulkan memang ada satu semacam sebelum masuk ke dalam Panja itu secara intensif kita membicarakan ini karena ini memang rohnya ada di sini undang-undang ini.

Kalau kita katakanlah menyelesaikan ini selesai sudah yang lain itu. Karena ini rohnya, jantungnya kalau man usia itu jadi kami mengusulkan jangan terlalu buru-buru kita masuk ke Panja, kita lakukan pembicaraan seperti ini kalau perlu kita lobi yang cukup intensif dan itu dibenarkan sampai kita mencapai satu kesepahaman yang kuat soal ini. Dan basisnya tetap saja bahwa kita ingin melaksanakan Pemilu yang berkualitas daripada sebelumnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya ingin konformasi bahwa adanya 21 kursi di Riau itu, saya kira bukan untuk 2004, Pak

Menteri. ltu adalah kursi yang didapatkan dengan cara rumus yang baru maka akan dapat kursi yang 21. ltu yang saya tahu. Tidak ada yang kemudian waktu itu dihitung 21. Tetapi kita akan main data nanti karena tidak ada itu.

ltu saja mengingatkan karen a berubah mainset ini. lni yang menarik karen a ketika daerah pemilihan kabupaten/kota itu ditegaskan di RUU di kecamatan padahal kewenangan membentuk kecamatan itu ada di daerah, itu yang problem. ltu yang saya kira harus kita inikan.

lni yang tadi dikonfirmasi Pak Agus jadi ketika kita bawa ke dalam sebuah konstruksi bagaimana memformat sebuah daerah pemilihan itu tidak ketemu ketika untuk DPRD. ltu saja untuk informasi nanti bisa kita perbincangkan di sini.

lni jam masih kurang memang 5 men it.

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-085322-9781.pdfHukum dan HAM Kamis, 4 Oktober 2007 19.30 WIB-selesai Ruang Rapat Eks Komisi

DRS. SIMON PATRICE MORIN/F·PG: Pimpinan, hanya usul saja. Saya kira Pemerintah mempersiapkan semacam exercise sehingga ini akan memudahkan

untuk kita bisa lihat apakah dapil yang sekarang ini memang dianggap sudah final ataukah memang harus ada exercise untuk kita melakukan penyesuaian-penyesuaian.

Jadi saya kira harus ada exercise. Terima kasih.

AGUS PURNOMO, SIP/F·PKS: Terkait dengan tadi, Ketua kalau diperkenankan. Singkat saja. Jadi kita dari Sleman, Pak.

(RAPAT DISKORS PUKUL 22.50 WIB)

Jakarta, 4 Oktober 2007 a.n. Ketua Rapat

Sekretaris,

S U ROSO,SH NIP.210000661