diagnosis banding somatosasi

4
Diagnosis banding somatosasi Klinisi harus selalu menyingkirkan keadaan medis nonpsikiatri yang dapat menjelaskan keadaan pasien. sejumlah gangguan medis sering menunjukan kelainan yang sementara dan nonspesifik pada kelompok usia yang sama. Gangguan medis ini mencakup: 1. Sklerosis multiple (MS) 2. Miestenia gravis 3. SLE 4. AIDS 5. Porfiria akut intermiten 6. Hiperparatiroidisme 7. Hipertiroidisme 8. Infeksi sistemik kronik Awitan gejala somatik pada pasien usia 40 tahun harus dianggap disebabkan oleh keadaan medis non psikiatri sampai pemeriksaan medis yang dalam telah dilengkapi. Sekitar 50% pasien dengan gangguan somatisasi juga memiliki gangguan jiwa lain secara bersamaan. Pasien dengan gangguan depresi berat, gangguan ansietas menyeluruh, dan skizofrenia semuanya dapat memiliki keluhan awal yang berpusat pada gejala somatik. Walaupun pasien dengan gangguan panik dapat mengeluhkan banyak gejala somatik berkaitan dengan serangan paniknya, mereka tidak terganggu oleh gejala somatik diantara serangan paniknya, mereka tidak terganggu oleh gejala somatik diantara serangan panik.

Upload: alaa-ulil-haqiyah

Post on 22-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Diagnosis Banding Somatosasi

TRANSCRIPT

Page 1: Diagnosis Banding Somatosasi

Diagnosis banding somatosasi

Klinisi harus selalu menyingkirkan keadaan medis nonpsikiatri yang dapat

menjelaskan keadaan pasien. sejumlah gangguan medis sering menunjukan

kelainan yang sementara dan nonspesifik pada kelompok usia yang sama.

Gangguan medis ini mencakup:

1. Sklerosis multiple (MS)

2. Miestenia gravis

3. SLE

4. AIDS

5. Porfiria akut intermiten

6. Hiperparatiroidisme

7. Hipertiroidisme

8. Infeksi sistemik kronik

Awitan gejala somatik pada pasien usia 40 tahun harus dianggap disebabkan

oleh keadaan medis non psikiatri sampai pemeriksaan medis yang dalam telah

dilengkapi.

Sekitar 50% pasien dengan gangguan somatisasi juga memiliki gangguan jiwa

lain secara bersamaan. Pasien dengan gangguan depresi berat, gangguan

ansietas menyeluruh, dan skizofrenia semuanya dapat memiliki keluhan awal

yang berpusat pada gejala somatik. Walaupun pasien dengan gangguan panik

dapat mengeluhkan banyak gejala somatik berkaitan dengan serangan paniknya,

mereka tidak terganggu oleh gejala somatik diantara serangan paniknya, mereka

tidak terganggu oleh gejala somatik diantara serangan panik.

Untuk membedakan gangguan somatisasi dengan gangguan somatoform lain

adalah, pada gangguan somatisasi pasien mengkhawairkan banyak gejala.

Diagnosis Banding Konversi

Salah satu masalah utama dalam mendiagnosis gangguan konversi adalah kesulitan

untuk benar-benar menyingkirkan gangguan medis. Gangguan medis nonpsikiatri

yang menyertai lazim ada pada pasien dengan gangguan konversi yang dirawat inap

Page 2: Diagnosis Banding Somatosasi

di rumah sakit, dan bukti gangguan neurologis atau penyakit sistemik saat ini atau

sebelumnya yang mempengaruhi otak telah dilaporkan 28-64% pasien tersebut.

Gangguan neurologis seperti demensia dan penyakit degeneratif lain, tumor otak,

dan penyakit ganglia basalis harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding.

Contohnya kelemahan dapat dikelirukan dengan miesenia gravis, polimiositis,

miopati didapat, dan sklerosis multiple. Penyakit lain yang dapat menghasilkan

gejala yang membingungkan adalah guillain-Bare Syndrom, dan manifestasi

neurologi awal AIDS. Gejala gangguan konversi terdapat pada skizofrenia,

gangguan depresif, gangguan ansietas, tetapi gangguan ini disertai gejala khas yang

akhirnya membuat diagnosis banding menjadi mungkin.

Pada gangguan buatan dan malingering, gejalanya di dalam kendali kesadaran dan

volunter.

Diagnosis Banding Hipokondriasis

Hipokondriasis harus dibedakan dengan keadaan medis nonpsikotik, terutama

gangguan yang menunjukan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit tersebut

mencakup AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multiple, penyakit

degeneratif sistem saraf, SLE, gangguan neoplastik yang tidak jelas.

Hipokondriasis dibedakan dengan gangguan somatisasi lain dengan menekankan

adanya rasa takut memiliki suatu penyakit sedangkan gangguan somatisasi

cenderung menenkankan kekhawatiran akan banyaknya gejala. Gangguan

somatisasi memiliki awitan sebelum usia 30 tahun, sedangkan gangguan

hipokondriasis awitan umur tidak spesifik. Gangguan konversi bersifat akut dan

singkat serta hanya melibatkan suatu gejala, gangguan nyeri bersifat kronis dan

gejala terbatas pada nyeri saja, sedangkan gangguan dismorfik tubuh berharap

tampak normal, namun pasien merasa bahwa orang lain melihatnya tidak demikian,

sedangkan pasien hipokondriasis mencari perhatian untuk dugaan penyakit mereka.

Gejala hipokondriasis juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan depresif dan

ansietas. Jika pasien memenuhi seluruh kriteria diagnostik, hipokondriasis dan

gangguan jiwa lain, seperti gangguan depresi berat atau gangguan ansietas

menyeluruh, pasien harus mendapatkan kedua diagnosis, kecuali gejala

hipokondriasisnya terjadi hanya selama episode gangguan jiwa lainnya.

Page 3: Diagnosis Banding Somatosasi

Pasien dengan gangguan panik umumnya pada awal mengeluh bahwa mereka

terkena penyakit contohnya gangguan jantung. Keyakinan hipokondrika yang

bersifat waham terjadi pada gangguan skizofrenia dan psikotik lain.

Hipokondriasis dibedakan dengan gangguan buatan dengan gejala fisik dan

malingering yaitu pasien dengan hipokondriasis benar-benar mengalami dan tidak

membuat-buat gejala yang dirasakan.

Diagnosis Banding Gangguan Dismorfik Tubuh

Distorsi citra tubuh terjadi pada anoreksia nervosa, gangguan identitas gender,dan

beberapa jenis kerusakan otak. Gangguan ini juga harus dibedakan dengan

kepedulian normal seseorang mengenai penampilan. Pertimbangan diagnostik lain

adalah gangguan kepribadian narsistik, depresif, gangguan obsesif-konfulsif,

skizofrenia.

Diagnosis banding gangguan nyeri

Nyeri fisik murni dapat dibedakan dengan nyeri psikogenikmurni terutama karena

keduanya tidak eksklusif. Intensitas nyeri fisik berfluktuasi dan sangat sensitif

terhadap pengaruh emosi, kognitif, perhatian, dan situasi. Nyeri yang tidak bervariasi

dan tidak sensitif terhadap faktor-faktor ini cenderung bersifat psikogenik. Ketika

nyeri tidak membaik dan memburuk serta bahkan tidak membaik setelah diberi

analgesik, perlu dicurigai adanya komponen psikogenik yang penting.