dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah...
TRANSCRIPT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT
PANITIA KERJA II
PEMBAHASAN 5 ROO BIDANG PERPAJAKAN
Tahl1n Sidang
Masa Persidangan
Rapat ke
Jenis Rapat
Sifat Rapat
Hari/ Tanggal
Pl1k111
1996 - 1997
III
23
Panitia Kerja II ke 11
Tertl1tl1p
Sabtl1, 5 April 1997
11.05 sid. 13.05 WIB.
Tempat Ruang Java Ball Room, Hotel Horison Jakarta
709
Ketua Rapat
Sekretaris
JusufTalib, SH.
Ny. Anita Soekardjo, SH
Acara Melanjutkan acara rapat tanggal 4 April 1997.
Hadir Anggota Panja : 32 orang dari 42 orang
Anggota
Pemerintah (Departemen Keuangan RI) :
15 orang.
I. PIMPINAN PANJA
1. mSUF TALIB, SH.
2. H. S.YAIFUL ANWAR HUSEIN
II. ANGGOTA PANJA :
1. ABDULLAH ZAINIE, SR.
2. HISOM PRASETYO, SH.
3. NY. HJ. OETARTI SOEWASONO
4. NY. HARTINI MOCHTAR KASRAN, SH.
5. MOR. SUPARNI, BA.
710
6. Dr. FATHI DAHLAN
7. DJIMANTO
8. IBNUSALEH
9. DRS. MADE SUDIARTHA
10. NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO
II. MOEHARSONO KARTODIRDJO
12. DRS. SIMON PATIUCE MORIN
13. DRS. USMAN ERMULAN
14. NY. SRI REDJEKI. SUMARYOTO" SH.
15. DRS. H. MASKA RIDWAN
16. H. NANANG SUDJAMA
17. G.B.P.H. JOYOKUSUMO
18. DRS. SARWOKO SOERJOHOEDOJO
19. ALI RASYIDI
20. DRS. BAMBANG WAHYUDI
21. FP.D. LENGKEY
22. R.M.PURBA
23. PUDJIARTO, SE.
711
24. DRA. PAULA B. RENYAAN
25. H .. OENG RUMADJI, SH.
26. I GDE ARTJANA, S.IP.
27. SUTRISNO R., SE.
28. L.J.ARIFIN
29. DRS. SUPRIADI
30. DRS. H. JUSUF SYAKIR
31. H. ZAIN BADJEBER
32. H. URAl FAISAL HAMID, SH.
33. IR. H.M. SALEH KHALID, MM.
34. H. ALIMARWAN HANAN, SH.
35. DRS. H.A. CHOZIN CHUMAIDY
36. DJUPRI, SH.
37. HANDJOJO PUTRO, SH.
38. H. MARWAN ADAM
39. BUDI HARDJONO, SH.
40. DRS. IGNATIUS SUWARDI
712
III. PEMERINTAH :
I. FUAD BAWAZIER
2. ARIE SOELENDRO
3. DR. AGUS HARYANTO, SH,MA.
4. ABRON! NASUTION
5. DJAZOELI SADHANI
6. DJONIFARAF.
7. TJIP ISMAIL
8. BAMBANG H. ISMIARSO
9. SERIRAMA BUTARBUTAR
10. RUSLITAIB
1l. SUBAGIONO
12. ACHMAD SUHAR[
13. DADANG B. ARISMAN
14. MULIAKANTI
15. SUTARDI
713
KETUA RAP AT (JUSUF TALIB, SH) :
Assalamu 'alaikum Wr. Wh ..
Skor kami cabut dan rapat kami buka kembali dan bersifat bertutup.
(SKORS DICABUT PUKUI. 11.05 WIB)
Ibu dan Bapak sekalian yang kami hormati.
Sesuai dengan kesepakatan pagi ini kita mencoba untuk terakhir kali
di hotel ini meneliti ulang hasil-hasil sisiran tadi malam, yang saya dengan
sampai 24.00 WIB dari dua RUU ini:
1. RUU tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
2. RUU tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
Dari Sengketa Pajak baru ada rapat, BPSP.
Kami mulai dengan RUU tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
kami punyai keyakinan bahwa RUU ini baik tadi malam atau tadi pagi
pada saat disampaikan sudah dibaca oleh seluruh Anggota Panja ini, dari
ke empatFraksi.
Kalau itu benar maka kami tinggal menawarkan apakah masih ada
perbaikanperbaikan dari naskah ini sebelum pada waktunya nanti secara
resmi ini ditanda tangani oleh seluruh Pimpinan Pansus dari Fraksi-Fraksi
mewakali Fraksi-Fraksi dan Pemerintah yang direncanakan Insya Allah
pada tanggal 8 April 1997 yang akan datang, itu yang pertama
714
Kemudian yang kedua, apakah kedua RUU ini dari sudut Pemerintah
apakah sudah disinkronkan antara RUU PPSP dengan RUU BPSP, kami
punya keyakinan mungkill sudah disinkronkan, bam nanti kita bicara
sinkronisasi dengan 3 RUU lainnya.
Untuk itu kami persilakan dengan hormat dari F-PDI.
Apakah masih ada, apakah itu redaksi, apakah kata substansial yang
hilang dan sebagainya dan sebagainya.
Kami persilakan dari F-PDI.
F-PDI (DJUPRI, SH)
Terima kasih Saudara Pimpinan atas waktu yang telah diberikan.
Bahan yang mengenai RUU tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa ini baru kami terima sekarang ini, tapi materi yang beberapa waktu
yang lalu sebagian-sebagian sudah kami baca.. Kami melihat bahwa ada
hal-hal yang masih periu disinkronkan dan juga ada tanda-tanda baca dan
penulisan apakah itu pakai huruf kapital dan sebagainya, banyak yang
masih belum dibetulkan, tapi dari segi substansinya kami sudah membaca
tidak ada masalah, sehingga dipandang perlu itu satu sama lain disamping
disinkronkanjuga membetulkan, diseragamkan istilah-istilah atau kata-kata
mana yang harus pakai huruf kapitai dan juga tanda bacanya. Demikian
Saudara Pimpinan.
KETUARAPAT:
Baik, terima kasih dari F-PDI. - Selanjutnya kami persilakan dari F-KP
Mengenai PPSP ..
715
F-KP (NY. SIS HENDARWATI. HADIWITARTO) :
Terima kasih Pimpinan.
Pertama mengucapkan terima kasih atas hasil yang disampaikan pada
hari ini, namun secara singkat, jelas substansi tidak ada masalah hanya satu
sinkronisasi yang kami usulkan untuk diperhatikan masalah "sumpah".
Sumpah itu kalau disitu memang istilahnya untuk memperoleh, itu sama
memang, itu sesuai dengan TUN dan Mahkamah Agung sumpahnya.
Apakah kita memperbaiki dengan "memangku atau "mengemban" ini saya
usulkan sinkron, itu memang saya Iihat sudah sesuai dengan Mahkamah
Agung dan TUN.
Kemudian pada alinea terakhir Pimpinan, alinea terakhir itu kalau.
dibaca memang agak membingungkan, alinea terakhir darii sumpah, kalau
di F-KP pada halaman 7 PasaI 4, yang bunyinya :
Pasal4
Saya bersumpah dan berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan
jabatan saya ini denganjujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan
orang dan dalam melaksanakan kewajiban saya akan lberlaku sebaik
baiknya dan seadil-adilnya seperti Iayaknya ... dan seterusnya.
Jadi mengubah kata "akan berIaku" dipindah sebelum "sebaik-baiknya",
itu jadi lebih jelas, tapi apakah nanti kalau diirubah begitu ke 5 Undang
undang apakahjuga begitu, ini hanya kami usulkan saja.
Namun lafal ini walaupun rasanya kaku, kalau andaikan tidak dirubah
namun Illi memang persIs, sesuai dengan apa yang ada di TUN dan
Mahkamah Agung. lni satu.
716
Kemudian yang kedua, kata "ditetapkan" ini kami belum baca, ada yang
ditetapkan oleh menteri, ada yang di BPSP dengan Keputusan Menteri, ini
yang pas yang mana ?
KETUA RAPAT :
Pasal berapa persisnya Bu ?.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI. HADIWITARTO)
Jadi kalau di BPSP saya kira 412, halaman 24,37 menggunakan dengan
Keputusan Menteri, kalau di PPSP halaman 12 Pasal 15 ayat (2) dengan
halaman 21 Pasal 34 ayat (6) .
KETUA RAPAT :
Pasal15 ayat (2)
F-KP (NY. SIS HENDARWATI. HADIWITARTO) :
Iya, apakah masih, ini yang kemarin "oleh", apakah "dengan 1.
KETUARI\PAT:
Pasal15
(2) : perubahan besar nilai peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, e ditetapkan oleh menteri.
F-KP (NY. SIS HENDARWATl HADIWITARTO) :
Kalau di BPSP kalau peiubahan-perubahan itu dengan keputusan
Menteri, itu hanya catatan supaya ini diperhatikan sinkron.
717
Jadi di BPSP ada dua, di kitajuga ada dua itu di PPSP
KETUA RAPAT :
Di BPSP pasal berapa yang ditemukan ?
F'-KP (NY. SIS HENDARWATI. HADIWITARTO) :
Di Pasal41 ayat (2) dan Pasal 65 ayat (3) BPSP
KETUA RAPAT :
Kalau di Pasal 41 itu "diubah" ya, bukan "ditetapkan", "diubah"
istilahnya.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI. HADrn'ITARTO) :
Betul, diubah dengan Keputusan Menteri.
Apakah nanti disesuaikan atau tidak, kami hanya mengingatkan saja.
Kemudian yang terakhir itu BPSP Pasa! 44 halaman 25 kalau di PPSP
Pasal 83 ini dinamakan Undang-undang, kalau di kita Undang-undang
ini disebut "Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa" jadi
disebut, kemudian kalau yang di PPSP dinamakan, jadi apakah ini perIu
disinkronkan gitu, itu dua.
Kemudian Penjelasan, Penjelasan ke empat, Penjelasan sumpah, kalau
yang di BPSP ada "penjelasannya" yang di PPSP hanya "cukup jeJas", jadi
nanti yang mana kami hanya mengungkapkan saja.
718
KETUA RAPAT :
Penjelasan mengenai sumpah ?
F-KP (NY .. SIS HENDARWATI. HADIWITARTO) :
Iya, Penjelasan di BPSP itu ada Penjelasannya Pak. Penjelasan pada
halaman 8 Pasal II ayat (1) itu di BPSP dan di PPSP halaman 3 Pasal 4
ayat (1) penjelasannya, jadil nanti mana yang itu, saya kira itu yang mohon
pertimbangan supaya sinkron.
Saya kira itu saja dari kami, kalau substansi tidak ada masalah sama
sekali.
Terima kasih Pimpinan.
KETUARAPAT:
Terima kasih atas kecermatannya dan sudah mensikronkan
dengan BPSP.
Selanjutnya kami persilakan darl F-PP.
F -PP (H. ZAIN BADJEBER );
Surat Paksa nya ini baru diterima juga, hanya ada beberapa yang
sepintas terlihat sinkronnya misalnya didalam penulisan Ketentuan Umum
menyangkut apa itu pajak, pada yang satu menulis Pemerintah Pusat dengan
huruf besar, yang di BPSP dengan huruf kedl, jadi itu contoh sepintas.
Kemudian di BPSP, di BPSP sendiri pada, ada juga beberapa hal
yang perIu.
719
INTERUPSI KETUA RAPAT :
Pak Zain mohon maaf, BPSP dulu Pak, kalau dibandingkan its ok, kalau
banding boleh.
F -PP (H. ZAIN BADJEBER) :
Surat Paksa baru itu yang diketemukan, karena baru dibagi, kami belum
memaksa disini.
KETUA RAPAT :
Terima kasih. Selanjutnya dari F-ABRI kami persilakan.
F -ABRI (pUDJlARTO, SE)
Terima kasih Pimpinan.
Dari F-ABRI substansi saya kira tidak ada permasalahan.
Tentang redaksioanl antara Batang Tubuh dengan penjelasan ini ada
perbedaan, penulisan ten tang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
KETUARAPAT:
Halaman berapa Pak, pasal berapa ?
F-ABRI (pUDJlARTO, SE) :
Pasal 42, ini "Dengannya" dengan huruf "D" nya besar, kemudian
Pasal 43 "Dengannya" ini huruf "D" nya besar, kemudian Pasal 44
"dengannya" "d" nya dengan huruf kecil.
720
Kemudian dalam Penje:lasan Umum, yaitu penjelasan yang pertama, ini
Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa huruf"d" nya kecil, kemudian
juga baris keempat dari terakhir itu Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
juga huruf "d" nya kecil, ini mungkin perlu penyesuaian.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Baik, terima kasih.
INTERUPSI F-ABRI (R.M. PURBA) :
Masih ada tambahan Pimpinan.
KETUA RAPAT :
Silakan.
F-ABRI (R.M. PURBA) :
Akan disampaikan oleh Pak Oeng Rumadji.
F-ABRI (OENG RUMADJI, SH) :
Terima kasih.
Barangkali !kalau saya salah koreksi mungkin sudah wajarlah sebagai
manusia. Tetapli mohon coba dilihat pada Pasal 4 ayat (2), kalau kita
bandingkan dengan, kebetulan saya membaca BPSP tetapi setelah saya
mengsinkronkan dengan PPSP kok tidak ada persesuaiannya, mengenai
masalah sumpah Pasa14 ayat (2) itu kan dalam melaksanakan tugasnya, itu
721
kan bukan sumpah, di ayat (2), kalau di BPSP itu sebagai berikut, kemudian
ayat (2) nya diambil sumpah oleh Ketua begitu. Kalau di Pasal 4 ayat (2)
ini kan bukan sumpah, bukan pelaksanaan sumpah, kalau tidak salah ingat
memang ini F-ABRI yang mengajukan, jadi ayat (2) Pasal 4 sebenarnya
masuk Pasal 5 ayat (2), kemudian ayat (2) dengan surat ketentuan
menggesar ayat (3), (4) dan (5), coba nanti kita melihat. Saya kira tidak
ada kaitan dengan sumpah ayat (2) Pasal 4 itu, tempatnya saja, sehingga
Pasal4 ayat (1) yang lafal awalnya oleh pejabat itu bisa ditarik pada ayat
(2) seperti BPSP Pasal24, kalau toh memang mau disinkronkan Pasal24
itu disamakan dengan Pasa14 PPSP, sehingga ayat (2) nya itu menggeser
keatas kesemuanya itu, ini maTi kita sesuaikan.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
baik, terima kasID.
Jadi ada koreksi yang sifatnya redaksional dan koreksi atau pertanyaan
yang sifatnya sinkronisasi.
Barangkali Pemerintah sudah menangkapnya? Kami persilakan
Pemerintah.
PEMERINTAH (ARIE SOELENDRO) ::
Terima kasih Bapak Ketua.
Sebagaimana kesepakatan hasil daripada pertemuan yang tadi malam
telah kami rumuskan didalam konsep RUU yang telah disampaikan
kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu pada hari ini, mengenai masalah PPSP,
722
sedangkan mengenai RUU dalam kaitannya dengan BPSP disamping
masukan-masukan yang tdah disampaikan tadi malam dan hasilnya telah
disampaikan kepada bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian pada pagi hari
ini, masih ada lagi tambahan ralat yang menyangkut huruf-huruf besar,
tanda koma dan sebagai nya yang sebenarnya tidak substansial tetapi perlu
memang dibedkan suatu revisinya, jadi itu mengenai masalah yang ada
kaitannya dengan RUU BPSP.
Dan. untuk dimaklumi bahwasanya apa yang tadi dikemukakan oleh
Bapak-bapak, Ibu-ibu sekalian diantaranya juga menyangkut masalah
sinkronisasi, maka dalam kaitannya dengan hal-hal tersebut telah dilakukan
pertemuan dengan Tim Sinkronisasi yang juga dilakukan tadi malam. Hasil
daripada Tim Sinkronisasi tersebut terdapat adanya beberapa perubahan
yang menyangkut masalah pengertian daripada pajak didalam RUU BPSP,
dan juga pengertian pajak didalam RUU Penagihan Pajak, khususnya
disitu dihilangkan klausul yang menyangkut Undang-undang mengenai
Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan, karena untuk dimaklumi
bahwasanya RUU tersebut ada sesudah RUU-RUU ini. Jadi berdasarkan
Tim Sinkronisasi pengertian pajak di BPSP maupun di BPSP disamakan
dengan menghilangkan Undang-undang mengenai Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan.
Kemudian disamping hal-hal tersebut juga hasil daripada Tim
Sinkronisasi mengadakan perubahan terhadap pengertian gugatan,
sebagaimana yang telah Bapak peroleh. Hal ini perlu kami kemukakan
karena sebagian dari apa yang tadi telah disampaikan oleh Bapak-bapak,
Ibu-ibu telah tercover dalam masalah tersebut, sedangkan tambahan
tambahan yang berikutnya, misalnya ada suatu uraian mengenai masalah
yang ada kaitannya dengan sinkronisasi terhadap kata "oleh" dan "benang",
telah diadakan sinkronisasi, ini menjawab pertanyaan dari F-KP, Ibu Sis,
bahwasanya kalau "oleh" pasti diikuti dengan person, jadi Menteri
723
misalnya disitu, tapi kalau berbieara "dengan" diikuti "dengan keputusan",
telah diadakan sinkronisasi dalam kaitannya dengan permasalahan ini.
Kemudian juga mengenai raasalah terse but sudah diganti dengan
"dimaksud ... dan seternsnya", hal ini sesuai dengan usulan-usulan yang
kami terima dari Bapak-bapak, Ibu-ibu sekalian. Sedangkan mengenai
tadi usulan dari F-ABRI yang menyangkut masalah Pasal4 ayat (2) yang
menyangkut ayat (2) yang tidak ada kaitannya dengan Pasal 4, kita akan
rnmuskan kembali sesuai dengan sinkronisasi dari Pasal 24 BPSP.
Kemudian yang menyangkut mengenai Pasal 42 yang menyangkut
mengenai aama Undang-undang mengenai Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa, mengapa ada hurnf "besar" dan kemudian ada huruf "kecil" yang
lama disini kami kutip dari UU No. 19 Tahun 1959, dimana dengan disini
adalah hurnf besar dan sekarang sebenamya itu kurang tepat, makanya
dirubah meI\iadi hurnf keeil.
Saya kira untuk sementara demikian penjelasan kami.
Terima kasih Bapak Ketua.
KETUA RAPAT :
Baik, terima kasih.
Jadi yang agak prinsip begitu ya, itu yang dikemukakan F-ABRI tadi
mengenai tata letak, yaitu Pasal 4 ayat (1) nya itu keseluruhan menyangkut
masalah lafal sumpah, ayat (2) nya berkaitan dengan tugas, tugas dari juru
sita, jadi disarankan ini pasal 4 itu tanpa ayat, seluruhnya lafal sumpah,
ayat (2) nya dipindah kePasal 5 menjadi ayat (2) begitu, sehingga Pasal 5
itu berisikan muatan 5 (lima) ayat, dan kayaknyajuga kena gitu ya, "jurusita
724
pajak bertugas"", itu ayat (1) nya, a, b, c, d, kalau ditetapkan ayat (2) : "juru
sita pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi", jadi lebih
nyambung daripada disambungkan dengan sumpah, lafal sumpah, kalau
di BPSP barangkali sudah kena juga karena diambil sumpah oleh ketua,
sekretaris, wakil sekretaris dan sekretaris pengganti, jadi barangkali ini
kami tawarkan apakah bisa disepakati barangkali ya, jadi hanya mengenai
tata letaknya s2da.
Jadi Pasal 4 penagihan pajak dengan surat paksa ayat (1) nya itu
muatannya lafal sumpah, ayat (2) nya itu berkaitan dengan pelaksanaan
tugas, padahal di Pasal 5 itu sepenuhnya menyangkut masalah pelaksanaan
tugas, jadi ayat (2) ini dipidahkan ke Pasal :; menjadi ayat (2) dari Pasal 5,
dengan demikian Pasal 4 itu tidak berayat lagi. Pemerintah tadi sudah
sepakat untuk merumuskan atau menempatkan kembali pada tata letak
yang lebih tepat.
Dari FPDJ kami persilakan.
F-PDI (DRS. H. MARWAN ADAM)
Sedikit Pak, mengenai ralat dari Pemerintah Pasal 44 ayat (1), itu 90
(sembilan puluh) hari.
INTERUPSI KETUA RAPAT ::
PPSP dulu Pak, Penagihan dulu Pak.
F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Mengenai tadi Pak, memang menurut versi F-PDI tepat dan berikut
penjelasannya sekaligus.
725
KETUA RAPAT :
Terima kasih, dari F-KP kami persilakan, mengenai pemindahan letak
dari ayat (2) tadi.
F-KP(NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO)
Terima kasih atas usulan yang sangat baik sekali dan setuju dipindah.
Terima kasih
KETUA RAPAT :
Terima kasih Bu. F-PP kami persilakan.
F-PP (II. ZAIN BADJEBER)
Setuju memang sudah pas.
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Tentunya F-ABRI sebagai pengusul maunya begitu memang. Jadi
kesepakatannya, Pemerintah kami persilakan, Pemerintah sepakat untuk itu.
PEMERINTAH (ARIE SOELENDRO) :
Terima kasih Bapak Ketua. Kami sepakat.
726
KETUARAPAT:
Baik, jadi diputuskan bahwa Pasal4 ayat (2), ayat (2) nya dipindahkan
pada posisi Pasal 5 ayat (2), ayat (2) Pasal 5 menjadi ayat (3), ayat (3)
menjadi ayat (4), ayat (4) menjadi ayat (5).
Sehingga dengan demikian Pasa14 itu tanpa ayat.
Apakah setuju 7.
(RAPAT: SETUJU)
Terima kasih.
F-PDI
INTERUPSI F-PDI (HANDJOJO PUTRO, SH) :
Berikut peqjelasannya Pak ?
KETUARAPAT:
Berikut penjelasannya disesuaikan, betul, terima kasih Pak. Silakan
F-KP ada tambahan masalah.
F-KP(dr. H. FATHIDAHLAN)
Terima kasih Bapak Ketua.
lni ingin sinkronisasi juga Pak, mengenai Penjelasan Umum pada
halaman 6, Penjelasan. Umum halaman 6, disana yang No. 11, 12, 13,
disitu masih ada Undang-undang yang masih tidak punya nomor, tidak ada
727
tahun, apakah ini layak dicantumkan atau disesuaikan dengan Penjelasan
Umum BPSP, jadi yang ada saja sekarang ini yang dicantumkan sebagai
rujukan, atau memang bisa diberikan amanat kepada Pemerintah nantinya
mengisi lebih Ian jut.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Jadi persoalannya No. 11, 12, 13 itu substansi daripada Undang
undang itu nantinya punya kaitan tidak dengan PPSP, kalau punya kaitan
perlu dicantumkan dan soal nomor dengan sendirinya nanti akan diberikan
nomor oleh Pemerintah dalam hal ini.
Pencanturaan ini RUU, Undang-undang No .... tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagai tambahan Penjelasan Umum yang dimasukkan
didalam nantinya Undang-undang tentang PPSP itu.
Kami persilakan Pemerintah untuk ini.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAKlFUAD BAWAZIER) :
Metnang ini perIu demikian nanti akan dinomorkan, hanya saja ini akan
kita ubah urutannya saja, yang pertama itujustru BPSP dan itu sudah sesuai
dengan di Panja I, karena nanti nomornya dari Sementara direncanakan itu
yang pertama itu BPSP dulu, jadi BPSP, kemudian Pajak Daerah dan Bea
Perolehan, jadi tetap masih perIu tiga-tiganya.
Terima kasih.
728
KETUA RAPAT :
Baik dengan demikian berarti bahwa nomor urnt disini di halaman 6, BPSP itu menjadi No.11, kemudian No. 11 itu menjadi No. 12, nom or 12 nya menjadi nomor l3. Kami ulang jadi halaman 6 nomor 12 adalah nomor l3 lama dalam Draft itu teltltang BPSP kemudian nomor 12 nya adalah nomor II lama tentang PDRD. Nomor l3 nya adalah tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dan karen a Pemerintah sudah menyatakan bahwa BPSP itu adalah nomor awal nanti barn yang lainnya mengikuti urntan-urntan itu dari Sekneg, baik saya kira itu Silakan F-KP.
F-KP (dr.H. FATHI DAHLAN)
Terima kasih pak.
Penjelasan pemerintah kalau demikian nomor Penagihan dengan Surat Paksa inii harns lebih muda dari itu semuanya karena ada kalimat pendahuluan sebelum itu" Dalam pembentukkannya Undang-undang tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa diperhatikan, diatur dan dikaitkan dengan Undang Undang. lainnya, yaitu begitu ya.
KETUARAPAT:
Penjelasan Umum dihalaman 5 kan tinggal disinkronkan saja satu dengan lainnya kemudian yang barn. Silakan F-KP.
F-KP (DJIMANTO) :
Kami hanya bertanya kepada pemerintah apakah cukup dengan ini saja nomor sudah dijamin betul apakah perlu kekuatan lebih artinya nantinya laporan Ketua Pansus ke Paripurna itu memuat saran-saran seperti urnt
urntan nomor ini.
Terima kasih.
729
KETUARAPAT:
Baik itu saya kira saran yang baik, jadi mohon sekretariat mencatat
itu nanti di dalam mempersiapkan laporan Ketua Pansus pada Paripurna
Pembicaraan Tk.IV bisa disinggung tapi supaya persis urut-urutannya
nanti minta pemerintah. Tadikan BPSP lalu PDRD dan mungkin seterusnya
apa begitu barangkali sekedar sebagai saran saja barangkali. Saran tetapi
dengan pengertian bahwa itu memang benar urut-urutannya itu. Baik
terima kasih.
Kemudian tadi dari Ibu Sis itu bisa bersifat substansial kalau dirubah
kalimatnya begitu karena di sini dimaksudkan seksama dengan tidak
membcda-bedakan orang dalam melaksanakan kewajiban saya dan akan
berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang
juru sita, jadi itu 2 substansi yang beda begitu. Jadi kalau dipotong itu
merubah pengertian karena ini sudah persis barangkali tidak ada raasalah
F-KP dan kira-kira bunyinyajuga begitu sepertinya.
Silakan F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI. HADI\VITARTO) :
Kalau tidak dirubah tidak semua begitu maksud kami.
KETUA RAPAT :
Ya tidak dirubah di BPSP bunyinya begini kan.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO)
Di BPSP seperti yang dalam TUN.
730
KETUA RAPAT :
Saya kira kalau dirubah itu substansinya jadi berubah begitu. Baik saya kira demikian yang lain-lainnya masalah huruf besar, huruf kecil itu baik di PPSP maupun BPSP mohon perhatian pemerintah. Ini pada waktu
Bapak Presiden menyampaikan dengan amanatnya atau surat kepada DPRRI, yaitu BPSP misalnya itu kata-kata penggugat, banding itu huruf kecil semua di sini. Lalu masalah disebut itu di sini memang dipergunakan dimanfaatkan Undang-Undang ini dinamakan Undang-Undang ini. Jadi barangkali kan:na ini resmi dari Sekneg yang dilampirkan kepada DPR-RI ada baiknya kalau ini kita pergunakan sebagai salah satu rujukan termasuk kata-kata sengketa pajak itu di dalam tubuh tidak huruf besar tetapi huruf kecil begitu tapi di sini semuanya besar nantinya. Di dalam TUN di dalam 14 dan sebagainya itu sepertinya kecil semua begitu ya. Jadi perlu kita cemakan lagi masalahnyajuga tidak semata-mata dari segi bahasa tapijuga dari segi kelazi!man apa tepat itu dalam huruf besar mungkin di sini juga
ada di PPSP kalau nama diri jelas itu huruf besar, saya kira demikian.
Silakan F-KP.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO)
Masih berkaitan sumpah kemarin sumpah pada aline a pertama, saya bersumpah bahwa untuk memperoleh kalau aslinya untuk memperoleh kemudian Ketua Panja mengembang dalam hal ini kami ubah memangku dikaitkan deng:m di atas karena di atas memangku.
Kami mohan klarifikasi apakah kembali memperoleh atau bagaimana. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Mohon maaf saya kira rekan-rekan fraksi dan pemerintah dan k,esan
yang tidak enak memang kalau kata-kata saya bersumpah betjanji dengan
731
sungguh-sungguh bahwa saya untuk ... , lkalau di sini sudah memangku
tetapi di BPSP itu memperoleh, di TUN memang memperolah. Jadi
mengapajabatan diperoleh begitu ya?, jadi sepertinya ada pt:ngejaran untuk
mendapatkan jabatan itu.
Di sini di dalam Draft PPSP sudah nampaknya disarankan diganti
untuk memangku jabatan saya ini laltlgsung atau tidak langsung dengan
menggunakan nama atau cara apapun juga tidak memberikan atau
menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun, sedangkan di BPSP itu
untuk memperoleh jabatan saya ini sepertinya dan memang di TUN itu
memperoleh tapi tidak merupakan kitab suci itu Kalan memang tidak benar
bisa diganti terserah kita.
Kami silakan dari F-PDI.
F-PDI (DJUPRI, SH) :
Saudara Pimpinan.
Jadi kami menangkap keterangan dari Pimpinan yang menyangkut
penulisan dengan huruf besar dan kecil dengan mengambil acuan surat
yang dari Presiden. Sebetulnya kalau tidak salah, baik tim pemeriltltah
tadi malam dan juga tim kami itu sudah mengikut sertakan ahli bahasa.
Memang dari sgi bahasa kadang-kadang istilah-istilah dengan huruf besar
yang dianggap sebagai istilah yang baku tidak sesuai dengan aturan bahasa.
Tetapi kemudian disepakati bahwa untuk misalnya saja istiilah-istilah yang
berkaitan dengan nama diri itu memang pakai huruf kapital, misalnya saja
terbanding, tergugat, penggugat tadi malam ini sudah diputuskan harus
pakai P besar.
Kalau pimpinan tadi menyampaikan kepada pemerintah, pemerintah
sendiri jadi bingung memilihnya. Sekarang sudah disesuaikan semua itu
732
sehingga kalau dipandang perlu yang mengenai hal-hal seperti itu dibuat
ralat lalu kita sepakati bersama sebaiknya bagaimana supaya tidak gonta
ganti begitu.
Tadi malam sudah diputuskan tergugat, penggugat, pembanding itu
menjadi menata diri disamping itu ada pengertian yang sudah dicantumkan
di dalam pengertian umum itu di dalamnya juga disebut dengan huruf
kapital. Ini yang belum ada karena belum ada sinkronisasi sehingga masih
satu sarna lain berbeda. Tapi dari Draft yang karni terima dua-duanya ini
pemerintah sendiri sudah menyesuaikan sesuai dengan kesepakatan tadi malam ..
meskipun memang seharusnya Tim Sinkronisasi itu dari Tim DPR
RI ini, Tim I dan Tim II bersama-sarna dengan pemerintah sehingga bisa
berjalan bersama-sama ini tidak dilaksanakan kecuali kelompok-kelompok
kecil yang tadi malam ada dari segi bahasanya. Terima kasih Pimpinan.
KETUARAPAT:
Baik tadi saya cuma melemparkan saja dari sini tapi apakah kesepakatan
nantinya itu huruf besar semua tidak ada masalah itu kan haknya Panja ini
untuk menentukan cuma tentunya harus sinkron juga dengan 3 RUU yang
lain begitu jangan sampai ada perbedaan-perbedaan dalam segi ini.
Lalu kata-kata memperoleh tadi apakah sepakat untuk dijadikan
memangku bahwa saya untuk memangku bukan memperoleh jabatan saya
ini. Di PPSP memang memangku, pak cuma di BPSP nya itu memperoleh.
Jadi kalau disinkronkan mana yang dipakai memperoleh atau memangku.
F-PDI sHakan.
F-PDI (D. MARWAN ADAM) :
Kalau menurut pak Yusuf memangku dianya ke F-PP sependapat.
733
F-PP (DRS.H. JUSUF SYAKIR) :
Saya kira begini kalau saya bersumpah untuk memperoleh jabatan ini
saya begini, begini itu kan waktu untuk memperoleh dan memperoleh itu
kan merebut ada konotasi begitu. Jadi memang hams memangku pak bukan
memperoleh.
KETUA RAPAT :
Saya kira waktu di Pans us F-ABRI ada mengusulkan dalam timnya
kalau saya tidak lupa.
Silakan dari F-ABRI.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Kalau saya tidak kelim pak usul dari F-ABRI ini.
KETUA RAPAT :
Baik. Silakan F-PDI.
F-PDI (DJUPRI, SH)
Justm kami menanyakan kepada pemerintah sebab penggantian ini
mengandung pengertian substansi yang berbeda kemungkinan maka
pemerintah yang hams menjelaskan. Kemungkinan pada waktu ini disusun
pada waktu ingin memperoleh itu, ini dikhawatirkan kalau dia dengan
cara membeda sesuatu. Jadi bagaimana pemerintah sebenarnya masalah
ini buktinya kami kedua-duanya setuju tapi apakah betul karena sifatnya
734
berubah. Pada waktu akan memperoleh itu mungkin ini, dia memberikan
sesuatu dan ini elia berjanji tidak apakah pada waktu memangku itu ini
pertanyaannya.
KETUA RAPAT :
Baik terima kasih kami s~:rahkan kepada pemerintah.
PEMERINTAH:
Ini memang mengambil dari TUN tetapi kalau kami ditanya itu memang
lebih etis memangku. Terima kasih.
KETUARAPAT:
Baik kalau begitu terima kasih pak Djupri. Silakan F-KP.
F-KP(DJIMANTO) :
Ini hanya mengingatkan saja kalau sumpah itu adakalanya menjadi
alat bukti. Ini cara mempero1eh sebelumnya ini nantinya kalau memang
ketahuan bahwa tidak fair,jadi ini nanti berangkat keperilaku yang disumpah
itu bahwa itu batal semua. Tapi kalau memangku itu sudah mengandung
bahwa cara memperolehnya jabatan itu ya sudah.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Jadi F-KP cenderung memangku.
735
Baik dengan demikian bahwa kata-kata memperoleh yang di BPSP itu
disesuaikan dengan sumpah yang ada di PPSP, yaitu memangku jabatan
ini. Setuju ?
(RAPAT : SETUJfU)
Kcmudian yang lain-lain saya kira dari PPSP itu hanya titik singgung.
Silakan F-PP.
F -PP (H. ZAIN BADJEBER)
Mohon dipikirkan di Surat Paksa mengenai pengertian gugatan yang
sudah bembah itu berbeda dengan pasal3 7 dan 38 Surat Paksa ini. Mestinya
kalau menumt pasal37, 38 bunyinya adalah gugatan adalah upaya hukum
terhadap pelaksanaan surat paksa dan kepemilikan itu bam eaeak dengan
pasal37 dengan pasal38 dalam Batang Tubuh ini bam weak dengan pasal
23 KUP. Jadi terdiri dari, 2 bagian, pelaksanaan surat paksa dan kepemilikan
barang itu ada pada pasal37 dan pasal38. lni dulu yang kami kemukakan
disamping yang lain-Iainya nanti.
KETUA RAPAT :
Jadi pengertian umum dari gugatan dalarn halaman 5 butir 15 itu
bunyinya : Gugatan adalah upaya 1l1llkum terhadap pelaksanaan penagihan
pajak dan kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam pemndang
undangan yang bersangkutan. Butir 20 nya menjelaskan tentang penagihan
pajak.
Penagihan pajak adaiah rangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegar
atau memperingatkan melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
memberitahukan surat paksa, mengusulkan peneegahan, melaksanakan
736
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang sudah
disita. Istilah penagihan ini digunakan di dalam merumuskan pengertian
gugatan.
Kemudian yang disinggung oleh pak Zain dari F-PP, pasa137 ayat (1)
yang bunyinya Gugatan penanggung pajak terhadap pelaksanaan surat
paksa, sita atau lelang dan seterusnya kemudian pasal3 8 nya gugatan pihak
ketiga terhadap kepemilikan. Jadi gugatan itu mengandung 2 sasaran, yaitu
sasaran pertama adalah pelaksanaan surat paksa, sita atau lelang yang kedua,
gugatan dari pihak ketiga mengenai kepemilikan barang dari 2 muatan itu.
Kalau tidak salah maksudnya pak Zain, apakah 2 itu sudah tercakup di
dalam rumusan butir 19 begitu kira-kira.
F-PP (H. ZAIN BADJEBER):
!tu kan beliau menghimpun pasa137 sarna pasa138.
KETUARAPAT:
Terima kasih. Kami silakan dari F-PDI.
F-PDI (DJUPRI, SH) :
Terima kasih saudara pimpinan.
Menanggapi masalah yang diajukan dari rekan F-KP kita coba melihat
rumusan pasal 19 dulu pak. Gugatan adalah upaya hukum terhadap
pelaksanaan penagihan pajak dan kepemilikan barang sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang undangan yang bersangkutan ini sudah
menyangkut kedua-duanya pak. Jadi terhadlap pelaksanaan penagihan
737
pajak, dan yang kedua kepemilikan barang. Kepemilikan barang mungkin
berkaitan dengan pihak ketiga yang diperiksa oleh pengadlilan negeri.
Kalau kita membaca di pasal 37 ayat (1) sudah mas uk kemudian yang
dipermasalahkan yang berkaitan dengan gugatan pihak ketiga juga sudah
masuk di pasal 38. Sehingga rumusan difinisi menurut pendapat kami
tidak bertentangan artinya, baik yang menyangkut masalah. keperailikan
maupun yang menyangkut masalah pelaksanaan tagihan sudah memenuhi
sebagaimana yang tertuang dalam pengertian umum butir 19 itu.
Demikian saudara pimpinan.
KETUARAPAT:
Baik, jadi berarti rumusan dalam butir 19 dari pasal 1 itu tetap seperti
yang ada sekarang. Baik, terima kasih. Dari F-KP kami persilakan.
F-KP (IBNU SALEH) :
Bapak Ketua yang terhormat.
Saudara-saudara sekalian.
Karena di dalam membicarakan RUU mengenai penagihan pajak dan
surat paksa ini prakteknya sudah mencari sinkronisasi dengan BPSP. Oleh
karena itu saya menyarankan pertimbangan huruf a dari PPSP ini apakah
tidak sekaligus disinkronkan dengan pertimbangan huruf a dari pada BPSP.
Konsideran Menimbang a itu sama sebenamya tapi ada uraian yang tidak
sama .. lni mungkin perlu disamakan.
Demikian bapak ketua.
738
KETUA RAPAT :
Baik terima kasih.
Jadi ada 2 masalah tadi masalah gugatan yang diajukan pak Ibnu dari F-KP masalah konsideran a. Saya baca di PPSP itu bunyi konsideran a, bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila dan UD 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan Negara dan bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram dan tertib serta menjamin kesamaan kedudukan warga masyarakat dalam hukum.
Di dalam BPSP bunyinya bahwa Negara Repulik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, frase ini sarna kemudian bertujuan mewujudkan bertata kehidupan Negara dan bangsa yang sejahtera bertujuan mewujudkan tata kehidupan Negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram dan tertib serta menjamin kesamaan kedudukan warga masyarakat dalam Imkum itu di dalam PPSP. Di dalam BPSP yang sejahtera, aman, tenteram dan tertib serta menjamin kedudukan warga masyarakat. Di sini menjamin kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat sedangkan di PPSP menjamin kesamaan kedudukan warga masyarakat dalam hukum. Substansi sarna tapi cuma kalimatnya.
Silakan F-PP.
F-PP (H. ZAIN BADJEBER ) :
Bagaimana nasib usul karni pak ketua.
KETUA RAPAT :
Jadi ada 2, maksud kami supaya sekaligusdua-duanya itu ditanggapi
begitu. Jadi pertama mengenai gugatan, dan yang kedua mengenai
menimbang tadi.
739
Kami persilakan menanggapi kedua-duanya itu dari F-ABRI. Pertama
gugatan yang diajukan oleh F-PP, dan yang kedua masalah itu kalimat
dalam konsideran menimbang a.
Silakan.
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Sebenarnya dari F-ABRI tidak ada permasalahan karena dalam
pelllbahasan yang lalu di dalam Panja itu F-ABRI tetap berpegangan pada
apa yang tertera pada KUP. Jadi saya kim tidak ada permasalahan, jadi ini
sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam KUP delllikian.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Dari F-KP menanggapi masalah gugatan tadi.
Batik terima kasih. Dari F-KP menanggapi.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Terima kasih.
Karena pada waktu membahas juga memang sudah disesuaikan dengan
KUP tidak ada lllasalah karena tadi juga dari rekan sudah melihat dari
Batang Tubuh juga apa yang dilllaksud dalam ketentuan umum ini juga
sudah mencakup semuanya, kedua-duanya. Jadi sudah cukup memadai
menurut kami.
Terima kasih.
740
KETUARAPAT:
Baik terima kasih.
Pemerintah I.chusus gugatan dulu saran atau pandangan dari F-KP, tadi.
Silakan pemerintah.
PEMERINTAH :
Terima kasih bapak ketua.
Mengenai masalah gugatan sebagaimana telah kami rumus, dalam
pasal 1 angka 19, ini sudah menyangkut masalah pelaksanaan penagihan
pajak dan kepemilikan barang. Jadi kami sudah rumuskan sesuai dengan
apa yang tadi dikemukakan khususnya pasa137 dan pasa138.
Terima kasih bapak ketua.
KETUARAPAT:
Jadi pemerintah berpendapat bahwa rumusan isi sudah mengcover
materi muatan pasal 37 dan pasal 38. Baik saya kembalikan kepada
pengusul.
F-PP (D. ZAIN BADJElBER) :
Kalau klarifikasinya demikian memang maksud kami harus tekankan
ini mau menampung pasal 37 dan pasal 38. Apakah dengan kata-kata itu
pasal 37 sudah tertampung kalau menurut pemerintah sudah tertampung
ya demikian.
741
KETUARAPAT:
Pemerintah sudah menganggap tertampung dan Insya Allah sudah
haqulyaqin begitu bahwa itu tertampung di dalamnya. Baik dengan
demikian mengenai formulasi gugatan dalam butir 19 pasal 1 itu tetap.
Silakan F-ABRI.
F-ABRI (DRS. SUPRIADI) :
Bahwa gugatan yang diajukan ke BPSP adalah gugatan dalam rangka
penagihan dengan demikian itu perlu disinkronkan pengertian gugatan di
BPSP dengan PPSP karena tugas BPSP dalam. rangka gugatan itu hanya
penagihan tidak ada yang lain. Jadi nanti harus disamakan pak antara BPSP
dengan PPSP karena gugatannya adalah untuk menampung keberatan atau
tidak senangnya wajib pajak Cli dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Surat Paksa ini.
KETUA RAPAT :
Baik saya baca dulu ini perbandingan rumusan gugatan dan mohon
diperhatikan: di dalam PPSP, penagihan dengan surat paksa itu bunyi
gugatan adalah Gugatan adalah upaya-upaya hukum terhadap pelaksanaan
penagihan pajak dan kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang undangan yang bersangkutan Di BPSP iitu terdapatdalam
butir 7 pasal! bunyinya gugatan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan
penagihan pajak sebagaimana diatur dalam peraturan penmdang-undangan
perpajakan yang bersallgkutan. Jadi di BPSP mengenai kepemilikan tidak
tercover di dalamllya tapi di PPSP tercover di dalamnya karena kalau tidak
salah ada di pasal40 sekian begitu barangkali.
Silakan F-PP.
742
F-PP (II. ZAIN BADJEBER) :
Karena memang konteksnya lain. BPSP berbicara tentang wewenang
dia menyangkut gugatan pasal 3 7 pada surat paksa. Surat Paksa scope nya
lebih luas mcnyangkut kepemilikan yang tidak masuk kepada BPSP, BPSP
hanya berbicara pasal 37 dari surat paksa.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Jadi dengan perkataan lain rumusan gugatan dalam PPSP dalam
butir 19 tetap seperti apa adanya sedangkan dalam BPSP dalam butir 7
juga tetap sepcrti apa adanya karena konteksnya itu beda begitu, dan saya
kira begitu pak Supriadi.
Terima kasih.
Saya kira itu yang sejauh yang saya tangkap dari pemikiran, saran,
pendapat mengenai PPSP dan mengenai menimbang a tadi.
Silakan menanggapi F-PDI.
F-PDI (D.nJPRI, SH) :
Saudara pimpinan dan sidang kami hormati.
Penyesuaian konsideran menimbang a antara PPSP dan BPSP karena pada dasarnya sumbernya sama, rumusannya sama sehingga penyesuaian
itu kami setuju. Oleh karena itu mana sekarang yang disesuaikan PPSP menyesuaikan BPSP atau sebaliknya bahkan kedua-duanya saling mengisi,
misalnya soal istilah adiI. Ini saya ingat persis yang usulkan itu F-ABRI,
743
kita setuju masuk sehingga kalau dua-duanya disesuaikan adilnya masuk
di sana misalnya kalau belum ada. Lalu kata-kata yang- lain mengenai
"sejahtera" dsb, kami setuju prinsipnya untuk disesuaikan yang hanya
untuk yang "a" saja, yang lain-Iainnya tentu berbeda.
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Baik.
Kami persilakan dari F-PP.
F-PP (H. ZAIN BADJEBER) :
Saya kira ide. pokok ini kan sebenarnya dari seperti dalanl Pasal 27
Undang Undang Dasar 1945, cuma Undang-Undang Dasar kepada warga
Negara, pajak kan tidak semata-mata warga Negara, warga masyarakat.
Jadi kesanlaan hukum atau hukum yang sarna ini tidak diperlakukan
hanya kepada warga Negara untuk pajak tetapi kepada warga masyarakat
termasuk tentunya yang bukan warga Negara" Sehingga kita tidak identik
mengutip "berkesamaan hukum", misalnya dihadapan hukum, bersamaan
dihadapan hukum.
Jadi tergantung selera kita sajalah bagaimana baiknya "kedudukan
yang sarna", "kesamaan kedudukan", pokoknya karena "a" ini sarna pada
Surat Paksa dan pada BPSP (karni tidak sebut PPSP karena kadang-kadang
kurang jelas yang mana, lebih baik Surat Paksa). lni nanti disinkronkan
saja karena memang tujuannya sarna, tinggai memilih saja ke Surat Paksa
atau ke BPSP.
744
KETUARAPAT:
Baik terima kasih.
Dari Fraksi ABRI kami persilakan mengenai "a" dengan "a".
F-ABRI (pUDJIARTO, SE) :
Saya kira tidak ada permasalahan Pak.
KETUARAPAT:
Ditambah kata "adil" ya ?
F-ABRI (pUDJIARTO, SE):
Memang usnl "adil" ini dari Fraksi ABRI waktu itu, kan semuanya bisa
menerima, yaitu pada butir a 11 itu, tidak ada masalah saya kira.
KETUA RAPAT :
Jadi "adil" nya itu ada di Surat Paksa, di BPSP tidak ada kata "adil",
jadi kalau disinkronkan di BPSP, di insertkan kaca "adil" nya. Kemudian
rumusan "kesamaan kedudukan warga masyarakat dalam Imkum",
sedangkan di BPSP itu persis dari surat pengantar yang saya katakan tadi
Draft awal sekalli, bunyinya .: "dan menjamin kedudukan warga masyarakat
dalam hukum".
Jadi kalau satu-satu berarti "adil" nya PPSP itu masuk di BPSP, rumusan
mengenai "menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum" di BPSP
dimasukan di Surat Paksa.
Selesai saya kira ya ?
745
(RAPAT SETUJU)
Baik, terima kasih.
Ditambah "adil" tadi ya !
Jadi saya ulang sebentar.
Jadi rumusan di PPSP, "a" bunyinya :
Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum.
Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan
mewujudkan tata kchidupan Negara dan bangsa yang adil dan sejahtera,
amain, tentram dan tertib, serta menjamin kedudukan hukum yang sama
bagi warga masyarakat.
Setelah kita sesuaikan dengan yang di PPSP, BPSP bunyinya begitu
tinggal masukan kata "adil" saja. Silakan.
F-ABRI (I GDE ARTJANA, S.IP)
(tidak terekam)
Jadi BPSP, yang di BPSP tidak ada, ini mestinya saat konsekuensi
terhadap di dalam "menimbang a" ini disetujui. (tidak terekam)
KETUARAPAT:
Baik.
Saya kira "a" nya itu posisinya seperti tadi ya tidak ada masalah sudah
kita sepakati. Nah kalau Fraksi ABRI mangajukan "b" nya itu dengan kata
kata "berkesinambungan dan berkelal1jutan". Di BPSP tidak ada kata-kata
746
"berkelanjutan" itu, "dilaksanakan seeara berkesinambungan dan merata"
dan seterusnya. Apakah "berkelanjutan dan berkesinambungan" itu
saudara kern bar, beda atau bagaimana, barangkali ahli bahasa perlu nanti.
Barangkali ahli bahasa perlu, ada kan ahli bahasa ?
Saya kira kalau beda begini barangkali tidak terlalu menjadi masalah
barangkali ya, tidak apa-apalah nanti, ya euma nanti yang di Surat Paksa
ini harus bisa menjelaskan apa bedanya "berkesinambungan dengan
berkelanjutan" begitu ya! tadi barangkali bisa dijelaskan kalau nanti kita
ditanya apa kira-kira sebab di sini tidak ada.
Jadi kalau itu "b" nya di Badan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
tetap seperti ini ya, pakai "berkdanjutan", jadi sarna, tidak ada masalah ya ?
baik sudah.
Silakan Pak Zaino
F-PP (II. ZAIN. BADJEBER)
lni masih ada beberapa di Surat Paksa, halaman 5, butir 23 tulisan
"Pernerintah Daerah" (kapital).
Kemudian halaman 6, Pasal 3 ayat (2), "Syarat-syarat dan tataeara
pengangkatan dan pemberhtmtian" jadi ada dua "dan" di situ, biasanya satu
"dan" hilang, "Syarat-syarat, tataeara pengangkatan, dan pemberhentian
se bagai j uru sita".
Kemudian di halaman 9, Pasal 7 ayat (1), "Kedudukan hukum yang
sarna dengan putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap", dengan putusan hakim pada Pasal34 ayat (1) dan ayat (4), dikatakan
"putusan pengadilan", yang benar memang "putusan pengadilan". Jadi
disinkronkan ke Pasal34 ayat (1) "e" dan Pasa.l 34 ayat (4), yaitu "Putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap" .
747
Halaman 12, ayat (8) dari Pasal 10, saya baca yang terakhir, "Pejabat
yang menerbitkannya, mengumumkan. melalui media masa, atau cara lain
yang ditetapkan", di depan "atau" ada tanda baca koma (,).
Kemudian halaman 14, Pasal14 ayat (1) huruf"a" .. "Obligasi, saham,
atau surat berharga lainnya", itu yang tertulis pada Pasal 2 5 ayat (2),
antara "saham atau surat berharga lainnya" tidak pakai "koma (,)" karena
satu kesatuan. Pada Pasa125 ayat (2) itu ditulis "saham atau surat berharga"
jadi tanpa ada koma (,) diantara "saham dan atau" itu terdapat di
dalam Pasal 25 ayat (2). Sehingga kata "atau" di sini terletak diantara kata
"piutang dan penyertaan modal",jadi "Saham atau surat berharga lainnnya,
piutang, atau penyertaan modallainnya", karena semua yang di depannya
itu "atau, atau".
Kemudian pada Pasal 14 ayat (1) huruf "d", "Barang tidak bergerak
termasuk tanah, bangunan, dan kapal" karena tiga hal.
Pengecekan saya barn sampai di situ, terima kasih.
KETUARAPAT:
Va, bersyukur ahli bahasa sudah ditiadakan, Pak Zain dalam kaitan
ini cukup cermat di dalam segi-segi bahasa, sayang di sin.i tidak ada ahli
bahasa pengganti, begitu ya.
Jadi kalau saya tidak salah tangkap tadi, putusan di sini di dalam halaman
9, Pasal 7 ayat (1), " mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan
yang sarna dengan putusan hakim". Sedangkan di dalam batang tubuhnya
Pasal 34 itu, "putusan pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan
hukum tetap" .
748
Jadi kalau diadakan penyesuaian, berarti Pasal 7 ayat (1) kata-kata
"Putusan hakim" itu diganti dengan Pasal .34 ayat (I) huruf "e", yaitu
"putusan pengadilan", dan Pasal34 ayat (4) .
Jadi konkritnya Pasal 7 ayat (1), kata "putusan hakim" itu diganti
"putusan pengadilan", supaya konsisten dengan Pasal 3 4 ayat (I) huruf
"e" dan ayat (4), kira-kira begitu ya Pak Zein.
Apakah ini bisa disetujui? dan ini saya kira hal yang lazim ya.
Pemerintah ?
Baik, terima kasih.
Jadi bunyinya :
Surat Paksa berkepala kata-kata demi keadilan berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa mell1punyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukull1
yang sarna dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukull1 tetap.
(RAPAT : SETUJU)
Ya, terima kasih.
Kell1udian dihalaman 14, itu masalah koma-koma (,). Pasal 14 ayat
(1) huruf "a" sesudah kata,obligasi, saham, atau surat berharga lainnya,
piutang ... dst", sedangkan di Pasal 25 ayat (2) itu bunyinya, "Obligasi,
saham" tidak pakai koma (,).
F -PP (H. ZAIN BADJEBER ) :
Yang benar itu yang tidak pakai koma (,), karena itu termasuk surat berharga.
749
KETUARAPAT:
Yang benar tidak pakai koma (,).
Jadi berarti yang di Pasal 14 ayat (1) huruf "a", "saham" koma (,)
sesudah "saham" itu ditiadakan karena itu sinkron atau konsisten dengan
Pasal 25 ayat (2), ya.
Kemudian Pasal14 ayat (1) huruf"b", "Barang tidak bergerak termasuk
tanah, bangunan,", kalau Draft nya "kapal dengan isi kotor tertentu" karena
ini muatannya sudah fix, maka sesudah kata "bangunan," ditambah kata
"dan kapal dengan isi kotor tertentu".
Bisa disetujui ya ?
(RAPAT : SETUJU)
Jadi bunyi ayat (1) "b" :
Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kotor tertentu.
Saya kira itu Pak Zain, ya.
F-PP (IL ZAIN BADJEBER) :
Tolong dipikirkan juga Pak, di Pasal 14 huruf "a" tadi "Giro, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan. itu", saya kira tidak pakai
"koma (,)" diantara giro dan atau Pak, sebab itu satu kesatuan, "Giro atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu", sarna dengan tadi "saham
atau surat berharga lainnya" dia satu konteks.
750
KETUA RAPAT :
Ini barangkali perlu penjelasan Pemerintah ini. Ini kata-kata "atau" nya
di sini hanya terkait dengan "giro" saja atau terkait dengan keseluruhannya,
deposito berjangka, tabungan, saldo, rekening koran, giro atau bentuk,
"atau" nya itu mengcover "giro" saja atau mengcover yang sebelumnya.
Silakan Pemerintah.
PEMERINTAH:
Terima kasih Pak Ketua.
Jadi yang kami maksud itu, "atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu", itu maksudnya yang dipersamakan dengan giro, rekening
saldo, rekening koran, tabungan dan sebagainya.
KETUA RAPAT :
Ada mobil di situ Pak, uang tunai.
Ya kalau "kama C,)" nya hilang itu kaitannya cuma giro saja, begitu ya.
F-PP (H. ZAIN BADJEBER) :
Kalau tidak hilang seluruhnya yang di depan hilang.
KETUA RAPAT :
Ya kena. Silakan.
F-KP (DJIMANTO) :
Ini sumbang saran, sumbang pikiran.
751
Sepertinya butir "a" ini rnengelompokkan "mobil, perhiasan, uang
tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo fI~kening koran, giro atau
bentuk lainnya dipersamakan itu", satu, kemudian "obligasi, saham, atau
surat berharga Jainnya", itu satu, karena sepanjang sepengetahuan saya
"obligasi" itu juga surat berharga, garansi bank juga surat be:rharga, saham
juga surat berharga.
Jadi, atau surat berharga lainnya itu sama dengan obligasi dan saharn,
kalau saldo rekening bank tidak surat berharga tidak bisa dijual belikan Pak.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Permasalahan yang diangkat adalah kalau kata-kata "atau" itu
mengeover muatan sebelumnya, itu coverage nya juga Oleneakup mobil,
perhiasan, dan uang tunai, begitu ya! tapi kalau "koma (,)" nya hilang raaka
coverage nya euma giro saja, begitu ya.
F -PP (H. ZAIN BADJEBER) :
Saya kira antara tunai dan deposito ada kata "dan" barangkali di situ.
"Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka", sehingga kembalinya bentuk lainnya itu hanya terhadap
deposito berjangka dan tabungan, kalau itu yang dimaksud, kalau hanya
sampai di situ. Jadi harus ada satu kata pemisah dulu.
KETUARAPAT:
Pemerintah kami silakan.
752
PEMERINTAH :
Terima kasih Pak Ketua.
Terima kasih Pak Zein.
Sebetulnya ada dua option Pak, itu ditambah dan atau mobil,
perhiasan dan uang tunai, dibawa kebelakang setelah bentuk lainnya
Pak. Jadi 'kalau boleh kaIl1i usulkan, "barang bergerak termasuk deposito
be~jangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, mobil, perhiasan,. uang tunai ... dst".
KETUA RAPAT :
Jadi saran Pemerintah bunyinya sebagai berikut :
"a" itu : Barang bergerak termasuk deposito berjangka, tabungan, saldo
rekening koran, giro, atau bentuk lainnya dipersamakan dengan itu, mobil,
perhiasan, uang tunai, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang,
penyertaan modal pada perusahaan lain, dlan/atau barang tidak bergerak
termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kopor tertentu".
Kira-kira hegitu ?
F-PP (H. ZAIN BADJEBER) :
Tapi obligasi kanjuga surat berharga juga Pak, harus pindah di belakang
surat berharga tainnya.
KETUA RAPAT :
Betu!.
753
PEMERINTAH:
Bapak Pimpinan.
Saya rasa kaJau perubahannya itu, itu terlalu banyak, itu nanti
menyangkut perubahan di Penjelasan, nanti perubahan ke Pasal-pasal
yang berikut-berikutnya. Jadi lebih sederhana sebetulnya perubahan yang
pertama yang diusulkan oleh Pak Zein, itu l<ebih sederhana, tDh maksudnya
sudah terkoreksi tapi tidak banyak komplikasi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Jadi "koma (,)" nya dihilangkan.
Jadi "barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan
deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi" dst, giro "koma (,)", tetap
"koma (,)" nya saya kira, karena berdiri sendiri dia.
Jadi saya ulang bunyinya :
Barang bcrgerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
belljangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga Jainnya, dan
piutang, penyeliaan modal pada perusahaan lain, dan/atau.
Oke ya?
(RAPAT: SETUJU)
754
Masih ada lagi mengenai Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, silakan
kalau masih ada. Silakan Ibu Sis.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI. HADIWITARTO) :
Mohon maafPimpinan.
lni masih masalah sumpah, itu yang alinea terakhir.
Jadi menurut kami mungkin.
KETUA RAPAT :
Pasal berapa Bu ?
Pasal 4 yang sudah tidak berayat lagi ya !
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO)
Ya Pasal4 yang sudah tidak berayat.
Memang yang diajukan di sini, yang diajukan di PPSP itu a mungkin
membawanya '''dan'' nya itu yang keliru. Jadi seharusnya kalau dibaca, "Saya
bersumpahlberjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankanjabatan saya
ini denganjujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dan",
seharusnya "dan dalam melaksanakan kewajiban saya akan berlaku sebaik
baiknya dan seadil-adilnya'" dst. Jadi tetap dua Pak, bukan satu, dua maksud begitu Pak, tetap dan nya, yang dibawa pindah itu "hanya akan berlaku" itu
dibawa ke antara "saya dan sebaik-baiknya", begitu Bapak Ketua.
Kemarin itu dari juru bahasa juga kalau begitu itu mudah dimengerti, tadinya si juru bahasa tidak mengerti-mengerti dengan membaca ini
bagaimana maksudnya.
755
Jadi dengan memindahkan '''akan berlaku" diantara "saya dan sebaik
baiknya", itu tetap dua maksudnya.
KETUA RAPAT :
Baik terima kasih.
Tampaknya koreksi Ibu Sis itu persis sumpah di TUN ya ?
Saya baca saja kalimat alinea terakhir di TUN : "Saya bersumpahl
berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan
jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku
dalam", ini malahan aneh.
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO)
Maka "dan dalam melaksanakan kewajiban saya akan berlaku",
"akan berlakunya" dibawa sebelum sebaik-baiknya. Itu mungkin karena
kekeliruan sebelumnya terus begitu Pak. Itu saja Pak.
KETUA RAPAT :
Cuma ini memang bisa penafsirannya bisa macam-macam Bu !
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADI\VITARTO)
Tidak tetap itu, justru malah dimengerti Pimpinan.
KETUA RAPAT :
Tidak membeda-bedakan orang.
756
F-KP (NY., SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Va, "tidak membeda-bedakan orang dan dalam melaksanakan kewajiban
saya akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi
seorang dst".
KETUARAPAT:
Tapi bisa dua arti itu, itu "tidak membeda-bedakan orang dalam
melaksanakan kewajiban saya", itu satu, kemudian "dan akan berlaku
sebaik-baiknya dst nya" itu satu yang lain, bisa berarti begitu. Tapi kalau
dikatakan "dengan tidak membeda-bedakan orang", dalam hal apa tidak
membeda-bedakan orang itu, "tidak membeda-bedakan orang dan dalam
melaksanakan kewajiban saya", putus itu.
Silakan Pemerintah.
Sepertinya sudah benar Ibu Sis ya.
Jadi "tidak membeda-bedakan orang itu" dalam melaksanakan
kewajibannya. Konsekuensi selanjutnya karena tidak membeda-bedakan
dalam melaksanakan kewajibannya dia akan berlaku sebaik-baiknya,
seadil-adilnya, dan seterusnya itu.
Pada umumnya yang baca sumpah itu, sesudah sumpah dia lupa apa
yang dia baca barangkali.
Saya kira posisinya tetap ya, setuju ?
F-KP (NY. SIS HENDARWATI HADIWITARTO) :
Semula semua, Terima kasih.
757
KETUA RAPAT :
Seperti semula.
(RAPAT : SETUJU)
Terima kasih. Silakan.
F-PP (H. ZAIN BADJEBER) :
Pak Ketua,
Pasal 25 ayat (2), to long dimintakan pada Pemerintah disinkronkan
dengan tadi, baik penulisan maupun hal-hal yang disebut di situ ada kurang
"mobil".
KETUA RAPAT :
Ayat (2) Pasal 25, bunyinya : Barang yang disita berupa uang tunai,
deposito, tabungan, saldo uang di bank atau saldo rekening koran, obligasi,
sahanl atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada
perusahaan lain. Yang tidak masuk di dalam hanya masalah "mobil,
perhiasan dan sebagainya tadi".
F -PP (H. ZAIN BADJEBER ) :
Antara "saham" dengan "atau" itu ada "koma (,)" Pak, karena deposito,
obligasi kan surat berharga lainnya Pak.
KETUARAPAT:
PerJu hati-hati kita ini,jangan sampai keliru nanti sebab ada pengecualian
di situ. Silakan Pemerintah.
758
PEMERINTAH :
lni memang untuk membantu kecepatannya saja, itu nanti Pasal 25
ayat (2) yang berkaitan deJ[lgan penulisan memang akan disesuaikan, tapi
memang kalau "mobil" memang sengaja dikeluarkan itu, karena ini yang
dikecualikan dari lelang, sedangkan "mobil" termasuk yang akan bisa
dilelang, tidak dikecualikan. Jadi memang tidak ketinggalan, tapi memang
hams demikian.
Jadi penyesuaiannya cukup kepada cara penulisan yang saham-saham
tadi itu Pak Zaino
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Baik, terima kasih.
Jadi ayat (2) ini, itu adalah yang dikecualikan dari pelelangan, kalau
mobil, perhiasan itu bisa dilelang, begitu ya.
Baik saya kira begitu Pak Zein dari F-PP.
Baik apakah dengan demikian mengenai RUU, silakan Pak Djupri.
F-PDI (DJUPRI, SH):
Saudara Pimpinan.
Tadi waktu permulaan kita akan membahas ini, kami mengatakan
memang kita ini kan belum mengadakan sinkronisasi. Oleh karenaini
759
kalau cara sekarang ini dibahas seperti ini tidak akan selesaii. Oleh karena
itu kami ingin usulkan demikian pada saat rapat terakhir Pansus nanti
semuanya akan sudah beres, kemudian kami ingin usulkan dibentuk Tim
Sinkronsasi yang anggotanya terdiri dari Fraksi-fraksi plus Pemerintah,
tidak Pemetintah sendiri, tidak fraksi sendiri, karena Pemerintah
yang menyelesaikan seraua redaksinya, sehingga kita tahu persis,
dipercayakan saja kepada Tim ini karena rnengenai redaksinya, sistematika,
sebab kalau ini kita bahas ini baru satu RUU saja bagian rnuka, karena kita
barn terima, dengan demikian tidak akan selesai, satu hari sarnpai besok
pun tidak akan selesai dari 4 RUU ini.
Oleh karen a itu kami mengusulkan dibentuk saja Tim Sinkronisasi yang
anggotanya dari Fraksi-fraksi plus Pemerintah sekaligus, dipercayakanlah,
karena ini tanda baca, sehingga dernikian nantil pada wakti sidang Pleno
Pansus kita sudah siap seluruhnya, satu hari sebelumnya supaya diserahkan
nanti kalau mungkin disana sini masih ada satu dua baru nanti kita koreksi,
tapi kalau begini caranya cidak akan seJesai sampai besok, kita percayakan
saja pada tim itu, kami yakin kalau dari segi bahasa dan kesepakatan kita
yang selama ini berjalan banyak hal-hal yang bisa dilakukan.
Dernikian Saudara Pimpinan, itu yang pertama.
Jadi kita kalau ingin mengesahkan substansinya saya kira kamipun
tidak keberatan.
Yang kedua, ada dua masalah yang perIu kita perhatikan, dari
Pembahasan TIM I dan TIM II, ternyata ada muncul usulan substansi baru.
Hal seperti ini pasti kita bisa putus tapi nanti yang terakhir adalah Pansus,
bukan wewenang kita, maka itu kita sarankan kalau ini sudah dimasukkan
dimasukkan disitu, kita sampaikan cacatan untuk memperoleh pengesahan
sekaligus kepada Pansus, khusus untuk usulah ayat baru atau pasal baru,
760
baik itu yang berada di RUU PPSP atau BPSP yang kedua-duanya mungkin
sarna, disana ada usul baru disini juga ada.
Kalau di BPSP, kalau tidak salah ada tiga usulan baru yang ini kita
boleh memutuskan tapi terakhir yang mengesahkan adalah Pansus bukan
Panja ini.
Demikian saudara pimpinan agar supaya kita hari ini bisa menyelesaikan
tugas kita ini sambil menunggu nanti Draft yang lengkap dan yang betul
pada saat kita menjelang rap at pleno Pansus.
Demikian, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Baik, terima kasih.
Mengenai yang kedua, memang nantinya didalam rapat Pansus dengan
Menteri itu akan diangkat hal-hal yang sifatnya substansial baru, dan
hal-hal substansial yang didrop dan rancangan.
ltu sekretaris saya kira sudah mempersiapkan untuk itu, dimintakan
persetujuan Pansus.
Terima kasih Pak Djupri mengingatkan kembali, tapi Alhamdulillah
kita sudah menyiapkan untuk itu.
Kemudian masalah pembahasan kedua rancangan ini, memang hari ini
paling hanya mengsinkronkan keduanya saja, apakah mau diambil short cut,
tidak dibahas disini diberikan mandat penuh pada Tim Sinkronisasi, ya
monggo, tapi yang penting Tim Sinkronisasi itu diberikan mandat penuh,
761
sehingga dianggap putusan Tim Sinkronisasi itu sudah merupakan putusan
Panja, hanya sinkronisasi dua ini saja, lain dengan yang tiga bagaimana,
sebab saya dengar Panja I itu mereka sudah menyerahkan sepenuhnya
bulat-bulat kepada Pemerintah untuk sinkronisasi, saya dengar begitu.
Kami silakan Pemerintah, apa betul Panja I menyerahkan sinkronisasi
bulat-bulat kepada Pemerintah.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAKlFUAD BAWAZIER)
Kami mengerjakannya tapi secara internal, kemudian mereka juga membaca Pak Ben Messakh itu juga sebagai mewakili, jadi diikuti karena
memang masalahnya juga jauh lebih sederhana secara woording kalimat
dibandingkan disini.
Jadi kalau saya pikir tadi usulnya Pak Djupri, mengenai Undang-undang
Surat Paksa ini, kita habis ini juga Pemerintah segera yang hasil sekarang
itu kita selesaikan di komputer, kemudian nanti kita akan mengambil tempat
disana, bisa duduk disana,jadi orangnya tidak terlalu banyak, nanti masing
masing dari Ketua timnya saja, satasatu bisa menyempurnakan sekali lagi,
toh ini sudah disempurnakan yang sekarang ini juga, barangkali sudah
masih ada atau tidak ada lagi tapi diberi kesempatan, nanti untuk BPSP
juga setelah kita ketemu melalui BPSP sarna saja demikian.
Demikian Bapak Pimpinan.
KETUARAPAT:
Baik, terima kasih.
Dan memang dalam pembahasan tadi itu sudah secara tidak langsung
atau langsung sudah kita coba sinkronkan dengan BPSP dalam beberapa
762
substansi, namun demikian kalau usul dari F-PDI itu disetujui, berarti untuk
BPSP yang belum seeara khusus kita bahas seperti halnya kita membahas
Surat Paksa dimandat penuhkan kepada Tim Sinkronisasi yang terdiri dari
keempat Fraksi dari Pemerintah, begitu ?
Pak Purba" silakan.
F-ABRI (R.M. PURBA) :
Terima kasih, Bapak Ketua.
Ada baiknya juga memang demikian, tapi kemarinpun sebenamya ada
yang sudah diserahkan ke Tim Penyerasi,eontohnya saja hasil rumusan
Tim Kecil dari BPSP.
Kemudian hasil Tim Sinkronisasi ini, temyata menurut kami ada yang
tidak sesuai lagi. Contoh saja, judul dari Penjelasan Raneangan Undang
undang, judulnya adalah "Raneangan Penjelasan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor .... , Tahun .... tentang". Kemarin Tim Keeil sudah
membuat begitu, tapi oleh Tim Sinkronisasi itu dihapus lagi. Jadi hanya
menjadi "Rancangan Penjelasan Undang-undang Nomor Tahun".
Jadi ini sinkronisasinyakembali bolak-balik. Kami sependapat diserahkan
pada Tim Sinkronisasi, tetapi alangkah baiknya kalau fraksi-fraksi dari
pengamatan sekarang memberikan hal-hal yang perlu diperhatikan
misalnya, mungkin juga ada pasal-pasal supaya nanti Tim Sinkronisasi
memberikan perhatian yang lebih besar pada hal-hal yang disebutkan oleh
Fraksi terse but.
Antara lain tadi contoh dari Penjelasan itu, mungkin juga ada pasal, misalnya
sa ja Pasal 19, tadi saya sudah diskusi juga dengan Pak Zain Bad j eber, ini tidak
763
termasuk Ketua dan Wakil Ketua hanya anggota saja padahal pasal-pasal semua menyebut Ketua dan "Wakil Ketua, misalnya begitu.
Jadi kita memberikan pointers, supaya itu mendapat perhatian yang lebih, selain itu semuanya memang disinkronkan, supaya tidak ada
ketinggaJan, sebab kalau dikatakan sudah wewenang penuh, nanti kern bali lagi seperti kemarin Tim Kecil juga sudah wewenang penuh tapi ternyata ada yang kurang setuju, dirubah lagi kan begitu.
Demikian Bapak Ketua, terima kasih ..
KETUA RAPAT :
Terima kasih ..
Tapi kalau dalih dari naskah ini sudah sarna, dari naskah yang dibuat diluar rumusan Tim Kecil, dengan PPSP. 'Rancangan Penjelasan Atas Undang-undang tentang", Republik Indonesia nya tidak ada disini.
F-ABRI (R.M. PURBA) :
Nah itu, artinya Tim Kecil sudah memasukkan itu, tidak mau memasukkan Republik Indonesia, itu kan contoh kelihatnnya kecil tapi itu
tidak sinkron dengan yang lain.
KETUA RAPAT :
Baik, terima kasih Bapak Purba.
Jadi sebelum Tim Sinkronisasi ini bekerja, apakah dalam forum ini atau
dititipkan kepada Anggota Fraksinya hal-hal ada saja yang perlu diangkat
dalam penyelesaian itu.
764
Saya kira demikian, jadi sepakat bahwa BPSP itu dalam kaitannya
dengan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dirampungkan sinkronisasinya .
oleh Tim Sinkronisasi terdiri dari 4 fraksi, wakil 4 fraksi dan pemerintah
dan mungkin sekaligus kalau sudah selesai disinkronkan dengan ketiga
RUU lainnya, dengan pengertian bahwa hari ini pukul 12.45 WIB hasil
kerja Panja secara keseluruhan telah disetujui oleh Panja II, jadi ini tidak
perlu diangkat lagi dalam rapat Panja.
Jadi Panja ini sudah mengesahkan termasuk hasil Tim Sinkronisasi
yang mandat penuh nanti itu. Jadi tidak perlu dibawa lagi dalam rapat
Panja, berarti rapat Panja sekarang ini adalah rapat Panja yang terakhir,
konsekuensinya itu.
Silakan Pak Zainie.
F-KP (H. ABDULLAH ZAINIE)
lni pemikiran saja Pak ya, saya kira masalahnya kita, masalah formalitas
tapijuga penting. Kalau tawaran pimpinan kita setujui bersama, ini seolah
olah kita menyetujui sesuatu yang belum ada, itu kan faktanya begitu,
realitanya begitu, walaupun demikian itu bisa asal kita sepakat.
Mungkin masih ada satu jaian keluar, kita nanti rapat Pansus tanggal 8,
kita mulai pukul 09.00 WIB sampai 09.30 \vIB itu didalam bentuk Rapat
rapat Panja umpama, ada 2 tempat mungkin disana. Jadi kita sahkan
masing-masing dulu dengan catatan bahwa betul-betul pada waktu itu kita
hanya mengesahkan saja, tidak ada diskusi, tidak ada komentar yang lain
lainnya.
Jadi begitu pimpinan membuka, apakah saudara-saudara dari
fraksi-fraksi setuju dengan rapat Panja, setuju, selesai, pukul 09.30 WIB
765
kita Rapat Pansus untuk melaksanakan tugas kita sebagaifiJllow up ataupun Ianjutan daripada Panja, itu alternatif kedua, kalau kami manut saja cuma
kira-kira alternatif kedua itu lebih legal, begitu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Baik.
U suI itu cukup baik dalam rangka kehati-hatian kita dan spresiasinya secara sempurna, "sempurna" dengan tanda kutip, "sempurnanya manusia"
dengan tanda kutip, namun kita terikat denganjadual yang sudah disepakati rapat Panja ini berakhir tanggaI berapa, nanti kita Iihat dijaduaI. Kalau
berakhir tanggaI 5 berarti tanggaI 7 itu sudah tidak ada rapat Panja Iagi atau tanggal 8, kita Iihat jadualnya ..
Kalau rap at Panja tanggal 5 berarti hari ini berakhirlah rap at Panja
menurut jaduaI yang sudah disepakati bersama.
Jadi saya cenderung begini, barangkali kita tidak perIu terIalu kaku
juga, andaikata dari hasil Tim Sinkronisasi itu yang diharapkan hari Senin
itu sudah bisa diterima oIeh seluruh fraksi altlggota Panja ini. Kemudian dibaca masing-masing ternyata ada titik koma apa-apa yang terIewati, saya kita tidak terIalu kaku bisa kita tanpa rapat Iagi barangkali bisa, yang tidak prinsipiaI barangkali, kalau tidak berarti kita. harus mengajukan rencana baru lagi mengenai jaduaI rapat Panjanya, diperpanjang bukan tanggaI 5,
kan begitu menurut tata aturannya.
Jadi kalau kami tawarkan tadi, dengan pengertian toh Fraksi -fraksi didalam menugaskan orangnya di Tim Sinkronisasi itu sudah dengan
penugasan, perhatikan ini-ini-ini dan seterusnya.
766
Dengan demikian pada waktu rap at Panja, semuanya rapat Tim
Sinkronisasi sudah siap dengan apa-apa kira-kira yang masih perlu diangkat
dalam kaitannya sinkronisasi itu, saya kira begitu.
Silakan Pak Djupri.
F-PDI (DJUPRI, SH)
Kami setuju, dengan catatan penyerahan bahan itu sedapat mungkin
kita masih ada kesempatan untuk mengoreksi terakhir ini, ini tidak seperti
hari ini kita bam terima, sehingga memang kita sadari bahwa banyak yang
harns disempurnakan mengenai tanda-tanda baca dan sebagainya itu tadi,
sehingga kita spontanitas itu saja sudah banyak masalah yang diajukan.
Kalau penyerahan bahan ini bisa dilakukan cukup waktu kita untuk
mengoreksi terakhir masing-masing, saya kira bisa, dan kami prinsipnya
setuju.
KETUA RAPAT :
Setuju, artinya bahwa inii rap at Panja terakhir.
F-PDI (DJUPRI, SH) :
Va, tapi dengan catatan penyerahan menjelang rapat tanggal 8 April 1997 ,
kita sudah bisa menerima dulu, mungkinjuga masih ada yang kelewat.
KETUA RAPAT :
Rapat Pansusnya tanggal 8 April 1997, berarti diharapkan Pemerintah
dari hasii sinkron isasi internal dan mungkin juga digabung dengan yang tiga
itu sudah bisa diserahkan bahan jadinya pada hari Senin, tanggal 7 April
767
1997, dengan demikian kita punya waktu 1 hari untuk membaca kembali
sebelum tanggal8 April 1997 rapat Pansus yang sekaligus penandatanganan
atau paraf daripada naskah .. Silakan Pak Purba.
F-ABRI (R.M. PURBA) :
Terima kasih Bapak Ketua,
Pada prinsipnya memang kita tadi sepakat menyerahkan kepada Tim
Sinkronisasi.
Kembali kepada masalah jadual, sebenamya hari Senin itu, memang
Pansus oke, tapi acara Pans us: itu adalah laporan dua Panja kepada Pansus
tanggal 8 April 1997. Laporan dua Panja kepada Pansus, kemudian
penyampaian pendapat akhir mini, sambutan pemerintah, dan pengesahan,
saya kira itu. Sedangkanjadual tanggal8 April 1997 itu adalahjadual sesuai
dengan tata tertib mulai pukuljam 09.00 WIB sampai dengan pukul 16.00
WIB sekarang ini.
Kalau lihat acara Pansus itu, sebenarnya singkat, katakanlah laporan
masing-masing Ketua Panja paling banyak 1 jam, jadi kalau 2 Panja
berarti 2 jam, sambutan pemerintah katakanlah 1 jam, 3 jam, kemudian
pengesahan, pengesahan kemudian tanda tangan lembar per lembar tiap
RUU, itu saya kira bisa dilaksanakan di luar acara.
Jadi dengan demikian mungkin untuk Pansus itu cukup waktu sekitar
3 jam, paling banyak 4 jam. Lalu apakah tidak sebaiknya sebelum Pansus
ini waktunya diundur sedikit Pansusnya, jadi tidak pukul 09.00 WIB, tapi
diberikan dulu kesempatan kepada Panja kira-kira 1 jam untuk melihat
terakhir rumusan dari Tim Sinkronisasi.
768
Kalaupun kita katakan sekarang kita anggap sudah final tidak ada lagi
rapat Panja dan diberikan wewenang penuh kepada Tim Sinkronisasi, tapi
di Pansus musti bisa digugalt, ditingkat Pansus masih bisa digugat, sebelum
disahkan.
OIeh karena itu kalau ada gugat menggugat sebaiknya ditingkat Panja.
Oleh karena itu nanti kalau Tim Sinkronisasi selesai apa yang dipesan oleh
masing-masing fraksi untuk di fraksikan kemudian sudah okey, tinggal saya
kira 1 jam pun mungkin tidak akan lhabis, barangkali tidak sampai 1 jam.
Jadi kami sarankan tanggal 8 April 1997 itu diberi waktu 1 jam, untuk
Panja, kemudian setelah itu Pansus. Sebab kalau sekarang kita sudah
putuskan nanti dibongkar lagi disana keputusan Panja dibongkar di Pansus
itu juga tidak enak begitu, kbih baik diselesaikan ditiap Panjanya mas:ing
masing kalau memang ada.
Demikian, jadi kami soal itu saya kira Ketua Panja bisa, tidak perlu ke
Bamus cukup kepada Ketua Pansus saja, agar jadual diundur 1 jam, 1 jam
diberikan kepada Panja untuk finalisasi dalam arti kata pengesahan itu,
Terima kasih.
KETUARAPAT:
Berarti dengan demikian kalau usulnya F-ABRI, rapat Panja hari
Inl bukan rap at Panja terakhir" berarti menyimpang dan schedule dan
tentunya kesepakatan-kesepakatan ini kesepakatan Pansus, paling tidak
lima Pimpinan Pansus itu kalau kita menurut aturan, itu alternatifpertama,
bermii disediakan 1 jam untuk semacam rapat Panja terakhir dengan
harapan tidak berkembang lagi, tidak bisa dipredik itu berkembang lagi
atau tidak, kadang-kadang soal koma itu bisa 1 jam.
769
Tapi kalau yang alternatif kedua, ini dinyatakan rap at Panja terakhir
dan mandat penuh kepada Tim sinkronisasi dengan catatan tadi tidak ada
rapat formal panja tapi masih dimungkinkan barangkali sebelum itu kita
ada titik koma dan sebagainya. Kalau itu tidak merubah jadual kerja, saya
itu tidak tahu apakah Ketua Pansus punya otoritas untuk merubah itu saya
tidak tahu.
F-ABRI (R.M. PURBA) :
Dan itu kesepakatan di Pansus kemarin, diputuskan di Pansus. Jadi
sekarang kalau kita ajukan ke Ketua Pansus saya kira kita beri wewenang
kepada Pimpinan Pansus untuk memutuskan, jadi 5 orang saja, tidak usah
dibawa ke forum Pansus karena pada dasarnya ini tidak merubah jadual
secara keseluruhan hanya memperpanjang waktu bagi Panja 1 jam pada
tanggal 8 April itu.
Hanya itu saja Pak Ketua sebenarnya, terima kasih.
KETUARAPAT:
Bank, kami persilahkan dari fraksi-fraksi, apa setuju itu.
Silahkan Bapak Jusuf.
F-PP (DRS. H. JUSUF SYAKIR) :
Saya kira formalitas juga harus kita penuhi, tapi kita ini tidak usah
terlalu kaku. Jadi kalau Tim Sinkronisasi bekerja hari ini sampai besok
pagi, minggu kerja tidak apa-apa, namanya sinkronisasi harus sinkron,
minggu pun kerja tidak apa-apa. Tempi Tim Sinkronisasi ini juga harus
dihadiri oleh Pimpinan, Pak Ketua, karena mereka nanti akan tanda tangan
ini, jangan sampai yang akan tandatangan ini tidak tahu rumusannya.
770
Jadi Bapak Ketua dan Bapak Wakil Ketua juga hams nadir dalam tim
sinkronisasi itu, namanya Pemimpin itu, hari ini dan besok pagi kerja.
Kalau sudah selesai kemudian ini terus: diperbanyak, Senin pagi
diserahkan kepada kita di DPR, sudah di print out, sudah difoto copy
serahkan kepada kita.
Kemudian hari Selasa sebelum sidang Pansus untuk formalitasnyalah kita adakan sidang Panja terakhir, barang 1 jam juga cukup, tidak apa-apa
itu Bapak Ketua, ini tidak menyalahi tata tertib yang memutuskan juga Pansus. Di DPR kadang-kadang ada sidang yang Badan Musyawarah tidak sempat sidang, ini hanya ditentukan oleh Pimpinan Dewan, kadang-kadang
Dewan sendiri tidak kuasa apa-apa dan itu sudahjadi konvensi.
Kalau memang masih ada waktu, kadang-kadang Pimpinan Dewan dan
Pimpinan Fraksi untuk sarasehan istilahnya, dan itu dalam Tata Tertib tidak ada tapi kita laksanakan dan berjalan mulus.
Jadi sekarang, tadi itu Pimpinan Pansus minimal yang 2 orang itu kita
beri mandat untuk memutuskan yang sudah kita putuskan, jadi itu tidak
apa-apa. Jadi saya kira, ini kan bukan barang sulit, yang sulit malah niengsinkronkan ini. Jadi kalau formalitasnya itu tidak sulit, justm
singkronisasi ini yang sulit dan itu hams kerja Sabtu, Minggu. 1tu saja, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, dari F-PDI kami silakan.
F-PDI (DJUPRI, SH) :
Kami setuju saja, karena kalau formalitas memang hams dipenuhi, toh kita sepakat nanti hari Senin nanti untuk formal Panja terakhir itupun
setuju, pada akhirnya bahan itupun akan harus disahkan oleh Pansus juga.
771
Jadi sifat lebih hati-hati saya kira baik, kemungkinan yang kecil-kecil
masih bisa melihat tapi setidaknya yang penting bahan itu supaya diserahkan
pada masing-masing anggota ini sempat kita itu membaca kembali.
Demikian saudara pimpinan.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, dari Pemerintah kami silakan.
PEMERINTAH (DIRJEN PAJAK)
Terima kasih.
Meskipun kami melihat bahwa Insya Allah yang perlu disinkronkan
relatif tidak begitu banyak lagi tapi memang perlu dikerjakan sisa-sisa ini
dengan sungguh-sungguh. Dan seyogyanya memang segera dikerjakan
mulai dari sekarang dan setiap Fraksi mengirimkan 1 orangnya yang
cukup apiresiatif dalam arti diberi semua mandat oleh teman-teman
fraksinya, untuk mulai bekerja bersama den~~an pemerintah, dan dimana
perlu memang harus dikerjakan itu betul-betul sekarang itu sampai Minggu
besok, bahwa Minggu besok itu mestinya dirasakan perlu ketemu lagi,
kami siap-siap saja, tetapi hari Minggu besok itu dikerjakan seluruhnya
dihabiskan InsyaAllah sampai malam hari, besok misalnya mau digelar lagi
pagi, itu menurut kami lebih sesuai, dibandingkan dengan menggelar rapat
Panja, terus .terang saja menjelang Pansus. Pertama itu sudah ditetapkan
pukul 09.00 WIB, dan kedua memang kita tidak bisa tahu apa yang akan
terjadi, khususnya memprediksi itu terlalu mengambil resiko yang menurut
saya kurang pada tempatnya untuk membuka rapat Panja menjelang rapat
Pans us, saya kira itu agak kurang bisa dipahami terus te:rang saja, tetapi
772
seyogyanya memang sekarang dikerjakan kalau besok perIu digelar, nanti
kalau, itu paling Senin pagi sudah bisa diterima yang terakhir versinya.
Demikian, terima kasih Saudara pimpinan.
KETUARAPAT:
Baik, terima kasih.
Nampaknya yang diajukan pemerintah itu sarna dengan bisikannya
Pak Syaiful disebelah saya" Tim Sinkronisasi yang ditugaskan ini dengan
madat penuh paling lambat malam ini rampung sudah. Jadi kita hanya
konsentrasikan pada 2 RUU ini saja. Sinkronisasi dengan 3 itu bukan
urusan Panja ini, itu urusan Pemerintah, itu yang pertama.
Kemudian yang kedua, besok pagi, Panja, jadi tidak usah nunggu
Seiasa, besok, pagi kita kumpul bersama 1 jam untuk sekedar mengesahkan,
setuju.
(RAPAT: SETUJU)
Terima kasih.
Jam nya nanti diberitahu yang pasti sebelum chek out, chek out itu kan
jam 14.00 WIB.
Jadi yang tinggal tidak Iberarti tidak tinggallagi, hanya Ketua dan Wakil
Ketua dengan Tim Sinkronisasi tapi ...... .
Terima kasih.
Wassalamu 'alaikum w'r. Wh.
(RAPAT l)lSKORS PUKUL 33.05 WIB)
773
Jakarta, 5 April 1987
A.N. KETUA RAPAT
PANITIA KERJA II
SEKRETARIS RAPAT,
rn}!j-NY. ANITA SOEKARDJO, SH.
NIP. 210000974
774
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
Tahun Sidang
Masa Persidangan
Rapatke
Jenis Rapat
Dengan
Sifat Rapat
Haril Tanggal
Pukul
LAPORAN SINGKAT
RAPAT PANITIA KERJA II
RUU BIDANG PERPAJAKAN
1996 - 1997
III
23
Rapat Panitia Kerja II ke II
Dirjen Pajak dan Dirjen Lemb. Keuangan
Tertutup
Jumat, 5 April 1997
09.00 sId 16.00 WIB
775
Tempat Java Ball room, Hotel Horison Jakarta
KetuaRapat Jusuf Talib, SH
Sekretaris Ny. Anita Soekardjo, SH.
Acara 1" Pembahasan RUU Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa
2. RUU Badan Penyelesaian Pajak
Hadir Anggota Panja : 38 orang dari 42 orang
Anggota
Pemerintah : Dirjen Pajak dan Dirjen
Lem.Keuangan beserta Staf
KESIMPULANIKEPUTUSAN:
I. Skors dicabut dan rapat dibuka pukul 09.00 WIB, dinyatakan tertutup untukumum.
II. Rapat menyetujui beberapa materi muatan Ibatang tubuh dan penjelasan yang dihasilkan dalam forum Lobby, antara lain:
A. RUU Penagihan Pajak dengan Surat P'aksa
1. Pasal34 ayat (1) berbunyi, sbb:
Catatan:
Dirumuskan kembali oleh Tim Perumus atas mandat penuh dari Panja.
776
2. Rumusan baru yang muatannya berkaitan dengan "ganti rugi"
(Pasal 34 ayat (5) berbunyi, sbb:
(5) Sesarnya ganti ruUi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
adalah RpIOO.OOO,OO (seratus ribu setiap ilari.
Catatan:
Penetapan besarnya niilai, baik yang menyangkut rehabilitasi nama
baik maupun nilai urutan yang ditetapkan terse but sudah dianggap cukur,
realistis. Namun untuk masa yang akan datang be saran nilai tersebut,
Menteri diberiJkan mandat penuh untuk melaku3can penyesuaian.
3. Pasa! 39 dihapus muatan pasal tersebut.
Ayat (l) huruf a didrop.
Ayat (1) hurufb dipindah ke Pasal34 ayat (7)
Ayat (2) dipindahkan Jke Pasal38 ayat (4)
B. RUU Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
1. Rapat menyetujui tujuh rumusan butir, rumusan substansial
dimasukkan dalam Bab I tentang Ketentuan Umum berbunyi sbb:
a. Surat uraian banding (Pasal 1 angka 8) berbunyi, sbb:
Surat Uraian Banding adalah surat Terbanding kepada Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak yang berisi jawaban atas alasan Banding yang
diajukan oleh Pemohon Banding.
b. Surat Tanggapan (Pasal 1 angka 9) berbunyi, sbb:
777
Surat Tanggapan adalah surat dari Tergugat kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak yang berisi jawaban atas alas an Gugatan yang diajukan oleh Penggugat.
c. Surat Bantahan (Pasall angka 10) berbunyi, sbb:
Surat Bantahan adalah surat dari Pemohon Banding atau Penggugat kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak yang berisi Bantahan atas Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan.
d. Anggota Tunggal (Pasall angka 14) berbunyi, sbb:
Anggota Tunggal adalah Anggota yang ditunjuk oleh Ketua untuk memeriksa dan memutus Sengketa Pajak dengan Acara Cepat.
e. Anggota Sidang (Pasal I angka 15) berbunyi, sbb:
Anggota Sidang adalah Anggota Tunggal atau Anggota dalam suatu Majelis termasuk Ketua Sidang.
f. Ketua Sidang (Pasall angka 16) berbunyi, sbb:
Ketua Sidang adalah Anggota Sidang yang ditunjuk oleh Ketua untuk memimpin Sidang.
g. Sekretaris Sidang (Pasall angka 18) berbunyi, sbb:
Sekretaris Sidang adalah Sekretaris, Wakil Sekretaris, atau Sekretaris Pengganti yang bertugas melaksanakan pelayanan di bidang administrasi penyelesaian sengketa pajak dalam suatu persidlangan.
778
2. Substansi bam yang dipendingyaitu yang menyangkutKompetensi
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak telah dibahas oleh Tim
Perumus, kemudian diserahkan dan disetujui penempatannya pada Pasa12 8 yang tenEri dari dua ayat, sbb:
(l) Hadan Penyelesaian Sengketa Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak.
(2) Tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di luar tugas dan wewenang Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Umum.
3. Materi rumusan Pasal 48(x) tentang pemeriksaan disetujui berbunyi, sbb:
Pasa! 48 (x) Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan oleh Majelis.
4. Rumusan Pasa! 49 semula terdiri dari tiga ayat ditambah satu ayat baru yaitu ayat (5) dan dise:rtai penjelasannya berbunyi, sbb:
Pasal49
(4) Dalam hal hubungan keluarga sedarah, semenda, atau hubungan suami atau isteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diketahui sebe!um melewati jangka waktu 1 (satu) talmn setelah sengketa diputus sebagaimana dimaksud pada ayat (3), se:ngketa dimaksud disidangkan kembali dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya hubungan dimaksud.
Penje!asannya:
Ayat (4)
Jangka waktu 3 (tiga) bulan dimaksud perlu untuk memberikan waktu
yang memadai bagi Badan Penyelesaian Pajak untuk mengambil putusan
779
setelah diketahui adanya kekeliruan yangjangb waktunya itu 1 (satu) tahun
tetapi sebelum 1 (satu) tahun itu diketahui, maka diberikan jangka waktu
3 (tiga) bulan untuk menyidangkan kembali guna mengambil putusan.
5. Pasal50 ayat (5) baru disetujui baik muatan dalam diktum maupun
penjelasannya berbunyi sbb:
Pasal80
(5) Dalam hal kepentingan lang sung atau tidak langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diketahui sebelum melewatijangka waktu 1 (satu)
tahun setelah sengketa diputus sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
sengketa dimaksud disidangkan kembali dalamjangka waktu 3 (tiga) bulan
terhitung sejak diketahuinya kepentingan dimaksud.
Penjelasannya:
Ayat (5)
langka waktu 3 (tiga) bulan dimaksud perIu untuk memberikan waktu
yang memadai bagi Badan Penyelesaian Sengkl~ta Pajak untuk mengambil
putusan.
6. Dnsetujui rumusan Pasal66 (x) baru, baik yang termuat dalam batang
tubuh dan penjelasan berbunyi, sbb:
Pasal-66 (x)
Semua ketentuan mengenai pemeriksaan dengan acara biasa, berlaku
juga lllntlllk pemeriksaan dengan acara cepat.
780
Penjelasannya:
Pasa166 (x)
Ketentuan pemeriksaan dengan acara biasa berlaku juga untuk pemeriksaan dengan acara cepat yaitu ketentuan mengenai membuka sidang, pengunduran diri dan penggantian Anggota Sidang dan Sekretaris Sidang, ketentuan yang berkaitan dengan Saksi, Kerahasiaan dan ahli-ahli bahasa sebagaimana dimaksud dalam Pasa149, Pasa150, Pasa151, Pasa152, Pasa153, Pasa154, Pasa155, Pasa156, Pasa157, Pasa158, Pasa159, Pasa160, Pasal61, Pasa162, dan Pasa163.
7. Disetujui rumusan penjelasan Pasal 74 berbunyi, sbb:
Pasa174
Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak merupakan putusan akhir yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Banding atau gugatan yang diajukan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak ini merupakan upaya hukum terakhir.
Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak buka merupakan
keputusan Tata Usaha Negara, karena itu terhadap putusan dimaksud tidak dapat diajukan gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara.
8. Penjelasan Pasal 87 disetujui rumusannya sbb:
Pasa187
Imbalan berupa bunga hanya diberikan terhadap permohonan banding
yang diajukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Pajak sejak tanggal 1
lanuari 1998.
781
Pengajuan banding ke Baclan Penyelesaian Sengketa Pajak telah
disyaratkan lunas terlebih dahulu. Oleh karena itu terhadap banding ini
sudah selayaknya memperoleh imbalan bunga dalam hal putusan banding
menyebabkan kelebihan pembayaran paj ak.
9. Pasa! 83 ayat (3) dan Pasa! 84 disetujui didrop.
Materi Pasal 83 ayat (3) dimasukkan ke Pasal 6 3 ayat (1) huruf c, dan
Pasa! 79 ayat (2).
c. Rapat menyetujui untuk memberikan kesempatan kepada
Pemerintah merapikan hasil Tim Ked! dan Tim Perumus untuk dijadikan
Drqft RUU baik BPSP maupun RUU PPSP, dan akan disampaikan kepada
Anggota Panja sebelum pukul 20.00 WlB.
D. Rapat diskors pukull5.00 \VlB.
782
Jakatia, 4 April 1997
A.N. KETUARAPAT
PANSUS 5 RUU BIDANG PERPAJAKAN
SEKRETARIS PANSUS
NY. ANITA SOEKARDJO, SH NIP .. 2100-00974
783